panik? jelas panik. pemandangan yang jevierno dapat saat baru saja membuka pintu apartemen haeziel adalah haeziel yang sedang menangis sesenggukan sembari terduduk di lantai ruang tengah dengan handphone di tangan kanannya yang tengah tersambung telepon dengan renanda. segera jevierno berlari mendekati haeziel.
“hiks— gimana rennn. jeje ga ada huhuhuhu.”
“haeziel.”
“HUAAAAAA JEJEEE!”
melempar sembarang handphonenya setelah memutus sepihak sambungan dengan renanda, haeziel berhambur begitu saja memeluk erat tubuh kekasihnya.
jevierno yang tanggap pun membalas pelukan erat dari haeziel. mengarahkan kepala haeziel untuk bersandar pada pundaknya, ia mengelus lembut surai coklat haeziel. pacar gembulnya itu masih saja menangis.
“sstt, maaf ya tadi aku tinggal sebentar ke minimarket bawah.” ucap jevierno. setelah ia mendaratkan kecupan pada pelipis haeziel beberapa kali. berharap tangis haeziel akan mereda.
tapi, sayang, tangisannya justru semakin jadi. jevierno khawatir kepala haeziel akan bertambah pusing setelah menangis nanti. karena saat perjalanan pulang pun haeziel banyak merengek bilang kalau kepalanya pusing sampai rasanya seperti jadi gangsing.
oke, ucapan haeziel saat itu hampir saja membuat jevierno tertawa.
“udah ya nangisnya. kasian nanti kepala kamu pusing, ya?”
haeziel mengangguk. tangisannya mulai mereda, tapi ia masih sedikit sesenggukan. jevierno juga tidak berhenti untuk mengusap lembut surai coklat gelap haeziel, sesekali menghapus sisa jejak air mata haeziel pada pipi gembilnya.
di rasa selesai, jevierno tersenyum kecil sembari menatap haeziel. “yuk, makan siang dulu. jam makan siang udah hampir lewat nih.”
haeziel menggeleng.
“kenapa, mbul?”
“jawab pertanyaannya ku dulu...”
“iya. apa pertanyaannya?”
“kamu beneran ke minimarket di bawah? engga bohong kan? soalnya tadi aku mimpi kamu di hap sama megalodon... t-terus dibawa pergi yang jauh— hiks“
oh, tidak. haeziel kembali menangis.
mendengar cerita haeziel justru membuat jevierno tertawa gemas. jadi benar ya, kalau orang sedang demam pasti akan mimpi yang aneh-aneh.
“ga sayangkuuu, aku ga di ngap sama megalodon terus di bawah kabur. buktinya aku ada disini.” jelas jevierno perlahan. ia kembali mendekap haeziel.
“udah nangisnya. nanti kalau kamu nangis lagi, aku beneran di ngap, loh. bukan sama megalodon tapi sama dinosaurus. mau?”
“ENGGA MAUUU— hiks JEJE JANGAN PERGIII.”
di tengah tangisan haeziel yang lebih heboh dari sebelumnya, ada jevierno yang sedang tertawa sembari menangkup kedua pipi haeziel dengan kedua tangannya.
“jeje ga akan pergi, tapi ziel harus makan siang. gimana?”
ajaib. tangis haeziel untuk yang ketiga kalinya langsung berhenti. ia mengangguk.
“good.” jevierno tersenyum, lalu mengusak lembut rambut haeziel. setelahnya ia menggandeng tangan haeziel dan mengajaknya untuk berdiri dan berjalan beriringan menuju meja makan.
“je, mau tanya...”
“tanya apa?”
“kalau misalnya kita telfon ke nomor sendiri. itu berarti kita lagi nelfon atau ditelfon?”
jevierno berhenti jalan. seketika ia ikutan sakit kepala.