monokrowm

haeziel menyimpan handphone miliknya ke dalam saku jaket ketika melihat sebuah sepeda sudah ada di depannya. jevierno yang menaruhnya.

“je, kamu yang di depan kan?”

“iya. pelan-pelan aja dulu, tapi jangan ketinggalan juga ya.”

“okay!”

“jalan?”

“jalaaann!”

+++

“jejeee, udah berapa meter?”

“tiga kilometer.”

“HAH?”

jevierno memberhentikan sepedanya kala dengar teriakan haeziel. menoleh kebelakang, ia dapati wajah terkejut haeziel.

“tiga kilo... meter? serius?”

jevierno mengangguk.

“YES MENANG TARUHAN! AYO JALAN LAGI, GO GO GOOO!” seru haeziel dengan semangat. sampai-sampai ia mengendarai sepedanya lebih dulu dari jevierno.

“jeee, haus!”

“di depan nanti ada mini market.”

“dari tadi bilangnya gitu mulu. udah empat mini market loh yang kita lewatin.”

“kali ini beneran. kita berhenti di depan sana.”

+++

menyenderkan dengan asal sepedanya pada sebuah pohon, lalu merebahkan tubuhnya di atas rumput taman. haeziel mengela nafas lelah.

“sumpah, ga lagi aku sepedaan sama kamu. bisa-bisanya sepedaan sampe delapan kilo. ga pokoknya ga lagi.”

jevierno tertawa kecil sembari melihat haeziel. “katanya ga mau jadi remaja jompo.”

“kalau kayak gini caranya mending jadi remaja jompo aja.”

“woo, gue udah pernah bilang. kalau lo liat bomin dari jarak 1 kilometer, lo harus lari.”

“jangan mau diajak ngobrol sama chani, ok? apapun itu, jangan pernah mau.”

sunwoo hanya manggut-manggut dengar ucapan dari eric. tapi beda sunwoo, beda pula dengan haechan.

“kenapa engga boleh kalau sama chani? lo bilang chani itu jahat, tapi yang gue liat engga ada tuh dia jahat.”

mengambil jeda, haechan sedikit menyesap cokelat panas yang sempat ia buat bersama kakak tingkat perempuan yang sudah ia kenal lama.

“oh, tadi chani bilang, katanya lo sengaja bikin dia engga bisa deket sama gue karena lo cemburu sama dia. kenapa cemburu? kita cuma temen, kan?”

skakmat untuk jeno, eric, dan sunwoo.

Spring is all about warmth, refreshing weather, and new beginning.

“Genggam terus kenangan tentang kita, ya?”

“You're still the same as always. But your expression is very unfamiliar.”

iridescent bingung.

jadinya sekarang rendra dan kawan-kawan lagi pantau hansel yang masih asik nempel sama nathan. takut-takut ada pergerakan yang lebih mengejutkan. siap dengan pada mode maung dan siaga.

kebalikan dengan jevais dan kawan-kawan. mereka bingung harus ngapain. ikut pantau hansel sama nathan? engga dulu, deh. kelihatan banget jonesnya.

“sean.”

“apa lo? jauh-jauh dulu sono.”

eric yang dari tadi udah ada niatan buat jahilin sean pun engga jadi. baru di panggil gitu aja udah bikin ngeri. bisa-bisa dia dilempar ke pohon terdekat.

iridescent

“eh tungguin gueee!” begitu lihat teman-temannya lari ke arah coffee shop berlogo putri duyung yang terkenal itu, arjuna lari kejar mereka semua secepat yang dia bisa.

sadar ada orang yang ikutin, yulio berhenti dan menoleh belakang. “sini, jun! cepetan elah.” greget. yulio geret tangan arjuna biar larinya cepet.

orang disekitar mereka lihat dengan bingung. be like, ada apa sih? secara delapan orang lari dengan terburu-buru dan jangan lupa mulut mereka yang 11 12 seperti pengeras suara.

“HANSEEELLL, SINI GUE BANTUIN BENERAN DEH.”

“MY BABY HANSEL!”

“SEL, GUE BANTUIN SINI. GUE GA MAU DI TERIAKIN MALING.”

sean, felixio, dan gerhana adalah tiga terdepan dalam perlarian ini. di belakang mereka bertiga ada yang lain dan juga arjuna masih di geret sama yulio

engga sampai tiga menit, mereka berenam hampir sampai di tujuan. di depan sana ada hansel yang berdiri dengan kedua tangan masing-masing menenteng minuman pesanan dari teman-temannya itu. oh, jangan lupa, di tambah muka sebel nan keselnya dengan tatapan mengarah pada kawanan orang yang berlarian ke arahnya.

“sini sini dibantuin ya, tangan gue udah ga pegel lagi kok. beneran deh.” secepat kilat, sean mengambil alih semua minuman dari tangan hansel.

lain sean, beda lagi sama dua dari tiga kembar pramudiharja. gerhana dan felixio.

gerhana jongkok didepan hansel dengan kedua tangan dibelakang punggungnya. “ayo, sini gue gendong biar engga pegel. ayo naik. go go go!”

“huhuhuhu anak ku yang paling gemes, paling gembul, pokoknya paling lucuuuu.” yang ini felixio heboh sendiri sambil peluk hansel dan juga kedua pipi hansel di tangkup sama felixio terus ditekan pelan.

hansel gimana? hansel diem, masih kesel dia tuh. dalam hati udah bertekad bulat mau kerjain balik temen-temennya ini.

“gila— lo bertiga cepet banget larinya.” tanpa lihat lagi dimana, arjuna langsung duduk begitu aja. ngos-ngosan. padahal jarak dari tempat kumpul ke coffee shop ini deket. toh, saling berseberangan.

engga cuma arjuna, yang lain juga ikutan duduk karena kecapekan.

maklum aja ya, faktor u.

yulio berjalan mendekati orang-orang yang lagi heboh sendiri. “hansel mana?”

“ini nih hansel! tapi cuma diem doang gimana donggg.” jawab felix sambil arahin wajah hansel yang lagi ditangkupnya ke arah yulio.

terpampang lah wajah polos hansel dengan mata bulat lucu, pipi yang ditekan, serta bibir sedikit mengerucut.

kalau lebih di perhatikan, pandangan hansel bukan tertuju ke yulio. tapi ke belakang yulio.

“udah yukk, balik lagi ke tempat terus—”

“nathaaann!”

bruk

semua mata tertuju pada hansel yang lari begitu aja dan langsung menubruk tubuh nathan.

iya, nathan dipeluk (lagi) sama hansel.

mulai dari renda dan shon yang kaget setengah sadar, sean yang hampir jatuhin minuman, dan yang lain sampai rafi, ilhan, erico, yafizan, dan jevais yang baru sampai di buat melongo kaget lihat kejadian barusan.

kecuali gerhana. karena dia nyungsep di lantai gara-gara kedorong sama hansel.

nathan juga kaget bukan main. bayangin aja tiba-tiba di peluk sama gebetan padahal lagi engga nonton film horor.

“h-hansel?”

“mau sama nathan aja, soalnya yang lain nyebelin!”

nathan boleh seneng sampai jungkir balik?

“udah gue bilang, lo ga perlu kesini, jev.”

bukannya membalas perkataan haeziel dengan kata-kata, jevierno memilih untuk membalas dengan sebuah pelukan erat pada tubuh haeziel.

“siapa yang nyuruh buat nunggu di luar?” suara jevierno menjadi pemecah keheningan setelah beberapa menit.

“cuma pengen aja...” jawab haeziel lirih.

kedua berada di luar apartemen haeziel, tepatnya di lantai bawah dekat parkiran. haeziel sengaja menunggu disana supaya cepat bertemu kekasihnya.

jevierno menghela nafas pelan. ia melepas pelukannya lalu beralih menangkup wajah haeziel. “liat kesini.” ucap jevierno. haeziel menurut.

“gue ga tau apa yang buat lo bilang hal kayak tadi ke gue. entah bercandaan atau tantangan dari siapa. tapi tolong... jangan lagi, ya? gue pastiin, kalau lo sekali lagi kayak tadi, gue ga akan pernah lepasin lo.” ujar jevierno lembut, tapi tetap tegas. sembari menatap kedua mata haeziel dengan sesekali menusap perlahan.

sedikit menunduk, haeziel mendekatkan dirinya pada jevierno lalu memeluknya.

“maaf...”

“ga apa-apa. udah selesai, ya?”

“apanya yang udah? pelukannya? enak aja, gue ga mau!”

“masalahnya, haeziel. kalau pelukannya sampai besok pagi juga gue ga masalah.”

“najis banget gombalan lo.”

haeziel memukul pelan lengan atas jevierno setelah ia melepaskan pelukannya. sedangkan jevierno hanya tertawa kecil.

“ga usah ketawa!”

“ily.”

“hah?”

“i love you.”

dapat jevierno lihat kini haeziel terdiam. kaget agaknya. dengan tatapan mengarah padanya, mata bulatnya yang terbuka lebar, belah bibir yang sedikit terbuka serta semburat merah perlahan menghiasi kedua pipi gembulnya.

cup

“i love you, haeziel.”

“SEMBARANG MAIN CIUM PIPI GUE!”

“tapi suka, kan?”

“JEVIERNOOOO.”

iridescent meet up.

sekarang sudah tepat pukul empat sore. itu yang tertera di layar handphone nathan. “hansel, mau pulang sekarang? bareng gue aja yuk.” tawar nathan.

kini tinggal nathan dan hansel. yang lain sudah lebih dulu pulang.

hansel menggeleng pelan, “belum, lo kalau mau pulang duluan, engga apa-apa.” pandangan hansel kini mengedar ke seluruh penjuru taman. ketara sekali tatapannya terlihat gugup

sadar kan hal itu, nathan juga ikut mengedarkan pandangannya mengikuti hansel. “cari siapa?”

“oh? bukan siapa-siapa kok hehehehe. ayo deh pulang sekarang!” ucap hansel dengan cepat. bahkan hansel sampai menarik tangan nathan.

nathan berdiri dan mengikuti langkah hansel yang terkesan buru-buru. “iya iya, sabar, ya ampun.”

“ayooo cepet! yang ini engga bisa sabar.”

baru setengah jalan, hansel merasa pundaknya di rangkul.

“si gembul.” hendery langsung merangkul hansel sesampainya di tempat lalu menoleh ke nathan, “ada nathan ternyata. hai, bro.”

nathan kaget? jelas. kok bisa tiba-tiba ada hendery datang. udah gitu sambil rangkul hendery. “hai, bang hendery.”

memejamkan mata sejenak sembari menghembuskan nafas pelan, hansel yang berada di antara hendery dan nathan pun berusaha tersenyum manis.

“eh, ada kak hendery. ada perlu apa, kak?”

sedikit mengibaskan rambutnya, hendery mengangguk. “hmmm, cuma mau ketemu sama adek kesayangan aja sih.”

“ADEK?!”

kakak-beradik itu spontan menoleh ke nathan. hendery lebih dulu mengeluarkan suara. “iya, hansel adek gue. ga ada yang tau selain rendra sama shon. jadi ya, wajar sih kalo lo kaget.” jelas hendery santai.

nathan berusaha mencerna informasi yang baru ia dapat. hansel? adiknya bang hendery? wah, ia harus mempersiapkan banyak hal.

“oh iya, nathan. gue denger lo lagi deketin hansel. bener?”

“kakak ihhh.”

“diem dulu, dek.” perintah hendery sembari mencubit pelan pipi hansel. mau engga mau, hansel diam.

hendery memanggil nathan sekali lagi. “nathan?”

“hah?” nathan kaget. lagi bengong tiba-tiba dipanggil. sekarang aja mukanya udah planga-plongo.

“lo beneran lagi deketin adek gue?” tatapan hendery kini berubah serius. engga kayak sebelumnya.

menarik nafas lalu menghembuskan perlahan, nathan membalas menatap hendery mantap. “beneran, bang.”

“lo tau kan resikonya kalau lo main-main sama adek gue? jangankan gue, temen-temennya juga bisa hadepin lo duluan sebelum gue.”

hansel yang ada di tengah cuma perhatiin kakaknya dan nathan. engga bisa bantah apapun karena dasarnya hendery ini sama persis kayak papanya. hendery adalah pelindung pertamanya di kota rantau ini.

nathan mengangguk yakin. “gue tau. bahkan sebelumnya juga rendra dan yang lain udah kasih peringatan ke gue.”

“bagus.” hendery bertepuk tangan sendirian. “ga salah emang dek kamu punya temen kayak mereka. papa ga perlu nyewa bodyguard— aduh.”

hansel menyikut pinggang hendery. “engga ada bodyguard. jangan kayak papa deh, lebay.”

“bilangin papa ya, masa papa di bilang lebay.”

“bilangin aja sana. nanti adek bilangin juga kalau kakak udah pacaran.”

“kakak bilangin balik kalau kamu ada yang deketin.”

“kakak nyebelin.”

“adek lebih nyebelin.”

mulai. kakak adek itu sekarang ribut. sedangkan nathan menghela nafas lega. udah dapet tanda-tanda lampu hijau.

hendery menurunkan tangannya dari pundak hansel lalu beralih. kini kedua tangannya berusaha menghalau tangan hansel yang hendak mengerjainya. “duh, adek— nathan, lo belum dapet lampu hijau sepenuhnya dari gue— ADEK SAKIT!”

“nyebelin sih!”

“gue tunggu hari minggu di sirkuit— mbul sebentar heh— tanding sama gue ntar gue kasih lampu ijo. udah dulu ya, ada beruang gembul ngamuk.”

“IHHH JANGAN KABUR!”

hendery beneran kabur abis kasih tantangan ke nathan. nathan sih engga masalah. toh cuma balapan gitu aja dia juga sering.

“jangan di denger omongan kak dery. suka ngelantur kemana-mana.” kata hansel dengan penampilan yang agak berantakan. abis perang kecil sama hendery.

nathan mendekat ke hansel, “ga masalah, balapan doang. gampang.” ucapnya dengan lembut sembari merapihkan rambuh hansel yang agak berantakan.

yang lebih muda mendongakkan kepalanya sedikit untuk melihat nathan. hampir tak berkedip hansel melihat wajah nathan yang kini terkena bias dari sinar matahari sore dan juga rambuh hitam legam yang agak panjang itu bergerak karena angin. sadar atau tidak, semburat merah muda muncul pada kedua pipi tembam hansel.

tentu nathan sadar di lihat sebegitu lekatnya sama hansel. salting, pengennya teriak tapi tetep harus jaga image.

tangan nathan yang sedari tadi menata rambut hansel perlahan turun menuju pipi hansel dan mencubitnya gemas tak lupa nathan juga tersenyum tampan. “udah liatinnya?”

bukannya kaget atau bagaimana, hansel justru menggeleng. kedua mata bulatnya masih saja menatap wajah nathan dengan bibirnya yang cemberut, “belum.”

sekarang, bolehkan nathan teriak?

iridescent terimakasih

“terimakasih, nathan.” ucap hansel setelah nathan sudah membukakan pengait helm yang ia kenakan karena kedua tangannya penuh oleh bawaan.

“tunggu sebentar.”

nathan sedikit menarik tubuh hansel mendekat tapi tetap ada jarak. satu tangannya terulur guna merapihkan sedikit rambut hansel yang berantakan kala helmnya terlepas.

sepertinya hal ini akan jadi kebiasaan nathan kepada hansel. toh, hansel juga tidak keberatan.

“udah.”

“terimakasih lagi, nathan.”

“sama-sama, hansel.”

nathan membetulkan posisi duduknya di atas motor lalu kembali mengambil helm untuk bersiap pergi. tapi, urung kala melihat hansel seperti ada yang ingin di bicarakan.

“kenapa, sel?” tanya nathan.

hansel mengulum bibirnya, “itu— omongan kak hendery yang tadi jangan dilakuin, ya? maksudnya engga usah dan jangan balapan sama kak hendery...” kata hansel sembari menunduk.

tersenyum kecil, nathan meraih sisi wajah hansel lalu mengarahkan supaya tak lagi menunduk. “takut gue kalah terus ga bisa deketin lo lagi?”

“b—bukan begitu!”

“terus apa dong?”

“takut..”

“takut kenapa?”

“takut kalau nanti kak hendery atau lo jatuh, gimana?”

hansel mengangkat kepalanya tegak. menatap nathan tepat pada matanya. nathan dapat melihat tatapan khawatir yang hansel berikan.

“engga akan, hansel. gue ataupun bang hendery kan bukan yang baru balapan kemarin sore. ini juga bukan yang pertama kali. btw, makasih buat perhatiannya.”

semburat merah perlahan naik memenuhi kedua pipi hansel. “dih, siapa juga yang perhatian. engga ada!”

nathan tertawa kecil melihat hansel yang gugup sembari berjalan mundur untuk masuk kedalam kos-kosan.

“iya, iyaaa, engga perhatian. tapi sayang, ya?”

“ENGGA!”

tawa nathan semakin lepas karena reaksi hansel. hansel sendiri sudah berusaha mungkin menahan malu, tapi wajahnya sama sekali tidak dapat menutupi hal itu. wajahnya merah padam.

“gue pulang, ya.”

“hati-hati, nathan.”

“makasih, gemes.”

“IH!”