iridescent
meet up.
sekarang sudah tepat pukul empat sore. itu yang tertera di layar handphone nathan. “hansel, mau pulang sekarang? bareng gue aja yuk.” tawar nathan.
kini tinggal nathan dan hansel. yang lain sudah lebih dulu pulang.
hansel menggeleng pelan, “belum, lo kalau mau pulang duluan, engga apa-apa.” pandangan hansel kini mengedar ke seluruh penjuru taman. ketara sekali tatapannya terlihat gugup
sadar kan hal itu, nathan juga ikut mengedarkan pandangannya mengikuti hansel. “cari siapa?”
“oh? bukan siapa-siapa kok hehehehe. ayo deh pulang sekarang!” ucap hansel dengan cepat. bahkan hansel sampai menarik tangan nathan.
nathan berdiri dan mengikuti langkah hansel yang terkesan buru-buru. “iya iya, sabar, ya ampun.”
“ayooo cepet! yang ini engga bisa sabar.”
baru setengah jalan, hansel merasa pundaknya di rangkul.
“si gembul.” hendery langsung merangkul hansel sesampainya di tempat lalu menoleh ke nathan, “ada nathan ternyata. hai, bro.”
nathan kaget? jelas. kok bisa tiba-tiba ada hendery datang. udah gitu sambil rangkul hendery. “hai, bang hendery.”
memejamkan mata sejenak sembari menghembuskan nafas pelan, hansel yang berada di antara hendery dan nathan pun berusaha tersenyum manis.
“eh, ada kak hendery. ada perlu apa, kak?”
sedikit mengibaskan rambutnya, hendery mengangguk. “hmmm, cuma mau ketemu sama adek kesayangan aja sih.”
“ADEK?!”
kakak-beradik itu spontan menoleh ke nathan. hendery lebih dulu mengeluarkan suara. “iya, hansel adek gue. ga ada yang tau selain rendra sama shon. jadi ya, wajar sih kalo lo kaget.” jelas hendery santai.
nathan berusaha mencerna informasi yang baru ia dapat. hansel? adiknya bang hendery? wah, ia harus mempersiapkan banyak hal.
“oh iya, nathan. gue denger lo lagi deketin hansel. bener?”
“kakak ihhh.”
“diem dulu, dek.” perintah hendery sembari mencubit pelan pipi hansel. mau engga mau, hansel diam.
hendery memanggil nathan sekali lagi. “nathan?”
“hah?” nathan kaget. lagi bengong tiba-tiba dipanggil. sekarang aja mukanya udah planga-plongo.
“lo beneran lagi deketin adek gue?” tatapan hendery kini berubah serius. engga kayak sebelumnya.
menarik nafas lalu menghembuskan perlahan, nathan membalas menatap hendery mantap. “beneran, bang.”
“lo tau kan resikonya kalau lo main-main sama adek gue? jangankan gue, temen-temennya juga bisa hadepin lo duluan sebelum gue.”
hansel yang ada di tengah cuma perhatiin kakaknya dan nathan. engga bisa bantah apapun karena dasarnya hendery ini sama persis kayak papanya. hendery adalah pelindung pertamanya di kota rantau ini.
nathan mengangguk yakin. “gue tau. bahkan sebelumnya juga rendra dan yang lain udah kasih peringatan ke gue.”
“bagus.” hendery bertepuk tangan sendirian. “ga salah emang dek kamu punya temen kayak mereka. papa ga perlu nyewa bodyguard— aduh.”
hansel menyikut pinggang hendery. “engga ada bodyguard. jangan kayak papa deh, lebay.”
“bilangin papa ya, masa papa di bilang lebay.”
“bilangin aja sana. nanti adek bilangin juga kalau kakak udah pacaran.”
“kakak bilangin balik kalau kamu ada yang deketin.”
“kakak nyebelin.”
“adek lebih nyebelin.”
mulai. kakak adek itu sekarang ribut. sedangkan nathan menghela nafas lega. udah dapet tanda-tanda lampu hijau.
hendery menurunkan tangannya dari pundak hansel lalu beralih. kini kedua tangannya berusaha menghalau tangan hansel yang hendak mengerjainya. “duh, adek— nathan, lo belum dapet lampu hijau sepenuhnya dari gue— ADEK SAKIT!”
“nyebelin sih!”
“gue tunggu hari minggu di sirkuit— mbul sebentar heh— tanding sama gue ntar gue kasih lampu ijo. udah dulu ya, ada beruang gembul ngamuk.”
“IHHH JANGAN KABUR!”
hendery beneran kabur abis kasih tantangan ke nathan. nathan sih engga masalah. toh cuma balapan gitu aja dia juga sering.
“jangan di denger omongan kak dery. suka ngelantur kemana-mana.” kata hansel dengan penampilan yang agak berantakan. abis perang kecil sama hendery.
nathan mendekat ke hansel, “ga masalah, balapan doang. gampang.” ucapnya dengan lembut sembari merapihkan rambuh hansel yang agak berantakan.
yang lebih muda mendongakkan kepalanya sedikit untuk melihat nathan. hampir tak berkedip hansel melihat wajah nathan yang kini terkena bias dari sinar matahari sore dan juga rambuh hitam legam yang agak panjang itu bergerak karena angin. sadar atau tidak, semburat merah muda muncul pada kedua pipi tembam hansel.
tentu nathan sadar di lihat sebegitu lekatnya sama hansel. salting, pengennya teriak tapi tetep harus jaga image.
tangan nathan yang sedari tadi menata rambut hansel perlahan turun menuju pipi hansel dan mencubitnya gemas tak lupa nathan juga tersenyum tampan. “udah liatinnya?”
bukannya kaget atau bagaimana, hansel justru menggeleng. kedua mata bulatnya masih saja menatap wajah nathan dengan bibirnya yang cemberut, “belum.”
sekarang, bolehkan nathan teriak?