monokrowm

iridescent on the way.

“mau langsung pulang ga?” tanya gerhana sembari merangkul pundak hansel dan mengeluarkan kunci motor miliknya.

mereka berdua baru saja keluar dari kelas yang sama.

hansel menggeleng pelan, sedikit memasang wajah sedih serta bibir cemberut. “maaf, tapi gue harus ke taman perpustakaan. mau ada ketemuan buat bahas acara nanti.”

mengangguk paham, gerhana lantas menggandeng tangan hansel dan berjalan menuju parkiran fakultasnya. “gue anter, ayo. sekalian jalan-jalan nih.”

“ayooo!”

kini kedua terlihat berlari kecil menuju parkiran dengan tangan bergandengan. persis anak sekolah dasar baru pulang sekolah.

sesampainya di parkiran, gerhana langsung menaiki motor scoopy miliknya. “mau pake helm?” tawar gerhana sembari menyodorkan helm bogo ke hansel.

“engga mau. kan cuma mau ke perpustakaan aja, ngapain pake helm.”

“iya juga ya... ya udah, ayo naik.”

hansel pun lantas naik ke jok belakang motor scoopy dengan warna coklat itu.

perlahan gerhana mulai melakukan kendaraan roda dua miliknya menyusuri jalan kampus mereka yang luas. sesekali juga hansel atau gerhana akan menyapa beberapa orang yang mereka kenal. seperti saat ini.

“CIE CIEEEEE YANG BERDUAAN.”

uh— satu ini bukan sapaan, sih, lebih tepatnya ledekan yang disampaikan buat renda dan jevais yang terlihat berduaan di pinggir jalan. pemandangan langka.

“BERISIK!” teriak rendra yang justru di balas tawa oleh gerhana dan hansel.

motor berpenumpang dua orang itu terus melaju, berbelok ke kanan dan di kiri mereka terdapat pemandangan danau kampus. tinggal sedikit lagi sampai tujuan.

“nah, sampaaaii.” gerhana memberhentikan motornya hanya sampai gerbang perpustakaan.

hansel turun dari motor. tak lupa mengucapkan terimakasih diiringi lambaian tangan kepada gerhana. setelahnya gerhana kembali melajukan motor kesayangannya untuk di bawa jalan-jalan.

“hansel!” baru dua langkah berjalan, namanya sudah di panggil.

“eh, nathan.”

ya, yang panggil hansel itu nathan.

nathan mendekat ke hansel dan berdiri di hadapannya. “baru sampai?”

mengangguk cepat tak lupa senyum manis, “iya, baru aja sampai. mau langsung ke taman?”

“boleh.”

keduanya masuk ke area perpustakaan. begitu masuk, mereka sudah sampai di taman perpustakaan yang di maksud shon maupun yafizan.

keadaan taman perpustakaan kini ramai. walaupun jam sudah menunjukkan pukul lima belas lewat lima menit, mahasiswa dan mahasiswi nampaknya enggan meninggalkan gedung yang penuh buku ini.

tak butuh waktu lama untuk mencari keberadaan shon. ia terlihat sedang duduk sesekali mengobrol dengan mahasiswa lain. nathan dan hansel menghampirinya.

“oh, udah dateng! duduk sini, sini, siniii.” ucap salah satu panitia kepada hansel dan nathan.

kedua sudah duduk nyaman dengan samping kanan dan kiri terdiri dari jejeran panitia lainnya dan juga shon dan yafizan.

“kita langsung mulai aja ya. disini cuma mau sedikit aja yang mau diomongin. jadi gini...”

sekumpulan mahasiswa/i itu mulai fokus dengan apa yang mereka bahas. di temani dengan semilir angin sejuk pada sore hari yang mengelilingi mereka.

iridescent umm, library date?

perpustakaan pada siang hari ini cukup ramai di kunjungi para mahasiswa dan mahasiswi. ada yang mengerjakan tugas individu atau kelompok, sekedar datang untuk numpang ngadem, dan atau mencari buku. nathan contohnya.

lima belas menit waktu yang nathan habiskan di perpustakaan untuk mencari buku yang ia inginkan. sudah tanya ke penjaga perpustakaan, tapi belum juga ketemu. nathan menyerah.

ia berjalan dengan arah mata tertuju pada jejeran buku. walau dalam hati bilang menyerah, ia masih ingin menemukan buku yang dicari.

setelah matanya tak lagi mendapati jejeran buku, nathan menghela nafas pelan lalu belok kanan hendak pergi. tapi ia harus menarik rem pada kakinya saat hampir menabrak orang.

“loh, hansel?”

“haiii, nathan! lagi cari buku juga?” sapa hansel riang namun agak berbisik dengan memperlihatkan senyuman lebar.

nathan mengangguk. dalam hari bersyukur karena ia cepat berhenti sebelum ia menabrak hansel.

“lo cari buku apa?”

“cari buku buat referensi. lo sendiri cari buku apa?”

“cari novel atau engga buku hiburan? ya pokoknya buat santai aja. tapi, dari tadi engga ketemu yang pas.” ucap hansel sampai tanpa sadar ia mengerucutkan bibirnya sebal.

nathan yang melihatnya pun tertawa kecil. satu tangannya terangkat untuk mengusak pelan surai berwarna coklat milik hansel.

“gue tau rak buku yang simpan novel atau buku yang lo mau itu. seru semua. ayo?”

tangan nathan terulur dihadapan hansel. menawarkan gandengan tangan. tanpa pikir lama pun hansel menerima tawaran tersebut lalu menggenggam tangan nathan.

keduanya berjalan beriringan menuju bagian dari perpustakaan yang nathan maksud.

keduanya langsung mencari buku yang pas sesuai selera masing-masing.

keduanya mulai tenggelam pada bacaan masing-masing. namun, keduanya juga tak lupa akan kehadiran satu sama lain.

terkadang keduanya saling bergantian menunjukkan bagian seru dari bacaan masing-masing. tertawa kecil bersama ataupun saat-saat tidak sengaja saling memandang, lalu setelah tertawa.

aduh, berasa dunia milik berdua. sampai melupakan sesuatu.

iridescent alasan.

“nathan, boleh tanya?”

“boleh dong. tanya aja.” jawab nathan sembari mengambil helm miliknya dari spion motor lalu memakainya.

“itu— mau kesini engga bilang dulu?”

“oh, itu. gue niatnya cuma mau keliling sambil panasin motor. eh, tiba-tiba kepengen makan nasi uduk.” jelas nathan. ia naik ke atas motornya dan menatap hansel. “dan gue juga inget janji lo buat traktir gue. jadilah gue belok kesini.”

hansel mengangguk paham. perlahan ia memakai helm miliknya. setelah yakin dengan pengait helm, ia sedikit bersorak. “okay, udah siap!”

“astaga...” nathan terkejut sampai-sampai terlonjak di tempatnya.

sedangkan sang pelaku hanya memperlihatkan barisan gigi dan terkekeh.

“ya udah, ayo naik. pegangan jangan lupa.”

“pegangan di jaket lo lagi?” tanya hansel saat sudah duduk di jok lumayan tinggi milik nathan.

“terserah sih, pegangannya di ganti back hug juga ga masalah.” ujar nathan santai tanpa memperhatikan sekitar.

awas, ada mata-mata mengintai.

“HEH CROCODILE SEMBARANGAN LO YE GOMBALIN HANSEL.” teriak gerhana yang tak sengaja lewat dan mendengar uh— gombalan receh nathan.

iridescent eh, ketemu.

senin adalah hari dimana semua orang kembali memulai aktivitas. dari pagi sampai sore, nathan memiliki jadwal yang padat. sederhana, kelasnya padat di hari senin. sampai ia tidak sempat menemui hansel.

ya, dengan rasa penasaran yang tinggi, nathan hendak menemui hansel untuk menanyakan kejelasan. walaupun sudah yakin 99,9% hansel memperbolehkan, tapi tetap saja masih ada 00,1% kemungkinan lainnya.

motor sport kece nan keren berwarna hitam melaju santai melewati jalan sekitar universitas dharmawangsa dengan membonceng satu orang.

“woy, ikhlas ga sih lo kasih tebengan ke gue? mentang-mentang tadi ga ketemu hansel.” tanya erico pada nathan sembari menepuk pundaknya. yang ditanya tidak menjawab.

ya, niat pergi ke gedung fisip buat cari hansel tapi yang dicari udah pulang duluan, kata erico. jadilah nathan boncengin erico buat pulang bareng.

“bawel.” ujar nathan.

sampai dipertigaan, nathan membelokkan motornya ke kiri dan perlahan melaju sedikit cepat kala melihat sosok yang tidak asing.

“hansel!”

“nathan?”

“akhirnya ketemu.”

nathan memberhentikan laju motornya tepat di samping hansel. hansel tak sendiri, ia bersama sean sedang berjalan kaki di trotoar.

“ayo naik.” ajak nathan sembari menggerakkan sedikit kepalanya sebagai kode.

hansel diam sebentar, sean disampingnya memasang wajah bingung, sedang erico sudah lebih dulu menggeplak punggung nathan sampai yang digeplak kesakitan.

“lo lagi sama gue, njing. gimana mau bawa hansel juga? bonceng tiga?”

“lo turun lah. udah sono balik bareng sean. anterin tuh anak orang pulang.”

“boljug.”

namanya juga erico yang lagi berjuang merebut hati sean. diomongin gitu langsung turun.

“tapi engga apa-apa?” tanya hansel ragu.

“ga apa-apa udah. hansel naik, kapan lagi ya kan di bonceng nathan.” kata erico.

hansel melihat ke arah nathan. yang di lihat pun tersenyum lalu mengangguk.

“ayo naik.”

iridescent penjelasan

benar seperti cuitan shon dan balasan dari felixio. hansel kabur begitu menyelesaikan sarapannya. membuat semua orang kaget, terlebih nathan yang di sampingnya.

“hansel? hansel, tunggu!” panggil nathan. ia menyempatkan untuk minum lalu berlari keluar ruang tengah tempat mereka sarapan untuk mengejar hansel.

dapat. nathan menahan lengan kanan hansel sebelum hansel menaiki tangga menuju kamarnya.

“gue engga mau masuk tim lo cuma kejadan semalam. please, engga mau, engga mauuu.” cerocos hansel ketika tangannya ditahan oleh nathan. sembari menangkupkan kedua tangannya serta kedua mata terpejam. seperti memohon.

nathan sudah menduga jika hansel ada salah paham dengan apa yang ingin ia sampaikan. lagipula apa itu tadi, masuk ke dalam timnya? yang benar saja...

menghembuskan nafas perlahan, nathan mencoba menjelaskan yang sebenarnya pada hansel. “hansel, maksud gue mau ajak lo ngobrol bukan bahas itu. malah yang lo omongin tuh ga pernah gue pikirin sama sekali.”

“oh, ya?” kaget hansel. kedua matanya sampai membola karena kaget, tapi setelah mengerjap pelan seolah tidak terjadi apa-apa dan melihat ke arah lain. oke, ia merasa malu sekarang.

“itu soalnya temen-temen gue bilang keliatan lo mau ma—masukin gue ke tim lo... lo sih ngeliatin gue t—terus!” ucap hansel gugup.

nathan menahan tawa. lucu, pikirnya. bisa-bisanya hansel termakan kejahilan seperti itu.

menyisir rambutnya yang sudah mulai panjang dengan satu tangan, nathan tersenyum kecil sembari menatap hansel tepat pada kedua matanya. “coba liat sini.”

ragu-ragu, hansel menurut untuk melihat nathan. belum ada satu detik, hansel kembali memalingkan wajahnya dari nathan. “engga mau...” cicit hansel.

“ga apa-apa. tolong dengerin baik-baik apa yang mau gue omongin ke lo, ya?”

hansel mengangguk, nathan pun kembali angkat bicara.

“jadi gini, aduh gue bingung mau bilang gimana.. hansel, gue tertarik sama lo.”

ucapan nathan sukses membuat hansel menatap kearahnya.

“gue tau kita belum ada tepat dua puluh empat jam kenal. tapi ya, gue tertarik sama lo. mau kenal lebih dekat lagi. ini di luar konteks kita sebagai partner mc, ya. jadi gue harap, setelah acara nanti kita tetap dekat. boleh?” jelas narhan sebisa mungkin, walau sedikit gugup. karena wajah hansel terlihat biasa saja malah kelewat polos.

“jadi, gimana?” tanya nathan memastikan.

hansel sendiri tengah mengulum bibir sampai kedua pipinya sedikit mengembung. masih diam.

“gue semalam udah ngomong kok ke rendra sama temen-temen lo yang lain. kata mereka—” ucapan nathan tiba-tiba berhenti. tatapannya mengarah pada hansel yang berlari menjauh darinya.

sebelum hansel berlari menjauh, ia terlebih dulu memeluk nathan dan membuat nathan berhenti melanjutkan kata yang hendak di keluarkan.

pelukan singkat. sangat singkat. namun memiliki efek sangat —boom!— luar biasa bagi kinerja jantung keduanya. serasa mau meledak.

yah, walaupun nathan harus menafsirkan sendiri maksud dari pelukan tadi. jawaban iya atau tidak.

iridescent salah paham

sementara disisi lain. hansel dan langit sedang duduk di bangku taman kos-kosan. engga ada takut-takutnya padahal sekarang udah jam tiga pagi kurang lima belas menit.

udara malam begini juga engga bagus. tapi ya namanya juga anak muda, terobos aja lah. untung mereka pakai hoodie atau jaket sama celana training buat langit dan piyama tebal buat hansel.

“kenapa tiba-tiba narik gue keluar?” tanya langit. pasalnya ia tiba-tiba saja di tarik keluar dari ruang tengah.

“agak takut sama nathan. masa gue diliatin terus? udah gitu di datengin. kalau gue beneran di rekrut masuk gengnya dia gimana...” jelas hansel lalu cemberut pada akhir kalimat.

gemas, langit mengusak rambut hansel lalu terkekeh. “hayoloo, nanti di rekrut terus jadi nakal. tuh, nathan udah di sana, dadah hansel!”

habis ngeledek hansel, langit langsung lari secepat kilat ke kamarnya.

hansel menoleh ke belakang. bener aja di sana udah ada nathan jalan mendekat ke hansel. “langit ih!”

baru aja hansel berdiri, tangannya sudah lebih dulu digenggam oleh nathan. “hansel, mau ngobrol sebentar, boleh—”

“engga boleh! gue engga mau masuk geng lo!” ucap hansel cepat sembari melepaskan tangannya dari genggaman nathan lalu lari begitu saja menuju kamarnya. sampai-sampai hansel tersandung tangga.

nathan sendiri hanya bisa melongo kaget dan meringis pelan ketika melihat hansel tersandung anak tangga.

“dia... salah paham ga sih?” tanya nathan kepada dirinya sendiri.

iridescent minta sim izin janji

lihat erico berani ngajak pdkt sean di depan semua orang, nathan juga mau kayak gitu. ngajak hansel pdkt sekalian minta izin sama semua sahabatnya hansel.

nathan berdiri sambil sedikit loncat buat ilangin gugup.

“ini lagi, mau ngapain lo?” tanya jevais.

“liat dan saksikan.”

dengan pasti nathan mendekat ke arah hansel yang lagi ngobrol sama satu orang.

“hansel—”

baru juga panggil nama, eh hansel buru-buru keluar sama temennya yang nathan engga tau namanya.

“mau ngapain manggil hansel?”

di depan nathan sekarang udah ada satu cowok yang tadi siang dia lihat di taman fib bersama hansel.

nathan mengusap tengkuknya gugup, “itu—”

“itu apa?”

“orang belum selesai ngomong malah lo potong. lanjut.”

yang potong omongan nathan itu gerhana. sedangkan yang misuh itu rendra sambil menoyor kepala gerhana.

kini nathan menegapkan tubuhnya, “gue nathan jevano jenandra, mau ngeluarin kartu SIM buat salah satu dari kalian.”

“SIM? buat siapa?” bingung rendra.

“Surat Izin Mendekati buat hansel. gue langsung ngomong gini aja secara kalian sahabat hansel. gue izin mau deketin hansel. boleh?”

rendra, felix, shon, gerhana, yulio, dan arjuna sontak saling lihat satu sama lain. dan semuanya kasih kode rendra buat ngomong.

“kalau lo tanya soal izin, kita engga pantes buat kasih izin. harusnya lo ngomong langsung sama hansel karena yang mau lo deketin itu hansel. kita sebagai sahabat cuma bisa dukung semua keputusannya dan lindungin dia dari apapun. itu berlaku buat kita kita disini. dan juga, orang tua sama kakaknya hansel udah minta tolong ke kita buat jagain dia.” jelas rendra. tatapan serius tertuju pada nathan.

antara lega dan belum, nathan tersenyum kecil. ia seneng ternyata hansel dikelilingi sama sahabat yang baik.

“janji, gue engga akan main-main sama hansel.”

“gue pegang janji lo. sekali lo sakitin hansel, kita semua yang bakal maju buat bikin lo babak belur.”

iredescent cerita menarik lainnya.

“aduh, permisi ya, maaf lama.” ucap arjuna ketika membuka pintu ruang tengah sekaligus ruang kumpul dengan agak kesusahan karena masing-masing kedua tangannya membawa satu bantal dan satu selimut besar.

setelah arjuna masuk, di belakangnya ada sean, shon, hansel, yulio dan yang lainnya sampai langit paling terang. mereka keliatan repot sama barang-barang bawaan. bantal, selimut besar dan kotak P3K untuk ngobatin yang habis adu jotos.

nathan dan yang lain sigap berdiri dari sofa ketika melihat penghuni kos masuk. tanpa di minta, mereka satu persatu mendekat dan mengambil alih barang bawaan. ya secara engga enak gitu, udah di tolongin, di kasih minum sama istirahat masa engga bantuin.

“jadi ngerepotin gini. makasih banyak ya.” yafizan menaruh dua bantal dan satu selimut di atas sofa lalu tersenyum kepada seluruh penghuni kos.

“engga masalah sama sekali, kok.” kata rendra sambil menaruh satu kotak P3K di atas meja kecil.

nathan dan kawan-kawan kembali duduk di sofa, sedangkan penghuni kos cuma berdiri. sofanya engga muat tampung lima belas orang.

“ini ada air buat bersihin luka kalian ya. bisa obatin lukanya?” tanya shon setelahnya kembali dari dapur sama sean sambil bawa dua baskom kecil berisi air bersih.

jarrel mengangguk cepat, “bisa dong. urusan obatin luka sendiri mah gampang.” dengan cepat ia membuka kotak P3K dan mulai membersihkan lukanya. diikuti juga sama yang lain.

tapi ada satu orang yang hanya diam.

“woi ric, kenapa lo? bersihin ini cepetan takutnya infeksi.” omel jevais sambil toel lengan erico. maklum, calon dokter.

tiba-tiba aja erico berdiri dan berjalan cepat menuju sean yang sedang bermain dengan handphone.

merasa seseorang mendekat, sean mengangkat kepalanya dan melihat cowok dengan wajah kebule-bulean di depan dia. “kenapa?”

“nama gue adhnan erico dhananjaya. lo lucu. gue mau kenal lo lebih jauh lagi. singkatnya pdkt, gimana?.” erico berucap tegas dengan tatapan tak lepas dari sean.

semua orang di sana udah tahan nafas. terlebih lagi yang kenal betul sama sean.

“orang gila. gue engga mau.”

setelah menjawab pertanyaan dari erico, sean lantas pergi keluar dari ruang kumpul dengan kepala menunduk supaya tertutup tudung hoodie.

“gue di tolak nih?”

suara tawa langsung terdengar riuh dari teman-temannya setelah erico bertanya.

erico hanya engga tau aja kalau sebenarnya wajah sean memerah malu abis di tanya pdkt gitu sama crushnya sejak semester satu.

iridescent spechless.

jam sudah menunjukkan pukul satu malam lewat empat puluh lima menit. tentu, orang-orang sudah berada di rumah, mengistirahatkan diri, tidur.

tapi tidak dengan dua gerombolan anak muda ini. di tengah jalan sepi, mereka saling memukul, menendang atau sesekali menghindari dari orang yang mereka anggap lawan. tak ayal mereka mendapat satu, dua pukulan atau lebih.

“nathan, kita kalah jumlah. kalo kita ga kabur, bisa-bisa malah masuk ugd.” ucap erico ketika posisinya dekat dengan nathan.

tak lama, semua teman-temannya juga mendekat kearahnya. nathan dan teman-teman terkepung. okay, ini bukan hal yang bagus.

“makanya, ga usah sok jago lo semua. mending ngaku kalah terus minta maaf sama kita. sekalian sujud nih di kaki gue.”

setelah si ketua dari geng sebelah itu berkata, semua anak buahnya tertawa terbahak-bahak seakan meledek nathan dan yang lain.

wajah nathan jelas menahan amarah. bukan cuma nathan, tapi semua.

“ada rencana?” tanya yafizan.

erico menghela nafas berat, “kayaknya sih ga ada. dari segi jumlah aja kita udah kalah, kita juga udah pada luka gini. maksa maju dijamin masuk rumah sakit.”

“kita kabur.”

jarrel menggeplak lengan atas ilhan saat ilhan berceletuk. “lo gila? terus ini motor biarin disini?”

“bener kata ilhan, kita kabur. lari. ga ada pilihan.” ucap nathan meyakinkan.

jevais mengangguk, “sekali ini aja kita kabur. hitungan kelima. satu, dua—”

“tolol, lima kebanyakan. tiga aja lah.”

kini jevais yang jadi sasaran jarrel. kepalanya di toyor.

“ya udah tiga. TIGA!”

“HIYAAAAAAAA!”

bukan, itu bukan suara dari dua gerombolan remaja itu. nathan dan kawan-kawan juga engga jadi kabur. mereka kaget lihat bala bantuan datang.

ada tujuh orang. yulio dan gerhana bawa tongkat baseball, rendra dan langit bawa tongkat pramuka, shon bawa tongkat tennis, dan felix serta arjuna bawa teflon berukuran besar.

“SEMUA MAJUUUU!”

nathan dan kawan-kawan kaget bukan main, apalagi geng sebelah yang berasa dapat serangan dadakan.

“YULIO BEGO.” teriak jevais pas liat kembarannya itu yang teriak kode buat maju.

jevais maju untuk mendekat ke kembarannya, “WOI, YULIO! lo gila!?”

“lo yang gila! mau kena tongkat baseball gue?! MINGGIR.”

jevais auto menunduk ketika tongkat baseball yang diarahkan yulio melewati atas kepalanya dan langsung mengenai lawan yang hendak menyerang jevais.

ya, yulio dan jevais sebenarnya adalah saudara kembar. tidak ada yang tahu. kembar tidak seiras itu sengaja tidak memberi tahu yang lain. tapi, jika sudah begini kondisinya, ya ungkapan saja lah.

kembali ke nathan dan yang lain. mereka engga jadi kabur dan maju lagi buat bantu bala bantuan yang datang.

kini totalnya, tiga belas orang melawan dua belas orang.

namun di tengah keributan yang terjadi, tiba-tiba seseorang berteriak.

“SEMUA BERHENTI ATAU GUE TELFON POLISI!”

semua sontak berhenti dan melihat ke arah orang yang berteriak tadi. itu hansel dan sean.

sean kelihatan mau tarik hansel buat masuk lagi ke indojuni, tapi hansel tetap kekeh sambil memegang handphone miliknya di udara.

“jagoan mau tambah satu? boleh.”

satu orang lawan yang paling dekat dengan hansel sudah ambil ancang-ancang buat pukul hansel.

dia salah cari lawan.

mengambil ancang-ancang, lalu hansel dengan sekuat tenaga menendang si lawan pada area wajah dengan telak sampai lawannya tersungkur dan pingsan.

“MUNDUR!” teriak ketua dari geng sebelah. langkah mereka cepat, satu orang membopong temannya yang pingsan lalu mendekati motor masing-masing dan langsung tancap gas meninggalkan lokasi.

suasana hening. rata-rata mulut mereka terbuka lebar, kaget. terutama nathan dan kawan-kawan.

“yeaaaaay, menang! menang, menang, menang! kita menangggg! sean kita menang, ayo semangat, yuhuuuu! engga nyesel ikut papa latihan muay thai sama boxing!” hansel kelihatan seneng banget sambil joget-joget kecil terus peluk sean dari samping.

semuanya yang tersisa disana masih kaget lihat kejadian sebelumnya. sedangkan pelakunya asik selebrasi sendiri.

speechless.

mas kasir indojuni yang lihat juga ikutan speechless.

iridescent kedua kali ketemu.

nathan menatap layar ponsel yang menampilkan foto si hansel hansel itu. partner mc, kata yafizan.

'kayak pernah liat.' batin nathan sedari tadi. ia yakin betul pernah melihat wajah hansel. tapi dimana?

menghela nafas perlahan, nathan mengesampingkan hal tersebut dan melanjutkan langkahnya menuju taman fakultas ilmu dan budaya.

sesekali matanya mengedar berusaha menemukan orang yang ia cari.

gotcha! nathan menemukannya. orang yang ia cari terlihat berdua dengan temannya, mungkin? mereka terlihat mengobrol dengan seru. nathan berdiri tak jauh dari lelaki —yang ia duga bernama hansel— dengan terus memperhatikannya.

memperhatikan bagaimana si manis terus berceloteh menanggapi temannya, bagaimana wajahnya terlihat sebal dengan bibir mencebik karena menunggu ia datang, mungkin? sampai akhirnya wajah itu terlihat memohon karena temannya pergi.

tunggu, apa baru saja nathan menyebut hansel itu manis?

oh, tuhan. tolong ingatkan nathan kalau ia tadi sempat berpikir tidak tertarik dan beranggapan cukup menjadi partner mc lalu selesai ketika diledek oleh teman-temannya. nyatanya ia mulai tertarik kepada hansel.

nathan berjalan pelan tapi pasti ke arah orang yang terus ia perhatikan setelah temannya itu pergi. berdehem sedikit agar menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba melanda, “ekhm, permisi. hansel?”

“huh? siapa?” perhatian si manis kini beralih kepada sosok yang baru saja ia lihat. dengan mata melebar kaget dan mengerjap polos.

“gue nathan. nathan lejeano jenandra. arsitektur, semester tiga. salam kenal.” tangan nathan mengulur didepan hansel.

hansel perlahan menjabat tangan nathan walau agak ragu. “hansel. arsalan hansel bramuda, ilmu komunikasi, semester tiga. salam kenal juga, nathan?”

nathan mengangguk kecil lalu segera melepas jabatan tangan mereka setelah tiga detik. wajahnya ketara gugup, tapi dimata hansel, wajah nathan sekarang terlihat dingin.

“duduk dulu.” ucap hansel pelan. kini ia menunduk sembari memainkan ujung kemeja nya. ketara ia cukup gugup.

sebenarnya, hansel bukan orang yang gugup untuk bertemu orang baru. tapi sedari tadi bayangan tentang nathan partner mc nya ini salah satu anak geng motor. siapa coba yang engga takut?

lelaki didepannya terus memperhatikan si manis lalu tersenyum kecil, 'lucu juga nih kalau gue jahilin sedikit.' pikir nathan.

lagi lagi nathan berdehem cukup kencang sampai hansel terlonjak kaget lalu mengelus dadanya perlahan.

nathan hanya menggeleng kecil terkekeh pelan. melepas jaket kulit hitam miliknya menyisakan kemeja berwarna hitam dengan garis-garis putih melekat pas pada tubuhnya, menyisir kembali surai hitam legam miliknya kebelakang sampai akhirnya nathan duduk dihadapan hansel hanya di batasi oleh meja bundar kecil.

hal itu tak lepas dari pengelihatan hansel. sedari tadi hansel melirik nathan, mulai dari melepas jaket kulit hitam sampai netra keduanya bertemu.

mata bambi lah yang pertama kali memutuskan kontak mata mereka setelah tiga detik. lalu memalingkan wajahnya ke kanan guna menghindari tatapan dari mata elang dihadapannya. entah kenapa pipinya merasa panas ditatap seperti itu.

nathan mengerutkan hidung karena gemas dengan si manis.

“gue calon partner mc lo di acara penyambutan maba nanti. temen gue bilang dia nanti kesini, mungkin sekitar 10 menit lagi.” dengan nada tegas sekaligus memecah keheningan, nathan menumpu dagu dengan satu tangan di atas meja. tatapannya tak lepas sedikit pun dari hansel.

sedangkan hansel semakin gugup dengan terus mengalihkan pandangan dari nathan yang tak lepas menatapnya.

hansel mengangguk. “ya, tadi temen gue juga udah ngomong kok. t-tapi, ini engga apa-apa kan kalau lo-gue?”

cukup, nathan engga kuat lagi.

nathan mengusak lembut rambut hansel. seperti dugaannya, helai rambut bewarna coklat itu terasa halus.

hal itu membuat hansel mengangkat kepala hingga hansel dapat melihat wajah nathan sedang tersenyum kecil hingga kedua matanya melengkung layak bulan sabit.

oh, astaga, pipinya bertambah panas sekarang.

“bukan masalah. pakai lo-gue aja.”

uluran tangan itu perlahan berhenti dan turun tapi tidak dengan tatapannya.

hansel hanya diam. ia gugup, bahkan ia dapat mendengar dengan jelas detak jantungnya yang terdengar sangat ribut seperti boom-boom-boom-boom.

aih, sepertinya ada yang sedang salah tingkah.

“tapi, sih, saya lebih suka dipanggil sayang.”

hansel kaget bukan main. ia langsung menoleh ke nathan dengan kedua mata membola kaget.

sedangkan nathan terlihat biasa saja, malah nathan tertawa gemas melihat reaksi hansel.

“btw, gue boleh cubit pipi lo ga? gemes banget.”

tuh kan, kalian lihat sendiri. nyatanya nathan dengan segala mulut manisnya yang tidak jauh sama dengan teman-temannya.