ready to love [ ccci ]
“ck, haeziel dimana sih?” gumam jevierno. ia sudah berkeliling seluruh arena festival untuk mencari haeziel. ya, beruntung jevierno mendapatkan sedikit waktu untuk menikmati acara yang ia dan anak osis lainnya gelar.
keping kembar mengedar keseluruh penjuru. mencoba menelisik kumpulan orang-orang satu persatu. siapa tau haeziel menyempil diantaranya.
haeziel bilang akan datang terlambat, tapi harusnya tidak terlambat sangat. acara mulai pukul lima sore, sedangkan sekarang sudah pukul sepuluh malam lewat sepuluh menit ketika jevierno melihat pada jam tangan miliknya. hanya kurang dua puluh menit lagi sebelum penutupan.
“hai, jev. ngapain?” yang dipanggil sontak menoleh. “ada waktu sedikit, gue mau liat-liat. haeziel ga sama kalian?” tanya jevierno kepada renanda, sena, dan mirza yang ada di hadapannya.
ketiganya saling pandang. saling memberi kode siapa yang harus menjawab pertanyaan dari jevierno.
“itu, haeziel—”
“haeziel katanya haus sama laper jadinya kesana,” sena menunjuk ke arah bazar makanan berada. “coba aja kesana, no.”
baik renanda maupun mirza menatap sena kaget. renanda mencolek pinggang sena lalu berbisik, “kan gue yang jawab, njir.”
“lo kelamaan.” balas sena.
jevierno jelas ragu. tatapannya menjadi serius menatap ketiga orang di hadapannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. “jawab serius. mana haeziel?”
“haeziel beneran lagi beli makan sama minum. lo kalau ga percaya, ke sana aja.” akhirnya mirza yang menjawab setelah beberapa saat tidak ada yang mau menjawab.
menghela nafas perlahan, jevierno mengangguk dan pergi dari hadapan renanda, sena, dan mirza.
“gila, jantung gue mau copot.”
“serem banget buset tatapannya.”
“udah, ayo langsung cus ke barisan depan. biar bisa nonton band lebih jelas.”
ketiganya pun pergi meninggalkan tempat.
jevierno berjalan menuju bazar makanan yang menyediakan berbagai macam stand makanan dan minuman. tempatnya berada di sisi kiri panggung. tidak tepat di sampingnya, tapi agak jauh.
perlahan suara dentuman lagu tidak terlalu terdengar seiring jevierno mendekati bazar makanan. begitu juga dengan suara riuh penonton. yang terdengar kini hanya suara gesekan antara spatula dengan wajah, suara desisan makanan, suara batu es yang di tuang ke dalam gelas, dan suara ramai orang mengobrol disela makan.
“band sekolah udah naik.”
suara kresek kresek terdengar, selanjutnya suara nares yang terdengar dari walkie talkie milik jevierno dan tak lama suara riuh penonton terdengar. ia memilih bodo amat.
jevierno sudah mengelilingi bazar makanan. tapi, sosok yang ia inginkan sama sekali tidak terlihat. raut wajahnya berubah kesal. sangat.
Dua sejoli menjalin cinta
Cinta bersemi dari SMA
namun raut wajah itu berubah total kala mendengar suara yang familiar terdengar dari arah panggung lewat speaker besar. kedua tungkainya mulai melangkah. keping kembarnya menatap lurus ke arah panggung. disana, haeziel berdiri dengan sebuah mic ditangan kanannya. haeziel yang ia cari ada di atas panggung. jevierno berlari.
Wahai Galih, duhai Ratna
Tiada petaka merenggut kasihmu
langkahnya berhenti. jevierno berdiri di barisan penonton paling belakang, tapi ia tidak sedikitpun terhalang untuk melihat haeziel. karena, beruntung. ia membuat tempat penonton menjadi dua, sebelah kiri dan kanan dengan pembatas di antaranya. serta membuat jalan lebar di tengahnya. jevierno berdiri tepat di tengahnya. menghadap lurus kepada haeziel yang jauh di atas panggung.
tatapannya tak lepas sedikit pun dari haeziel. bagaimana haeziel menatap lawan duetnya dengan romantis sesuai dengan lagu yang dibawakan.
satu langkah.
bagaimana bagusnya dan lembutnya suara haeziel kala bernyanyi.
dua langkah.
bagaimana binar matanya terlihat saat keduanya tak sengaja bertatapan.
ia sudah berada di dekat panggung. tepat lagu selesai dinyanyikan.
saat itu, haeziel melontarkan senyum manisnya. menyapa jevierno.
“mana suaranyaaa. aduh aduh, rame banget nih. sampai semua penonton juga ikutan nyanyi. tepuk tangan dulu dong!” seru harris selaku pembawa acara kepada penonton. penonton pun berseru riuh disertai tepuk tangan meriah.
“KAKAK COWOK ITU NAMANYA SIAPAAAA.”
“kakak ganteng no wasapnya berapa?”
“ih ihhhh, kakak suaranya bagus banget. JADI PACARKU YUK GAS NGENG.”
“YANG MANIS! JADI PACAR GUE AJA SINI.”
bermula dari seruan salah satu penonton, kini merambat menjadi beberapa seruan yang ditunjukkan untuk haeziel. kesal? jevierno itu. haeziel? ia hanya tertawa sembari membelakangi penonton.
“DARI BELAKANG AJA CAKEP.”
jevierno menatap sinis pada orang di samping kanannya yang baru saja berteriak seperti tadi.
sialan, pikir jevierno.
“udah ya, gais. orangnya sampe malu gini, hahahaha. for your information nih, orang yang kalian maksud namanya haeziel. daaannn— lagi deket sama seseorang. otw jadian malah!” ucap harris sesekali melirik ke arah jevierno yang memperhatikan semuanya.
“BARU JUGA DEKET. UDAH HAEZIEL SAMA GUE AJA SINI.” lagi, teriak seseorang di samping kanan haeziel. tentu jevierno kembali menatapnya sinis, seperti akan ada laser yang keluar dari kedua matanya.
semua orang berbisik-bisik sembari menatap orang tadi. tak tertinggal juga orang-orang diatas panggung. terutama haeziel dan harris. haeziel sampai melongo kaget dan harris bingung harus bagaimana.
“gede juga nyali lo, bro. tapi—” ucapan harris terhenti kala melihat jevierno berjalan mendekati panggung.
kresek kresek— jev! lo ngapain anjir?! mundur woi, mundur! lo— pip.”
jevierno mematikan walkie talkie. sekaligus menghentikan suara nares. ia terus berjalan dan baru berhenti setelah ia sampai di bawah panggung.
“turun sekarang.” jevierno berbicara lantang kepada haeziel. haeziel pun tanpa tunggu lama langsung turun dari panggung dan segera menghampiri jevierno. keduanya menjadi tontonan orang-orang disana.
kedua saling berhadapan. keduanya saling bertatapan. tangan keduanya saling menaut dengan erat.
“kenapa, jev?” tanya haeziel bingung.
ada jeda. jevierno menghirup nafas, lalu membuangnya perlahan. ia mendadak gugup.
“jev—”
“gue orang yang dibilang lagi deket sama haeziel. sekarang, saat ini, malam ini, gue, jevierno elrana selaku ketua osis lensa yang beberapa menit lagi akan lengser mau bilang sesuatu untuk haeziel,”
haeziel kaget bukan main ketika jevierno berbicara dengan lantang dan keras dengan mengeluarkan kata-kata barusan. detak jantungnya kini berdegup kencang. gugup. tapi, rasanya menyenangkan.
“haeziel— haeziel chandratama, ayo jadi pacar gue.”
sorak sorai penonton meramaikan suasana. saling bersahutan. tepuk tangan ramai dan sorakan seperti “terima! terima! terima!” suara siulan terdengar. tak ketinggalan jeritan iri para jomblo.
baik jevierno dan haeziel kini tertawa malu.
“gue harus jawab? tapi, ini beneran?”
“ga perlu. yang tadi itu ajakan, bukan pertanyaan. lagipula lo juga ga akan nolak, kan? dan ya, ini beneran.” jelas jevierno dengan mencuri kecupan pada pipi gembil haeziel.
sorakan semakin keras terdengar. ramai, ramai sekali.
“sialan.” setelahnya haeziel berhambur memeluk jevierno. menenggelamkan wajahnya dengan pipi merona merah pada ceruk leher jevierno. ia malu.
jevierno sendiri dengan senang hati membalas pelukan pacarnya— uhuk, udah pacar. sesekali ia mengelus lembut surai coklat haeziel.
haeziel melepaskan pelukan. menarik nafas panjang, lalu, “HAEZIEL CHANDRATAMA SAYANG JEVIERNO ELRANA! AKHIRNYA BISA PACARAN JUGAAAA.”