myeics

mingyu benar-benar menyesal seratus persen karena semalam dirinya baru bisa tidur sekitar pukul tiga pagi, sedangkan hari ini mingyu harus ke kantor pukul sembilan. tambahan— hari ini adalah hari pertama mingyu masuk kerja setelah dua bulan menganggur di rumah. alhasil, mingyu terlambat bangun, fokusnya terpecah, dan kepalanya sedikit pusing. dan oh, bawah matanya pun tercetak setengah lingkaran hitam karena kurang tidur.

namun mingyu hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena alasan sebenarnya mingyu baru tidur pukul tiga pagi adalah mingyu menghabiskan waktu dua jam lebih untuk mencari video bokep yang pas sebagai teman mengocok. selama menganggur di rumah, mingyu seperti kehilangan minat untuk hidup. makan seadanya, hobi tidak pernah dilakukannya lagi, bersosialisasi dengan teman baik secara online ataupun offline pun tidak. untuk membangkitkan semangatnya, mingyu berniat untuk onani dan mencapai klimaks malam ini.

sampai akhirnya sehabis lunch, mingyu didatangi oleh salah satu seniornya—jelas, karena mingyu merupakan anak baru di kantor ini. sayangnya, mingyu merasa bahwa senior yang satu ini beberapa kali menatap dirinya sinis, namun setiap mingyu menatapnya balik, senior tersebut malah membuang muka ke lawan arah lalu melanjutkan mengobrol dengan rekan kerja yang lain sambil tertawa.

yang paling mingyu ingat dari senior tersebut adalah rambutnya: pendek dan berwarna pirang. mungkin hanya dialah satu-satunya orang berambut pirang di kantor ini. tubuhnya tinggi dan ramping, matanya sipit, pipi serta bibirnya pink merona. dari cara jalannya, mingyu bisa menilai kalau seniornya mempunyai rasa kepercayaan diri yang tinggi.

senior tersebut berjalan ke arah mingyu, langkahnya semakin dekat, lalu berhenti tepat di meja mingyu. telunjuknya diangkat, menunjuk wajah mingyu sedetik, kemudian turun lagi.

“lo, ar— mingyu kan? kim mingyu?” tanyanya. benar apa yang mingyu khawatirkan, intonasi nada bicara seniornya memang terdengar sinis. mingyu yang tidak tau alasan— “iya, bukan?!”

nadanya semakin tinggi. tatapannya semakin sinis.

bagus. baru juga hari pertama, gyu.

mingyu menelan ludah sebelum menjawab, “iya. saya kim mingyu.”

okay, then. gue soonyoung, kwon soonyoung. hapalin nama dan muka gue karena mulai sekarang lo masuk ke tim gue.”

ada satu sosok orang yang sedari tadi mengusik pikiran soonyoung. orang tersebut baru pertama kali soonyoung temui di kantor ini, namun rasanya seperti soonyoung pernah lihat entah di postingan instagram temannya atau iklan di tv. orang tersebut pegawai baru— jelas. pakaiannya hitam dari atas hingga bawah. rambut berwarna hitam pekat, tersisir rapi dengan gel rambut atau sejenisnya, sehingga menambah kesan maskulin dari dirinya.

soonyoung beberapa kali melirik ke orang tersebut, yang sampai sekarang ia belum tau siapa namanya atau pernah lihat dimana wajahnya. sampai akhirnya soonyoung dipanggil oleh sang manager dan diinfokan bahwa orang tersebut adalah pegawai baru yang nantinya akan kerja satu tim di bawah pimpinan soonyoung.

setelah menerima berkas dari managernya, soonyoung tidak perlu menunggu lama untuk mencari tau nama orang tersebut. lagipula, orang tersebut akan bekerja satu tim dengannya, kan? maka soonyoung langsung membuka cover map dengan cepat dan melihat profil singkat orang tersebut.

kim mingyu.

ha. found it.

entah kenapa juga soonyoung begitu penasaran dengan orang tersebut— yang ternyata namanya kim mingyu. mungkin karena wajahnya yang memang tampan, atau mungkin karena tubuhnya yang jauh lebih tinggi dan besar dibanding soonyoung, atau mungkin juga karena wangi parfumnya yang tidak sengaja tercium oleh soonyoung ketika berpapasan dengannya.

walaupun masih mengusik pikirannya karena belum dapat jawaban, soonyoung memutuskan untuk tidak ambil pusing terlalu jauh. kerjaannya hari ini lebih penting daripada menemukan siapa kim mingyu yang pernah ia lihat wajahnya. sampai akhirnya soonyoung merogoh sakunya dan mengecek handphone, lalu sebuah notifikasi dari aplikasi twitter muncul di layar.

[twitter] aries0406 tweeted: first day of work, wish me luck!

posted.

mingyu menghela napas lega setelah berhasil memposting sebuah foto pada akun twitternya. baru dua menit berlalu, foto mingyu sudah mendapatkan likes sebanyak lebih dari 50 dan masih terus meningkat. rasa bangga mulai menjalar di sekujur tubuh mingyu, apalagi notifikasi balasan orang-orang mulai bermunculan.

semua akun yang melihat foto mingyu pasti langsung meninggalkan sebuah pujian disana.

bagaimana tidak, mingyu baru saja mengirim foto penisnya yang berdiri tegak dengan sedikit cairan precum di ujungnya, siap menetes kapan saja, seakan menggoda meminta untuk dihisap.

meletakanhandphonenya di kantung celana, mingyu melanjutkan aktifitasnya sore ini di toilet kantor, yaitu mengocok penisnya sambil sesekali menekan lebih dalam vibrator yang terpendam di pantatnya.

[twitter] aries0406 tweeted: (photo) got bored at work, and i’m so fucking horny!

mata sipit soonyoung melebar setelah melihat foto yang dipost oleh akun aries0406. prasangkanya benar, soonyong merasa wajah mingyu familiar karena mingyu adalah sosok di balik akun twitter aries0406! akun tersebut baru saja memposting foto penis dengan latar belakang lantai toilet kantornya!

[twitter] aries0406 tweeted: (video) please help me, anyone? please, i need someone to suck my dick and eat my whole ass! or pinch my nipples! or suck it! just fuck me i’m so fucking horny.

f-fuck, ahhh fuck! nghhahh…”

keringat mulai menetes dari dahi mingyu karena kocokan pada penisnya makin cepat. tangannya sudah mulai lelah, namun dirinya belum juga mencapai klimaks. lebih parahnya lagi, vibrator di pantatnya masih dalam keadaan menyala, namun mingyu belum terangsang sepenuhnya.

mingyu mencubit puting kirinya dan memelintirnya sesekali, tangan kanannya tidak lepas mengocok penis. mingyu masih kurang! mingyu butuh lebih!

dengan desahan yang tertahan, mingyu menggerakan pinggulnya ke atas dan ke bawah pada posisi duduk di atas toilet. semua mingyu lakukan agar berhasil menciptakan sebuah friksi menuju klimaks. entah sudah berapa menit yang mingyu habiskan di bilik toilet, mingyu tidak peduli. prioritasnya adalah mencapai klimaks. lagipula, ini hari pertamanya, maka tidak mungkin ada yang mencarinya, kan?

soonyoung membuka pintu toilet laki-laki di lantai 10 dengan tergesa-gesa. tujuannya hanya satu, memergoki mingyu di sore ini. soonyoung memperlambat langkahnya, mengecek bilik toilet satu persatu. semuanya kosong, kecuali bilik paling pojok.

soonyoung menempelkan telinganya pada daun pintu, dan mendapati suara desahan mingyu yang terdengar begitu erotis.

s-shit.. aaaah! ahhhh! anjingg!”

“mingyu?”

tangan mingyu di penisnya terhenti seketika. badannya mematung. matanya membelalak.

karirnya hancur sudah.

“mingyu?”

soonyoung mengetuk pintu bilik dua kali. belum ada balasan. samar-samar, soonyoung bisa mendengar suara kain dan juga resleting.

untuk beberapa saat, soonyoung masih berdiri tepat di depan pintu bilik. tubuhnya diam, menunggu mingyu membuka pintu. oh, soonyoung begitu ingin melihat wajah mingyu di tengah menuju klimaks.

soonyoung adalah pengikut setia akun twitter aries0604. tidak pernah ia lewatkan postingan dari akun tersebut. postingannya beragam, kadang berupa fofo, kadang berupa video, pernah juga sesekali soonyoung mendengarkan spacenya dan tidak segan membeli konten berbayar.

dengan username akun twitter originaltiger, soonyoung pernah dua kali bertukar pesan dengan aries0604 melalu direct message. dari sanalah soonyoung mendapatkan foto selfie mingyu, yang sepertinya sampai sekarang masih soonyoung simpan di galeri handphonenya.

“mingyu.” panggil soonyoung lagi, mulai tidak sabar.

soonyoung mengetok pintu bilik karena mingyu belum juga menjawab.

“mingyu, keluar. biar gue bantu.” tambahnya. “i’ll fuck you right, aries.”

lalu pintu terbuka dan menampilkan wajah mingyu yang tertunduk malu.

this is how you,” soonyoung menarik vibrator dari pantat mingyu perlahan, “fuck yourself.

hmpph!” mingyu menahan teriakannya saat vibrator kembali didorong masuk ke lubangnya oleh soonyoung.

kedua paha mingyu bergetar saat ujung tumpul vibrator yang bergerak menyentuh prostatnya. melihat reaksi mingyu, soonyoung memutar-mutar lalu mendorong benda itu lebih dalam.

penis mingyu terus-terusan mengeluarkan cairan bening. sebentar lagi mingyu mencapai klimaksnya, walaupun soonyoung belum menyentuh penisnya sama sekali.

soonyoung hanya berulang kali mencabut dan memasukan vibrator di pantat mingyu, namun tubuh mingyu sudah gemetaran bukan main. melihat mata mingyu yang mulai juling ke atas, soonyoung mencubit dan menarik pelan puting kanan mingyu.

ng-nghh!

tangan mingyu mengepal saat lagi-lagi soonyoung berhasil menyentuh prostatnya. jari kakinya menekuk. dadanya membusung. pantatnya naik.

“keluar, aries. nggak usah ditahan.”

dan mingyu menyemburkan spermanya ke celana soonyoung.

“anj—“ teriak soonyoung, refleks. “gue nggak bawa celana ganti, mingyu…”

masih megatur napasnya, mingyu langsung panik. “hah… s-sorrysorry… saya bersihin…”

soonyoung mendecak, “gak usah.”

“aduh, sorry, mas… ini saya beneran nggak enak, saya co—“

“nggak usah. denger gak gue bilang nggak usah ya nggak usah.” tegas soonyoung. “gue bisa bersihin pake air.”

mengerti, mingyu mengangguk pelan.

“aries, kan? lo aries yang di twitter kan?” tanya soonyoung saat mingyu mengancingkan kemejanya. “jangan dikancing. kita belum selesai.”

duduk di pangkuan aries0604 tidak pernah terpikirkan oleh soonyoung sebelumnya. apalagi lokasinya di dalam toilet kantornya sendiri. pada jam kerja. bayangkan bagaimana adrenalin bekerja kerjas di tubuh soonyoung.

soonyoung memerintahkan mingyu untuk memainkan putingnya, maka mingyu menurut. mingyu menaikan blouse satin soonyoung sampai memperlihatkan dadanya lalu menghisap puting kiri soonyoung sedangkan puting kanannya ia mainkan dengan ibu jari. mingyu mengulurkan lidahnya, menekan-nekan ujung puting soonyoung dengan lidahnya. dengan tangannya, mingyu memainkan puting soonyoung dengan gerakan memutar seperti sedang memutar tangkai bunga.

desahan lolos dari mulut soonyoung. selatannya mengeras, tercetak jelas dari luar celana.

mingyu berhenti memainkan puting soonyoung dan beralih fokus ke selatannya. resleting celana soonyoung dibuka, lalu mingyu mengeluarkan penis tegang soonyoung dari celana dalamnya.

mingyu memberikan urutan halus disana, seperti mempelajari batang penis soonyoung beserta urat-uratnya.

soonyoung menunduk, memperhatikan jemari mingyu yang persis seperti di video-video twitternya. soonyoung hapal dengan kuku mingyu yang bersih dan juga berkilau. gerakan tangan mingyu di penisnya lambat, seperti sengaja mengetes kesabaran soonyoung.

“lebih cepet, aries.”

dan mingyu menurut.

“lagi, gyu.”

tangan mingyu semakin cepat.

“m-ming…gyu… ahhn…”

bibir mingyu mendekat ke dada soonyoung dan menghisap putingnya dengan kencang.

ahhh! mingyu! mingyu!”

mengerti arti desahan soonyoung, baik gerakan tangan maupun bibir mingyu semakin cepat. soonyoung menarik kepala mingyu seakan meminta lebih pada putingnya. ibu jari mingyu mengusap pelan ujung penis soonyoung berkali-kali, membuat soonyoung semakin melayang karena nikmat.

ahhh… fuckk!”

kedua telapak tangan mingyu menopang tubuhnya yang kini berdiri menempel pada tembok. pantat mingyu dibuka oleh soonyoung, memperlihatkan lubangnya yang merah dan penuh sperma soonyoung.

sebelumnya, soonyoung membalurkan jarinya dengan sperma sebagai pelumas. lagi-lagi mingyu berteriak nikmat saat empat jari soonyoung bergerak disana dan menyentuh prostatnya. hal itu soonyoung lakukan sampai mingyu klimaks untuk kedua kalinya.

lalu sekarang, soonyoung tidak memberikan mingyu barang sebentar untuk istirahat karena sekarang tubuhnya dipaksa menungging. soonyoung mengocok penisnya agar tegak kembali, lalu mengarahkannya ke lubang pantat mingyu.

perlahan, soonyoung memasukan penisnya. tangan kirinya menahan pinggul sebagai tumpuan.

“sakit?” tanya soonyoung saat penisnya sudah masuk cukup dalam.

mingyu mengangguk, lalu menggeleng.

“gue gerak, ya.”

please.”

mendapat lampu hijau, soonyoung menggerakan pinggulnya untuk mencabut penisnya hingga setengah, lalu ia dorong masuk kembali dengan cepat sampai tubuh mingyu menubruk tembok.

ah!

soonyoung mencabut penisnya lagi dengan lambat, lalu memasukannya lagi dengan cepat. diulang-ulang sampai hanya racauan tak jelas yang keluar dari mulut mingyu. inilah yang mingyu nanti-nantikan dari kemarin malam: dienakin sampai muncrat berkali-kali.

“mingyu! ah! ahh! sempit banget anjing!”

ahhn! mas! en-enak banget mas lagi mas mentokin.. ahh!

selagi pantatnya dibuat nikmat oleh soonyoung, mingyu menggesekan ujung putingnya di tembok. seluruh tubuhnya bergerak dari ujung kepala— rambutnya dijambak soonyoung, dadanya menggesek tembok, dan pinggulnya bergerak seirama dengan hentakan soonyoung.

“mas! saya—“ mingyu menoleh ke belakang. “mau… ahh… k-keluar.”

napas soonyoung terengah-engah, “bareng gue, mingyu.”

soonyoung memberikan satu hentakan kencang pada pinggulnya dan keduanya klimaks disaat yang bersamaan.

“toiletnya… tadi dikunci mas?” mingyu mengambil tisu kering dan mengelap sisa sperma di celana dan kemeja hitamnya.

soonyoung melakukan hal yang sama, “iyalah.”

“nggak ada yang nyariin mas soonyoung?” tanya mingyu lagi.

soonyoung menaikan kedua bahunya, “yah, tau deh. biarin lah.”

“mas, kalau ketauan—“

“nggak akan.” potong soonyoung.

“mas, makasih, ya.”

“hmm. kalau gue chat di dm bales ya.”

“iya, tiger.”

“stop. jangan manggil tiger disini.”

“emang kenapa, tiger?”

“stop, mingyu.”

“tiger.”

“diem atau gue pojokin lagi?”

“lembur dong nanti.”

“nggak masalah. vibratornya masih bisa?”

dan pada akhirnya mingyu lembur di toilet bersama seniornya di hari pertamanya bekerja.

“masih kepikiran?”

tubuh seungcheol hampir lompat saking terkejutnya. di tengah sunyi dan gelapnya malam, seungcheol diam-diam turun ke dapur dengan langkah pelan yang tidak terdengar oleh siapapun. siapapun, kecuali mingyu.

karena sama seperti seungcheol, mingyu tidak bisa tidur. mingyu sudah terbiasa tidur berdua dengan seungcheol sambil mencuri-curi sebuah ciuman di bibir ataupun mendaratkan elusan di punggung seungcheol. namun malam ini, atas perintah seungcheol, mingyu harus tidur dengan chan di kamar chan, sedangkan seungcheol tidur dengan wonwoo di kamarnya sendiri.

mingyu maupun chan tidak bisa mendengar apapun dari kamar seungcheol, yang artinya keduanya— wonwoo dan seungcheol, tidak berkomunikasi. kabar baik sekaligus kabar buruk bagi chan.

kabar baiknya, mereka tidak ada yang mendaratkan tonjokan di wajah satu sama lain. kabar buruknya, masalah mereka kemungkinan besar masih akan terbawa sampai besok dan seterusnya.

“kamu kebangun?” tidak menemukan apapun di dalam kulkas, cheol mengambil gelas dan air mineral dingin dari dispenser. “atau nggak bisa tidur?”

“nggak bisa tidur. i miss you,” jawab mingyu. tangannya direntangkan, menunggu seungcheol datang dan memeluknya, hal yang biasa mereka lakukan. “mmm? cheol?”

seungcheol meneguk air mineral dan menaruh gelasnya di meja dapur sebelum akhirnya menyenderkan tubuhnya di pelukan mingyu.

“nggak suka,” keluhnya singkat.

“nggak suka apa? nggak suka dipeluk?” tanya mingyu sambil memisahkan kedua tubuhnya.

seungcheol menggeleng, menahan tangan mingyu yang sedang menjauhkan tubuh keduanya. “nggak suka sama situasi kayak gini… bingung. chan nggak tau apa-apa, gyu.”

“chan udah dua puluh tahun, kalo kamu kasih tau dia baik-baik, dia pasti bakal ngerti.”

“bukan aku, lah, gyu. harusnya wonwoo yang ngasih tau dia. jelasin semuanya. it’s too… fast, don’t you think? ini cepet banget, mingyu. mereka baru kenal sebulan, bahkan baru deket sekitar dua minggu?” seungcheol menggeleng pelan, “bukan masalah umur, gyu. i’ve been with you since both of us were eighteen, kan? aku cuma takut wonwoo belum move on dan cuma jadiin chan pelarian dia, sedangkan chan sendiri belum pernah pacaran. dia nggak tau rasanya patah hati, gyu. dan aku nggak mau wonwoo jadi penyebab dia patah hati.”

“oke, oke.. aku ngerti sekarang. mau sambil duduk?” tawar mingyu tanpa melepas pelukannya. “duduk aja, yuk.”

“nggak mau, jangan… masih mau dipeluk…”

“iya, pelukan sambil duduk?”

mhmm..” kini seungcheol menggelengkan kepalanya di dada mingyu.

masih mendekap seungcheol, mingyu mengusap pelan kepala kekasihnya, “sambil.. cium?”

seungcheol menahan tawanya, “hmmh..”

“k-kok kamu mendesah…” tanya mingyu, mulai gelisah karena sesuatu di tubuhnya mulai terbangun tegak perlahan.

seungcheol mendongak, menatap mingyu di matik mata. “kangen… mingyu…”

“iya, aku juga.” mingyu susah payah menetralkan detak jantungnya juga deru napasnya karena tangan seungcheol mulai naik meraba dadanya. “c-cheol…”

“hmm?”

“besok wonwoo suruh balik ke kamar chan aja, ya?”

wonwoo itu tipe laki-laki yang selalu menepati janjinya, jadi setelah mandi dengan air hangat, wonwoo segera berlari ke dapur untuk membuatkan teh untuk chan.

ketika wonwoo menuangkan air mendidih dari panci, aroma teh melati dengan segarnya menyapa indra penciuman wonwoo dan juga chan yang kini melangkah masuk ke dapur.

“hai!!” chan berjalan mendekat ke arah yang lebih tua. “kok cuma satu tehnya?”

“mas enggak,” jawab wonwoo pelan. “chan udah mandinya?”

chan mengangguk, “udah. tadi pas aku masuk kamar mandi wangi banget.”

“oh ya? kenapa?” wonwoo melepas kacamatanya karena lensanya buram akibat uap ketika menuangkan air mendidih. lalu wonwoo mengelap lensa kacamata menggunakan ujung kaosnya.

“bekas mas wonwoo. sampe sekarang badan mas wonwoo juga masih wangi sabun.” jawab chan dengan senyuman di bibirnya. ada kerlingan jahil di matanya ketika ia bicara.

mendengar chan, seketika wonwoo membeku di tempat, menghentikan segala aktivitasnya.

“chan.”

“yaaa? mas, mau mie rebus rasa apa?” seakan nggak peduli dengan wonwoo yang kelihatan serius, chan sibuk memilih berbagai macam mie di laci kitchen setnya. “yah sisa ayam baw—“

“lee chan.”

kali ini chan menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

wonwoo masih diam, tapi matanya menatap chan penuh makna. sungguh, demi tuhan, kalau ini bukan di rumah sahabatnya sendiri, wonwoo sudah lari dan mencium chan dengan brutal seakan tiada hari esok.

wonwoo selalu suka pujian. apalagi jika pujiannya keluar dari mulut chan, yang mana wonwoo yakin chan nggak punya maksud terselubung.

badan mas wonwoo masih wangi sabun.

terus, chan berharap wonwoo menjawab apa?

“mas? halo?” chan melambaikan tangannya di depan muka wonwoo, “kenapa?”

wonwoo berdeham pelan, “kamu duduk aja di sofa deh, mas nggak fokus.”

“kok nggak fokus? kan chan yang mau masak mienya, sini biar chan bantu aja biar lebih cepet juga.”

“nggak perlu, chan.” singkat wonwoo.

nggak terima dengan jawaban wonwoo, chan mengerutkan keningnya, “kenapa sih, mas? marah? chan salah?”

wonwoo menggeleng, “nggak.”

“ya terus?” chan selangkah lebih dekat. tangannya meraih lengan wonwoo, bermaksud agar wonwoo menghadapnya. “kenapa?”

“mas nggak bisa nahan buat nyium kamu.”

“ya cium aja? kenapa harus ditahan?”

maka wonwoo tidak menolak. wonwoo menarik tubuh chan, menyentuh dagu chan, dan berhenti sejenak atas apapun yang wonwoo lakukan hanya untuk menatap kedua manik mata chan.

dari jarak sedekat ini, chan bisa merasakan deru napas wonwoo. chan bisa menghirup aroma tubuh wonwoo lebih jelas. chan juga bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

“yakin?”

wajah chan memanas saat wonwoo bertanya dengan suara beratnya. panas. sesak. seperi seluruh oksigen di dapur disedot oleh wonwoo seorang dan tidak menyisakan sedikit untuk chan.

“y-yakin.”

salahkan hormonnya saat ini karena wonwoo tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang chan berikan. detik setelah chan memberi konsen, wonwoo membiarkan teh hangat manis serta mie yang ingin ia masak dan memilih untuk menyatukan bibirnya dengan bibir chan.

chan memejamkan matanya saat hidung wonwoo bersentuhan dengan miliknya. lalu bibirnya. saling menempel disana, seakan membiarkan keduanya untuk saling merasa.

lalu perlahan wonwoo menggerakan mulutnya. wonwoo mencium bibir bawah milik chan sebelum memasukan lidahnya kesana. chan membuka mulutnya, memberi akses penuh kepada wonwoo. membiarkan bibirnya dikecup dan lidahnya saling beradu.

tangan wonwoo mulai bergerak di punggung chan. meraba pelan dari bawah hingga ke atas, tanpa melepas ciuman mereka. chan menikmati segala afeksi yang wonwoo berikan, namun tangannya seperti membeku, tidak tau harus membalas seperti apa. karena berbeda dengan wonwoo, ciuman adalah hal perdana bagi chan.

dapur rumah chan menjadi saksi bisu atas apa yang keduanya lakukan sekarang. sore hari ini, di rumah chan sendiri, dengan sahabat masnya sendiri, chan jatuh cinta. beribu juta kali jatuh cinta.

mengikuti instingnya, chan membalas ciuman wonwoo dengan menggerakan mulutnya perlahan.

lalu surakarta kembali diguyur hujan. chan bisa mendengar air hujan di luar samar-samar. namun fokusnya hanya pada bibir dan tubuh wonwoo. sekarang chan memberanikan dirinya untuk menyentuh pinggang wonwoo, menggerakan tangannya di balik kaos wonwoo.

keduanya larut dalam ciuman, sampai tidak menyadari kalau seungcheol dan mingyu sudah berdiri disana dengan tubuh yang mematung.

“jadi… perginya masih enam bulan lagi?” tanya chan dengan mata berbinar sebelum menyuapkan sendok kayu berisi gelato ke mulutnya. “beneran kan, mas?”

wonwoo mengangguk, “bener, dek. ngapain aku bohong?”

ah. chan sedikit banyak lega rasanya. ini bukan seperti di film-film yang chan biasa tonton, dimana pemeran utama tiba-tiba menghilang atau pergi gitu aja sebelum masalahnya sama sang pasangan terselesaikan.

bukan, kan?

chan yakin bukan. maka sekarang, chan mencoba memberanikan diri untuk memulai duluan.

“mas….” panggil chan. chan meletakan cup gelatonya di meja dan melipat kedua tangannya di atas meja. tubuhnya membungkuk, dadanya diistirahatkan di atas lipatan tangannya.

wonwoo sibuk merapikan pinggiran gelatonya yang mulai mencair, “yaa?”

“mas coba deh, jangan manggil chan pake ‘dek’. panggil ‘chan’ ajaaa..” pinta chan. nadanya terdengar putus asa, seakan hal ini sudah ingin chan katakan dari kemarin-kemarin.

mendengar permintaan chan, wonwoo menegakan tubuhnya dan menatap chan serius. “chan aja?”

“iyaa!”

“oke, chan aja.” jawab wonwoo singkat. namun chan dapat melihat semburat merah di pipi wonwoo, di bawah frame kacamata lebih tepatnya.

“mas! yang bener!”

“iyaa, chan.”

“hehe.”

“kalo channie boleh?”

“e-eh?”

dan sekarang giliran pipi chan yang memanas.

“yah, chan, hujan!” pekik wonwoo ketika hujan tiba-tiba mengguyur jalanan surakarta. “mas lupa, nggak bawa jas hujan!”

“kalo chan gapapa, mas. ujan-ujanan juga gapapa!” jawab chan. walaupun dibonceng wonwoo dan duduknya di belakang, tubuh chan sudah lumayan basah karena hujannya cukup deras.

wonwoo menggeleng, “nanti sakit! nanti mas dimarahin masmu! nepi dulu ya?”

seakan tidak mendengar jawaban chan, wonwoo menepikan sepeda motornya di pinggir jalan. di depan sebuah ruko yang tutup, namun ada kanopi yang cukup untuk mereka berdua meneduh.

“chan,” panggil wonwoo. tubuhnya menghadap chan. “dingin, ya?”

chan memperlihatkan cengiran lebarnya, “nggak, kok!”

“mas nggak bawa jas hujan… nggak bawa jaket juga… maaf…”

“mmhm… gapapa mas, besok-besok gantian minjem mobil sama mas cheol aja!”

wonwoo tertawa kecil melihat chan yang masih berpikir positif di tengah kesulitan. di saat seperti ini, chan tidak mengeluh atau menyalahkan keadaan. chan malah seperti menikmati kondisi dirinya yang kehujanan bersama wonwoo.

“chan,”

“yaa, mas?”

“makasih, ya.”

setelah belasan menit menunggu hujan reda, wonwoo dan chan kembali menaiki motor menuju rumah. wonwoo sudah berjanji pada chan kalau nanti sesampainya di rumah, wonwoo akan membuatkan segelas teh hangat untuk chan dan juga semangkuk mie rebus.

maka sepanjang perjalanan, chan mendekatkan tubuhnya pada tubuh wonwoo selagi keduanya menerjang gerimis. tak lupa kedua tangan yang melingkar di tubuh wonwoo, mendekapnya mencari kehangatan.

sebelumnya, chan mengeluh kedingininan dan wonwoo yang menawarkan tubuhnya untuk dipeluk. tanpa keduanya sadari, detak jantung mereka kini berdetak seirama sepanjang perjalanan pulang.

karena obrolannya kemarin, wonwoo dan chan sengaja masak mie goreng sebelum berangkat renang. seungcheol dan mingyu pun nggak banyak komentar, cuma geleng-geleng kepala karena nyatanya wonwoo dan chan ketawa bahagia.

masak mie goreng, dimasukin ke dalam kotak makan, berenang, dan makan mie ketika udah dingin. mungkin kedengerannya memang sepele, tapi bagi chan, ini kayak kembali ke masa kecil chan.

wonwoo juga nurut-nurut aja, nggak protes, malah ikut seneng kalau chan seneng.

jadi ketika wonwoo dan chan keluar dari kolam renang dengan jari yang keriput dan badan menggigil, keduanya langsung merogoh tas masing-masing dan ngeluarin kotak makan.

the moment of truth, mas!” kata chan. rasanya excited, tapi sedikit khawatir. khawatir kalau-kalau mienya belum cukup ‘ngebentuk’ sesuai kotak makannya. “satu.. dua.. ti.. ga!”

wonwoo dan chan buka kotak makannya secara bersamaan.

“YESSSSSS!”

mungkin pada akhirnya benar kata seungcheol, wonwoo dan adiknya jadi akur. hari demi hari berlalu, wonwoo dan chan selalu berduaan. well, selain karena mereka nggak mau ganggu seungcheol dan mingyu yang juga berduaan karena emang pacaran, chan udah mulai ngerasa nyaman ngobrol sama wonwoo.

chan baru tau kalo wonwoo lebih muda satu tahun dibanding seungcheol. chan juga baru tau kalau wonwoo punya adik laki-laki seumuran sama chan, dan ternyata kelakuan wonwoo ke adiknya sebelas dua belas sama kelakuan wonwoo ke chan.

setelah keseringan menghabiskan waktu berdua, chan jadi tau kalau warna kesukaan wonwoo itu ungu. parfum yang wonwoo pake itu varian lazy sunday morning dari koleksi replicanya maison margiela. iya, chan langsung googling lengkapnya pas wonwoo bilang ‘lazy sunday morning’.

chan jadi tau kalau wonwoo suka banget makan buldak, mie pedes khas korea. tapi selama di solo, chan cuma pernah ngeliat wonwoo makan buldak dua kali.

chan juga mulai hapal sama kebiasaan wonwoo di rumahnya. bangun pagi, sarapan masakan ibu, mandi, main game di kamar seungcheol. malemnya, wonwoo main game di laptopnya sendirian atau kadang sama seungcheol juga. tapi semenjak ada mingyu, seungcheol lebih sering ngabisin waktu sama mingyu dibanding wonwoo. dan chan ngerti alasannya.

kalau nggak main game, biasanya wonwoo bakal keluar ke balkon dan telfonan sama orang. chan nggak tau siapa, dan nggak mau tau juga. biasanya durasinya cepet, nggak lebih dari 10 menit.

entah kenapa juga chan jadi hapal dan rasanya pengen ikut masuk ke kebiasaan-kebiasaan wonwoo. jadi biasanya kalau wonwoo bangun, chan langsung ajak sarapan bareng. kalau wonwoo main game, chan suka iseng-iseng nanya, ‘ini game apa mas?’ ‘cara mainnya gimana?’ ‘mas nggak pusing mainnya?’ dan sejenisnya.

kadang juga kalau wonwoo muncul di grup solo balapan yang isinya seungcheol, mingyu, wonwoo, dan chan, chan selalu nyahutin. bahkan sekadar emoji yang wonwoo kirim aja chan bales. alasannya kenapa, chan nggak tau. mungkin karena ternyata wonwoo se-asik itu anaknya, dan chan mau jadi temen deket wonwoo.

atau mungkin karena chan pengen wonwoo notice kehadiran chan walau sekadar balas emoji di grup…?

“makan aja yang banyak. kalo kurang pesen lagi.”

chan ngangguk-ngangguk, antusias. wonwoo baru aja mesenin berbagai macam dimsum dan sejenisnya. chan suka, banget, malah. ini setara all you can eat kalau chan bisa bilang.

“makasih, mas wonwoo!” kata chan sambil nyengir lebar.

wonwoo berdeham pelan, masih ngeliatin chan yang lagi antusias, “mhm.”

“mas nggak makan?” tanya chan bingung. kebiasaan chan kalau lagi nanya atau lagi bingung, jidatnya pasti mengkerut. tangan kanannya mainin sumpit, siap buat ngambil berbagai macam dimsum.

“ya makan lah, mas kan juga laper.” jawab wonwoo entang. “kamu dulu aja ambil..”

“okey! ini mas wonwoo yang bayar kan?”

wonwoo menahan tawanya, “masmu lah!”

“aaah…. kenyang banget!” chan megangin perutnya yang keliatan lebih menggembul dari sebelumnya. “mas, kayaknya aku harus buka kancing deh!”

wonwoo tertawa memperlihatkan giginya yang rapi lalu mengangkat kaosnya sedikit, “mas udah buka daritadi, dek.”

dikasih pemandangan perut wonwoo yang juga menggembul, chan tertawa terbahak-bahak.

ternyata, mas wonwoo lucu juga.

“makan aja yang banyak. kalo kurang pesen lagi.”

chan ngangguk-ngangguk, antusias. wonwoo baru aja mesenin berbagai macam dimsum dan sejenisnya. chan suka, banget, malah. ini setara all you can eat kalau chan bisa bilang.

“makasih, mas wonwoo!” kata chan sambil nyengir lebar.

wonwoo berdeham pelan, masih ngeliatin chan yang lagi antusias, “mhm.”

“mas nggak makan?” tanya chan bingung. kebiasaan chan kalau lagi nanya atau lagi bingung, jidatnya pasti mengkerut. tangan kanannya mainin sumpit, siap buat ngambil berbagai macam dimsum.

“ya makan lah, mas kan juga laper.” jawab wonwoo entang. “kamu dulu aja ambil..”

“okey! ini mas wonwoo yang bayar kan?”

wonwoo ketawa kecil, “masmu lah!”

“aaah…. kenyang banget!” chan megangin perutnya yang keliatan lebih menggembul dari sebelumnya. “mas, kayaknya aku harus buka kancing deh!”

wonwoo tertawa memperlihatkan giginya yang rapi lalu mengangkat kaosnya sedikit, “mas udah buka daritadi, dek.”

dikasih pemandangan perut wonwoo yang juga menggembul, chan tertawa terbahak-bahak.

ternyata, mas wonwoo lucu juga.

sudah jelas seungcheol bawa wonwoo dan chan ke kampung batik kauman. sebenernya nggak bisa dibilang tempat romantis juga, tapi seenggaknya mereka bisa jalan kaki bertiga— berempat sama mingyu kalau mingyu udah dateng sepanjang jalan sambil liat kiri kanan dan foto di beberapa spot.

wonwoo sibuk sama handphonenya, jelas karena nunggu kabar dari mingyu. lima menit yang lalu mingyu ngabarin kalau keretanya udah berhenti, dia udah sampai solo. katanya, mingyu juga langsung pesen ojek online menuju lokasi mereka.

atau lokasi seungcheol, lebih tepatnya. jelas, karena mingyu dateng jauh-jauh dari jakarta ke solo cuma buat ketemu seungcheol, pacarnya.

ting.

handphone wonwoo bunyi lagi. mingyu udah sampai. buru-buru wonwoo pasang muka planga-plongo di depan seungcheol dan bilang, “gue mau ke toilet bentar, sama chan!”

belum sempet seungcheol bales, chan udah ditarik duluan. mungkin wonwoo emang jelek banget actingnya, tapi ya sudahlah, seungcheol izinin juga.

adiknya itu nggak mungkin dibawa kabur sama wonwoo, kan? lagipula, umur chan udah 20 tahun juga, udah dewasa dan bisa pulang sendiri.

dan ketika seungcheol nengok ke belakang, sesosok badan tinggi dan besar udah ada di sisinya, sambil ngasih senyuman termanis yang pernah seungcheol lihat.

chan rasanya pengen noyor kepala wonwoo sekeras mungkin! udah tau, kampung batik ini isinya cuma jalanan sempit, jadi tiap ada motor atau mobil lewat, wonwoo harus minggir mendekat ke chan buat ngasih jalan. alhasil, keduanya jadi nempel deket banget tiap ada mobil. dan sialnya, mobil lewat terus!

chan cuma bisa menghela napas berat ketika mobil keempat lewat. wonwoo yang deket banget, tangannya digenggam, dan sekarang chan bisa nyium wangi parfum wonwoo juga.

ya, wangi, kok.

dari jarak sedekat ini chan juga bisa liat mata wonwoo, hidung wonwoo, dan bibir wonwoo. bibir bawahnya lebih tebel dibanding bibir atasnya, dan terbuka kalau pemiliknya berbicara.

“yuk.”

kayak sekarang.

dan entah kenapa selama beberapa detik fokus chan hanya ke bibir wonwoo.

es krim.

chan dibawa jalan sama wonwoo ke tempat es krim yang nggak jauh dari kampung batik. ah, inisih, bukan hal baru bagi chan. lahir dan besar di solo, chan udah sering banget ke tempat es krim legend ini. jadi ketika wonwoo nanya menu yang rekomen untuk dipesen, chan ngejelasin tiap-tiap menu dengan panjang lebar.

“yang ini, warnanya terang banget, kan, mas? rasanya fruity, enak sih, tapi kalo aku kurang suka. kalo ini, enak, tapi strawberrynya frozen jadi malah asem banget dan nggak bisa dikunyah. yang ini kesukaan aku, best seller juga. rasanya coklat, vanilla, ada jelly-jellynya gitu deh. dia pas dateng suka beku banget susah dipotong jadi nanti dikasih air di gelas sloki buat nyairin es krimnya. nah, kalo ini kesukaan mas cheol—“

“yang kesukaan dek chan aja, deh. kayaknya menarik.” potong wonwoo. “enak, kan?”

chan bisa liat wonwoo senyum lumayan lebar sebelum ngangkat tangannya dan manggil waiter untuk pesan es krim.

wonwoo menunjuk satu gambar di menu yang tadi chan jelasin, “mas, saya mau yang ini. dek chan?”

chan kelihatan gelagapan sebelum bisa jawab, “sa-sama… jadi dua, mas. makasih.”

lagi-lagi wonwoo senyum lebar— dan manis. mungkin wonwoo lagi seneng, mungkin wonwoo lagi pengen banget makan es krim, chan nggak tau. yang jelas, kalau cuma berdua, wonwoo nggak ngeselin sama chan. nggak ngisengin chan. nggak suka nyari perhatian chan.

jadi, kesimpulannya?

ahh… mas w-wonwoo…” chan mendesah saat merasakan lubangnya menjadi hampa saat wonwoo mencabut jarinya dari sana.

wonwoo hanya bisa menganga terpukau melihat jarinya yang baru saja dikeluarkan dari lubang anal chan. jarinya basah dan mengkilap akibat sperma chan yang ia balur di jarinya sebagai pelumas.

setelah puas menghabisi lubang chan menggunakan tiga jari dan berhasil membantu chan mencapai klimaksnya sebanyak dua kali, wonwoo membuka celananya.

masih ia tatap lubang chan yang berwarna kemerahan dan berlumuran sperma. lubangnya masih berkedut, seakan mengajak penis wonwoo untuk masuk ke dalamnya. ah, wonwoo sudah begitu keras di bawah sana.

benar kata chan, wonwoo menyukai aktifitas yang memicu adrenalin. wonwoo belum pernah berhubungan seks di ruang publik, dan ini akan menjadi kali pertamanya. jantungnya berdebar, egonya merasa terpuaskan.

saat celananya sudah dilepas sempurna, wonwoo menarik tubuh chan mendekat, mengangkat kaki kanan chan, dan menempatkannya di bahunya. ia hirup aroma tubuh chan, ia sempatkan ciuman-ciuman kecil disana.

yang ada di kepala wonwoo saat ini hanya bagaimana cara memuaskan chan dan memuaskan dirinya. chan sudah berantakan disana, sudah mencapai klimaks juga, namun wonwoo rasanya ingin lagi. ingin mendengarkan desahan chan, ingin melihat chan menangis lagi.

mungkin chan adalah jawaban dari semesta atas segala pertanyaan wonwoo mengenai hubungannya dengan jeonghan. makanmulai malam ini, wonwoo bertekad akan melupakan jeonghan. memutus segala benang merah, membuang segala harapan, dan mengubur dalam-dalam kenangan yang hanya diketahui oleh keduanya.

“kalau terlalu sakit, bilang, ya?” ujar wonwoo sebelum ia kecup betis chan berkali-kali.

“m-mas…” isak chan saat wonwoo mengarahkan ujung penisnya di lubang analnya. “aah… masuk… masukin mas…!”

dengan perlahan dan penuh kehati-hatian wonwoo memasukan penisnya. basah. namun masih sempit. hangat. wonwoo merasakan nikmat tiada tara saat penisnya perlahan masuk diiringi desahan chan.

lengan wonwoo dicengkram chan begitu kencang saat wonwoo mendorong pinggulnya, memasukan penisnya lebih dalam. chan terpekik kencang, dan wonwoo langsung menggerakan pinggulnya menciptakan sebuah nikmat untuk keduanya.

ahh! ahh! ahhn! ahhhh! mas wonwoo… enaak… aahhhhh!”

“c-chan… hahh…”

gerakan pinggulnya makin cepat. sesekali wonwoo memainkan puting chan, sesekali mencubitnya.

dahinya dipenuhi keringat. chan pun sama.

“men- ahh… mentokin… mas… aaahhhhh!”

dan siapa wonwoo untuk menolak permintaan chan?

maka wonwoo mencabut penisnya setengah, lalu mendorong pinggulnya kuat-kuat, seperti apa yang chan minta.

aaahhn….”

chan memutar bola matanya ke atas saat penis wonwoo menyentuh prostatnya dengan sempurna. wonwoo menggerakan pinggulnya lagi, berulang-ulang, membuat chan tidak bisa berpikir apapun akibat munculnya rasa nikmat yang menjalar di sekujur tubuhnya.

chan bisa langsung mencapai klimaksnya yang ketiga jika wonwoo terus-terusan menghentakan pinggulnya menyentuh nikmatnya. dan wonwoo tidak berhenti. wonwoo menghujamnya seperti hari esok tak akan terjadi.

suara dari aktivitas mereka menggema di seluruh penjuru cafe. suara desahan wonwoo, suara isakan chan, suara pertemuan kulit dengan kulit, serta suara pantulan punggung chan dengan meja tercampur menjadi satu.

tubuh chan ikut bergerak mengikuti tempo cepat wonwoo. perut bagian bawahnya tercetak penis wonwoo tiap wonwoo menghentakan pinggulnya.

“mas wonwoo! mas… ahhh… aku mau keluar… aaahh!”

tangan chan bergerak menyentuh payudaranya, memilin putingnya sendiri. wonwoo seakan mengerti, maka ia menekan perut bawah chan, dan spermanya langsung muncrat keluar. chan membusungkan dadanya, menekuk jari-jari kakinya, serta tubuhnya menggelinjang hebat.

“tahan, aku belum keluar.” ujar wonwoo yang belum berhenti menggoyangkan pinggulnya. “be good for me, channie.”

channie.

chan menggeleng lemas di bawahnya, terisak kencang, ia tak kuat lagi menerima hujaman wonwoo. sumpah demi tuhan, chan baru saja klimaks! tubuhnya sangat sensitif saat ini, penisnya setengah tegang, putingnya nyeri, dan rasanya spermanya sudah habis terkuras!

“c-channie… nghh… fuck… aku mau keluar…”

wonwoo mempercepat gerakannya beberapa saat dan penisnya memuncratkan sperma di lubang chan. ini juga pertama kalinya dalam waktu yang cukup lama sejak wonwoo mengeluarkan spermanya tanpa kondom yang melindungi.

terasa lebih bebas. lebih hidup. lebih nikmat.

wonwoo tak henti-hentinya memuja muji chan dalam pikirannya. segala yang ada pada chan seperti angin segar yang lewat pada siang hari.

“sebentar.” wonwoo menurunkan kaki chan, lalu berjalan mengambil tisu di meja terdekat. ia bersihkan cairan sperma yang setengah mengering di perut dan dada chan sedangkan tatapannya fokus pada wajah chan.

pipinya basah, air mata masih mengalir disana.

thank you,” ujar wonwoo pelan, sebuah senyuman terlukis di wajahnya. “that was so good… you felt so good…”

sementara chan membuang wajahnya ke arah berlainan sambil membetulkan posisi duduknya dan berujar, “pacar mas wonwoo ngeliatin di pintu.”

.:.

ahh… mas w-wonwoo…” chan mendesah saat merasakan lubangnya menjadi hampa saat wonwoo mencabut jarinya dari sana.

wonwoo hanya bisa menganga terpukau melihat jarinya yang baru saja dikeluarkan dari lubang anal chan. jarinya basah dan mengkilap akibat sperma chan yang ia balur di jarinya sebagai pelumas.

setelah puas menghabisi lubang chan menggunakan tiga jari dan berhasil membantu chan mencapai klimaksnya sebanyak dua kali, wonwoo membuka celananya.

masih ia tatap lubang chan yang berwarna kemerahan dan berlumuran sperma. lubangnya masih berkedut, seakan mengajak penis wonwoo untuk masuk ke dalamnya. ah, wonwoo sudah begitu keras di bawah sana.

benar kata chan, wonwoo menyukai aktifitas yang memicu adrenalin. wonwoo belum pernah berhubungan seks di ruang publik, dan ini akan menjadi kali pertamanya. jantungnya berdebar, egonya merasa terpuaskan.

saat celananya sudah dilepas sempurna, wonwoo menarik tubuh chan mendekat, mengangkat kaki kanan chan, dan menempatkannya di bahunya. ia hirup aroma tubuh chan, ia sempatkan ciuman-ciuman kecil disana.

yang ada di kepala wonwoo saat ini hanya bagaimana cara memuaskan chan dan memuaskan dirinya. chan sudah berantakan disana, sudah mencapai klimaks juga, namun wonwoo rasanya ingin lagi. ingin mendengarkan desahan chan, ingin melihat chan menangis lagi.

mungkin chan adalah jawaban dari semesta atas segala pertanyaan wonwoo mengenai hubungannya dengan jeonghan. makanmulai malam ini, wonwoo bertekad akan melupakan jeonghan. memutus segala benang merah, membuang segala harapan, dan mengubur dalam-dalam kenangan yang hanya diketahui oleh keduanya.

“kalau terlalu sakit, bilang, ya?” ujar wonwoo sebelum ia kecup betis chan berkali-kali.

“m-mas…” isak chan saat wonwoo mengarahkan ujung penisnya di lubang analnya. “aah… masuk… masukin mas…!”

dengan perlahan dan penuh kehati-hatian wonwoo memasukan penisnya. basah. namun masih sempit. hangat. wonwoo merasakan nikmat tiada tara saat penisnya perlahan masuk diiringi desahan chan.

lengan wonwoo dicengkram chan begitu kencang saat wonwoo mendorong pinggulnya, memasukan penisnya lebih dalam. chan terpekik kencang, dan wonwoo langsung menggerakan pinggulnya menciptakan sebuah nikmat untuk keduanya.

ahh! ahh! ahhn! ahhhh! mas wonwoo… enaak… aahhhhh!”

“c-chan… hahh…”

gerakan pinggulnya makin cepat. sesekali wonwoo memainkan puting chan, sesekali mencubitnya.

dahinya dipenuhi keringat. chan pun sama.

“men- ahh… mentokin… mas… aaahhhhh!”

dan siapa wonwoo untuk menolak permintaan chan?

maka wonwoo mencabut penisnya setengah, lalu mendorong pinggulnya kuat-kuat, seperti apa yang chan minta.

aaahhn….”

chan memutar bola matanya ke atas saat penis wonwoo menyentuh prostatnya dengan sempurna. wonwoo menggerakan pinggulnya lagi, berulang-ulang, membuat chan tidak bisa berpikir apapun akibat munculnya rasa nikmat yang menjalar di sekujur tubuhnya.

chan bisa langsung mencapai klimaksnya yang ketiga jika wonwoo terus-terusan menghentakan pinggulnya menyentuh nikmatnya. dan wonwoo tidak berhenti. wonwoo menghujamnya seperti hari esok tak akan terjadi.

tubuh chan ikut bergerak mengikuti tempo cepat wonwoo. perut bagian bawahnya tercetak penis wonwoo tiap wonwoo menghentakan pinggulnya.

“mas wonwoo! mas… ahhh… aku mau keluar… aaahh!”

wonwoo menekan perut bawah chan, dan spermanya langsung muncrat keluar. chan membusungkan dadanya, menekuk jari-jari kakinya, serta tubuhnya menggelinjang hebat.

“tahan, aku belum keluar.” ujar wonwoo yang belum berhenti menggoyangkan pinggulnya. “be good for me, channie.”

channie.

chan menggeleng lemas di bawahnya, terisak kencang, ia tak kuat lagi menerima hujaman wonwoo. sumpah demi tuhan, chan baru saja klimaks! tubuhnya sangat sensitif saat ini, penisnya setengah tegang, putingnya nyeri, dan rasanya spermanya sudah habis terkuras!

“c-channie… nghh… fuck… aku mau keluar…”

wonwoo mempercepat gerakannya beberapa saat dan penisnya memuncratkan sperma di lubang chan. ini juga pertama kalinya dalam waktu yang cukup lama sejak wonwoo mengeluarkan spermanya tanpa kondom yang melindungi.

terasa lebih bebas. lebih hidup. lebih nikmat.

wonwoo tak henti-hentinya memuja muji chan dalam pikirannya. segala yang ada pada chan seperti angin segar yang lewat pada siang hari.

“sebentar.” wonwoo menurunkan kaki chan, lalu berjalan mengambil tisu di meja terdekat. ia bersihkan cairan sperma yang setengah mengering di perut dan dada chan sedangkan tatapannya fokus pada wajah chan.

pipinya basah, air mata masih mengalir disana.

thank you,” ujar wonwoo pelan, sebuah senyuman terlukis di wajahnya. “that was so good… you felt so good…”

sementara chan membuang wajahnya ke arah berlainan sambil membetulkan posisi duduknya dan berujar, “pacar mas wonwoo ngeliatin di pintu.”

.:.