— nomin privatter au
NO MINORS, BXB, MATURE CONTENT, EXPLICIT, ABO VER, ANAL SEX, SCHOOL SEX, DIRTY TALK, NSFW PIC/GIF ⚠️
SCANE ; RIMMING, SPANKIES, BLOW JOB, HAND JOB, NIPPLE PLAY, SOLO PLAY, FINGERING‼️⚠️
—
Jeno mendengus disertai langkah kakinya yang mengarah ke gudang; tempat penyimpanan barang. Di kedua tangannya terdapat tali jaring yang sebagian dia sampirkan pada pundaknya—membawa banyak bola yang terdapat di dalam jaring itu.
Sebelumnya Jeno berpikir akan membawa banyak bola tersebut dengan keranjang, namun rupanya tidak ada keranjang yang terlihat untuk membawa bola ke gudang, lantas dirinya memakai tali jaring gawang yang sudah tidak terpakai.
Ya.. setidaknya dia bisa membawa banyak bola itu sekaligus dibanding harus membawanya satu persatu, itu akan memakan waktu.
Sesampainya Jeno di gudang—tepatnya di depan pintunya, sebelum itu dirogohnya senter kecil di saku dan menyalakannya, lalu ditaruhnya senter kecil itu diantara gigi sebab kedua tangannya yang sibuk.
KRIETT
Pintu gudang itu Jeno buka, menghasilkan suara berdecit. Cahaya dari senter kecil milik lelaki hidung bangir itu langsung menerangi posisi dimana keranjang tempat bola disimpan. Langkahnya menghampiri keranjang itu, kemudian langsung memasukan tali jaring yang di dalamnya terdapat bola ke dalam keranjang sebelum menarik kembali tali jaringnya.
Namun, sebelum tali jaring berhasil Jeno tarik, pintu gudang tertutup yang menghasilkan bunyi gebrakan keras.
Jeno terkejut, lantas dirinya langsung berlari mencoba membuka pintu yang setiap murid sudah tau bahwa pintu gudang hanya bisa dibuka dari luar.
Sial, angin sore yang kencang pasti membuat pintu gudang itu tertutup pikir Jeno. Dirogohnya saku celana mencoba mencari ponsel miliknya. Lagi, Jeno menghela nafas kasar sambil membenturkan dahinya ke pintu. Dirinya lupa bahwa dia menaruh ponselnya di dalam tas olahraganya.
Apa dirinya akan bermalam disini?
Jeno mendudukan dirinya dengan punggung yang menyandar pada pintu. Ketika kelopak matanya ingin tertutup, hidungnya mencium feromon manis yang membuat ia langsung menegakan tubuhnya.
Aroma itu tercium seperti..
“Kopi? Karamel?”
Hidung Jeno mengerut, mencoba menghirup aroma feromon entah milik siapa itu lebih dalam. Aroma yang belum Jeno pernah cium sebelumnya dari banyaknya omega di sekolah.
Feromon ini.. Jeno menyukainya.
Jeno berdiri, kemudian berjalan perlahan menghampiri asal aroma yang diciumnya. Kedua alisnya dibawa bertaut melihat punggung seseorang yang memakai baju bola sekolahnya.
Postur itu.. bahu yang lebar namun memiliki pinggang ramping.
Jeno ingat! Disentuhnya bahu sosok yang memunggunginya lalu ditarik agar menghadap kearahnya.
“Jaemin!”
Kelopak mata itu terbuka, membuat iris biru laut itu langsung bertubrukan dengan iris coklat milik Jeno, “J-jeno..”

Jeno cengram kedua bahu omega dihadapannya, “Lu ngapain disini, Jaem?”
Wajah Jaemin sudah memerah dengan tubuh yang penuh dengan keringat. Mata sayunya menatap Jeno memohon, “Jen.. p-panashh.” Kedua tangan Jeno yang berada di pundak salah satunya diambil, lalu dituntun menuju kearah inti tubuhnya yang masih terlapisi celana.
“Sentuhh.. sentuh.” Lirih Jaemin.
Jeno menepis tangan Jaemin dengan satu tangannya yang menutup hidungnya. Gawat, feromon milik Jaemin semakin kuat dan itu bahaya jika sampai Jeno tak bisa menahannya.
“Supresan, Jaem. Mana supresan lu?” Ucap Jeno dengan nada yang mulai panik, “Ga ada..” jawab Jaemin, lalu mulai menyentuh tubuhnya sendiri.
Jeno tidak bisa menahan dirinya untuk tidak panik, sebab pintu gudang yang terkunci dan hanya ada lubang kecil disekitar dinding tak bisa membuat mereka berdua keluar dari gudang. Hari sudah semakin gelap ditandai dengan cahaya bulan yang masuk lewat celah lubang kecil tadi.
Jika sudah begini tidak ada yang bisa menolong, semua orang di sekolah telah pulang dan hanya menyisakan satpam yang akan berkeliling pada pukul tujuh malam. Sampai saat itu, Jeno pasti sudah keburu memperkosa Jaemin.
Insting alpha dalam dirinya ini, pasti tidak kuat menahannya.
Jeno buka jepitan tangan pada hidungnya yang langsung membuat feromon Jaemin menguar; memasuki hidungnya hingga Jeno secara spontan menggigit bibir bawahnya; menahan agar tidak hilang kendali.
Jeno terduduk, membawa wajahnya untuk tenggelam di lengan terlipatnya. Sedang Jaemin yang masih asik menyentuh dirinya sendiri.
“Sakithh..nghh.” Desah lirih Jaemin yang saat ini tengah memainkan putingnya di luar bajunya serta pahanya yang ditutup rapat saling bergerak menggesek selangkangannya.
Jeno tidak mengerti, mengapa Jaemin disini, digudang sendiri dengan keadaan sedang heat. Apa Jaemin tidak memperhatikan siklusnya? Atau heat itu datang secara tiba – tiba? Jeno ingin bertanya, namun melihat Jaemin yang sedang kesakitan sepertinya ia harus menunda kegiatan bertanyanya.
“Jaemin.” Panggil Jeno yang membuat Jaemin sekilas melirik kearahnya namun masih dengan tangannya yang bergerak memuaskan diri. Tidak, menyentuh dirinya sendiri tidak cukup untuk menghilangkan rasa panas ditubuhnya, justru malah semakin menyengat, “Jen, nghh.. bantu gue please.”
Diantara celah lipatan tangannya, mata Jeno melirik Jaemin. Jeno tersentak ketika melihat Jaemin yang sudah membuka celana serta dalamannya, sehingga Jeno dapat melihat Jaemin yang tengah memainkan penis mungil miliknya.

Mata itu menajam dengan iris coklat yang perlahan berubah menjadi warna keemasan. Aroma feromon milik Jeno menguar, bercampur bersama feromon milik Jaemin di seluruh ruangan gelap itu.

Jeno sudah pada batasnya.
Srigala dalam dirinya menginginkan Jaemin.
Jaemin merintih lirih, tubuhnya semakin bergairah tatkala wangi citrus campuran lemon itu memenuhi indra penciumannya. Jaemin ingin disentuh, Jaemin ingin di puaskan dan Jaemin menginginkan jeno—sosok alpha di depannya saat ini.
Telapak tangannya Jeno arahkan untuh meraba permukaan mulus kaki jenjang milik Jaemin sebelum kemudian mengangkat tubuh ramping yang setengah telanjang itu untuk dipangkunya.
“Jaemin, are you sure? Once we start, i might not be able to stop.” Ucap Jeno di depan wajah Jaemin.
Omega cantik itu menggangguk, mengarahkan kedua tangannya untuk melingkari leher sang alpha.
“Dont stop, then.” Balas Jaemin lalu menekan tengkuk Jeno hingga dua bibir itu bersentuhan.

Jeno memimpin ciuman, di lumatnya bibir atas dan bawah Jaemin secara bergantian sesekali digigit pelan. Lidah Jeno terjulur, mengetuk bibir Jaemin yang langsung disambut oleh omega itu. Mulut Jaemin terbuka yang membuat lidah Jeno masuk dan mulai mengeksplor deretan giginya, mengobrak – abrik isi mulut Jaemin. Dibalasnya gerakan lidah Jeno oleh Jaemin yang membuat lelaki berhidung bangir itu melilitkan lidahnya dengan lidah Jaemin sambil bertukar liur satu sama lain.
“Ugh, hmpp.” Desah tertahan Jaemin di sela ciuman keduanya. Jaemin menepuk pundak Jeno pelan, bermaksud bahwa dirinya membutuhkan oksigen yang langsung ditanggapi oleh Jeno. Bibir itu mulai turun ke rahang hingga leher Jaemin—memberikan kecupan basah di kulit mulus itu.

Jaemin mendongak, memperlihatkan leher jenjang indahnya agar memudahkan Jeno memberikan tanda di sana, “Anghh.. Jenohh.” Kesepuluh jari – jemarinya Jaemin tenggelamkan disurai lembut Jeno; meremasnya pelan, membuat hasrat Jeno bertambah naik.
Kedua telapak tangan Jaemin menyentuh kedua pipi Jeno, mendongakan kepala itu agar menatapnya. Jaemin tempelkan dahinya dengan milik Jeno, matanya menatap Jeno dalam, “Jeno, just fuck me.”
“Shtt.. your eyes are so beautiful,”
“Jen—”
Chup
“And i want to kiss every inch of your body before i fuck you.”
“Akh! Jeno!” Jerit Jaemin ketika tanpa aba – aba Jeno mengangkatnya sebelum dibaringkan.
Tubuh Jaemin bergetar pelan ketika merasakan lantai ruangan yang dingin, serta Jeno dengan mata berkilat penuh nafsunya yang sedang setengah berdiri, menjadikan lututnya tumpuan diantara kaki jenjang Jaemin.
Jeno bungkukan tubuhnya; mengukung Jaemin. Nafas hangatnya Jeno hembuskan di sekitar daun telinga Jaemin, lalu menjulurkan lidahnya; menjilat bagian itu sambil disesap dan di gigit pelan.
Bagian bawah Jaemin yang tidak tertutup apapun di raba oleh Jeno menggunakan telapak tangannya, dari paha Jaemin—terus naik melewati pinggul lalu diangkatnya baju Jaemin hingga perut serta dada omega cantik itu terlihat.
Bosan bermain dengan telinga serta leher, Jeno berpindah ke dada Jaemin. Di tatapnya sebentar puting pink yang telah tegang di depannya, membuat Jamin merona malu.
“Eumhh.. Jenhh.” Desah Jaemin saat merasakan jari Jeno yang bermain di putingnya; menjepit pucuk puting itu sambil di gesek dengan ibu jari, lalu di tekan berulang kali.
Kedua kaki Jaemin tak berhenti bergerak; saling menggesek sebab ulah permainan Jeno. Tak membiarkan satu puting Jaemin abai, Jeno pun melahap puting itu dengan mulutnya, menyesap puting itu hingga merah sesekali lidahnya bergerak melingkari tonjolan pink itu.
Nafas Jaemin tercekat, kepalanya terdongak menikmati ciuman basah dari Jeno yang mulai turun menuju perutnya, terus turun hingga bagian intinya.
Jeno genggam penis mungil milik Jaemin dengan satu tangannya sedang tangannya yang lain mengelus paha dalam Jaemin. Cairan precum sudah keluar dari lubang penis omega itu yang kemudian Jeno sentuh dengan ibu jarinya; melumuri kepala penis Jaemin dengan precum lelaki sebayanya itu.
Penis mungil yang sudah licin itu Jeno masukan kedalam mulutnya, mengulumnya habis sambil dihisap agar Jaemin merasakan kenikmatan. Satu tangannya yang menganggur Jeno arahkan memainkan buah zakar milik Jaemin, sedang satu tangannya yang masih mengusap paha dalam Jaemin—Jeno tuntun memasuki lubang yang sudah becek oleh cairan lubrikan.
“Hah—anghh.. Jen, oh! Shh..”
Rasanya Jaemin ingin terisak karna permainan Jeno pada setiap inti tubuhnya. Sangat nikmat, membuatnya hanya bisa mendesah dan merintih pasrah di bawah sang alpha.
Ketika lidah Jeno menusuk lubang di kepala penisnya, dengan jari lelaki itu yang berada di dalam lubang Jaemin bergerak semakin dalam berhasil menyentuh prostat miliknya—Jaemin melengkungkan tubuhnya, kakinya bergetar, perutnya mengejan serta kepalanya yang terdongak juga mulut yang terbuka mengeluarkan liur pada saat pelepasannya tiba.
“Heunghh.. J-Jeno ah! Anghh..”
Cairan Jaemin di telan Jeno pun jarinya yang terdapat lubrikan; cairan alami yang berasal dari lubang anal Jaemin dan setiap omega pasti akan mengalaminya jika pada saat heat atau saat matting.
Jeno tersenyum, namun bukan senyum yang manis. Tapi senyum yang mengandung banyak arti.
“Nice taste.”
Jaemin masih berusaha menetralkan nafasnya, dadanya naik turun mengambil pasokan oksigen. Rasanya lega namun juga melelahkan.
Kembali tubuhnya menunduk, satu tangannya mengusap pinggul Jaemin secara sensual, mencoba membuat omeganya merasa nyaman kembali. Setelah Jaemin mulai relax, secara perlahan tubuh ramping itu Jeno balik perlahan hingga posisi Jaemin menjadi tengkurap.
Kedua pinggul Jaemin diangkat keatas oleh Jeno, membuat posisi Jaemin menjadi menungging. Ditatapnya lubang yang tak berhenti mengeluarkan cairan, Jeno dekatkan wajahnya sebelum menenggelamkan wajah ke belahan pantat Jaemin.
Lidah itu terjulur, menjilat cairan Jaemin yang keluar, lalu mulai menusuk lubang berkedut itu, membuat Jaemin menggelinjang.
“ah.. Jen, ngh..”
Sesungguhnya, pelepasan Jaemin tadi sudah membuat panas di tubuhnya menghilang, namun sepertinya sekarang keadaan berbalik. Ia yang harus menuntaskan hasrat Jeno yang sebelumnya ia pancing keluar. Memuaskan nafsu alpha tampan itu.
Merasa sudah puas menggoda Jaemin, Jeno menundukan tubuhnya. Satu tangannya berpindah melingkari leher Jaemin dan yang satunya menurunkan sedikit celananya lalu menuntun penis tegangnya keluar sebelum menggesek permukaan lubang Jaemin.
Jeno mendekat, berbisik di telinga Jaemin, “Jaem, sehabis ini lu cuma milik gua. Jangan biarin orang nyentuh lu, karna gua ga suka berbagi.”
Kepala Jaemin menoleh kebelakang, membuat bibirnya tanpa sengaja bersentuhan dengan pipi Jeno. Jaemin mengangguk, “Iy—hah! Ah! Jeno..” Jerit Jaemin ketika penis milik Jeno masuk; membuka lubangnya, membuat celah pergerakan di dalam sana.

Jeno menggeram, gesekan penisnya pada rektum Jaemin membuat penisnya terpijat, “So fucking tight, hhh..”
Pinggulnya bergerak, kedua tangan Jeno memegang pinggul Jaemin mencoba membuat tubuh ramping itu menghentak berlawanan arah agar penisnya masuk semakin dalam.
Satu tangan Jaemin mengepal, sedang satunya mengarah kebelakang; menggenggam salah satu tangan Jeno yang mencengram pinggulnya. Tubuh Jaemin terhentak maju mundur menimbulkan gesekan pada lututnya. Disekitarnya tak ada yang bisa Jaemin jadikan pegangan, dirinya frustasi pada setiap tumbukan Jeno di lubangnya, tak ayal prostat nya selalu tersentuh kepala penis milik Jeno.
Terlalu dalam, terlalu besar hingga Jaemin yakin tak ada sela di dalam sana. Penis Jeno mengisinya penuh, bergerak secara cepat dalam tempo yang tak beraturan.
Jaemin merebahkan dirinya, sehingga dada dan pipinya bersentuhan dengan lantai, hanya pantatnya saja yang naik. Posisi ini sungguh membuat penis Jeno masuk sepenuhnya.
“Ah! Ah! Ah! Ha—angh Jenhh..” Jaemin meringis merasakan pipinya yang sepertinya akan lecet. Jeno bergerak sangat kasar dibelakangnya.
PLAK
“Akh!” Tamparan pada pantatnya membuat Jaemin menjerit, rasa panas tak terelakan pada bagian pipi bongkahan kenyal miliknya. Jeno terkekeh, satu tangan yang penampar pipi Jaemin itu kembali ia bawa untuk mencengram pantat milik Jaemin, “I love hearing your voice, Jaem.”
Lagi, pelepasan Jaemin berada di ujung. Ia ingin keluar, namun tak ingin melakukan pelepasan sendirian, “Jen, cum pleasehh..”
Mendengar cicitan Jaemin—Jeno mengangguk, lantas ia bergerak semakin cepat, membuat bunyi benturan antara selangkangannya dan pantat Jaemin terdengar sangat erotis di dalam ruangan.
Pada hentakan ke lima, Jeno sampai pada pelepasannya. Ditekannya pinggul Jaemin kebelakang; menempelkan bongkahan sintal Jaemin pada selangkangannya agar cairan panasnya masuk sepenuhnya di dalam Jaemin.
Kedua tubuh yang masih menyatu itu ambruk dengan Jeno yang menahan tubuhnya menggunakan lengan agar tak menimpa Jaemin. Keringat sudah membanjiri keduanya. Baju bola yang masih melekat ikut basah oleh peluh.
Jaemin terengah, kelopak mata itu terpejam menyembunyikan warna iris indahnya. Tubuhnya masih lelah usai pelepasan keduanya dan badannya terasa lemas sekarang.
Jeno yang betah pada posisinya belum beranjak dari atas tubuh Jaemin. Ia mendekatkan wajahnya ke bahu Jaemin, bibirnya bekerja mengecup tulang punggung omega cantik di bawahnya, memberikan kecupan seringan kapas yang secara tak langsung menunjukan tasa terima kasih Jeno.
Jeno memutar tubuh Jaemin pelan agar tautan mereka tidak terlepas. Merengkuhnya lalu di dudukan di pangkuannya. Jaemin yang masih lemas—wajahnya ia tenggelamkan di perpotongan leher Jeno, menghirup feromon alpha itu yang menenangkan.
Kembali tubuh Jaemin menegang ketika Jeno mulai penggerakan penisnya. Menduduki selangkangan Jeno dengan penis lelaki itu di dalamnya berhasil membuat kejantanan Jeno langsung menyentuh prostat miliknya.
“Anghh..ohh, Jen.” Desah Jaemin pelan di ceruk leher Jeno. Jarinya tanpa sadar Jaemin tekan di sekitar punggung lelaki itu, menahan dirinya agar tak menjerit keras.
Tubuh Jaemin terlonjak dipangkuan Jeno, kepala penis milik Jeno menumbuk lubang Jaemin dalam hingga sampai pada uterus Jaemin. Terus menghentak berulang kali.

“Jaemin, shh..” Desis Jeno tatkala Jaemin mengetatkan lubangnya, membuat rektum omega cantik itu menghimpit penis Jeno yang mana malah semakin besar di dalam sana.
Jeno arahkan satu tangannya menuju tengkuk Jaemin, menekannya—berhasil menyatukan belah bibir keduanya.
Seperti tak ada yang ingin mengalah, mereka saling mencium rakus. Memiringkan kepala kekiri dan kekanan, menyesap bibir satu sama lain, menggigit seduktif dan bertukar saliva tanpa merasa jijik.
Jeno remas pinggang Jaemin pelan agar semakin meningkatkan gairah omega cantik dipangkuannya. Di dalam sana penis Jeno semakin besar dan menegang, urat hijau mulai muncul di sekitar penis jantan itu menimbulkan gesekan pada dinding rektum Jaemin.

“Ah! Hah—Jenohh..” Desah Jaemin ketika ciuman keduanya terlepas. Jari kakinya menekuk, bibir bawahnya Jaemin gigit menahan agar ia tak segera klimaks atas tumbukan penis Jeno.
Wajah Jeno maju, bibirnya mencium pipi Jaemin lalu turun menuju rahang lelaki cantik itu. Tatapan sayu Jaemin serta air mata di sudut matanya membuat omega itu berlipat kali lebih sexy.
Rahang Jeno mengeras merasa pelepasannya yang akan datang. Jeno tundukan kepalanya, matanya tak lepas memperhatikan kejantanan miliknya yang keluar masuk di lubang Jaemin. Semakin lelaki berhidung bangir itu naikan tempo hentakannya, bergerak menuju pelepasannya.
“God, Jeno oh—aahh..” Desah Jaemin bersamaan Jeno yang menggeram Jantan. Pelepasan telah sampai pada keduanya, tubuh Jaemin yang melengkung Jeno peluk erat membuat cairan Jaemin mengotori dada dan perut keduanya, sedang miliknya kembali keluar di dalam Jaemin.
Dada Jeno serta Jaemin naik turun meraup oksigen dengan rakus usai pelepasan keduanya. Telapak tangan Jeno beralih mengelus punggung Jaemin pelan sedang yang satunya mengelus paha Jaemin di pangkuannya.
Jeno melihat sekitar, sangat gelap. Namun senter kecil Jeno berhasil menerangi setidaknya pintu gudang yang masih tertutup rapat. Sepertinya satpam sekolah akan datang berkeliling sebentar lagi.
“Jaem, kita pulang hari ini.” Ucap Jeno menatap kearah Jaemin. Dipelukannya Jaemin mengangguk, merubah posisinya agar sejajar dengan Jeno, “Jeno, mata kamu irisnya berubah.” Yang diangguki Jeno, “Kamu juga.”
Pipi Jaemin memerah, sejak kapan aku – kamu menjadi sebutan keduanya? Jaemin baru sadar.
Jeno menurunkan baju Jaemin hingga kembali menutupi dada serta perutnya, lalu mengangkat sedikit tubuh ramping itu agar melepas penyatuan keduanya, “Ugh, Jen.”
Chup.
Jeno mengecup bibir Jaemin sebelum membantu Jaemin berdiri, “Satpamnya sebentar lagi keliling. Kamu pake dulu celananya, biar kita langsung keluar.” Ucap Jeno sambil menaikan kembali celananya, “Aku ke pintu dulu.” Lanjutnya.
“I-iya.” Balas Jaemin dengan anggukan terpatah – patah. Ia menghela nafas, menggigit bibir bawahnya pelan; menahan jeritan.
Bolehkah Jaemin berterima kasih atas heat nya yang datang tiba – tiba? Lalu secara kebetulan Jeno datang membantunya, plus secara tak langsung menjadikan Jaemin miliknya. Jaemin tak perlu bersusah payah lagi menyembunyikan perasaannya, toh Jeno sudah menjadi kepunyaannya.