KEPEKAAN YANG MENGEJUTKAN
Saat ini Jeno sedang berada di rooftop, sudah setengah jam sejak Jeno dan Mark bertukar pesan—menyuruh Jeno untuk berusaha lebih agar cepat menjadikan Jaemin miliknya.
Menghela nafas kasar, Jeno menyibak rambutnya kebelakang dengan satu tangannya. Mata sipit yang tajam namun memiliki tatapan lembut itu memejam.
Angin membawa surai Jeno bergerak pelan, membelai wajah bak pahatan dewa kesukaan setiap Omega jika saja Jeno berani melihat sekitarnya. Walau begitu, bagi Jeno—Jaemin sudah lebih dari cukup meski sulit mendapatkannya.
Tidak seperti kisah cinta para mate lain, Jeno bahkan harus berusaha membuat Omega manis miliknya sadar siapa pemilik mutlak dari hati dan raga itu sendiri.
Rumit, namun Jeno harus mendapatkannya jika tidak mau hidup seperti Kakak laki – lakinya.
Suara pintu membuat Jeno membuka mata, feromon dengan scent susu dan lavender seketika terhirup samar di penciumannya.
“Mau rokok?”
Jeno menoleh, menatap Omega mungil di sampingnya yang menyerahkan sebatang rokok padanya.
“Gua udah berenti ngerokok.”
“Sesekali, gua tau lo lagi stress.” Kali ini sekalian memberi pematik.
Rokok beserta pematik itu diambil kasar, lalu batang rokok itu jeno jepit diantara bibir sebelum mematiknya sembari menghisap dalam.
Rasa mint terkecap diantara lidah, Dan saat asap itu keluar, pikiran Jeno seakan lebih tenang. Sedikitnya, Jeno tak mau berbohong jika benda yang dia hisap berkali – kali ini dapat menghilangkan penatnya.
Renjun tertawa kecil, mengambil pematik dari tangan Jeno lalu melakukan hal yang sama seperti Jeno. Tidak ada yang tau bahwa dia adalah perokok kecuali Jisung dan Jeno—oh? Atau mungkin anak yang kemarin mengintipnya.
Renjun hanya tidak tau jika Lucas membocorkan hal itu kepada ketiga temannya.
“Jaemin—,” Renjun menatap Jeno di sampingnya. “—Omega, kan?”
Hisapannya berhenti, Jeno tertegun beberapa detik namun tetap mengontrol gurat wajahnya. Demi moon goddess, dari mana Renjun tau? Bukankah Jaemin bilang padanya saat itu dia Beta? Sungguh Jeno penasaran.
“Awalnya gua ga tau, tapi pas lo dateng ke kelas, feromon Jaemin langsung kehirup samar di gua. Mungkin karna insting Omeganya ke pancing sama lo.”
Jeno mendengus. “Ga mungkin lah.”
“Gua juga mikirnya ga mungkin.” Batang Rokoknya Renjun ketuk, menjatuhkan abu rokok itu. “Ga mungkin kan insting Omega bisa kepancing selain sama Alpha nya? Kecuali lo rut.”
Kedua alis Jeno menyatu, membentuk kerutan pun dengan satu tangannya di dalam saku yang mengepal saat mendengar ucapan Renjun.
“Atau emang nyatanya, lo sama Jaemin—mate.”
Sialan, ucapan Renjun sangat tepat sasaran. Entah kenapa Jeno merasa kesal, bagaimana bisa seseorang membaca dirinya dan Jaemin sangat teliti meski Jeno sudah berusaha menutupinya dengan baik.
Renjun, Omega ini sangat peka.
Jeno membuang batang rokok yang hampir habis lalu diinjak—menghadap renjun dengan tatapan tajamnya.
“Kenapa lo tertarik banget soal Jaemin?”
Renjun menghisap batang rokoknya sembari menghadap ke Jeno—berucap bersamaan hembusan asap yang dia keluarkan ke wajah Jeno. “Ga ada alesan buat ga tertarik sama Jaemin, bahkan Alpha yang udah punya Omega sekalipun.”
Bagi Renjun, jika tidak bisa memancing ikan dengan kail kenapa tidak membuat pancingan untuk kucing itu sendiri agar datang dan menangkapnya? Meski harus tercebur, tak masalah asal dapat.