Carpe Diem
(n) enjoy the pleasure of today.
Pagi menyingsing dan sinar mentari mengintip malu-malu dari balik gorden, menyapukan warna emas yang mengusik tidur nyaman Atsumu diatas king size bed dalam kamar hotel yang luas ini.
Kelopak matanya dengan enggan terbuka, kemudian tertutup lagi kala cahaya pagi menyilaukannya. Merasa badannya kaku, Atsumu membalikkan tubuhnya ke samping dan sontak meringis sakit. Pinggangnya terasa sakit dan kedua kakinya begitu lemas.
Atsumu menenggelamkan wajahnya di bantal sembari menggeram kecil ketika potongan ingatan dari kemarin malam mulai terbentuk dalam memorinya.
Semuanya terasa begitu cepat ketika Atsumu sampai di kamar yang berada di lantai 4 hotel bintang lima, bertemu dengan dua lelaki menawan yang telah memanjakannya sepanjang malam.
Atsumu menghembuskan napasnya perlahan, berusaha sebaik mungkin agar helaannya tidak terdengar seperti sebuah lenguhan. Tak masalah, kepalanya masih jernih dan suara lembut dari musik yang mengalun di sudut ruangan masih segar di telinganya.
Tak masalah, ia tidak akan luluh semudah itu.
Jemari meremat sprei dan kepalanya berpaling ke samping, hendak menghindari kontak mata dengan orang yang merengkuh tubuhnya dan memandikan Atsumu dengan kecupan-kecupan yang liar. Kancing kemejanya telah sepenuhnya tanggal dan dadanya naik turun akibat napas yang memburu. Atsumu berbaring di ranjang yang empuk dengan seseorang yang menindihnya.
Rintarou, katanya.
Nama salah seorang dari mereka yang melucuti dan menyentuh Atsumu lebih dulu sementara yang satunya masih berkutat di kamar mandi.
Rintarou yang miliki manik tajam nan jenaka serta senyum manis yang bisa buat siapa saja terpana. Rintarou yang lihai menggerakkan lidah dan tangannya, menanamkan gigitannya diatas kanvas berupa tubuh Atsumu Miya.
Kemudian Rintarou ini yang gemar menggoda Atsumu dengan menggigit area merah muda di dadanya demi mendengar rintihan manis dari bibir ranum itu.
“Nghh,” Atsumu melenguh rendah saat Rintarou menariknya duduk ke pangkuan, kemudian melesakkan lidahnya ke dalam rongga mulut Atsumu tanpa peringatan.
Rintarou raba dan elus punggung Atsumu sementara pundaknya dicengkram erat. Lidah beradu di dalam sana, menyapu deretan gigi dan berbagi saliva hingga sudut bibir keduanya basah. Lumatan bibir terhenti, kini Rintarou nikmati leher Atsumu.
Kecup, kecup, kecup lagi. Sesekali menggunakan giginya sebab candu.
“Atsumu.” Deru napas Rintarou di telinga buat si pirang bergidik. Atsumu menggumam kecil.
“Lepas pakaianmu lalu tidur tengkurap biar aku bisa prepare kamu ok?” Ujar Rintarou lembut sembari menjauhkan wajahnya untuk menatap netra madu lawan bicaranya.
Atsumu mengangguk dan segera menyingkirkan sisa pakaian di tubuhnya. Mengikuti instruksi Rintarou, dengan sedikit ragu Atsumu memposisikan diri dan mengekspos bugilnya untuk dijamah.
“Nungging.”
Atsumu mendengus, namun tetap menurut. Lututnya terbuka untuk mengapit Rintarou diantaranya. Pipinya begitu panas hanya dengan tatapan intens netra sipit itu di belakangnya.
Atsumu penasaran, dirinya sudah dibuat setengah mabuk disini tapi sosok di bilik kamar mandi itu belum juga menampakkan diri. Buat Atsumu tidak sabaran. Lagipula ia habiskan sepuluh juta bukan untuk menunggu orang mandi.
“Rintaー ah!” Atsumu memekik ketika sensasi dingin dan jemari lentik menerobos masuk ke liang intimnya dan menggesek dinding ketatnya.
Rintarou menempelkan dada bidangnya pada punggung Atsumu. Lalu menjilati daun telinganya seraya berbisik, “jangan alihin perhatianmu waktu lagi main. Nanti aku hukum, mau?”
Menekan wajahnya ke bantal, Atsumu dapat merasakan senyuman miring dari Rintarou. Desahannya teredam kala jemari itu terus bergerak.
Keluar perlahan, kemudian melesak masuk dengan cepat. Bertambah satu, berputar melonggarkan yang sempit untuk dimasuki yang lebih besar nanti.
Rintarou gigit bahu si pirang setiap kali dindingnya mengetat diantara jarinya. Buat Atsumu tak bisa lagi menahan desahannya. “Gak sabar ya? Tenang aja, nanti kita main sampai pagi kalau kamu mau. Be a good boy and we will give you what you want.“
“Hah-” Atsumu tercekat ketika ujung jari Rintarou menumbuk prostatnya, membuat milik Atsumu berkedut dan semakin basah akan cairan precum. “Shit...“
“No cursing.” Rintarou memperingati dengan menghentikan tempo jemarinya. “Kiyoomi gak akan suka kalau kamu pakai kata kasar. Anak baik kata-katanya gak boleh kotor ya. Ngerti, sayang?”
Atsumu menggeram frustrasi. Ia gerakkan pinggulnya maju dan mundur mengejar kenikmatan jari-jari dalam lubangnya. “Just... let me-“
“Sstt...” Rintarou menarik semua jarinya keluar membiarkan Atsumu merasa kosong. Ditatapnya lingkar merah muda yang berkedut minta diisi itu sambil tersenyum nakal. “Atsumu, baby, kalau kamu gak nurut nanti kena hukuman.”
“Riiinn,” netra madu itu menatap Rintarou dengan tatapan memelas. Tangannya yang tak tahan spontan bergerak untuk memuaskan kejantanan yang sudah membasahi sprei dibawahnya itu.
“Jangan sentuh.”
Suara itu entah bagaimana mendominasi Atsumu hingga ia tidak cukup berani melanjutkan niatnya. Lalu tangannya kembali meremas bantal. Rintarou mengecup pipi Atsumu singkat. “Pinter.”
Kemudian presensi seseorang mengalihkan atensi keduanya. Atsumu menggigit bibir memandangi lelaki yang bertelanjang dada dengan handuk melingkar di pinggang. Rambut hitam yang setengah basah dan wangi lembut menyapa penciuman Atsumu.
“Udah selesai mandinya?” Tanya Rintarou santai yang dibalas gumam singkat.
Ia menunduk mendekati wajah Atsumu. Memberi senyuman ramah sembari menyemat anak rambut pirang itu ke belakang. “Cantik,” katanya.
Dan Kiyoomi adalah satu lagi nama yang akan Atsumu lantunkan di malam yang panjang itu.
“What are you waiting for? I said, suck it.“
Satu erangan lolos dari mulut Atsumu. Di belakangnya, Kiyoomi sudah menghentakkan miliknya ke dalam liang Atsumu. Kakinya yang bergetar hebat hampir saja oleng jika lengan kekar Kiyoomi tidak mendekap pinggangnya.
“Kok diem?” Atsumu yang napasnya tercekat menaikkan pandangan pada Rintarou yang tepat di hadapan. Kedua paha terbuka mengarahkan wajah Atsumu langsung pada selangkangannya.
Rintarou genggam helaian surai pirang itu dan mendorongnya paksa, mempertemukan bibir manis Atsumu dengan kepala penisnya yang basah terbalut kondom.
“Aghh... tung- unghh!” Sial. Atsumu bahkan tidak sempat membasahi bibir ketika Kiyoomi mulai menghentak begitu keras hingga liang sempitnya terasa sangat penuh.
Dengan terengah-engah, Atsumu mencecap milik Rintarou yang tak kalah gemuknya dengan Kiyoomi. Lidahnya menjulur lalu mengulum daging tak bertulang itu sedikit demi sedikit mengikuti arahan Rintarou.
Mata Atsumu terpejam memasukkan milik Rintarou semakin banyak dalam rongga mulutnya sementara Kiyoomi menarik keluar perlahan dirinya dari Atsumu, kemudian kembali mendorongnya cepat. Tubuh Atsumu bergetar hebat dan air mata berlinang di sudut matanya.
“Mmh...”
Kiyoomi tersenyum puas dan melayangkan kecupan pada tengkuk si pirang yang bersemu merah. “You're so good.” Pujiannya sukses membuat Atsumu semakin melayang.
“And pretty,” sambung Rintarou mengelus pipi Atsumu sebelum melontarkan lenguhan nikmat sebab lihainya lidah Atsumu menari di dalam sana. Rintarou gerakkan pinggulnya sendiri tak sabaran sementara yang melahap mengerang tertahan.
Masuk, keluar, masuk. Kedua batang yang menusuk Atsumu di kedua sisi tiada ampun. Belum lagi racauan manis keduanya yang memuji betapa menawan dan baiknya Atsumu menerima sodokan mereka membuatnya begitu terbuai dan berharap waktu bisa berhenti saat itu juga.
Atsumu bahkan merasa ia bisa keluar tanpa disentuh.
“Ngghh ah- laghii d'sana...” Atsumu merengek sembari terbatuk-batuk ketika Kiyoomi menghentak prostatnya dengan keras dan dalam. Atsumu memekik kencang, abaikan Rintarou yang meminta perhatian dan terus bergerak mengikuti irama Kiyoomi di belakangnya.
“So... fucking tight..” Kiyoomi tidak berhenti bahkan saat Atsumu terisak ditengah pelepasannya. Benang putih nan lengket Atsumu cipratkan kearah ranjang yang sudah berantakan seperti wajahnya kini.
“Atsumu.” Rintarou angkat dagu si pirang yang berlumuran saliva dan mendorong lagi batangnya ke mulut itu seakan itulah tempatnya tinggal.
Bola mata sewarna madu itu ditarik kebelakang, jari-jari kakinya menekuk dan kerongkongannya seperti terbakar. Pendengaran Atsumu dipenuhi gema suara kedua lelaki yang memanggil namanya.
Detik berikutnya, Atsumu rasakan cairan hangat menjalar di lubang dan kerongkongannya bersamaan dengan gigitan di pundak dan jambakan rambut yang sedikit kasar.
Mereka bertiga terengah-engah seolah hampir saja kehabisan stok oksigen. Atsumu tumbang begitu saja sementara dua lainnya melepas alat kontrasepsi yang tadi digunakan lalu mengambil yang baru.
Kiyoomi mendekat dan mengecup singkat dahi Atsumu yang basah berkeringat, kemudian kedua pipinya, kemudian bibirnya. Lumat pelan-pelan lalu lepas dan berbisik, “5 menit aja ya.”
“Hng? A-apanya?” Atsumu menatap bingung dan Rintarou terkekeh gemas.
“Istirahatnya.”
“Kalian mau ngapain lagi...?”
Kiyoomi mengusap sudut bibir Atsumu, sorot matanya menandakan haus seraya menarik senyum jenaka. “Gantian.”