Noturlilangell

—-

“Baru aja gue keluar dari kamar ini tadi pagi” jay terkekeh, kali ini ia tak langsung duduk disebelah reva yang bersandar pada headboardnya, ia malah melangkahkan kaki ke sofa kamar reva, duduk menghadap ke arah reva yang membawa gitar diatas pangkuannya.

‘I never doubt you-’

Suara merdu reva mengalun lembut menyapa indra pendengaran jay

Lagu baru?

‘You know I dont talk much but I’m questioning everything you do’

Jay merasa dadanya sesak, ia tertohok dengan lantunan reva,

“Rev”

Ucapan jay memutus petikan gitar reva, membuat reva mengalihkan atensinya pada jay

Ia tersenyum “kenapa jay?”

“Umm- “ jay mengaitkan jari-jarinya, ia tak tahu harus mulai darimana “Udah baca grup?”

Reva menggeleng “sorry gak pegang hp daritadi”

“Besok kak nana ajak set list asian tour”

“Ohh bagus dong udah mulai prepare”

“Masalahnya besok gue gabisa” jay menunduk membuat reva terkekeh

“Kok lo tegang banget sih, gue tau kok lo pasti punya alasan, may i ask?”

Jay sangat amat menyayangi lelaki didepannya ini, reva sangat tau bagaimana cara bertindak di segala situasi

“Umm, just family business”

Reva hanya mengangguk, belasan tahun bersahabat dengan jay, sedikitpun jay tak pernah menceritakan tentang keluarganya.

Jika kalian bertanya apakah reva penasaran? Tentu saja! Tapi apa yang bisa ia lakukan, ia tak akan memaksa jay untuk menceritakan silsilah keluarganya kan?

“It’s okay jay, gue bakal notul, lo baca aja nanti juga kita bisa ngobrol via chat, kalo lo gak setuju atau gimana”

Jay berdiri dan mendekat ke arah reva. Ia sekarang duduk diatas kasur reva, menghadap ke arahnya

“Lo kenapa gak pernah nanya apapun kalo gue mention keluarga gue”

Reva tersenyum teduh, mengusap kepala jay lembut “gue gabakal nanya kalo lo gamau cerita jay”

Jay menunduk

“Gue gak seakur itu sama keluarga”

Reva mengangguk mendengarkan, ia sudah menebaknya.

“Papa dari dulu fokusnya cuman kerja kerja kerja terus, mama juga jarang dirumah ada aja acara entah ikut papa atau kumpul sama temen-temennya-“

Jay menatap ke reva, mencoba mengamati ekspresi sang sahabat.

Reva hanya tersenyum teduh menatapnya membuat hatinya menghangat

“-ya kita juga jadi gak deket karna emang jarang kumpul, dari kecil aku diasuh sama bibi, yah gak deket sama bibi juga karna bibinya ganti-ganti”

Reva merasa hatinya teriris, jay hanya merasa sepi.

“Iya” reva akhirnya bersuara membuka tangannya “mau peluk?”

Jay mengangguk dan mengusalkan badannya ke badan reva kepalanya mencari tempat ternyaman pada ceruk leher reva.

“It’s okay, jay cuman ngerasa kesepian” ia mengusap usap belakang kepala jay berkali-kali “Mama sama papa gak maksud ninggalin jay, papa kerja buat jay kan? Mama juga harus bantu papa”

“But i was just a kid back then? Didn’t i should get the attention i should got kan?” Jay berbicara kecil masih memeluk reva, semakin erat malah

Reva mengangguk “iya itu bener, disini gue gak maksa lo buat lupain itu semua kok, rasa sepi kalo terlalu lama bersarang dihati emang berubah jadi kesedihan-“

“-maunya jay bilang apa yang jay rasain sama mama dan papa”

“Dikeluarga gue tuh, ngungkapin apa yang kita rasain itu susah, kita gak terbiasa nunjukin afeksi kita”

Kali ini reva hanya mengusap punggung jay lembut.

“Trus-“ jay melanjutkan ucapannya

“-rev”

“Iya” reva merasa jay memeluknya semakin erat tak ada niatan melepaskannya, mungkin jay ingin berbicara sambil memeluknya

“Gimana kalo eskpetasi lo soal gue dan mungkin keluarga gue? Gak sesuai?-“ jay gugup

“-maksutnya kaya, ternyata apa yang lo fikirin soal gue dan mungkin keluarga gue itu beda banget sama kenyataannya”

Reva masih diam

“Berapa persen kemungkinan lo benci gue?” Lanjut jay

Kali ini reva melepas pelukan mereka dan menatap jay dalam

“Jay-“

Ia membawa tangan jay untuk digenggam

“Walaupun lo suru gue pergi pun, gue bakal gatau diri buat tinggal disamping lo”

“Lo sama hachi itu rumah gue jay, kalo gue benci kalian artinya gue benci diri gue sendiri”

Ia kembali memeluk sang sahabat,

~ chapter 171~

⚠️Blood, past trauma mention of rape, violence

****

Renjun mengerjab, menyesuaikan cahaya yang masuk,

“Awake?”

Renjun menoleh, tentu saja itu alro, tapi dimana mereka? Dan bagaimana dengan jeno? Ia yakin jeno baik-baik saja dan akan segera datang menemukannya, untung saja ia sempat mengirim pesan pada jeno.

“I can’t find ur phone” alro bergumam, berjalan ke arah renjun yang terikat diatas kursi

Renjun ingat, ia tadi langsung menjatuhkan ponselnya saat alro menyekapnya, supaya alro tidak tau ia telah menghubungi jeno. Dan ia berharap semoga jeno menemukan ponselnya.

“Ketinggalan di mobil enyo-“

“Ssshhh” alro menyela “berani-beraninya lo sebut nama dia”

Renjun melebarkan bola matanya saat alro mengeluarkan pisau lipat dari kantongnya.

Ia menggeleng “no no no please don’t”

Alro memberi satu sayatan pada rahang renjun

“Ahh, lo gila sumpah! LO GILA!!” Renjun merasa perih, setitik darah menetes dari sana

Alro menuju kebelakang renjun dan menyayat panjang permukaan tangan renjun “the cost for touching enyo all this time”

“Lo sumpah!! Lo gak waras?! Lo apasih yang lo mau ro, sadar ro ini salahh, dengan bunuh gue gabakal bikin enyo suka sama lo!?” Renjun frustasi, ia calon dokter, ia jelas mempelajari psikologi dan ucapannya barusan bukanlah kalimat yang harus dikeluarkan korban penculikan, karena-

“LO TAU APA? KATA SIAPA ENYO GASUKA GUE?” -Itu hanya akan menambah amarah sang pelaku

Alro terkekeh kecil, terdengar menyeramkan ditelinga renjun “lo tau?” Alro berbisik di samping renjun “saat itu gaada yang mau ngobrol sama gue, tapi tiba-tiba jeno kasih minumnya buat gue, isnt that a proof? That he’s really hitting on me?”

Ia menjambak rambut renjun kasar “lalu lo dateng, and you seduce him!!!”

Fuck off, persetan dengan semua ini, renjun meludah ke arah alro, membuat alro melepaskan jambakan pada rambutnya.

“Fuck you, gaada yang suka sama lo, you’re just a piece of trash, you’re a rappist, GUE TAU SEMUA SOAL LO, YOU GON BE ROT IN HELL, LO BIKIN HIDUP HARRY SUSAH, JAUHIN ENYO! LO GILA, LO STRESS, GUE BERANI SUMPAH DENGAN LO NGELAKUIN INI MALAH BAKAL BIKIN ENYO JIJIK SAMA LO”

Alro dengan tiba-tiba menusuk lengan kanan renjun, mencabutnya setelahnya.

“Aww fuck” renjun kesakitan, darah mengucur dari lengannya, ia tertawa

“Lo gila” alro melihat renjun yang malah tertawa

“Untung aja pisau lo enggak karatan, kalo infeksi malah lebih susah”

Alro benci renjun “I hate you so much, gara-gara lo, dari dulu, jeno selalu natap lo, WHY MUST YOU?!” Kali ini paha renjun yang ia sayat, celana sekolahnya robek,

“Apa yang terjadi satu minggu itu?” Renjun berujar tiba-tiba, berusaha mengalihkan perhatian alro agar tidak terus menyakitinya sebelum ia sungguh mati karena kehabisan darah, ia harus mengulur waktu, ia yakin jeno sudah mulai mencarinya

Alro mencengkram rahang renjun

“Wait, jangan disana plis, luka sayatan lo perih kalo dipegang, pegang pipi gue aja” renjun terkekeh membuat alro melepasnya.

“Harry loves me”

Renjun bingung

“You know? emang bener gue culik dia, karna gue gasuka liat harry sama orang lain, dan selama seminggu, gue tau kalo pelan-pelan harry mulai suka sama gue, I didn’t rape him, dia juga mau”

Renjun memincingkan mata, lelaki didepannya tidak tampak berbohong, tapi jika mendengar dari cerita jisung maupun clara sepertinya alro tidak sepenuhnya berbohong,

“And then?” Well, setidaknya ia harus mendengarkan dari sisi alro juga

“Isn’t they called it stockholm syndrom? That’s the reason orang tua harry bawa harry ke psikiater, mereka bahkan jauhin harry dari gue”

Renjun merasa semua fakta ini membuatnya engap, juga perih disekujur tubuhnya

“Dan saat mereka sebarin rumor soal gue, i got no friends, bahkan ditempat course pun, tapi tiba-tiba jeno dateng, dia kasih gue air minumnya” alro tampak tersenyum

Persetan dengan rasa kasihan renjun tadi, ia rasa alro sungguh tidak waras.

“Gue selalu ikutin dia tiap pulang course, dan lo tau apa yang jeno selalu lakuin tiap pulang sekolah?”

Renjun menggeleng, ia harus terlihat santai dan tidak takut

“Dia selalu usap kepala lo” alro kembali menjambak renjun membuatnya mengadah “Bahkan terkadang rangkul lo” ia menancapkan pisau lipatnya ke bahu renjun saat kemudian seseorang dengan cepat menendang punggungnya, membuatnya tersungkur.

Jaemin, jeno, dan hendery.

Jaemin bergegas melepaskan ikatan renjun sementara jeno berangsur memukul alro bertubi-tubi “LO ORANG GILA, STRESS LO, GANGGUAN JIWA”

Hendery mengangkat tubuh jeno diatas alro.

Jeno berlari ke arah renjun, melihat pisau lipat yang tertancap dibahunya “Jangan dilepas-“ ucap renjun melihat jeno akan memegang pisau dibahunya “nanti darahnya abis haha” bahkan bercanda pada situasi sekarang? Jeno tak habis fikir

Jeno melihat seluruh penampilan renjun, banyak luka di tubuhnya, ia kembali maju, memukul kembali alro “lo bangsat. LO APAIN PACAR GUE BANGSAT!!”

“Jeno cukup!” Hendery memapah tubuh alro

“Jangankan suka sama lo, sedetik pun gue gak sudi natap wajah lo” jeno menggendong renjun di lengannya “na tolong bawa dia ke police, gue bakal bawa renjun ke rs”

⚡️

Renjun menutup ponselnya dan kembali tersenyum mengingat pesannya dengan jeno barusan,

“Kenapa injun senyum-senyum?”

Ia menggeleng “gapapa, enyo lucu”

Mama renjun memposisikan dirinya dan memasang seatbelt pada tubuhnya, “Kirain mama lagi chattingan sama pacar, kok kesemsem sendiri gitu”

‘Ya emang pacar, eh tapi kan injun belum ditembak’ batin renjun yang menjawab pertanyaan sang mama

Ia hanya kembali menggeleng

“Gimana enyo sama injun? Kalian ini udah kaya perangko haha, dari kecil rakett banget”

Renjun mengangguk, menatap ke jendela samping “baik, enyo selalu baik sama injun, walau dia kadang ngeselinnya pake banget huh apalagi mama tau sendiri enyo manjaaa bangettt apalagi kalo sama injun, tapi gapapa injun seneng, injun gapernah kesepian itu karna enyo hehe” ia tertawa tanpa sadar mamanya telah menepi,

“Eh kenapa ma? Bensinnya abis?”

Sang mama menggeleng dan melepas seatbeltnya, memposisikan diri menghadap sang putra satu-satunya

Ia menggenggam kedua tangan renjun “maafin mama ya injun, injun pasti kesepian”

Renjun sebenarnya benci suasana seperti ini, ia tidak ingin suasana mellow, karena ia pasti menangis

“Enggak kok ma, injun kan punya enyo, bunda, ayah, kak mark, temen-temen injun, mereka semua baik banget sama injun dan udah kaya keluarga injun sendiri” ia berusaha menjelaskan kepada mamanya untuk tidak bersedih dan merasa bersalah, karena sungguh ia tak apa

“Kalo ditanya apa injun kesepian? Injun gak bohong, injun memang kesepian kalo mama ada shift mendadak atau lembur, tapi mama pernah liat injun sendirian dirumah?”

Renjun menggeleng “enggak kan ma? ya karena ada enyo yang selalu nemenin injun”

Renjun gugup, saat ini ia sedang membahas jeno, apakah ia terbuka saja pada mamanya? Sekalian bukan?

Baru saja ia akan membuka kembali mulutnya, kali ini giliran mamanya yang berbicara “hati mama ngilu denger injun bilang injun gapernah kesepian karna enyo” ia mengusap kepala renjun lembut “mama ngerasa jahat, gabisa ada buat injun selalu, tapi enyo-“

“-enyo udah kaya anak mama sendiri, udah kaya kakak injun sendiri, injun ngerti kan? Mama bersyukur ada enyo didalam kehidupan injun-“

“-injun selalu senyum dan bilang ‘gapapa mama toh mama kerja buat injun’ tapi mama selalu sedih kalo ninggalin injun sendirian, mama juga ngerasa frekuensi waktu kita ngobrol berkurang, mama gamau jauh sama injun, cuma injun yang mama punya”

renjun merasakan air matanya mengalir saat ini, memang akhir-akhir ini ia jarang berbicara dengan sang mama, tetapi ia tidak menyangka mamanya akan sesedih ini.

“Mama nggak jauh kok dari injun, injun juga bakal selalu cerita ke mama, apa mama pernah tau injun bohong ke mama?”

Mama renjun menggeleng dan mereka saling tersenyum sedetik kemudian mama renjun mencium dahi putra tunggalnya

Ia kembali melajukan mobilnya “Injun dimobil jangan main hp nanti pusing”

“Iya ini bales chat enyo doang, dia nanyain bukunya, biasa itu anak. Semuanya injun yang urusin”

Sang mama tertawa “urusin enyo mulu, kapan punya pacarnya” ia menggoda sang putra

Renjun yang masih asik dengan ponselnya hanya tertawa dan menanggapi sekenanya “ih kan enyo pacar injun yah injun yang urusin lho”

Ia merasakan tidak ada suara lain di mobil saat ia sadar ‘Ih injun tadi ngomong apa barusan?????’ Ia mengkerutkan dahinya dan masih fokus pada ponselnya, entah melihat apa yang pasti ia tak berani menatap ke arah sang mama

Bahkan saat di supermarket sampai ia masuk kedalam kamar pun belum ada balasan atas kalimat keceplosannya itu

“Gak romantis banget jadiannya, tapi gue udah cium si bau bau cinta diantara kalian” nana merasakan pukulan pada kepalanya setelah ucapannya barusan,

“Najis banget bahasa lo, kita juga belum jadian yah!!”

Jeno menatap renjun “gabole pukul-pukul cantik”

“Aduh-aduh hargailah yang jomblo disini” echan memegang dadanya, tidak bersungguh-sungguh kesakitan.

“Gue jadi lo, udah nyobek muka sih, cemburu sama adek kelas” kali ini lele yang tertawa

Jeno mencebikkan bibirnya dan meletakkan lengan kanannya pada pinggang renjun disampingnya “kan injun punya enyo doang”

Baru saja ia hendak mengecup kecil orang yang disayangnya, mereka semua mendengar bunyi kunci bergemerincing

“Pak tom udah dateng woy ayo keluar kelas cepet kita balik, daripada kita semua dikunciin lagi didalem”

•••

Suasana sedikit asing saat jeno duduk disamping sang kakak,

Bunda dan kakaknya sedang diam, “Bunda?” Ia membuka suara

Sang bunda tersenyum dan menatap ke arah mark kemudian mengangguk,

Seperti menerima sinyal, mark mencium pipi sang bunda dan berlalu “kakak mandi dulu ya bunda, kakak sayang bunda”

Perempuan cantik yang selalu jeno panggil bunda tersenyum ke arahnya, menepuk pahanya “adek sini, bunda udah lama enggak usap kepala adek”

Jeno membaringkan kepalanya pada pangkuan sang bunda, meluruskan badan dan kakinya “hmm nyaman” ia memejamkan mata

“Adek matchnya tadi gimana?”

“Baik bunda, kaya biasa tim enyo menang dong, sebelum match temen-temen nyemangatin enyo semua, enyo seneng banget, jadi semangat!!”

Tangan sang bunda terus membelai surai si bungsu dengan lembut “woah adek cool banget, bunda proud!”

“Kalo injun gimana? Nyemangatin enyo juga yah pasti”

Jeno tertawa, masih memejamkan matanya “iya dong, tadi pagi kan bunda ketemu injun, injun selalu jadi yang pertama nyemangatin enyo”

Entahlah sang bunda merasa pedih, “maaf ya adek, maafin bunda”

Jeno membuka matanya, ia dengan cepat menegakkan tubuhnya dan memeluk sang bunda “bunda? Bunda kenapa?”

“Adek, maafin bunda, adek harus ngelaluin semua kebingungan ini sendirian, pasti sulit ya, adek pasti bingung, adek pasti takut, maaf kalo bunda gaada disana buat bantu adek”

Jeno merasakan dadanya seperti ditusuk ribuan jarum, apa ini alasan sang kakak sebelumnya berada disini

“Bunda?-“

“-bunda, enyo minta maaf kalo enyo belum bisa jadi anak yang baik, nggak kaya anak anak lainnya, enyo minta maaf buat bohong ke bunda, bunda enyo sayang sama injun”

Sang bunda menggeleng, ia menggenggam tangan si bungsu “bunda mungkin bingung pada awalnya, bunda takut, tapi bunda sakit, bunda sakit saat setelah ngobrol sama kakak, bunda ngerasa jahat, bunda ngerasa gabisa jadi bunda yang baik-“

Ia mengusap surai sang putra “maaf kalo adek sampai berfikiran takut sama bunda, maaf kalo adek sampai berfikiran kalo adek itu belum bisa jadi anak yang baik”

“Siapapun yang adek cintai, gak cuman adek, tapi juga kakak, siapapun itu, adek sama kakak itu anaknya bunda, putranya bunda, kebanggannya bunda, bunda bakal selalu bangga dan sayang sama kalian”

“Siapapun kalian”

Jeno tidak tahu perasaan apa yang ia rasa saat ini, ia hanya tau menangis dipelukan sang bunda membuat kepala dan hatinya ringan,

Jeno melihat mama renjun sedang sibuk di dapur, memasukkan agar-agar kedalam cetakan

“Ih mama!! Belum jadi gitu kok suru enyo cobain?”

Mama renjun tertawa “mau ketemu injun nyo?”

Jeno mengangguk “iyaa, mau cerita-cerita aja sih”

“Yaudah tuh langsung aja ke kamarnya, keknya anaknya lagi mandi deh, barusan pulang tadi dianter temennya”

Jeno menaikkan sebelah alisnya “temennya? Mama gakenal? Kan temen injun mama kenal semua?”

Mama renjun mengangguk “katanya sih tadi temennya buat olim minggu depan”

“Oohhh, enyo ke kamar injun dulu ya ma!”

Jeno melangkahkan kakinya setelah mama renjun mengangguk dan berdiri didepan sebuah pintu dengan lambang ‘rj’ didepannya

“Eh nyo?!” Renjun yang duduk didepan cermin, sedang mengeringkan rambutnya. menoleh ke arah pintu kamarnya, “kebiasaan ih! Masuknya gak ketok dulu. Ngapain malem-malem kesini??”

Jeno beranjak ke belakang renjun, mengambil alih hair dryer dari tangan sang sahabat “Sana lihat depan”

Renjun menatap ke arah cermin, jeno dibelakangnya, sedang fokus mengeringkan rambutnya. Jeno tampak?? Diam?

“Nyo?? Kenapa?”

Jeno mengusak rambut renjun, “tadi pulang sama jisung?”

Renjun mengangguk “iya kan gue gabawa motor” “Eh bentar lo tau jisung?”

Jeno meletakkan hair dryer di meja depan renjun dan membalik kursi renjun untuk menghadap ke arahnya

“Tadi lewat di tl, kan lo rep twtnya”

“Nyo? Kenapa?” Renjun berujar saat jeno hanya beberapa menit diam menatapnya

Renjun merasakan tubuhnya didekap erat oleh jeno, kepalanya terasa berat saat jeno meletakkan dagunya diatas sana

“Kangen banget”

Renjun menghela nafas, jeno selalu seperti ini sejak kecil, Jeno itu selalu takut tergantikan -

“Besok partner injun di olim tuh jisung, adek kelas. Anak ipa 1”

-dan renjun yang selalu meyakinkan

Jeno mengangguk, renjun bisa merasakan anggukan kepala jeno diatas kepalanya “Asik ya? Kalian ngobrolnya kaya nyambung gitu”

Renjun mengangguk “dia juga pengen jadi dokter ternyata” renjun terkekeh kecil

“Njun, kalo enyo bilang. Saat ini enyo lagi cemburu menurut injun kenapa?”

Renjun melepas pelukan jeno dan mendongak menatap jeno yang masih berdiri dihadapannya,

“Jeno!” renjun menaikkan nada bicaranya. Jeno tau ia salah, tidak ada enyo. Renjun hanya memanggilnya dengan namanya.

“Lo bukan lagi anak smp-“

Renjun tau ia tidak seharusnya marah pada jeno, itu semua hanya masa lalu kan?

Renjun berdiri dan memeluk jeno, tangannya mengusap lembut punggung dan kepala jeno “Enyo, jisung itu temen injun, buat olimpiade minggu depan”

Enyo menggeleng “he looks interested in you”

Renjun menjauhkan tubuhnya dan menatap jeno “nyo, he’s a guy”

Renjun gugup, membawa topik ini, ia takut akan respon jeno selanjutnya.

“Then why? Kamu bilang didunia ini banyak orang seperti itu, you said love is love”

Renjun merasakan matanya berair

“Injun hey? Kenapa nangis?” Jeno kembali membawa renjun ke dekapannya “Hey stt, kenapa? Enyo ada salah ngomong?”

“E-enggak i-injun fikir enyo benci orang k-kaya gitu”

Jeno menggeleng, ia faham ‘orang kaya gitu’ yang dimaksud renjun.

“Stt” jeno mengusap kepala renjun di dadanya dengan lembut. Sesekali mengecupnya kecil

Ia akan bertanya pada kak mark sepulang dari rumah renjun, perasaan apa ini?

Jeno menatap kesekitar, disana perempuan cantik berambut panjang yang terlihat sudah lebih dewasa dari terakhir kali ia lihat sedang melambai ke arahnya.

“Hai” ucapnya saat setelah jeno meletakkan dirinya untuk duduk dihadapannya

Entah mengapa bahkan seulas senyum saja enggan terpatri di wajah tampan jeno.

“You look different” keira terkekeh kecil “Maybe i miss nono’s smile?”

Jeno terkekeh kecil “apa yang kamu harapin? saat kamu tiba-tiba pergi dan kembali setelah sepuluh tahun? Apa aku bakal nyambut kamu dengan pelukan dan senyum?”

Jeno memajukan wajahnya “kei thing’s different right now, aku bahkan sudah menikah” jeno menunjukkan cincin perak di jari manisnya

Keira tampak sedikit terkejut “nono” ia menundukkan wajahnya “i’m sorry, aku pergi karena aku punya alasan sendiri”

“Apa, because of the rumor?”

Air mata tampak menggenang di mata indah perempuan cantik didepan jeno “no, do you- perhaps- do you believe that?”

Jeno menggeleng “ke, I believe you, bahkan saat jaemin bilang beribu ribu kali, aku tetep nggak percaya kalo bukan kamu yang bilang sendiri”

Keira mengusap air mata yang menggenang di pelupuknya dan tertawa kecil “kamu masih berteman sama jaemin?” “No dia yang nyuruh aku pergi, dia yang ngusir aku dari kehidupan kamu”

Jeno sungguh sangat kaget, bagaimana bisa jaemin? “Kei, dulu mungkin, mungkin semua yang kamu katakan aku bakal percaya tanpa perlu caritahu kebenarannya, tapi sekarang semuanya beda”

Keira mengeluarkan sebuah gantungan kunci berbentuk kuda nil putih dari tas nya, bentuk sama yang dimiliki jeno. Sesuatu yang keira kecil beri padanya. “No, aku masih keira, keira yang dulu”

Air mata menetes indah dari mata cantiknya, membuat hati jeno sedikit tercubit, apa ia terlalu keras pada keira? keira benar. Keira masih keira yang dulu, keira kecil yang menjulurkan tangan saat dia rapuh, dan keira remaja yang mengenalkannya kehidupan.

Jeno menjulurkan tangannya dan mengusap air mata keira “heyy sst, maaf” “Aku terlalu marah saat kamu tiba-tiba pergi dan muncul sesuka hati seperti ini, maaf kei”

Keira mengulas senyum manis “aku seneng banget, kamu masih mau nemuin aku, masih panggil aku dengan ‘kei’ sama seperti sepuluh tahun lalu.”

Keira mengambil tangan jeno dan menggenggamnya diatas meja “no” Ia menunduk saat setelah mengucap nama jeno

“Kamu mungkin nggak percaya aku, tapi sungguh jaemin yang suruh aku pergi”

Ia mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada jeno.

Jeno melihatnya, sebuah rekaman suara?

‘The fuck kei! Go!! Leave jeno alone, leave me alone! Take this money and go, as far as you can!! dan jangan berani-berani ngehubungin jeno!’

Mata jeno membola, itu benar suara jaemin!

Jeno menggeleng, bagaimana bisa sahabatnya selama ini, yang sangat ia percaya selama 27 tahun menghianatinya seperti ini.

Air mata tampak turun di paras manis keira “no, jaemin.. dia yang nyebarin rumor itu di sekolah, bahkan dia berusaha ngeyakinin kamu soal itu, supaya orang-orang gaada yang mau dengerin aku”

“No, the night when he asked me to leave, he’s trying to harass me, tapi aku ngelawan, dan aku bilang bakal ngadu ke kamu”

keira menutup bibirnya dengan sebelah tangannya, ia terisak “aku pergi karena ancaman jaemin, aku gamau jaemin bikin rumor yang lebih parah disekolah, aku juga gamau kamu ngelihat aku buruk, no i love you, and i still love you”

jeno memegang kepalanya yang sedikit pusing saat ini. Mengapa semuanya semakin rumit?

Mereka bersisihan diatas kasur, duduk bersandar pada kepala ranjang

“Her name is keira”

Jeno memulai pembicaraan dan tersenyum mengingat masa lalunya “anak pindahan, mustahil orang nggak terpesona sama parasnya saat lihat”

Renjun mengangguk menanggapi, berusaha menekan entah perasaan apa dihatinya.

“Aku sama jaemin” jeno menoleh ke arah renjun yang menundukkan kepala dan memilin jari-jarinya.

“Sore itu kita taruhan, yang dapetin keira dapet mobil” jeno terkekeh mengingat masa lalu “well teenager spirit, besoknya aku mulai deketin keira, dan setelah beberapa hari deket, aku baru tahu ternyata kita pernah bertemu, dulu. Udah lama, bahkan saat aku masih manja buat makan sendiri”

“Karena i found out dia pernah operasi. she’s forget, she isn’t recognize me, but i did. Dia punya sesuatu, sesuatu yang sama seperti punyaku. Sesuatu yang dulu keira kecil kasih saat jeno kecil rapuh”

Cinta pertama tidak akan pernah hilang, renjun kembali mengangguk menanggapi cerita jeno. “Tapi thing’s getting complicated at the time waktu aku beneran sayang sama keira, and badly. Jaemin too”

“You know what’s funny? Keira bener-bener rely on us, she isn’t choose between us, dia cuman hang around us, her family isn’t treat her well. dia sering nginep di apart jaemin atau pergi semaleman sama aku”

Renjun menoleh ke arah jeno, membuat jeno juga memalingkan pandangannya ke arah renjun, ia tersenyum dan mengusap rambut renjun lembut “cuman berkendara, muter-muter, lihat lampu kota”

Renjun menunduk, agak malu karena ia berfikir yang tidak-tidak “and what about her now?” Renjun memberanikan diri bertanya

Jeno mengangkat kedua bahunya “saat itu aku sama jaemin bertengkar hebat, kita tonjok-tonjokan sampe mata ini gabisa melek” jeno terkekeh kecil menunjuk mata kirinya.

“Keira tau tentang taruhan kita, well sampai sekarang pun siapa yang kasih tahu masih abu-abu. Sejak saat itu keira seperti ngejauh dari aku dan jaemin. Idk but a bad rumor about her spread over the school”

“A rumor?”

Jeno mengangguk atas pertanyaan renjun “jaemin dateng dan bilang he gave keira up. Menurutnya keira tidur sama banyak cowo. But of course i don’t believe it”

Hati renjun serasa tercubit kecil, ia mengingat masa lalu saat hari pertama pernikahannya. Saat jeno salah faham dan menuduhnya membawa jaemin ke dalam kamar hotel mereka. Atas penjelasan renjun pun jeno masih keras hati. Jika tentang keira bahkan dari kata jaemin pun, dari kata sahabatnya sendiri, jeno enggan percaya. Sepenting itu kah keira untuk jeno?

Jeno melanjutkan ceritanya “Keira semakin unreachable, jaemin udah gamau tau, dia kecewa berat saat menurutnya dia lihat keira masuk ke hotel sama seorang pria. Aku berusaha ngejar dia, ngehubungin dia-“

“-malem itu akhirnya keira balas pesan aku, dia jawab ‘see you again’ dan besoknya udah nggak ada kabar apapun, keira seperti lenyap”

Jeno terkekeh “kalo kamu nanya apa aku hancur? Well we spent a lot of time together, we made a beautiful moments together. Aku nggak masuk 3 hari saat itu sampe akhirnya jaemin dateng dan ngomong panjang banget, hampir lima jam? Haha, kesimpulannya kita mutusin buat baikan dan tetep jalani kehidupan. Life must go on right?”

Renjun mengangguk “je”

“Ya?”

“And what about her now?”

Jeno terkekeh “renjun, she left me, kamu nggak dengerin aku?”

Renjun menggeleng “what i mean about her now is, gimana pandanganmu dan perasaanmu soal dia sekarang?”

Jeno diam, dia tidak pernah merasa serumit ini dalam hidupnya. Entahlah jika renjun bertanya sekarang. Saat setelah ia membuka masa lalunya tentang keira. Ia seperti kembali ke masa lalu. Masa indahnya saat bersama keira. Saat membicarakan soal kenangan indahnya bersama keira, ia merasa seperti dapat melihat dan mendengar tawa keira

“Kamu bilang, pesan terakhirnya ‘see you again?’. Je are you still waiting for her?”

Jeno membawa tangan renjun untuk ia genggam dan tersenyum “renjun didn’t we agree that we’ll start over, cuman ada kita. Kamu dan aku”

Renjun menggeleng “kamu bener saat malam itu, ada kisah yang belum selesai, yang masih mengganjal” Renjun menarik tangannya lembut

“Jeno, terimakasih kamu mau cerita ke aku, mungkin berat buat kamu terbuka ke aku, tapi ada satu hal yang kamu mungkin nggak sadar, siapapun nggak bakal sanggup denger kamu cerita tentang cintamu dulu dengan mata yang berbinar-binar seperti itu, guess you really still full of love for her ya?”

Renjun menggeleng dan menyentuh dada jeno “maaf aku terlalu maksa kamu buat mencoba sama aku”

Ia merubah gelengannya menjadi anggukan “kamu nggak ngelak saat aku nanya apa kamu masih nunggu dia, je, aku sadar, she’s irreplaceable”

Renjun berdiri “aku tidur sama jisung”

Renjun mengerjab merasakan sesuatu menyentuh wajahnya.

Ia tertidur! Padahal niatnya tadi ingin menunggu jeno pulang sambil berbaring sebentar setelah menyiapkan suprise berupa makanan favorit jeno.

Masih dalam posisi berbaring menyamping disofa ia melihat jeno didepannya, jari panjang jeno menyentuh hidung kecilnya

“Je?” Ia meliat jam diatas televisi, pukul dua pagi “kamu baru pulang?”

Ia menggosok matanya dan merubah posisinya menjadi duduk berhadapan dengan jeno, “je duduk disofa sini sebelah aku, kok kamu duduk dibawah gitu, itu punggung kamu kena meja lo, nanti sakit”

Jeno menggeleng “kamu kenapa tidur disini? Nanti masuk angin”

Renjun mengernyit, pengelihatannya yang tadi masih kabur karena bangun tidur sekarang sepenuhnya terang.

“Je” renjun menyentuh sebelah pipi jeno dengan telapak tangannya “kamu luka?”

Renjun melihat pipi jeno sedikit lebam, apa jeno dan jaemin bertengkar? Mereka sama-sama terluka “kamu bertengkar sama jaemin?”

Jeno meletakkan tangannya diatas tangan renjun di pipinya, ia mengangguk.

Renjun menghela nafas, ia tidak mungkin bertanya pada jaemin masalah mereka. Pun ia tidak mungkin bertanya pada jeno. Ia mulai lelah dengan semua ini.

“Aku obatin dulu” renjun menarik tangannya tetapi jeno malah menggenggamnya dan beranjak duduk disamping renjun.

“Aku marah jaemin bilang aku brengsek”

Renjun diam mendengarkan kalimat yang sedang dan hendak keluar dari bibir pria yang sedang menatap penuh ke arahnya. Kali pertama jeno berbicara dengan santai dengannya, melepas batasan yang ia buat sendiri.

“Katanya aku brengsek karena kemarin janji untuk mencoba pernikahan ini sama kamu”

Renjun melihat jeno menggelengkan kepalanya.

“Aku bukan marah karena omongan jaemin salah” Jeno meletakkan kepalanya di pundak kanan renjun

“Aku marah karena omongan jaemin itu benar”

Renjun hanya mengusap lembut kepala jeno yang terlungkup di pundaknya. Menunggu apa yang jeno akan katakan setelahnya.

“Gimana bisa aku janji sama kamu, tapi dilain sisi aku masih nyimpen seseorang dihati aku”

Jeno mengangkat kepalanya dan mengusap lembut sebelah pipi renjun

“Jaemin dan perkataannya gapernah salah. Dia selalu tahu dan aku selalu nolak percaya” “Jaemin bener, pada akhirnya kamu akan sedih”

Jeno melihat renjun menggeleng, sungguh ini pertama kalinya jeno melihat raut renjun dengan mata yang berlinang, entah mengapa jeno merasa sakit melihatnya

“Jeno i’m not” renjun lelah “aku gabakal jadi ‘yang akhirnya akan sedih’ kita bisa jadiin ini bahagia, lupain perjanjian dan sebagainya, ayo kita mulai, mulai dari awal. Dari aku yang cuman renjun dan kamu yang cuman jeno, cuman ada aku dan kamu, cuman ada kita”

Kali ini jeno menggeleng “kalo ada yang nanya apa aku suka sama kamu? I’ll clearly say yes”

Jeno membawa tangan renjun menyentuh dada kirinya “tapi, ada seseorang disini, yang aku tunggu. Yang kisahnya belum selesai, dan masih mengganjal.”

Baru kali ini renjun menangis dihadapan jeno, mereka bilang lebih baik pahit kejujuran daripada manisnya kebohongan, mereka salah.

Renjun lebih baik tidak tahu apapun dan tetap menjalani hari-hari seperti biasa dengan jeno. Karena ia tidak yakin setelah ini apa ia bisa tetap tersenyum menatap jeno.

Pasti bisa, renjun itu kuat.

Ia tersenyum dengan air mata yang menetes di pipinya “aku bakal nunggu, i love you jeno, i do”

“Jaemin bilang, gimana kalo sebelum lima bulan berakhir ‘dia’ kembali, aku akan milih ‘dia’ atau kamu”

Jeno terdiam sejenak lantas menggeleng “aku nggak akan bisa milih, tapi mungkin, bisa jadi, dia akan jadi yang pertama muncul di fikiranku”

Renjun tidak pernah merasa sesakit ini dalam hidupnya, ia tertawa getir, jadi ini mengapa jaemin tadi datang dan memeluknya dengan sangat erat, jaemin tau renjun tidak akan bisa menyentuh jeno, apa ia se menyedihkan itu?

Renjun mendengar bunyi lonceng diatas pintu tokonya berbunyi, jaemin berdiri disana, ia tersenyum ke arah jaemin dari balik meja kasir.

Jaemin melangkah ke depan meja kasir dan memeluknya secara tiba-tiba

“Jaem?are you ok?” Renjun khawatir, ia berusaha melepas pelukan jaemin, hendak melihat ekspresi pemuda tersebut, disamping itu jaemin memeluknya yang dibatasi meja sebatas perut, meja tersebut menekan perutnya sedikit terasa sakit.

Jaemin memutari meja dan berdiri didepan renjun, melanjutkan memeluk seseorang yang ia sayang. “Sebentar aja renjun! Sebentar”

Renjun mengusap punggung jaemin, “it’s okay jaem, aku disini, kamu bisa cerita apapun”

Jaemin melepas pelukannya, dan menatap ke arah renjun

Renjun mengernyit melihat bercak darah diujung bibir jaemin “jaem?! Kamu luka??”

Ia menarik tangan jaemin menuju lantai dua, “kamu berantem?? kenapa kaya anak kecil sih segala berantem!! di atas ada kotak obat ayo aku bersihin”

“Aww” jaemin mengaduh kesakitan saat renjun menekan lukanya dengan keras

“Gini aja baru sakit, pas berantem kemana aja?!” Renjun membuang kapas dan merapihkan obat-obatnya kembali kedalam kotak

Jaemin tersenyum “renjun, senyum satu kali lagi, kaya pertama aku tadi dateng”

Renjun mengernyitkan dahi, menatapnya heran. yang diberi satu jitakan di dahinya oleh jaemin “Aku suruh kamu senyum bukan heran?!”

Renjun tertawa kecil dan tersenyum manis ke arah jaemin. “Emang aku senyum terus luka kamu sembuh gitu?”

“Of course, kamu kalo senyum manis banget, sampe aku lupa kalo lagi sakit”

“Gombal”

Jaemin menatapnya serius “Aku kayaknya udah jatuh terlalu dalam buat kamu”

Renjun merasa jantungnya berdetak lebih kencang, apa yang harus ia katakan? “Jaem im sorry” ia menundukkan wajahnya tak berani menatap jaemin

“Hal yang mau aku ceritain ke kamu itu perihal, kemarin jeno bilang dia bakal coba buat ngelakuin pernikahan ini secara sungguh-sungguh, jaem aku tau dengan aku ngomong gini pasti bikin kamu sakit hati tapi aku harus apa jaem? Aku gamau jadi orang jahat yang biarin kamu buang buang waktu nungguin aku, jaem i love you. I do. As a friend of course, kamu kayak kakak yang gapernah aku punya, kamu baik, perhatian, kamu selalu ngerti aku, maaf aku egois banget tapi i don’t want to lose you”

Jaemin mengangguk dan tersenyum “it’s okay, dari awal aku udah bilang kamu jangan sampe terbebani, aku cuman mau bilang aja, kalo ada seseorang disini yang sayang sama kamu, someone who love you and want you to be happy and yes, kapanpun itu aku akan selalu ada buat kamu”

“Makasih banyak jaem” renjun tersenyum manis “akhir-akhir ini aku bahagia kok, jeno juga sedikit lebih lembut dan sedikit perhatian”

Jaemin tersenyum getir, “boleh peluk?”

Jaemin menarik kursinya maju untuk mendekat ke arah renjun dan melingkarkan tangannya dipinggang renjun sedetik setelah renjun mengangguk. “Apapun yang terjadi kamu boleh dan akan selalu boleh pergi ke arah aku, aku bakal selalu buka lengan ini buat kamu”

Renjun mengangguk, ia berfikir apa maksud jaemin? Padahal hubungannya dan jeno saat ini sedang baik-baik saja.

Jeno melempar ponselnya setelah membaca pesan dari jaemin , ia menghubungi sekretarisnya untuk membatalkan seluruh jadwal hari ini karena ia tahu akan ada badai setelah ini.

Baru saja ia berfikir tentang itu ia melihat sahabatnya. Jaemin, berjalan ke arahnya dengan cepat memukul kencang wajahnya “STOP BERLAGAK JADI SUAMI YANG BAIK! STOP PERMAININ PERASAAN RENJUN?!”

“MAU NYOBA KATA LO? LO GAK PANTES, RENJUN BERHAK DAPET YANG LEBIH BAIK DARIPADA ORANG SEMACAM LO YANG GILA KARNA MASA LALU, EVEN IF SHE’S SPECIAL FOR YOU TP INI HIDUP JE?! INI NYATA! SADAR!!”

Jaemin mencengkram erat kerah kemeja jeno “gue muak?! Permasalahan kita selalu aja soal lo yang gabisa lepas dari keira”

Jaemin melepas cengkramannya, mundur beberapa langkah dan terkekeh “lo bahkan gak inget who gave you comfort the day your mom collapse”

“Cuman karna sebuah benda kecil bisa bikin lo segitu gila, lo gelap mata je! udah gue bilang keira gak lebih dari seorang pelacur”

Kali ini giliran wajah tampan jaemin yang terkena pukulan, darah mengalir dari sudut bibirnya “SERIBU KALI GUE BILANG! JANGAN PERNAH NGOMONG GITU SOAL KEIRA”

“Renjun atau keira?”

Telak, ucapan jaemin membuat jeno tidak bisa mengucapkan kalimat apapun

Jaemin tertawa hambar, “I know the answer, gausah anggep renjun yang itungannya orang baru dihidup lo, tapi liat gue? 27 tahun seneng dan sedih bareng, kalo gue nanya, gue dan keira sama sama di ujung kematian, you’ll choose her right?”

“Jaem, it’s not about who will i choose, lo sahabat gue dari gue bahkan belum lahir, dan keira yang ngasih gue kekuatan baru saat gue rapuh, jaem kalian punya tempat di hati gue, gue gabakal milih salah satu dari kalian, pun baik sama renjun”

Jaemin memegang kedua bahu jeno dan mengguncangkannya “KEIRA NGASIH KEKUATAN?! JE! Ingatan lo masih samar tentang waktu itu?!” Jaemin berkata dengan kencang didepan wajah jeno,

“LO EGOIS” Jeno melihat jaemin menitikan sepucuk air mata.

Jaemin mengusap wajahnya frustasi “gue capek! apa sih yang bikin lo segininya je? Apa?! Gausah ngomongin tentang persahabatan kita, sekarang tentang renjun! Lo gabisa nempatin keira dan renjun bersamaan, well fuck her gue gaperduli perasaan dia, tapi renjun!! Dia bakal sakit je?!”

“Gue sayang sama keira jaem”

Jaemin sangat frustasi saat ini, sahabatnya ini benar benar keras kepala. “NO JENO LEE?! YOU’RE OBSESSED WITH HER?!!!”

Ia menujuk dada kiri jeno “coba liat renjun! Gue mohon.. gue rasa gue beneran udah jatuh sedalam dalamnya sama dia sampe gue ikut hancur liat dia diginiin sama orang brengsek kaya lo”

Jeno terlihat marah, ia mencengkram telunjuk jaemin di dadanya “how can you talk like that in front of his husband?”

Jaemin balas mencengkram tangan jeno dengan sebelah tanganya “his husband? apa yang lo lakuin saat sebulan lalu renjun ingin nyoba jadi pasangan yang beneran? apa yang udah lo kasih buat renjun? he’s start to hope this will be his last marriage, dan dengan ketidak pastian lo bilang mau nyoba pernikahan ini?”

“Jaem I don’t know, gue bener bener gatau my own feeling, gue coba batasin diri tapi sama dia selama sebulan, selama satu bulan setiap pagi selalu ada pancake dan kopi diatas meja, setiap sore renjun selalu dateng ke arah gue ditengah acara masaknya dan bantu lepas jas gue, setelah naruh semua masakan ke meja dia siapin gue air panas, selama satu bulan setiap gue haus ditengah malam gue bakal nyempetin ngeliat ke kamarnya sebentar, dan nyelimutin dia kalo gue liat selimutnya masih kelipet rapi dibawah kakinya, gue sendiri bingung, kenapa gue nyaman? gue takut, gue bakal lupain keira dan akhirnya jatuh untuk renjun”

Jaemin mengernyit “jangan jadiin renjun buat uji coba pemahaman perasaan lo, he has his own feelings, gue tanya sekarang? Gimana kalo suatu hari sebelum lima bulan pernikahan kalian berakhir tiba-tiba keira balik? Will you leave him? But didn’t you promise to try this marriage?”

“Gue yakin seribu persen lo bakal milih keira, dan pada akhirnya yang selalu tersakiti itu renjun”

Jaemin meninggalkan jeno dan perasannnya, dada jeno bergemuruh hebat, membayangkan renjun menatapnya dengan senyum yang menyimpan segudang kesedihan, seperti saat pertama renjun datang ke apartment jeno.