#AFTERGLOW #BABYINLOVE
Jika ditanya siapa yang pertama kali terkejut, tentu Prisa yang datang bersama Davika. Prisa terkejut ketika melihat sahabat lama ibunya, Baifern, duduk bersama Raksa dan Yaksa, juga satu orang pria seumuran Yaksa, Tian.
“Bai,” sapa Davika tanpa keterkejutan sedikit pun.
Baifern yang tengah berbincang dengan Yaksa menoleh ke arah datangnya suara. Dia tersenyum lebar dan berdiri. “Davi,” sapanya. Mereka berdua berpelukan dan cipika-cipiki.
Mata Baifern terarah pada Prisa yang bermain mata dengan Raksa. Matanya melotot seakan-akan bertanya kok ada lo? pada Raksa.
“Ini anak kamu, Dav? Cantik, ya?” puji Baifern.
“Iya,” Davika mengangguk. Tangannya lalu berada di belakang Prisa, “adek, kenalin ini sahabat lamanya Mami dari jaman SMA.”
“Halo, Tante, Saya Prisa,” Baifern menyambut tangan Prisa yang terulur. Lalu, dia menoleh ke belakang, pada Yaksa, Raksa, dan Tian yang sudah ikut berdiri dari tadi.
“Halo, Prisa. Nama Tante Baifern. Kamu bisa panggil Tante, Tante Bai. Nah, ini anak-anak Tante,” Baifern ingin memperkenalkan kedua anaknya serta calon menantunya.
“Aku udah kenal kok, Tan. Raksa temen aku pas magang,” ujar Prisa. Baifern sedikit terkejut dengan senyum cerianya.
“Abang kenal kok sama mereka, Bu. Bu Davika kan mantan bossnya Yaksa,” giliran Yaksa mengungkapkan faktanya. Baifern menoleh ke arah Davika dengan ekspresi really?nya. Davika mengangguk membenarkan ucapan Yaksa.
Akhirnya, Baifern mempersilahkan Davika dan Prisa duduk. Mereka duduk di meja bundar yang cukup untuk menampung sampai 8 orang.
Baifern duduk di antara Raksa dan Yaksa. Di samping Raksa ada Prisa, lalu Davika yang berhadapan dengan Baifern. Sementara Tian duduk di samping Yaksa. Di sisi kirinya, ada dua bangku kosong.
“Biu nggak ikut, Dav?” tanya Baifern teringat anak kecil yang pernah bertemu denganya dulu sekali. Kalau tidak salah ingat, ketika umur Yaksa 4 tahun. Waktu itu, ia bertemu dengan anak kecil yang memperkenalkan dirinya sebagai Biu.
“Ikut kok, tadi anaknya ngeWA bilang telat,” jawab Davika dan tersenyum. Baifern mengangguk-ngangguk.
Raksa dan Prisa sibuk dengan ponsel mereka, sementara Yaksa terus saja memandang Davika dengan tatapan tak sukanya.
Tian? Pria itu sibuk memperhatikan Yaksa.
“Kamu nggak ingat, ya? Dulu pas umur kamu 4 tahun pernah ketemu Tante Davika,” kata Baifern pada Yaksa. Yaksa langsung tersenyum ketika Ibunya menoleh padanya.
Dia menggeleng, “Abang nggak ingat, Bu,” jawab Yaksa.
Baifern kembali menghadap ke arah Davika, “Kamu nggak inget Yaksa, Dav?” Davika menggeleng.
“Aku ingetnya nama anak kamu tuh Angkasa, Bai,” jawab Davika. Tidak menyangka Abiyaksa Susilo adalah anak sahabatnya. Tidak juga, sebenernya, dia ingat, tapi tidak menyangka mantan PA-nya adalah anak sahabatnya. Dia mengetahui kebenaran ini ketika Yaksa sudah lagi tidak bekerja dengannya. Sekitar 3 tahun yang lalu. Saat itu, dia tak sengaja melihat artikel yang memuat foto Raksa dan Baifern saat Raksa menang dalam penghargaan perfilman di Indonesia.
Keduanya lalu berbincang banyak hal, bertukar kabar dan mengenang masa lalu. Terkadang, Baifern menanyakan tentang kedua anaknya pada Prisa dan Davika. Bagaimana kelakuan Raksa selama magang? Bagaimana kelakuan Yaksa selama bekerja dengan Davika? Dan lain-lainnya.
Tak berselang lama, Buwana dan Javi datang. Baifern tampak terkejut melihat Buwana, ia lalu menoleh ke arah Raksa lalu Davika. Tapi, dirinya tak berkata apa-apa. Pun Buwana yang terkejut melihat ada Raksa di sini.
“Ini Biu, Bai. Nama aslinya Buwana. Dia dulu marah kalau dipanggil Buwana atau Wana, maunya Biu,” ujar Davika. “Ini Javi, anaknya Buwana,” lanjut Davika dan menyuruh Javi untuk salim pada Baifern.
“Halo, Oma,” sapa Javi.
“Halo, Sayang,” Baifern mengusap puncak kepala Javi. Buwana juga ikut menjabat tangan Baifern. “Halo, Buwana. Akhirnya kita ketemu, ya?” ujar Baifern. Buwana tersenyum tipis, lalu mengangguk.
Setelah semuanya kembali duduk, mereka memesan makanan. Sembari menunggu makanan dihidangkan, Baifern kembali bertanya, “Buwana, selama pacaran sama Raksa, dia nggak pernah nyakitin kamu, kan, Nak?” tanya Baifern yang membuat semua orang menatapnya.
Raksa memang menceritakan semuanya pada Baifern, tapi dia tak menyangka bahwa Baifern akan menanyakan itu di sini. Davika juga sama terkejutnya ketika mengetahui bahwa Baifern tahu tentang hubungan kedua anak mereka, yang berarti kemungkinan besar, Baifern juga tahu tentang dirinya yang tak merestui hubungan kedua anak mereka. Ekspresi terkejut Davika lebih didominasi perasaan bersalah pada sahabatnya.
Baifern mengalihkan pandangan matanya dari Buwana yang masih terdiam ke Davika. Baifern tersenyum pada Davika, dengan matanya ia berujar it's okay.
“Om Sasa pernah bikin Papi nangis pas kami holiday ke pantai. Om Sasa ninggalin Javi sama Papi waktu itu, Oma. Terus kami dijemput Om Joss,” jawab Javi yang membuat Buwana kelabakan untuk menyuruhnya dia diam.
“Enggak kok, Tante. Waktu itu Saya udah putus sama Raksa,” jawab Buwana meralat omongan Javi. Ya, jika diingat, Raksa tak pernah menyakitinya, kecuali setelah mereka putus. Itu pun tidak dengan intensinya, kecuali kejadian kemarin saat mereka bertemu untuk pertama kalinya.
Raksa menunduk.
“Sekarang, hubungan kalian gimana? Masih berteman baik?” tanya Baifern lagi dengan lembut. Matanya menatap Raksa dan Buwana bergantian.
Sebelum Buwana atau pun Raksa menjawab, Javi lagi-lagi menjawab pertanyaan Baifern karena yang ditanya sedari tadi diam begitu lama. “Oma, mereka sudah maaf-maafan dan nggak berantem, tapi nggak temenan. Orang dewasa aneh,” ceplos Javi.
Buwana langsung menutup mulut Javi dengan tangannya, “Javi nggak boleh jawab pertanyaan orang kalau nggak ditanya, ya,” ujar Buwana sambil menahan gemasnya.
“Papi sama Om Sasa nggak jawab ditanya sama Oma! Javi aja yang jawab,” protes Javi.
“Bai, kayaknya kalau kamu mau ngomongin masalah mereka, nanti aja. Ada Javi, nggak enak,” tegur Davika.
Baifern mengangguk mengerti.
Mereka lalu membicarakan hal lain.
“Nyokap lo,” bisik Prisa pada Raksa yang di sampingnya, “serem, ya? Dia senyum, senyumnya adem banget, tapi pertanyaannya mematikan,” tukas Prisa sambil tersenyum pada Baifern yang tengah menatapnya.