orentciz

Risa kembali mendongah ke kanan dan ke kiri mencari mobil yang akan menjemputnya hari ini. 15 menit lalu, Pak Budi bilang jika beliau akan terlambat sedikit karena ada kecelakaan yang membuat lalu lintas sedikit terhambat.

meonggg...

Kaki Risa secara reflek menendang seekor kucing yang tiba-tiba menggeliat di kakinya membuat gadis itu terkejut. Buru-buru Risa berjongkok dan mengelus pelan kucing kecil tadi dengan perasaan sedikit bersalah.

“Kamu mau ini?” tanya Risa sambil menjulurkan sebuah sosis yang lupa ia makan saat istirahat tadi.

Risa menadahkan tangannya, tapi kucing itu justru seolah mengabaikan dirinya. “Pusss... Sini... Sosis” tukas risa masih berusaha

“Puss-”

“Namanya coki”

Risa menoleh, ia mengernyit bingung saat jeffrey ikut berjongkok dengannya kemudian menarik anak kucing tadi dan menggendongnya.

Melihat itu risa hanya bisa diam.

Sejak kejadian beberapa hari lalu, Risa masih belum mengucapkan terima kasih pada jeffrey, justru Risa masih bersikap seperti biasa pada lelaki itu seolah kejadian hari itu tidak pernah terjadi.

“Coki?” akhirnya risa memberanikan diri bertanya

Jeffrey mengangguk, “Saya yang kasih nama”

“Kenapa coki?” tanya Risa lagi, ia ikut mengelus kucing yang masih dipelukan jeffrey

“Gatau. Saya asal kasih”

Risa tertawa pelan mendengar jawaban jeffrey.

“Lucu banget” ujar Risa pelan

Jeffrey menoleh pada Risa sambil tersenyum, “Iya, coki memang lucu”

“Bukan kucingnya. Tapi lo”

Setelahlahnya, Risa bisa melihat dengan jelas semurat merah yang menghiasi wajah jeffrey sebelum laki-laki itu menundukan wajahnya menghindari tatapan Risa.

Keduanya mendadak menjadi akrab, saling berebut mencuri perhatian coki sambil sesekali tertawa ketika beberapa kali coki meloncat turun saat Risa mencoba menggendongnya.

“Jeff, gue-” ucapan Risa terputus saat tiba-tiba ponsel jeffrey berbunyi.

Setelah membaca sebuah pesan masuk di ponselnya, Risa bisa melihat perubahan ekspresi wajah jeffrey yang mendadak gugup.

“Jeff? Kenapa-?”

“Maaf, saya harus pergi” pamit jeffrey kemudian buru-buru berlari darisana.

Risa hanya menatap jeffrey yang perlahan hilang dari pandangannya. Bersamaan dengan itu, suara klakson mobil yang sudah akrab ditelinga Risa membuyarkan lamunannya.

Jemputannya sampai.

Risa berdiri hendak beranjak juga, namun langkahnya terhenti ketika ia mendapati sebuah buku tertinggal tidak jauh dari tempatnya berdiri.

orentciz

Risa bersusah payah menekan bel yang ada di depan pintu apartemen milik jaehyun sementara satu tangannya lagi memeluk dokumen yang perlu jaehyun tandatangani malam ini juga.

10 menit sudah risa berdiri namun jaehyun tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda jika ia akan membuka pintu.

Risa merogoh tas mengambil ponselnya, ketika ia hendak menekan tombol call pada nomor jaehyun, pintu yang sedari tadi tertutup telah lebih dulu terbuka.

Jaehyun keluar dari dalam. Dilihat dari rambutnya yang masih setengah basah, Risa bisa menebak jika atasannya itu baru selesai mandi.

Risa terpana sesaat.

Bukan karena jaehyun yang 10x terlihat lebih tampan karena mengenakan kaus hitam.

Bukan juga karena jaehyun terlihat lebih seksi karena rambut basahnya yang masih berantakan.

Tapi karena jaehyun mengenakan sebuah kacamata yang membuat Risa kembali teringat pada jaehyun sebagai jeffrey 12 tahun lalu.

Sangat mirip. Persis.

Risa bahkan sampai lupa jika keduanya memang orang yang sama karena keduanya terlalu bertolak belakang baik sifat maupun penampilannya.

Hati risa mencelos.

Mendadak perasaan bersalah yang selama 12 tahun ini ia rasakan kembali hadir membawa sedikit rasa sesak di hatinya.

Jaehyun tida pernah sedikitpun tersenyum ramah padanya sejak awal pertemuan mereka. Tidak ada sapaan sekedar basa-basi, ataupun ucapan terimakasih ketika Risa membawakan hal-hal yang jaehyun perlukan di kantor.

Jaehyun kelewat dingin, kasar, dan juga cuek.

Tapi Risa sama sekali tidak merasa keberatan. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri jika ia akan bertahan pada pekerjaannya saat ini apapun yang terjadi.

Termasuk semua ucapan tidak enak yang jaehyun lontarkan tanpa melihat situasi dan kondisi.

“Risa? Dengar saya bicara?”

Risa mengerjapkan matanya, buru-buru kembali ke alam sadarnya ketika jaehyun menepuk pelan lengan gadis itu.

“A-ah iya pak” jawab Risa pelan, ia kemudian menyodorkan sebuah map yang berisi dokumen tadi pada jaehyun. “Ini pak dokumennya” ujar Risa

Jaehyun mengambil dokumen itu, membukanya lalu membenarkan kacamatanya sebelum membaca dengan hati-hati isi dari dokumen tersebut.

Setelahnya, jaehyun segera menandatangani dokumen tersebut saat itu juga setelah mendapat pena dari Risa yang memang sudah menyiapkan di dalam tasnya.

“Mana titipan saya?” tanya jaehyun

“Titipan?” Risa bertanya balik, berusaha mengingat titipan yang dimaksud oleh jaehyun. “Ohh, ini pak” gadis itu mengangkat catfood yang tadi ia bawa.

Jaehyun membuka lebih lebar pintunya, memberi jalan pada Risa untuk masuk.

Risa sempat terpana melihat isi apartemen jaehyun yang sangat rapi dan tertata. Laki-laki itu memang selalu perfectionist dalam segala hal bahkan untuk hal kecil yang terkadang sering tidak orang sadari.

“Letakan disini” kata jaehyun.

Risa menurut, berjalan ke arah yang dimaksud jaehyun kemudian meletakan catfood nya.

Tidak lama, 3 ekor kucing menghampiri Risa seolah tau jika makanan mereka telah datang.

Risa berjongkok, kemudian mengelus penuh sayang kucing-kucing yang sangat menggemaskan itu.

Risa diam-diam tersenyum. Banyak yang berubah dari jaehyun. Tetapi, laki-laki itu masih seorang penyayang kucing, sama seperti 12 tahun lalu.

orentciz

“ri...sa”

Jaehyun terlonjak kaget begitu mendapati Johnny yang entah sejak kapan telah ada di dalam ruangannya. Padahal ia ingat dengan jelas jika 20 menit lalu lelaki itu bilang masih di jalan setelah sebelumnya mampir ke hotel untuk menaruh kopernya.

“Siapa tuh risa?” tanya Johnny penasaran usai mengintip jaehyun yang tengah membuka social media gadis bernama risa yang terdengar asing bagi johnny

Jaehyun mendelik, “Kalo masuk ruangan bos tuh ketok pintu” omelnya kemudian buru-buru mendorong johnny menjauh

Johnny hanya memutar mata jengah menanggapi respon orang yang telah menjadi sahabatnya sejak duduk di bangku kuliah itu. Tanpa berniat menjawab ucapan jaehyun, johnny meletakan vanilla frappe pesanan jaehyun lalu melemparkan dirinya duduk di atas sofa.

“3 bulan kaga ada berubah-berubahnya ni neraka”

“Apa lo bilang?!” tanya jaehyun sewot

Johnny terkekeh pelan mendengar nada bicara jaehyun yang terdengar kesal, ia memilih memejamkan matanya, berniat mengistirahatkan badannya setelah perjalan panjang di udara yang ia tempuh barusan.

Namun baru saja ia akan terlelap masuk ke alam mimpi, sebuah benda mendarat tepat mengenai wajahnya, membuat johnny berteriak kesal ke ara jaehyun yang menjadi tersangka utama dan satu-satunya.

“Apasih bangsat” omel Johnny

“Bangun. Ayo ke pantai”

***

Dulu, banyak yang bilang jaehyun itu aneh. Tapi bagi johnny Jaehyun itu hanya sedikit... Tidak terduga

Contohnya saat ini.

“Jadi lo nyuruh gue cepet-cepet ke kantor buat nemenin lo ke pantai! ??” tanya Johnny gemas yang kemudian di balas anggukan oleh jaehyun.

Pria itu mengenakan kacamata hitam sambil memandang lurus jalanan seolah tidak peduli dengan tatapan kesal yang dilemparkan johnny untuknya.

“Orang gila” delik johnny kemudian menurunkan seat duduknya agar ia bisa duduk nyaman mengingat perjalanan mereka akan memakan waktu yang lama.

Baik jaehyun maupun johnny mendadak diam. Menimbulkan suasana hening karena jaehyun memilih untuk mematikan radionya.

“jo, lo ingat alasan kenapa lo akhirnya manggil gue jung?”

Pertanyaan tiba-tiba dari jaehyun membuat johnny menoleh dengan alis terangkat

Tentu Johnny ingat.

“Karena lo dulu krisis identitas? Kenapa emang?”

Jaehyun tidak menyahut. Tapi johnny tau pasti jika jaehyun tidak mungkin bertanya tanpa alasan apalagi ini perihal masa lalu yang dimiliki lelaki itu.

“Jung-”

“Dia... Kembali”

Johnny mengernyit tidak paham. Ia membenarkan posisi duduknya kemudian kembali menatap jaehyun di sebelahnya. “Siapa?”

Alih-alih menjawab, jaehyun justru menginjak pedal gas menancap, membuat mobil yang ia bawa melaju seolah mereka satu-satunya pengguna jalan.

Johnny yang kaget hanya bisa mengeratkan peganganya, “JUNG PLIS YA, KOPI YANG TADI GUE BELI MASIH NGUTANG!!! JANGAN AJAK GUE MATI DULU!!!”

orentciz

“ri...sa”

Jaehyun terlonjak kaget begitu mendapati Johnny yang entah sejak kapan telah ada di dalam ruangannya. Padahal ia ingat dengan jelas jika 20 menit lalu lelaki itu bilang masih di jalan setelah sebelumnya mampir ke hotel untuk menaruh kopernya.

“Siapa tuh risa?” tanya Johnny penasaran usai mengintip jaehyun yang tengah membuka social media gadis bernama risa yang terdengar asing bagi johnny

Jaehyun mendelik, “Kalo masuk ruangan bos tuh ketok pintu” omelnya kemudian buru-buru mendorong johnny menjauh

Johnny hanya memutar mata jengah menanggapi respon orang yang telah menjadi sahabatnya sejak duduk di bangku kuliah itu. Tanpa berniat menjawab ucapan jaehyun, johnny meletakan vanilla frappe pesanan jaehyun lalu melemparkan dirinya duduk di atas sofa.

“3 bulan kaga ada berubah-berubahnya ni neraka”

“Apa lo bilang?!” tanya jaehyun sewot

Johnny terkekeh pelan mendengar nada bicara jaehyun yang terdengar kesal, ia memilih memejamkan matanya, berniat mengistirahatkan badannya setelah perjalan panjang di udara yang ia tempuh barusan.

Namun baru saja ia akan terlelap masuk ke alam mimpi, sebuah benda mendarat tepat mengenai wajahnya, membuat johnny berteriak kesal ke ara jaehyun yang menjadi tersangka utama dan satu-satunya.

“Apasih bangsat” omel Johnny

“Bangun. Ayo ke pantai”

***

Dulu, banyak yang bilang jaehyun itu aneh. Tapi bagi johnny Jaehyun itu hanya sedikit... Tidak terduga

Contohnya saat ini.

“Jadi lo nyuruh gue cepet-cepet ke kantor buat nemenin lo ke pantai! ??” tanya Johnny gemas yang kemudian di balas anggukan oleh jaehyun.

Pria itu mengenakan kacamata hitam sambil memandang lurus jalanan seolah tidak peduli dengan tatapan kesal yang dilemparkan johnny untuknya.

“Orang gila” delik johnny kemudian menurunkan seat duduknya agar ia bisa duduk nyaman mengingat perjalanan mereka akan memakan waktu yang lama.

Baik jaehyun maupun johnny mendadak diam. Menimbulkan suasana hening karena jaehyun memilih untuk mematikan radionya.

“jo, lo ingat alasan kenapa lo akhirnya manggil gue jung?”

Pertanyaan tiba-tiba dari jaehyun membuat johnny menoleh dengan alis terangkat

Tentu Johnny ingat.

“Karena lo dulu krisis identitas? Kenapa emang?”

Jaehyun tidak menyahut. Tapi johnny tau pasti jika jaehyun tidak mungkin bertanya tanpa alasan apalagi ini perihal masa lalu yang dimiliki lelaki itu.

“Jung-”

“Dia... Kembali”

Johnny mengernyit tidak paham. Ia membenarkan posisi duduknya kemudian kembali menatap jaehyun di sebelahnya. “Siapa?”

Alih-alih menjawab, jaehyun justru menginjakan pedal gas dengan cepat, membuat mobil yang ia bawa melaju seolah mereka satu-satunya pengguna jalan.

Johnny yang bingung hanya bisa mengeratkan peganganya, “JUNG PLIS YA, KOPI YANG TADI GUE BELI MASIH NGUTANG!!! JANGAN AJAK GUE MATI DULU!!!”

orentciz

“ri...sa”

Jaehyun terlonjak kaget begitu mendapati Johnny yang entah sejak kapan telah ada di dalam ruangannya. Padahal ia ingat dengan jelas jika 20 menit lalu lelaki itu bilang masih di jalan setelah sebelumnya mampir ke hotel untuk menaruh kopernya.

“Siapa tuh risa?” tanya Johnny penasaran usai mengintip jaehyun yang tengah membuka social media gadis bernama risa yang terdengar asing bagi johnny

Jaehyun mendelik, “Kalo masuk ruangan bos tuh ketok pintu” omelnya kemudian buru-buru mendorong johnny menjauh

Johnny hanya memutar mata jengah menanggapi respon orang yang telah menjadi sahabatnya sejak duduk di bangku kuliah itu. Tanpa berniat menjawab ucapan jaehyun, johnny meletakan vanilla frappe pesanan jaehyun lalu melemparkan dirinya duduk di atas sofa.

“3 bulan kaga ada berubah-berubahnya ni neraka”

“Apa lo bilang?!” tanya jaehyun sewot

Johnny terkekeh pelan mendengar nada bicara jaehyun yang terdengar kesal, ia memilih memejamkan matanya, berniat mengistirahatkan badannya setelah perjalan panjang di udara yang ia tempuh barusan.

Namun baru saja ia akan terlelap masuk ke alam mimpi, sebuah benda mendarat tepat mengenai wajahnya, membuat johnny berteriak kesal ke ara jaehyun yang menjadi tersangka utama dan satu-satunya.

“Apasih bangsat” omel Johnny

“Bangun. Ayo ke pantai”

*** Dulu, banyak yang bilang jaehyun itu aneh. Tapi bagi johnny Jaehyun itu hanya sedikit... Tidak terduga

Contohnya saat ini.

“Jadi lo nyuruh gue cepet-cepet ke kantor buat nemenin lo ke pantai! ??” tanya Johnny gemas yang kemudian di balas anggukan oleh jaehyun.

Pria itu mengenakan kacamata hitam sambil memandang lurus jalanan seolah tidak peduli dengan tatapan kesal yang dilemparkan johnny untuknya.

“Orang gila” delik johnny kemudian menurunkan seat duduknya agar ia bisa duduk nyaman mengingat perjalanan mereka akan memakan waktu yang lama.

Baik jaehyun maupun johnny mendadak diam. Menimbulkan suasana hening karena jaehyun memilih untuk mematikan radionya.

“jo, lo ingat alasan kenapa lo suka akhirnya manggil gue jung?”

Pertanyaan tiba-tiba dari jaehyun membuat johnny menoleh dengan alis terangkat

“Karena lo dulu krisis identitas? Kenapa emang?”

Jaehyun tidak menyahut. Tapi johnny tau pasti jika jaehyun tidak mungkin bertanya tanpa alasan apalagi ini perihal masa lalu yang dimiliki lelaki itu.

“Jung-”

“Dia... Kembali”

Johnny mengernyit tidak paham. Ia membenarkan posisi duduknya kemudian kembali menatap jaehyun di sebelahnya. “Siapa?”

Alih-alih menjawab, jaehyun justru menginjakan pedal gas dengan cepat, membuat mobil yang ia bawa melaju seolah mereka satu-satunya pengguna jalan.

Johnny yang bingung hanya bisa mengeratkan peganganya, “JUNG PLIS YA, KOPI YANG TADI GUE BELI MASIH NGUTANG!!! JANGAN AJAK GUE MATI DULU!!!”

orentciz

“ri...sa”

Jaehyun terlonjak kaget begitu mendapati Johnny yang entah sejak kapan telah ada di dalam ruangannya. Padahal ia ingat dengan jelas jika 20 menit lalu lelaki itu bilang masih di jalan setelah sebelumnya mampir ke hotel untuk menaruh kopernya.

“Siapa tuh risa?” tanya Johnny penasaran usai mengintip jaehyun yang tengah membuka social media gadis bernama risa yang terdengar asing bagi johnny

Jaehyun mendelik, “Kalo masuk ruangan bos tuh ketok pintu” omelnya kemudian buru-buru mendorong johnny menjauh

Johnny hanya memutar mata jengah menanggapi respon orang yang telah menjadi sahabatnya sejak duduk di bangku kuliah itu. Tanpa berniat menjawab ucapan jaehyun, johnny meletakan vanilla frappe pesanan jaehyun lalu melemparkan dirinya duduk di atas sofa.

“3 bulan kaga ada berubah-berubahnya ni neraka”

“Apa lo bilang?!” tanya jaehyun sewot

Johnny terkekeh pelan mendengar nada bicara jaehyun yang terdengar kesal, ia memilih memejamkan matanya, berniat mengistirahatkan badannya setelah perjalan panjang di udara yang ia tempuh barusan.

Namun baru saja ia akan terlelap masuk ke alam mimpi, sebuah benda mendarat tepat mengenai wajahnya, membuat johnny berteriak kesal ke ara jaehyun yang menjadi tersangka utama dan satu-satunya.

“Apasih bangsat” omel Johnny

“Bangun. Ayo ke pantai”

***

Jaehyun tidak pernah bisa ditebak.

Itu adala fakta lama yang telah diketahui oleh johnny. Contohnya saat ini.

“Jadi lo nyuruh gue cepet-cepet ke kantor buat nemenin lo ke pantai??” tanya Johnny yang di balas anggukan oleh jaehyun.

Pria itu mengenakan kacamata hitam sambil memandang lurus jalanan seolah tidak peduli dengan tatapan kesal yang dilemparkan johnny untuknya.

“Orang gila” delik johnny kemudian menurunkan seat duduknya agar ia bisa duduk nyaman mengingat perjalanan mereka akan memakan waktu yang lama.

Baik jaehyun maupun johnny mendadak diam. Menimbulkan suasana hening karena jaehyun memilih untuk mematikan radionya.

“jo, lo ingat alasan kenapa lo suka akhirnya manggil gue jung?”

Pertanyaan tiba-tiba dari jaehyun membuat johnny menoleh dengan alis terangkat

“Karena lo dulu krisis identitas? Kenapa emang?”

Jaehyun tidak menyahut. Tapi johnny tau pasti jika jaehyun tidak mungkin bertanya tanpa alasan apalagi ini perihal masa lalu yang dimiliki lelaki itu.

“Jung-”

“Dia... Kembali”

Johnny mengernyit tidak paham. Ia membenarkan posisi duduknya kemudian kembali menatap jaehyun di sebelahnya. “Siapa?”

Alih-alih menjawab, jaehyun justru menginjakan pedal gas dengan cepat, membuat mobil yang ia bawa melaju seolah mereka satu-satunya pengguna jalan.

Johnny yang bingung hanya bisa mengeratkan peganganya, “JUNG PLIS YA, KOPI YANG TADI GUE BELI MASIH NGUTANG!!! JANGAN AJAK GUE MATI DULU!!!”

orentciz

“ri...sa”

Jaehyun terlonjak kaget begitu mendapati Johnny yang entah sejak kapan telah ada di dalam ruangannya. Padahal ia ingat dengan jelas jika 20 menit lalu lelaki itu bilang masih di jalan setelah sebelumnya mampir ke hotel untuk menaruh kopernya.

“Siapa tuh risa?” tanya Johnny penasaran usai mengintip jaehyun yang tengah membuka social media gadis bernama risa yang terdengar asing bagi johnny

Jaehyun mendelik, “Kalo masuk ruangan bos tuh ketok pintu” omelnya kemudian buru-buru mendorong johnny menjauh

Johnny hanya memutar mata jengah menanggapi respon orang yang telah menjadi sahabatnya sejak duduk di bangku kuliah itu. Tanpa berniat menjawab ucapan jaehyun, johnny meletakan vanilla frappe pesanan jaehyun lalu melemparkan dirinya duduk di atas sofa.

“3 bulan kaga ada berubah-berubahnya ni neraka”

“Apa lo bilang?!” tanya jaehyun sewot

Johnny memejamkan matanya. Berniat mengistirahatkan badannya setelah perjalan panjang di udara yang ia tempuh barusan.

Namun baru saja ia akan terlelap masuk ke alam mimpi, sebuah benda mendarat tepat mengenai wajahnya, membuat johnny berteriak kesal ke ara jaehyun yang menjadi tersangka utama dan satu-satunya.

“Apasih bangsat” omel Johnny

“Bangun. Ayo ke pantai”

***

Jaehyun tidak pernah bisa ditebak.

Itu adala fakta lama yang telah diketahui oleh johnny. Contohnya saat ini.

“Jadi lo nyuruh gue cepet-cepet ke kantor buat nemenin lo ke pantai??” tanya Johnny yang di balas anggukan oleh jaehyun.

Pria itu mengenakan kacamata hitam sambil memandang lurus jalanan seolah tidak peduli dengan tatapan kesal yang dilemparkan johnny untuknya.

“Orang gila” delik johnny kemudian menurunkan seat duduknya agar ia bisa duduk nyaman mengingat perjalanan mereka akan memakan waktu yang lama.

Baik jaehyun maupun johnny mendadak diam. Menimbulkan suasana hening karena jaehyun memilih untuk mematikan radionya.

“jo, lo ingat alasan kenapa lo suka akhirnya manggil gue jung?”

Pertanyaan tiba-tiba dari jaehyun membuat johnny menoleh dengan alis terangkat

“Karena lo dulu krisis identitas? Kenapa emang?”

Jaehyun tidak menyahut. Tapi johnny tau pasti jika jaehyun tidak mungkin bertanya tanpa alasan apalagi ini perihal masa lalu yang dimiliki lelaki itu.

“Jung-”

“Dia... Kembali”

Johnny mengernyit tidak paham. Ia membenarkan posisi duduknya kemudian kembali menatap jaehyun di sebelahnya. “Siapa?”

Alih-alih menjawab, jaehyun justru menginjakan pedal gas dengan cepat, membuat mobil yang ia bawa melaju seolah mereka satu-satunya pengguna jalan.

Johnny yang bingung hanya bisa mengeratkan peganganya, “JUNG PLIS YA, KOPI YANG TADI GUE BELI MASIH NGUTANG!!! JANGAN AJAK GUE MATI DULU!!!”

orentciz

“Cepetan tolol!”

Taeyong dengan kasar mendorong badan jeffrey agar laki-laki itu segera naik ke atas meja sesuai dengan permintaan taeyong.

Dengan wajah yang menunuduk jeffrey perlahan melangkahkan kakinya ke arah meja kantin.

Dibelakang nya, taeyong tersenyum tipis dengan tangan yang terlipat didepan dadanya, menatap jeffrey yang dengan mudahnya menuruti semua ucapan cowok itu tanpa bisa berkutik membuat taeyong merasa sangat senang.

“Woi semua!” taeyong berteriak, menarik perhatian seisi kantin yang kala itu tengah ramai, “jeffrey mau buat pengumuman nih”

Jeffrey.

Dia hanya bisa meremas celana seragamnya. Bisa dia rasakan semua perhatian kini tertuju pada dirinya yang sudah berdiri di atas meja, siap untuk melakukan apa yang sebelumnya taeyong suruh.

“teriak kalo lo gay”

Kantin hening. Semua orang diam seolah menantikan apa yang akan jeffrey lakukan selanjutnya.

Jeffrey kembali menoleh pada taeyong dan mendapati sorot mata luar biasa sinis dari cowok itu.

“Lakuin.” kira-kira seperti itu arti tatapan dari taeyong pada dirinya.

Jeffrey menarik nafas berat, ia mengangkat wajahnya yang terlihat menyedihkan lalu berusaha dengan keras membuka mulutnya yang terasa kaku.

“Aku-”

SREETT

Suara geseran kursi memecah keheningan yang tengah terjadi.

Semua orang termaksud jeffrey ikut menoleh ke sumber suara.

Cewek itu berjalan tenang membawa mangkok bekas makannya lalu membayar pada ibu kantin tempat ia membeli semangkok soto ayam kesukaanya setelah sebulan resmi menjadi siswi pindahan.

Risa berjalan acuh usai menerima kembalian, pandangannya menatap lurus jalanan seolah tidak terganggu dengan bermacam mata yang kinu mengernyit menatap dirinya.

“Eits”

Risa menghentikan langkah nya di ujung tangga kantin karena taeyong menghadang dengan sebelah kaki cowok itu.

“permisi, gue mau lewat” ucap risa sembari melirik taeyong.

Taeyong tertawa kemudian mendekatkan dirinya pada risa. “Mau kemana? Lo ga denger tadi gue bilang si culun ini mau buat pengumuman?” tanya taeyong sambil menunjuk jeffrey yang masig diam mematung di atas meja.

“Ga tertarik” ujar risa singkat.

Mendengar itu, taeyong tertawa sinis.

Seisi kantin berteriak girang ketika tiba-tiba taeyong menendang salah satu kaki meja dan membuat jeffrey yang ada di atasnya kehilangan keseimbangan lalu terjatuh.

Risa yang melihat itu hanya bisa menutup mulutnya ikut terkejut melihat apa yang baru saja dilakukan oleh taeyong.

Debuman yang cukup keras membuat risa yakin jika rasanya cukup sakit.

Jeffrey hanya meringis pelan sambil mengelus lututnya yang lebih dulu menyentuh lantai.

Taeyong menghampiri jeffrey, lalu berjongkok. “Liat jeff, atraksi lo ngebosenin makanya cewek ini mau cabut balik”

Sekali lagi, jeffrey hanya bisa diam.

Sedangkan risa masih setia di tempatnya, menatap taeyong dan jeffrey bergantian.

“Lo-” taeyong menatap mata risa dalam-dalam, “Pulang sekolah gue tunggu di taman belakang. Pastiin lo dateng, kalo enggak-” taeyong kembali menjedea ucapannya, ia berdiri lalu berjalan ke arah risa dan mengikis jarak mereka berdua sebatas hembusan nafas.

Risa membeku. Jantungnya nyaris meledak ketika netranya berhasil mengamati wajah taeyong dalam jarak sedekat itu.

Ia sekarang sadar kenapa laki-laki yang tidak pernah absen dari segala keributan yang risa temui setiap harinya begitu digilai oleh teman-temannya.

”-jeffrey yang akan nanggung semuanya”

***

Risa hanya bisa merutuki kebodohan dirinya sendiri.

Ia jarang ceroboh terutama dalam meletakan barangnya sendiri. Tapi sore ini, Risa lupa membawa pulang ponselnya yang siang tadi sengaja ia letakan dalam lokernya saat pelajaran olahraga.

Akhirnya dengan sangat terpaksa risa meminta Pak Budi- supirnya untuk memutar balik.

“Bapak tunggu sini aja gausah parkir di dalem, risa sebentar doang kok” pamit gadis itu lalu turun dari mobil.

Sekolah sudah sepi. Sama sekali nggak mengherankan karena jam sekolah telah selesai sejak 2 jam lalu.

Risa segera membuka loker miliknya lalu mencari ponselnya yang tertinggal lalu segera meninggalkan kelas begitu ia menemukannya

Langkah risa nampak tergesa, ia begitu buru-buru mengingat Pak Budi tengah menunggu dirinya. Risa berjalan dengan cepat menelusuri koridor kelas dan menuruni tangga.

“Woi anak pindahan!”

Sebuah teriakan menghentikan langkah risa.

Ia menoleh, mendapati taeyong yang tengah duduk diatas meja batu dengan tangan kanannya yang memegang rokok menyala.

Tapi daripada rokok ditangan taeyong, Risa lebih tertarik dengan jeffrey yang terlihat meronta menolak sesuatu yang disodori oleh yuta dan kun, 2 orang yang selalu menjadi kaki tangan taeyong.

“Gue?” tanya risa memastikan ketika ia yakin tidak ada lagi orang selain dirinya.

Taeyong mengangguk mengiyakan lalu dengan cepat meloncat turun dan berjalan menghampiri risa.

“Gue kira lo gak akan datang, ternyata datang juga”

Risa mengernyit bingung akan ucapan taeyong barusan. Lalu ia akhirnya paham dengan apa yang dimaksud oleh laki-laki dihadapannya ini.

“Gue kesini bukan buat lo. Gue ngambil ponsl gue yang ketinggalan” risa menjelaskan.

Taeyong memutar matanya jengah, terkesan tidak peduli dengan ucapan risa barusan.

“Ikut gue” secara tiba-tiba taeyong menarik tangan risa, membawa gadis itu ke tempat dimana jeffrey kini tengah dipojokan oleh yuta dan kun.

“Stop” ucap taeyong, “Dasar banci. Disuruh ngerokok aja ga berani, bego!” makinya sambil mendorong dahi jeffrey

Beberapa saat kemudian taeyong mengeluarkan sebatang rokok yang masih baru dari sakunya, lalu menyodorkan pada yuta seolah memberi tanda agar yuta menyalakan rokok itu.

“Lo liat ini” desis taeyong sambil menunjukan rokok ditangannya “Kalo lo ga mau hisap rokoknya, dia yang bakal gue suruh”

Dia.

Risa jelas paham jika dia yang barusan disebut oleh taeyong adalah dirinya.

Mata risa membulat, lalu reflek mundur perlahan sebelum tiba-tiba kun menahan tangan risa agar ia tidak bisa beranjak darisana.

“LEPASIN GUE!” pekik risa, berusaha melepaskan genggaman kun.

Jeffrey perlahan mengangkat wajahnya.

Menatap risa yang masih setia meronta meminta dilepaskan.

“Please, biarin gue pergi” nada bicara risa terdengar memohon.

Taeyong tertawa lebar.

“Semuanya tergantung si cupu ini” kata taeyong dengan sebuah senyum miring terukir di wajahnya.

Mendengar itu, risa reflek menoleh pada jeffrey yang hanya diam seolah tidak berniat membantu dirinya.

Dalam hati, Risa menyesali kata-katanya tentang segala pujian untuk taeyong. Risa tarik kembali semua ucapannya.

brengsek

“Jeff... Tolong...” risa berujar pelan. Dirinya sendiri pun sebenarnya tidak benar-benar berharap jika jeffrey akan membantunya mengingat Risa juga sama seperti anak-anak lainya yang tidak mau berteman dengan laki-laki itu.

Semua anak dariawal telah memperingati risa untuk jauh-jauh dari jeffrey.

Ada namun tidak terlihat. Begitulah eksistensi jeffrey di kelas.

Laki-laki itu selalu duduk di bangku paling depan sendirian tanpa ada satupun yang berniat mengajaknya mengobrol.

Jeffrey jarang ada di kelas jika istirahat. Cowok itu lebih sering menghabiskan waktu istirahatnya sebagai bulan-bulanan taeyong dan teman-temannya.

Pernah beberapa kali risa mendapati jeffrey hanya duduk di bangkunya sambil menulis sesuatu diatas buku.

Risa hanya ingin sekolah dengan tenang dan nyaman.

Ia tidak ingin mencampuri urusan jeffrey, juga tidak berminat membantu lelaki itu.

“Kun, kayaknya si jeffrey gamau, udahlah sodorin aja” teriak taeyong

Kun mengangguk, kemudian memberi kode pada yuta yang langsung dipahami oleh anak itu.

Yuta mendekat dengan sebatang rokok yang telah diberikan oleh taeyong pada dirinya.

“Mau gue ajarin cara ngerokok?” yuta bertanya tanpa dibalas oleh risa

Laki-laki itu menghisap rokok ditangannnya kemudian menghembuskan asapnya tepat di wajah risa membuat gadis itu terbatuk-batuk.

“Bikin gue sampe batuk, baru lo boleh cabut” tukas yuta kemudian medekatkan rokok itu pada risa

Risa memundurkan kepalanya, menolak menuruti ucapan yuta barusan.

Rasanya risa mau menangis. Ia ingin berteriak meminta bantuan, tapi entah kenapa lidahnya terasa kelu.

“BERHENTI!”

Jeffrey berlari, kemudian mendorong yuta hingga cowok itu terjungkal.

“Lepasin risa. Biar aku aja”

orentciz

Seisi sekolah tertawa riuh memandangi kejadian seru yang tengah berlangsung di tengah lapangan sana.

“Lo mau apa tadi? Makanan? Nih makan!” ujar seorang pria kemudian menumpahkan satu mangkok penuh kuah makanan sisa miliknya.

Tepukan tangan terdengar semakin keras terutama ketika sang pelaku mulai menuangi sebotol saus yang berhasil meninggalkan banyak bekas di seragam laki-laki yang kini tengah menunduk diam tanpa berani membela diri.

“yong, gue request daun bawang dong” sahut seorang lainnya.

Taeyong.

Sang jagoan yang namanya sangat tidak asing bagi siswa SMA Nusantara kala itu.

Laki-laki berahang tegas satu ini memang tidak pernah luput menjadi perhatian dan buah bibir sekolah. Apalagi jika bukan karena ulahnya yang sering tidak terduga.

Contohnya saat ini.

Taeyong memandangi remeh laki-laki yang kini hanya diam gemetar tidak berdaya dihadapannya.

“Oh ya, ide bagus. Mana sini daun bawang” pinta taeyong kemudian menjulurkan tangannya.

Tanpa menunggu aba-aba, taeyong langsung melemparkan sebaskom penuh daun bawah pada Laki-laki tadi.

Seringai tipis terukir pada wajah taeyong ketika ia melihag mahakarya yang diciptakannya siang ini.

Tumpahan kuah dan saos yang mengotori seluruh badan lelaki itu rasanya belum cukup untuk memuaskan amarah taeyong karena perkara kecil di kantin saat jam makan siang.

“Lo tuli apa gimana hah?! Gue udah bilang kan bakso pesanan gue ga pake kecap! Mau bikin gue mati?!” ia berteriak lantang

Melihat yang diajak bicara hanya diam tanpa memberikan respon semakin membuat taeyong mengernyit tidak suka. Ia menginjak bahu lelaki itu membuat badannya bersentuhan dengan tanah lapangan.

“Dasar hama! Mati aja lo sana” taeyong berucap geram kemudian memberikan tendangan kencang padanya, “Cabut, jijik gue liat nih orang” katanya kemudian berlalu darisana.

Seperginya taeyong, laki-laki itu masih setia dengan posisinya sekarang. Rasa malu, marah, dan terluka berpadu menjadi satu menyisakan isakan tangis yang daritadi berusaha keras ia tahan walau akhirnya runtuh juga.

Jeffrey perlahan bangkit berdiri, dengan susah payah ia meraih kacamatanya yang patah karena diinjak dengan sengaja oleh taeyong beberapa saat lalu kemudian memasukannya kedalam saku celananya yang penuh dengan noda saos dan daun bawang.

Ia berjalan pelan sambil menundukan wajahnya dalam-dalam guna menghindari tatapan anak-anak lain yang hanya menonton tanpa berniat membantu dirinya sama sekali.

Jeffrey kacau.

Dari atas hingga ujung kepala, sama sekali tidak menunjukan kalau ia adalah salah satu murid dari SMA terbaik sejakarta saat itu.

Belum cukup ia dibuat malu dilapangan tadi, kali ini seisi kelas kembali memberikan tatapan miris pada dirinya.

Kelas mendadak hening begitu jeffrey melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Semuanya sibuk melemparkan berbagai tatapan tidak bersahabat bahkan jeffrey dapat mendengar dengan jelas beberapa orang terang-terangan membicarakan betapa kacaunya anak itu sekarang.

“Dia kenapa?”

“jangan ngomong sama dia risa, dia sampah sekolah”

orentciz

Risa menghela nafas pelan begitu membaca balasan dari orang yang mulai hari ini resmi menjadi atasannya.

Perempuan itu masih juga belum percaya jika jaehyun yang kerap ia panggil dengan sebutan pak itu adalah orang yang 12 tahun lalu selalu menjadi kendala dalam kehidupan putih abu-abu nya.

Jaehyun banyak berubah, terlalu banyak sampai risa bahkan tidak mengenali wajah jaehyun ketika semalaman penuh dirinya menatap foto yang terpasang dalam profil milik sang atasan.

“Selamat pagi” laki-laki itu masuk menyapa semua orang yang telah lebih dahulu hadir dalam ruangan.

Jaehyun berjalan tegap, wajahnya tegas membuat risa terdiam menatap jaehyun sesaat sebelum akhirnya satu tatapan tajam dari jaehyun berhasil membuat risa buru-buru menundukan kepalanya.

“Mana yang saya minta tadi” tanya jaehyun

Risa buru-buru memberikan sebuah flashdisk yang sudah ia siapkan beberapa waktu lalu.

Sekali lagi, risa dibuat takjub.

Di depan sana, jaehyun tengah berbicara, ia kelihatan sangat percaya diri membuat risa sekali lagi bertanya-tanya apa yang telah jaehyun lakukan selama 12 tahun terakhir ini.

Yang ada diingatan risa, jaehyun hanya seorang anak laki-laki pendiam yang setiap harinya menjadi sasaran bully. Jangankan sekedar bicara, satu orang teman pun tidak dimiliki oleh laki-laki itu.

Entah sudah berapa lama risa berkutat dengan pikirannya sendiri tanpa ia sadari jika jaehyun telah menutup pertemuan hari ini dan menyisahkan mereka berdua di dalam ruangan

“Mau sampai kapan kamu diam disana?” jaehyun bersuara, ia sibuk merapikan laptop dan berkasnya

Ia menoleh, menatap risa yang kini berdiri dengan memasang wajah gugup.

“Risa, dengar saya bicara?” tegur jaehyun

Risa mengerjap, “I-iya pak dengar” katanya cepat kemudian segera menghampiri jaehyun dan membantunya membawa berkas-berkas.

Jaehyun berjalan lebih dahulu diikuti risa dibelakangnya. Tepat ketika di ujung pintu, jaehyun berbalik tiba-tiba membuat risa nyaris menabrakan dirinya jika ia tidak buru-buru berhenti.

“Maaf saya bilang gini, tapi bisa kamu ganti parfume kamu? Saya benci aromanya”

orentciz