Boys will be boys
“dia gaada”
Ten mengernyit heran saat tiba-tiba Taeyong bicara seperti itu seolah tau apa yang tengah ia pikirkan sekarang.
“Kemana emang?” tanya Yuta yang duduk di meja makan dengan satu kaki terangkat ke atas kursi.
Preman.
Taeyong hanya menggedikan bahu sebagai jawaban. Bukan karena nggak mau kasih tau, tetapi ia memang benar-benar nggak tahu.
“Jadi, Kenapa dah lo?” Ten yang sejak awal sampai sebenarnya tau jika temannya yang satu ini sedang nggak dalam mood yang bagus, terbukti dari tingkahnya Taeyong yang nggak terlalu banyak bicara padahal Yuta daritadi sibuk berceloteh hal kelewat nggak penting.
Taeyong hanya merespon seperlunya dan sisanya ia sibuk menghela nafas berulang kali sampai Ten mulai merasa sedikit kesal mendengarnya karena cowok itu nggak kunjung membuka mulut bercerita.
Pada akhirnya, semua minuman yang sengaja Taeyong beli nggak ada yang dibuka barang satupun.
Ketiganya lebih memilih mengisi mulut mereka dengan makanan ringan dan soda kaleng yang sempat dibeli oleh Ten dan Yuta sebelum pergi ke apartement Mikaila.
Gak lucu kalo yuta mabok terus teriak-teriak dangdut di rumah orang kira-kira itu yang ada di otak Ten sebelum ia tau jika ternyata hanya ada Taeyong sendirian di sana.
Taeyong menatap lurus pada layar tv menyala. Nggak seperti Yuta yang sangat asik memberi komentar dan beberapa umpatan geregetan saat tim andalannya kembali kehilangan bola padahal gawang ada di depan mata, Taeyong terlalu sibuk tenggelam dengan pikirannya sendiri.
Sekeras apapun dirinya mencoba untuk nggak peduli dengan chat yang dikirim Jonathan padanya, namun akhirnya kembali gagal karena hal tersebut terus-terusan mengusiknya.
gue gak berniat lanjut
gak masalah kasih kesempatan ke dia
bullshit
“AH ANJING!”
Ten dan Yuta terlonjak. Kaget dan bingung secara bersamaan melihat Taeyong yang tiba-tiba mengumpat entah pada siapa.
“Iya, Barca emang anjing, yong” celoteh Yuta yang langsung mendapat lemparan kulit kacang dari Ten.
“Apaan???” Yuta bertanya tanpa suara, melayangkan protes atas tindakan Ten barusan yang hanya dibalas oleh Ten dengan gestur tubuh menyuruh Yuta agar diam.
“Kenapa sih?!” Ten kembali bertanya, kali ini nada nya sedikit meninggi, memaksa agar Taeyong berkenan untuk membagikan sesuatu yang sedang menganggu cowok itu.
“Kesel gua” balas Taeyong. Alisnya menukik semakin memperjelas gambaran jika ia memang benar-benar tengah kesal.
“Ya ngapa jing. Gua juga kesel liat lu lama-lama jadinya”
Taeyong menarik nafas dalam, kemudian memejamkan matanya untuk beberapa detik sebelum akhirnya menceritakan semua kejadian. Mulai dari Jovanka hingga perihal chat Jonathan dan Mikaila yang merupakan alasan utama mengapa dirinya begitu kesal hari ini.
“Menurut lu, apa gua emang ga bisa dapet kesempatan?” Taeyong mengakhiri rentetan keluh kesahnya dengan meremas kaleng kosong minumannya kemudian menaruhnya ke atas meja dengan sedikit kencang.
Yuta dan Ten diam.
Masing-masing dari mereka sibuk melirik satu sama lain bingung harus merespon seperti apa karena seorang Taeyong Pradigta yang mereka kenal nggak pernah seperti ini sebelumnya selama mereka bertiga memutuskan untuk berteman.
Galau? Karena perempuan?
Bukan Taeyong banget rasanya.
“Sebenarnya lo gimana sih ke Mba Mika? Demen? Apa gimana?”
Taeyong terkekeh pelan mendengar pertanyaan Yuta. “Emang gua tuh sebajingan apa sih sampe kayaknya gaada yang bisa liat kalo gua suka sama dia?”
“Gua-”
“Serba salah gua jadinya. Pura pura ga nunjukin, dibilangnya ga serius. Giliran gua tunjukin, dibilangnya ga pantes... HAHAHA” Taeyong tertawa miris sambil kembali mengingat semua ucapan yang Jonathan lemparkan padanya dan membuat Taeyong berpikir apa yang sebenarnya harusnya dia lakukan?
Kalau Jonathan menyebut dirinya bajingan, Taeyong bukannya nggak bisa atau nggak mau menepis julukan yang telah melekat pada dirinya itu, namun ia sama sekali nggak tahu harus bagaimana saat semua yang ia lakukan selalu mendapat pertentangan dan pojokan dari Jonathan hingga membuat Taeyong menerka-nerka mengapa pria satu itu sebegitunya pada Mikaila jika keduanya memang hanya sebatas teman.
Menurut Taeyong, Jonathan kelihatan jauh lebih protektif daripada kedua orang tua Mikaila sendiri.
“Tapi kalo gua jadi Mikaila, mungkin gua bakal lakuin hal yang sama” Ten akhirnya membuka suara, memberikan pendapatnya tentang masalah ini.
Taeyong menaikan sebelah alisnya, “Kenapa?”
“Pikirlah, selama ini dia liat lu hidup seneng-seneng doang kaga ada beban hidup, kaga ada peduli-pedulinya, bahkan lu bilang dia tau kalo lu punya temen” ten mengutip kata teman dengan kedua jarinya. Tentu bukan teman normal seperti yang kebanyakan orang punya.
“Tapi kan gua berhenti dari lama. Gua gak gitu lagi”
“Ya emang dia tau? Lu ngasih tau? Kagak kan? Terus si Jovanka-jovanka itu, lu jelasin lah, kenapa coba gabisa lu jelasin?”
“Gua takut dia ngira gua masih punya perasaan sama Jovanka karena mau repot-repot nganter dia balik”
“Beginian aja takut, giliran zinah kaga ada takut-takutnya lu” Yuta menyahut ditengah-tengah percakapan.
“Apa? Bener kan gua?” katanya enteng tanpa beban saat Ten dan Taeyong mrndelik padanya bersamaan.
Taeyong mengacak rambutnya gusar. Rasanya ia akan benar-benar bersyukur jika Mikaila punya kemampuan membaca pikiran orang, jadi Taeyong nggak perlu susah payah untuk menjelaskan tentang semuanya termasuk perasaannya untuk gadis itu.
“Terus gua harus gimana sekarang? Dia udah ga percaya lagi kayaknya sama gua” nada bicara Taeyong terdengar begitu lesu.
Apa dirinya memang harus menyerah dan berhenti seperti apa kata Jonathan?
“Talkless do more lah brother! Jangan cuman mulut lu doang ngaku udah berubah. Lu tunjukin juga ke dia. ACT BRO! ACT!Lu siapa dah? Taeyong yang gua kenal nggak menye anjir” tangkas Ten sambil tersenyum mencoba menghibur Taeyong yang begitu murung.
“Lu dapetin dulu dah gih hatinya si Jonathan, biar lancar jaya urusan”
“Anjing lu, Yut”
“Yaallah, salah mulu gua. Bodoamat dah”
“Baper dah baper” ejek Ten saat Yuta hendak berdiri beranjak darisana
“Apandah, orang gua mau ngambil bantal” jawab Yuta santai, “Minggir lu su!”
“ANJING GAUSAH MUKUL KEPALA GUA JINGAN, ITU JALANAN LEGA!”
Taeyong menggeleng heran melihat Ten dan Yuta yang kini tengah sibuk melempar kacang satu sama lain nggak mau kalah.
Siapa yang sangka jika perkara dihukum senior saat masa ospek dulu karena mereka berdua membawa mobil dihari pertama akan membuat mereka bertemu dengan Yuta yang saat itu ikut dihukum karena ketahuan cabut kegiatan ospek dan memilih untuk makan soto ayam di depan kampus tanpa rasa bersalah hingga akhirnya menjadi tiga orang sahabat seperti sekarang ini?
“Guys...” panggil Taeyong berhasil menghentikan acara lempar melempar Ten dan Yuta.
“Love you guys”
“NAJIS ASTAGFIRULLAH”
orentciz