Tetangga
Malam itu, seperti biasa keluarga Vihokratana akan berkumpul di meja makan untuk menyantap makan malam bersama.
“Halo anak-anak Ayah..” Sapa Tay selaku kepala keluarga begitu sampai di meja makan tersebut.
Ketiga anak Vihokratana pun menoleh lalu memberikan respon “hai Ayah sayang, yang paling Adek sayang no satu di hati Adek..” Ucap si bungsu yang membuat kedua Kakaknya terkekeh mendengar template ucapannya.
“Hai sayangku, anak Ayah..” Balas Tay sebari mengelus pucuk kepala Nanon. “Loh Papah mana? Masih nyiapin makanan kah? Eh ini kita kecepetan ya turunnya?” Tanya Tay yang sadar sang suami manisnya belum bergabung di meja tersebut.
“Papah tadi tiba-tiba ada tamu Yah, tetangga baru katanya. Terus iya, ini masih jam tujuh lewat dua puluh menit biasanya jam setengah delapan makanan baru siap, lagi Bi Ida siapin Yah.” Jawab Pluem.
Tay tertegun sebentar lalu mengangguk “oh gitu..”
“Ohhh, jadi cowok ganteng yang tadi tuh tetangga baru kita Bang?” Tanya Nanon antusias.
“Yeee matanya gak bisa liat yang bening dikit.” Frank berkomentar ketus.
Nanon kemudian memberikan tatapan tajam kepada sang Kakak “emanggggggg, abisan ganteng banget, badannya bagus lagiiiii.. Masih muda, mau gak ya sama anak kuliahan?”
“Kuliah yang bener luuuu.” Ucap Frank kembali.
Pluem menggelengkan kepalanya lalu melerai perdebatan kedua adiknya “udah-udah, segala di berantemin terus deh.”
“Kakak tuh..” “Ya Adek...”
Pluem menatap tajam kedua adiknya secara bergantian “udah.”
Keduanya pun menunduk lalu mengangguk “iya.” Jawab keduanya secara bersamaan.
“Nah sekarang kalau berantem begini tinggal panggil Abang aja biar ini Tom & Jerry nya pada diem.” Komentar Tay sebari sedikit terkekeh.
“Kakak Jerry nya, lu Tom nya!” Frank langsung berkomentar yang langsung membuat Nanon tak terima “enak aja, kan Jerry lebih kecil! Berarti Adek yang Jerry!”
Frank menggelengkan kepalanya “Lu gendut, gak kecil.”
“Ayaaaaaaaaahhhhhhhh.. Kakak tahhhhhhhh masa bilang Adek gendut.” Nanon merengek.
“Duhhh aduh, ini Aden Kakak sama Aden Adek terus aja dimana-mana berantem aja..” Sela Bi Ida sebari membawa semangkuk besar berisi ayam goreng ke meja tersebut.
Pluem yang kini tengah membantu Bi Ida mengambil mangkuk tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya “mereka mah kalau gak berantem pada tipes Bi.” Jawab Pluem asal.
“Si Kakak Bi yang nyebelin bukan Adek!” Bela Nanon.
“Enak aja!” Sanggah Frank tak terima.
“Daripada ribut, Kakak kamu panggil Papah deh, Adek bantu Bi Ida ambil lauk di dapur. Cepet!” Perintah Pluem kepada kedua adiknya.
Tay yang sedari tadi melihat keributan tersebut hanya bisa memegang pelipisnya menenangkan kepalanya yang sedikit kencang “udah-udah, Kakak sama Adek bantu Bi Ida. Ayah yang panggil Papah.” Kemudian Tay bangun dari duduknya dan berjalan menjauh dari ruang makan menyusul suami manisnya yang berada di ruangan tamu.
— Ruang Tamu Vihokratana
“Nah yang satu ini emang agak pricey tapi sebenernya oke banget sih menurutku.” Ucap New kepada sang tetangga sebari memperlihatkan beberapa portofolio design interior.
“Ini aman sih Mas, besok biar saya coba hubungi deh yaa. Makasih loh ya Mas, mau saya repotin.. Maafin ganggu waktunya.” Ucap lelaki tegap berbadan kekar yang berdiri di samping diri New.
New tersenyum hangat lalu menggeleng pelan “santai aja, saya juga gak gak ada kerjaan kok. Malah senang bisa membantu, eh kebetulan kita lagi mau makan malam.. Mau join?”
Tay yang sudah berada di ruangan tersebut berdeham yang membuat New maupun Joss menoleh ke dirinya “eehhmmm.”
“Eh Mas, ohyaaa.. Kenalin ini suami saya Joss..” New berjalan mendekati Tay, Josh pun berinisiatif untuk mendekati pasangan tersebut dan mengajak Tay untuk berjabat tangan.
“Haloo Pak Vihokratana, perkenalkan saya Joss.” Tay menatap tajam namun tetap membalas ajakan jabat tangan tersebut “Tawan Vihokratana, suaminya New Thitipoom Vihokratana.”
Joss tersenyum “iya Pak salam kenal ya? Saya sudah sering dengar cerita tentang Pak Vihokratana sangat senang sekali sekarang bisa jadi tetangga.”
Tay memilih diam lalu melepas jabat tangan tersebut “urusan dengan suami saya apakah sudah selesai? Karena anak-anak saya sudah menunggu Papahnya untuk makan malam bersama.” Ucapnya dengan wajah tanpa ekspresi.
“Apa mau join makan malem sama kita Joss?” Ajak New ramah. Tay tidak memberikan reaksi apapun yang membuat Joss sedikit canggung lalu ia memilih untuk menolak ajakan tersebut “gak usah Mas New, saya izin pulang saja ya.. Saya izin Pak Vihokratana..” Tay hanya mengangguk.
Setelah Joss berpamitan dan keluar dari ruangan tamu tersebut, Tay memilih berjalan memutar tubuhnya lebih dulu untuk berjalan menuju ruangan makan. New pun langsung menyusul sang suami sebari mencoba menahan senyumannya.
“Suaminya kok di tinggal sih? Katanya anak-anak nungguin Papahnya tapi kok di tinggalin sih sama Ayahnya?” New mencoba menarik pelan lengan tangan suaminya yang kini wajahnya masih saja tak berekspresi.
Sesampainya di meja makan, Tay masih saja mengeraskan ekspresi wajahnya membuat ketiga anaknya kebingungan.
“Ayah kenapaa? Jutek banget mukanya.” Ucap Nanon polos.
New yang kini duduk di kursinya kembali menahan senyumnya “biasa ada yang cemburu..Hehehe”
“Oh cemburu sama tetangga baru kita ya Pah? Tapi emang ganteng banget sih, tinggi gagah gituuuu. Ughhh keren.” Nanon kembali berkomentar.
Pluem yang sadar kondisi meja makan tersebut sudah tak kondusif segera menengahi “makanannya udah siap semua, dipimpin aja Ayah doanya.”
“Iya Mas suamiku, anak-anak kita udah nungguin tuh.” Ucap New dengan niat sedikit menggoda.
Tay menoleh sebari memberikan tatapan tajam ke arah New yang kini masih berusaha menahan tawanya.
“Hmm, yaudah sebelum kita mulai makan malam mari kita berdoa terlebih dahulu” Ucap Tay kemudian mulai memimpin doa.
@pandaloura