pandaloura

Malam itu, seperti biasa keluarga Vihokratana akan berkumpul di meja makan untuk menyantap makan malam bersama.

“Halo anak-anak Ayah..” Sapa Tay selaku kepala keluarga begitu sampai di meja makan tersebut.

Ketiga anak Vihokratana pun menoleh lalu memberikan respon “hai Ayah sayang, yang paling Adek sayang no satu di hati Adek..” Ucap si bungsu yang membuat kedua Kakaknya terkekeh mendengar template ucapannya.

“Hai sayangku, anak Ayah..” Balas Tay sebari mengelus pucuk kepala Nanon. “Loh Papah mana? Masih nyiapin makanan kah? Eh ini kita kecepetan ya turunnya?” Tanya Tay yang sadar sang suami manisnya belum bergabung di meja tersebut.

“Papah tadi tiba-tiba ada tamu Yah, tetangga baru katanya. Terus iya, ini masih jam tujuh lewat dua puluh menit biasanya jam setengah delapan makanan baru siap, lagi Bi Ida siapin Yah.” Jawab Pluem.

Tay tertegun sebentar lalu mengangguk “oh gitu..”

“Ohhh, jadi cowok ganteng yang tadi tuh tetangga baru kita Bang?” Tanya Nanon antusias.

“Yeee matanya gak bisa liat yang bening dikit.” Frank berkomentar ketus.

Nanon kemudian memberikan tatapan tajam kepada sang Kakak “emanggggggg, abisan ganteng banget, badannya bagus lagiiiii.. Masih muda, mau gak ya sama anak kuliahan?”

“Kuliah yang bener luuuu.” Ucap Frank kembali.

Pluem menggelengkan kepalanya lalu melerai perdebatan kedua adiknya “udah-udah, segala di berantemin terus deh.”

“Kakak tuh..” “Ya Adek...”

Pluem menatap tajam kedua adiknya secara bergantian “udah.”

Keduanya pun menunduk lalu mengangguk “iya.” Jawab keduanya secara bersamaan.

“Nah sekarang kalau berantem begini tinggal panggil Abang aja biar ini Tom & Jerry nya pada diem.” Komentar Tay sebari sedikit terkekeh.

“Kakak Jerry nya, lu Tom nya!” Frank langsung berkomentar yang langsung membuat Nanon tak terima “enak aja, kan Jerry lebih kecil! Berarti Adek yang Jerry!”

Frank menggelengkan kepalanya “Lu gendut, gak kecil.”

“Ayaaaaaaaaahhhhhhhh.. Kakak tahhhhhhhh masa bilang Adek gendut.” Nanon merengek.

“Duhhh aduh, ini Aden Kakak sama Aden Adek terus aja dimana-mana berantem aja..” Sela Bi Ida sebari membawa semangkuk besar berisi ayam goreng ke meja tersebut.

Pluem yang kini tengah membantu Bi Ida mengambil mangkuk tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya “mereka mah kalau gak berantem pada tipes Bi.” Jawab Pluem asal.

“Si Kakak Bi yang nyebelin bukan Adek!” Bela Nanon.

“Enak aja!” Sanggah Frank tak terima.

“Daripada ribut, Kakak kamu panggil Papah deh, Adek bantu Bi Ida ambil lauk di dapur. Cepet!” Perintah Pluem kepada kedua adiknya.

Tay yang sedari tadi melihat keributan tersebut hanya bisa memegang pelipisnya menenangkan kepalanya yang sedikit kencang “udah-udah, Kakak sama Adek bantu Bi Ida. Ayah yang panggil Papah.” Kemudian Tay bangun dari duduknya dan berjalan menjauh dari ruang makan menyusul suami manisnya yang berada di ruangan tamu.

— Ruang Tamu Vihokratana

“Nah yang satu ini emang agak pricey tapi sebenernya oke banget sih menurutku.” Ucap New kepada sang tetangga sebari memperlihatkan beberapa portofolio design interior.

“Ini aman sih Mas, besok biar saya coba hubungi deh yaa. Makasih loh ya Mas, mau saya repotin.. Maafin ganggu waktunya.” Ucap lelaki tegap berbadan kekar yang berdiri di samping diri New.

New tersenyum hangat lalu menggeleng pelan “santai aja, saya juga gak gak ada kerjaan kok. Malah senang bisa membantu, eh kebetulan kita lagi mau makan malam.. Mau join?”

Tay yang sudah berada di ruangan tersebut berdeham yang membuat New maupun Joss menoleh ke dirinya “eehhmmm.”

“Eh Mas, ohyaaa.. Kenalin ini suami saya Joss..” New berjalan mendekati Tay, Josh pun berinisiatif untuk mendekati pasangan tersebut dan mengajak Tay untuk berjabat tangan.

“Haloo Pak Vihokratana, perkenalkan saya Joss.” Tay menatap tajam namun tetap membalas ajakan jabat tangan tersebut “Tawan Vihokratana, suaminya New Thitipoom Vihokratana.”

Joss tersenyum “iya Pak salam kenal ya? Saya sudah sering dengar cerita tentang Pak Vihokratana sangat senang sekali sekarang bisa jadi tetangga.”

Tay memilih diam lalu melepas jabat tangan tersebut “urusan dengan suami saya apakah sudah selesai? Karena anak-anak saya sudah menunggu Papahnya untuk makan malam bersama.” Ucapnya dengan wajah tanpa ekspresi.

“Apa mau join makan malem sama kita Joss?” Ajak New ramah. Tay tidak memberikan reaksi apapun yang membuat Joss sedikit canggung lalu ia memilih untuk menolak ajakan tersebut “gak usah Mas New, saya izin pulang saja ya.. Saya izin Pak Vihokratana..” Tay hanya mengangguk.

Setelah Joss berpamitan dan keluar dari ruangan tamu tersebut, Tay memilih berjalan memutar tubuhnya lebih dulu untuk berjalan menuju ruangan makan. New pun langsung menyusul sang suami sebari mencoba menahan senyumannya.

“Suaminya kok di tinggal sih? Katanya anak-anak nungguin Papahnya tapi kok di tinggalin sih sama Ayahnya?” New mencoba menarik pelan lengan tangan suaminya yang kini wajahnya masih saja tak berekspresi.

Sesampainya di meja makan, Tay masih saja mengeraskan ekspresi wajahnya membuat ketiga anaknya kebingungan.

“Ayah kenapaa? Jutek banget mukanya.” Ucap Nanon polos.

New yang kini duduk di kursinya kembali menahan senyumnya “biasa ada yang cemburu..Hehehe”

“Oh cemburu sama tetangga baru kita ya Pah? Tapi emang ganteng banget sih, tinggi gagah gituuuu. Ughhh keren.” Nanon kembali berkomentar.

Pluem yang sadar kondisi meja makan tersebut sudah tak kondusif segera menengahi “makanannya udah siap semua, dipimpin aja Ayah doanya.”

“Iya Mas suamiku, anak-anak kita udah nungguin tuh.” Ucap New dengan niat sedikit menggoda.

Tay menoleh sebari memberikan tatapan tajam ke arah New yang kini masih berusaha menahan tawanya.

“Hmm, yaudah sebelum kita mulai makan malam mari kita berdoa terlebih dahulu” Ucap Tay kemudian mulai memimpin doa.

@pandaloura

Siang itu meja yang sudah diisi oleh tiga orang, Tay dan juga Namtan yang duduk berdampingan duduk tepat disebrang Off dan ketiganya masih memilih untuk sibuk melanglang buana di fikirannya masing-masing.

Sampai ada satu pegawai yang menghampiri meja tersebut untuk menanyakan perihal pesanan makan siang pilihan ketiganya.

“Pesanannya sudah bisa saya catat?” Tanya pegawai tersebut dengan senyuman hangat.

Off yang pertama mengangkat wajahnya menatap dua orang didepannya “udah tau mau pesen apa? Gue sama temen gue mau pesen pasta kayaknya, kalian gimana? Eh beneran gapapa kan temen gue join?”

“Iya gapapa Kak, mas saya mau scones smoked salmond&tartar ya. Mineral waternya satu juga.” Ucap Namtan kepada sang pelayan.

“Mas, saya mau truffle capellini dua ya, poured tiramisunya satu tapi ini keluarinnya nanti aja ya? Sama mineral water juga deh Mas.” Ia kemudian menatap Tay, “lo mau pesen apa Tay?”

Tay menatap pelayan tersebut “chicken ham&soft scramble focaccia with mineral water ya Mas.”

Setelah mendapat pesanan ketiganya, pelayan tersebut pun pergi dan meninggalkan ketiganya kembali.

Sorry ya. Karena ini cafe dessert jadi pilihan menunya gak banyak.” Ucap Off.

Namtan menggelengkan kepalanya “gapapa, tapi temen lo siapa Kak? Lo kenal darimana?”

“Oh, ada lah pokoknya. Gue juga belum lama kenalnya, kenal pas di Phuket eh pas ke Indo gak sengaja ketemu lagi. Terus akhirnya jadi intens berhubungan, anaknya asyik kok. Entar kenalan ya?”

Tay kemudian menatap tajam Off “tumben banget lo baru kenal udah langsung deket banget? Lo lagi deketin?”

“Gue berharap bisa deketin sih, tapi kayaknya gakbisa.” Ia terkekeh diujung ucapannya.

Namtan hanya diam tak memberikan reaksi apa-apa.

Off mengeluarkan ponselnya yang berdering “ya, masuk aja. Oke, gue udah bisa liat lo hahahaha, ini gue ngangkat tangan.” Jawab Off sebari tersenyum sumringah saat melihat New yang kini sudah masuk kedalam pandangannya.

“Hey, macet ya?” Tanya Off begitu New menghampirinya. New pun mengangguk sebari memberikan senyuman.

“Eh, iya.. Ini kenalin..” Tay dan Namtan secara bersamaan menoleh ke arah New.

“Tetawan?!”

“New?!”

“Kak New?!”

Ketiganya tak dapat menutupi ekspresi terkejutnya.

Off pun ikut terkejut “wow, wow.. Bentar ini kenapa udah saling kenal?”

Namtan menoleh menatap Off “Kak kok bisa kenal sama suaminya Kak Tay? Kak New, kan suaminya Kak Tay.”

Off membelakkan matanya dan membuka mulutnya “suami? Bentar, New? He's the cogil?” lirihnya hampir tak bersuara saat bertanya. New yang masih saja terkejut hanya bisa menganggukan kepalanya “yes, that's him.” Jawab New lemah.

“Jadi maksud lo, temen lo itu adalah New?” Tay kini ikut menatap Off dan berganti menatap New “dan, temen orang yang pergi sama lo tempo hari adalah Off? Ya New?”

Off maupun New mengangguk secara bersamaan.

“Woaw, woaw.. Gila sih, dunia sempit banget! Eh, Newwiee duduk dulu.” Off mempersilahkan New duduk di kursinya.

Kini keempatnya pun sudah duduk di kursinya masing-masing dan keempatnya sepertinya masih mencoba mencerna fakta mengejutkan yang baru saja mereka ketahui, bahkan sampai makanan keempatnya datang dan mereka memilih hanya fokus kepada makanannya.

Sampai saat makanan utama berganti menjadi dessert akhirnya Off memilih untuk membuka obrolan. “Gue beneran gak nyangka, semesta bercanda banget emang. Ternyata kita tuh saling kenal satu sama lain! Gila, gokil!”

“Hehe, iya.” New tertawa canggung.

“Kok kalian bisa kenal? Kenal darimana? Pas di Phuket kenalnya? Kok bisa?” Tanya Namtan datar.

Off otomatis tertawa pelan “gak sengaja, kalau di inget kocak sih kenapa kita bisa kenal hahha.”

“Please, gausah di inget-inget! Manusiawi ya, gue lagi emosi!” Jawab New ketus.

Off kini tertawa lepas “hahahahah, ya pokoknya gitu deh. Intinya kita dipertemukan karena yang satu lagi emosi yang satu kepo, eh nyoba ngobrol ternyata nyambung.” Jelas Off kembali di barengi dengan kekehan New saat Off bercerita “sumpah tapi lo beneran kepo banget, tapi jujur gue bersyukur juga sih lo kepo hahahahahahaha.”

Tay dan juga Namtan hanya bisa menatap lurus dan sepertinya rahang keduanya sedikit keras menahan sesuatu saat melihat Off dan New tertawa bersamaan.

“Hahahaha, kalo di inget kocak banget buset.” Ucap Off kembali. “Btw,lo jadi bawa cookiesnya?” Tanyanya seraya menatap New yang duduk di sampingnya. New mengangguk seraya menjawab pertanyaan dari Off “bawa, tolong review yang jujur ya?” Ucap New, Off membalas dengan anggukan mantap “pasti.”

Namtan kembali menatap tajam dua orang di hadapannya “kalian abis ini mau pergi lagi?”

“Hmm kayaknya iya, tapi paling kita di taman kota aja sih atau cari coffe shop lagi. Kalian mau join?” Tanya Off kepada Tay dan juga Namtan.

Namtan menggelengkan kepalanya dengan cepat “gak, makasih.” “Kak, lo bisa anterin gue balik kan?” Namtan bertanya pada Tay yang duduk di sampingnya “kak??”

“Ehiya, gimana?” Tay tersadar dari lamunannya. “Iya, iya.. Aku anterin kamu pulang ya Nam.” Tay kemudian menatap New yang duduk di sebrangnya “nanti lo mau gue jemput juga?”

New menggelengkan kepalanya cepat “gausah, gue pake umum aja.”

“Entar biar gue yang anter Tay, aman kan?” Off bersuara.

Tay mengangguk lemah “aman kok.”

“Makannya udah selesai kan, mau cabut sekarang?” Tanya Off kepada ketiganya.

Ketiganya pun mengangguk lalu hampir berdiri bersamaan.

“Bill on me yaaa, karena gue yang ajak! Gak ada penolakan! Lo juga gak boleh nolak, karena lo udah bawain gue cookies” Ucap Off terakhir tersenyum menatap New.

New terkekeh “oke deh kalau lo maksa.”

“Yauda gue bayar dulu yak.” Ucap Off berjalan menuju kasir.

“Aku toilet dulu ya Kak?” Izin Namtan pada Tay, dan langsung di balas anggukan oleh Tay.

New yang melihat hal tersebut memilih berjalan meninggalkan keduanya, ia pun berjalan menuju luar restoran.

“Oh jadi Off temen lo?” Suara Tay dibelakang New membuat New menghentikan langkahnya lalu menoleh sebentar kemudian kembali memilih berjalan.

“Cha? Gue lagi ngomong?” Tay ikut berjalan kembali.

Akhirnya kini keduanya berada di depan restoran tersebut.

“Kapan lo ketemu Off di Phuket? Kok lo gak ngomong?” Tanya Tay sekali lagi. “New? Mulut lo masih berfungsi normal kan?”

New kemudian menatap tajam sang suami “waktu lo tiba-tiba ninggalin gue, waktu lo tiba-tiba ngilang gak jelas yang bikin gue bingung!” New mencoba menetralkan nafasnya yang menderu “waktu lo sadar, bahwa pernikahan lo sama gue gak ada apa-apanya di banding pentingnya perasaan lo ke Namtan.”

Keduanya terdiam.

Sampai akhirnya Off datang dan New memilih menarik lengan sang teman untuk pergi meninggalkan Tay saat itu juga.

@pandaloura

“Duh.” New mengaduh sebari menatap ponselnya.

Nenek yang tengah terduduk disampingnya pun menoleh dan terheran “kenapa New?”

“Tay mau jemput aku Nek.” Jawab New lemas.

“Loh kenapa?” Tanya Nenek.

New mengangkat bahunya “gatau, tadi chat tiba-tiba mau jemput.”

“Pasti dia mikir Nenek mau ngerjain kamu lagi deh, Nenek kan udah minta maaf sama kamu New.” Jelas Nenek, memang hari ini hubungan keduanya semakin membaik, Nenek sudah meminta maaf kepada New terkait perlakuannya saat itu dan New juga sudah menerima maafnya.

“Iya Nenek tenang aja, kalau dia marah-marah sama Nenek biar New yang marahin balik. Yauda tenang aja ya Nek? Tapi New gak jadi nginep gapapa?” Tanya New.

Nenek sedikit menunjukkan wajah sedih “kenapa kamu gak nginep aja disini sama Tay?”

New diam sejenak.

“Nginep aja ya? Besok kan Nenek mau ajarin kamu masak.” Ucap Nenek kembali.

“Hmm, nanti New tanya Tawan dulu ya Nek?” Jawab New, sesungguhnya ia tak tega meninggalkan Nenek sendirian. Namun apabila ia dan Tay menginap disini, otomatis keduanya harus tidur bersama dan New sepertinya belum siap mengulang kembali akan hal itu.

Tak lama berselang Tay pun datang.

“Nenek! Kenapa New dibawa kesini? Nenek apain New lagi? Tay kan udah bilang, jangan gangguin New lagi!” Ucapnya begitu sampai diruang TV keluarga.

Nenek dan New yang tengah terduduk langsung menatap terkejut sebari menatap Tay “Tay tenang dulu. Nenek gak ngapa-ngapain kok.” New langsung bangun dan menenangkan Tay.

“Lu jangan nutupin New! Udah ayok pulang!” Ajak Tay sebari menarik tangan New yang langsung di hempaskan oleh New.

“Kebiasaan! Selalu nyimpulin sendiri! Gue kan udah bilang! Nenek gak ngapa-ngapain! Ini bukannya di dengerin malah langsung ngomel!” Ujar New sedikit marah.

“Gue udah bilang, Nenek gak ngapa-ngapain gue! Bahkan Nenek udah minta maaf! Sekarang, lo minta maaf sama Nenek!” New menatap Tajam Tay.

Tay yang terkejut hanya bisa termenung. “Sekarang Tawan!”

Seolah tersihir Tay pun menggeser tubuhnya lalu mendekati sang Nenek “maafin Abang ya Nek, Abang salah sangka.” Ucapnya menyesal.

Nenek yang terkejut pun hanya bisa mengangguk cepat lalu mengelus pucuk kepala sang cucu “iya gapapa Bang, Nenek juga minta maaf ya sama ucapan dan tindakan Nenek kemarin-kemarin sama New. Nenek udah baikan kok sama New. Ya New ya?”

New mengangguk “iya, gue udah gak kemusuhan lagi.”

“Yauda kalau gitu, kita pulang ya New?” Ajak Tay yang langsung di sanggah oleh Nenek “Abang nginep sini ya nak? Sama New, Nenek sendiri besok Frank juga mau pergi sama temannya. Nenek sudah janjian sama New besok mau belajar masak, Abang nginep sini ya?” Nenek sedikit memohon kepada sang cucu.

Dan sang cucu pun menatap New seolah meminta bantuan jawaban. “New?”

“Yauda, kita nginep ya Nek.” Jawab New pasrah.

Nenek langsung tersenyum sumringah “yaudah gih, kalian pada istirahat gih.. Pada naik gih, baju Abang kan masih ada kan?”

“Iya Nek, Nenek juga istirahat gih. Udah mau jam sebelas. Sini Abang anterin.” Tay kemudian menatap New yang masih berdiri ditempatnya “lu duluan naik aja.”

New mengangguk lemah.

Kemudian ia menarik nafasnya berat “gue udah gila, gue udah gila.” Lirihnya pada diri sendiri.

— Kamar Tawan

New menatap sekitar kamar milik suaminya. Ia tersenyum hangat saat melihat foto kecil Tay dan juga Frank yang tengah tersenyum renyah ke arah kamera.

“Ni belum jadi cogil nih.” Ucap New.

“Masih polos itu.” New terkejut mendengar ada suara lain dibelakangnya.

“Eh lo..” Ucap New canggung.

Tay berjalan menuju lemarinya dan memberikan pakaian kepada New “nih kalau mau ganti baju, gue nanti tidur sama Frank aja.”

“Makasih” New mengambil baju tersebut.

Tay mengangguk lalu membalikkan tubuhnya berjalan menuju pintu namun di tahan oleh New “lo.. Lo tidur disini aja, kasurnya juga king size kok. Kalau lo gak nyaman bisa pake guling di tengahnya.”

“Gue bukannya mau tidur sama lo! Tapi, tapi gue gak mau aja nanti ada omongan aneh-aneh kalau kita gak tidur sama-sama.” Kilah New cepat.

Tay berbalik kemudian tersenyum sebari mengusak kepala New pelan “iya gue tau, yaudah.. Gue tidur disini ya?”

New mengangguk lalu cepat-cepat berbalik menuju kamar mandi “yauda gue bersih-bersih dulu.”

Kini setelah keduanya selesai membersihkan tubuhnya masing-masing, kini keduanya tidur saling memunggungi satu sama lain. Keduanya masih memilih untuk terjaga namun tak seorangpun mengeluarkan suaranya.

Keduanya kini sibuk tenggelam di fikirannya masing-masing.

“Cha..” Ternyata Tay yang memulai pembicaraan.

“Ya..” New membalas.

“Maaf.”

“Untuk?” New terheran-heran.

“Gue sering pergi tanpa ngabarin lo, batalin janji sama lo, pergi sama siapapun sesuka gue tanpa izin dari lo.” Ucap Tay pelan.

New sedikit berdeham tak menyangka akan mendapat ucapan maaf dari mulut Tay “hmm, yaa.. Lo wajar kok gitu, kita kan bukan yang nikah selamanya. Gapapa.”

“Ternyata rasanya gak enak ya? Gak enak, waktu tau lo pergi sama orang tapi gue gatau sama siapa. Ternyata gak enak rasanya kalau lo pergi gitu aja tanpa izin ke gue.” Ucapnya lagi. “Maafin ya Cha.. Walaupun pernikahan kita gak selamanya harusnya pas kita masih di masa nikah, gue perlakukan lo lebih baik lagi.”

“Lo ngantuk, udah sana tidur.” New menghindari pembicaraan ini.

“Cha..” “Buat sekarang dan kedepannya, gue akan izin dan bilang gue pergi sama siapapun ke lo.”

“Gak perlu Tay.” New menyanggah.

“Gak, gue mau seperti itu.” “Pokonya mulai saat ini gue akan bilang dan izin sama lo, gue gak berharap lo mau melakukan itu sih tapi kalau lo mau melakukan hal yang sama gue akan apresiasi itu.” Ucapnya kembali.

New kembali berdeham “gue ngantuk, mau tidur.” Lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Ni cogil maunya apa lagi sih?!?! Dumal New dalam hati.

@pandaloura

Namtan kini telah sampai di sebuah restoran yang telah ditentukan oleh Off, lelaki yang menghilang hampir tiga tahun dalam hidupnya.

Namtan bisa melihat sosok lelaki yang menghilang tersebut tengah melambaikan tangannya sebari memberikan senyuman yang merekah, senyuman yang selama ini tak pernah hilang di fikirannya. Senyuman yang selama ini selalu Namtan rindukan setiap detiknya.

“Hai…” Ucap Off masih dengan senyumannya. “Oke, gak dijawab.”

Namtan masih memilih diam dan menatap tajam lelaki yang kini tengah berdiri dihadapannya.

“Duduk dulu, baru marah-marah. Oke?” Ucap Off sebari mempersilahkan Namtan duduk di kursinya.

“Matanya gak kasian melotot terus?” Ucap Off mencairkan suasana. Namtan masih memilih diam tak menjawab.

“Gue udah pesenin makan, tapi kayanya masih harus nunggu. Minum aja dulu ya?” Ucap Off kembali sebari menyodorkan segelas minuman kepada Namtan.

Off kembali tersenyum membalas tatapan Namtan “sorry.”

“Dasar manusia jahat!” Kata-kata pertama yang dikeluarkan oleh Namtan. Ia berusaha menjaga emosinya agar tangisnya tak pecah saat itu juga. “Gue benci sama lo.”

Off mengangguk “gue terima, gue emang jahat.”

“Kalau lo gamau nerima cinta gue, lo harusnya nolak mentah-mentah! Bukannya malah langsung pergi! Pergi gitu aja! Nutup semua akses gue ke lo! Kalau lo nolak gue, seengganya gue tau gue gak punya harapan sama lo! Kalau lo pergi gitu aja gue malah masih ngegantungin harapan gue sama lo!” Namtan mengeluarkan perasaannya. “Gue benci, gue benci karena walaupun lo jahat banget ke gue.. Perasaan gue gak pernah ilang ke lo. Gue benci.” Lirihnya.

Namtan kemudian mengangkat wajahnya menatap sendu Off “katanya lo bakal jagain gue terus kak? Katanya lo bakal selalu ada di sisi gue?” Lalu kembali menundukkan kepalanya.

Off kembali menyodorkan minuman kehadapan Namtan yang kini tengah tertunduk sedih “minum duluu.” Ucapnya lagi.

“Udah tenang? Tanya Off saat melihat Namtan meminum minumannya. “Maafin gue, gue gak ada maksud ngilang gitu aja. Sebenernya rencana gue ke Phuket udah dari jauh-jauh hari gue siapin tapi emang ternyata rencanannya di percepat dari perkiraan gue.” Off mencoba menjelaskan.

“Gue memilih pergi karena gue yakin lo udah di tangan yang tepat, Tay selalu di sisi lo kan? Tay selalu jagain lo?” Off sedikit mengingat alasan mengapa rencana perpindahanya ke Phuket di percepat.

Flashback

“Off..”

Off menoleh menoleh menatap sahabat lelakinya “ya?”

“Kayanya gue bakal kasih tau Namtan tentang perasaan gue.” “Kayanya perasaan gue makin dalem ke dia dan gue mau dia tau apa yang gue rasaian. Menurut lo gimana?” Tanya Tay kepada Off.

Detik itu, Off hanya bisa diam tak tahu harus merespon pertanyaan sahabatnya dengan jawaban apa. Karena saat itu, perasaannya pada Namtan juga sama besarnya dengan perasaan sahabatnya.

“Off? Kok malah bengong anjing”

“Eh sorryyy, yaudah Tay. Ungkapin lah, jangan di pendem aja gakan jadi duit!” Respon itulah yang akhirnya keluar dari mulut Off.*

“Bantuin gue ya? Lo tau kan, lo sahabat gue satu-satunya? Gue gak tau harus minta tolong siap lagi.” Pinta Tay kepada Off yang langsung di jawab anggukan mantap.

Maka saat malam itu Namtan terlebih dahulu mengungkapkan perasaannya pada Off, Off tidak memberikan jawaban apa-apa dan malah memilih pergi dari keduanya. Ia lari dari sahabat dan orang yang ia cintai, Tay dan Namtan.

Flashback end.

“Kak Tay udah nikah.” Jawab Namtan kosong.

Off tidak bisa menunjukkan raut terkejutnya “kapan? Sama siapa? Kok gue gak diundang?”

“Gimana mau ngundang lo! No indo lo semenjak pergi gak aktif, instagram juga lo deact! Gimana kita mau kasih info?!” Tanya Namtan emosi.

“Gue kira dia yang bakal jagain lo.” Ucap Off kembali.

Namtan mengangkat senyumnya sedikit “sampai detik ini, dia masih selalu jagain gue kok.” Lalu ia mengangkat wajahnya menatap lurus tepat ke mata Off “kalau gue tagih janji lo sekarang masih bisa gak sih kak? Janji lo buat selalu ada di sisi gue.”

Off membalas tatapan dalam Namtan sebari tersenyum “makanannya udah dateng, kita makan dulu.”

@pandaloura

Pagi itu setelah New selesai mempersiapkan sarapan dan juga kopi untuk Tay, ia memilih untuk pergi berlari di sekitar apartment tempat tinggalnya. Kini New lebih memilih untuk menghindari Tay dan juga meminimalisir intensitas keduanya untuk bertemu.

“Ini udah masuk bulan kedua, sabarin ya New.. Lo cukup gak banyak ketemu sama Tay, itu yang paling baik. Empat bulan dua minggu, sebentar lagi kok.” Ucapnya dalam hati.

Ia kemudian melirik jam di tangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh siang. “Biasanya dia udah pergi sih. Yaudah deh, gue balik aja.” Lalu ia melangkah menuju lobby dan naik ke lantai atas dimana unitnya berada.

Ia menarik nafasnya lega karena melihat apartment yang di tempatinya kini sudah kosong dan menunjukkan tidak ada seorang pun berada. Tanpa menunggu lama, New pun langsung melakukan kewajibannya, membereskan seluruh sudut apartment tersebut dan setelah selesai ia memilih mandi karena siang ini ia berencana menuju department store untuk membeli bahan-bahan membuat kue.

— Department Store

“Tepung udah, Gula udah, kayanya ada satu lagi deh.. Ahh baking powder!” Ucap New sebari membaca catatannya di ponsel miliknya. New pun memutar tubuhnya untuk berjalan ke bagian rak-rak yang menyediakan kebutuhannya, namun karena ia masih fokus menatap ponselnya ia tak sadar bahwa dibelakangnya ada seorang lelaki yang tengah berhenti dan tubrukan antar keduanya pun tak terhindarkan.

Duggg.

“Eh, sorry,sorry. Gue gak liat.” Ucap New begitu tubrukan itu terjadi namun saat ia membuka matanya ia tak dapat menutupi keterkejutan di wajahnya “lo?!”

Lelaki tersebut tersenyum lalu melambai “eh, haii.. Halo New?”

“Toffan?! Lo kok ada di sini?” Tanya New masih dengan wajah terkejutnya.

Lelaki bernama Toffan itu kembali tersenyum “gue capek lari mulu”

“Hahaha, akhirnya.. Jadinya berhenti kabur ya lo? Apa kabar?” Tanya New.

“Baik, super baik kok. Lo gimana? 'Cogil' lo aman?” Tanyanya kembali.

New menggeleng “cogil tetep cogil, jangan dibahas.”

“Ah oke, btw.. Lo tinggal di daerah sini juga?” Tanya Toffan yang dibalas anggukan oleh New. “Di daerah sini sih, jangan bilang lo juga?” Tanya New.

Toffan terkekeh lalu mengangguk “iya, pls kayanya kita emang di takdirin buat ketemu deh?”

“Kayanya, kapan-kapan makan sama-sama ya?” Ajak New kepada temannya tersebut.

Toffan mengangguk tanda setuju “cool, kalau gitu gue boleh minta no handphone lo?”

“Boleh dong!” Jawab New dengan senyum tulus.

@pandaloura

Tay kini tengah mengemudikan mobilnya menuju rumah ibu mertuanya. Dalam hatinya sedikit merasa bersalah dengan apa yang telah ia katakan tentang ibu mertuanya padahal beliau sangat baik dan juga bijaksana kepada Tay.

“Kayanya kemaren gue emang keterlaluan sih sama New, mana Ibu baik banget lagi. Duh elah.” Keluh Tay sendiri. “Bener sih kata Ibu, bukan perkara siapa yang bener siapa yang salah. Gue kayanya mesti nurunin ego gue, lagian kenapa lagi sih pake emosi kemaren?! Ya mau dia baik sama Thanat kek atau engga kek, yaudah.” Ucapnya lagi.

— Kediaman Techaapaikhun

Tay membuka pintu gerbang rumah sederhana tersebut dengan perlahan, lalu mengetuk lembut pintu rumah tersebut.

“Bu..” Ucapnya sebari mengetuk.

Tak lama kemudian pintu rumah tersebut terbuka dan Ibu langsung tersenyum hangat melihat sang menantu datang “macet gak Nak?” Tanyanya. Tay menggeleng sebari langsung mencium punggung tangan sang mertua “gak ko bu.”

“Syukurlah.. Sini masuk.” Ajak Ibu kepada Tay. “Newnya di kamar, sepertinya sedang dengar lagu tadi terakhir ibu cek.” Tay mengangguk sebari tersenyum canggung.

“Mau langsung ibu panggilkan?” Tanya Ibu, Tay dengan cepat menggelengkan kepalanya “Tay mau ngobrol dulu sama Ibu boleh?” Tanya Tay lembut yang langsung di sambut senyuman hangat oleh sang mertua.

Keduanya kini tengah terduduk diruang tamu. Tay pun kemudian memulai pembicaraan. “Bu, maafin Tay ya? Kayaknya kemarin ucapan Tay bikin sedih New. Tay bener-bener tulus minta maaf kalau ucapan Tay tentang ibu dan New menyakiti.” Ucap Tay menyesal.

“Loh Tay bahas tentang ibu? Pantes New sampe sedih begitu.” Jawab Ibu sebari kembali tersenyum “ibu merepotkan ya? Maaf ya Nak.” Tay langsung menggelengkan kepalanya cepat “gak kok bu, engga. Tay sok tahu tentang ibu sama New, dan Tay minta maaf ya bu?”

Ibu menganggukan kepalanya sebari mengelus punggung tangan Tay “gapapa ibu maafkan Nak, mau ketemu Newnya sekarang? Apa nginep saja disini, besok baru pulang.” Ujar Ibu yang langsung di tolak halus oleh Tay “mobil Tay parkir didepan gang Bu, takut ganggu nanti.”

“Ohiya yah, lupa. Nextnya nginep disini ya? Gausah bawa mobil.” Ucap Ibu kembali.

Tay mengangguk lemah “iya bu.. Tay izin jemput New ya bu?”

“Boleh, tuh kamarnya masuk dikit yang sebelah kanan. Mau ngobrol dulu boleh.” Ucap ibu kembali.

Tay pun bangkit dari duduknya lalu setelah mendapat izin dari sang mertua ia pun berjalan menuju pintu kamar sang suami.

Sesampainya di depan kamar Tay pun mengetuk halus pintu tersebut namun tak mendapat jawaban dari sang pemiik kamar “New, gue masuk ya.” Izinnya sebari membuka engsel pintu kamar tersebut.

New yang tengah mendengarkan lagu melalui airpodsnya sedikit terkejut saat pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, ia yang tengah terbaring pun akhirnya bangkit dan langsung terduduk di ranjang miliknya “ngapain lo kesini?” Ucapnya sebari melayangkan tatapan tajam kepada Tay.

“Pulang yuk?” Ajak Tay lembut.

“Gue udah pulang, dan ini rumah gue! Lo ngapain sih disini? Sana sana gue lagi males berantem.” Jawab New sebari mengalihkan pandangannya.

“Loh kok gitu bicaranya sama suamimu nak?” Ibu kini tiba-tiba ikut hadir setelah mendengar ucapan kasar yang keluar dari mulut New.

New pun menarik nafasnya dalam-dalam “lagian ngapain sih bu ni orang dikasih masuk?!” New masih saja ketus.

“Tawan sudah minta maaf sama ibu, Tawan menyesal dan minta maaf dengan tulus loh sama ibu” Jelas Ibu. “Ayok New kan sudah bukan anak kecil lagi, sudah jadi pasangan hidup seseorang. Marahnya sudah cukup, sekarang ayok pulang sama suamimu.”

New kini menoleh menatap ibu “ibu ngusir New?” Ibu langsung menggeleng cepat “ya engga dong.” New langsung mempoutkan bibirnya.

“Yasudah bu, kalau Newnya gamau pulang sekarang gapapa. Yang penting Tay tau Newnya ada disini.” Ucap Tay menengahi.

Ibu kembali menggeleng “gak gak, yaudah kalau Newnya gamau pulang gapapa. Tapi nak Tawan juga tidur disini saja.”

“Gak! Yauda aku pergi aja. Tapi aku gamau dia tidur disini!” Ucap New kemudian bangun dari duduknya dan dengan cepat membereskan barang bawaanya.

“Ayok cepet, ngapain sih bengong disitu.” Ajak New kepada Tay setelah selesai membereskan barang bawaannya.

Tay pun berjalan menyusul New yang kini sudah berjalan keluar dari kamarnya.

“Bu, Tay sama New pulang dulu ya? Maafin New gak pamit langsung ke ibu.” Tay menyempatkan berpamitan kepada sang mertua.

Ibu mengangguk sebari tersenyum “iya gapapa, dia emang kalau lagi ngambek gitu. Disabarin ya? Jangan balik dimarahin, nanti malah tambah marah.” Tay mengangguk lalu mengecup punggung tangan Ibu.

“Ibu istirahat ya bu? Jangan lupa dikunci pintu rumahnya, Tay pulang ya bu?” Ibu kembali mengangguk “iya, hati-hati nyetirnya ya? Jangan lupa ngobrol ya? Jangan dibiarkan berlarut-larut.”

Tay kemudian mengangguk dan kini mulai berjalan keluar dari rumah sederhana milik sang mertua.

Kini Tay dan juga New sudah berada di mobil dan keduanya memilih untuk saling diam dan tak satupun ingin memulai percakapan. Hampir lima belas menit keduanya sibuk dalam fikirannya masing-masing.

Bahkan sesampainya di apartment pun keduanya masih memilih saling diam.

New bahkan turun lebih dahulu dan masuk ke kamar miliknya terlebih dahulu meninggalkan Tay yang masih berjalan di belakangnya.

Hampir sejam setelah keduanya sampai, masih belum ada yang mau memulai pembicaraan. Akhirnya Tay keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju kamar milik New.

“New, kita mesti ngobrol.” Ucapnya sebari mengetuk pintu kamar milik New.

Tak lama pintu kamar tersebut pun terbuka “mau apa? Gue capek.”

“Sumpah, gue tau gue salah. Mulut gue sampah banget, gue minta maaf! Tapi lo jangan diem gini dong?! Lo mending ngoceh sampe berbusa deh daripada nyuekin gue gini!” Tay berucap.

New hanya menatap tajam lalu berusaha menutup pintu kamarnya namun usahanya nihil karena Tay dengan sigap menahan pintu tersebut dengan kakinya. “Lo mending pukul gue deh sumpah.” Kemudian Tay menarik tangan New lalu ia membuat tangan New memukuli wajah dan tubuh miliknya “nih pukulin gue aja! Gue emang pantes dipukulin.”

“Tay apaansih?! Lepasin gak tangan gue? Anjir, dasar cogil!!!” New berusaha menahan tangannya yang kini dikuasai oleh Tay yang masih saja mencoba memukuli tubuhnya sendiri menggunakan tangan New. “Udah lo mending pukulin gue aja, gue pantes dipukulin.” Jawab Tay sebari masih tak mau melepas tangan New.

“Tay! Stop!!!!!” New akhirnya berteriak dan menarik tangannya kasar. “Gue bilang stop! Lo kenapa sih selalu bertindak semau lo?! Gue kan udah bilang buat stop!”

Tay menundukkan wajahnya “sorry.”

“Selama lo udah minta maaf sama nyokap gue, gapapa.. Udah gue maafin.” Jawab New lirih.

Tay kemudian mengangkat wajahnya lalu menatap wajah New “lo udah maafin gue?”

“Lo beneran udah minta maaf kan sama nyokap gue?” Tanya New sekali lagi.

Tay mengangguk “udah, sumpah. Gue udah minta maaf secara langsung.”

“Yaudah, udah gue maafin juga. Puas?” Tanya New kembali. “Kalau udah, gue mau tidur.” New pun berencana membalikan tubuhnya namun Tay menghalanginya.

“Mau makan eskrim? Gue baru beli.” Ajak Tay dengan penuh harap. New pun hanya bisa menarik nafasnya lalu berjalan menuju meja makan diikuti oleh Tay yang kini tersenyum puas.

Kini keduanya tengah terduduk secara berhadapan sebari menikmati semangkuk eskrim rasa mint yang menjadi rasa favorite milik New.

“Lo sengaja ya beli ni eskrim nyogok minta maaf sama gue?” Tanya New sebari memicingkan matanya.

Tay menggeleng “gak lah, ini gue beli karena ada promo aja. Gausah geer deh.”

“Yauda, abisin aja sama lo. Bye!” New berdiri dari duduknya lalu tangannya langsung ditahan oleh Tay “iya-iya, gue beli buat minta maaf sama lo.”

New tersenyum puas lalu kembali duduk dan kembali menikmati eskrim di hadapannya “susah amat sih ngaku. Lo kesepian kan gak ada gue? Gak bisa minum kopi kesukaan lo kan jadinya?”

“Yang bener cuman perkara kopi doang.” Jawab Tay tanpa menatap wajah New. “Tapi gue bener-bener minta maaf soal perkataan gue yang kemarin. Lo pasti sedih banget.”

New yang masih fokus memakan eskrimnya pun hanya mengangguk.

“Gue harusnya gak bahas-bahas hal sensitif kaya gitu, gue salah. Gue minta maaf.” Ucap Tay tulus.

New kembali mengangguk “iya, jangan diulang. Gue beneran gapapa kalau lo mau ngehina gue apapun, tapi jangan bawa-bawa ibu.”

“Iya, sorry..” Tay kembali meminta maaf.

“Tay..” New menatap wajah Tay. Tay ikut mengangkat wajahnya dan kini keduanya saling menatap. “Ya?”

“Gue kemarin berfikiran kalau lo marah karena lo emang cemburu, tapi kayaknya bukan ya?” Tanya New.

“Gue boleh gaksih berharap pernikahan kita tuh pernikahan normal? Pernikahan yang bener-bener hadir karena cinta, walaupun kita belum di tahap itu tapi boleh gak sih gue berharap kita sama-sama jalan ke tahap itu?” Tay memilih diam beberapa saat setelah mendengar ucapan New.

Baru saja ia ingin membuka mulutnya, ia teralihkan oleh deringan ponselnya yang menampilkan panggilan dari kontak namnam🐰

Tay dengan cepat mengambil ponselnya kemudia berjalan menjauh sebari mengangkat panggilan tersebut “halo Nam?”

New kemudian tersenyum lalu terkekeh pelan “lo udah tau jawabannya, masih aja sok-sok nanya. Thitipoom Thitipooom, gue kasian sama lo.” Lirihnya pada diri sendiri.

@pandaloura

Tay kini tengah mengemudikan mobilnya menuju rumah ibu mertuanya. Dalam hatinya sedikit merasa bersalah dengan apa yang telah ia katakan tentang ibu mertuanya padahal beliau sangat baik dan juga bijaksana kepada Tay.

“Kayanya kemaren gue emang keterlaluan sih sama New, mana Ibu baik banget lagi. Duh elah.” Keluh Tay sendiri. “Bener sih kata Ibu, bukan perkara siapa yang bener siapa yang salah. Gue kayanya mesti nurunin ego gue, lagian kenapa lagi sih pake emosi kemaren?! Ya mau dia baik sama Thanat kek atau engga kek, yaudah.” Ucapnya lagi.

— Kediaman Techaapaikhun

Tay membuka pintu gerbang rumah sederhana tersebut dengan perlahan, lalu mengetuk lembut pintu rumah tersebut.

“Bu..” Ucapnya sebari mengetuk.

Tak lama kemudian pintu rumah tersebut terbuka dan Ibu langsung tersenyum hangat melihat sang menantu datang “macet gak Nak?” Tanyanya. Tay menggeleng sebari langsung mencium punggung tangan sang mertua “gak ko bu.”

“Syukurlah.. Sini masuk.” Ajak Ibu kepada Tay. “Newnya di kamar, sepertinya sedang dengar lagu tadi terakhir ibu cek.” Tay mengangguk sebari tersenyum canggung.

“Mau langsung ibu panggilkan?” Tanya Ibu, Tay dengan cepat menggelengkan kepalanya “Tay mau ngobrol dulu sama Ibu boleh?” Tanya Tay lembut yang langsung di sambut senyuman hangat oleh sang mertua.

Keduanya kini tengah terduduk diruang tamu. Tay pun kemudian memulai pembicaraan. “Bu, maafin Tay ya? Kayaknya kemarin ucapan Tay bikin sedih New. Tay bener-bener tulus minta maaf kalau ucapan Tay tentang ibu dan New menyakiti.” Ucap Tay menyesal.

“Loh Tay bahas tentang ibu? Pantes New sampe sedih begitu.” Jawab Ibu sebari kembali tersenyum “ibu merepotkan ya? Maaf ya Nak.” Tay langsung menggelengkan kepalanya cepat “gak kok bu, engga. Tay sok tahu tentang ibu sama New, dan Tay minta maaf ya bu?”

Ibu menganggukan kepalanya sebari mengelus punggung tangan Tay “gapapa ibu maafkan Nak, mau ketemu Newnya sekarang? Apa nginep saja disini, besok baru pulang.” Ujar Ibu yang langsung di tolak halus oleh Tay “mobil Tay parkir didepan gang Bu, takut ganggu nanti.”

“Ohiya yah, lupa. Nextnya nginep disini ya? Gausah bawa mobil.” Ucap Ibu kembali.

Tay mengangguk lemah “iya bu.. Tay izin jemput New ya bu?”

“Boleh, tuh kamarnya masuk dikit yang sebelah kanan. Mau ngobrol dulu boleh.” Ucap ibu kembali.

Tay pun bangkit dari duduknya lalu setelah mendapat izin dari sang mertua ia pun berjalan menuju pintu kamar sang suami.

Sesampainya di depan kamar Tay pun mengetuk halus pintu tersebut namun tak mendapat jawaban dari sang pemiik kamar “New, gue masuk ya.” Izinnya sebari membuka engsel pintu kamar tersebut.

New yang tengah mendengarkan lagu melalui airpodsnya sedikit terkejut saat pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, ia yang tengah terbaring pun akhirnya bangkit dan langsung terduduk di ranjang miliknya “ngapain lo kesini?” Ucapnya sebari melayangkan tatapan tajam kepada Tay.

“Pulang yuk?” Ajak Tay lembut.

“Gue udah pulang, dan ini rumah gue! Lo ngapain sih disini? Sana sana gue lagi males berantem.” Jawab New sebari mengalihkan pandangannya.

“Loh kok gitu bicaranya sama suamimu nak?” Ibu kini tiba-tiba ikut hadir setelah mendengar ucapan kasar yang keluar dari mulut New.

New pun menarik nafasnya dalam-dalam “lagian ngapain sih bu ni orang dikasih masuk?!” New masih saja ketus.

“Tawan sudah minta maaf sama ibu, Tawan menyesal dan minta maaf dengan tulus loh sama ibu” Jelas Ibu. “Ayok New kan sudah bukan anak kecil lagi, sudah jadi pasangan hidup seseorang. Marahnya sudah cukup, sekarang ayok pulang sama suamimu.”

New kini menoleh menatap ibu “ibu ngusir New?” Ibu langsung menggeleng cepat “ya engga dong.” New langsung mempoutkan bibirnya.

“Yasudah bu, kalau Newnya gamau pulang sekarang gapapa. Yang penting Tay tau Newnya ada disini.” Ucap Tay menengahi.

Ibu kembali menggeleng “gak gak, yaudah kalau Newnya gamau pulang gapapa. Tapi nak Tawan juga tidur disini saja.”

“Gak! Yauda aku pergi aja. Tapi aku gamau dia tidur disini!” Ucap New kemudian bangun dari duduknya dan dengan cepat membereskan barang bawaanya.

“Ayok cepet, ngapain sih bengong disitu.” Ajak New kepada Tay setelah selesai membereskan barang bawaannya.

Tay pun berjalan menyusul New yang kini sudah berjalan keluar dari kamarnya.

“Bu, Tay sama New pulang dulu ya? Maafin New gak pamit langsung ke ibu.” Tay menyempatkan berpamitan kepada sang mertua.

Ibu mengangguk sebari tersenyum “iya gapapa, dia emang kalau lagi ngambek gitu. Disabarin ya? Jangan balik dimarahin, nanti malah tambah marah.” Tay mengangguk lalu mengecup punggung tangan Ibu.

“Ibu istirahat ya bu? Jangan lupa dikunci pintu rumahnya, Tay pulang ya bu?” Ibu kembali mengangguk “iya, hati-hati nyetirnya ya? Jangan lupa ngobrol ya? Jangan dibiarkan berlarut-larut.”

Tay kemi mengangguk dan kini mulai berjalan keluar dari rumah sederhana milik sang mertua.

Kini Tay dan juga New sudah berada di mobil dan keduanya memilih untuk saling diam dan tak satupun ingin memulai percakapan. Hampir lima belas menit keduanya sibuk dalam fikirannya masing-masing, sesampainya di apartment pun keduanya masih memilih saling diam.

Bahkan New turun lebih dahulu dan masuk ke kamar miliknya terlebih dahulu meninggalkan Tay yang berjalan di belakangnya.

Hampir sejam setelah keduanya sampai, masih belum ada yang mau memulai pembicaraan. Akhirnya Tay keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju kamar milik New.

“New, kita mesti ngobrol.” Ucapnya sebari mengetuk pintu kamar milik New.

Tak lama pintu kamar tersebut pun terbuka “mau apa? Gue capek.”

“Sumpah, gue tau gue salah. Mulut gue sampah banget, gue minta maaf! Tapi lo jangan diem gini dong?! Lo mending ngoceh sampe berbusa deh daripada nyuekin gue gini!” Tay berucap.

New hanya menatap tajam lalu berusaha menutup pintu kamarnya namun usahanya nihil karena Tay dengan sigap menahan pintu tersebut dengan kakinya. “Lo mending pukul gue deh sumpah.” Kemudian Tay menarik tangan New lalu ia membuat tangan New memukuli wajah dan tubuh miliknya “nih pukulin gue aja! Gue emang pantes dipukulin.”

“Tay apaansih?! Lepasin gak tangan gue? Anjir, dasar cogil!!!” New berusaha menahan tangannya yang kini dikuasai oleh Tay yang masih saja mencoba memukuli tubuhnya sendiri menggunakan tangan New. “Udah lo mending pukulin gue aja, gue pantes dipukulin.” Jawab Tay sebari masih tak mau melepas tangan New.

“Tay! Stop!!!!!” New akhirnya berteriak dan menarik tangannya kasar. “Gue bilang stop! Lo kenapa sih selalu bertindak semau lo?! Gue kan udah bilang buat stop!”

Tay menundukkan wajahnya “sorry.”

“Selama lo udah minta maaf sama nyokap gue, gapapa.. Udah gue maafin.” Jawab New lirih.

Tay kemudian mengangkat wajahnya lalu menatap wajah New “lo udah maafin gue?”

“Lo beneran udah minta maaf kan sama nyokap gue?” Tanya New sekali lagi.

Tay mengangguk “udah, sumpah. Gue udah minta maaf secara langsung.”

“Yaudah, udah gue maafin juga. Puas?” Tanya New kembali. “Kalau udah, gue mau tidur.” New pun berencana membalikan tubuhnya namun Tay menghalanginya.

“Mau makan eskrim? Gue baru beli.” Ajak Tay dengan penuh harap. New pun hanya bisa menarik nafasnya lalu berjalan menuju meja makan diikuti oleh Tay yang kini tersenyum puas.

Kini keduanya tengah terduduk secara berhadapan sebari menikmati semangkuk eskrim rasa mint yang menjadi rasa favorite milik New.

“Lo sengaja ya beli ni eskrim biar nyogok minta maaf sama gue?” Tanya New sebari memicingkan matanya.

Tay menggeleng “gak lah, ini gue beli karena ada promo aja. Gausah geer deh.”

“Yauda, abisin aja sama lo. Bye!” New berdiri dari duduknya lalu tangannya langsung ditahan oleh Tay “iya-iya, gue beli buat minta maaf sama lo.”

New tersenyum puas lalu kembali duduk dan kembali menikmati eskrim di hadapannya “susah amat sih ngaku. Lo kesepian kan gak ada gue? Gak bisa minum kopi kesukaan lo kan jadinya?”

“Yang bener cuman perkara kopi doang.” Jawab Tay tanpa menatap wajah New. “Tapi gue bener-bener minta maaf soal perkataan gue yang kemarin. Lo pasti sedih banget.”

New yang masih fokus memakan eskrimnya pun hanya mengangguk.

“Gue harusnya gak bahas-bahas hal sensitif kaya gitu, gue salah. Gue minta maaf.” Ucap Tay tulus.

New kembali mengangguk “iya, jangan diulang. Gue beneran gapapa kalau lo mau ngehina gue apapun, tapi jangan bawa-bawa ibu.”

“Iya, sorry..” Tay kembali meminta maaf.

“Tay..” New menatap wajah Tay. Tay ikut mengangkat wajahnya dan kini keduanya saling menatap. “Ya?”

“Gue kemarin berfikiran kalau lo marah karena lo emang cemburu, tapi kayaknya bukan ya?” Tanya New.

“Gue boleh gaksih berharap pernikahan kita tuh pernikahan normal? Pernikahan yang bener-bener hadir karena cinta, walaupun kita belum di tahap itu tapi boleh gak sih gue berharap kita sama-sama jalan ke tahap itu?” Tay memilih diam beberapa saat setelah mendengar ucapan New.

Baru saja ia ingin membuka mulutnya, ia teralihkan oleh deringan ponselnya yang menampilkan panggilan dari kontak namnam🐰

Tay dengan cepat mengambil ponselnya kemudia berjalan menjauh sebari mengangkat panggilan tersebut “halo Nam?”

New kemudian tersenyum lalu terkekeh pelan “lo udah tau jawabannya, masih aja sok-sok nanya. Thitipoom Thitipooom, gue kasian sama lo.” Lirihnya pada diri sendiri.

@pandaloura

Ibu menunggu sang anak semata wayangnya di teras rumah. Ada perasaan campur aduk dihatinya saat mendengar permintaan sang anak kepadanya.

“Bu..” Ucap New begitu memasuki pagar rumahnya.

Ibu segera menoleh dan langsung mendekat “bawa apa nak itu?” Melihat New membawa sebuah goodie bag berisi bekas tempat makanan yang tadi ia bawa.

“Bekas makanan tadi bu.” Jawab New lemah.

Lalu keduanya pun berjalan beriringan bersama memasuki ruang tamu rumahnya.

Ibu langsung menggenggam tangan New lalu mengelusnya dengan lembut “kamu berantem?”

New masih memilih diam “kenapa? Tawan ada pukul kamu? Kasar sama kamu? Sampai kamu mau cerai?” Ibu bertanya kembali.

“Gak ada bu, tapi banyak hal yang kayaknya kita gak cocok. Kita sering banget selisih paham, kayanya emang gak bisa deh bu.” Jawab New lemah. “Maaf ya bu, New ngecewain.”

Ibu menggeleng lemah “gapapa, tapi apa memang sudah gak bisa diusahakan nak? Maksudnya namanya rumah tangga pasti ada selisihnya, apalagi kalian masih satu bulan. Masih butuh banyak penyesuaian, masih perlu banyak waktu untuk saling mengenal, saling mengerti sifat masing-masing.” New menatap dalam mata sang ibu.

“Ibu ngerti, pasti banyak hal yang kamu laluin akhir-akhir ini. Tapi cerai itu sama kayak menikah nak, bukan hal yang dapat di putuskan begitu saja.” Ibu memberikan New pengertian.

New hanya bisa menunduk dan mulai menitikan air matanya dan Ibu pun dengan cepat meraih tubuh putranya agar masuk kedalam pelukannya dan mengelus punggung sang putra dengan lembut “berat ya nak? Maafkan Ibu ya?”

“Gak, ibu gak salah.” Jawab New sebari menggelengkan kepalanya.

“Yaudah, hari ini kamu nginep disini saja. Biar kamu menenangkan diri dulu. Tapi nanti tetap harus ngobrol ya nak sama Tawannya? Kalau sudah ngobrol namun masih gak menemukan jalan keluarnya nanti biar Ibu dan Mamah bantu menengahi ya? Kalau masih gak bisa juga, nanti kita cari jalan keluarnya sama-sama ya nak?” Ibu mencoba menenangkan.

New kembali mengeratkan pelukannya “maafin New bu..” Lirihnya kembali.

@pandaloura

Siang itu setelah New mempersiapkan segalanya ia pun segera memesan taxi online untuk mengantarkan dirinya ke kantor milik suaminya.

“Iya tunggu di lobby ya pak.” Ucapnya sebari mengetik pesan pada sopir taxinya. Setelah selesai, ia pun sekali lagi mengecek penampilannya hari ini “oke aman lah ya..” Kemudian mengambil sebuah goodie bag besar yang berisikan makanan yang sudah ia siapkan sedari pagi tadi dan bergegas ke lobby.

Setelah kurang lebih lima belas menit mengendarai taxi tersebut, New pun akhirnya sampai di studio milik Tay.

“Halo, siang. Mau ke Tawan.” Ucapnya begitu sampai di meja resepsionis.

“Oh, Mas New ya? Ayok-ayok aku antar ke ruangan meetingnya, tadi Bang Tay udah info sih disuruh ke lantai tiga aja katanya. Ucap resepsionis perempuan yang kini tengah mengantarkan New menuju lantai tiga tersebut.

“Makasih ya mbak.” Ucap New begitu sesampainya di ruangan tersebut. Wanita tersebut mengangguk lalu berpamitan kepada New “nanti aku info Bang Tay ya.. Ditunggu disini aja ya Kak.” New membalasnya dengan senyuman dan juga anggukan.

New pun menunggu diruangan tersebut sebari mulai mengeluarkan beberapa makanan yang telah ia persiapkan. Saat dirinya tengah sibuk dengan kegiatannya, ia mendengar pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan dua orang lelaki yang langsung tersenyum begitu melihat New “hai Kak New! Udah sampe? Sini sini gue bantuin.” Ucap lelaki pertama.

“Mending lo ambil piring gaksih? Sana gih.” Ucap lelaki kedua sebari sedikit mengusir.

New sedikit terkekeh “hai Bang Thanat, hai Guns.”

“Haiii..” Keduanya secara kompak membalas sapaan New.

“Udah lama New?” Tanya Thanat terlebih dahulu. New menggelengkan kepalanya “baru kok Bang.”

“Yaampun Kak New, ini banyak banget makanannya. Berat gak tadi bawanya? Sini sini Guns bantuin.” Gunsmile mencoba membantu New.

“Euh buaya mulai beraksi.” Terdengar suara Mild yang baru memasuki ruangan tersebut bersama Jan dan juga Toptap.

“Awas New buaya lagi beraksi.” Komentar Toptap sebari terkekeh.

New menoleh lalu memberikan senyuman hangat “hai semua.”

“Hai New, apakabar?” Mild mencoba mendekati New dan mengecup pipi New secara bergantian di ikuti oleh Jan dan juga Toptap.

“Baik kok, kalian gimana? Sehat-sehat sih ya keliatannya.” Jawab New tersenyum.

Semuanya mengangguk dan membalas senyuman New.

“Wih banyak banget New masaknya, jadi enak.” Toptap kini membantu New mengeluarkan beberapa makanan dari goodie bag yang New bawa.

“Tapi cuman kimbab sama karage aja ya? Gapapa lah ya..” Jawab New.

“Eh ni ni piring biar rapih.” Ucap Gunsmile memberikan beberapa piring yang langsung di ambil oleh Jan dan juga Mild.

Tak lama kemudian Bright dan juga Mbak Jennie ikut hadir dan membuat ruangan tersebut semakin riuh ramai.

Suasana di ruangan tersebut kini semakin ramai. Terutama dari Bright, Thanat dan juga Guns yang sedari tadi tak lelah menggoda New yang hanya bisa tersenyum menanggapi godaan dari ketiga lelaki tersebut.

“Nah, pawangnya dateng noh.. Tay nih, suami manisnya dari tadi di godain sama trio buaya nih.” Ucap Mild saat melihat Tay, Singto dan juga Harit datang ke ruangan tersebut.

“Bubar, bubar! Yang punya nya dateng nih.” Ujar Gunsmile sebari mulai menjaga jarak dengan New.

Tay pun berjalan mendekati New dan langsung mengelus pucuk kepalanya “daritadi?” New menoleh sebari memberikan tatapan kebingungan “lumayan.”

“Aw.. Aw, ada yang patah tapi bukan ranting.. Jyakhhhh..” Goda Toptap sebari melirik Thanat,Gunsmile dan juga Bright yang membuat seluruh ruangan tersebut terkekeh.

“Yauda.. Makan ajayuk? Eh apa karagenya mau di microwave dulu gak? Ada kan disini?” Tanya New.

“Ada kok, sini biar Bang Thanat yang angetin.” Tawar Thanat sebari mengambil mangkuk besar berisi karage yanh ada di tangan New.

New menggeleng “gapapa aku aja Bang Thanat.”

“Yauda sama Abang dianterin berarti ya?” New pun sedikit melirik Tay meminta persetujuan.

“Dah sama gue aja Nat, New biar beresin yang lainnya.” Ajak Toptap sebari menarik tubuh Thanat yang tengah memegang chicken karage di tangannya.

“Nah sini Kak New biar Bright bantuin beresin ini nya.” Ajak Bright kepada New untuk menyelesaikan sisa makanannya.

Setelah semua selesai di tata, dan makanan sudah di hangatkan. Semuanya pun tak lupa berdoa bersama dan tak lupa mengucap banyak-banyak terimaksih kepada New.

“Sumpah enak banget, udah yang masaknya cakep. Masakannya juga cakep, ah udah TOP banget deh” Ucap Gunsmile sebari mengacungkan kedua jempol tangganya.

Toptap menimpali dengan anggukan “tapi beneran enak banget, gak peress deh gue.”

New terseyum “makasih ya, sorry cuman bisa masakin ginian aja. Next kalau level keahlian masak gue meningkat gue masakin yang lebih beragam ya?”

“Euh boleh banget, tiap hari dimasakin juga gak nolak kok. Beneran deh.” Bright ikut berkomentar.

Mild menyengg tangan Bright “yang punya nya dah manyun aja tuh dari tadi suaminya di godain.”

“Yaelahhh kan becanda doang. Lagian kan Bang Tay mah udah milikin seutuhnya, kita mah cuman becanda aja ya?” Bela Bright.

“Iya santay aja, Tay emang suka gitu kok raut mukanya. Emang pada dasarnya mukanya suka di lipet aja.” New mencoba mencairkan suasana. “Dah dah, makan lagi.. Buahnya mesti abis ya.”

“Iya anjir, orang gue gapapa. Makan lagi makan. Coba sayang suapin aku..” Ucap Tay yang langsung membuat New tersenyum sebari terkejut “hah? Suapin?”

“Kamu suka malu-malu gitu deh, biasanya dirumah juga selalu suapin aku?” Tay menggoda. New hanya bisa tersenyum terpaksa sebari mengambil sepotong kimbab dan memasukkanya ke mulut sang suami “yang lahap ya makannya” Ucapnya sebari sedikit mendorong kimbabnya kedalam mulut Tay.

Tay sedikit tersentak dengan perlakuan New dan langsung membalas menyuapi New “kamu juga dong, sini aku suapin.” Tay kemudian ikut mendorong kimbab ke dalam mulut New.

“Wahhhhhh, tolong dong kalau mau so sweet jangan didepan yang jomblo begini.” Keluh Gunsmile sedih.

“Ya namanya juga pengantin baru say.” Jan ikut berkomentar.

“Iya gausah bermesraan dong, gak kasian sama yang jomblo.” Toptap ikut mengeluh.

“Mesraa apaaaaaan, ni lagian cogil aneh-aneh aja!” New komplain dengan perlakuan Tay yang tiba-tiba menjadi sok baik kepada dirinya.

“Cogil?” Tanya Thanat tak yakin.

“Bukan bukan, cayang itu maksudnya.. Dah dah lanjut makan lagi. Eh eh, mau kopi gak?Gue pesen nih.” Tay mencoba mengalihkan.

“Mau!!!” Ucap yang lain serentak.

Lalu makan siang tersebut kembali berjalan sesuai dengan rencana.

@pandaloura

“Sini bangun, makan dulu.. Abis itu minum obat.” Perintah Tay yang baru saja memasuki kamar New dengan membawa nampan yang berisi semangkuk bubur, segelas air dan beberapa tablet obat.

Tay kemudian menyimpan nampan tersebut ke nakas disamping ranjang New lalu kembali membangunkan New dengan lembut “New, ayok bentar.. Makan dulu.” New pun dengan perlahan membuka matanya lalu menatap sendu Tay.

“Eh kok nangis?” Tanya Tay yang sedikit panik. “Sakit banget? Apanya yang sakit?” Tanyanya kembali, New menggeleng lemah namun malah memilih kembali larut dalam tangisnya.

Tay semakin panik lalu dengan otomatis meraih tubuh New masuk ke dalam pelukannya “tenang, tenang.. Makan dulu ya? Biar cepet sembuh, abis itu minum obat. Udahh cup cup jangan nangis.” Ucap Tay sebari mengelus lembut belakang kepala New.

New yang berada di pelukan Tay hanya bisa mengangguk lalu mengeratkan pelukannya.

Setelah kurang lebih lima menit keduanya saling mendekap, New pun perlahan melepas pelukannya. Dan Tay pun dengan sigap mengambil mangkuk bubur di nakas dan mulai menyuapi New dengan perlahan.

“Nah pinter makan dulu, abis itu makan obat, terus istirahat lagi ya?” Ucap Tay lembut.

New mengangguk lemah lalu berucap “Tee, jangan kemana-mana.”

“Iya, Tee disini.. Gak akan kemana-mana.” Jawab Tay sebari tersenyum hangat.

@pandaloura