pandaloura

“Ini aku beneran gapapa gak izin langsung ke anak-anak?” Tanya New yang kini sudah bersiap pergi. Tay yang berdiri di depannya mengangguk lalu tersenyum “iya, nanti via chat aja.. Lagian sarapan nanti sama aku kok mereka.”

New menarik nafasnya berat “tapi pengen cium dulu satu-satu sebelum pergi ya Mas? Janji gak akan nangis.” Pinta New kepada Tay.

“Yaudah iya.” Jawabnya Tay. “Yaudah yuk, kekamar anak-anak dulu?” Tanya Tay yang langsung di balas anggukan oleh New.

Kini keduanya pun mulai menaiki anak tangga menuju lantai dua dimana kamar anak-anak mereka berada. Kamar pertama yang mereka kunjungi ia lah kamar si sulun Pluem, New dan Tay begitu pelan sehingga tak mengeluarkan suara saat membuka pintu kamar tersebut.

New langsung bergegas menghampiri sang sulung lalu mengecup dahinya dengan lembut “Papah jalan dulu ya Bang, titip adek-adeknya ya.. I love you sayang.” Sebelum sang suami manis menitikkan air matanya Tay dengan cepat menarik lengan New dengan lembut “udah, yuk..”

Setelah berpamitan dengan anak sulungnya keduanya pun kini beralih menuju kamar Frank. Begitu sesampainya di kamar milik Frank, New langsung bergegas mendekat “Kakak, jangan berantem terus ya sama Adeknya.. Papah jalan ya nak, i love you..” Lirihnya kembali tak lupa mengecup dahi Frank dengan lembut.

Terakhir, Tay dan New menuju kamar sang bungsu dan New kembali langsung mendekati anak bungsunya. Namun kali ini ia sudah tak kuasa menahan air matanya “sayang, nurut sama Ayah sama Abang sama Kakak ya.. Nanti ketemu lagi ya nak? Papah jalan dulu, i love you” setelah mengecup dahi sang bungsu New pun bergegas bangun lalu terlebih dahulu keluar dari kamar Nanon karena ia takut isak tangisnya terdengar dan membangunkan anak bungsunya.

Tay pun segera menyusul New lalu mencoba menenangkan sang suami dengan lembut “udah-udah, kan sebentar doang jalannya.”

“Aku gak tega deh Mas, apa gausah jadi ajaya? Nanti perginya sama kalian aja?” Ucap New sebari mencoba menahan tangisnya agar tak pecah.

Tay menggelengkan kepalanya “tuh kan, langsung gamau pergi kan. Udah-udah, kamu pokoknya tenang aja. Anak-anak ada aku sayang, aku juga kurang waktu sama mereka, kamu juga kurang me time sama diri kamu sendiri.. Udah jangan mikirin aneh-aneh, kamu liburan.. Refresh diri kamu, nanti ketemu lagi dah sama-sama enak semuanya. Oke?”

New pun terdiam pasrah lalu mulai menatap sang suami “titip anak-anak ya Mas?” Tay mengangguk “iya sayang.”

“Makan nya jangan sembarangan ya Mas? Bi Ida masak terus kok, anak-anak jangan sampe begadang kalau main PS, terus vitamin kalian jangan lupa di makan ya? Hmm junk food cuman sekali aja ya Mas? Apalagi ya?” Sebelum New melanjutkan ucapannya Tay langsung memeluk tubuh New dengan erat “siap sayang, udahh.. Sekarang kita pergi ya, yukkk.”

Sebelum keduanya berjalan New melepas pelukan antara keduanya lalu menatap mata suaminya dengan dalam “selama gak ada aku jangan nakal ya Bapak Vihokratana..”

Tay terkekeh lalu mengecup pelan bibir New “gak akan sayang.” “Mata-mata kamu ada tiga, gak berani macem-macem aku.”

“Sekali lagi makasih Mas.” Ucap New tulus.

Tay kembali mengangguk lalu mengecup pucuk kepala New “udah jangan makasih terus, udah tanggung jawab aku bikin kamu bahagia. Pokoknya disana, lakuin apapun yang kamu mau tapi tetap tau batasan ya? Belanja dan makan apapun yang kamu mau kalau yang ini gak aku batasin, beli aja semua. Oke?”

“Iya Mas, i love you.” Ucap New kemudian menautkan bibirnya dengan bibir suaminya dengan perlahan namun dalam.

Tay yang takut terbawa suasana langsung melepas ciuman tersebut “udah, nanti aku yang gamau kamu pergi. Ayok jalan..”

Lalu keduanya pun mulai berjalan meninggalkan kediamannya untuk pergi ke Bandara.

@pandaloura

Siang itu New memilih membaringkan tubuhnya di kasur miliknya. Moodnya beberapa hari ini begitu kacau, ia selalu merasa lelah dan emosinya meluap-luap terutama kepada anak-anak dan juga suaminya. Kesalahan sekecil apapun bisa membuat New begitu marah dan meluap-luap, ia sadar dirinya sedang tak baik-baik saja.

“Maafin Papah ya Bang,Kak,Dek..” “Maafin aku juga Mas..” Lirihnya sedih.

Pintu kamar tersebut kini terbuka menampilkan Tay yang baru saja pulang dari kantornya, ia langsung menghampiri New yang terbaring memeluk gulingnya.

“Sayang..” Ucap Tay lembut.

“Hmm..” New membalikkan tubuhnya menatap sang suami. “Kamu gak ada kerjaan? Gapapa pulang?”

Tay menggeleng lalu semakin mendekatkan tubuhnya, lalu meraih tubuh New agar masuk ke pelukannya “anak buahku banyak, masalah kerjaan gampang. Sini Mas peluk..”

“Aku lagi nyebelin banget ya Mas?” Tanya New yang kini sudah masuk ke pelukan sang suami.

Tay langsung menggeleng lalu mengecup lembut pucuk kepala suami manisnya “gak sayang. Kamu lagi capek ini, gapapa.. Maafin Mas juga bikin kesel terus.”

New terdiam namun kini air matanya tak kuasa turun membasahi pipinya.

“Eh kok nangis sayang?” Tay mencoba menghapus air mata sang suami.

New menggeleng “aku sedih, marah-marah terus sama anak-anak.. Sama kamu, maafin aku..”

“Gapapa sayang.. Aku ngerti.” Tay kembali memeluk tubuh New. “Kamu lagi capek, lagi jenuh sama kegiatan yang gini-gini aja, jadi moodnya jelek. Kamu butuh refresh semuanya.. Istirahat sebentar dari semua kegiatan kamu.”

Tay kemudian mengangkat wajah suami manisnya lalu mengecup pelan bibir ranum milik New “kamu liburan ya? Istirahat, lakuin apapun yang kamu suka. Aku udah izin sama Off sama Singto biar Gun sama Krist nemenin kamu, kamu mau kemana? Jepang atau Europe? Atau kamu mau kemana sayang?”

“Tapi anak-anak gimana? Kamu gimana?”

Tay tersenyum hangat “ada aku, udah.. Udah saatnya kamu fikirin kesenengan kamu dulu, anak-anak ada aku.” “Kamu kalau liburan sama kita juga capek ngurusin kita, bukannya beneran liburan. Pokoknya lakuin apapun yang kamu suka ya? Nanti kalau udah refresh diri kamu baru mikirin anak-anak sama aku lagi. Oke?”

New kembali menitikkan air matanya “maaf ya Mas.. Padahal aku gak banyak kerjanya tapi malah gini.”

“Gak sayang, kamu jauh lebih capek di banding aku. Aku selesai kantor bisa istirahat, coba kamu.. Dari pagi udah ngurusin sarapan kita, belum siang ngurusin rumah sama siapin makan buat malem belum kalau anak-anak ada yang minta tolong.” Jawab Tay, kemudian ia mengelus lembut kembali wajah New.

“Udah sekarang gausah mikir aneh-aneh, fikirin aja mau liburan kemana? Dua minggu cukup?” Tanya Tay kembali.

New tersenyum hangat, hatinya benar-benar bersyukur memiliki teman hidup seperti Tay “makasih Mas..”

“Sama-sama sayang..” Tay kembali mengecup pucuk kepala New.

“Jadi mau kemana duniaku?” Tanya Tay lembut.

“Thailand? Biar deket aja, aku pengen kulineran disana.” Jawab New mantap.

Tay mengangguk “boleh, biar aku urusin semuanya. Kamu packing oke? Gausah bawa banyak baju, belanja disana aja ya? Aku atur biar besok bisa jalan.”

“Makasih Mas..” “I Love You..” Ucap New sebari kembali mendekap Tay.

Tay mengangguk sebari mengeratkan dekapan keduanya “sama-sama, apapun buat kamu sayang. And i love you more,Hin..”*

@pandaloura

New kembali menoleh jam di layar i-Padnya “oke jam setengah satu, masih belum pulang.” Monolognya.

Malam ini ia memilih menunggu sang ‘suami’ pulang dan menanyakan alasan di balik kesibukannya yang bahkan untuk membalas chat pun tak bisa.

Ia sempat terkantuk-kantuk namun suara pintu terbuka membuat ia langsung tersadar “Tee?”

Tay yang baru saja membuka pintu tersebut sedikit tertegun melihat New yang duduk menunggunya. “Kenapa belum tidur?” Tanyanya.

“Lu sibuk banget ya? Gue chat lu dari kemaren gak ada yang lu bales!” Ucap New sebari bangun dari duduknya lalu berjalan mendekati Tay yang kini tengah berjalan menuju dapur untuk meminum segelas air putih.

“Ya.” Jawab Tay singkat.

Tak puas dengan jawaban Tay, New kembali mendekat “lu kenapa sih? Gue ada salah ya? Lu marah? Muka lu gak ngenakin banget.”

“Ga.” Jawab Tay masih singkat, lalu memilih berjalan menuju kamarnya namun New dengan cepat menarik lengan Tay meminta penjelasan.

“Fix lu marah.” “Gue ada salah apa sih? Lu jangan diem gini, gue gak akan tau kalau ada hal dari gue yang bikin gue marah.” New kembali meminta jawaban.

Tay kembali menolak memberi jawaban lalu kembali membalikkab tubuhnya “gak ada.”

“Tetawan!” New sedikit berteriak sebari kembali menarik lengan Tay. “Jangan kayak anak kecil dong, lu kenapa?! Gue bikin lu marah karena apa? Gue gak punya kekuatan buat tau!”

Tay kemudian menarik lengannya “gue bilang gapapa, emang lu gak ngerti bahasa gue? Gue dari tadi bilang gapapa.” Jawab Tay tak kalah keras.

“Heh! Gue tuh bukan orang bego ya! Kalau lu gak marah, gak mungkin lu menghindari gue gini! Lu bilang! Gue salah apa?” New masih mencari jawaban.

Tay memilih berdiam dan menghiraukan pertanyaan dari New.

“Sumpah ya! Apasih susahnya jawab?! Atau minimal lu bilang, kalau lu gamau sarapan atau makan makanan gue! Jadi gue gak perlu repot-repot nyiapin!” New mulai marah.

Tay tersenyum sarkas “yauda, gausah lu siapin! Kalau lu ngerasa repot gausah! Gausah lu siapin apapun! Sibukin diri lu aja sama urusan lu! Habisin aja waktu lu sama Off, itukan yang lu suka? Lu gak pernah ngerasa repot kan kalau buat Off?!”

“Lah kok jadi Off? Kenapa jadi ke Off? Gue gak ngerti.” Jawab New kebingungan.

Tay memilih berjalan meninggalkan New berjalan ke kamarnya namun New sekali lagi menarik lengannya.

“Jangan kayak anak kecil! Jelasin! Kenapa Off? Kenapa tiba-tiba bawa Off disini?” New berucap.

Tay sekali lagi melepaskan lengannya dari lengan New “apa yang harus gue jelasin? Gak ada, gue cuman ngomongin fakta. Lu tadi bilang kan, kalau nyiapin kebutuhan gue bikin lu repot? Jadi yaudah gausah lu kerjain! Cuman gue bingung aja, lu nyiapin kopi aja sampe bilang repot, tapi lu bikin kue buat Off biasa aja tuh.”

“Yauda lu lakuin aja apa yang bikin lu gak repot? Oke?” Ucap Tay kembali.

New menarik nafasnya dalam-dalam “jadi intinya lu marah karena gue bikin kue buat Off?”

“Gue gak ada bikin statement kaya gitu!” Jawab Tay tegas. “Udah lah New, gue capek pengen istirahat.”

“Lu juga mending istirahat, biar nanti kalau lu belajar nyetir lagi sama dia tenaga lu banyak.” Lalu Tay masuk ke kamarnya sebari membanting pintu kamarnya dengan keras.

New menggelengkan kepalanya “jadi lu nyuekin gue gara-gara gue bikinin kue sama belajar nyetir sama Off? Lu cemburu?” Monolognya kembali.

Lalu memilih membalikan tubuhnya lalu masuk ke kamar miliknya.

@pandaloura*

Setelah selesai menghabiskan waktu dengan adik iparnya, New pun sampai di apartment tempatnya tinggal. Begitu membuka pintu apartmentnya New di suguhkan dengan pemandangan Tay yang langsung menoleh ke arahnya sebari tersenyum “lo jalan sama Frank ya?” Tanyanya.

“Iya.” Jawab New singkat sebari berjalan memasuki unit apartment tersebut.

“Puding sama udangnya gue simpen di kulkas ya..” Ucap Tay kepada New yang memilih untuk langsung berjalan menuju kamarnya.

Tay sedikit tertegun melihat ekspresi yang di tunjukkan oleh pasangannya tersebut “masih ngambek kah?” Tanya Tay pada dirinya sendiri.

Sedangkan New yang kini sudah berada dikamarnya memilih untuk langsung membersihkan tubuhnya, sepertinya kepalanya perlu butuh di segarkan.

Beberapa jam berlalu keduanya masih memilih berdiam diri dikamarnya masing-masing.

Sampai suatu ketika, New menoleh menatap pintu kamarnya yang di ketuk.

“Ya?” Tanya New begitu membuka pintu tersebut.

Tay tersenyum lebar lalu mengangkat sebuah goodie bag bermerk eskrim tepat di hadapan wajah New “ice cream time! Ayoook.” Ajak Tay kembali.

New pun mengangguk lalu mengikuti Tay berjalan menuju ruang tv.

“Nih buat lo, rasa kesukaan lo.” Tay memberikan sebuah ice cream kepada New, New menerima hal tersebut “makasih.”

Tay mengangguk sebari mulai memakan ice cream miliknya “sama-sama.”

Dalam beberapa menit keduanya tenggelam dalam fikirannya masing-masing sampai.

“Tay.”

“New.”

Keduanya terkekeh.

“Lo dulu deh.” Ucap New mempersilahkan Tay berbicara terlebih dahulu.

Tay kemudian menarik nafasnya “hmm sorry.. Gue gak ada maksud buat ngelarang lo pake dapur, lo bisa pake bebas kok. Ini bukan karena gue pengen di bikinin kopi atau di masakin lo kok. Kalo lo ngerasa dua hal itu memberatkan lo gausah lo kerjain, gapapa.”

“Bener nih gausah bikin kopi lagi?” New bertanya dengan nada jenaka.

“Ya kalo lo ngerasa gasuka atau berat gausah, tapi kalo masih mau ya gue gak akan nolak sih.” Tay terkekeh.

New kemudian mengangguk “iya.”

“Tadi gue kerumah Ibu” Ucap Tay pelan. “Gue jadi ngerti, kenapa lo bisa sayang banget sama Ibu.” Ucapnya lagi.

New kemudian menoleh menatap Tay yang kini tengah menatap lurus pandangannya.

“Tay..”

“Hmm?”

“Lo pernah kefikiran gak kalau waktu kita udah abis, keluarga kita bakal kecewa banget gak ya?” Tanya New lirih.

Tay kemudian menoleh menatap New yang menunjukkan wajah sendu “gue baru kefikiran.”

“Tay..”

“Ya?” Kini keduanya saling menatap.

New menarik nafasnya dalam-dalam.

“Sebut gue gila, tapi.. Kalau kontrak nikah kita perpanjang jadi dua tahun gimana?” Tay tak dapat menyembunyikan wajah terkejutnya “New?”

“Lo gak perlu jawab sekarang kok.” Belum New selesai menyelesaikan kalimatnya Tay langsung menyela “ayok, kita lakuin sampe dua tahun.”

New tersenyum lalu mengajak Tay berjabat tangan “dua tahun?” Tay membalas jabat tangan tersebut lalu ikut membalas tersenyum “ya, dua tahun.”

Katanya seorang profesor pintar pun bisa jadi bodoh saat mengenal cinta

Siang itu Jenna Techaphaikhun duduk dengan perasaan campur aduk di teras rumahnya, ia menunggu sang menantu datang untuk makan siang dengan dirinya. Tak berselang lama, senyum Jenna merekah saat melihat sosok lelaki tampan berkulit tan yang memasuki gerbang rumah sederhana miliknya.

“Nak, panas ya?” Ucap Ibu kepada Tay yang langsung mengecup punggung tangan sang Ibu mertua “gak kok Bu, udah gak terlalu panas. Ibu kenapa nunggu diluar? Ayok masuk.” Tay mengajak Ibu masuk ke dalam rumahnya.

Keduanya pun berjalan beriringan memasuki rumah sederhana tersebut.

“Eh Bu, ini Tay bawa buah sama cemilan sehat yang kandungan gulanya gak banyak.” Ujar Tay sebari memberikan satu kantung besar berisi beberapa jenis buah dan cemilan. “Tay simpan di dapur ya Bu..”

Ibu mengangguk sebari tersenyum hangat “makasih yaa Nak, semoga rejekinya di ganti lebih ya..”

“Sama-sama Bu.. Aamiin..”Jawab Tay. “Maaf ya Bu Tay jadi dateng hampir mau sore begini.. Tadi tiba-tiba ada kerjaan yang gak bisa di tinggal.” Ucap Tay menyesal.

Ibu langsung menggelengkan kepalanya cepat “gapapa, yaudah, langsung makan aja yah.. Pasti udah laper banget kan?” Tanya Ibu kepada Tay.

Tay mengangguk lalu wajahnya menunjukkan mimik sedikit kebingungan “hmm bu.. New gak kesini?”

“Loh engga, Ibu sengaja gak nyuruh New kesini.. Soalnya kalau dia kesini nanti udangnya malah abis sama dia heheh.” Jawab Ibu sebari terkekeh.

Ibu pun langsung mengajak Tay berjalan menuju meja makan dan mulai menyiapkan makan siang untuk menantunya tersebut.

“Udah gausah difikirin, Ibu kan masak khusus buat Tay.. Ibu gak bisa ngasih barang mahal buat Tay seperti yang di berikan Nenek dan Mamah sama New tapi Ibu cuman bisa masakin makanan kesukaan Tay saja, semoga udang asam manisnya Tay suka ya?” Ucap Ibu sebari memberikan sepiring nasi berisi udang asam manis dan sayur capcay yang dibuat olehnya.

Tay menerima piring tersebut dengan senyuman hangat “makasih ya Bu, ini udah lebih dari cukup banget. Tay makan ya bu?”

“Makan Nak, habiskan semua ya.. Makan yang lahap.” Ucap Ibu kembali sebari menatap hangat sang menantu yang sudah memulai makan siangnya.

“Ibu juga makan Bu..” Tay berucap sebelum memasukan sendok berisi makanan kedalam mulutnya.

Ibu mengangguk sebari terus tersenyum “iya Nak, Ibu masih kenyang banget karena tadi masak. Pokoknya kamu tenang aja, makan semua. Ibu udah misahin kok.”

“Bu.. Enak banget.. Berasa makan di restoran seafood langganan Tay, malah ini jauh lebih enak.” Ujar Tay sebari mengangkat kedua ibu jarinya, melihat hal tersebut senyuman Ibu terlihat jauh lebih merekah dan hatinya sepertinya ikut menghangat.

“Wah syukurlah kalau seenak itu, di habiskan ya Nak..” Ibu memandang hangat sang menantu yang kini tengah melahap makanan yang disediakan.

Setelah menemani sang menantu makan siang, kini Ibu menuju dapur dan kembali sebari membawa sepiring puding lengkap dengan flanya.

“Abis makan udang, makan yang manis-manis ya Nak..” Tay menoleh lalu mengangguk “makasih Bu, Tay jadi ngerepotin banget.”

Ibu langsung menggelengkan kepalanya “gak dong, Ibu seneng banget malah kamu mau makan disini.”

“Tay makan ya bu..” Tay kembali membuka mulutnya untuk menyantap puding yang diberikan.

“Makan Nak, ini kesukaan New sekali.. Pasti kalau tau cuman kamu yang di kasih dia pasti marah-marah.” Kekeh Ibu mengingat anak semata wayangnya sangat menyukai makanan-makanan manis.

Tay mengangguk tanda setuju “asli Bu, past marah-marah. Tapi dia tuh emang emosinya jelek banget! Masa empat hari ini dia gamau bikinin kopi, gamau masak, dan gamau nyentuh dapur cuman gara-gara aku salah ngomong dikit.”

“New gak masakin kamu selama ini? Terus kamu makan gimana nak? Aduh, ampun deh.. Biar Ibu bilangin nanti ya..” Ibu menunjukkan wajah khawatir.

Tay kembali mengangguk “ya Bu bilangin aja Bu, dia kalau sama Tay sumbunya pendek banget. Marah-marah mulu, sedih deh..” Ekspresi Tay berubah menjadi sedikit sedih.

“Yauda, biar Ibu nanti tegur..” “Nak Tawan makan lagi pudingnya, nanti udangnya di bawa pulang ya.. Nanti tinggal di hangatkan.” Ucap Ibu sebari kembali menyodorkan piring berisi puding ke hadapan Tay.

Tay mengangguk sebari tersenyum puas saat tau Ibu berada di pihaknya ”rasain lu Cha, gue aduin..”

@pandaloura

Begitu New membuka pintu apartment milik suaminya, New langsung di suguhi dengan pemandangan sang suami yang tengah fokus menatap ponselnya. New mencoba seolah tak melihat Tay, ia kemudian lebih memilih menyimpan satu kotak besar vitamin untuk dirinya dan juga Tay di meja makan lalu berniat berjalan menuju kamarnya.

“Dari mana lu?” Tanya Tay. New seolah tak mendengar pertanyaan tersebut lebih memilih tetap berjalan menuju kamarnya, namun Tay tak tinggal diam ia pun mencoba menarik lengan New yang kini tengah penuh oleh kantung belanjaan “mulut lu masih berfungsi kan? Bisa jawab gak kalau ada yang nanya?”

New yang tertahan langsung menoleh tajam Tay “apaansih? Lepasin gak?”

“Gak, gakmau. Lu jawab dulu.” Tay masih tak mau melepas genggamannya.

New mencoba menarik nafasnya dalam “gue habis pergi sama Nenek,Ibu dan Mamah. Udah, bisa di lepasin?”

“Kemana? Kok lu gak bilang gue?” Tay masih kekeuh tak mau melepas tangannya.

“Kerumah sakit terus belanja, kalau mau tau detailnya tanya Mamah aja. Sekarang lepasin.” Ucap New tegas.

Tay pun melepas tangannya lalu mengikuti New berjalan “lu ngapain ke rumah sakit? Nenek sakit? Atau Ibu?”

“Gue nganterin Nenek berobat terus di paksa sekalian check up.” Jawab New sebari membereskan barang bawaannya di kamar miliknya.

Tay kini ikut masuk ke kamar milik New “lo check up apa? Lo sakit? Kok gak bilang sama gue?”

Check up kandungan, hahhhhh gue gak sangka bakal di jebak gini! Tau di ajak ke dokter kandungan gue bakal bilang ada acara atau apa kek!” New mendumal.

“Kandungan lo kenapa? Ada yang sakit?” Tay bertanya sebari menunjukkan wajah khawatir.

New memegang pelipisnya yang berkerut “lo tuh yaaaaa, gue di bawa kesana karena nyokap kita dan Nenek berharap gue udah ngandung anak lo! Lo liat kotak di atas meja makan? Itu vitamin yang mesti kita minum setiap harinya biar urusan 'ranjang' kita aman dan kita cepet-cepet ngehasilin anak.”

“Gimana mau ngehasilin anak, pernikahan kita aja udah tinggal dua bulan dua minggu!” lirih New pelan.

Tay hanya bisa berdiri diam di tempatnya “tinggal dua bulan dua minggu ya?” Tanyanya pada dirinya sendiri.

“Kalo lo mau bengong, mending keluar dari kamar gue! Gue pengen istirahat! Capek!” Ucap New ketus sebari mendorong tubuh Tay keluar dari kamarnya.

Tay masih termenung diam “sebentar lagi ya?”

@pandaloura

Hari itu New yang sudah di jemput oleh sang mertua, sudah pergi meninggalkan apartmentnya sejak pagi.

Ia, Mamah mertua dan juga Ibunya ikut mengantar Nenek berobat jalan di sebuah Rumah Sakit swasta di kawasan Jakarta Selatan. Setelah selesai dengan urusan Neneknya, keempatnya memilih makan siang di cafe yang tersedia di Rumah Sakit mewah tersebut.

“Abis makan siang kita ke lantai delapan ya.” Ucap Nenek dengan tenang. Ibu dan Mamah hanya mengangguk tanda mengerti, namun berbeda dengan New yang langsung melontarkan pertanyaan kepada sang Nenek “Nenek masih ada yang harus di periksa lagi?”

Nenek menggelengkan kepalanya lalu menatap lurus tepat di kedua mata New “kamu, kamu yang bakal di periksa.”

“New gak sakit New.” Jawab New sedikit bingung.

Nenek kembali menatap suami cucunya tersebut “check up kandungan. Sudah mau tiga bulan kamu menikah, tapi belum ada tanda-tanda. Nenek dengan Ibu dan Mamahmu bukannya mau memberi tekanan cuman sekalian saja kita check up sekalian minta vitamin atau apapun yang dapat membantu kamu dengan Tay agar segera bisa punya keturunan cepat.”

“Tapi Nek..” Sanggah New. “Gimana mau punya keturunan di buahi aja gak pernah.” Ucap New dalam hati.

Nenek langsung menggelengkan kepalanya “gak ada tapi-tapi, udah kamu diem aja. Nenek gak maksa kamu harus besok punya anak kok, ini kita sama-sama periksa saja.”

Ibu yang sadar dengan repson New hanya bisa mengelus punggung tangan sang anak “iya bener kata Nenek, ini kita periksa biasa aja kok. Kan kalau ada apa-apa kita bisa cari jalan keluarnya sama-sama.”

“Tapi Bu..” New mencoba kembali berkomentar.

“Sudah-sudah, karena sudah pada selesai makan kita langsung saja ke lantai delapan.” Nenek terlebih dahulu bangkit dari duduknya. Ibu, Mamah dan New pun hanya bisa mengikuti titahnya.

— Ruang Obgyn

“Oke sudah saya cek semua, tapi sebenarnya semuanya sudah oke kok. Gak ada yang salah, sehat semua tapi mungkin memang masih belum rejekinya kali ya? Uyut sama Neneknya di harap sabar aja.” Ucap seorang dokter lelaki yang baru saja selesai memeriksa New.

“Tapi semuanya aman kan ya dok? Apa karena intensitasnya kurang?” Mamah yang pertama berkomentar.

Dokter tersebut hanya bisa tersenyum “aman kok bu, di tunggu aja. Jangan di kasih pressure menantunya nanti malah jadi stress tapi New sehat kok, semuanya normal tapi nanti saya coba resepkan vitamin ya?”

“Iya dok, tolong di resepkan saja untuk New dan juga Taynya, yang paling bagus ya dok tolong.” Nenek ikut berkomentar.

“Iya pasti kok.” Ucap sang dokter sebari menuliskan resepnya. “Baru tiga bulan kok, lagi anget-angetnya berduaan ya New?” Sang dokter menoleh menatap New.

New hanya bisa tersenyum canggung lalu kembali menunduk “hehe iya dok.” “Yang ada panas berdebat mulu dok.” “Mau minum vitamin paling mahal di dunia pun gak akan bisa ngasilin anak, orang di sentuh aja gak pernah.” Dumal New dalam hati.

“Nah ini minumnya sehari sekali aja habis makan siang, saya udah resepkan double jadi yang minumnya bukan hanya kamu ya New tapi suamimu juga ya?” Ujar sang dokter sebari memberikan seutas resep kepada New.

New mengangguk lalu mengambil kertas tersebut “oke baik dok, terimakasih.”

“Yaudah kalau gitu, kami pamit ya dok?” “Semoga nanti saat balik lagi, kita balik lagi untuk check up dedek bayinya ya?” Ucap Nenek sebari berdiri terlebih dahulu.

Sang dokter hanya bisa tertawa lemah “Aamiin buu..”

“Yasudah kami pamit ya dok..” Kini giliran Mamah Tay yang izin meninggalkan ruangan tersebut.

Setelah selesai bertemu dokter tersebut keempatnya pun naik mobil dan mulai meninggalkan Rumah Sakit tersebut.

“Pak ke arah Senayan City ya.” Ucap Nenek kepada sang sopir. “Baik Nyonya.” Jawab sang sopir dengan cepat.

Nenek langsung menoleh menatap sang cucu “nanti kamu belanja, Nenek perhatikan baju yang kamu pakai itu-itu saja.”

“Gausah Nek, baju New masih banyak kok.” Jawab New pelan.

“Ini bukan tawaran, ini perintah. Udah gausah bilang gausah-gausah, pokoknya nanti kita belanja. Arum dan Jenna nanti tolong bantu pilihkan.” Ucap Nenek tegas.

“Iya bu, terimakasih ya bu.” Ucap Ibu kepada Nenek.

“Gak masalah, New kan sekarang cucu saya juga. Saya harus treat dia dengan sesuai.” Jawab Nenek kembali.

New yang mendengar hal tersebut tanpa sadar mengembangkan senyumannya.

@pandaloura

“New?” “Lo gapapa?” Tanya Off melihat lelaki yang duduk di sebrangnya terlihat menunjukkan ekspresi kekesalan.

New yang sebelumnya tengah fokus menatap ponselnya pun kini mengalihkan pandangannya “eh, sorry-sorry gimana Kak?”

“Lo gapapa? Chat sama Tay?” Tanya Off kembali.

New kemudian menarik nafasnya dalam-dalam “haaahhhh, kalau bukan si cogil ya siapa lagi yang bisa bikin gue emosi gini Kak?”

“Kenapa Tay?”

“Ya dia ngechat gue, gara-gara gue posting muka lo.” Jawab New santai.

Mendengar hal tersebut Off langsung menunjukkan wajah panik dan sesegera mungkin mengecek ponsel miliknya “lo posting apaan lagian? Kok gak ada?”

“Udah gue hapus, gue tuh sebel banget! Dulu dia juga sering banget posting muka Namtan di Ignya! Konteksnya kan beda ya Phi, gue sama lo yaudah sebatas temen. Tapi kalau dia sama Namtan kan beda, emang ada perasaan. Ya gak apple to apple dong! Emang egois banget tuh cogil!” Ujar New dengan muka sebal.

Off tersenyum “mungkin Tay cemburu?”

New langsung menggelengkan kepalanya cepat “gak, gak mungkin banget! Dia tuh emang gasuka aja kalau gue berteman sama orang, maunya gue diem dirumah nurutin semua perintahnya! Cemburu?” New tersenyum sarkas.

“Gak mungkin! Orang kita cuman..” Sebelum New menyelesaikan ucapannya ia langsung tersadar dan langsung menutup mulutnya.

“Cuman?” Off bertanya.

New langsung kembali menggelengkan kepalanya “gak, gak. Lu gak akan ngerti.”

“Dari kemaren lu selalu bilang gue gak akan ngerti, tapi lu gak jelasin. Ya gimana gue mau ngerti?” Off kembali bersuara.

New mengusak wajahnya “aaah pokoknya ada deh, gue belum bisa cerita ke lo Phi.. Kalau udah saatnya gue pasti akan cerita, tapi sekarang please jangan tatap gue dengan tatapan kepo itu ya?”

“Oke, kalau lu siap cerita gue selalu siap ya.” Ucap Off sebari tersenyum.

“Gue udah tau semua New, tauu..” Ucap Off dalam hati.

Setelah makan malam tersebut selesai, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Tay memilih meninggalkan meja tersebut dan pergi menuju ruang kerjanya dan New membantu Bi Ida untuk membereskan meja makan tersebut.

“Ayah ngambek tuh.” Senggol Frank kepada Nanon yang kini keduanya berjalan bersamaan menuju lantai dua.

Nanon menoleh “ngambek ke Papah? Tapi Papa dari tadi senyam senyum aja kok.”

“Lu sih pake bilang tuh cowok ganteng, tinggi. Parahhhh.. Yaudah sana jadi anak dia aja lu, Ayah pasti sedih banget.. Parah-parah..” Frank berucap yang membuat Nanon menghentikan langkahnya.

Frank yang berjalan lebih dahulu ikut menghentikan langkahnya lalu menoleh menatap adiknya “napa lu?”

Bukannya menjawab pertanyaan sang Kakak, Nanon memilih berlari menyusul sang Ayah sebari berteriak “Ayaaaaaahhhhhhh… Ayah yang paling Adek sayangggggggg, no satu di hati Adekkkk… Gak ada yang lain cuman Ayah seorang.”

— Ruang Kerja Vihokratana

“Ayaaaaaaah……” Begitu sesampainya di ruangan kerja milik sang Ayah.

Tay yang tengah terduduk dikursinya menoleh menatap anak bungsunya yang langsung berlari memeluk tubuhnya.

“Loh kenapa dek?” Tay sedikit kebingungan.

Nanon mengeratkan pelukannya sebelum melepas pelukan tersebut lalu menatap mata Ayahnya dalam-dalam “Ayah-Ayah dengerin ya, tetangga kita emang ganteng dan gagah tapi Ayah jauh lebih segalanya. Ayah no satu di hati Adek kok, gak ada yang lain.. Cuman Ayah seorang.”

Tay terseyum lalu mengusak pucuk kepala anak bungsunya “ah tadi katanya tetangganya keren banget, Ayah udah gak jadi no satu nih.”

“Gak-gak, tetangga ganteng tapi lebih ganteng ayah segini tangan Nanon membentuk ‘🤏🏻’ beneran Ayah beneran.” Jawab Nanon meyakinkan.

Tay tersenyum hangat “iya percaya sayang.”

“Ayah jangan cemburu ya? Ayah tetep no satu kok.” Ucap Nanon meyakinkan kembali.

Tak berselang lama pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok lelaki manis yang telah menjadi pasangan hidup tuan Vihokratana “siapa nih yang cemburu?” Tanyanya begitu memasuki ruangan tersebut.

“Ayah cemburu gara-gara Adek bilang tetangga kita ganteng Pah, tapi sekarang udah gak cemburu soalnya Adek udah bilang Ayah pokoknya tetep no satu.” Nanon mencoba menjelaskan.

New mengangguk sebari mendekati keduanya “ooooh gitu, kirain ada yang cemburu sampe ngulang-ngulang terus kalau Papah suaminya.”

“Dek, kekamar gih.. Udah malem.” Tay menyanggah ucapan New dan menyuruh anak bungsunya untuk pergi ke kamar.

“Ishhhh, bilang aja pengen berduaan sama Papah.” Jawab Nanon sedikit kesal.

New langsung memeluk sang suami “iya dong, ini kan suami akuuuuu..”

“Ishhh dia Ayah aku.” Nanon tak mau kalah memeluk sang Ayah.

“Udah-udah nih samanya, udah Adek kekamar sekarang ya nak.. Udah malam, istirahat.” Ucap Tay kembali yang langsung di indahkan oleh sang anak.

“Yauda bye, good night. Adek kekamar.” Izin Nanon kemudian bergantian mencium pipi kedua orang tuanya sebelum keluar dari ruangan tersebut.

Kini diruangan tersebut hanya tersisa Tay dan juga New. New tersenyum lalu kembali mendekati sang suami “jadi suami aku tuh cemburunya sama anaknya ya? Bukan sama aku?”

“Apasih? Dah sana, seneng kan kamu di mintain tolong sama anak muda. Tau masih muda gak aku kasih izin.” Jawab Tay ketus.

New sedikit terkekeh “seneng dong.” Ucapannya tersebut langsung membuat Tay membelakkan matanya.

“Hahahahah serem banget bapak Vihokratana kalau udah melotot gitu, belum selesai nih..” Goda New kepada suaminya.

“Seneng sih bisa bantuin anak muda tapi ternyata lebih seneng liat paksu cemburu, gemes banget sampe berkali-kali bilang ‘suami saya’ ‘papah dari anak-anak saya’ hahahahhaah.” New kembali menggoda sang suami.

Tay hanya diam tak mengubris godaan suami manisnya.

New kemudian memilih untuk mengecup pipi sang suami dan duduk di pangkuannya “mau ada yang lebih muda atau hebat segimanapun, kamu tetep no satu dihatiku tau..”

Tay mulai menatap wajah suami manisnya “walaupun dia lebih gagah?”

“Kamu juga masih gagah banget kok, aku aja suka kelimpungan ngimbanginnya.” Jawab New sedikit menggoda.

Tay kini akhirnya tersenyum lalu membalas mengecup pipi New “cemburuannya jelek ya aku?”

“Gak kok, lucu malah.” New menggeleng sebari sedikit tertawa. “Aku seneng kamu cemburu tapi kamu gak usah khawatir, aku cuman bantu Joss aja gak lebih bahkan kalau kamu gak nyaman aku bisa berhenti bantu dia kok.”

Tay menggelengkan kepalanya “gak, gak papa. Aku cuman kaget aja, ternyata tetangga kita masih muda, ganteng, gagah sampe Nanon aja ikut komentar.” Ia kemudian menarik nafasnya dalam-dalam “tapi aku percaya sih kamu gak akan aneh-aneh, cuman ya DNA cemburuan aku gak bisa aku handle kalau mengenai kamu dek.”

“Iya paham sayang, secinta itukan kamu sama aku? Hahahah” Ucap New yang langsung dibalas dengan anggukan dari Tay “banget.” Jawabnya.

Keduanya pun akhirnya memilih saling memeluk tubuh pasangannya.

New mengelus punggung Tay dengan lembut “gemes banget sih suaminya aku, Ayahnya dari anak-anakku.” Ucap New sebari sedikit terkekeh.

“Ngeledek terus deh, dah ah ayok kekamar.” Ucap sebari melepas pelukan keduanya dan memilih berdiri dari duduknya.

“Ihhh suamikuuu tunggu dong.” New ikut menyusul sang suami yang sudah terlebih dahulu meninggalkan ruangan tersebut.

@pandaloura

Cemburu

Setelah makan malam tersebut selesai, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Tay memilih meninggalkan meja tersebut dan pergi menuju ruang kerjanya dan New membantu Bi Ida untuk membereskan meja makan tersebut.

“Ayah ngambek tuh.” Senggol Frank kepada Nanon yang kini keduanya berjalan bersamaan menuju lantai dua.

Nanon menoleh “ngambek ke Papah? Tapi Papa dari tadi senyam senyum aja kok.”

“Lu sih pake bilang tuh cowok ganteng, tinggi. Parahhhh.. Yaudah sana jadi anak dia aja lu, Ayah pasti sedih banget.. Parah-parah..” Frank berucap yang membuat Nanon menghentikan langkahnya.

Frank yang berjalan lebih dahulu ikut menghentikan langkahnya lalu menoleh menatap adiknya “napa lu?”

Bukannya menjawab pertanyaan sang Kakak, Nanon memilih berlari menyusul sang Ayah sebari berteriak “Ayaaaaaahhhhhhh… Ayah yang paling Adek sayangggggggg, no satu di hati Adekkkk… Gak ada yang lain cuman Ayah seorang.”

— Ruang Kerja Vihokratana

“Ayaaaaaaah……” Begitu sesampainya di ruangan kerja milik sang Ayah.

Tay yang tengah terduduk dikursinya menoleh menatap anak bungsunya yang langsung berlari memeluk tubuhnya.

“Loh kenapa dek?” Tay sedikit kebingungan.

Nanon mengeratkan pelukannya sebelum melepas pelukan tersebut lalu menatap mata Ayahnya dalam-dalam “Ayah-Ayah dengerin ya, tetangga kita emang ganteng dan gagah tapi Ayah jauh lebih segalanya. Ayah no satu di hati Adek kok, gak ada yang lain.. Cuman Ayah seorang.”

Tay terseyum lalu mengusak pucuk kepala anak bungsunya “ah tadi katanya tetangganya keren banget, Ayah udah gak jadi no satu nih.”

“Gak-gak, tetangga ganteng tapi lebih ganteng ayah segini tangan Nanon membentuk ‘🤏🏻’ beneran Ayah beneran.” Jawab Nanon meyakinkan.

Tay tersenyum hangat “iya percaya sayang.”

“Ayah jangan cemburu ya? Ayah tetep no satu kok.” Ucap Nanon meyakinkan kembali.

Tak berselang lama pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok lelaki manis yang telah menjadi pasangan hidup tuan Vihokratana “siapa nih yang cemburu?” Tanyanya begitu memasuki ruangan tersebut.

“Ayah cemburu gara-gara Adek bilang tetangga kita ganteng Pah, tapi sekarang udah gak cemburu soalnya Adek udah bilang Ayah pokoknya tetep no satu.” Nanon mencoba menjelaskan.

New mengangguk sebari mendekati keduanya “ooooh gitu, kirain ada yang cemburu sampe ngulang-ngulang terus kalau Papah suaminya.”

“Dek, kekamar gih.. Udah malem.” Tay menyanggah ucapan New dan menyuruh anak bungsunya untuk pergi ke kamar.

“Ishhhh, bilang aja pengen berduaan sama Papah.” Jawab Nanon sedikit kesal.

New langsung memeluk sang suami “iya dong, ini kan suami akuuuuu..”

“Ishhh dia Ayah aku.” Nanon tak mau kalah memeluk sang Ayah.

“Udah-udah nih samanya, udah Adek kekamar sekarang ya nak.. Udah malam, istirahat.” Ucap Tay kembali yang langsung di indahkan oleh sang anak.

“Yauda bye, good night. Adek kekamar.” Izin Nanon kemudian bergantian mencium pipi kedua orang tuanya sebelum keluar dari ruangan tersebut.

Kini diruangan tersebut hanya tersisa Tay dan juga New. New tersenyum lalu kembali mendekati sang suami “jadi suami aku tuh cemburunya sama anaknya ya? Bukan sama aku?”

“Apasih? Dah sana, seneng kan kamu di mintain tolong sama anak muda. Tau masih muda gak aku kasih izin.” Jawab Tay ketus.

New sedikit terkekeh “seneng dong.” Ucapannya tersebut langsung membuat Tay membelakkan matanya.

“Hahahahah serem banget bapak Vihokratana kalau udah melotot gitu, belum selesai nih..” Goda New kepada suaminya.

“Seneng sih bisa bantuin anak muda tapi ternyata lebih seneng liat paksu cemburu, gemes banget sampe berkali-kali bilang ‘suami saya’ ‘papah dari anak-anak saya’ hahahahhaah.” New kembali menggoda sang suami.

Tay hanya diam tak mengubris godaan suami manisnya.

New kemudian memilih untuk mengecup pipi sang suami dan duduk di pangkuannya “mau ada yang lebih muda atau hebat segimanapun, kamu tetep no satu dihatiku tau..”

Tay mulai menatap wajah suami manisnya “walaupun dia lebih gagah?”

“Kamu juga masih gagah banget kok, aku aja suka kelimpungan ngimbanginnya.” Jawab New sedikit menggoda.

Tay kini akhirnya tersenyum lalu membalas mengecup pipi New “cemburuannya jelek ya aku?”

“Gak kok, lucu malah.” New menggeleng sebari sedikit tertawa. “Aku seneng kamu cemburu tapi kamu gak usah khawatir, aku cuman bantu Joss aja gak lebih bahkan kalau kamu gak nyaman aku bisa berhenti bantu dia kok.”

Tay menggelengkan kepalanya “gak, gak papa. Aku cuman kaget aja, ternyata tetangga kita masih muda, ganteng, gagah sampe Nanon aja ikut komentar.” Ia kemudian menarik nafasnya dalam-dalam “tapi aku percaya sih kamu gak akan aneh-aneh, cuman ya DNA cemburuan aku gak bisa aku handle kalau mengenai kamu dek.”

“Iya paham sayang, secinta itukan kamu sama aku? Hahahah” Ucap New yang langsung dibalas dengan anggukan dari Tay “banget.” Jawabnya.

Keduanya pun akhirnya memilih saling memeluk tubuh pasangannya.

New mengelus punggung Tay dengan lembut “gemes banget sih suaminya aku, Ayahnya dari anak-anakku.” Ucap New sebari sedikit terkekeh.

“Ngeledek terus deh, dah ah ayok kekamar.” Ucap sebari melepas pelukan keduanya dan memilih berdiri dari duduknya.

“Ihhh suamikuuu tunggu dong.” New ikut menyusul sang suami yang sudah terlebih dahulu meninggalkan ruangan tersebut.

@pandaloura