pandaloura

Tay bangun dari tidurnya dan mematikan alarm yang berbunyi di ponselnya “wow, jam tujuh.” Ucapnya kemudian memilih bangun dari tidurnya, membereskan kasurnya lalu beranjak ke kamar mandi untuk menuntaskan urusan paginya.

Setelah selesai, ia pun keluar dari kamarnya dan bersiap menyantap sarapan yang biasanya sudah New siapkan setiap paginya.

Namun sesampainya ia di meja makan, ia cukup terheran karena meja makan masih kosong melompong dan New belum menunjukkan tanda-tanda bangun dari tidurnya.

“Tumben banget belum bangun, apa dijemput orang suruhan Nenek lagi?” Tanya Tay pada diri sendiri dan ia pun segera menuju kamar milik New untuk mengecek keberadaannya.

Ia mengetuk perlahan, namun tak ada jawaban. “Gue masuk ya..” Ucapnya perlahan sebari membuka pintu kamar milik New.

Begitu ia memasuki kamar New, ia cukup terkejut melihat New masih terbaring dengan wajah merah dan keringat membasahi sekujur tubuhnya. “New? Lo sakit?” Tay pun bergegas mendekat mengecek suhu tubuh New dengan punggung tangannya “demam” lirihnya.

“New.. Minum dulu, apa yang kerasa? Pusing?” Tanya Tay sebari berusaha membangunkan New.

New pun perlahan membuka matanya yang berat “tee..” Lirihnya.

“Minun dulu..” Tay membantu New untuk minum air putih yang sepertinya New sengaja siapkan setiap harinya.

New pun berusaha sekuat tenaga untuk meminum air tersebut.

“Ke dokter aja ya? Gue siapin dulu.” Ucap Tay sedikit menunjukan wajah khawatir.

New langsung menggelengkan kepalanya lemah “gausah, gue cukup minum obat terus tidur pasti sembuh.” Jawabnya lemah.

“Gak bisa, lo demam gini! Jangan batu jadi orang, ayok cepet.” Tay berusaha mengajak New kembali.

New pun kembali menggelengkan kepalanya “gue beneran cukup minum obat terus tidur Te.”

“Hhhh, yaudah. Tapi makan dulu, bentar gue siapin dulu.” Tay kembali membawa tubuh New untuk tidur kemudian ia sempat mengambil ponselnya di kantung celana miliknya menghubungi seseorang dipanggilannya.

“Too, meeting project diundur besok aja ya? Atau lo aja yang pimpin, nanti report ke gue. Gue gak bisa ninggalin suami gue sendirian, tolong ya To.” Ucap Tay pada ponselnya.

Setelah selesai membuat panggilan tersebut. Ia pun kembali menoleh ke arah New membetulkan selimut ditubuh New lalu bergegas berjalan keluar dari kamar tersebut.

@pandaloura

“Tetawaaaan!!! Jangan pernah lo nyentuh dapur guaaaaa lagi.” Teriak New dari arah dapur.

Terdengar suara kekehan Tay yang tengah terduduk diruang TV yang membuat New semakin emosi “hahahahahaha”

New pun dengan cepat membersihkan kembali dapurnya yang penuh dengan minyak “gue bingung, goreng telor aja bisa kayak perang dunia. Astaga.. Bener-bener cogil cogil.”

“Besok panggil mbak yang bersih-bersih aja, hhhahaha.” Tay kini menyusul New ke dapur, New yang tengah sibuk menyuci wajan tidak menggubris ucapan sang suami dan memilih untuk fokus membersihkan dapurnya.

Tay mencoba ‘menoel’ pipi New “heh, ngambek lu?”

“Diem gak lu?!” Ucap New sebari memberikan tatapan tajam ke arah Tay yang kini tengah kembali terkekeh “galak amat bos.”

Setelah selesai mencuci wajan miliknya, New kembali menoleh kearah wajah Tay “beneran deh, mendingan gue aja yang masak. Sekarang, kerjaan gue lebih capek dua kali lipat karena lo masak telor sama nugget udah kayak perang dunia! Berantakan banget!”

“Hahahah, makanya kata gue juga apa.. Besok aja gue panggil tukang yang bersihin.” Ucap Tay sebari berjalan mengekor dibelakang New.

Kini keduanya memilih duduk diruang Tv.

“Lo mau eskrim gak?” Tanya Tay pada New. “Halooo, kupingnya masih berfungsi kah? Atau mulutnya yang bermasalah?” Tay kini mengangkat tangannya di depan wajah New yang masih terlihat ‘bete’.

“Oke, kalau diam tandanya mau.” Tay kemudian bangkit dari duduknya kemudian berjalan mengambil eskrim di kulkasnya. New masih saja tak merespon sampai akhirnya Tay datang membawa semangkuk eskrim dan menunjukkannya tepat di wajah New.

“Maafin..” Ucapnya menyesal.

New kemudian memilih mengambil eskrim di hadapannya lalu mulai memakan eskrim tersebut dengan cepat “pelan aja, gak akan gue ambil.” Kekeh Tay.

“Bacot.” Ucap New tanpa menoleh Tay.

Tay pun menggelengkan kepalanya “lo tuh harus belajar ngomong yang baik deh sama suami lo.”

“Suami apaan, cogil yang ada.” Komentar New ketus.

“Cogil-cogil mulu, entar gue beneran jadi cogil mampus lo.” Ucap Tay tak terima.

New memberikan tatapan jijik lalu menggeleng “kan emang cogil, gausah di raguin lagi. Lagian, kita tuh cuman orang asing yang harus nikah selama enam bulan, abis itu balik lagi jadi orang asing.”

Tay hanya bisa diam tak tahu harus memberikan respon apa untuk ucapan yang baru saja New lontarkan.

“Jadi, selama enam bulan ini.. Gue akan tetap menganggap lo cogil aja, bukan suami gue. Karena gue takut, gue takut kalau gue nganggep lo suami gue beneran.. Gue beneran berharap lo jadi suami gue beneran, dan gue beneran berharap pernikahan kita gak cuman enam bulan.” Lirih New kemudian sedikit tersenyum lalu memilih bangun dari duduknya dan meninggalkan Tay sendirian.

@pandaloura

Begitu Tay mendengar kabar tentang New , ia langsung bergegas menuju rumah orang tuanya untuk menjemput suami manisnya.

Sesampainya dirumah kedua orang tuanya, ia langsung berlari masuk kedalam rumahnya. “New, New?”

“Loh udah sampe Bang?” Tanya Papah yang tengah terduduk tenang. “New mana? Dia diapain sama Nenek?” Tanya Tay.

Nenek yang sadar kedatangan sang cucu pun langsung berjalan menghampiri sang cucu “Nenek gak apa-apain, New nya aja yang cengeng. Beneran Tay, Nenek gak ngapa-ngapain.”

“Kalau gak di apa-apain kenapa nangis nek? Nenek pasti deh ngomong aneh-aneh lagi sama New.” Ucap Tay.

Nenek langsung menggelengkan kepalanya “gak beneran deh.”

“Yauda Tay biar tanya langsung Newnya, dianya dimana?” Tanya Tay.

“Dikamar kamu.” Jawab Papah.

Tay pun mengangguk dan langsung bergegas berjalan kekamar miliknya.

“New?” Begitu ia membuka pintunya ia dapat melihat New kini tengah tertidur pulas di kasur miliknya. Tanpa sadar Tay tersenyum hangat, lalu sedikit lega karena tidak terjadi apa-apa pada suaminya.

Lalu kemudian ia mendekat dan tubuhnya ia bawa mendekat “pasti hari ini lu dikerjain abis-abisan sama Nenek.” Lirihnya pelan sebari mengelus pucuk kepala New.

“Mmm.” New perlahan-lahan membuka matanya “Tee..”

“Iya ini gue, hari ini pasti banyak di kerjain banget ya sama Nenek?” New otomatis mengangguk “tapi gue malu sampe nangis didepan Nenek, pasti makin benci deh sama gue.”

New menundukkan wajahnya sedih, Tay kemudian memilih untuk menenangkan suaminya dengan mengelus kembali pucuk kepalanya “udah tenang, nanti biar gue yang ngomong sama Nenek.”

“Sekarang, gue anterin pulang aja ya?” Ajak Tay yang langsung di balas anggukan oleh New. Lalu keduanya pun memilih bangkit dari duduknya dan meninggalkan kamar Tay dengan perlahan.

Sebelum Tay pulang berpamitan dengan sang Nenek dan Papah ia sempat menitipkan pesan kepada sang Nenek “Nek, New itu pasangan Tay. Dan kalau Nenek jahat atau bikin New sedih bahkan sampai nangis kayak tadi Tay juga gak suka, Tay tau Nenek gak ada maksud jahat sama New. Tapi kejadian hari ini jangan keulang lagi ya Nek?”

Nenek hanya bisa mengangguk pelan.

“Tanpa Nenek ajarin New, New udah melakukan tugasnya dengan sangat baik. New suami yang baik Nek, bahkan sangat baik dan Tay bersyukur akan hal itu. Jadi Nenek juga harus lebih baik ya.” Ucap Tay sekali lagi.

New yang mendengar hal tersebut hanya bisa menahan debaran dihatinya. ”jantung, please kerjasamanya.” Lirihnya dalam hati.

@pandaloura

“Haloo Nek.. Maaf tadi New gak sempet angkat. Ada apa Nek?” New mencoba menghubungi kembali sang Nenek begitu mendapatkan notifikasi telfon dari sang Nenek.

“Hah?! Pak Amir lagi jemput? Oh oke Nek, New siap-siap sekarang.” Ucap New begitu terkejut saat mengetahui fakta bahwa sang Nenek tengah mengirimkan seorang sopir untuk menjemputnya.

Begitu ia memutuskan panggilan tersebut, New pun segera bergegas mempersiapkan dirinya sebelum sopirnya sampai.

Kurang lebih lima belas menit kini New sudah duduk manis di sebuah mobil menuju kediaman mertuanya.

”Nenek mau ngapain lagi ya? Mamah sama Ibu lagi gak dirumah lagi, malah main ke PIK. Duh, siap siap diomelin aja gue.” Monolog New dalam hati.

— Kediaman Vihokratana’s

Sesampainya di kediaman sang mertua, New langsung bergegas mencari sang Nenek yang siang ini mengundangnya.

“Siang Nek.” Sapa New sebari meraih tangannya untuk menyalaminya.

Nenek yang tengah terduduk hanya mengangguk sebari memberikan akses tangganya untuk menantu cucunya tersebut “kalau gak di telefon gak akan kesini kali.”

“Iya nek maaf, takutnya kalau New kesini ganggu Nenek.” Ujar New memberikan alasan.

Nenek kini menatap tajam sang menantu “alesan aja, kamu Nenek suruh kesini untuk di ajarkan bagaiman cara bertanggung jawab dirumah, tanggung jawab untuk melayani suami kamu. Dulu juga Arum, Nenek ajarkan seperti ini jadi kamu gak boleh nolak.”

“Iya Nek.” Jawab New sebari mengangguk.

“Ayok sini ikut Nenek, pakai tuh celemek yang Nenek siapkan. Nenek pengen tau cara kamu cuci piring dan beres-beres.” Ucap Nenek sebari berdiri dari duduknya lalu dan New hanya bisa mengangguk mengikuti arahan sang Nenek.

”Hahh.. Bakal jadi hari yang panjang nih.” Keluh New dalam hati.

Sudah hampir dua jam New menghabiskan waktu di rumah tersebut, dan sudah dua jam pula New mengerjakan banyak hal. Mulai dari mencuci piring, membersihkan dapur, menyapu, menyiram tanaman dan masih banyak hal lainnya yang ia lakukan.

“Nah, itu yang kanan masih keliatan debunya. Nenek aja yang sudah tua begini masih melihat. Masa kamu engga? Coba cek lagi.” Ucap Nenek ketus saat New tengah menyapu lantai.

New hanya bisa menarik nafasnya panjang dan kembali fokus mengerjakan apa yang menjadi titahan sang Nenek.

“Nah begitu, itu baru bersih.” “Kamu tuh kalau di kasih tau ya jawab jangan iya,iya aja!” Ucap Nenek masih saja ketus.

New yang kini sudah selesai menyapu lantai pun menjawab “iya Nek.” Lalu memilih untuk menyimpan sapunya lalu setelah selesai kembali mendekati sang Nenek.

“Adalagi yang harus New kerjain gak Nek?” Tanyanya lembut padahal tenaganya sudah terkuras habis mengerjakan segala hal ditambah dengan mendengar kritikan sang Nenek di setiap langkahnya.

“Kamu duduk.” Nenek menyuruh New duduk di hadapannya.

New pun duduk.

“Kamu tiap pagi masak? Siang gimana? Malem Tay dimasakin juga?” Tanya Nenek dan New pun mengangguk “iya Nek, sarapan pasti masak. Kalau makan siang paling masak buat aku aja, karena Tay biasanya makan siang diluar. Terus buat makan malem pasti Tay makan dirumah biasanya aku masak sih, tapi kadang Tay suka minta buat beli aja.” Jawabnya jujur.

“Nah kamu tuh harusnya bisa bikin Tay gak bilang buat beli, artinya dia gak suka sama masakan kamu. Kamu tuh harusnya peka.” Celoteh Nenek kembali. “Tuh kamu malah diem lagi pas Nenek ngomong. Gak sopan itu, kamu jangan keliatan banget dong gak sekolahnya. Keliatan banget cuman lulusan SMAnya.”

New masih mencoba menahan emosinya dan memilih untuk mengangguk “iya nek, maaf.”

“Maaf, maaf terus. Kamu juga selain harus pinter ngurus rumah dan suami harus bagus juga attitudenya. Tay kan pengusaha hebat, relasinya bagus, otaknya encer, sikapnya juga sopan sekali, sangat jadi idaman sekali. Kamu harus bisa mengimbangi, ya saya ngerti sih orang tua kamu gak mampu buat sekolahin tinggi kamu tapi jangan keliatan dong.”

New pun menutup matanya lalu mengepal tanggannya kesal “Nek! New gak peduli ya Nenek mau bilang New gapunya otak, sekolahnya gak tinggi, dan hal-hal negatif lainnya sama New. Tapi jangan sangkut pautin sama orang tua New! Nenek gak tahu kan gimana berjuangnya ibu sama Ayah buat sampai New lulus SMA?”

“Lagian, cucu kesayangan Nenek tuh gak sesempurna itu kok! Dia arogan sama orang tua, gak punya empati, bisanya marah-marah, Tay gak sehebat itu! Dia juga bukan suami yang baik juga! Dia juga banyak jahatnya!” Ucap New setengah menangis.

New mencoba menghapus airmatanya “Nenek jangan mandang sebelah mata aku terus dong, aku juga capek. Aku juga kalau bisa milih gamau kayak gini, kenapa sih Tuhan semua orang gak ada yang ngertiin.” Kini tangisnya semakin pecah cenderung merengek.

Nenek yang tak menyangka sang menantu akan membalas ucapannya masih mencoba mencerna lalu memegang belakang kepalanya “duh aduhh, berat banget.”

“Nenek?! Nenek kenapa?” New dengan cepat mendekati sang Nenek yang tengah kesakitan.

Nenek yang masih shock mendapat balasan monohok dari New hanya bisa memegang kepalanya yang tegang “gausah kamu pegang-pegang! Cucu saya gak mungkin jahat sama kamu. Aduh, seumur hidup saya baru nih saya punya cucu yang melawan. Tuhan, saya salah apa Tuhan” Kini giliran Nenek yang merengek.

New yang masih menangis kini berubah panik “Nek, nenek.. Duh jangan mati Nek, maafin New. Maafin New.”

“Heh kamu ngedoain saya mati?!” Nenek membelakkan matanya.

New mengaduh “gak maksudnya jangan sakit Nek, maafin New.”

“Udah gausah pegang-pegang saya, saya mau kekamar aja.” Ucap sang Nenek berusaha bangun dari duduknya namun usahanya sedikit nihil karena terlalu lama terduduk membuat kakinya sedikit kaku.

Nenek kemudian menoleh menatap New yang kini kembali duduk di kursinya “heh kamu gamau bantuin saya? Bener-bener ya! Tadi kamu yang bilang cucu saya arogan sama orang tua, ternyata kamu yang arogan.”

“Tadi aku mau bantuin kata Nenek jangan pegang-pegang! Sekarang aku duduk di marahin juga! Huahhh aku salah terus! Harus gimana?!” New kembali merengek.

“Hehh! Heh jangan nangis, berisik kamu! Nanti orang-orang mikir saya jahatin kamu.” Nenek kini mulai panik saat New kembali merengek.

“Biarin, biar orang-orang tau kalau aku selalu salah di mata Nenek” Isak New.

“Ya. Ya. Ya saya minta maaf.. Udah jangan nangis, kamu kayak anak kecil saja.” Nenek mencoba menangkan diri New.

Tapi bukannya diam New malah mengeraskan rengekannya “Nenek gak ikhlas minta maafnya, Nenek tuh sadar gaksih ucapan Nenek dari tadi tuh bikin aku sakit hati banget.”

“Ya maaf maaf Nenek gak maksud, kamu jangan nangis dong. Heh saya kan kan gak mukulin kamu.” Nenek semakin panik karena rengekan New semakin keras.

“Loh.. Loh.. Ada apa ini?” Tiba-tiba Papah Mertua New datang dan terkejut melihat New tengah menangis dan Nenek menunjukkan wajah panik.

“Nenek.” Ucap New sebari masih merengek dan Nenek yang menyanggah “bukan Nenek.” Keduanya seperti anak kecil yang tengah bertengkar karena hal-hal yang tak terduga.

Papah hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat keduanya.

@pandaloura

Tay dan New memilih saling diam sejak di perjalanan menuju rumah orang tua Tay. Keduanya memilih untuk sibuk di fikirannya masing-masing. Namun sesampainya dirumah, entah bagaimana bisa. Keduanya seolah memakai topeng dan bersikap layaknya sepasang suami yang tengah berbahagia.

“Nanti kalau kerja jangan capek-capek bang, soalnya kalau kecapean kualitas spermanya kurang bagus katanya.” Ucap sang Mamah kepada anaknya.

Tay menoleh menatap sang mamah yang tepat berada di sebrangnya “Mah ini kan lagi mau makan siang, ada Frank juga.”

“Frank udah tau kok Bang, kan belajar reproduksi. Ayok dong Kak New cepetan hamil, tapi anaknya semoga mirip Kak New aja, please ya Tuhan aku mau ponakanku lucu seperti Papahnya.” Frank membuat pose berdoa yang membuat satu keluarga di meja tersebut terkekeh.

“Pelan-pelan aja ya Nak? Kan sekarang juga Tay sama Newnya masih tahap saling mengenal Mbak, biarin puas-puasin buat berduaan dulu nanti kalau udah ada anak kan fokusnya kebagi.” Ucap Ibu menengahi.

Papah Tay yang berada di ruangan tersebut pun setuju dengan ucapan sang besan “benar juga, masa-masa sekarang di pakai untuk saling mengenal, saling mengerti dulu. Santai aja, gausah terburu-buru.”

“Tapi ya jangan santai-santai banget, gimana nanti kalau nyatanya dia gak bisa punya anak? Gak akan ada penerus Vihokratana dong.” Celetuk Nenek ketus.

Mamah yang duduk disampingnya hanya bisa memegang tangan Nenek lalu sedikit berbisik “buu.”

“Udah-udah, makan aja dulu nanti ngobrolnya. Gak makan-makan nih kita.” Tay mencoba menghentikan obrolan di meja makan tersebut.

Setelah makan siang selesai, New membantu sang mertua dan ibunya merapihkan meja makan sedangkan Nenek, Frank, Papah dan Tay memilih menghabiskan waktu di ruang keluarga.

New bisa mendengar beberapa celotehan Frank mengenai jumlah oleh-oleh yang diberikan oleh Tay jauh lebih sedikit dibandingkan yang di berikan oleh New “Abang beneran pelit banget sih? Masa cuman beliin aku celana pendek gym doang? Nih kayak kak New, beliin makanan, baju,skincare.”

“Heh bocah! Gak ada bersyukurnya ya! Itu kan duit gue gue juga.” Balas Tay ketus.

New hanya bisa tersenyum mendengar pertengkaran abang-adik tersebut.

“Sayang.. Udah gih ke ruang keluarga aja. Ini biar sama Mbak aja.” Ucap Mamah ketika New tengah mengelap meja makan.

New menggelengkan kepalanya cepat “tanggung Mah, sebentar lagi kok.”

“Makasih ya nak.. Maafin sikap Nenek tadi ya nak? Maklum udah tua, jadi emang suka ketus gitu.” Jelas Mamah kepada New.

New menoleh sebari tersenyum hangat kepada sang mamah mertua “gapapa Mah, New paham kok. Lagian Nenek masih baik kok. Yuk ke ruang keluarga, New udah selesai. Ibu juga udah kesana kan ya?”

“Udah, yuk nak.” Jawab Mamah sebari mengalungkan lenganngya di lengang sang menantu kesayangannya.

Ruang keluarga tersebut kini jadi menghangat karena obrolan-obrolan ringan antar anggota keluarga Vihokratana yang bergantian menceritakan kisah hidupnya. Bagaimana dulu Tay lahir, kenakalan masa kanak-kanak yang dilakukan Tay maupun Frank, bisnis yang dijalankan Tay dan banyak hal-hal ringan yang menghangatkan hati terdengar disana.

Tak terasa waktu telah berlalu cukup lama, sehingga tanpa sadar jam dinding pun sudah menunjuk ke angka empat sore.

“Udah sore, besok nak Tawan udah masuk kerja kan? Pulang aja, istirahat.” Ucap ibu yang pertama sadar.

Tay pun menoleh menatap jam tangan yang melingkar di tangannya “ohiya..”

“Yauda gih pada pulang.” Ucap Mamah.

“Aku mau ikut dong nginep di apart Abang.” Frank ikut bersuara.

New tersenyum lalu mengangguk “boleh.”

“Heh! Engga-engga, kamu besok juga sekolah ya Dek. Gak-gak, biarin abang sama kakak kamu berduaan” Ujar Mamah yang langsung menentang ide Frank. “Udah kalian pulang aja gih, Ibu juga nginep disini kok jadi gausah kalian anterin. Gih pulang aja.” Titah mamah kepada keduanya.

“Yauda yuk.” Ajak Tay kepada New. New pun mengangguk lalu keduanya mencoba berpamitan kepada keluarga besarnya sebelum pergi meninggalkan rumah tersebut.

Setelah keduanya selesai berpamitan, begitu keduanya akan berjalan keluar. Tay di kejutkan dengan panggilan masuk ke ponselnya, ia mengangkat panggilan tersebut kemudian wajahnya menunjukkan kepanikan yang luar biasa. “Dirawat?! Kok bisa? Yauda gue kesana sekarang.”

“Bang kenapa bang?” Tanya Mamah yang ikut panik.

“Namtan masuk rumah sakit Mah, Abang kesana dulu.” Ucapnya panik sebari mengambil kunci mobilnya kasar.

New yang kebingungan hanya bisa mengikuti Tay yang tengah bergegas menuju mobilnya “semuanya New sama Tay pulang ya.. Makasih makan siangnya, Bu nanti New telfon ya.”

New masih mencoba menetralkan nafasnya yang sedikit menderu karena mengejar Tay yang langsung berlari ke mobilnya.

Kemudian ia menoleh menatap Tay yang kini tengah sibuk mencoba menelfon ponsel Namtan, New bisa melihat jelas raut khawatir di wajah suaminya tersebut.

“Namtan pasti udah di tangani dengan baik, tenang.” Ucap New mencoba menenangkan.

Tay tak memberikan tanggapan dan kemudian memilih untuk mempercepat laju mobilnya.

New kemudian memilih untuk kembali menatap jalanan yang ada di depannya.

Sesampainya di rumah sakit, Tay langsung kembali berlari dan New mengikutinya.

“Tay, tunggu.” Ucap New sebari mencoba mengimbangi lari Tay, namun Tay seolah tak mendengar dan memilih kembali berlari, membuat New berhenti sejenak lalu tersenyum getir “hah, harusnya gue gak ikut.”

Setelah Tay hilang dari pandangannya New pun memilih berjalan dan mencari kamar inap milik Namtan dengan perlahan, tadi ia sempat mendengar no kamar Namtan yang di beri tahu oleh asistennya ketika Tay menelefon.

“201.. Ah ini..” Begitu New mau mencoba membuka tuas pintu tersebut ia tertegun dan memutuskan untuk tak membuka pintu tersebut.

Ia melihat Tay dan Namtan tengah saling menggenggam tangan dan New bisa melihat Tay menunjukkan wajah khawatir dan Namtan mencoba menenangkan Tay bahwa semuanya baik-baik saja.

Tak lama kemudian New tersadar dengan adanya notifikasi pesan dari sang Mamah Mertua.

@pandaloura

Tay terduduk termenung menatap hamparan pantai yang bisa terlihat dari jendela kamar hotelnya.

Hari ini kepalanya terlalu penuh.

Namtan, New, pernikahannya. Terlalu banyak yang harus ia fikirkan.

Tak lama kemudian, Tay menoleh kearah pintu kamarnya yang tengah terbuka menampilkan sosok lelaki manis yang baru saja beberapa hari ini memenuhi harinya. Lelaki manis yang seharusnya tidak ia seret kedalam kelamnya hubungan dirinya dan juga wanita yang telah mencuri hatinya.

“Tee..” Lirih New menatap sendu Tay, Tay pun bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati New.

Ia kemudian menarik tubuh lelaki manisnya masuk kedalam pelukannya “maafin gue.. Tapi ada yang mau gue omongin.”

“Iya gue juga.” Lirih New yang kini ikut mengeratkan pelukannya.

Kini keduanya sudah terduduk di atas ranjang dengan berhadap-hadapan.

“New..” Tay memulai pembicaraan.

New pun menoleh dan menatap wajah Tay “yaa.”

“Sebelumnya gue minta maaf, maaf buat gak tegas, maaf buat ninggalin lo sendirian, maaf buat banyak hal yang seharusnya gak gue lakuin tapi gue lakuin ke lo.” Ucap Tay pelan.

Ia kemudian menarik nafasnya dalam-dalam “New, gue dan Namtan..”

“Gue gak peduli hubungan lo apa sama dia, tapi..” Sanggah New namun Tay kembali menyanggah “please, jangan potong dulu. Gue takut gak bisa ngomongin ini ke lo.”

New pun menunduk dan langsung mengangguk “sorry”

“Seperti yang lo bilang, setelah gue memilih untuk nikah sama lo seharusnya gue gak boleh mikirin orang lain dan harusnya fokus sama lo dan pernikahan kita. I'll try, gue beneran mencoba New. Walaupun susah ternyata gue bisa..” Tay kembali menarik nafasnya dalam-dalam “tapi, usaha gue langsung goyah New pas denger tentang Namtan. Usaha yang gue rangkai dari hari pertama langsung hancur dan yang gue sadari adalah ternyata perasaan gue udah sedalam itu sama Namtan.” New mengangkat wajahnya menatap dalam Tay.

Tay sedikit menggerakkan bibirnya tersenyum pahit “gue tau yang ada di fikiran lo. Dasar egois, cowok jahat! Harusnya lo beresin dulu masa lalu lo! Lo udah nyeret gue ke dalam lingkaran setan hubungan lo! Cowok gila! Gak punya otak! Yakan?”

“Gue tau, gue jahat banget New. Apalagi gue sadar, bukan cuman gue yang berkorban. Lo juga, Lo keluar dari kerjaan lo, lo berhenti ngejar mimpi lo, mungkin ada plan-plan yang gak bisa teralisasi gara-gara lo nikah sama gue. Gue tau dan gue minta maaf akan itu.” Ucap Tay penuh rasa bersalah.

“Terus lo maunya gimana? Cerai sama gue? Terus lo kejar cinta lo lagi?” Tanya New tegas.

“Gue udah fikirin, dan ini mungkin solusi yang terbaik buat gue, lo dan kita.” “Gue tau lo gak mau ngecewain nyokap lo, nyokap gue. Jadi gue mikir gimana kalau kita tetep nikah, selama enam bulan. Abis itu kita cerai, jadi seolah-olah kita usahain pernikahan kita dulu tapi ternyata gak bisa. Kalau kayak gitu pasti orang tua kita ngerti, walaupun kecewa tapi setidaknya mereka tau kita tetep nyoba.”

Tay kembali menyakinkan New “abis cerai gue akan kasih tunjangan cerai dan lo bisa kejar mimpi lo lagi. Lo gak akan ngabisin waktu sama orang yang hatinya bukan buat lo.”

“Jangan tarik-tarik orang tua ke urusan kita, lo cukup jahat sama gue. Gak usah bawa-bawa orang tua gue. Tay gue gakbisa ngebohongin Ibu atau Mamah, gak bisa. Terserah lo mau nganggep gue apa, tapi gue udah janji sama Tuhan buat jadi pasangan hidup lo dan gue gak mau langgar janji itu.”

“Gue gak tau bakal gimana ke depannya tapi gue gak mau nipu orang tua gue, Papah dan Mamah juga udah gue anggep keluarga gue. Kalau lo tetep mau ngejar Namtan silahkan, lakuin apapun yang lo suka tapi jangan nyentuh pernikahan kita.”

“Lo sadar gaksih, permintaan bodoh lo yang tadi tuh bukan cuman nyakitin gue, tapi Ibu, Mamah, Papah, keluarga besar lo!”

“Astaga Tay, kali ini bisa gak sih lo pakai akal sehat lo? Lo fikir nikah tuh main-main?! Pas lo ngerasa gak cocok tinggal cerai? Selesai? Gak se simple itu Tay, gak.”

“Menikah, cerai itu keputusan besar. Gak bisa sembarangan. Sedalam-dalamnya perasaan lo, kalau lo bisa ambil keputusan yang jelas pasti bisa. Jangan jadi bingung coba, ya Tuhan.. Tawan Putra Vihokratana. Lo jangan hilang akal coba.”

Harusnya kata-kata penolakan seperti itu yang keluar dari mulut New tapi sayangnya entah mengapa malam itu New ikut kehilangan akal seperti pasangannya yang membuat dirinya mengangguk dan ikut menyetujui saran gila dari suaminya.

“Oke, enam bulan.”

@pandaloura

“Dasar cogil! Orang gila! Emang harusnya gue gak percaya sama cogil kayak dia! Step by step taik kucing! Kalau lo masih ada perasaan sama orang ngapain sok sokan mau buka hati! Dasar cowok gilaaa!!!” Keluh New sepanjang jalan.

Saking emosinya ia tak sadar kini sudah kembali ke bibir pantai yang agak jauh dari hotelnya. “Emang dia fikir dia doang yang bingung? Gue engga?! Dasar cowok gila! Hahhhh emosi banget Tuhan.”

“Bodo amat mau sama siapa kek gak akan gue fikirin! Dasar gila!!!!!” New masih saja mengoceh sampai saking emosinya ia tak sadar menabrak tubuh seseorang yang berdiri tepat di depannya.

brukk

“Eh eh sorry, mianhaee.. Mianhae..” New kemudian menepuk jidatnya “ini bukan Korea goblog! Sumpah gara-gara si cogil gue jadi ikutan gila gini.” New kemudian mengangkat wajahnya menatap sosok lelaki di depannya lalu mengangkat tangannya membuat pose meminta maaf.

“Eh, sorry sorry mr.. Khotot krab” Namun lelaki di hadapannya hanya bisa menahan tawanya.

“Ni orang gila kali ya? Gue minta maaf malah mau ketawa. Ni orang sekitar gue kenapa gila semua sih?!” Ucapnya kesal.

Lelaki di hadapannya pun kini tertawa dengan lepas membuat New semakin kebingungan ”fix another cowok gila!” Ucapnya lagi.

“Gue gak gila kok. Gue waras.” Lelaki dihadapan New akhirnya buka suara dan membuat New semakin terkejut “anjir, kirain gue orang sini!”

Lelaki tersebut kembali tertawa “hahaha, hai.. Lo orang indo juga?”

“Iya. Lo juga?”

Lelaki tinggi tersebut mengangguk “iya. Kayaknya lo lagi kesel banget, everything’s allright?

“I’m oke, cuman abis ketemu cogil jadi ikutan gila gue.” Jawab New asal.

Lelaki tersebut mengernyitkan dahinya “cogil? Cowok gila?”

New terkekeh “iya cowok gila.”

“Gue bukannya mau ikut campur, tapi gue ada waktu free sih buat dengerin cerita lo tentang cogil ini” Ucap lelaki tersebut.

New menatap tajam lelaki tersebut dari ujung kepala ke ujung kakinya stylenya oke sih, tipe-tipe buaya, tapi lumayan lah buat nemenin sambat gue. Toh cuman ketemu disini, gakan mungkin ketemu lagi kan?

Lelaki tersebut sadar di perhatikan “gue bukan orang jahat kok, beneran. Cuman gue penasaran aja, apa yang dilakukan cogil itu sampe lo ngomel-ngomel sepanjang bibir pantai gini.”

New masih menatap tajam lelaki tersebut.

“Kalau lo gak nyaman, gue bisa pergi kok.”

New langsung menggelengkan kepalanya “sebelum cerita, beli beer dulu yuk. Gue haus.”

”Cool.” Ucap lelaki tersebut sebari tersenyum.

Kini keduanya sudah duduk beralaskan pasir ditemani dengan dua botol beer dan memilih tempat yang lebih jauh dari kerumunan.

“Lo percaya sama yang namanya jodoh gak?” New yang memulai pembicaraan.

Lelaki di sampingnya mengangkat kedua bahunya tak yakin ”so so”

“Sama sih, karena banyak yang bilang jodoh itu cerminan diri ada juga yang bilang jodoh itu akan saling melengkapi. Ya kalau jodoh itu cerminan diri yang bilang saling melengkapinya jadi gak valid dong? Kan Jodoh kita mirip banget sama kita. Iya gak?”Tanya New.

Lelaki tersebut mengangguk tanda setuju dengan pernyataan yang New buat “bener juga, kok gue gak kefikiran ya?”

“Gausah di fikirin gak ada di UN.” Jawab New santai.

“UN? Ujian Negara? Anjir, jaman kapan banget UN hahahah.” Lelaki di samping New kini tertawa lepas.

New sedikit melirik “oke lo tua berarti.”

“Mau bilang engga ya tapi udah gak muda juga.” Ucap Lelaki tersebut.

New menatap kosong ombak yang menderu di hadapannya “gue baru aja nikah, baru mau seminggu kayaknya.”

“Woaw, congrats!.” Lelaki tersebut tulus memberikan selamat.

New mendecih ”thanks tapi kayaknya bukan hal yang harus di selamatin.”

“Oke, jadi si ‘cogil’ ini suami lo?” Tanya lelaki tersebut hati-hati.

New mengangguk “fyi gue bisa ngandung, makanya gue nikah sama laki. Dan fyi lagi, gue nikah karena di jodohin. Kayaknya gue tmi banget sama lo.” Ucap New di tambah dengan kekehan diakhir kalimatnya.

“Gapapa, sesuatu yang baru tmi sama stranger.” Mengangkat kembali bahunya.

“So, si cogil ini melakukan apa sama lo?” Tanya lelaki tersebut.

New menarik nafasnya dalam-dalam dan sempat meneguk botol beer di tangannya “jadi, jadi sebelum gue tau gue di jodohin gue udah pernah ketemu dan itu pertemuan yang bad, very bad terus pas udah nikah yauda kita mencoba deh, gak deng.. Malah tuh cogil yang minta step by step deh, pedekate lah ya.. Semuanya berjalan baik, baik banget. Sampai tadi pagi, dia tetiba ngilang dan gak jelasin apa-apa. Cuman bisa minta maaf, lo bingung gak jadi gue? Ada yang minta maaf tapi gue gak tau salahnya dia tuh apa.”

“Ah pasti bingung sih. Terus, lo gak nanya?” Lelaki tersebut merespon.

New mengangguk “ya nanya lah, tapi dia cuman bilang gue yang salah, tijel deh.”

“Tijel?” Lelaki tersebut mengulang kata yang tak familiar.

“Tidak jelas.” Jawab New sebari terkekeh.

Lelaki tersebut tertawa kembali “anjir! Ada aja ya kosakata lo.”

“Hahaha, gue lanjut jangan?” Tanya New.

Lelaki tersebut mengangguk sebari menengguk beer “lanjut.”

“Dan ternyata lo tau gak kenapa? Pasti gatau, yauda gue kasih tau. Dia tuh punya mantan? Atau apa ya? ”Crush berkepanjangan gituloh, gue gatau sedalam apa hubungan mereka sebelumnya tapi si cogil ini gak pernah mau bahas sama gue yang membuat gue menyimpulkan bahwa ya mereka udah selesai. Tapi kayanya gue salah besar.”

“Dan ternyata si cogil sama crushnya masih berhubungan terus si cogil jadi bingung harus lanjut sama lo apa perjuangin crushnya lagi?Terus pagi ini dia baru sadar kalau dia bingung, berakhir dia ngilang gitu aja?” Lelaki tersebut mencoba menebak.

”Binggo!” “Lo cenayang sih.” Kekeh New kemudian melanjutkan ceritanya.

“Yang gue tangkep sepertinya gitu. Karena, si cogil ketika gue tanya maunya apa dia gak bisa jawab. Dia cuman bilang gatau.” Jawab New santai.

Lelaki tersebut menoleh menatap wajah New yang masih menatap lurus ombak “kenapa gak lo coba yakinin buat dia stay sama lo?”

“Buat apa? Harusnya tanpa gue yakinin dia udah tau dong apa yang harus dia pilih? Lo fikir pernikahan tuh gitu doang? Harusnya ketika dia milih oke dengan perjodohan ini, dia harus stop mikirin orang lain dan fokus sama pilihan awal lo. Tapi kita emang gak bisa sih berharap sama manusia.” Ucap New kembali.

Lelaki tersebut mengangguk “iya sih, tapi sometimes ya.. Orang kayak gitu tuh cuman bingung dan emang butuh dorongan lain buat memilih pilihannya, dan menurut gue lo sebagai sosok yang ‘sah’ tuh wajib banget membimbing dan membantu cogil lo buat decide pilihannya.”

“Kalau lo lari gini, gak akan nyelesein masalah. Yang ada malah gak nemuin jalan keluar dan malah munculin masalah-masalah baru.”

Lelaki tersebut menarik nafasnya dalam “dan menurut gue, kalau lo lari kaya gini lo pasti nanti akan muncul fikiran coba ya gue paksa dia, coba aja gue lebih usaha, coba aja bantu dia milih gue dan coba-coba lainnya akan muncul. Ya intinya lo akan nyesel”

“Kalau gue udah usaha tapi hasilnya gak sesuai dengan yang gue mau, gimana?” New bertanya.

Lelaki tersebut tersenyum “setidaknya lo udah usaha, kalau hasilnya emang gak sesuai sesuai yaudah mau gimana tapi percaya deh dihati lo pasti ada kepuasan karena lo usaha, gak lari.”

“Bentar, jangan bilang lo lagi udah ngerasain nyesel karena ‘lari’?” New menoleh menatap lelaki di sampingnya.

“Oke, lo juga cenayang berarti.” Kekeh lelaki tersebut.

“Tapi casenya beda sih, waktu itu posisi gue agak complicated tapi intinya gue bukan nyari jalan keluar tapi malah lari, kabur dari orang-orang dan malah berakhir disini.” Cerita lelaki tersebut.

Lelaki tersebut kemudian menoleh menatap New “dan sekarang gue ngerasain nyeselnya, tiap hari selalu muncul di otak gue coba aja, coba aja. Ya intinya gue gak mau orang ngerasain apa yang gue rasain, karena gak enak.” Jelasnya lagi.

“Lah kok jadi gue yang cerita hahaha, balik lagi sama cogil lo.” “Gue tau sih lo marah, kecewa karena seolah dijadikan pilihan tapi cogil lo lagi bingung dan baiknya lo yakinin aja buat milih lo.”

New menatap lelaki tersebut. “Kalau gak sesuai yang penting gue udah usaha? Yakan?”

“Yap!” “Jangan lari, cuman bikin capek.” Jawab lelaki tersebut.

New menarik nafasnya “gue coba deh.” “Lo juga dong, udahan larinya. Lebih baik terlambat dari pada gak sama sekali gaksih?”

Lelaki tersebut tersenyum getir “gue pengen udahan sih larinya tapi nanti deh bentar lagi.”

“Yauda, thanks ya udah nemenin gue.” Ucap New sebari bangun dari duduknya.

Lelaki tersebut mengikuti New bangkit dari duduknya “gue yang makasih karena lo mau sharing tentang cogil lo.”

“Ohya, gue tau lo gak berharap ketemu gue lagi hahahaha.” Tawa lelaki tersebut.

New menggaruk kepalanya yang tak gatal “keliatan banget?”

Lelaki tersebut mengangguk “tapi kalau sekedar tau nama lo boleh dong?”

“Newadi Thitipoom Techaapaikhun.” New mengajak lelaki tersebut berjabat tangan.

Lelaki tersebut menyambut hangat jabatan tangan New sebari tersenyum.

“Toffan, Toffan Jumial Adulkittiporn.”

@pandaloura

“Dasar cogil! Orang gila! Emang harusnya gue gak percaya sama cogil kayak dia! Step by step taik kucing! Kalau lo masih ada perasaan sama orang ngapain sok sokan mau buka hati! Dasar cowok gilaaa!!!” Keluh New sepanjang jalan.

Saking emosinya ia tak sadar kini sudah kembali ke bibir pantai yang agak jauh dari hotelnya. “Emang dia fikir dia doang yang bingung? Gue engga?! Dasar cowok gila! Hahhhh emosi banget Tuhan.”

“Bodo amat mau sama siapa kek gak akan gue fikirin! Dasar gila!!!!!” New masih saja mengoceh sampai saking emosinya ia tak sadar menabrak tubuh seseorang yang berdiri tepat di depannya.

brukk

“Eh eh sorry, mianhaee.. Mianhae..” New kemudian menepuk jidatnya “ini bukan Korea goblog! Sumpah gara-gara si cogil gue jadi ikutan gila gini.” New kemudian mengangkat wajahnya menatap sosok lelaki di depannya lalu mengangkat tangannya membuat pose meminta maaf.

“Eh, sorry sorry mr.. Khotot krab” Namun lelaki di hadapannya hanya bisa menahan tawanya.

“Ni orang gila kali ya? Gue minta maaf malah mau ketawa. Ni orang sekitar gue kenapa gila semua sih?!” Ucapnya kesal.

Lelaki di hadapannya pun kini tertawa dengan lepas membuat New semakin kebingungan ”fix another cowok gila!” Ucapnya lagi.

“Gue gak gila kok. Gue waras.” Lelaki dihadapan New akhirnya buka suara dan membuat New semakin terkejut “anjir, kirain gue orang sini!”

Lelaki tersebut kembali tertawa “hahaha, hai.. Lo orang indo juga?”

“Iya. Lo juga?”

Lelaki tinggi tersebut mengangguk “iya. Kayaknya lo lagi kesel banget, everything’s allright?

“I’m oke, cuman abis ketemu cogil jadi ikutan gila gue.” Jawab New asal.

Lelaki tersebut mengernyitkan dahinya “cogil? Cowok gila?”

New terkekeh “iya cowok gila.”

“Gue bukannya mau ikut campur, tapi gue ada waktu free sih buat dengerin cerita lo tentang cogil ini” Ucap lelaki tersebut.

New menatap tajam lelaki tersebut dari ujung kepala ke ujung kakinya stylenya oke sih, tipe-tipe buaya, tapi lumayan lah buat nemenin sambat gue. Toh cuman ketemu disini, gakan mungkin ketemu lagi kan?

Lelaki tersebut sadar di perhatikan “gue bukan orang jahat kok, beneran. Cuman gue penasaran aja, apa yang dilakukan cogil itu sampe lo ngomel-ngomel sepanjang bibir pantai gini.”

New masih menatap tajam lelaki tersebut.

“Kalau lo gak nyaman, gue bisa pergi kok.”

New langsung menggelengkan kepalanya “sebelum cerita, beli beer dulu yuk. Gue haus.”

”Cool.” Ucap lelaki tersebut sebari tersenyum.

Kini keduanya sudah duduk beralaskan pasir ditemani dengan dua botol beer dan memilih tempat yang lebih jauh dari kerumunan.

“Lo percaya sama yang namanya jodoh gak?” New yang memulai pembicaraan.

Lelaki di sampingnya mengangkat kedua bahunya tak yakin ”so so”

“Sama sih, karena banyak yang bilang jodoh itu cerminan diri ada juga yang bilang jodoh itu akan saling melengkapi. Ya kalau jodoh itu cerminan diri yang bilang saling melengkapinya jadi gak valid dong? Kan Jodoh kita mirip banget sama kita. Iya gak?”Tanya New.

Lelaki tersebut mengangguk tanda setuju dengan pernyataan yang New buat “bener juga, kok gue gak kefikiran ya?”

“Gausah di fikirin gak ada di UN.” Jawab New santai.

“UN? Ujian Negara? Anjir, jaman kapan banget UN hahahah.” Lelaki di samping New kini tertawa lepas.

New sedikit melirik “oke lo tua berarti.”

“Mau bilang engga ya tapi udah gak muda juga.” Ucap Lelaki tersebut.

New menatap kosong ombak yang menderu di hadapannya “gue baru aja nikah, baru mau seminggu kayaknya.”

“Woaw, congrats!.” Lelaki tersebut tulus memberikan selamat.

New mendecih ”thanks tapi kayaknya bukan hal yang harus di selamatin.”

“Oke, jadi si ‘cogil’ ini suami lo?” Tanya lelaki tersebut hati-hati.

New mengangguk “fyi gue bisa ngandung, makanya gue nikah sama laki. Dan fyi lagi, gue nikah karena di jodohin. Kayaknya gue tmi banget sama lo.” Ucap New di tambah dengan kekehan diakhir kalimatnya.

“Gapapa, sesuatu yang baru tmi sama stranger.” Mengangkat kembali bahunya.

“So, si cogil ini melakukan apa sama lo?” Tanya lelaki tersebut.

New menarik nafasnya dalam-dalam dan sempat meneguk botol beer di tangannya “jadi, jadi sebelum gue tau gue di jodohin gue udah pernah ketemu dan itu pertemuan yang bad, very bad terus pas udah nikah yauda kita mencoba deh, gak deng.. Malah tuh cogil yang minta step by step deh, pedekate lah ya.. Semuanya berjalan baik, baik banget. Sampai tadi pagi, dia tetiba ngilang dan gak jelasin apa-apa. Cuman bisa minta maaf, lo bingung gak jadi gue? Ada yang minta maaf tapi gue gak tau salahnya dia tuh apa.”

“Ah pasti bingung sih. Terus, lo gak nanya?” Lelaki tersebut merespon.

New mengangguk “ya nanya lah, tapi dia cuman bilang gue yang salah, tijel deh.”

“Tijel?” Lelaki tersebut mengulang kata yang tak familiar.

“Tidak jelas.” Jawab New sebari terkekeh.

Lelaki tersebut tertawa kembali “anjir! Ada aja ya kosakata lo.”

“Hahaha, gue lanjut jangan?” Tanya New.

Lelaki tersebut mengangguk sebari menengguk beer “lanjut.”

“Dan ternyata lo tau gak kenapa? Pasti gatau, yauda gue kasih tau. Dia tuh punya mantan? Atau apa ya? ”Crush berkepanjangan gituloh, gue gatau sedalam apa hubungan mereka sebelumnya tapi si cogil ini gak pernah mau bahas sama gue yang membuat gue menyimpulkan bahwa ya mereka udah selesai. Tapi kayanya gue salah besar.”

“Dan ternyata si cogil sama crushnya masih berhubungan terus si cogil jadi bingung harus lanjut sama lo apa perjuangin crushnya lagi?Terus pagi ini dia baru sadar kalau dia bingung, berakhir dia ngilang gitu aja?” Lelaki tersebut mencoba menebak.

”Binggo!” “Lo cenayang sih.” Kekeh New kemudian melanjutkan ceritanya.

“Yang gue tangkep sepertinya gitu. Karena, si cogil ketika gue tanya maunya apa dia gak bisa jawab. Dia cuman bilang gatau.” Jawab New santai.

Lelaki tersebut menoleh menatap wajah New yang masih menatap lurus ombak “kenapa gak lo coba yakinin buat dia stay sama lo?”

“Buat apa? Harusnya tanpa gue yakinin dia udah tau dong apa yang harus dia pilih? Lo fikir pernikahan tuh gitu doang? Harusnya ketika dia milih oke dengan perjodohan ini, dia harus stop mikirin orang lain dan fokus sama pilihan awal lo. Tapi kita emang gak bisa sih berharap sama manusia.” Ucap New kembali.

Lelaki tersebut mengangguk “iya sih, tapi sometimes ya.. Orang kayak gitu tuh cuman bingung dan emang butuh dorongan lain buat memilih pilihannya, dan menurut gue lo sebagai sosok yang ‘sah’ tuh wajib banget membimbing dan membantu cogil lo buat decide pilihannya.”

“Kalau lo lari gini, gak akan nyelesein masalah. Yang ada malah gak nemuin jalan keluar dan malah munculin masalah-masalah baru.”

Lelaki tersebut menarik nafasnya dalam “dan menurut gue, kalau lo lari kaya gini lo pasti nanti akan muncul fikiran coba ya gue paksa dia, coba aja gue lebih usaha, coba aja bantu dia milih gue dan coba-coba lainnya akan muncul. Ya intinya lo akan nyesel”

“Kalau gue udah usaha tapi hasilnya gak sesuai dengan yang gue mau, gimana?” New bertanya.

Lelaki tersebut tersenyum “setidaknya lo udah usaha, kalau hasilnya emang gak sesuai sesuai yaudah mau gimana tapi percaya deh dihati lo pasti ada kepuasan karena lo usaha, gak lari.”

“Bentar, jangan bilang lo lagi udah ngerasain nyesel karena ‘lari’?” New menoleh menatap lelaki di sampingnya.

“Oke, lo juga cenayang berarti.” Kekeh lelaki tersebut.

“Tapi casenya beda sih, waktu itu posisi gue agak complicated tapi intinya gue bukan nyari jalan keluar tapi malah lari, kabur dari orang-orang dan malah berakhir disini.” Cerita lelaki tersebut.

Lelaki tersebut kemudian menoleh menatap New “dan sekarang gue ngerasain nyeselnya, tiap hari selalu muncul di otak gue coba aja, coba aja. Ya intinya gue gak mau orang ngerasain apa yang gue rasain, karena gak enak.” Jelasnya lagi.

“Lah kok jadi gue yang cerita hahaha, balik lagi sama cogil lo.” “Gue tau sih lo marah, kecewa karena seolah dijadikan pilihan tapi cogil lo lagi bingung dan baiknya lo yakinin aja buat milih lo.”

New menatap lelaki tersebut. “Kalau gak sesuai yang penting gue udah usaha? Yakan?”

“Yap!” “Jangan lari, cuman bikin capek.” Jawab lelaki tersebut.

New menarik nafasnya “gue coba deh.” “Lo juga dong, udahan larinya. Lebih baik terlambat dari pada gak sama sekali gaksih?”

Lelaki tersebut tersenyum getir “gue pengen udahan sih larinya tapi nanti deh bentar lagi.”

“Yauda, thanks ya udah nemenin gue.” Ucap New sebari bangun dari duduknya.

Lelaki tersebut mengikuti New bangkit dari duduknya “gue yang makasih karena lo mau sharing tentang cogil lo.”

“Ohya, gue tau lo gak berharap ketemu gue lagi hahahaha.” Tawa lelaki tersebut.

New menggaruk kepalanya yang tak gatal “keliatan banget?”

Lelaki tersebut mengangguk “tapi kalau sekedar tau nama lo boleh dong?”

“Newadi Thitipoom Techaapaikhun.” New mengajak lelaki tersebut berjabat tangan.

Lelaki tersebut menyambut hangat jabatan tangan New sebari tersenyum.

“Toffan, Toffan Jumial Adulkittiporn.”

@pandaloura

New berjalan pelan menuju kamar hotelnya, berharap Tay berada disana dan menjelaskan apa yang tengah terjadi diantara keduanya.

Sesampainya di depan kamar ia membuka pintunya dan melihat Tay tengah terduduk sebari fokus melihat i-Padnya.

“Tetawan?” New mencoba memanggil Tay dan Tay menoleh ke arahnya “New.”

Tay kemudian beranjak dari duduknya mencoba mengambil tas kecilnya dan sepertinya berencana untuk keluar dari kamar tersebut namun hal tersebut tak terlaksana karena New dengan cepat meraih lengan tangannya “lo mau kemana?”

“Keluar sebentar.” Jawabnya tanpa melihat wajah New.

“Tee? We good right? Kalau gue ada salah, lo bilang. Gue gak ngerti kenapa lo ngehindarin gue gini.” Ucap New sedikit memelas.

Tay mencoba menoleh menatap New “lo gak ada salah, gue yang salah.”

“Apanya yang salah? Gue gak ngerti dimana yang salah? Ciuman kita? Atau apa? Explain ke gue, biar gue ngerti.” Ucap New kembali.

Belum Tay membalas ucapan New, ponselnya kemudian berdering dan dengan cepat ia mengangkat panggilan tersebut “ya Nam? Nanti aku call lagi.” Kemudian kembali mematikan ponselnya.

“New, kepala gue sekarang lagi penuh banget. Gue tau gue salah banget, tapi banyak hal banget yang lagi gue fikirin. Tentang pernikahan kita, elo dan dan..”

“Namtan?” New membantu Tay menyelesaikan ucapannya.

Tay menatap dalam New ”sorry

“Buat apa? Lo dari tadi minta maaf, tapi lo gak jelasin alasan lo minta maaf itu apa?!” New sedikit geram.

“Tay! Gue gak tau, lu dan Namtan punya hubungan apa di masa lalu, karena lo gak pernah kasih kesempatan gue buat tau! Gue kira, antara lo dan dia udah selesai dan lo sendiri yang setuju buat perjodohan ini. Yakan Tay?!” Tay mengangkat wajahnya “iya.”

New menarik nafasnya dalam-dalam “harusnya kalau lo ngerasa hubungan lo belum selesai sama Namtan, lo gak setujuin perjodohan ini.”

“Sekarang ini bukan tentang lo sama Namtan doang Tay! Ada gue! Lo fikir gue suka sama perjodohan ini? Gak Tay! Lo tau banyak hal yang gue korbanin juga buat sampe disini, mimpi gue! Hidup gue! Kemaren lo bilang untuk step by step buat saling ngenal, oke gue turutin Tay. Lo fikir cuman lo yang belajar buka hati? Gue juga! Gue juga belajar Tay, terus sekarang pas gue udah nyoba lo tetiba ngilang gitu aja, minta maaf untuk alasan yang gue gatau itu untuk apa!“

New memegang pelipisnya “coba sekarang lo jelasin sama gue, lo maunya apa? Namtan? Atau mau apa? Jangan diem Tay!”

“Tawan!” New akhirnya berteriak memanggil nama suaminya.

“Gue gak tau!!” Jawab Tay tak kalah berteriak. “Gue gak tau, gue gak tau New. Gue beneran gak tau.” Lirihnya.

”I’m not your second choice, Tawan.” Tekan New lalu berbalik meninggalkan Tay sendirian.

@pandaloura

New berjalan pelan menuju kamar hotelnya, berharap Tay berada disana dan menjelaskan apa yang tengah terjadi diantara keduanya.

Sesampainya di depan kamar ia membuka pintunya dan melihat Tay tengah terduduk sebari fokus melihat i-Padnya.

“Tetawan?” New mencoba memanggil Tay dan Tay menoleh ke arahnya “New.”

Tay kemudian beranjak dari duduknya mencoba mengambil tas kecilnya dan sepertinya berencana untuk keluar dari kamar tersebut namun hal tersebut tak terlaksana karena New dengan cepat meraih lengan tangannya “lo mau kemana?”

“Keluar sebentar.” Jawabnya tanpa melihat wajah New.

“Tee? We good right? Kalau gue ada salah, lo bilang. Gue gak ngerti kenapa lo ngehindarin gue gini.” Ucap New sedikit memelas.

Tay mencoba menoleh menatap New “lo gak ada salah, gue yang salah.”

“Apanya yang salah? Gue gak ngerti dimana yang salah? Ciuman kita? Atau apa? Explain ke gue, biar gue ngerti.” Ucap New kembali.

Belum Tay membalas ucapan New, ponselnya kemudian berdering dan dengan cepat ia mengangkat panggilan tersebut “ya Nam? Nanti aku call lagi.” Kemudian kembali mematikan ponselnya.

“New, kepala gue sekarang lagi penuh banget. Gue tau gue salah banget, tapi banyak hal banget yang lagi gue fikirin. Tentang pernikahan kita, elo dan dan..”

“Namtan?” New membantu Tay menyelesaikan ucapannya.

Tay menatap dalam New ”sorry

“Buat apa? Lo dari tadi minta maaf, tapi lo gak jelasin alasan lo minta maaf itu apa?!” New sedikit geram.

“Tay! Gue gak tau, lu dan Namtan punya hubungan apa di masa lalu, karena lo gak pernah kasih kesempatan gue buat tau! Gue kira, antara lo dan dia udah selesai dan lo sendiri yang setuju buat perjodohan ini. Yakan Tay?!” Tay mengangkat wajahnya “iya.”

New menarik nafasnya dalam-dalam “harusnya kalau lo ngerasa hubungan lo belum selesai sama Namtan, lo gak setujuin perjodohan ini.”

“Sekarang ini bukan tentang lo sama Namtan doang Tay! Ada gue! Lo fikir gue suka sama perjodohan ini? Gak Tay! Lo tau banyak hal yang gue korbanin juga buat sampe disini, mimpi gue! Hidup gue! Kemaren lo bilang untuk step by step buat saling ngenal, oke gue turutin Tay. Lo fikir cuman lo yang belajar buka hati? Gue juga! Gue juga belajar Tay, terus sekarang pas gue udah nyoba lo tetiba ngilang gitu aja, minta maaf untuk alasan yang gue gatau itu untuk apa!“

New memegang pelipisnya “coba sekarang lo jelasin sama gue, lo maunya apa? Namtan? Atau mau apa? Jangan diem Tay!”

“Tawan!” New akhirnya berteriak memanggil nama suaminya.

“Gue gak tau!!” Jawab Tay tak kalah berteriak. “Gue gak tau, gue gak tau New. Gue beneran gak tau.” Lirihnya.

”I’m not your second choice*, Tawan.” Tekan New lalu berbalik meninggalkan Tay sendirian.

@pandaloura