Tay tengah menatap lurus pantulan wajahnya di cermin besar yang berada di hadapannya.
“Sebentar lagi, tanggung jawab kamu bukan hanya tentang diri kamu Bang. Nantinya akan bertambah dengan tanggung Jawab kamu terhadap pasangan dan keluarga kecil kamu. Kamu sudah gak bisa main-main ya nak?”
Tay mengingat ucapan sang Mamah beberapa menit lalu sebelum beliau meninggalkan dirinya sendirian.
Tay kemudian menarik nafasnya dalam-dalam “udah gak bisa puter balik Tay, hadepin.” Lirihnya.
Tak berselang lama ia mendengar pintu kamarnya di ketuk kemudian ia menoleh “masuk.”
“Hai Kak..” Sosok wanita yang mengambil hati Tay muncul dengan senyum hangat yang sejujurnya Tay sangat rindukan. “Haii Nam..”
“Aku boleh masuk?” Tanyanya yang langsung di jawab anggukan oleh Tay.
Namtan berjalan mendekati Tay lalu menatap sendu sang mempelai “selamat ya? btw kamu ganteng banget hari ini.” Tay mencoba membalas dengan senyuman “thank you Nam.”
“Kamu gak marah kan sama aku?” Tanya Namtan canggung.
Tay menggeleng “gak lah,kenapa aku harus marah?”
Namtan sedikit mencebik “tapi chat aku dicuekin terus, jahat banget aku tau kamu nikah bukan dari kamu tapi dari Tante.”
“Katanya kamu gak akan pernah punya rahasia kalau sama aku.”
Tay tersenyum hangat “people change”
“Semua orang pasti berubah kan Nam? Kadang gak sesuai sama apa yang kita mau.” Ucapnya lagi.
Namtan hanya bisa membalas dengan senyuman.
“Hmm, aku keluar dulu ya Nam? Nanya wo acaranya mulai jam berapa.” Ucap Tay meninggalkan Namtan yang masih berdiri kaku diposisinya.
— Kamar Milik Mempelai
New menatap lurus ke arah jendela kamar hotelnya, dadanya sedikit berdegup mengingat ini adalah salah satu hari besar di hidupnya. Hari ini, hari dimana ia akan menjadi pasangan seseorang dan memberikan sisa hidupnya untuk saling berbagi dengannya.
“Hey.. Kok ngelamun?” Ibu yang kini tengah memakai kebaya dan wajahnya telah di poles dengan balutan make up membuyarkan sedikit lamunan New.
New menoleh lalu mengenggam tangan sang Ibu sebari menggeleng lemah “gak kok bu, Ibu hari ini cantik banget.” Ucapnya sebari tersenyum hangat.
“Kamu juga nak, gugup ya?” Tanya Ibu sebari mengelus wajah anak semata wayangnya. “Sedikit.” Jawab New dengan sedikit terkekeh.
Ibu mengelus punggung tangan New dengan lembut “anak Ibu sebentar lagi akan jadi milik orang lain, ibu seneng tapi ada sedihnya tapi senengnya lebih banyak karena anak ibu nantinya akan ada yang jagain, akan ada yang nemenin hari-hari anak ibu.”
“Aku tetep anak ibu kok, statusnya aja jadi double.” Jawab New lemah.
Ibu mengangguk “selalu, New akan selalu jadi anak ibu.”
“Aduh, kalau ibu disini terus bakal nangis nih.. Ibu ke sebelah dulu, gantian Fah sama Gigi yang masuk sebelum acaranya ntar mulai.” Ucap sang Ibu sebari berjalan keluar dari kamar New dan mempersilahkan dua sahabat yang New sudah anggap sebagai keluarga bergantian memasuki kamar tersebut.
“Haii..” Sapa New kepada dua sahabatnya yang kini tengah menggunakan gaun bridesmaid berwarna gold.
Fah maupun Gigi mendekat dan langsung memeluk pelan sang mempelai “cakep banget adek gue.” Gigi yang pertama berkomentar.
“Kalah cakep deh gue.” Fah menimpali.
New hanya bisa tersenyum tipis mendengar komentar kedua sahabatnya “apaansih..”
“New..” Fah dan Gigi masing-masing menggenggam tangan New.
“Gue gak kemana-manaaaaa.” Ucap New melihat wajah kedua sahabatnya sudah berkaca-kaca. “Gue cuman jadi pasangan suami gue, tapi gue tetep jadi New yang sekarang. Sahabat kalian, adeknya kalian walaupun sebenernya gue lahir di Januari yang harusnya gue jadi kakak kalian.” Kekeh New sebari mengelus punggung tangan kedua sahabatnya.
“Kalau lu di jahatin atau ada masalah jangan lari kemana-mana ya? Gue sama Gigi akan selalu di sisi lu.” Ucap Fah menatap dalam mata New.
Gigi ikut mengangguk “bener, pokoknya walaupun lu udah jadi suami orang gak ada yang berubah dari kita bertiga ya? Kita tetep harus tetep sama-sama terus.”
“Iya pastiiii kok. Udah dong, gue pengen nangis nih. Kasian MUA gue udah usaha banget nih ke muka gue.” New melayangkan candaan kepada kedua sahabatnya.
Fah dan Gigi pun bangkit dari duduknya “yaudah kita kedepan dulu ya? Ketemu di bawah ya?” New mengangguk lalu tersenyum “iya.”
Lalu New kembali di tinggalkan sendirian.
Tak berselang lama lamunan New kembali terusik saat mendengar langkah kaki mendekati dirinya.
“Eh Om..” Sapa New saat melihat sosok yang mendekatinya adalah calon mertua lelakinya.
“Hai, jangan Om dong. Papah.” Ucap lelaki paruh baya tersebut.
New mengangguk sebari tersenyum malu “iya Pah, maaf.”
“Papah gak nyangka, Techa punya anak secantik kamu.” Ucapnya sebari tersenyum. “Makasih Pah.” Jawab New sebari tersipu malu.
“New, mungkin nanti kamu akan nemuin kesusahan atau perselisihan dengan Tawan. Tapi percayalah, Tawan walaupun agak keras tapi dia anak yang baik kok.” Ucap sang Mertua. “Saling jaga ya Nak? Saling bimbing satu sama lain.” Ucapnya lagi.
New mengangguk “iya Pah.”
“Kayanya udah waktunya turun, hari ini Papah yang nemenin kamu di altar ya?” New mengangguk dan tangannya pun melingkar di lengan sang Papah mertua.
— Ballroom Hotel.
“Dengan ini saya saya nyatakan bahwa kalian berdua telah sah menjadi sepasang suami.” Ucap sang penghulu yang langsung di sambut riuh tamu yang berbahagia.
Setelah sah, keduanya pun saling memasangkan cincin pernikahan di masing-masing jari manisnya.
“Cium, cium, cium..” Sorakan hangat masih dari tamu yang hadir.
Tay pun menatap New dengan dalam, seolah matanya meminta izin dari sang suami akan tindakan yang akan ia lakukan selanjutnya. New membalas dengan anggukan yang sangat kecil sehingga orang-orang sekitarnya tak akan tahu kalau ia memberikan gerakan kecil tanda mempersilahkan tindakan sang suami pada dirinya.
Tay kemudian mengangkat tangannya menempatkan di wajah sang suami manisnya lalu wajahnya ia coba dekatkan sehingga jarak diantara keduanya sudah tak ada, ia pun mendaratkan bibirnya ke bibir ranum pink milik suami manisnya. Hanya kecupan hangat yang ia sematkan.
Tak ayal para tamu undangan pun tak mau ketinggalan untuk mengabadikan moment tersebut riuh-riuh tepuk tangan dan ucapan selamat kemudian memenuhi ballroom hotel tersebut.
Selamat Menikah Tawan Putra Vihokratana dan Newadi Thitipoom Techaapaikhun
@pandaloura