Siang itu, New dan sang ibu tengah terduduk manis di teras rumah sederhananya menunggu jemputan datang. Keduanya sudah bersiap sedari pagi untuk acara pertemuan siang ini.
“Nanti sambil di ajak ngobrol aja ya nak putranya.” Ucap ibu sebari menatap lembut New.
New mengangguk “iya bu.”
‘Putra’..Oh calon teman hidupnya bernama putra fikir New.
“Nah tuh dateng jemputannya.. Yuk nak?” Ajak ibu begitu ada sebuah mobil lengkap dengan sopirnya berhenti tepat di depan rumah keduanya, lalu sesaat sopir mobil tersebut menyapa, keduanya pun langsung masuk dan memulai perjalannya.
Kurang lebih lima belas menit keduanya menghabiskan waktu di jalan, sampai akhirnya mereka sampai di sebuah hotel mewah yang langsung diarahkan dan diantarkan menuju restorannya yang berada di lantai lima.
“Haii Jenna..” Begitu keduanya memasuki restoran seseorang wanita berusia lima puluhan menghampiri keduanya.
Ibu tersenyum lalu membalas pelukan wanita tersebut “hai Mbak..”
Setelah melepas pelukan dan melakukan ritual cium pipi kanan dan kiri Ibu pun langsung memperkenalkan anak semata wayangnya “Mbak, kenalin.. Ini New.. Nak.. Ini tante Arum..” New pun mengangguk sebari tersenyum lalu mengecup punggung tangan calon mertuanya tersebut. “Haloo Tante, kenalin saya Newadi Thitipoom Techaapaikhun.”
“Haloo sayang, salam kenal ya nak? Yuk langsung ke meja, udah ada Om Tuang sama Nenek juga.” Ajak Tante Arum kepada New dan juga Ibunya.
Setelah semuanya saling bertegur sapa dan saling memperkenalkan diri, obrolan pun dimulai.
“Tadin tante udah ajak Tay, tapi ternyata dia ada kerjaan yang gak bisa di tinggalin, mungkin Next ya New ketemu berdua aja sama Tay.” Ucap Tante Arum memulai pembicaraan.
New sedikit kebingungan setelah mendengar nama Tay yang baru saja Tante Arum sebutkan “Tay? Bukannya anak Tante namanya Putra?”
“Oh, nama lengkapnya Tawan Putra Vihokratana sayang. Cuman panggilannya Tay.” Jelas Tante Arum sebari tersenyum.
New pun mengangguk tanda mengerti.
“Jadi, terkait perjodohan ini dari sisi New dan keluarga Techaapaikhun apakah setuju?” Tanya Tuang Vihokrtana.
New menoleh menatap sang Ibu, lalu sang Ibu dengan cepat menggengam tangan anaknya “setuju, kami yakin perjodohan ini memang sudah di takdirkan.“
“Baik, karena dari kedua belah pihak sudah setuju bagaimana kalau kita langsung bahas step selanjutnya?” Tanya Tuang kembali.
Sebelum ada yang menjawab terdengar suara dehaman dari wanita tua yang New yakini adalah Nenek dari calon suaminya “hmm, sebelum kesana, saya mau tau dulu.. Kamu ini kerjanya apa sekarang? Kuliah? Atau bagaimana?”
“Bu..” Tante Arum mencoba menahan. “Kenapa? Masa ibu gak boleh tau latar belakang calon untuk cucu ibu?” Jawabnya sedikit tak ramah.
“Saya sekarang kerja di sebuah cafe Nek.” Jawab New lembut.
Nenek Tay menatap tajam “sebagai apa? Manager? Keuangan? Atau apa?”
“Bu, kita kan sudah tau.” Bisik Tante Arum. “Diem, kamu diem ajadeh.” Jawab Nenek dengan ketus.
New mencoba tersenyum “saya kasir Nek, tapi kadang bantu jadi pelayan atau di dapur juga.”
Nenek Tay menggeleng lalu terdengar suara hembusan nafasnya yang berat “karena kamu mau menikah dengan cucu saya, keluar dari pekerjaan kamu. Saya gak mau calon untuk cucu saya seorang kasir.”
“Memangnya kenapa dengan pekerjaan tersebut? Itu kan pekerjaan halal, dan saya gak pernah malu akan hal itu.” Jawab New sedikit tak suka.
Ibu mengeratkan genggamannya lalu mencoba memberikan senyuman menenangkan kepada New lalu menoleh menatap Nenek “anak saya tidak bisa merasakan bangku perkuliahan dan memilih untuk langsung bekerja karena ia punya tanggung jawab terhadap ibunya yang sakit-sakitan. Ia rela mengubur mimpinya hanya untuk menghidupi kami berdua, ia bekerja keras dari pagi hingga malam dengan hasil jerih payahnya sendiri, dan saya selalu bangga akan hal tersebut.” Jawab Ibu diakhiri dengan senyuman hangatnya.
“New mirip Ayahnya. Pekerja keras, selalu berusaha dan tak pantang menyerah.” Jawab Tuang Vihokratana sebari tersenyum bangga.
Tante Arum yang merasa suasanya jadi tak enak pun langsung mengambil alih “iya betul, New sangat tekun ya? Tante juga salut, di usia muda tapi tanggung jawabnya sudah sangat baik terhadap keluarga.”
“Maka dari itu, Tante dan Om benar-benar bersyukur ternyata calon untuk anak kami memiliki sifat baik seperti itu.” Ucap Tante Arum.
Lalu kemudian menatap lembut Ibu New “nah, untuk step selanjutnya.. Om dan Tante merasa lebih cepat lebih baik, apalagi usia Tay dan kamu juga bisa dibilang sudah sangat dewasa ya? Jadi untuk pernikahan bagaimana kalau laksanakan di bulan depan?”
“Hah? Bulan depan????” New membelakkan matanya dan terdengar terkejut dari suaranya.
“Terlalu lama? Apa mau dua minggu dari sekarang? Tante sudah hubungi Wedding Organizer yang akan bertanggung jawab untuk pesta kalian, kalau di majukan mungkin mereka siap-siap saja sih. Bagaimana?” Tanya Tante Arum yang semakin membuat New terkejut-kejut.
“Bulan depan bukannya kecepetan Tan? Hmm, New juga harus banyak persiapan untuk pernikahan.” Jawabnya ragu-ragu.
“Kamu hanya perlu mempersiapkan diri saja nak, untuk segala macam kebutuhan biar kami yang handle, satu bulan kedepan kamu cukup mempersiapkan diri sebari saling mengenal dengan Tay. Maka dari itu, baiknya kamu keluar saja dulu dari pekerjaan kamu agar kamu fokus terhadap pernikahan ini. Bagaimana New?” tanya Tuang Vihokratana.
New kemudian kembali menatap sang Ibu.
“Untuk kebutuhan kamu selama sebulan kedepan biar kami juga yang handle New, kamu jangan khawatir, biaya makan bahkan pengobatan ibumu biar kami yang handle, oke nak?” Tanya Tuang kembali lalu New pun mengangguk lemah “oke Om.”
Tante Arum mengangguk lalu menarik tangan kanan New lalu ia genggam dengan seksama “kamu tenang aja ya Nak?” New kemudian menatap kembali Ibunya yang tersenyum lalu kembali menoleh ke calon mertuanya “iya Tante.” Jawabnya.
“Nah kebetulan sekali, Tante ngajak makan disini sekalian kita bisa test food untuk nanti acara pernikahan kamu. Pokoknya, mulai hari ini biar tante yang urus segala hal keperluan pernikahan kamu.” Ucap Tante Arum dengan semangat.
“Dari New ada special request kah untuk pernikahan nanti? New mau pake jas karya designer mana? Atau mau pesta seperti apa? Nanti biar Tante atur.”
New menggeleng lemah “gak ada Tante.”
Boro-boro memikirkan pesta pernikahan impiannya, berfikir ia akan menikah saja tidak pernah terlintas di fikiran New.
“Oke, kalau gitu kita sambil makan siang nanti langsung ngobrol sama pihak WO nya ya? New dan Jenna gak ada acara kan hari ini?” Ibu dan New menggeleng bersamaan.
“Oke, good.”
“Kebetulan Tante sudah janjian jam dua siang dengan WO nya. Nanti sekalian saja ya kita sama-sama.” Ucapnya lagi.
“Yaudah sekarang kita makan siang dulu saja Mah.” Ucap Tuang kepada istrinya. “Oh oke Pah.” Lalu Arum memanggil pelayannya meminta agar makanannya dikeluarkan.
Lalu kelimanya pun memulai makan siangnya