pandaloura

Namtan menatap kosong ponselnya, masih mencoba mencerna dan mempercayai fakta yang baru saja ia dengar keasliannya.

“Katanya kamu gak mau ninggalin aku sendirian, ini malah langsung nikah.” Namtan tersenyum getir “kamu gak ada bedanya sama dia, ninggalin aku sendirian. Dasar Tukang bohong.” Kemudian ia memukul pelan dadanya dan tak lama isak tangisnya ikut menemaninya.

Ia masih memukul pelan dadanya berusaha mentransfer sakit di dalam dadanya “harusnya gue happy tapi kenapa sakit banget?” Isaknya.

“Kak.. Maafin gue, tapi.. Hhh.. Jangan tinggalin..Hhh gue.” Tangisnya semakin pecah.

Kurang lebih sepuluh menit unit apartement yang Namtan tempati dipenuhi oleh isak tangis getir dari dirinya. Ia kemudian mencoba menghapus air matanya perlahan “gak, gue gak boleh gini.. Dia udah minta kesempatan buat sama lo tapi lo tolak Namtan, he deserve better..”

Kemudian berusaha meraih ponselnya dan mulai membuka bubble chat lelaki yang menjadi alasan tangisnya malam ini.

@pandaloura

Setelah hampir dua jam berdiam diri di sebuah coffe shop dan menghabiskan dua gelas kopi New pun memilih untuk pulang kerumahnya dan berbicara dengan ibunya terkait rencana perjodohan yang sepertinya tidak akan bisa terlaksana.

“Bu.. Kok di luar?” Tanya New begitu sesampainya dirumah dan melihat sang ibu tengah terduduk di kursi yang berada di teras rumahnya.

Sang ibu bangun dari duduknya dan langsung mendekat ke arah sang anak “loh, Tawannya kemana nak? Kamu pulang sendiri?” New bisa merasakan kekecewaan di suara sang ibu.

“Tadi New di anterin kok bu.. Tapi cuman sampai depan, tadi Tawan di telfon ada kerjaan penting banget jadi langsung pulang. Tadi dia juga minta tolong New sampein maaf karena gak mampir.” Ucap New bohong.

Sang ibu mengangguk mencoba mengerti kesibukan sang calon menantu “syukurlah kalau di antar, gimana tadi kemana saja?” Tanya ibu dengan wajah berbinar-binar.

“Bu.. New..” New mengigit bibirnya berusaha mengumpulkan kekuatan untuk menyampaikan hal yang sudah ia fikirkan saat di coffe shop tadi.

Ibu menunggu sang anak berbicara.

“Bu, tentang pernikahan..” Ucap New ragu.

“Kenapa nak? Ehiya, jadi keingetan.. Undangan sudah jadi loh nak, tadi Tante Arum nganterin ke sini.. Sini lihat yuk, bagus banget deh.” Ajak ibu masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di dalam ibu dengan antusias memperlihatkan undangan pernikahan anak semata wayangnya dengan Tawan Putra Vihokratana. “Baguuus banget ya nak? Ya ampun, ibu masih gak nyangka kalau gak liat ini undangan. Bahagiaaaa banget ibu yaampun.. Tadi juga Gigi kesini, terus katanya emang bagus banget. Ibu makin gak sabar buat nyebarin besok, besok New temani ibu ya?”

New menatap sendu sang ibu, bagaimana bisa ia mematahkan rasa bahagia wanita yang paling ia cintai di dunia hanya karena keraguannya akan calon suaminya.

“New? Ibu terlalu heboh ya? Maaf ya nak, ehiya.. Yang mau di sampein apa nak?” Ibu mengenggam tangan anak semata wayangnya.

New menggelengkan kepalanya sebari tersenyum hangat “gak ada apa-apa bu, tentang pernikahannya.. New seneng banget. Besok kita sama-sama sebar undangannya ya bu?”

“Iya sayang.” Balas Ibu dan langsung memeluk hangat tubuh New “Ibu seneng banget akhirnya ibu punya kesempatan lihat anak ibu menikah.”

New mengangguk dalam pelukan sang ibu “New juga seneng kalau ibu seneng.”

Di banding ketakutannya menghabiskan hidupnya dengan orang asing bernama Tawan Putra Vihokratana, ternyata ia jauh lebih takut mematahkan kebahagiaan ibunya.

Jadi New hari itu memutuskan untuk menghadapi pernikahannya.

@pandaloura

“Dasar cowok gila!” Ucap New sebari menetralkan nafasnya yang menderu dan tatapan tajamnya mengikuti kepergian mobil yang sebelumnya ia tumpangi.

Dirinya sedikit tersadar saat mendengar beberapa bunyi klakson yang keluar dari beberapa mobil yang tengah berjalan di jalan raya tersebut.

“Kalau gak mau mati minggir woy!” “Orang gila apa diem di tengah jalan!” Beberapa teguran dari pengendara yang lewat.

Yang membuat New tersadar dan langsung memposisikan dirinya untuk berjalan menuju trotoar “dasar cowok gila! Bodo amat sama perjodohan! Bisa gila gue nikah sama orang kaya gitu!” Ia sesekali menghentakkan kakinya ke tanah, ungkapan kekesalan akan perlakuan yang baru saja ia terima dari calon suaminya tersebut.

“Dari jutaan bahkan milyaran orang di dunia ini, kenapa harus Tawan Putra Vihokratana Tuhan?” New mendongakkan wajahnya seolah meminta jawaban atas pertanyaannya pada langit.

@pandaloura

“Udah?” Tanya Tay Tawan kepada calon suami manisnya yang terduduk di hadapannya.

New mengangguk “udah, tapi gue ke toilet dulu ya? Eh nanti split bill aja ya?”

“Gausah, kan gue yang ajak. Yauda sana lu kalau mau ke toilet gue bayar dulu kalau gitu. Ntar ketemu di depan aja.” Ucap Tay yang langsung di balas anggukan oleh New.

Tay pun bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju kasir untuk membayarkan makan siang keduanya sedangkan New mengambil arah sebaliknya untuk menyelesaikan urusan pribadinya terlebih dahulu.

“Mbak atas nama Tawan.” Ucap Tay kepada sang kasir sebari memberikan kartu debit miliknya yang langsung di sambut baik oleh sang kasir “sebentar ya Mas..”

“Di satu juta dua puluh enam ribu ya Mas.” Ucap sang kasir sebari menyodorkan mesin gesek kartu kepada Tay.

“Terimakasih ya..” Ucap sang kasir begitu menerima pembayarannya tersebut.

Tay pun terseyum lalu lebih memilih untuk menunggu New di luar restoran tersebut. Begitu ia melangkahkan kakinya keluar, ia sedikit tertegun dan nafasnya ikut tercekat melihat sosok yang berdiri tepat di hadapannya.

“Kak Tay?”

Bukannya menjawab Tay hanya bisa berdiri mematung.

“Tawan.. Kenapa diem sih? Ayok jalan.” Ternyata New sudah berdiri tepat di belakang tubuh Tay.

“Tetawan kenapa diem sih? Ayok, abis ini kita kemana lagi.” Ucap New kembali.

Wanita yang berdiri di hadapan Tay pun menoleh memberikan tatapan bingung ke arah New.

“Temen Kak Tay?” Tanyanya dengan lembut. New ikut memberikan tatapan bingung “hah? Saya? Kamu nanya saya?”

Tay yang kini tersadar langsung menarik lengan New dengan cepat “ayok.” tak berniat memberikan New waktu untuk menjawab.

New yang bingung pun hanya bisa pasrah saat dirinya di tarik menuju parkiran mobil tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut Tay.

“Lu kenapa sih?” Tanya New begitu keduanya sampai di mobil.

Tay masih memilih membungkam mulutnya sebari mulai menjalankan mobilnya keluar dari kawasan Mall tersebut.

“Bisu kali ya..” Lirih New tak suka.

“Halooo? Ada orang gak sih?” New mencoba bertanya kembali.

Bukannya menjawab Tay malah melajukan mobil tersebut tanpa menghiraukan pertanyaan dari New.

“Lagian siapapun itu, harusnya lu gak boleh pergi gitu aja. Gak sopan tau, dia kan lagi nanya ke gue. Malah main tarik aja.” Ucap New.

“Lu gak perlu jawab.” Akhirnya ada kata-kata yang keluar dari mulut lelaki yang ada di balik kemudi.

New kemudian menoleh kembali ke arah Tay “kenapa gue gak perlu jawab? Apa hak lu larang-larang? Lagian, itu tuh beneran gak sopan.. Masa ada orang ngomong lu malah pergi gitu aja?”

“Bisa diem gak? Lu gak kenal juga kan sama dia? Jadi yauda gausah di jawab. Masalah sopan engganya gausah menggurui gue.” Jawab Tay ketus.

“Mau kenal atau engga ya tetep aja kalau nanya harus di jawab, apalagi gue ada di posisi yang bisa menjawab. Lu tuh beneran harus belajar buat komunikasi yang baik deh Tetawan, lagian tadi siapa sih? Mantan lu?” Tanya New.

“Sebelum lu komen gue harus belajar tentang komunikasi, lu juga harus belajar untuk gak terus-terusan ikut campur tentang urusan orang.” Ucapnya tanpa menatap lawan bicaranya.

New memutar bolanya malas “gue gak ikut campur, ya gue nanya? Lagian lu sampe shock gitu mukanya, siapasih? Cewek lu? Jangan bilang lu kabur dari dia? Cemen bgt, dihadepin dong.”

“Lu kalau masih mau ngoceh gak jelas, mending turun dari mobil gue. Kalau gamau turun, mending mulut lu di pake untuk diem aja.” Ancam Tay.

“Dih, kok ngancem? Lagian ya bener dong kalau emang lu ada masalah, ya hadepin. Masa malah kabur gitu aja, tuh cewe juga sama shocknya kok sama lu. Ini malah per..” belum sempat New menyelesaikan ucapannya

citttttt..

Mobil yang di tumpangi keduanya berhenti karena sang pengemudi menginjak rem secara mendadak.

“Keluar lo dari mobil gue.” Suara berat Tay sedikit membuat New terkaget.

“Gue udah bilang, kalau mulut lo gak bisa diem mending lo keluar dari mobil gue! Sekarang! Keluar lo dari mobil gue!” Tay kini menatap tajam wajah New.

New ikut terbelak namun tak mengeluarkan suara apa-apa, ia hanya melepas sabuk pengamannya lalu membuka pintu mobil tersebut dan kemudian memilih keluar.

Tay yang sadar New sudah keluar dari mobilnya kembali menginjak pedal gas di kakinya menjalankan kembali mobil miliknya.

“Dasar cowok gila!” Teriak New sebari mencoba menetralkan nafasnya yang menderu.

@pandaloura

“Kenapa sih bu ngeliatinnya gitu banget?” Tanya New kepada sang ibu yang sedari tersenyum hangat saat dirinya tengah mempersiapkan diri untuk bertemu Tay Tawan,calon suaminya.

Ibu menggeleng lemah sebari tetap menebarkan senyuman hangatnya “gak nyangka aja, anak Ibu udah mau punya suami.”

“Tapi tetep jadi anak kesayangan ibu kan?” Tanya New. Ibu mengangguk lalu mengelus pucuk kepala anak semata wayangnya “selalu dong..”

New terseyum hangat. “Terus calon mantu Ibu dateng jam berapa? Kamu pake baju yang pantes Nak, kan mau ketemu calon suami loh.” Ucap Ibu.

“Semalem sih bilang jam setengah satu sampe, tapi gatau deh.” New kemudian menatap sang ibu “udah Ibu tunggu aja diluar gih, New mau setrika baju dulu..”

Ibu mengangguk kemudian berbalik namun sebelum pergi keluar dari kamar sang anak ia sempat kembali mengingatkan “yang rapih dan wangi Nak.. Kesan pertama itu penting.”

“Iya Ibu.. Ibu mending tungguin aja deh di depan, bentar lagi sampe paling.” Usir lembut New.

Ibu pun mengangguk lalu melenggang berjalan meninggalkan New yang masih sibuk mencari pakaian yang akan ia kenakan “kesan pertama apaan, kesan pertama ketemu udah buruk definisi buruk yang paling buruk” monolog New.

Setelah keluar dari kamar anaknya, Jenna pun berjalan menuju teras dengan perasaan bahagia dan tak sabar menunggu kedatangan calon menantunya.

Ia kemudian memilih untuk duduk di kursi teras rumahnya namun tak berselang lama ia melihat sesosok lelaki tinggi berjalan ke arah rumahnya.

“Permisi, ini rumah New?” tanyanya dengan ragu. Jenna langsung berdiri dari duduknya dan tersenyum sungringah “Nak Tawan ya?”

Lelaki tinggi tersebut mengangguk lalu kemudian membalas senyumannya “iya Tante.”

“Sini masuk.. New nya masih siap-siap.. Nak Tawan parkir di depan ya?” Tay kembali mengangguk sebari berjalan mengikuti calon mertuanya memasuki rumah sederhananya.

“Mau minum? Atau mau kopi Nak?” Tanya Jenna sebari tak sedikit pun berniat untuk menghilangkan senyumannya.

Tawan yang tengah terduduk menggeleng canggung “gak usah Tante, makasih.”

“Kok Tante? Panggil Ibu aja ya Nak.. Tawan kerjaanya gimana? Sibuk sekali ya Nak?” Tanya Ibu lembut.

Tay menggaruk kepalanya yang tak gatal “i..Iya Bu, soalnya puji syukur lagi banyak yang pake jasa kantor saya.”

Ibu kembali tersenyum “syukurlah, semoga sukses terus ya nak.. Jaga kesehatan juga ya Nak?“ Tay mengangguk lalu tersenyum. “Maaf ya Bu, saya baru kesini.. Baru ketemu Ibu..”

“Gapapa, Ibu tau Nak Tawan sibuk. Ibu mengerti kok.. Tapi Ibu boleh minta tolong? Ibu titip New ya? Mungkin kalian kedepannya akan banyak menemukan perselisihan tapi tolong tetap saling menjaga ya Nak? Kamu nanti akan menjadi kepala keluarga, New nya jangan lupa di bimbing ya Nak..” Ibu sedikit memberi petuah.

Tay pun hanya bisa tersenyum sebari tersenyum “iya Bu..”

“Sebentar Ibu panggilin New nya ya?” Belum Ibu berdiri dari duduknya New sudah berdiri di ambang ruangan tersebut. “New udah disini Bu..”

“Ah udah selesai ya.. Mau langsung jalan?” Tanya Ibu pada keduanya. New pun menoleh menatap Tay.

Tay pun bangun dari duduknya “saya izin ajak New makan siang ga Tan eh Bu..” Ibu menoleh sebari kembali tersenyum “boleh dong, boleh sekali.. Hati-hati ya nak.”

Tay pun bergegas berpamitan dan langsung mengecup punggung tangan calon ibu mertuanya “saya jalan ya Bu..”

Ibu mengangguk sebari tak lupa mengelus pucuk kepala calon mantunya “iya nak, titip New ya?”

“New juga jangan nakal, harus nurut sama Tay.. Calon suami kamu.” Ucap Ibu yang kini menatap anaknya.

New pun sedikit mempoutkan bibirnya “iya Ibu, Ibu istirahat aja dirumah ya.. Nanti Gigi mau mampir katanya..”

“Iya, yaudah sana pergi keburu macet.” Ucapnya kembali sebari mengantar Tay dan juga New keluar dari rumahnya.

Punggung anak dan calon menantunya kini sudah menghilang dari pandangannya namun Ibu memilih untuk tetap mempertahankan senyumannya.

@pandaloura

Pagi itu terdengar sedikit kegaduhan di sebuah rumah sederhana milik keluarga Vihokratana.

New yang sedikit sibuk berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya sedangkan Tay selaku kepala keluarga tengah membantu kedua anaknya memakai seragam sekolahnya.

“Abang kalau udah, langsung sarapan nak. Nanti Kakak selesai sama Ayah langsung sarapan.” Ucap New sebari menyodorkan sebuah piring berisi nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi.

“Sayang, Mas sarapannya di bungkus aja biar Mas sarapan di kantor.” Ucap Tay setelah selesai membantu Frank lalu kembali bergegas ke kamar miliknya mengganti pakaiannya dengan pakaian kerjanya.

New mengangguk lalu dengan sigap mulai menyiapkan sarapan untuk sang suami agar bisa di bawa dan ia santap ketika sampai di kantornya.

“Nanti malam gak ada ya Bang Kak tidur lebih dari jam 10. Jadi susah kan bangunnya.” Ucap New yang langsung di respon anggukan oleh kedua anaknya.

“Adek makan mau Pah.” Celoteh Nanon, anak bungsu Vihokratana mendekati sang Papah.

New menoleh ke arah bocah tiga tahun tersebut lalu mengangguk “nanti yaa, Adek main dulu gih di ruang TV. Papah siapin dulu ya nak?” Nanon mengangguk lalu kembali berjalan menuju ruang TV miliknya.

“Abang Kakak, sarapannya sudah selesai? Yuk langsung berangkat ya?” Ajak Tay yang baru keluar dari kamarnya.

Pluem dan Frank pun turun dari kursinya lalu mulai mengais tas sekolahnya.

“Berangkat ya Hin.. Kamu hati-hati dirumah sama Adek. Kalau ada apa-apa langsung telfon.“ Ucapnya sebari langsung mengecup pucuk kepala suami manisnya. “Ayah berangkat ya dek? Abang Kakak, salam dulu sama Papah. Ayah kedepan duluan.” Ucapnya.

“Berangkat Pah.” Pluem dan Frank menyalami sang Papah bergantian. New tak lupa mengecup pipi keduanya “hati-hati ya? I Love you nak.”

Lalu kedua anak Vihokratana tersebut bergegas keluar menyusul sang Ayah yang sudah siap di atas motor bebek miliknya.

Sang bungsu pun bergegas menyusul namun sayang sang Ayah dan kedua kakaknya ternyata sudah berjalan meninggalkan pekarangan rumah.

Nanon pun kembali masuk kedalam rumahnya dengan menampilkan ekspresi kesedihan di wajahnya.

“Adek sayang? Kenapa nak? Mau sarapan? Sini sudah siap Nak.” Tanya New begitu melihat ekspresi sang anak.

Nanon menoleh kearah sang Papah masih dengan ekspresi sedihnya “Ayah, Abang sama Kakak gak peluk Adek.”

“Yaampun, sayang..” “Ayah sama Abang sama Kakak tadi buru-buru nak, jadi kelupaan peluk Adek.” Ucap New menjelaskan. “Sini peluk sama Papah aja ya?” New mendekatkan tubuhnya mendekap anak bungsunya.

Nanon membalas pelukan sang Papah namun masih dengan ekspresi sedihnya “Adek sedih gak di peluk Ayah sama Abang sama Kakak.” Lirihnya kembali.

New pun hanya bisa menenangkan bungsunya “nanti pas pulang minta peluk ya nak.”

@pandaloura

Sedih

Pagi itu terdengar sedikit kegaduhan di sebuah rumah sederhana milik keluarga Vihokratana.

New yang sedikit sibuk berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya sedangkan Tay selaku kepala keluarga tengah membantu kedua anaknya memakai seragam sekolahnya.

“Abang kalau udah, langsung sarapan nak. Nanti Kakak selesai sama Ayah langsung sarapan.” Ucap New sebari menyodorkan sebuah piring berisi nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi.

“Sayang, Mas sarapannya di bungkus aja biar Mas sarapan di kantor.” Ucap Tay setelah selesai membantu Frank lalu kembali bergegas ke kamar miliknya mengganti pakaiannya dengan pakaian kerjanya.

New mengangguk lalu dengan sigap mulai menyiapkan sarapan untuk sang suami agar bisa di bawa dan ia santap ketika sampai di kantornya.

“Nanti malam gak ada ya Bang Kak tidur lebih dari jam 10. Jadi susah kan bangunnya.” Ucap New yang langsung di respon anggukan oleh kedua anaknya.

“Adek makan mau Pah.” Celoteh Nanon, anak bungsu Vihokratana mendekati sang Papah.

New menoleh ke arah bocah tiga tahun tersebut lalu mengangguk “nanti yaa, Adek main dulu gih di ruang TV. Papah siapin dulu ya nak?” Nanon mengangguk lalu kembali berjalan menuju ruang TV miliknya.

“Abang Kakak, sarapannya sudah selesai? Yuk langsung berangkat ya?” Ajak Tay yang baru keluar dari kamarnya.

Pluem dan Frank pun turun dari kursinya lalu mulai mengais tas sekolahnya.

“Berangkat ya Hin.. Kamu hati-hati dirumah sama Adek. Kalau ada apa-apa langsung telfon.“ Ucapnya sebari langsung mengecup pucuk kepala suami manisnya. “Ayah berangkat ya dek? Abang Kakak, salam dulu sama Papah. Ayah kedepan duluan.” Ucapnya.

“Berangkat Pah.” Pluem dan Frank menyalami sang Papah bergantian. New tak lupa mengecup pipi keduanya “hati-hati ya? I Love you nak.”

Lalu kedua anak Vihokratana tersebut bergegas keluar menyusul sang Ayah yang sudah siap di atas motor bebek miliknya.

Sang bungsu pun bergegas menyusul namun sayang sang Ayah dan kedua kakaknya ternyata sudah berjalan meninggalkan pekarangan rumah.

Nanon pun kembali masuk kedalam rumahnya dengan menampilkan ekspresi kesedihan di wajahnya.

“Adek sayang? Kenapa nak? Mau sarapan? Sini sudah siap Nak.” Tanya New begitu melihat ekspresi sang anak.

Nanon menoleh kearah sang Papah masih dengan ekspresi sedihnya “Ayah, Abang sama Kakak gak peluk Adek.”

“Yaampun, sayang..” “Ayah sama Abang sama Kakak tadi buru-buru nak, jadi kelupaan peluk Adek.” Ucap New menjelaskan. “Sini peluk sama Papah aja ya?” New mendekatkan tubuhnya mendekap anak bungsunya.

Nanon membalas pelukan sang Papah namun masih dengan ekspresi sedihnya “Adek sedih gak di peluk Ayah sama Abang sama Kakak.” Lirihnya kembali.

New pun hanya bisa menenangkan bungsunya “nanti pas pulang minta peluk ya nak.”

@pandaloura

New baru saja selesai mempersiapkan dirinya, begitu ia keluar dari kamar miliknya ibunya sudah menunggu dengan wajah berbinar-binar.

“Ibu dengar hari ini kamu mau foto ya nak sama Tay?” Tanya beliau. New tersenyum hangat lalu mengangguk “iya bu, hari ini ibu istirahat ya? Kemaren kan udah keluar seharian sama Tante Arum.” Ucap New.

Ibu mengelus lengan putra semata wayangnya “iya, udah kamu gausah mikirin Ibu. Pokoknya Ibu sehat banget kok.” Lalu Ibu menatap mata New dengan penuh harap “Tay nya bakal jemput gak? Ibu pengen ketemu deh sama calon mantu Ibu.”

“Nanti ya Bu, dia kayaknya super duper sibuk banget deh. Ini aja buat foto kita langsung janjian di tempatnya karena dia ngejar waktu dari tempat kerja sebelumnya.” New mencoba memberi alasan kepada sang Ibu.

Terlihat sedikit raut kekecewaan di wajah wanita paruh baya tersebut “oh yasudah.” Kini New yang mengelus lengan sang Ibu “Tay bilang pengen banget jemput dan ketemu Ibu tapi kerjaannya banyak banget. Dia juga sempet minta maaf terus sama aku, nanti aku coba usahain untuk ketemu ya Bu?” Ibu kini memperlihatkan raut senyum di wajahnya lalu mengangguk “iya nak.”

“Yaudah, sekarang Ibu istirahat ya? Besok kan jadwal Ibu ke Rumah Sakit, jadi hari ini istirahat ya?” Ucap New sebari memakai sepatunya. “Iya bawel banget nih anak Ibu.”

Setelah selesai memakai sepatunya ia pun berdiri lalu mengecup pipi sang Ibu lalu kembali mengecup punggung tangannya “yaudah New berangkat ya.”

“Iya sayang, hati-hati yaa? Kabarin kalau ada apa-apa ya nak?” New mengangguk lalu berbalik dan mulai berjalan meninggalkan sang Ibu yang masih menatap punggung anaknya.

— Sunkissed Studio, Cipete.

Setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit New pun akhirnya sampai di sebuah bangunan yang menurutnya cukup besar dengan tag nama yang cukup menyita perhatiannya. “Sunkissed, hmm.. Mayan juga nih usahanya.” Gumamnya kemudian langsung memasuki gedung tersebut dan ia pun langsung di arahkan ke lantai lima dimana studio yang akan di pakainya berada.

“Mas New ya? Silahkan langsung masuk ajaya?” Ucap seorang wanita dari balik studio tersebut. Setelah di persilahkan New pun memasuki studio yang menurutnya cukup besar dengan banyak peralatan lighting, camera dan perlengkapan lainnya yang bahkan ia tak tahu namanya.

“Eh halooo..” Seseorang lelaki yang tengah mengalungkan kamera yang lumayan besar menyapa New dan mengajaknya untuk berjabat tangan. “Oh ini calonnya Tay, kenalin.. Gue Singto, yang hari ini bakal fotoin kalian.” New membalas jabat tangannya lalu tersenyum canggung “halo, New.”

Kemudian Singto mempersilahkan New untuk duduk “barusan Tay telfon, dia agak telat dikit karena kerjaan sebelumnya agak telat. Nah Tay udah milih dan tau konsep fotonya sih, jadi gue jelasin garis besarnya aja ya ke lu?” New mengangguk lemah.

“Simple kok, ini lebih ke casual aja. Lu pernah foto-foto gini gak?” New menggeleng lemah “paling foto buat KTP, SIM sama pas foto aja.” Singto terkekeh mendengar jawaban New “oke, oke.. Intinya nanti gue bakal bantu arahin ya? Di bawa santai aja oke?” New kembali mengangguk.

“Nah, detailnya sambil jalan aja deh ntar. Sekarang lu bakal di bantu team wardrobe dulu ya? Sambil nunggu Tay juga. Din, Dinda.. Tolong di urusin dulu nih pengantennya.” Ucap Singto yang membuat New tersipu malu.

Seorang wanita bernama Dinda pun menghampiri New “yuk Kak..” Dan New pun mulai mengikuti permintaannya.

New kini tengah duduk sebari di poleskan makeup di wajahnya. Suasana di studio tersebut begitu tenang sampai pintu terbuka studio tersebut terbuka dan menampilkan sesosok lelaki tinggi semampai dengan kulit tan yang membuat New membelakkan matanya dan tanpa aba-aba berdiri dari duduknya.

“Hahhh?!?! Lu?!?!” Ucapnya sebari menunjuk wajah lelaki tan tersebut yang kini sama-sama membelakkan matanya menatap tajam New. “Anjir lu?!!?” Ucapnya tak kalah terkejut.

Singto kemudian bangun dari duduknya mendekati keduanya “wow, ni dua pengangten kok saling kaget gitu sih?”

“HAAHHHH?!?” Keduanya secara bersamaan menoleh ke arah Singto.

“Kok hah? Lah, kan kalian yang mau nikah kok malah hah heh hoh gitu?” Singto ikut kebingungan.

“Bentar bentar, lu New? Newadi Thitipoom Teechapaikhun?” Tanya lelaki tan yang New yakini bernama Tay tersebut.

“Iya, dan lu Tawan Putra Vihokratana?” Lelaki tersebut mengangguk dan New langsung menutup matanya tak percaya.

Singto dan beberapa staffnya pun ikut kebingungan melihat ekspresi keduanya “ini ada apa sih? Ini jadi gak photoshootnya?” Tanyanya.

Tay langsung menggelengkan kepalanya “gak, gak..”

“Gak jadi?” Tanya Singto kembali.

“Gak, maksudnya gak ada apa-apa. Udah lanjut aja fotonya.” Ucap Tay kembali.

“Yauda, sana cuci muka dulu lu sebelum di makeup, New lanjutin lagi.. Gue siap-siap nih.” Singto mulai mengatur segalanya.

Tay pun langsung kembali keluar dari studio tersebut menuju kamar mandi kemudian langsung mencuci mukanya “dari milyaran orang di dunia ini, kenapa gue mesti di jodohin sama dia sih?!” Keluhnya.

@pandaloura

Siang itu, New dan sang ibu tengah terduduk manis di teras rumah sederhananya menunggu jemputan datang. Keduanya sudah bersiap sedari pagi untuk acara pertemuan siang ini.

“Nanti sambil di ajak ngobrol aja ya nak putranya.” Ucap ibu sebari menatap lembut New.

New mengangguk “iya bu.” ‘Putra’..Oh calon teman hidupnya bernama putra fikir New.

“Nah tuh dateng jemputannya.. Yuk nak?” Ajak ibu begitu ada sebuah mobil lengkap dengan sopirnya berhenti tepat di depan rumah keduanya, lalu sesaat sopir mobil tersebut menyapa, keduanya pun langsung masuk dan memulai perjalannya.

Kurang lebih lima belas menit keduanya menghabiskan waktu di jalan, sampai akhirnya mereka sampai di sebuah hotel mewah yang langsung diarahkan dan diantarkan menuju restorannya yang berada di lantai lima.

“Haii Jenna..” Begitu keduanya memasuki restoran seseorang wanita berusia lima puluhan menghampiri keduanya.

Ibu tersenyum lalu membalas pelukan wanita tersebut “hai Mbak..”

Setelah melepas pelukan dan melakukan ritual cium pipi kanan dan kiri Ibu pun langsung memperkenalkan anak semata wayangnya “Mbak, kenalin.. Ini New.. Nak.. Ini tante Arum..” New pun mengangguk sebari tersenyum lalu mengecup punggung tangan calon mertuanya tersebut. “Haloo Tante, kenalin saya Newadi Thitipoom Techaapaikhun.”

“Haloo sayang, salam kenal ya nak? Yuk langsung ke meja, udah ada Om Tuang sama Nenek juga.” Ajak Tante Arum kepada New dan juga Ibunya.

Setelah semuanya saling bertegur sapa dan saling memperkenalkan diri, obrolan pun dimulai.

“Tadin tante udah ajak Tay, tapi ternyata dia ada kerjaan yang gak bisa di tinggalin, mungkin Next ya New ketemu berdua aja sama Tay.” Ucap Tante Arum memulai pembicaraan.

New sedikit kebingungan setelah mendengar nama Tay yang baru saja Tante Arum sebutkan “Tay? Bukannya anak Tante namanya Putra?”

“Oh, nama lengkapnya Tawan Putra Vihokratana sayang. Cuman panggilannya Tay.” Jelas Tante Arum sebari tersenyum.

New pun mengangguk tanda mengerti.

“Jadi, terkait perjodohan ini dari sisi New dan keluarga Techaapaikhun apakah setuju?” Tanya Tuang Vihokrtana.

New menoleh menatap sang Ibu, lalu sang Ibu dengan cepat menggengam tangan anaknya “setuju, kami yakin perjodohan ini memang sudah di takdirkan.“

“Baik, karena dari kedua belah pihak sudah setuju bagaimana kalau kita langsung bahas step selanjutnya?” Tanya Tuang kembali.

Sebelum ada yang menjawab terdengar suara dehaman dari wanita tua yang New yakini adalah Nenek dari calon suaminya “hmm, sebelum kesana, saya mau tau dulu.. Kamu ini kerjanya apa sekarang? Kuliah? Atau bagaimana?”

“Bu..” Tante Arum mencoba menahan. “Kenapa? Masa ibu gak boleh tau latar belakang calon untuk cucu ibu?” Jawabnya sedikit tak ramah.

“Saya sekarang kerja di sebuah cafe Nek.” Jawab New lembut.

Nenek Tay menatap tajam “sebagai apa? Manager? Keuangan? Atau apa?”

“Bu, kita kan sudah tau.” Bisik Tante Arum. “Diem, kamu diem ajadeh.” Jawab Nenek dengan ketus.

New mencoba tersenyum “saya kasir Nek, tapi kadang bantu jadi pelayan atau di dapur juga.”

Nenek Tay menggeleng lalu terdengar suara hembusan nafasnya yang berat “karena kamu mau menikah dengan cucu saya, keluar dari pekerjaan kamu. Saya gak mau calon untuk cucu saya seorang kasir.”

“Memangnya kenapa dengan pekerjaan tersebut? Itu kan pekerjaan halal, dan saya gak pernah malu akan hal itu.” Jawab New sedikit tak suka.

Ibu mengeratkan genggamannya lalu mencoba memberikan senyuman menenangkan kepada New lalu menoleh menatap Nenek “anak saya tidak bisa merasakan bangku perkuliahan dan memilih untuk langsung bekerja karena ia punya tanggung jawab terhadap ibunya yang sakit-sakitan. Ia rela mengubur mimpinya hanya untuk menghidupi kami berdua, ia bekerja keras dari pagi hingga malam dengan hasil jerih payahnya sendiri, dan saya selalu bangga akan hal tersebut.” Jawab Ibu diakhiri dengan senyuman hangatnya.

“New mirip Ayahnya. Pekerja keras, selalu berusaha dan tak pantang menyerah.” Jawab Tuang Vihokratana sebari tersenyum bangga.

Tante Arum yang merasa suasanya jadi tak enak pun langsung mengambil alih “iya betul, New sangat tekun ya? Tante juga salut, di usia muda tapi tanggung jawabnya sudah sangat baik terhadap keluarga.”

“Maka dari itu, Tante dan Om benar-benar bersyukur ternyata calon untuk anak kami memiliki sifat baik seperti itu.” Ucap Tante Arum.

Lalu kemudian menatap lembut Ibu New “nah, untuk step selanjutnya.. Om dan Tante merasa lebih cepat lebih baik, apalagi usia Tay dan kamu juga bisa dibilang sudah sangat dewasa ya? Jadi untuk pernikahan bagaimana kalau laksanakan di bulan depan?”

“Hah? Bulan depan????” New membelakkan matanya dan terdengar terkejut dari suaranya.

“Terlalu lama? Apa mau dua minggu dari sekarang? Tante sudah hubungi Wedding Organizer yang akan bertanggung jawab untuk pesta kalian, kalau di majukan mungkin mereka siap-siap saja sih. Bagaimana?” Tanya Tante Arum yang semakin membuat New terkejut-kejut.

“Bulan depan bukannya kecepetan Tan? Hmm, New juga harus banyak persiapan untuk pernikahan.” Jawabnya ragu-ragu.

“Kamu hanya perlu mempersiapkan diri saja nak, untuk segala macam kebutuhan biar kami yang handle, satu bulan kedepan kamu cukup mempersiapkan diri sebari saling mengenal dengan Tay. Maka dari itu, baiknya kamu keluar saja dulu dari pekerjaan kamu agar kamu fokus terhadap pernikahan ini. Bagaimana New?” tanya Tuang Vihokratana.

New kemudian kembali menatap sang Ibu.

“Untuk kebutuhan kamu selama sebulan kedepan biar kami juga yang handle New, kamu jangan khawatir, biaya makan bahkan pengobatan ibumu biar kami yang handle, oke nak?” Tanya Tuang kembali lalu New pun mengangguk lemah “oke Om.”

Tante Arum mengangguk lalu menarik tangan kanan New lalu ia genggam dengan seksama “kamu tenang aja ya Nak?” New kemudian menatap kembali Ibunya yang tersenyum lalu kembali menoleh ke calon mertuanya “iya Tante.” Jawabnya.

“Nah kebetulan sekali, Tante ngajak makan disini sekalian kita bisa test food untuk nanti acara pernikahan kamu. Pokoknya, mulai hari ini biar tante yang urus segala hal keperluan pernikahan kamu.” Ucap Tante Arum dengan semangat.

“Dari New ada special request kah untuk pernikahan nanti? New mau pake jas karya designer mana? Atau mau pesta seperti apa? Nanti biar Tante atur.”

New menggeleng lemah “gak ada Tante.” Boro-boro memikirkan pesta pernikahan impiannya, berfikir ia akan menikah saja tidak pernah terlintas di fikiran New.

“Oke, kalau gitu kita sambil makan siang nanti langsung ngobrol sama pihak WO nya ya? New dan Jenna gak ada acara kan hari ini?” Ibu dan New menggeleng bersamaan.

“Oke, good.” “Kebetulan Tante sudah janjian jam dua siang dengan WO nya. Nanti sekalian saja ya kita sama-sama.” Ucapnya lagi.

“Yaudah sekarang kita makan siang dulu saja Mah.” Ucap Tuang kepada istrinya. “Oh oke Pah.” Lalu Arum memanggil pelayannya meminta agar makanannya dikeluarkan.

Lalu kelimanya pun memulai makan siangnya

“Yuk..” Ajak Tay kepada Namtan setelah memarkirkan mobilnya.

Namtan yang duduk di kursi kemudi tersenyum hangat sebari menganggukan kepalanya setuju “ayok.”

Lalu keduanya pun turun dari mobil tersebut kemudian berjalan memasuki salah satu cafe yang di rekomendasikan oleh PP. Sesampainya di lantai dua, keduanya pun di sambut hangat oleh seorang pegawai dan kemudian langsung di antarkan ke meja milik keduanya.

“Kok sepi banget lantai duanya?” Tanya Namtan dengan sedikit kebingungan karena di lantai tersebut hanya ada mereka berdua.

Tay mengangkat bahunya seolah tak tahu “mungkin males pada naik tangga kali.”

“Aneh banget, emang kamu malesan.” Namtan memutar bola matanya malas.

Tay terkekeh “udah gausah di fikirin, mungkin semesta emang pengen kita berduaan?”

“Sebel banget.” Balas Namtan lalu ikut terkekeh.

“Yauda kita makan aja dulu. Aku udah pesenin semua yang kamu suka.” Ucap Tay lalu menoleh ke pegawai yang berdiri tak jauh dari tempatnya “Mas, makananya di keluarin aja.” Pinta Tay yang langsung di indahkan oleh sang pegawai tersebut.

Gun kembali tersenyum hangat “makasih Kak.” Tay membalas senyuman tersebut lalu mengelus punggung tangan Namtan yang duduk di depannya “sama-sama.”

Lalu keduanya pun mulai menyantap makan malam yang telah memenuhi meja milik keduanya.

Kurang lebih dua puluh menit keduanya menyelesaikan makan malamnya.

“Kenyang bangettttt dan beneran enakk banget, semuanya cocok banget di lidah aku.” Ucap Nam sebari mengacungkan kedua jempol tangannya yang langsung di sambut senyuman hangat oleh Tay “syukur deh kalau cocok banget di kamu, kita tunggu dessertnya ya? Katanya oke juga.” Nam mengangguk “gak sabar.”

Tay kemudian menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba menenangkan deru jantungnya yang sedari tadi bertalu-talu. Ia harus mengungkapkan perasaannya sekarang fikirnya.

“Namm.. Sambil nunggu, ada yang mau aku sampein.” Tay bersuara.

“Yaaa?” Nam menatap lembut Tay “ada apa Kak?”

Tay merogoh sesuatu di kantung celananya lalu kemudian mengangkat kotak kecil tersebut di hadapan Nam “aku suka kamu, gak.. Gak, bukan sekedar suka, aku sayang dan cinta kamu Namtan. Aku gatau definisi cinta yang paling bener kaya apa, cuman yang aku tau.. Perasaan yang aku punya buat kamu, makin hari makin besar. Aku mau milikin kamu seutuhnya, aku mau hari-hari aku di penuhi oleh kamu. Aku mau menua sama-sama sama kamu.”

“Kak?” Namtan hanya bisa membelakkan matanya tak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh lelaki Tan yang duduk di depannya.

Tay mengigit bibirnya “aku tau ini mungkin terlalu cepet, tapi aku sadar yang aku mau cuman kamu dan aku gak mau menunggu lebih lama lagi buat milikin kamu.”

“Kak.. Aku sayang kamu, tapi menurut aku ini terlalu cepet. Aku.. Aku, takut ngecewain kamu.” Jawab Namtan ragu.

Tay kemudian menatap iris mata Namtan dalam “you still miss him?”

“Kak.. Please..“ “Aku seneng kaya sekarang, kamu punya aku dan aku punya kamu tapi untuk hubungan lebih lanjut aku belum bisa Kak.” Namtan mengigit bibirnya.

Tay tersenyum pahit “udah dua tahun Nam, udah dua tahun dia milih buat ninggalin kamu dan udah dua tahun juga aku selalu ada buat kamu tapi sedikitpun kamu gak bisa lihat itu Nam?”

“Kak.. Please..” Namtan mencoba meraih tangan Tay lalu dengan cepat Tay menepis hal tersebut.

“Kamu tau? Tiap harinya aku selalu nanya sama diri aku, apa aku akan punya kesempatan buat dapetin hati kamu? Setiap hari Nam.. Aku selalu berusaha buat selalu ada buat kamu, segala hal aku lakuin semata-mata buat kamu dan hanya untuk kamu.” Tay kemudian berdiri dari duduknya.

“Hari ini aku dapet jawabannya Nam, ternyata semua yang aku lakuin gak cukup buat dapetin apa yang aku mau.” Lalu ia berbalik dan berjalan menjauh meninggalkan Namtan yang masih terduduk lemas di kursinya.

Namtan tertunduk lemas lalu menutup wajahnya “maafin aku.”

@pandaloura