“Nanti duduknya di dalem aja dong, biar adem.” Pinta Namtan pada teman-temannya.
“Iya.”
“Makanya ayok cepetan.” Ucap Bright tak sabar.
Yang lainnya pun hanya bisa menggeleng melihat kelakuan tak sabar dari lelaki tampan tersebut. “Secakep apa sih? Heboh bener.” Tanya Toptap.
“Pokonya bening deh.” Thanat mencoba menjawab sebari terkekeh kemudian ikut mempercepat langkahnya.
Akhirnya rombongan tersebut pun sampai di sebuah cafe yang berukuran lumayan besar dan cafe tersebut mengusung konsep vintage.
Salah satu pegawai cafe tersebut pun menyapa rombongan tersebut lalu mempersilahkan semuanya untuk duduk sebari memberikan barcode menu agar semuanya bisa melihat pesanan apa yang akan mereka ambil.
“Mas, btw New masih shift apa gak masuk?” Tanya Bright kepada pegawai tersebut.
“Oh Kak New lagi beres-beres di belakang Mas, soalnya dia shift pagi. Mau saya panggilin?” Tanya pegawai tersebut.
Bright menggeleng cepat “jangan Mas, gak usah. Kirain shift sore. Ahhh kacau.. Yauda Mas kita mau liat-liat menu dulu ya.”
Pegawai tersebut mengangguk lalu berpamitan meninggalkan meja tersebut.
“Yah penonton kecewa.” Jawab Namtan.
“Asli, nyesel dah gue gak minta no nya.” Nada suara Bright terdengar kecewa.
“Haloo, ini Win kan ya? Ini nih, lakinya nih Win.” Mbak Jennie memegang ponselnya seolah tengah melakukan panggilan yang langsung membuat Bright sedikit panik.
“Ampun Mbak elaaaah, cuman becanda.” Jawabnya.
“Ah udah-udah, biar ntar gue yang minta no nya. Biarkan Thanat yang jomblo ini bersinar.” Thanat menengahi obrolan tersebut.
Tay hanya bisa menggelengkan kepalanya sebari terkekeh “ampun deh, gue sedikit penasaran sih secakep apa.. Tapi gue keinget lagi, lu lu pada kan emang anaknya buaya aja, gak bisa liat yang bening dikit.”
“Ah lu kalau liat kelepek-klepek juga awas ya.” Bright bersuara.
“Gak akan mungkin gaksih? Orang di otak Bang Tay yang paling cakep,paling bening cuman Gun seorang.” Sanggah Janhae sebari tertawa yang langsung di setujui oleh rombongan tersebut.
“Namanya bucin yeeee.” Toptap melengkapi komentar.
“Dah-dah pesen aja dulu, gue mau americano aja. Cemilan pesen juga ya. Gue mau angkat telfon dulu nih. Urgent kayanya.” Ucap Tay sebari berdiri dari duduknya lalu langsung beranjak pergi menuju pintu keluar untuk mengangkat panggilan urgent tersebut.
Tak berselang lama setelah Tay pergi, ada sosok lelaki dengan warna kulit yang bisa dibilang sangat putih untuk ukuran kulit lelaki dan berperawakan sedikit tinggi menghampiri meja tersebut.
“Halo selamat sore, pesanannya sudah bisa saya catat?” Pegawai lelaki tersebut tersenyum hangat.
Thanat dan Bright langsung berdiri dari duduknya dan hampir bersamaan memanggil nama pegawai tersebut “New!”
Pegawai yang bernama New tersebut kembali tersenyum hangat “hai Bang Bright, hi Bang Thanat. Katanya ada yang nyariin gue?”
“Iya nih, gue lagi bawa temen-temen team gue makan di sini.” Jawab Thanat sebari tersenyum namun hal tersebut langsung di bantah oleh Bright “orang gue yang ngasih tau anak-anak ni tempat! Gue New yang ngajak.” Jawaban keduanya membuat New tak kuasa menahan kekehannya.
“Iya-iya makasih ya Bang Thanat Bang Bright udah rekomendasiin di sini buat ngopinya. Udah tau mau pesen apa? Boleh gue catet sekarang?” Tanya New sebari memegang sebuah tablet kecil untuk menulis pesanan meja tersebut.
“Gue mau latte aja ya New.” Ucap Thanat. “Yang lainnya mau apa tuh cepet.” Ucapnya lagi.
New pun mengangguk langsung memasukkan pesanan pelanggannya tersebut.
“Gue mau americano dua ya New.” Jawab Bright. ”Btw, lu kan kasir kok jadi waitres juga?”
New tersenyum sebari terus memasukkan beberapa pesanan menu yang dipilih oleh rombongan tersebut “lagi rame aja Bang, makanya bantuin dikit. Abis ini juga pulang.” Jawabnya.
“Yah Bang Thanat masih harus kerja sih, kalau engga di anterin pulangnya.” Ucap Thanat yang langsung mendapat sorakan dari teman-temannya.
“Awas buaya, hati-hati Kak New.” Ucap Janhae.
“Modus-modus itu, nanti di jalan malah di hipnotis loh.” Toptap menambahkan.
Mendengar celotehan tersebut New hanya bisa tersenyum lalu berucap “makasih Bang, tapi pake busway aja. Masih banyak kok heheh.”
“Aw aw di tolak, sakit sihhhh.” Namtan terkekeh.
“Kalau gitu saya ulang pesanannya ya.” New kemudian mengulang beberapa pesanan yang tadi ia catat. Setelah ia selesai mengulang pesanan tersebut ia pun berpamitan untuk memproses pesanannya “di tunggu ya pesananya.”
“Jujur.. Emang cakep sih.” Namtan yang pertama berkomentar.
Toptap mengangguk tanda setuju “pantes ni duo buaya bawel banget.”
“Kalay kata gue bening ya pasti beneran bening.” Ujar Thanat sebari terkekeh.
New pub berjalan menuju teamnya untuk menginformasikan pesanan dari meja milik rombongan tersebut. Lalu setelah selesai ia pun kembali bergegas menuju belakang untuk mengambil tasnya lalu kemudian berpamitan untuk pulang karena shift kerjanya hari ini sudah selesai “duluan ya team.”
Karena ia pergi melalui pintu depan ia pun tak lupa berpamitan kepada teman-teman dari sunkissed lalu mulai berjalan menuju pintu keluar.
Beda dengan teman-temannya yang tengh berbincang, Tay kini masih dalam obrolan dengan lawan bicaranya di telfon. “Oke baik Mas, nanti biar saya info ke team dulu. Nanti revisinya di email saja dulu.” Ucapnya lalu mematikan ponselnya.
Tay pun berencana menuju kembali masuk namun saat membalikkan tubuhnya ia pun tak sengaja bertubrukan dengan seorang ibu-ibu paruh baya yang tengah tergesa-gesa sehingga tak sadar Tay akan membalikkan tubuhnya sehingga makanan ibu-ibu tersebut sedikit tumpah mengotori kemeja biru yang tengah Tay pakai.
“Ah! Shit!!! Ibu kalau jalan bisa di pakai gak sih matanya?” Bentak Tay begitu sadar kemeja yang ia kenakan kotor dan meninggalkan noda.
Ibu-ibu paruh baya tersebut sedikit panik dan langsung mencoba membersihkan noda tersebut dengan tangannya namun bukannya menghapus noda tersebut malah membuat nodanya semakin melebar. “Maaf, maaf nak.. Ibu gak sengaja, ibu tadi buru-buru.”
“Gausah di pegang! Malah tambah kotor!” Tay dengan cepat menepis tangan ibu tersebut dengan sedikit kasar.
“Bisa gak usah kasar gak?! Ibu nya kan udah minta maaf!” Tiba-tiba New sudah berdiri diantara keduanya sebari memberikan tatapan tajam ke Tay.
Ibu paruh baya tersebut hanya bisa menunduk sebari terlihat takut.
“Lo siapanya? Anaknya? Nih urusin ibu lo! Jalan kok gak pake mata! Baju gue kotor nih.” Tay membalas tatapan tajam ke New.
New berdecih “wah, sekotor-kotornya baju lo! Lebih kotor lagi sikap lo sama orang tua! Lo gak di ajarin sopan santun ya hah?! Ibu nya kan gak sengaja! Lagian lo bisa kan ngomong baik-baik!!”
“Heh! Jaga ya mulut lo! Mau sengaja gak sengaja tetep aja baju gue jadi kotor! Terus terserah gue dong mau ngomong baik-baik kek engga kek! Hak gue! Lo siapa sih? Main ikut campur aja!” Tay menunjuk New tepat di hadapan wajahnya.
New menggelengkan kepalanya “wah, gue kira orang-orang kaya gak punya otak dan empati terhadap sesama tuh cuman ada di sinetron aja! Ternyata di dunia nyata ada ya! Sini no rekening lo! Biar gue ganti kerugiannya!”
“Kalau bukan di tempat umum udah gue gampar ya mulut lo! Gak ada waktu gue berantem sama orang miskin kaya lo! Sana minggir!” Tay mendorong New sedikit keras sehingga New tergeser lalu ia berjalan meninggalkan New dan ibu paruh baya tersebut.
New mencoba menstabilkan emosinya “demi apapun, gue kasihan banget sama orang yang akan ngabisin sisa hidupnya sama orang yang kayak gitu. Kasian banget sih jodoh lo harus dapetin orang gila kayak gitu.” Lalu menoleh ke ibu paruh baya tersebut “ibu gak papa kan?”
“Gapapa nak, maafin ya.. Gara-gara ibu kamu jadi berantem sama dia. Padahal memang ibu yang salah.” Ibu tersebut mengenggam tangan New.
New menggeleng “siapapun yang salah, dia gak berhak ngomong dan berprilaku kasar seperti itu sama ibu.”
“Iya nak, makasih ya nak.. Kamu anak baik, kelak yang akan jadi jodohmu pasti orang yang paling beruntung. Ibu doakan, semoga apapun yang akan terjadi sama kamu itu adalah kebahagiaan.” Ucap Ibu tersebut dengan tulus.
“Aamiin bu, makasih doanya. Ibu pulang kemana? Hati-hati ya bu. Saya antar.” Lalu ibu tersebut menggelengkan kepalanya “makasih nak, tapi gak usah. Ibu tinggal jalan sedikit kok.”
New kemudian mengangguk “yaudah, aku jalan ya bu? Ibu hati-hati ya?”
Lalu keduanya pun berpisah menuju jalan pulangnya masing-masing.