Di suatu minggu pagi, Tay dan New berencana mengajak ketiga anaknya untuk mengunjungi suatu tempat.
“Jadi udah semua ya?” Tanya Tawan kepada ketiga anaknya yang kini berdiri berjajar dihadapannya.
“Udah Ayah, Ayah.. Kita mau naik mobil eyang ya?” Tanya Nanon dengan semangat. Tawan pun mengangguk “iya, hari ini Ayah pinjam mobil Eyang karena bawaan kita hari ini banyak sekali. Mainan Adek yang sudah bosan Adek mainkan sudah di kumpulkan?” Nanon mengangguk “udah Ayah, mobil pemadam,balap,dino semua udah simpan di dus semalam.”
Tawan tersenyum “oke pintar.”
“Kita mau kemana Ayah?” Tanya Pluem penasaran. “Iya kita mau kemana? Jalan-jalan ya?” Frank menambahkan.
Tawan menatap ketiga anaknya secara bergantian “hari ini kita mau ketemu temen-temen baru, jadi nanti Abang Kakak dan Adek bisa main sama teman-teman baru ya?”
“Yeayyyyy, teman-temannya siapa Ayah? Teman sekolah Adek?” Tanya Nanon kembali. “Nanti kita kenalan ya? Semuanya udah siap kan? Kita tinggal nunggu Papah ya?”
“Iya, Papaaah cepet ayokk.. Adek mau ketemu teman-teman.” Teriak Nanon tak sabar. Tak lama, New pun berjalan mendekati anak-anak dan suaminya “ayok-ayok.. Dus nya udah di mobil Mas?” Tawan mengangguk “udah. Yuk?”
“Ayah mau gendong, Adek mau di gendong.” Pinta Nanon sebari mengangkat tangannya meminta kepada sang Ayah. Tawan pun dengan cepat meraih tubuh sintal anak bungsunya, lalu keluarga tersebut mulai meninggalkan kediamannya.
Setelah melalui perjalanan hampir dua puluh menit, keluarga tersebut akhirnya memberhentikan mobilnya disebuah bangunan yang tak terlalu besar dan di depannya ada sebuah papan bertuliskan Panti Asuhan Harapan Bahagia
“Ini rumah siapa Ayah?” Tanya Frank sebari melihat sekitar.
“Kita udah sampai di rumah teman-teman?” Nanon ikut bertanya.
Tawan pun melepas sabuk pengamannya lalu membalikkan tubuhnya menatap ketiga anaknya yang duduk di kursi belakangnya “kita sudah sampai di rumah temen-temen, yuk kita turun sama-sama.”
Ketiga anak Vihokratana pun turun dari mobil tersebut lalu menatap bingung
“Yuk sama-sama masuk?” Ajak New kepada ketiga anaknya. Lalu kelimanya pun mulai berjalan memasuki bangunan tersebut sehingga kedatangan mereka menjadi perhatian anak-anak yang tengah berlarian tersebut.
Begitu memasuki panti, keluarga tersebut di sambut oleh seorang wanita paruh baya dengan senyuman hangat di wajahnya. “Haloo selamat siang.. Saya Asih, selaku penanggung jawab panti Harapan Bahagia.” Ucapnya sebari menyodorkan tangannya yang di sambut baik oleh New “halo Bu Asih, saya New ini suami saya Tawan dan ini anak-anak kami..” Ucap New sebari membalas jabat tangan tersebut.
“Aku Pluem.” Pluem yang pertama memperkenalkan diri sebari menjabat tangan Bu Asih. “Ini adik aku, Frank yang ini Nanon.” Ujarnya kembali sebari memperkenalkan kedua adiknya yang malu-malu berlindung di belakang tubuh sang Papah.
“Wah ganteng-ganteng ya? Salam kenal ya? Pluem pintar sekali. Ayok kita masuk yuk?” Ucap Bu Asih sebari langsung mempersilahkan kelimanya untuk masuk.
Setelah kelimanya masuk, mereka pun duduk di satu ruangan yang tak terlalu besar yang beralaskan karpet tipis yang ternyata di dalamnya terdapat kurang lebih lima belas anak-anak yang tengah bermain.
“Wah om-nya bawa mainan..” “Wah ada dino” “Mainannya banyakkk” Terdengar beberapa celoteh dari anak-anak tersebut.
“Papah kok banyak banget anak-anaknya? Ini sekolah TK kaya Nanon? Tapi kenapa gak ada taman bermainnya?” Tanya Nanon kepada sang Papah.
Bu Asih yang mendengar hanya bisa tersenyum lalu menatap Nanon hangat “ini namanya panti asuhan sayang.”
“Panti asuhan itu apa?” Tanya Nanon, Bu Asih kembali tersenyum lalu mencoba menjelaskan dengan pilihan kata yang lebih mudah di serap oleh ketiga anak Vihokratana tersebut “panti asuhan ini adalah sebuah rumah buat temen-temen yang ada di sini. Disini, mereka tumbuh saling mengasihi layaknya saudara, belajar dan bermain juga.”
“Jadi semuanya anaknya tante?” Frank ikut penasaran.
“Bukan, mereka itu anak yang di titipin sama orang tuanya Frank. Orang tuanya pergi.” Jawab Pluem.
“Orang tuanya kerja? Atau belanja? Kaya Papah kalau belanja kita di titip di Eyang?” Tanya Frank kembali.
Bu Asih kembali tersenyum mengedengar hal tersebut “jadi panti asuhan ini adalah tempat buat anak-anak yang orang tuanya gak bisa menjaga mereka, jadi Bu Asih bantu untuk jagain mereka, membimbing mereka dan hidup sama-sama disini.”
“Mereka sedih dong, kalau gak ada orang tua? Adek suka sedih kalau Ayah sama Papah gak ada, no no” Nanon langsung mendekati Ayahnya lalu mendekap Ayahnya dengan erat.
“Mereka gak sedih dong, kan ada Bu Asih yang sayang sama mereka. Mereka juga saling sayang satu sama lain, kaya Adek sayang sama Kakak sama Abang.” New mencoba menjawab.
Bu Asih kembali tersenyum “betul, belum lagi kalau ada anak-anak kaya Nanon Frank dan Pluem yang sering kesini untuk bermain bersama, teman-teman selalu happy dan merasa di sayangi. Wah apalagi kayaknya sekarang kalian bawa mainan dan baju buat temen-temen tambah seneng deh.”
“Nah coba sekarang Adek turun deh, terus ajak main temen-temennya sambil kasih mainan Adeknya.” Pinta Tawan. Nanon pun dengan perlahan melepas dekapannya.
“Wah, kayaknya seru sekali ya? Bu Asih boleh panggil teman-temannya untuk main sama Pluem Frank dan Nanon?” Ketiga anak Vihokratana itu pun mengangguk.
Tak lama Bu Asih pun bangkit dari duduknya lalu membuat pengumuman kepada anak-anak panti yang sedari tadi tak sabar dan tak melepas pandangannya dari sebuah dus besar yang berisi beberapa mainan yang dibawa Tawan sedari tadi “anak-anak semua, perkenalkan ini ada Ayah Tawan dan Papah New bersama ketiga anaknya ada Pluem, Frank dan juga Nanon.”
“Halooooooo..” Ucap anak-anak panti serempak.
Ketiga anak Vihokratana pun masih diam bingung harus berkata apa.
“Haloo semua, hari ini kami bawa beberapa mainan yang bisa kalian mainkan sama-sama.. Seneng gak?” Tawan mencoba memecahkan suasana.
“Senenggggggg..” Jawab anak panti serempak.
“Tuh coba dikasih Kak mainannya.” Ujar New kepada anak tengahnya. Frank pun dengan perlahan mengambil sebuah mobil-mobilan dan dengan ragu memberikan mainan tersebut ke seorang anak laki-laki yang duduk di dekatnya “ini mobil polisi keren.” Ucapnya lalu di terima dengan senang hati oleh anak lelaki tersebut “terimakasih Kakak.” Frank kemudian menoleh Papahnya yang dibalas anggukan dan senyuman oleh New “dijawab dong Kak.” Kemudian dengan cepat Frank menjawab “sama-sama, aku Frank tapi kamu bener aku dipanggil Kakak.” Anak tersebut tersenyum “aku Didit, aku boleh panggil kamu Kakak juga? Soalnya kamu lebih tinggi dari aku. Kata Kak Dito kalau ada yang lebih tinggi harus dipanggil Kakak.” Jelas anak yang bernama Didit tersebut. Lalu Frank mengangguk tanda setuju lalu entah bagaimana keduanya pun mulai bermain bersama bahkan Didit mulai memperkenalkan beberapa saudaranya kepada Frank.
Pluem pun mulai ikut bermain dengan mengambil salah satu mainan dan di berikannya kepada anak-anak lainnya. “Adek sini sama Abang, kita main sama-sama.” Ajak Pluem kepada adik bungsunya.
Setelah ketiga anaknya terlihat nyaman dan mulai bermain Tay dan New pun diajak oleh Bu Asih untuk mengobrol disebuah ruangan.
“Terimakasih ya Pak Tawan, Pak New untuk kunjungannya. Anak-anak terlihat bahagia sekali.” Ucap Bu Asih sebari memberikan dua cangkir teh dimeja.
“Sama-sama Bu, kita juga senang sekali bisa berkunjung. Anak-anak jadi ada pengalaman baru, belajar banyak hal baru. Ini memang sudah saya rencanakan sejak lama tapi baru ada kesempatan sekarang nantinya mungkin akan saya jadikan agenda rutin Bu” Jelas Tay.
Bu Asih tersenyum “wah, syukur kalau memang ada niatan seperti itu.”
“Saya lihat ada beberapa anak yang masih di bawah tiga tahun bu, apa mereka ditinggal sejak bayi?” Tanya New. Bu Asih mengangguk “iya ada beberapa anak yang memang sudah dititipkan sejak bayi.” New pun menghela nafasnya sedih “yaampun..”
“Tapi syukur sekali banyak orang-orang seperti Pak Tawan dan Pak New yang mau berkunjung ke panti kecil kami, jadi anak-anak tidak pernah kesepian.” Jawan Bu Asih kembali.
“Yah saya juga ingin memperlihatkan kepada anak-anak agar bisa terus berbuat baik ke sesama dan terus menebar kebaikan dan kasih sayang.” Jelas Tawan kembali.
Lalu ketiganya pun larut bercengkrama.
Setelah selesai mengobrol ketiganya pun kembali keruangan bermain, menemani bermain. Sampai tak terasa waktu berjalan dengan cepat hingga sore pun datang menyapa mereka.
“Sudah hampir jam lima, kita pulang yuk?” Ajak Tay kepada ketiga anaknya. “Ayah-ayah, Didit sama teman-teman yang lain nanti boleh main kerumah kita gak?” Frank bertanya lalu Tawan mengangguk “boleh dong, nanti kita agendakan temen-temen yang main kerumah kita ya?” Setelah mendengar ucapan Tay pun seluruh anak-anak tersebut berteriak kegirangan.
“Nah, sekarang Pluem Frank dan Nanon izin pamit pulang dulu ya? Udah sore, besok kan hari senin harus sekolah. Nanti kalau ada kesempatan lagi, kita main lagi ya?” Ucap New.
Ketiga anak Vihokratana pun terlihat sedikit sedih. “Nanti kan kesini lagi, boleh kan Bu Asih?” Bu Asih mengangguk “boleh dong.”
Setelah saling berpamitan akhirnya keluarga Vihokratana pun berjalan menuju mobilnya dan mulai meninggalkan panti asuhan tersebut.
Di perjalanan ketiga anak Vihokratana lebih banyak diam sehingga Tay mulai bertanya “kok pada lesu gitu? Capek ya?” Tanya Tay sebari menatap ketiga anaknya dari balik spion depan.
“Adek sedih deh, tadi Nisya cerita dia gak pernah dipeluk Ayahnya kaya Adek.” Nanon yang pertama bersuara. “Didit juga cerita dia gak pernah makan ayam McD.” Suara Frank ikut terdengar sedih.
Tawan tersenyum di balik kemudinya “oke, nanti kalau kita ada kesempatan lagi main kesana biar Ayah peluk Nisya dan kita kasih semua temen-temen di panti makan ayam McD ya?” Mendengar ucapan sang Ayah, Frank dan Nanon dengan otomatis tersenyum sumringah “yeayyyy terimakasih Ayah.”
“Sama-sama.” Jawab Tay.
“Dengerin pesan Ayah ya? Kalau kita ada kesempatan buat menolong dan membahagiakan orang lain ketika kita mampu lakukan ya nak? Hal tersebut adalah sebagai ungkapan rasa syukur kita akan nikmat yang Tuhan berikan. Mungkin teman-teman di panti tidak seberuntung Abang Kakak dan Adek tapi mereka bisa merasakan rasa beruntung itu lewat kebaikan yang di sebarkan oleh kalian. Paham?”
Ketiganya pun mengangguk tanda mengerti dan serempak menjawab “paham Ayah.”
“Do good, and good will come to you..” Ucap Tawan.
“Berbuatlah baik maka kebaikan juga akan mendekati kalian.”
“Ketika kalian berbuat baik mungkin itu nantinya akan jadi penolong kalian ketika kesusahan.” Ucap Tawan kembali.
“Dan jangan lupa untuk saling menyayangi satu sama lain, harus saling menjaga antar saudara. Betul gak Yah?” New menambahkan.
“Harus dong, berantem antar saudara itu hal yang wajar tapi anak-anak Ayah harus ingat semarah apapun kalian dengan saudara kalian harus tetaplah saling menyayangi. Oke?”
“Siap Ayah, siap Papah.” Jawab ketiganya serempak. Lalu Pluem mulai memeluk kedua adiknya dan kedua adiknya pun ikut membalas dekapan tersebut. Ketiganya saling memeluk saling menyalurkan rasa sayang.
Hal tersebut pun membuat hati Tay dan juga New menghangat.