Kembali.
Setelah membaca pesan terakhir dari New, Tawan terlihat tak lelah menebarkan senyumannya. Ia kemudian mengambil tas miliknya lalu bergegas turun menuju lantai satu untuk berpamitan dengan kedua orang tua dan juga neneknya.
“Eh, eh.. Mas pelan-pelan toh turunnya.” Ucap Bunda saat melihat anaknya turun dengan tergesa-gesa dari lantai dua. “Bun, doain Tawan ya?” Tawan langsung memeluk tubuh Bundanya dengan erat menimbulkan tanda tanya di wajah sang Bunda “Mas mau kemana? Kirain Mas lagi tidur?” Tawan kemudian melepas pelukan tersebut lalu tersenyum dengan sumringah “Tawan mau ketemu New, New mau ketemu Tawan Bun..” Ucap Tay dengan mata berbinar-binar.
Bunda tanpa sadar mengucap syukur dalam hatinya saat melihat senyuman anaknya kembali “yaudah hati-hati ya? Nanti kalau Nenek nanya, biar Bunda yang cari alesannya ya.“
“Hemmm..” Terdengar suara dehaman dari Nenek yang ternyata berdiri di belakang Bunda, membuat Tay dan juga Bunda langsung menoleh “gausah kamu cari alasan, orang ibuk sudah setuju kok.” Ucapan sang Nenek langsung di sambut hangat oleh Tay maupun sang Bunda. “Makasih ya nek..” Ucap Tay sebari mendekat lalu memeluk tubuh ringkih Neneknya tersebut “sama-sama, yaudah sana.. Hati-hati ya nyetirnya Mas.” Tawan mengangguk lalu tak lupa mengecup punggung tangan sang Bunda dan Nenek sebari langsung berpamitan.
Ditempat lain, New Thitipoom tengah mengacak-acak lemarinya. “Sumpah, gak punya baju.. Pake baju apa donggggg...” Ucapnya sebari memegang pelipisnya.
“Lu mau ketemu Tay doang ya, bukannya fashion show?! Gausah ribet! Pake baju yang nyaman aja, lagian juga ntar bakal di lepas ini!” Ucap Gun di barengi oleh kekehan Kit yang duduk di sampingnya “beneran asli, ngapain capek-capek milih baju.” New kemudian melempar tatapan tajamnya kepada kedua sahabatnya tersebut. “Bacoooot.”
Gun bangun dari duduknya kemudian mengambil salah satu kemeja milik sahabatnya tersebut “nih, cakep nih. Pake aja ini.. Lagian lu pake apa aja kayaknya Kak Tay gak akan merhatiin gak sih? Dengan liat muka lu aja kayaknya dia kayak di kasih jackpot satu M gak sih?” Kit mengangguk setuju “asliiiiii.. Udah pake yang ada aja ini udah jam satu, lu janjiannya jam dua gaksih?” New langsung menoleh ponselnya dengan cepat “Anjir, yauda gue mandi dulu deh.” Langsung berlari menuju kamar mandi sebari mengambil handuk miliknya.
“Mandi yang bersih, kebayang gak empat bulan gak gituaaaan.” Teriak Kit sebari terkekeh, tangan New pun keluar dari pintu kamar mandi menampilkan jari tengahnya yang membuat Kit dan juga Gun terkekeh puas.
“Udah cakep udaaaah.” Ucap Gun kepada sahabatnya yang sedari menatap wajahnya di cermin. “Kok gue deg-degan banget yaaaa.. Duh, gimana ya mulainya?” New mengalihkan wajahnya menatap kedua sahabatnya yang tengah berbaring santai di kasur miliknya. “Kalau gak deg-degan lu mati gaksih?” Kekeh Kit, “bacot Kit.” Jawab New sebari memutar bola matanya malas.
Gun yang sedari tadi berbaring akhirnya bangun dan menyambar kunci mobil yang ada di samping nakas milik New “yuk, udah jam setengah dua nih. Gue anterin aja, sekalian nganter Kit balik juga.” New yang masih berdiri di depan cermin langsung membalikan tubuhnya menatap kedua sahabatnya “gue harus mulai dengan apa?” Tanyanya dengan wajah memelas.
“Dengerin, menurut gue lu cuman cukup minta maaf karena udah ngegantung dia selama empat bulan dan lu minta buat kalian jalanin lagi bareng-bareng. Gausah yang muter-muter kesana-kemari.” Jawab Kit yang kini ikut berdiri di samping New, New pun mengangguk lemah “yaudah doain ya, thank you dah pada mau kesini menenangkan gue.”
“Anything for you, bitch.” Kekeh Gun, lalu di balas senyuman hangat dari New dan juga Kit.
Lalu setelah ketiganya selesai memeriksa barang bawaannya, ketiganya pun mulai berjalan keluar meninggalkan kamar kost milik New.
Sesampainya di lobby apartment Tay , New langsung turun dari mobil Gun lalu berpamitan kepada dua sahabatnya “Makasihhh ya, tihati.. Doain gue.“ Ucap New. “Iye pasti di doain. Udah sana, good luck! Selamat kangen-kangenan!” Komentar Kit, sebelum akhirnya mobil tersebut meninggalkan New dan mulai keluar dari pekarangan lobby tersebut.
New kembali menarik nafasnya panjang sebari memantapkan hatinya kembali. “Bisa yuk bisa. Lalu mulai berjalan menuju kamar milik Tay.
ting
New memencet bel kamar milik Tay dengan perasaan yang tak karuan, kaki kananya tak berhenti bergetar sejak tadi dan kuku jari tangannya tak luput dari kebiasaannya saat panik yakni ia gigiti.
Tak berselang lama pintu itu pun terbuka menampilkan sosok Tay Tawan yang tengah memakai celana santainya dengan kaos putih polos yang membuat wajahnya bertambah tampan walaupun tubuhnya sedikit lebih kurus.
“Hai..” Itulah kata pertama yang keluar dari mulut Thitipoom.
Tawan tersenyum hangat “hai juga Poom..” Kedua hanya saling menatap dalam beberapa detik sampai Tay tersadar “eh, sorry.. Masuk Poom.” New menahan senyumannya lalu mengangguk dan mulai berjalan masuk saat Tay mulai mempersilahkan.
“Mau minum apa?” Tanya Tay begitu New masuk dan duduk di ruang TV apartment tersebut. “Lychee tea aja ya Mas satu.” Canda New. “Kebetulan saat ini sedang sold Mas, mau di ganti yang lain?” Tay menimpalin candaan New. Lalu keduanya terkekeh bersamaan “air putih aja Tana.” Jawab New kembali. Tay pun mengangguk lalu tersenyum sumringah saat mendengar kembali panggilan khas New untuk dirinya setelah hampir empat bulan tak mendengar panggilan tersebut.
“Di minum..” Ucap Tay sebari menyodorkan segela air putih di hadapan New. “Makasih Tana..” Jawab New sebari meminum air tersebut. Setelahnya keduanya memilih larut dalam diam. Sampai akhirnya..
“Tana..”“Poom..”
Keduanya saling melempar pandang lalu saling tersenyum. “Kamu dulu saja Poom..” Tay mempersilahkan New.
New kemudian menundukkan wajahnya “aku mau minta maaf, mungkin sikap aku kemaren super-duper egois. Maafin aku bikin kamu nunggu gak jelas, ngeblock semua akses komunikasi kita. Pokoknya aku jahat banget sama kamu dan aku beneran minta maaf..” Lirihnya.
New kemudian mulai memberanikan diri untuk menatap Tay “empat bulan kemaren bikin aku mikir, ternyata kalo gak sama kamu aku gak bisa Tana..Maafin aku.” Melihat Tay masih belum memberikan reaksi apapun New kembali menundukkan wajahnya “kalaupun Tana udah gak mau sama aku, aku gapapa kok. Aku siap. Karena aku tau, empat bulan kemaren aku emang jahat banget sama kamu.”
“Hey..Poom..” Tay mengangkat wajah kekasihnya lalu mengelus dengan lembut. “Saya tau kamu gak pernah berniat untuk jahat sama saya, dan saya mencoba mengerti dengan apa yang kamu lakukan kemarin sebenarnya itu ada alasannya dan saya mengerti alasan tersebut sebenarnya di karenakan saya-saya juga. Saya yang berubah overprotective sama kamu, sampai kamu tidak nyaman. Belum lagi tekanan dari keluarga saya dan saya yang tidak bisa tegas mengambil sikap.”
Tay mengambil tangan New untuk di genggam “saya juga minta maaf Poom.. Tapi jujur, empat bulan kemarin rasanya sangat berat. Nafas saya tercekat Poom, saya berasa mati tapi saya di paksa untuk tetap hidup saat gak ada kamu.” Tak terasa air mata Tay pun turun membasahi wajahnya. “Saat kamu hubungi saya, itu adalah pertama kalinya saya bisa bernafas dengan bebas Poom..” Lirih Tay, ia kemudian mencoba menstabilkan nafasnya. “Saya tau, hubungan kita banyak kurangnya saya tau.. Tapi boleh kah kita sama-sama belajar untuk mewujudkan hubungan ini? Seperti yang saya bilang, kalau bukan sama kamu saya gak mau. Saya cuman mau sama kamu Poom.” Ucap Tay sebari menatap iris mata New dengan lekat.
“Maafin aku ya Tana, kamu pasti kesiksa banget. Maafin aku..” Ujar New dengan penuh rasa bersalah. Tay dengan cepat menggeleng “gak-gak, itu semua emang proses yang harus kita hadapi Poom.. Sekarang sepertinya sudah saatnya kita jangan bahas yang lalu-lalu karena menurut saya itu sudah berlalu.” Tay kemudian kembali meraih tangan New untuk di genggam.
“Thitipoom.. Maukah kamu berikan saya kesempatan kembali untuk menjalin hubungan dengan kamu? Saya akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tolong kasih saya kesempatan kembali untuk memperjuangkan hubungan kita kembali Poom.” Ucap Tay dengan sungguh-sungguh. New tersenyum dengan hangat, lalu mengangguk lemah “kita sama-sama ya Tana.. Gak kamu doang yang berusaha buat jadi lebih baik, aku juga mau ikut berusaha untuk mewujudkan hubungan kita. Aku mau kita sama-sama berjuang ya?”
Mendengar hal tersebut tanpa aba-aba, Tay langsung menarik tubuh New masuk ke dalam pelukannya. “Kita sama-sama ya Poom, terimakasih untuk kesempatannya. Terimakasih untuk kembali kepada saya. Terimakasih Thitippoom..” Ujar Tay sebari mengeratkan pelukannya. New menganggukan kepalanya lalu ikut mengeratkan pelukan di tubuh Tana-nya.
Pelukan tersebut bertahan beberapa menit sampai Tay dengan perlahan melepaskan pelukannya, lalu dengan perlahan mengelus wajah New dengan lembut sebari tersenyum hangat “I miss you Poom..” New membalas senyuman tersebut “miss you too, Tana..” Lalu entah siapa yang memulai, bibir keduanya kini saling mendekat mengikis jarak di antara keduanya.
Akhirnya kedua bibir dari dua insan yang saling merindu itu bertemu, ciuman hangat tanpa saling menuntut. Tangan Tay kemudian merambat menekan tengkuk milik New dengan lembut, bibir keduanya bersentuhan dan saling melumat dengan perlahan dan matanya keduanya memilih untuk saling terpenjam. Ciuman hangat itu terjadi begitu lembut dan terasa saling menyalurkan hasrat rindu yang tertahan.
Tangan New dengan perlahan mengcengkram kaos polos Tay seiring dalamnya ciuman tersebut. Kini ciuman hangat tersebut sudah sedikit berganti menjadi ciuman yang sedikit menuntut, kini bukan hanya bibir yang saling melumat namun kini lidah keduanya ikut mengambil andil dalam kegiatan tersebut. Setelah puas saling melumat dan saling bertukar saliva, New yang pertama melepas ciuman tersebut.
“Aku butuh nafas..” Ucap New.
Keduanya pun terkekeh. Lalu Tay dengan perlahan mempertemukan dahinya dengan dahi New. “I Love you Poom, saya sayang kamu sangat.” New tersenyum dengan ungkapan cinta Tanya lalu kini giliran tangan New yang mengelus wajah tan milik Tay “Love you too Tana-ku.. Sama kaya kamu, aku juga sayang banget sama kamu.”
“Poom? Mau pindah ke kamar?” Tanya Tay dengan perlahan, wajah New otomatis bersemu merah mengerti akan permintaan Tay. “Ayoook..” Ucapnya sebari mengangguk malu. Tay yang pertama berdiri lalu tangannya meraih tangan New, menuntun kekasihnya berjalan menuju kamar miliknya.
Begitu pintu kamar Tay tertutup, keduanya memilih untuk duduk saling berdampingan di kasur king size milik Tay.
“Tana..” “Poom..” Ucap keduanya bersamaan.
Tay membalikkan tubuhnya menatap New “kamu dulu.” New dengan cepat menggelengkan kepalanya lalu berucap “i just wanna say, miss you Tana..” Kemudian mulai mengelus paha Tay dengan perlahan “i miss everything about you..” Tay dengan cepat meraih tangan New yang berada di pahanya. “Me too..” Lalu dengan secepat kilat bibir keduanya kini sudah saling melumat. Ciuman ini bukan ciuman lembut dan hangat seperti sebelumnya, namun ciuman kali ini jauh lebih menuntut dan terkesan terburu-buru.
Tay dengan secepat kilat membuat tubuh New naik ke pangkuannya, perubahan posisi tersebut di lakukan tanpa sedikit pun melepas tautan antara keduanya. Bagai kebiasaan tangan New dengan otomatis melingkar di bahu sang kekasih. Tak puas hanya dengan melumat bibir New, Tay melepas tautan tersebut lalu beralih ke leher jenjang putih milik kekasinya. New mengangkat wajahnya untuk memberikan akses untuk Tay agar lebih mudah melumat habis leher miliknya.
Keduanya begitu larut sampai entah bagaimana kini keduanya sudah tak mengenakan pakaian sehelai pun. Baju keduanya terlempar berserakan di bawah ranjang yang bergerak karena pergulatan keduanya.
Mulut New tak henti-hentinya mengeluarkan desahan bersamaan dengan Tay yang menggeram saat tubuh keduanya melakukan persatuan. Tangan New menggengam apapun yang bisa ia genggam untuk menyalurkann betapa nikmatnya kegiatan dengan kekasihnya tersebut.
Mulut Tay pun tak lelah mengucap dan memuji betapa sempurnanya segala hal mengenai kekasihnya. “Kamu.. Indah Poom..HHhh..”
Kini geraman Tay berubah menjadi alunan desahan menemani alunan desahan milik New yang memenuhi ruangan tersebut. Tangan keduanya saling bertautan sampai akhirnya keduanya mencapai puncak senggama secara bersamaan. “Hahhhh..“ Geram Tay saat mencoba melepas tautan tubuhnya dengan kekasihnya lalu mulai menstabilkan nafasnya yang masih menderu, kemudian ia mengubah posisi tubuhnya yang awalnya berada di atas tubuh New menjadi berbaring di samping kekasihnya “Thank you Thitipoom.” Lirihnya lalu kembali menarik tubuh New untuk kembali masuk ke dalam dekapannya.
Setelah aktivitas panas keduanya, Tay maupun New masih enggan menutupi tubuhnya dengan apapun. Keduanya masih memilih untuk saling mendekap.
“Poom, mau mandi sekarang?” Tanya Tay sebari mengelus pucuk kepala New yang berada di atas dada bidang miliknya. New menggeleng lemah “bentar lagiii..”
Tay masih dengan agenda mengelus pucuk New “tadi terlalu cepet ya? Kamu sakit kah? Maaf.” New kembali menggeleng “gak kok, cuman masih pengen gini.. Masih mau meluk kamu.” Tay tersenyum lalu mengecup pucuk kepala kekasihnya. “Yaudah, kalau mau mandi kasih tau saya.” New pun mengangguk dengan perlahan lalu tangannya dengan perlahan membuat pola abstrak di dada Tay.
“Tana...” Lirihnya.
“Ya Poom?”
New mengangkat wajahnya berbalik menatap wajah Tay yang ada di atasnya. “Kenapa sayang?” Tanya Tay lembut. New menarik nafasnya lalu kembali mendaratkan kepalanya di dada Tay “Nenek tau kamu kesini? Aku harus gimana ya biar Nenek setuju sama hubungan kita?” Lirih New.
“Poom.. Kamu gak harus ngelakuin apa-apa, karena Nenek sekarang udah mau terima hubungan kita.” New yang mendengar ucapan tersebut dengan cepat mengangkat kepala dan tubuhnya “demi apa?” Tay terkekeh melihat ekspresi terkejut kekasihnya tersebut lalu ikut mengangkat tubuhnya memposisikan tubuhnya duduk menatap New.
“Kemaren saya udah ngobrol sama Nenek, banyak hal yang saya sampaikan ke nenek sampai akhirnya Nenek bilang bahwa beliau mau mencoba kasih kesempatan untuk kita jalanin hubungan ini Poom, maaf saya belum bilang sama kamu.” Mendengar penjelasan Tay, New pun tak kuasa menahan air matanya “kamu serius?“
Tay mengangguk lalu menghapus air mata di wajah New “serius, nanti kita coba ketemu ya?” New mengangguk lalu memeluk tubuh Tay “makasih ya Tana.” Tay kembali mengecup pucuk kepala New dengan lekat “saya sudah bilang, kalau bukan kamu saya gak mau. Jadi saya pasti akan usahakan apapun untuk hubungan kita Poom.” New kemudian melepas pelukannya lalu menatap lekat-lekat wajah lelaki tan di hadapannya. “Sama kaya kamu, aku gak akan bosen-bosen bilang juga kalau aku cuman mau nya sama kamu.” Tay kembali tersenyum hangat lalu kembali mengecup pelan bibir New.
“Apapun yang akan kita hadepin di depan, kita harus jalanin sama-sama ya Poom? Jangan ada break atau pergi lagi. Oke?” Ucap Tay, New pun mengangguk setuju lalu mengangkat kelingking tangannya “janji, gak ada break atau pergi lagi.” Tay membalas dengan menautkan jarinya “i love you Thitipoom..” New tersenyum “Love you too Tana-ku..”
Keduanya memang tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan mengenai hubungan mereka, namun hanya satu yang keduanya tahu bahwa keduanya hanya ingin saling memiliki satu sama lain.
Tangan Tay pun terbuka mempersilahkan New untuk masuk ke dalam dekapannya kembali, dan New pun tanpa menunggu lama masuk kembali ke dekapan kekasihnya.
Dan pada akhirnya apapun yang terjadi pada dirinya New Thitipoom akan selalu memilih kembali menjatuhkan hatinya ke pelukan kekasih tersayangnya yaitu, Tay Tawan Vihokratana.