“Mas nanti diajak ngobrol aja kakaknya, dia kan anaknya harus di pancing aja.” Ujar New saat berjalan dengan suaminya menuju garasi. Tay mengangguk “iya sayang, kamu beneran gapapa?” Tay menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap suaminya, New tersenyum “aku sehat sayang, udah yuk kakak udah nungguin kali di mobil.” New pun kembali mengajak Tay berjalan.
Sesampainya di garasi, Frank sudah menunggu di balik kursi pengemudi. Tay pun langsung masuk dan duduk di kursi samping anaknya, ia lalu membuka jendela untuk sekedar berpamitan dengan suaminya.
“Hati-hati ya ayah sama kakak, nanti jangan lupa makan siang ya?” ucap New di dekat jendela mobil milik anaknya tersebut.
“Iya pap siap, kalau ada apa-apa langsung telfon ya pap?” ujar Frank, New pun mengangguk “pulang malem gak kira-kira?”
“Belum tau sayang, eh ya aku udah bilang kan nanti sore aku mesti ke birthday party nya anak pak pieter?” New mengangguk “udah kok mas, sama kakak kan?”
“Iya dong sama kakak, biar rekan bisnisku pada tau kalau aku punya anak ganteng kaya Frank.” Tay mengucap dengan begitu bangga, frank pun yang bingung hanya bisa tersenyum canggung menanggapi ucapan ayahnya.
New kemudian tersenyum “gih berangkat nanti kesiangan, hati-hati ya?”
“Yauda kita berangkat ya sayang, kamu hati-hati dirumah ya” Tay kemudian melambaikan tangannya lalu mulai menaikkan kaca jendela mobil tersebut, dan Frank mulai menjalankan mesin mobilnya.
Menit-menit awal atmosfer di mobil tersebut begitu sepi dan sedikit canggung, karena ini merupakan pertama kalinya Frank maupun ayahnya pergi hanya berduaan tanpa ada papah, abang ataupun Nanon.
“Nyalain lagu ya yah?” Frank mencoba memecah kesunyian. “Oh oke kak, nyalain aja. Ayah sedikit tau kok lagu-lagi jaman sekarang.” Kekeh Tay.
Alunan musik dari The 1975 akhirnya menemani perjalanan keduanya.
“Kakak berarti masuk kuliah masih bulan depan ya?” Tay memulai pembicaraan. “Iya bulan depan, tapi adek duluan masuk buat ospek terus baru perkuliahan biasa yah” Frank mencoba menjawab.
Tay mengangguk “kakak gak ada rencana liburan sama temen-temen atau sama pacar kakak? Siapa Namanya?”
“Piploy yah, hmm belum ada sih.” Frank masih fokus mengemudikan mobilnya. “Namanya unik yah? Kata papah, dia blasteran ya kak? Pinter banget nyari yang cakep.” Tay terkekeh.
Frank ikut terkekeh “iya blasteran yah.”
“Kapan-kapan diajak makan malam bersama kak, nanti sekalian sama pacarnya abang sama siapasih pacarnya adikmu itu paw siapa?” Frank kembali terkekeh “pawpaw yah itu nama panggilan kesayangan dari adek katanya.”
Tay menggelengkan kepalanya “adikmu tuh ampun deh, kadang ayah bingung mesti komentar apa”
“Gapapa, diakan anaknya emang selalu nunjukin rasa sayangnya sama orang-orang walaupun agak alay ya hahahahaha.” Frank tertawa lepas mengingat kelakuan adiknya.
Tay kemudian memandang anak tengahnya “terus kakak kenapa gak suka nunjukin rasa sayang kakak ke orang-orang?” tawa Frank pun terhenti, ia bingung membalas ucapan ayahnya.
“Becanda, udah fokus lagi nyetirnya.” Tay mengelus pucuk kepala anak tengahnya, Frank pun hanya bisa diam terpaku baru kali ini ia merasakan afeksi seperti ini dari ayahnya.
Setelah berkendara hampir tiga puluh menit kini keduanya telah sampai di bengkel yang berada di kawasan kuningan tersebut. Keduanya disambut langsung dengan hangat oleh owner bengkel tersebut, mengingat Tay Tawan adalah salah satu pengusaha yang paling berpengaruh di Indonesia membuat Koh Kevin—pemilik bengkel merasa tersanjung karena bengkelnya di pilih oleh Tay Tawan.
Kecanggungan antara keduanya perlahan menghilang begitu saja, kini ayah dan anak tersebut malah tengah sibuk berbincang dan memilih-milih warna cat untuk mobil anaknya.
“Kalau kata ayah kalau mau doff mending item deh kak, atau biru gelap aja kak.” Frank menyimpan tangannya di dagu miliknya, menimang-nimang saran ayahnya.
“Nah iya Frank, biru cakep Frank.” Koh Kevin ikut memberi saran.
Tawan mengangguk “iya, ban belakang kamu velg nya ada biru-biru nya kan? Jadi lebih cocok, ohya Vin tolong sekalian buat ban belakang katanya Frank kemarin mau ganti juga.” Koh Kevin mengangguk dengan antusias, bagaimana tidak siang ini benar-benar rejeki nomplok baginya. “Siap Pak, nanti saya kasih pilihan yang paling terbaik.”
“Ban belakang gak usah, kan udah ngecat yah.” Frank menolak dengan halus, Tay menggeleng “gak, ganti aja. Kamu mau apalagi biar sekalian.” Tay kembali bersuara.
Koh Kevin menepuk bahu Frank “jangan di tolak rejekinya, namanya juga ayah lagi pengen nyenengin anak. Ya pak bos ya?” Tay tersenyum “tapi kalau lebih dari budget jangan sampe ketahuan aja sama orang rumah.” Kekeh Tay.
“Ah pak bos bisa aja, yang di rumah mah asal jatah aman aja kali.” Koh Kevin ikut mengomentari candaan Tay.
Frank pun sempat bingung tapi ia mengingat perkataan dari kekasihnya mungkin ini adalah satu cara ayahnya untuk melakukan pendekatan kepada dirinya, dengan ia membuka dirinya sedikit tidak apa-apakan? Lagi pula uang ayahnya memang banyak tidak apa-apalah kali ini ia meminta lebih “yauda ganti ban sekalian ya yah? Sama speaker pengen ganti ke model baru boleh gak?”
Tay tersenyum puas lalu mengusak rambut anaknya “boleh kak, kakak mau apapun boleh. Vin tolong di kasih pilihan yang paling bagus aja Frank nya.”
Koh Kevin langsung mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum dengan sumringah “siap bos!”
Setelah memilih segala keinginannya Frank dan Tay pun menunggu di sebuah ruangan yang di sediakan oleh Koh Kevin untuk menunggu, karena proses mengecat dan mengganti beberapa komponen di mobil Frank membutuhkan sedikit waktu.
“Kakak laper gak? Udah mau jam satu nih, mau go-food atau gimana? Apa ada tempat makan disekitar sini?” Tay bertanya kepada anaknya.
Frank sedikit berfikir “sebenernya kakak kalau kesini suka makan mie ayam baso gerobak disebrang bengkel yah. Walaupun mie gerobakan tapi rasanya enak banget.”
“Yauda kita makan itu aja?” Frank menoleh kearah ayahnya seolah tak yakin. “Ayah beneran mau?” Tay mengangguk dengan antusias “beneran dong, pasti enak banget kalau kakak tiap kesini makan itu.” Frank tersenyum lalu berdiri dari duduknya “yauda ayok.” Keduanya pun berjalan beriringan keluar dari ruangan tersebut untuk menuju tempat makan mie ayam favorite Frank.
Frank dan juga ayahnya telah sampai di tempat makan mie ayam yang berada tak jauh dari bengkel milik koh Kevin, karena jam sudah menunjukkan pukul satu siang yang artinya telah lewat jam makan siang, gerobak mie ayam tersebut sudah mulai sepi.
“Mang Udin, mau mie ayam dua komplit pake baso pangsitnya banyakin sih.” Ucap Frank begitu sampai.
“Oh bos Frank, siap bos. Makan sini kan?” Tanya si penjual mie ayam tersebut. Frank mengangguk “yooo, gak pake lama yaa. Minumnya air mineral yah Mang” lalu ia berjalan mendekati ayahnya “duduk sini aja yah” menunjuk sebuah kursi panjang kayu dihadapannya, Tay pun mengikuti ajakan anaknya.
Tak berselang lama Mang Udin pun datang membawa nampan yang berisi dua mangkuk mie ayam lengkap dengan baso halus dan semangkuk penuh pangsit goreng berukuran kecil “nih bos, special buat bos Frank.”
“Makasih mang” Frank mengambil mangkuk tersebut dan mengopernya ke ayahnya.
“Sama-sama, sama siapa euy bos? Kakaknya yah?” Mang Udin kembali menyodorkan satu lagi mangkok berisi mie ayam milik Frank.
Frank terkekeh “bokap Frank ini Mang, yakali kakak Frank.”
“Oh yaAllah.. punten atuh kirain kakaknya da meuni mirip pisan kasepna teh “(maaf saya kira kakaknya, karena begitu mirip gantengnya).
Tay tersenyum “gapapa mang, jadi tau yak Frank ganteng turunan dari ayahnya.” Mang Udin pun tersenyum dan mengangguk lalu undur diri mempersilahkan keduanya untuk memulai makan siangnya.
“Jangan banyak-banyak saosnya kak.” Tegur Tay saat melihat Frank menumpahkan banyak saos ke mangkuk miliknya. “Iya engga.”
Keduanya pun mulai fokus menikmati mie ayam tersebut “beneran enak ya kak?” Tay berkomentar setelah hampir setengah mie ayamnya habis, Frank tersenyum “enak kan? Aku kaget, ayah mau makan ditempat gini.”
“Lah kalau kakak tau ya? Ayah tuh kadang makan siang minta di beliin pecel pinggir jalan tau.” Tay membelakkan matanya “eh tapi jangan bilang sama papah ya? Suka bawel kalau makan sembarangan.” Tay terkekeh di akhir kalimat. Frank tertawa “bilangin ah..”
Tay membelakkan matanya kembali “udah ayah sogok pake ban baru juga ya..” Frank pun akhirnya tertawa dengan lepas mendengar ucapan ayahnya, Tay yang melihat anaknya tertawa pun ikut terbawa suasana, keduanya akhirnya tertawa bersama dan mungkin ini pertama kali bagi keduanya bisa tertawa selepas ini saat berduaan.
Setelah menyelesaikan makannya keduanya pun kembali menuju bengkel milik Koh Kevin, sebari memeriksa pekerjaan para montir yang mengerjakan mobil Frank keduanya kembali banyak berbincang mereka mulai membahas hal-hal mengenai mobil, merembet ke masalah perkuliahan bahkan sesekali Tay bertanya mengenai hubungan Frank dengan kekasihnya, walaupun Frank merespon pertanyaan Tay tidak seheboh Nanon atau sedetail Pluem saat bercerita tapi Tay begitu bersyukur anak keduanya mau sedikit terbuka kepada Tay.
Hingga tak terasa waktu pun berlalu dengan cepat, mobil Frank hampir selesai dan jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat tiga menit. “Kak, abis ini anter ayah ke acara ulang tahun temen ayah ituyah? Gapapa kan?” Frank mengangguk tanda setuju “ayok yah.”
“Kakak gak ada acara sama pacar kakak kan?” Frank menggeleng “gak kok, aman.”
Koh Kevin pun menghampiri keduanya untuk memberi tahu bahwa pekerjaan nya hampir selesai dan Tay pun berjalan untuk melakukan pembayaran sedangkan Frank langsung menuju mobilnya.
“Ada yang kurang gak Frank?” Tanya Koh Kevin yang berjalan bersama ayahnya yang baru saja menyelesaikan pembayaran.
Frank menggeleng “aman Koh, gak pernah kecewalah sama Koh Kevin mah.” Frank menunjukkan ekspresi bahagia.
“Kalau gak ada yang kurang langsung jalan aja yu kak? Udah mau jam setengah empat ini.” Tay menatap arloji mahalnya. Frank mengangguk setuju “duluan atuyah Koh? Makasihh nih.”
Koh Kevin mengangguk “gue yang makasih Frank, dapet customer royal begini aduh jadi enak.” Kekehnya “Pak nanti mobil yang mau di keluarin anter sini aja, temen saya ada yang mau liat juga katanya.” Ujar Koh Kevin sebari menoleh kearah Tay.
“Oke, besok biar sopir saya yang anter kesini ya?” Koh Kevin mengangguk “yauda saya sama Frank pamit ya? Terimakasih ya Vin.”
Koh Kevin berjalan mengantarkan Tay menuju mobil anaknya “saya yang makasih bos, jangan kapok ya bos. Hati-hati di jalan.” Tay pun menyusul Frank yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobilnya. “Siap, saya jalan ya.”
Kini Tay dan juga Frank sudah didalam mobil dan mulai meninggalkan bengkel tersebut untuk menuju daerah Kemang dimana acara ulang tahun kolega ayahnya digelar.
Setiba nya di cafe tersebut, Frank sedikit terkejut karena ternyata acara tersebut merupakan acara perayaan ulang tahun anak berumur enam tahun.
“Yuk sapa temen ayah dulu, sebentar.” Tay mengajak Frank untuk masuk dan menyapa koleganya.
Begitu kolega Tay melihat Tay ia pun langsung memeluk dan mengucap terimakasih karena Tay mau menghadiri acara anaknya “wih, kaget Bapak Tawan beneran datang ternyata. Makasih loh pak.” Ucap kolega Tay yang bernama Pieter tersebut.
“Masa di undang gak dateng, selamat ulang tahun ya.. Mana anaknya?” Tay bertanya, “lagi ngambek sama Mamihnya disana tuh, maklum anak kecil suka rese kalau banyak orang.” Jawab Pak Pieter.
“Walah, makanya harusnya partynya anak-anak aja, ini mah party buat Mamih Papihnya.” Tay berkomentar.
Pak Pieter pun hanya terkekeh “eh ini siapa nih anak ganteng disebelahnya?”
“Ohiya kenalin, ini anak saya namanya Frank Thanatsaran.” Tay sedikit mendorong tubuh Frank agar maju, Frank pun sedikit membungkuk lalu menyapa “haloo om, saya Frank. Selamat ulang tahun buat anaknya ya om.”
Pak Pieter pun tersenyum lalu menepuk pundak Frank “waduh ini mah mirip banget sama pak Tawan, kayak kembar ya?”
“Iya, paling mirip sama saya. Gantengnya, pinternya juga.” Tay mengucap dengan nada bangga “wah percaya saya mah. Frank kuliah? Semester berapa?” Tanya Pak Pieter.
Frank mengangguk “Iya Om, baru mau naik ke semester tiga.”
“Ohiya-iya, semangat ya kuliahnya harus bisa banggain ayahnya nih.”
Tay kemudian memeluk bahu milik anaknya “ini mah emang bikin bangga terus pak, kemarin ipknya paling tinggi seangkatan anak teknik tapi nilainya A sama B doang gak ada C nya. Gimana saya gak bangga coba?” Suara Tay begitu bangga saat menunjukkan kehebatan anaknya kedepan koleganya, Frank pun hanya bisa tersenyum malu.
“Waduh ini mah calon menantu idaman banget yaa?” Pak Pieter tersenyum menanggapi ucapan Tay. “Oh jelas dong.” Tay kembali mengeratkan pelukannya.
“Yauda makan dulu makan, pak Tawan sama Frank ayok makan dulu.” Pak Pieter mengarahkan keduanya untuk duduk di sebuah meja, “makan dulu gapapa ya kak?” Frank mengangguk, keduanya pun langsung duduk dan mulai memesan makanan.
Tay yang duduk disamping Frank pun mendekat “kak, kita selfie juga yuk kaya orang-orang. Nanti kita kirim ke group” Frank sedikit terkejut dengan permintaan tiba-tiba dari ayahnya akan tetapi ia pun langsung menganggukan kepalanya “ayoook.” Frank pun langsung mengeluarkan ponselnya lalu mengambil selfie untuk keduanya.
“Eh kok selfie sini biar saya yang fotoin.” Ucap Pak Pieter menawarkan diri, Frank pun dengan perlahan memberikan ponselnya agar Pak Pieter bisa mengambil gambar untuk keduanya.
“Nah siaaap? satu, dua, tigaa.” Ucapnya sebari mencoba mengarahkan gaya untuk keduanya.
Selesai mengambil beberapa foto keduanya pun tersenyum malu karena keduanya benar-benar terlihat mirip apalagi kini keduanya sama-sama memakai baju kemeja berwarna putih walaupun Frank ditambah memakai jaket levis.
“Kamu beneran cetakan ayah sih.” Tay tersenyum lalu mengusak pucuk kepala anaknya, Frank hanya bisa tersenyum dan salah tingkah.
Akhirnya keduanya pun kembali duduk di tempatnya masing-masing sebari menunggu makanan keduanya pun larut mengikuti berbagai kegiatan ulang tahun yang di adakan di cafe tersebut.
Jam pun sudah menunjukkan pukul delapan malam akhirnya keduanya pun berpamitan kepada kolega Tay untuk segera pulang kerumah, selama di perjalanan keduanya kembali mengobrol menceritakan segala cerita, kecanggungan seperti tadi siang sudah sedikit memudar, dan keduanya bersyukur akan hal tersebut.
Setelah berkendara hampir empat puluh menit, kini keduanya sudah memasuki gerbang rumah kediamannya.
“Ayah mau di drop di depan apa gimana?” Tanya Frank begitu memasuki gerbang. “Ke garasi aja kak, ayah temenin.” Jawab Tay dan Frank pun mengangguk lalu mengarahkan mobilnya menuju garasi.
“Sampeee juga.” Ucap ayah sebari melepas seatbeltnya, Frank pun mengikuti jejak ayahnya lalu keduanya pun keluar dari mobil tersebut.
“Ayah..” Frank bersuara saat berjalan bersama ayahnya dari garasi menuju pintu utama rumahnya, Tay menoleh menatap anaknya “kenapa kak?”
Frank terlihat sedikit gugup dan ragu namun akhirnya ia mulai membuka mulutnya “makasih ya, hari ini kakak seneng banget.” ucapnya malu-malu, Tay tersenyum lalu mengangguk “sama-sama kak, ayah juga seneng banget.”
“Hmm ayah...” Frank menghentikan langkahnya, membuat Tay menunjukkan ekspresi kebingungan “ada apa kak?”
Frank mengangkat wajahnya “kakak boleh peluk ayah?” cicitnya pelan, Tay kembali menyunggingkan senyumannya lalu membuka tangannya lebar-lebar “sini..” Frank pun dengan perlahan berjalan mendekati ayahnya lalu masuk kedalam pelukannya.
Tay mengelus pucuk kepala anaknya “kakak, kalaupun kakak merasa ada yang perlu di bicarakan sama ayah dan papah jangan pernah sungkan ya nak? Kita gak punya kekuatan super yang bisa tau isi hati seseorang, jadi kita gak bisa tau apa yang difikirin kakak, apa yang bikin kakak gak nyaman. Kalau bukan kakak sendiri yang kasih tau kita, ayah dan papah akan senang sekali kalau kakak mau sedikit aja membuka hati kakak buat kita, ya nak yaa?”
Frank mengangguk pelan “kakak usahain mulai sekarang dikit-dikit ya yah? Makasih ya ayah buat semuanya.” Frank mengeratkan pelukannya, hari ini ia benar-benar merasakan sesuatu yang baru dalam perjalanan hubungannya dengan sosok ayahnya. Tapi yang pasti, ia sangat menyukai hal itu.
“Teletubies kali ah berpelukaaaan.” Teriak Nanon dari pintu utama rumah, Frank dengan cepat melepaskan pelukannya lalu segera berjalan kearah pintu rumahnya “paaansihhh.” Ucapnya ketus.
Nanon dan Papah New hanya bisa terkekeh melihat kelakuan Frank yang malu-malu padahal ia melakukan hal tersebut dengan ayah kandungnya “ayah doang nih yang di peluk, papah kok engga?” New ikut menggoda anak tengahnya. “Pah gausah ikutan pleasee” ucap Frank dengan tatapan memohon.
“Udah-udah pada seneng banget sih ngegodain kakak, udah sini ayah peluk aja semuanya.” Tay langsung membuka tangannya lebar-lebar dan langsung menarik kedua anaknya dan juga suami manisnya masuk ke pelukannya.
“Nah jangan sirik-sirikan yaaa.” Kekeh Tay sebari mengeratkan pelukannya.
“KOK ABANG GAK DI AJAKIN PELUKAN SIHHHH? ANAKNYA KETINGGALAN SATU LAGI WOY!”Teriak Pluem dari arah dalam rumah, iapun berlari dan langsung ikut memeluk keluarganya, kelimanya pun hanya bisa tertawa lalu mengeratkan pelukannya dan saling menumpahkan rasa kasih sayang.
@pandaloura