pandaloura

Tana-ku💙 ”saya di bawah, tolong buka gerbangnya.”

Pesan yang masuk dari Tana, Poom pun langsung bergegas menuju lantai bawah untuk membuka gerbang untuk kekasihnya.

Sesampainya di lantai bawah Poom bisa melihat Tana yang sudah berdiri dan tersenyum di depan mobil hitamnya, Poom bisa melihat kekasihnya tersebut membawa sebuah kantung yang Poom yakini isinya merupakan hal-hal yang akan membuat dirinya tersenyum.

“Cepet banget sampenya.” Ucap Poom sebari membuka gembok gerbang kosan miliknya.

“Kan pengen cepet ketemu kamu.” Tana menjawab dengan santai, ia pun membantu Poom untuk mendorong gerbang besi tersebut agar mobilnya bisa ia parkirkan di dalam pekarangan kosan milik kekasihnya.

Setelah gerbang tersebut terbuka Tana malah menarik tubuh Poom untuk masuk kedalam pelukannya “ishhhh Tanaaaaa.” Protes Poom.

”U did well Thitipoom..” Ucap Tay sebari mengelus pucuk kepala kekasihnya tersebut. “Saya yakin kamu akan mendapatkan tempat magang yang paling tepat untuk kamu, sabar dulu yaaa. Jangan banyak fikiran.” Ucapnya lagi.

Poom tanpa sadar mengangkat senyumnya, perasaannya sedikit lebih baik setelah mendengar ucapan Tana ia kemudian mengeratkan pelukannya “makasih Tana.”

Tana pun dengan perlahan melepas pelukannya lalu mengecup pucuk kepala Poom “sama-sama, nih bawa buat kamu.” Tana menyerahkan kantugg belanja yang memang sudah ia bawa sedari tadi, Poom yang menerima kantung tersebut lalu ia benar-benar menyunggingkan bibirnya menunjukkan senyuman lebarnya “makasih Tana, tau aja stock cemilan aku abis.”

Tana mengangguk sebari tersenyum “sama-sama, sana naik duluan gih. Saya parkirin mobil dulu.”

“Yauda parkirnya mepetin ke kanan aja yang, yang deket gerbang udah jatah Kak Leo soalnya.” Jelas Poom, Tana pun mengangguk tanda mengerti kemudian mulai berjalan menuju mobilnya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Tana pun berjalan masuk dan langsung berjalan menuju lantai dua, dimana kamar kekasihnya berada. Saat memasuki kamar milik Poom, Tana kembali menyunggingkan senyumannya saat melihat kekasihnya tengah memakan beberapa makanan manis yang tadi memang sengaja ia bawa. “Pelan-pelan makan nya.” Tana berucap sebari mengambil posisi duduk di samping kekasihnya.

Poom mengangguk tanpa mengeluarkan suara karena kini mulutnya tengah sibuk mengunyah segala macam makanan manis favoritenya. “Belepotan kan.” Tana mengusap sisa coklat yang berada ujung bibir milik Poom dengan ibu jarinya.

Poom hanya tersenyum “Tanaaaaaa beli makananya banyak banget sih, aku kan jadi seneng.” Poom kembali tersenyum.

Tana mengusak pucuk kepala kekasihnya “biar mood kamu nya naik, biar gak sedih mulu.” Setelah mendengar ucapan kekasihnya tanpa sadar Poom kembali mempoutkan bibirnya, ia kembali memikirkan masalah tempat magang yang sampai saat ini belum juga memberikan keputusan, sehingga kini hanya ia yang masih belum memiliki tempat untuk melakukan tugas magangnya sedangkan teman-temannya sudah.

“Kok manyun lagi? Udah tenang, gapapa. Orang-orang yang kerja di SCBD lagi sibuk, pasti besok atau lusa kamu dapet kabar buat magang disana.” Tana kembali menenangkan kekasihnya.

Poom menatap Tana “kalo gak keterima gimana? Nyari dimana lagi? Udah mepet.” Ia kemudian kembali menundukan wajahnya.

Tana langsung menarik tubuh Poom masuk kedalam pelukannya “kalau gak keterima ya cari yang lain, nanti saya bantu. Jangan takut, ada saya yang akan bantu kamu Thipoom.”

Poom mengangguk didalam pelukannya “makasih Tana.”

“Sama-sama sayang, jangan ragu untuk berbagi keluh kesah kamu ya? Saya selalu ada buat kamu.” Mendengar ucapan kekasihnya tanpa sadar Poom menitikan air, keresahannya hari ini sedikit menguar digantikan dengan perasaan tenang.

Sadar kekasihnya menangis Tana pun melepas pelukannya lalu menarik wajah Poom “kamu kenapa nangis?” Poom menggeleng “gapapa.”

“Tana maafin aku ya?” Tana menunjukan ekspresi kebingungan “maaf untuk?”

Poom kembali memeluk tubuh Tana “gapapa, pokoknya maafin. Aku sayang Tana.” Sebenarnya Poom sedikit merasa bersalah karena beberapa waktu kebelakang ini ia sedikit seperti menjauh dan sedikit lebih dingin kepada Tana, ia pun tak mengetahui alasan pasti mengapa ia bersikap seperti itu.

“Saya jauh lebih sayang sama kamu Thitipoom.” Tay mengecup kembali pucuk kepala Poom sebari tetap mengeratkan pelukannya.

Poom dengan perlahan melepas pelukannya lalu mengelus wajah milik kekasihnya kemudian dengan perlahan ia mempertemukan bibirnya dengan bibir milik Tana, ia dengan perlahan melumat bibir milik kekasihnya tersebut. Tana mulai ikut mengecap bibir milik Poom, ia mulai menautkan lidah miliknya dengan milik kekasihnya, keduanya kemudian begitu larut dalam ciuman hangat tersebut. Poom mengalungkan tangannya ke leher milik Tana, dan Tana mengeratkan pelukannya di tubuh milik Poom.

Setelah beberapa menit akhirnya ciuman keduanya terlepas, Tana menyatukan dahinya dengan dahi milik Poom ”I love you Thitipoom.”

”Love you too, Tana-ku.” Kemudian tersenyum dengan hangat.

@pandaloura

Tana-ku💙 ”saya di bawah, tolong buka gerbangnya.”

Pesan yang masuk dari Tana, Poom pun langsung bergegas menuju lantai bawah untuk membuka gerbang untuk kekasihnya.

Sesampainya di lantai bawah Poom bisa melihat Tana yang sudah berdiri dan tersenyum di depan mobil hitamnya, Poom bisa melihat kekasihnya tersebut membawa sebuah kantung yang Poom yakini isinya merupakan hal-hal yang akan membuat dirinya tersenyum.

“Cepet banget sampenya.” Ucap Poom sebari membuka gembok gerbang kosan miliknya.

“Kan pengen cepet ketemu kamu.” Tana menjawab dengan santai, ia pun membantu Poom untuk mendorong gerbang besi tersebut agar mobilnya bisa ia parkirkan di dalam pekarangan kosan milik kekasihnya.

Setelah gerbang tersebut terbuka Tana malah menarik tubuh Poom untuk masuk kedalam pelukannya “ishhhh Tanaaaaa.” Protes Poom.

”U did well Thitipoom..” Ucap Tay sebari mengelus pucuk kepala kekasihnya tersebut. “Saya yakin kamu akan mendapatkan tempat magang yang paling tepat untuk kamu, sabar dulu yaaa. Jangan banyak fikiran.” Ucapnya lagi.

Poom tanpa sadar mengangkat senyumnya, perasaannya sedikit lebih baik setelah mendengar ucapan Tana ia kemudian mengeratkan pelukannya “makasih Tana.”

Tana pun dengan perlahan melepas pelukannya lalu mengecup pucuk kepala Poom “sama-sama, nih bawa buat kamu.” Tana menyerahkan kantugg belanja yang memang sudah ia bawa sedari tadi, Poom yang menerima kantung tersebut lalu ia benar-benar menyunggingkan bibirnya menunjukkan senyuman lebarnya “makasih Tana, tau aja stock cemilan aku abis.”

Tana mengangguk sebari tersenyum “sama-sama, sana naik duluan gih. Saya parkirin mobil dulu.”

“Yauda parkirnya mepetin ke kanan aja yang, yang deket gerbang udah jatah Kak Leo soalnya.” Jelas Poom, Tana pun mengangguk tanda mengerti kemudian mulai berjalan menuju mobilnya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Tana pun berjalan masuk dan langsung berjalan menuju lantai dua, dimana kamar kekasihnya berada. Saat memasuki kamar milik Poom, Tana kembali menyunggingkan senyumannya saat melihat kekasihnya tengah memakan beberapa makanan manis yang tadi memang sengaja ia bawa. “Pelan-pelan makan nya.” Tana berucap sebari mengambil posisi duduk di samping kekasihnya.

Poom mengangguk tanpa mengeluarkan suara karena kini mulutnya tengah sibuk mengunyah segala macam makanan manis favoritenya. “Belepotan kan.” Tana mengusap sisa coklat yang berada ujung bibir milik Poom dengan ibu jarinya.

Poom hanya tersenyum “Tanaaaaaa beli makananya banyak banget sih, aku kan jadi seneng.” Poom kembali tersenyum.

Tana mengusak pucuk kepala kekasihnya “biar mood kamu nya naik, biar gak sedih mulu.” Setelah mendengar ucapan kekasihnya tanpa sadar Poom kembali mempoutkan bibirnya, ia kembali memikirkan masalah tempat magang yang sampai saat ini belum juga memberikan keputusan, sehingga kini hanya ia yang masih belum memiliki tempat untuk melakukan tugas magangnya sedangkan teman-temannya sudah.

“Kok manyun lagi? Udah tenang, gapapa. Orang-orang yang kerja di SCBD lagi sibuk, pasti besok atau lusa kamu dapet kabar buat magang disana.” Tana kembali menenangkan kekasihnya.

Poom menatap Tana “kalo gak keterima gimana? Nyari dimana lagi? Udah mepet.” Ia kemudian kembali menundukan wajahnya.

Tana langsung menarik tubuh Poom masuk kedalam pelukannya “kalau gak keterima ya cari yang lain, nanti saya bantu. Jangan takut, ada saya yang akan bantu kamu Thipoom.”

Poom mengangguk didalam pelukannya “makasih Tana.”

“Sama-sama sayang, jangan ragu untuk berbagi keluh kesah kamu ya? Saya selalu ada buat kamu.” Mendengar ucapan kekasihnya tanpa sadar Poom menitikan air, keresahannya hari ini sedikit menguar digantikan dengan perasaan tenang.

Sadar kekasihnya menangis Tana pun melepas pelukannya lalu menarik wajah Poom “kamu kenapa nangis?” Poom menggeleng “gapapa.”

“Tana maafin aku ya?” Tana menunjukan ekspresi kebingungan “maaf untuk?”

Poom kembali memeluk tubuh Tana “gapapa, pokoknya maafin. Aku sayang Tana.” Sebenarnya Poom sedikit merasa bersalah karena beberapa waktu kebelakang ini ia sedikit seperti menjauh dan sedikit lebih dingin kepada Tana, ia pun tak mengetahui alasan pasti mengapa ia bersikap seperti itu.

“Saya jauh lebih sayang sama kamu Thitipoom.” Tay mengecup kembali pucuk kepala Poom sebari tetap mengeratkan pelukannya.

Poom dengan perlahan melepas pelukannya lalu mengelus wajah milik kekasihnya kemudian dengan perlahan ia mempertemukan bibirnya dengan bibir milik Tana, ia dengan perlahan melumat bibir milik kekasihnya tersebut. Tana mulai ikut mengecap bibir milik Poom, ia mulai menautkan lidah miliknya dengan milik kekasihnya, keduanya kemudian begitu larut dalam ciuman hangat tersebut. Poom mengalungkan tangannya ke leher milik Tana, dan Tana mengeratkan pelukannya di tubuh milik Poom.

Setelah beberapa menit akhirnya ciuman keduanya terlepas, Tana menyatukan dahinya dengan dahi milik Poom ”I love you Thitipoom.”

”Love you too, Tana-ku.” Kemudian tersenyum dengan hangat.

@pandaloura

Tana-ku💙 ”saya di bawah, tolong buka gerbangnya.” Pesan yang masuk dari Tana, Poom pun langsung bergegas menuju lantai bawah untuk membuka gerbang untuk kekasihnya.

Sesampainya di lantai bawah Poom bisa melihat Tana yang sudah berdiri dan tersenyum di depan mobil hitamnya, Poom bisa melihat kekasihnya tersebut membawa sebuah kantung yang Poom yakini isinya merupakan hal-hal yang akan membuat dirinya tersenyum.

“Cepet banget sampenya.” Ucap Poom sebari membuka gembok gerbang kosan miliknya.

“Kan pengen cepet ketemu kamu.” Tana menjawab dengan santai, ia pun membantu Poom untuk mendorong gerbang besi tersebut agar mobilnya bisa ia parkirkan di dalam pekarangan kosan milik kekasihnya.

Setelah gerbang tersebut terbuka Tana malah menarik tubuh Poom untuk masuk kedalam pelukannya “ishhhh Tanaaaaa.” Protes Poom.

”U did well Thitipoom..” Ucap Tay sebari mengelus pucuk kepala kekasihnya tersebut. “Saya yakin kamu akan mendapatkan tempat magang yang paling tepat untuk kamu, sabar dulu yaaa. Jangan banyak fikiran.” Ucapnya lagi.

Poom tanpa sadar mengangkat senyumnya, perasaannya sedikit lebih baik setelah mendengar ucapan Tana ia kemudian mengeratkan pelukannya “makasih Tana.”

Tana pun dengan perlahan melepas pelukannya lalu mengecup pucuk kepala Poom “sama-sama, nih bawa buat kamu.” Tana menyerahkan kantugg belanja yang memang sudah ia bawa sedari tadi, Poom yang menerima kantung tersebut lalu ia benar-benar menyunggingkan bibirnya menunjukkan senyuman lebarnya “makasih Tana, tau aja stock cemilan aku abis.”

Tana mengangguk sebari tersenyum “sama-sama, sana naik duluan gih. Saya parkirin mobil dulu.”

“Yauda parkirnya mepetin ke kanan aja yang, yang deket gerbang udah jatah Kak Leo soalnya.” Jelas Poom, Tana pun mengangguk tanda mengerti kemudian mulai berjalan menuju mobilnya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Tana pun berjalan masuk dan langsung berjalan menuju lantai dua, dimana kamar kekasihnya berada. Saat memasuki kamar milik Poom, Tana kembali menyunggingkan senyumannya saat melihat kekasihnya tengah memakan beberapa makanan manis yang tadi memang sengaja ia bawa. “Pelan-pelan makan nya.” Tana berucap sebari mengambil posisi duduk di samping kekasihnya.

Poom mengangguk tanpa mengeluarkan suara karena kini mulutnya tengah sibuk mengunyah segala macam makanan manis favoritenya. “Belepotan kan.” Tana mengusap sisa coklat yang berada ujung bibir milik Poom dengan ibu jarinya.

Poom hanya tersenyum “Tanaaaaaa beli makananya banyak banget sih, aku kan jadi seneng.” Poom kembali tersenyum.

Tana mengusak pucuk kepala kekasihnya “biar mood kamu nya naik, biar gak sedih mulu.” Setelah mendengar ucapan kekasihnya tanpa sadar Poom kembali mempoutkan bibirnya, ia kembali memikirkan masalah tempat magang yang sampai saat ini belum juga memberikan keputusan, sehingga kini hanya ia yang masih belum memiliki tempat untuk melakukan tugas magangnya sedangkan teman-temannya sudah.

“Kok manyun lagi? Udah tenang, gapapa. Orang-orang yang kerja di SCBD lagi sibuk, pasti besok atau lusa kamu dapet kabar buat magang disana.” Tana kembali menenangkan kekasihnya.

Poom menatap Tana “kalo gak keterima gimana? Nyari dimana lagi? Udah mepet.” Ia kemudian kembali menundukan wajahnya.

Tana langsung menarik tubuh Poom masuk kedalam pelukannya “kalau gak keterima ya cari yang lain, nanti saya bantu. Jangan takut, ada saya yang akan bantu kamu Thipoom.”

Poom mengangguk didalam pelukannya “makasih Tana.”

“Sama-sama sayang, jangan ragu untuk berbagi keluh kesah kamu ya? Saya selalu ada buat kamu.” Mendengar ucapan kekasihnya tanpa sadar Poom menitikan air, keresahannya hari ini sedikit menguar digantikan dengan perasaan tenang.

Sadar kekasihnya menangis Tana pun melepas pelukannya lalu menarik wajah Poom “kamu kenapa nangis?” Poom menggeleng “gapapa.”

“Tana maafin aku ya?” Tana menunjukan ekspresi kebingungan “maaf untuk?”

Poom kembali memeluk tubuh Tana “gapapa, pokoknya maafin. Aku sayang Tana.” Sebenarnya Poom sedikit merasa bersalah karena beberapa waktu kebelakang ini ia sedikit seperti menjauh dan sedikit lebih dingin kepada Tana, ia pun tak mengetahui alasan pasti mengapa ia bersikap seperti itu.

“Saya jauh lebih sayang sama kamu Thitipoom.” Tay mengecup kembali pucuk kepala Poom sebari tetap mengeratkan pelukannya.

Poom dengan perlahan melepas pelukannya lalu mengelus wajah milik kekasihnya kemudian dengan perlahan ia mempertemukan bibirnya dengan bibir milik Tana, ia dengan perlahan melumat bibir milik kekasihnya tersebut. Tana mulai ikut mengecap bibir milik Poom, ia mulai menautkan lidah miliknya dengan milik kekasihnya, keduanya kemudian begitu larut dalam ciuman hangat tersebut. Poom mengalungkan tangannya ke leher milik Tana, dan Tana mengeratkan pelukannya di tubuh milik Poom.

Setelah beberapa menit akhirnya ciuman keduanya terlepas, Tana menyatukan dahinya dengan dahi milik Poom ”I love you Thitipoom.”

”Love you too, Tana-ku.” Kemudian tersenyum dengan hangat.

@pandaloura

Jam sudah menunjukan pukul sebelas siang, agenda sarapan yang wajib di keluarga Vihokratana kini tak terlaksana. Pluem sempat meminta Bi Ida untuk membuatkan sarapan untuk kedua adiknya, dan meminta kepada kedua adiknya untuk langsung naik kekamar kembali setelah melakukan sarapan sedangkan dirinya masih setia menemani papahnya yang masih saja menangis di kamar miliknya.

“Udah pah.. Jangan nangis terus.” Pluem mencoba menenangkan papahnya. Tak berselang lama pintu kamar milik kedua orang tuanya pun terbuka menampilkan sosok ayahnya.

“Ayah?” Pluem menoleh ke arah pintu.

Ayah Tay berjalan masuk dengan perlahan “Pluem kembali ke kamar kamu, ayah mau bicara berdua dengan papah kamu.” ucap Tay dengan pelan akan tetapi tegas.

“Iya ayah.” Pluem pun bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar dari kamar kedua orang tuanya. Ia percaya semarah apapun ayahnya tidak akan melakukan tindakan yang akan menyakiti papahnya, saat ini yang paling benar adalah memberikan kedua orang tuanya ruang untuk saling terbuka dan mencari solusi untuk masalah yang terjadi diantara keduanya.

Saat pintu kamarnya telah tertutup, Tay mengambil posisi duduk di samping tubuh New “sekarang jelasin.” pintanya dengan tegas.

New menghapus airmatanya lalu memeriksa lengan suaminya terlebih dahulu “aku bersihin ini dulu ya mas?” ujarnya ketika melihat darah di tangan Tay yang kini sudah sedikit mengering.

“Saya mau denger penjelasan kamu terlebih dahulu.” Tay menarik tangannya. New pun menarik nafasnya karena di sini ia sadar ia yang salah maka ia memilih untuk mengalah.

“Pertama, memang bener aku ngambil foto selfie sama arm. Tapi, gak cuman aku aja. Arm juga foto sama semua temen-temenku.” New mencoba menjelaskan. “Kedua, aku tau aku salah dengan gak bisa di hubungi. Bukannya pembelaan tapi aku hanya mengungkapkan kebenaran, hape ku low mas. Sedangkan aku gak bawa powerbank ataupun charger mungkin terdengar seperti alasan tapi aku benar-benar gak sengaja mematikan ponselku. Aku minta maaf.”

“Ketiga, aku tau aku salah.. Aku gak bisa nahan diri aku buat gak mabuk, padahal kamu sudah mewanti-wanti karena aku gak terlalu kuat dengan minuman alkohol, tapi itu karena aku sebahagia itu bertemu teman-temanku mas. Tapi apapun alasannya itu tidak membenarkan alasanku, sekali lagi aku minta maaf.” New kembali menarik nafasnya.

“Keempat, alasan aku gak ikut pulang dengan Singto adalah karena saat Singto dapat kabar kami semua benar-benar panik dan yang paling penting adalah Singto segera menemui anaknya, dan aku gak pernah berfikiran atau berniat akan pulang bersama Arm, aku benar-benar udah gak sadar dan yang aku ingat Arm menawarkan diri ke temen-temenku karena rumah kita searah.”

“Dan yang paling penting, selama perjalanan ataupun saat di tempat antara aku dan Arm benar-benar tidak terjadi apa-apa, dan aku berharap kamu percaya dengan apa yang baru saja aku ungkapkan. Karena terbersit pun gak pernah mas aku mau berkhianat dari kamu.. Hiks..” New kembali menurunkan air matanya. “Aku tau aku salah, pulang dengan keadaan mabuk ditambah diantar oleh mantanku tapi aku mau kamu percaya, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi diantara aku dan Arm atau dengan siapapun mas.” New menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Tay yang semula di selimuti rasa amarah kini luluh melihat dan mendengar tangis dari suaminya, kecemburuannya menguasai emosinya hingga membuat suami yang ia cintainya terluka bahkan dirinya pun ikut terluka. Tay mengubah posisi tubuhnya untuk mengarah kehadapan New, kemudian ia menarik tubuh New masuk kedalam pelukannya “maaf.. aku emosi..”

“Aku tau dan percaya bahwa kamu gak akan melakukan hal murahan seperti yang aku tuduhkan, tapi kecemburuan menguasaiku Hin.. Maaf, maaaf kata-kataku membuatmu terluka. Tapi tolong, jangan pernah lakukan hal seperti itu lagi Hin. Aku gak bisa melihat kamu dengan yang lain, aku gak bisa menahan rasa cemburu ini ketika kamu dengan yang lain.” Tay mengelus punggung suaminya.

New menggeleng “gak akan mas, hal-hal seperti ini gak akan kembali terulang. Aku mohon maaf mas, maaf sudah membuat kecewa padahal kamu udah kasih kepercayaan. Maafin aku.”

Tay melepas pelukannya “jangan mabuk lagi dengan orang lain, kamu hanya boleh mabuk saat bersamaku. Paham?” New mengangguk.

“Sebegitu cintanya aku sama kamu Hin.” Tay kemudian mengecup dahi milik New. “Kalau kamu cinta sama aku, jangan pernah lukain diri kamu sendiri kaya gini lagi mas.” New mulai meraih tangan Tay yang terluka. “Biar aku bersihin dulu.” New pun bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar kamar untuk mengambil kotak P3K yang ada di ruangan keluarga.

Setelah ia mendapat kotak tersebut ia langsung membersihkan tangan suaminya yang kini darah segar yang tadi pagi basah sudah mengering.

“Aw perih Hin..” Tay meringis saat New membersihkan lukanya. “Suruh siapa coba gaya-gayaan pake mecahin kaca segala.” Balas New yang masih fokus membersihkan luka tersebut.

“Namanya juga emosi.” Kilah Tay dengan cepat, New memutar bola matanya malas “emosi aja yang di gedein.”

“Kalau tentang kamu sama anak-anak aku gakbisa ngontrol emosi aku.” Jawab Tay.

“Harus di biasain, dengerin dulu penjelasannya. Kan kamu sendiri yang sering bilang emosi gak akan nyelesain masalah.”

Tay memalingkan wajahnya “ya namanya juga cemburu.” New menekan kapas basah yang berisi alkohol ke luka milik Tay “kaya abg aja cemburu membabi buta gitu.”

“Hin sakit!!!!!!” Teriak Tay karena perlakuan suami manisnya tersebut, dan New pun hanya bisa terkekeh puas melihat suaminya kesakitan.

@pandaloura

New mencoba membuka matanya, kepalanya begitu berat dan ia mulai merasakan mual dari tubuhnya, ia pun dengan sekuat tenaga membuka matanya lalu bergegas menuju kamar mandi miliknya mengeluarkan seluruh cairan yang memenuhi tubuhnya.

Hampir lima menit New berada di dalam kamar mandi tersebut, ia benar-benar mengeluarkan segalanya dari dalam perutnya. Setelah selesai ia mulai membasuh bibirnya, menatap dirinya di cermin. Semalam ia hanya ingat bahwa ia minum banyak minuman beralkohol dengan teman-temannya, dan hal yang terakhir ia ingat adalah ia menaiki mobil Arm untuk pulang kerumahnya.

”Ah shit!” New mengumpat lalu segera keluar dari kamar mandi tersebut untuk segera menemui suaminya, pasti suaminya marah besar. Saat keluar dari kamar mandi tersebut ia kini melihat suaminya tengah duduk di ujung ranjang milik keduanya, tatapannya kosong. New pun bergegas mendekati Tay.

“Mas aku..” Belum selesai New berbicara Tay sudah terlebih dahulu memotong dengan memberikan tatapan tajam lalu menyodorkan gelas ke arah tubuh New “minum, air madu hangat.”

New pun mengambil gelas tersebut lalu mencoba meminum air madu tersebyut dengan perlahan, Tay masih saja memberikan tatapan tajam kearah New.

“Mas..” New menyimpan gelas yang tinggal setengah isinya tersebut ke nakas samping ranjang miliknya lalu berjalan menuju suaminya.

Tay tidak memberikan jawaban, begitu New mendekat Tay memilih untuk berdiri tapi New dengan cepat menahan lengan suaminya tersebut “Mas maaf..” lirih New.

“Maaf untuk?” Tay menarik lengannya dengan kasar, kemudian berbalik dan menatap tajam kearah New “untuk kamu yang gak bisa saya hubungi lalu pulang dengan kondisi mabuk-mabukan? Atau maaf untuk kamu yang berdua-duaan dengan mantan terindah kamu?” Ucap Tay dengan tegas.

New menggeleng “gak kaya gitu mas, biar aku jelasin dulu ya..” New kembali meraih pergelangan Tay dan Tay pun kembali menarik tangannya agar tak di sentuh oleh New.

“Jelasin apa lagi hah? Saya sudah bilang berkali-kali Thitipoom, saya. tidak. suka. arm!” Tay menekankan suaranya di setiap suku kata. “Saya kasih kamu kepercayaan, saya kasih kamu kesempatan untuk melakukan hal yang kamu inginkan, tapi apa yang saya dapat?! Saya malah mendapati kamu pulang dengan kondisi mabuk dan di antar oleh lelaki yang sudah jelas-jelas saya tak sukai keberadaanya! Bahkan anak-anak kamu lihat keadaan kamu yang mabuk dan di bantu oleh lelaki asing Thitipoom!”

New kembali meraih tangan Tay “mas dengerin, aku tau aku salah. Salah banget tapi plis dengerin dulu, aku beneran gak berencana pulang sama arm, gak. Tapi di tengah acara Singto di telfon Kit, Fiat cidera pas latihan dance dan mau gak mau Singto harus pulang mas. Dan aku beneran kebawa suasana, sampai aku gak sadar kalau aku mabuk. Beneran mas.” New mencoba menjelaskan dengan suara yang sedikit bergetar, ia tahu Tay benar-benar marah pada dirinya.

“Terus kenapa kamu gak ikut pulang hah? Kamu nyari kesempatan buat berdua-duaan dengan arm? Sampai kamu foto berdua! Kamu fikir saya gak tau hah?! Apalagi yang kamu lakuin sama arm dibelakang saya hah? Mengenang masa lalu? Atau bahkan having sex in car? Jawab Thitipoom!” Tay meneriaki New.

New membalas tatapan tajam Tay “kamu sadar gak sih apa yang kamu omongin?! Kamu fikir aku serendah itu?! Hah?! Otak kamu udah kecoreng sama hal-hal negatif gara-gara kecemburuan kamu mas!” New tak kalah berteriak.

“Kamu pulang dalam keadaan mabuk dan berduaan dengan mantan kamu! Saya gak pernah tau apa saja yang sudah kalian lakukan saat kalian berduaan?! Kamu sendiri yang bilang terbawa suasana, mungkin nafsu kamu pun bisa saja kan terbawa saat kalian berduaan?! Hah?!” Tay masih tak mau menurunkan suaranya.

“Kamu gak percaya sama aku? Kamu fikir aku serendah itu Tawan? Hah? Jawab! Aku serendah itu di mata kamu?! Kamu fikir aku akan dengan mudahnya memberikan tubuh aku ke sembarang orang?! Jawab hiks.. Jawab Tawan!” New tak kuasa menahan tangisnya, ia tahu ia salah tetapi tuduhan suaminya benar-benar menyakiti hatinya. Ia tak mungkin serendah itu.

Prangg! Tay meninju kaca besar yang ada di sampingnya, kaca besar tersebut retak dan pecah seketika, tercium wangi anyir darah yang berasal dari kepalan tangan Tay.

New menutup mata dan telinganya dengan kedua tanganya bersamaan dengan bunyi prangg!

“Saya kecewa dengan kamu.” Tay menarik tangannya lalu berjalan meninggalkan New yang masih shock dengan tindakan yang baru saja suaminya lakukan.

@pandaloura

Setelah agenda makan malam dan sedikit menjalankan aksi ‘menguras uang ayah’ kini ketiga anak Vihokratana dan Tay Tawan sedang menuju perjalanan pulang kekediaman mereka.

Tay menunjukkan ekspresi kesal sebari menatap layar ponselnya, Nanon yang duduk disamping ayahnya pun bertanya “ayah kenapa? Kesel ya tadi kita jajannya pada banyak?” Tay pun dengan cepat menggeleng lalu tersenyum ke anak bungsunya tersebut “gak sayang, ayah lagi coba hubungin papah kalian. Tapi gak di bales-bales chatnya, pas ayah coba telfon malah gak aktif.”

“Mungkin handphone papah low yah” Frank yang duduk disamping kursi pengemudi ikut menjawab.

Tay mengangguk “mungkin ya”

“Atau udah dirumah kali yah, ini udah jam sepuluh juga kan.” Pluem yang mengemudi ikut berkomentar, Tay pun mengangguk lalu berharap mudah-mudahan suaminya memang sudah berada dirumah.

Keempatnya pun akhirnya sampai di rumah, Pak Iding selaku satpam yang bertugas membukakan gerbang agar mobil yang dikendarai Tay dan anak-anaknya bisa segera masuk kedalam, begitu turun dari mobilnya Tay berpapasan dengan Mang Ujang “Mang, suami saya udah pulang?” Tanya Tay.

“Belum tuan, tuan New belum sampai dirumah.” Jawab Mang Ujang, Tay pun melihat arloji yang ia sematkan di tangan kanannya sudah hampir setengah sebelas malam dan suaminya belum juga pulang? Tay kemudian menarik nafasnya dalam-dalam menahan emosinya. “Yauda mang, itu minta tolong bawain belanjaan anak-anak ke kamarnya masing-masing ya.” Perintahnya ia pun langsung masuk kedalam rumahnya untuk membersihkan tubuhnya sebari menunggu suaminya tiba.

“Papah belum dateng, ayah kayanya bete deh.” Ujar Nanon memberi tahu kedua kakaknya. Frank melirik arlojinya lalu langsung mengambil ponselnya yang berada di sakunya ia langsung menekan no ponsel papahnya namun sayang, no ponsel tersebut tidak aktif atau berada diluar service area. “Gak aktif” Ucapnya kepada abang dan adiknya.

“Mungkin dijalan, tunggu aja. Udah sekarang pada masuk.” Pluem mencoba menenangkan lalu menggiring kedua adiknya untuk masuk.

Jam menunjukan pukul sebelas lebih dua puluh menit, Tay masih mencoba menghubungi no ponsel New tapi hasilnya sama, ponselnya tidak aktif. Bahkan ia mencoba menghubungi Singto tapi sama, no ponselnya juga tak aktif. Tay gusar, ia menekan pelipis kepalanya, ia takut terjadi sesuatu dengan suaminya karena tak biasanya New sampai hilang kontak seperti ini.

Disaat Tay mundar-mandir di teras rumahnya, Frank datang mendekati ayahnya “papah belum ada kabar?” Tay menoleh lalu menggelengkan kepalanya “belum kak.” “Kakak tidur aja gih.” Ujar Tay lembut, menutupi rasa khawatirnya.

“Kakak temenin ayah aja, tadi kakak coba hubungin tapi malah gak aktif sama.” Tay mengangguk “mungkin low kak handphonenya”

“Udah coba hubungin Om Singto? Atau Om Kit?” Frank bertanya. “Udah tapi gak aktif dua-duanya.”

Tak berselang lama Pluem ikut bergabung dengan adik dan juga ayahnya “masih belum ada kabar?” Frank menggeleng “belum bang, om singto juga gak bisa di hubungin.”

Pluem berfikir sejenak “kayanya papah pernah kasih liat deh kelasnya pas SMA itu punya kaya fanpage gitu di facebook, coba abang cek ya? Biar tau tempat terakhir mereka kemana” lalu langsung mengeluarkan ponselnya dari kantung celananya.

“Coba bang.” Tay menaruh harap dengan ide anak sulungnya. “Bentar” Ucap Pluem sebari log-in dan mencari fanpage sekolah papahnya.

“Tuh foto papah.” Tunjuk Frank, Tay langsung mengalihkan pandangannya ke ponsel milik anaknya yang tengah menampilkan foto suaminya sedang berfoto dengan orang yang paling Tay tak sukai, yaitu Arm dan yang paling membuat Tay naik darah adalah mereka berdua berfoto hanya berdua, berdua.

Tay menarik nafasnya mencoba menetralkan dadanya yang sudah menderu karena emosi. “Terakhir mereka di cns yah, kayaknya cns tutup jam dua belas deh, bentar abang coba telfon dulu.”

Saat panggilan dari Pluem tak kunjung diangkat oleh pihak cns ada satu mobil yang mulai memasuki pekarangan rumah Vihokratana, Tay dan kedua anaknya menyipitkan pandangannya mencoba mencari tahu siapa yang berada di mobil tersebut.

Saat mobil tersebut berhenti tepat di depan ketiga orang yang sedang menunggu New, Tay langsung menunjukan ekspresi tak suka saat melihat lelaki yang turun dari kursi pengemudi, lelaki tersebut memutari mobilnya untuk berjalan menuju pintu penumpang lalu mencoba mengeluarkan New dari mobil tersebut.

“Pluem Frank, bawa papah kalian masuk kedalam!” Tay sedikit meninggikan suaranya. Pluem dan Frank yang sedikit terkejut hanya bisa terdiam sejenak ditempat masing-masing saat melihat papahnya di bopong oleh lelaki yang mereka tak kenal. “Sekarang Pluem Frank!” Kini Tay benar-benar berteriak sehingga membuat Pluem dan juga Frank langsung bergegas mengambil alih papahnya dari tangan lelaki yang tak dikenal tersebut.

“Aaah Phem ya? Eh sama Kakak anak ganteng papah, adek mana? Hahaha ganteng banget anak papah.” ucap New yang sepertinya tengah terpengaruh oleh minuman alkohol.

“Iya ini Phem, ayok papah masuk yaa udah malem.” Pluem mencoba meraih tubuh papahnya yang terhuyung. “Si anak bayi papah, eh ada kakak hahahahaha mirip mas tawan kakak.” Frank hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu membantu abangnya untuk segera bergegas masuk kedalam rumahnya.

Tay masih berdiri di tempat semulanya, rahangnya mengeras tangan nya mengepal seperti sudah sangat siap untuk melayangkan tinjunya.

“Saya Arm, karena daerah rumah kita searah dan New juga agak mabuk jadi saya ajak pulang bareng.” Ucap lelaki yang bernama Arm tersebut.

“Terimakasih, sekarang silahkan anda pergi dari rumah saya.” Jawab Tay dengan ketus dan wajah yang benar-benar tak bersahabat, ia kemudian langsung membalikan tubuhnya untuk langsung masuk kedalam rumahnya dan meninggalkan Arm yang kebingungan.

Tay langsung bergegas menuju kamarnya dimana suaminya berada “Bang Kak, langsung pada naik aja ke kamar kalian. Papah biar ayah yang urus.”

Frank dan Pluem yang menyadari air muka Tay yang tak bersahabat hanya bisa mengangguk lalu undur diri dari kamar kedua orang tuanya tersebut.

Setelah kedua anaknya keluar dari kamarnya, Tay langsung menarik nafasnya dalam-dalam, menggelengkan kepalanya saat melihat kondisi suaminya yang terkulai lemas akibat minuman beralkohol, walaupun hatinya emosi akan tetapi Tay tetap membersihkan tubuh suaminya dan menggantikan baju untuk New.

“Besok saya harus bicara dengan kamu Thitipoom.” ucapnya sebelum ia menutup tubuh suaminya dengan selimut.

@pandaloura

“Kayaknya ayah sama papah lagi berantem deh.” Ucap Nanon yang baru saja bergabung dengan kedua kakaknya di ruang tv.

Abang dan juga Kakak langsung menoleh menatap adiknya “kok bisa menyimpulkan begitu?” Abang bertanya.

“Ya abisnya sadar gaksih tadi pas makan malem papah banyak diem, terus pas ayah minta ambilin lauk papahnya masang muka jutek tanpa bersuara.” Jelas Nanon yang kini sudah duduk di sebelah kakaknya.

“Ya paling slek biasa, entar juga baikan lagi. Malahan bagus dek, jadi misi punya anak keempatnya tertunda.” Jawab Frank yang langsung di balas dengan anggukan keras oleh Nanon “bener-bener..” Ketiganya pun kemudian tertawa bersama.

“Ngomongin apasih? Seru banget ketawanya.” Suara Papah New menginterupsi ketiganya, New pun langsung bergabung duduk di antara ketiga anak bujangnya.

“Gak, biasa ini ngomongin kebodohan adek.” Jawab Frank asal, “Frankieeeeeee ih!!!!” Nanon yang tak terima langsung berteriak. New pun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak-anaknya.

“Udah ah berisik, mau nonton gak?” Suara tegas abang membuat kedua adiknya langsung diam dan kembali fokus kelayar televisi yang sedang memutar film action yang berasal dari tayangan Netflix.

New pun ikut menemani ketiga anaknya untuk menonton film tersebut, sampai dua puluh menit berlalu New melihat suaminya yang baru saja keluar dari ruang kerjanya berjalan mendekat kearah ruangan tv tersebut, ia pun langsung berpamitan kepada anak-anakny untuk terlebih dahulu masuk kekamarnya “papah ke kamar duluan ya? Jangan pada begadang ya nak.” Ucapnya sebari langsung berdiri dari duduknya.

Ketiga anaknya pun terheran-heran karena papahnya tiba-tiba pergi meninggalkan ruangan tv tersebut, akan tetapi rasa penasaran mereka langsung terjawab begitu melihat sang ayah datang.

“Ayah lagi berantem ya sama papah?” Nanon langsung bertanya begitu ayahnya duduk disamping dirinya. Tay menggeleng “gak. Lagi pada nonton apa?”

Ketiga anak Vihokratana menampilkan ekspresi tak percaya “serial Netflix.” Jawab Frank singkat.

“Ayah sana samperin papah gih.” Nanon mencoba mendorong ayahnya pergi. “Orang ayah gak berantem, papah kalian aja tuh ambekan.”

Nanon menyilangkan kedua tangannya di dadanya “kalo orang ngambek tuh jangan dicuekin ayaaaaaah, sana cepet susulin papah ah.”

“Iya-iya, ini ayah kekamar.” ucap Tay sebari bangun dari duduknya, ia pun bergegas langsung menuju kamar miliknya dan suaminya.

Begitu sampai di kamarnya, ia melihat New sudah menutup hampir setengah tubuhnya dengan selimut tebal, New pun memposisikan tubuhnya memunggungi sang suami.

“Dek…” Tay mengambil posisi dudu di samping tubuh New, New tak memberi jawaban.

Tay menarik nafasnya kasar “kamu ngambek gara-gara gak aku izinin pergi?” New masih tak mau menjawab. “Atau kamu marah gara-gara jadi gak bisa ketemu Arm?” New pun dengan cepat membuka dengan sedikit kasar selimut yang menutupi tubuhnya.

“Jangan suka mikir aneh-aneh! Kenapa sih, Arm aja terus?! Aku sama dia kan cuman masa lalu, lagian kan temen SMA aku gak cuman Arm!” New sedikit menaikan suaranya ke Tay, dia benar-benar kesal dengan segala pemikiran yang sangat kekanak-kanakan milik suaminya, memang benar Arm adalah mantannya tapi kan itu dulu. New bahkan hampir tak mengingat kenangan dirinya dengan Arm tapi Tay selalu saja menunjukan sifat cemburunya yang sangat berlebihan.

“Kok kamu jadi marah?” Tay mengerutkan dahinya. “Yaudahlah aku lagi gak mau ribut, toh aku gak akan pergi! Hidup aku kan emang cuman buat kamu sama anak-anak, aku gak boleh punya kehidupan sosial dengan yang lainnya, itukan mau kamu?” New langsung membantingkan tubuhnya kembali kini ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, ia benar-benar kesal hingga tak kuasa menahan tangisnya.

Tay yang sadar New menangis menjadi merasa bersalah, memang benar ucapan Jumpol bahwa New sangat sering menahan egonya untuk bertemu dengan teman-temannya, New selalu mengutamakan Tay dan juga anak-anaknya.

“Sayang.. Maaf.. Jangan nangis.” Tay mencoba melembutkan suaranya, memeluk tubuh New yang masih tertutup selimut. “Kamu boleh kok sayang ke acara itu, boleh.”

“Gakusah.. Udah gak mau.” Jawab New dengan bergetar. Tay pun mencoba menarik selimut suaminya, kemudian mencoba menghapus airmata suaminya “maaf yaa.. Kamu boleh pergi kok.”

New diam dan mencoba memalingkan wajahnya “kamu tuh kebiasaan, cemburuan gak jelas. Kamu gak percaya aku mas? Aku selalu ngalah, tapi apa salah sesekali aku pengen ketemu temen-temen SMA ku?” ucapnya masih dengan tangis.

Tay langsung memeluk tubuh New “iya-iya aku yang salah, aku percaya kamu kok. Udah jangan nangis ya sayang, kamu boleh ke acara itu ya sayang yaaa?”

Tangis New pun sedikit mereda, Tay pun melepas pelukannya lalu mengecup pucuk kepalanya “tapi jangan deket-deket sama Arm ya? Aku percaya sama kamu, tapi aku gak percaya sama Arm. Pesona kamu gak main-main soalnya, bisa-bisa Arm klepek-klepek lagi sama kamu.”

New pun sedikit tersenyum setelah mendengar penuturan suaminya “kalopun dia klepek-klepek sama aku, yang penting kan aku nya tetep maunya sama kamu mas.” lirih New.

“Tetep aja, aku gak suka kamu deket-deket dia.” Tay kembali mendekatkan tubuh keduanya. “Iya-iya gak akan.” Jawab New.

“Yaudah, asal nanti harus selalu bisa aku hubungin ya? Dan jangan deket-deket sama si Arm” tegas Tay. New pun mengangguk tanda setuju lalu kembali mengeratkan pelukannya ke tubuh suaminya.

@pandaloura

“Mas nanti diajak ngobrol aja kakaknya, dia kan anaknya harus di pancing aja.” Ujar New saat berjalan dengan suaminya menuju garasi. Tay mengangguk “iya sayang, kamu beneran gapapa?” Tay menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap suaminya, New tersenyum “aku sehat sayang, udah yuk kakak udah nungguin kali di mobil.” New pun kembali mengajak Tay berjalan.

Sesampainya di garasi, Frank sudah menunggu di balik kursi pengemudi. Tay pun langsung masuk dan duduk di kursi samping anaknya, ia lalu membuka jendela untuk sekedar berpamitan dengan suaminya.

“Hati-hati ya ayah sama kakak, nanti jangan lupa makan siang ya?” ucap New di dekat jendela mobil milik anaknya tersebut.

“Iya pap siap, kalau ada apa-apa langsung telfon ya pap?” ujar Frank, New pun mengangguk “pulang malem gak kira-kira?”

“Belum tau sayang, eh ya aku udah bilang kan nanti sore aku mesti ke birthday party nya anak pak pieter?” New mengangguk “udah kok mas, sama kakak kan?”

“Iya dong sama kakak, biar rekan bisnisku pada tau kalau aku punya anak ganteng kaya Frank.” Tay mengucap dengan begitu bangga, frank pun yang bingung hanya bisa tersenyum canggung menanggapi ucapan ayahnya.

New kemudian tersenyum “gih berangkat nanti kesiangan, hati-hati ya?”

“Yauda kita berangkat ya sayang, kamu hati-hati dirumah ya” Tay kemudian melambaikan tangannya lalu mulai menaikkan kaca jendela mobil tersebut, dan Frank mulai menjalankan mesin mobilnya.

Menit-menit awal atmosfer di mobil tersebut begitu sepi dan sedikit canggung, karena ini merupakan pertama kalinya Frank maupun ayahnya pergi hanya berduaan tanpa ada papah, abang ataupun Nanon.

“Nyalain lagu ya yah?” Frank mencoba memecah kesunyian. “Oh oke kak, nyalain aja. Ayah sedikit tau kok lagu-lagi jaman sekarang.” Kekeh Tay.

Alunan musik dari The 1975 akhirnya menemani perjalanan keduanya.

“Kakak berarti masuk kuliah masih bulan depan ya?” Tay memulai pembicaraan. “Iya bulan depan, tapi adek duluan masuk buat ospek terus baru perkuliahan biasa yah” Frank mencoba menjawab.

Tay mengangguk “kakak gak ada rencana liburan sama temen-temen atau sama pacar kakak? Siapa Namanya?”

“Piploy yah, hmm belum ada sih.” Frank masih fokus mengemudikan mobilnya. “Namanya unik yah? Kata papah, dia blasteran ya kak? Pinter banget nyari yang cakep.” Tay terkekeh.

Frank ikut terkekeh “iya blasteran yah.”

“Kapan-kapan diajak makan malam bersama kak, nanti sekalian sama pacarnya abang sama siapasih pacarnya adikmu itu paw siapa?” Frank kembali terkekeh “pawpaw yah itu nama panggilan kesayangan dari adek katanya.”

Tay menggelengkan kepalanya “adikmu tuh ampun deh, kadang ayah bingung mesti komentar apa”

“Gapapa, diakan anaknya emang selalu nunjukin rasa sayangnya sama orang-orang walaupun agak alay ya hahahahaha.” Frank tertawa lepas mengingat kelakuan adiknya.

Tay kemudian memandang anak tengahnya “terus kakak kenapa gak suka nunjukin rasa sayang kakak ke orang-orang?” tawa Frank pun terhenti, ia bingung membalas ucapan ayahnya.

“Becanda, udah fokus lagi nyetirnya.” Tay mengelus pucuk kepala anak tengahnya, Frank pun hanya bisa diam terpaku baru kali ini ia merasakan afeksi seperti ini dari ayahnya.

  • Bengkel Cahaya Abadi

Setelah berkendara hampir tiga puluh menit kini keduanya telah sampai di bengkel yang berada di kawasan kuningan tersebut. Keduanya disambut langsung dengan hangat oleh owner bengkel tersebut, mengingat Tay Tawan adalah salah satu pengusaha yang paling berpengaruh di Indonesia membuat Koh Kevin—pemilik bengkel merasa tersanjung karena bengkelnya di pilih oleh Tay Tawan.

Kecanggungan antara keduanya perlahan menghilang begitu saja, kini ayah dan anak tersebut malah tengah sibuk berbincang dan memilih-milih warna cat untuk mobil anaknya.

“Kalau kata ayah kalau mau doff mending item deh kak, atau biru gelap aja kak.” Frank menyimpan tangannya di dagu miliknya, menimang-nimang saran ayahnya.

“Nah iya Frank, biru cakep Frank.” Koh Kevin ikut memberi saran.

Tawan mengangguk “iya, ban belakang kamu velg nya ada biru-biru nya kan? Jadi lebih cocok, ohya Vin tolong sekalian buat ban belakang katanya Frank kemarin mau ganti juga.” Koh Kevin mengangguk dengan antusias, bagaimana tidak siang ini benar-benar rejeki nomplok baginya. “Siap Pak, nanti saya kasih pilihan yang paling terbaik.”

“Ban belakang gak usah, kan udah ngecat yah.” Frank menolak dengan halus, Tay menggeleng “gak, ganti aja. Kamu mau apalagi biar sekalian.” Tay kembali bersuara.

Koh Kevin menepuk bahu Frank “jangan di tolak rejekinya, namanya juga ayah lagi pengen nyenengin anak. Ya pak bos ya?” Tay tersenyum “tapi kalau lebih dari budget jangan sampe ketahuan aja sama orang rumah.” Kekeh Tay.

“Ah pak bos bisa aja, yang di rumah mah asal jatah aman aja kali.” Koh Kevin ikut mengomentari candaan Tay.

Frank pun sempat bingung tapi ia mengingat perkataan dari kekasihnya mungkin ini adalah satu cara ayahnya untuk melakukan pendekatan kepada dirinya, dengan ia membuka dirinya sedikit tidak apa-apakan? Lagi pula uang ayahnya memang banyak tidak apa-apalah kali ini ia meminta lebih “yauda ganti ban sekalian ya yah? Sama speaker pengen ganti ke model baru boleh gak?”

Tay tersenyum puas lalu mengusak rambut anaknya “boleh kak, kakak mau apapun boleh. Vin tolong di kasih pilihan yang paling bagus aja Frank nya.”

Koh Kevin langsung mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum dengan sumringah “siap bos!”

Setelah memilih segala keinginannya Frank dan Tay pun menunggu di sebuah ruangan yang di sediakan oleh Koh Kevin untuk menunggu, karena proses mengecat dan mengganti beberapa komponen di mobil Frank membutuhkan sedikit waktu.

“Kakak laper gak? Udah mau jam satu nih, mau go-food atau gimana? Apa ada tempat makan disekitar sini?” Tay bertanya kepada anaknya.

Frank sedikit berfikir “sebenernya kakak kalau kesini suka makan mie ayam baso gerobak disebrang bengkel yah. Walaupun mie gerobakan tapi rasanya enak banget.”

“Yauda kita makan itu aja?” Frank menoleh kearah ayahnya seolah tak yakin. “Ayah beneran mau?” Tay mengangguk dengan antusias “beneran dong, pasti enak banget kalau kakak tiap kesini makan itu.” Frank tersenyum lalu berdiri dari duduknya “yauda ayok.” Keduanya pun berjalan beriringan keluar dari ruangan tersebut untuk menuju tempat makan mie ayam favorite Frank.

Frank dan juga ayahnya telah sampai di tempat makan mie ayam yang berada tak jauh dari bengkel milik koh Kevin, karena jam sudah menunjukkan pukul satu siang yang artinya telah lewat jam makan siang, gerobak mie ayam tersebut sudah mulai sepi.

“Mang Udin, mau mie ayam dua komplit pake baso pangsitnya banyakin sih.” Ucap Frank begitu sampai.

“Oh bos Frank, siap bos. Makan sini kan?” Tanya si penjual mie ayam tersebut. Frank mengangguk “yooo, gak pake lama yaa. Minumnya air mineral yah Mang” lalu ia berjalan mendekati ayahnya “duduk sini aja yah” menunjuk sebuah kursi panjang kayu dihadapannya, Tay pun mengikuti ajakan anaknya.

Tak berselang lama Mang Udin pun datang membawa nampan yang berisi dua mangkuk mie ayam lengkap dengan baso halus dan semangkuk penuh pangsit goreng berukuran kecil “nih bos, special buat bos Frank.”

“Makasih mang” Frank mengambil mangkuk tersebut dan mengopernya ke ayahnya.

“Sama-sama, sama siapa euy bos? Kakaknya yah?” Mang Udin kembali menyodorkan satu lagi mangkok berisi mie ayam milik Frank.

Frank terkekeh “bokap Frank ini Mang, yakali kakak Frank.”

“Oh yaAllah.. punten atuh kirain kakaknya da meuni mirip pisan kasepna teh “(maaf saya kira kakaknya, karena begitu mirip gantengnya).

Tay tersenyum “gapapa mang, jadi tau yak Frank ganteng turunan dari ayahnya.” Mang Udin pun tersenyum dan mengangguk lalu undur diri mempersilahkan keduanya untuk memulai makan siangnya.

“Jangan banyak-banyak saosnya kak.” Tegur Tay saat melihat Frank menumpahkan banyak saos ke mangkuk miliknya. “Iya engga.”

Keduanya pun mulai fokus menikmati mie ayam tersebut “beneran enak ya kak?” Tay berkomentar setelah hampir setengah mie ayamnya habis, Frank tersenyum “enak kan? Aku kaget, ayah mau makan ditempat gini.”

“Lah kalau kakak tau ya? Ayah tuh kadang makan siang minta di beliin pecel pinggir jalan tau.” Tay membelakkan matanya “eh tapi jangan bilang sama papah ya? Suka bawel kalau makan sembarangan.” Tay terkekeh di akhir kalimat. Frank tertawa “bilangin ah..” Tay membelakkan matanya kembali “udah ayah sogok pake ban baru juga ya..” Frank pun akhirnya tertawa dengan lepas mendengar ucapan ayahnya, Tay yang melihat anaknya tertawa pun ikut terbawa suasana, keduanya akhirnya tertawa bersama dan mungkin ini pertama kali bagi keduanya bisa tertawa selepas ini saat berduaan.

Setelah menyelesaikan makannya keduanya pun kembali menuju bengkel milik Koh Kevin, sebari memeriksa pekerjaan para montir yang mengerjakan mobil Frank keduanya kembali banyak berbincang mereka mulai membahas hal-hal mengenai mobil, merembet ke masalah perkuliahan bahkan sesekali Tay bertanya mengenai hubungan Frank dengan kekasihnya, walaupun Frank merespon pertanyaan Tay tidak seheboh Nanon atau sedetail Pluem saat bercerita tapi Tay begitu bersyukur anak keduanya mau sedikit terbuka kepada Tay.

Hingga tak terasa waktu pun berlalu dengan cepat, mobil Frank hampir selesai dan jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat tiga menit. “Kak, abis ini anter ayah ke acara ulang tahun temen ayah ituyah? Gapapa kan?” Frank mengangguk tanda setuju “ayok yah.”

“Kakak gak ada acara sama pacar kakak kan?” Frank menggeleng “gak kok, aman.”

Koh Kevin pun menghampiri keduanya untuk memberi tahu bahwa pekerjaan nya hampir selesai dan Tay pun berjalan untuk melakukan pembayaran sedangkan Frank langsung menuju mobilnya.

“Ada yang kurang gak Frank?” Tanya Koh Kevin yang berjalan bersama ayahnya yang baru saja menyelesaikan pembayaran.

Frank menggeleng “aman Koh, gak pernah kecewalah sama Koh Kevin mah.” Frank menunjukkan ekspresi bahagia.

“Kalau gak ada yang kurang langsung jalan aja yu kak? Udah mau jam setengah empat ini.” Tay menatap arloji mahalnya. Frank mengangguk setuju “duluan atuyah Koh? Makasihh nih.”

Koh Kevin mengangguk “gue yang makasih Frank, dapet customer royal begini aduh jadi enak.” Kekehnya “Pak nanti mobil yang mau di keluarin anter sini aja, temen saya ada yang mau liat juga katanya.” Ujar Koh Kevin sebari menoleh kearah Tay.

“Oke, besok biar sopir saya yang anter kesini ya?” Koh Kevin mengangguk “yauda saya sama Frank pamit ya? Terimakasih ya Vin.”

Koh Kevin berjalan mengantarkan Tay menuju mobil anaknya “saya yang makasih bos, jangan kapok ya bos. Hati-hati di jalan.” Tay pun menyusul Frank yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobilnya. “Siap, saya jalan ya.”

Kini Tay dan juga Frank sudah didalam mobil dan mulai meninggalkan bengkel tersebut untuk menuju daerah Kemang dimana acara ulang tahun kolega ayahnya digelar.

Setiba nya di cafe tersebut, Frank sedikit terkejut karena ternyata acara tersebut merupakan acara perayaan ulang tahun anak berumur enam tahun. “Yuk sapa temen ayah dulu, sebentar.” Tay mengajak Frank untuk masuk dan menyapa koleganya.

Begitu kolega Tay melihat Tay ia pun langsung memeluk dan mengucap terimakasih karena Tay mau menghadiri acara anaknya “wih, kaget Bapak Tawan beneran datang ternyata. Makasih loh pak.” Ucap kolega Tay yang bernama Pieter tersebut.

“Masa di undang gak dateng, selamat ulang tahun ya.. Mana anaknya?” Tay bertanya, “lagi ngambek sama Mamihnya disana tuh, maklum anak kecil suka rese kalau banyak orang.” Jawab Pak Pieter.

“Walah, makanya harusnya partynya anak-anak aja, ini mah party buat Mamih Papihnya.” Tay berkomentar.

Pak Pieter pun hanya terkekeh “eh ini siapa nih anak ganteng disebelahnya?”

“Ohiya kenalin, ini anak saya namanya Frank Thanatsaran.” Tay sedikit mendorong tubuh Frank agar maju, Frank pun sedikit membungkuk lalu menyapa “haloo om, saya Frank. Selamat ulang tahun buat anaknya ya om.”

Pak Pieter pun tersenyum lalu menepuk pundak Frank “waduh ini mah mirip banget sama pak Tawan, kayak kembar ya?”

“Iya, paling mirip sama saya. Gantengnya, pinternya juga.” Tay mengucap dengan nada bangga “wah percaya saya mah. Frank kuliah? Semester berapa?” Tanya Pak Pieter.

Frank mengangguk “Iya Om, baru mau naik ke semester tiga.”

“Ohiya-iya, semangat ya kuliahnya harus bisa banggain ayahnya nih.”

Tay kemudian memeluk bahu milik anaknya “ini mah emang bikin bangga terus pak, kemarin ipknya paling tinggi seangkatan anak teknik tapi nilainya A sama B doang gak ada C nya. Gimana saya gak bangga coba?” Suara Tay begitu bangga saat menunjukkan kehebatan anaknya kedepan koleganya, Frank pun hanya bisa tersenyum malu.

“Waduh ini mah calon menantu idaman banget yaa?” Pak Pieter tersenyum menanggapi ucapan Tay. “Oh jelas dong.” Tay kembali mengeratkan pelukannya.

“Yauda makan dulu makan, pak Tawan sama Frank ayok makan dulu.” Pak Pieter mengarahkan keduanya untuk duduk di sebuah meja, “makan dulu gapapa ya kak?” Frank mengangguk, keduanya pun langsung duduk dan mulai memesan makanan.

Tay yang duduk disamping Frank pun mendekat “kak, kita selfie juga yuk kaya orang-orang. Nanti kita kirim ke group” Frank sedikit terkejut dengan permintaan tiba-tiba dari ayahnya akan tetapi ia pun langsung menganggukan kepalanya “ayoook.” Frank pun langsung mengeluarkan ponselnya lalu mengambil selfie untuk keduanya.

“Eh kok selfie sini biar saya yang fotoin.” Ucap Pak Pieter menawarkan diri, Frank pun dengan perlahan memberikan ponselnya agar Pak Pieter bisa mengambil gambar untuk keduanya.

“Nah siaaap? satu, dua, tigaa.” Ucapnya sebari mencoba mengarahkan gaya untuk keduanya.

Selesai mengambil beberapa foto keduanya pun tersenyum malu karena keduanya benar-benar terlihat mirip apalagi kini keduanya sama-sama memakai baju kemeja berwarna putih walaupun Frank ditambah memakai jaket levis.

“Kamu beneran cetakan ayah sih.” Tay tersenyum lalu mengusak pucuk kepala anaknya, Frank hanya bisa tersenyum dan salah tingkah.

Akhirnya keduanya pun kembali duduk di tempatnya masing-masing sebari menunggu makanan keduanya pun larut mengikuti berbagai kegiatan ulang tahun yang di adakan di cafe tersebut.

Jam pun sudah menunjukkan pukul delapan malam akhirnya keduanya pun berpamitan kepada kolega Tay untuk segera pulang kerumah, selama di perjalanan keduanya kembali mengobrol menceritakan segala cerita, kecanggungan seperti tadi siang sudah sedikit memudar, dan keduanya bersyukur akan hal tersebut.

Setelah berkendara hampir empat puluh menit, kini keduanya sudah memasuki gerbang rumah kediamannya. “Ayah mau di drop di depan apa gimana?” Tanya Frank begitu memasuki gerbang. “Ke garasi aja kak, ayah temenin.” Jawab Tay dan Frank pun mengangguk lalu mengarahkan mobilnya menuju garasi.

“Sampeee juga.” Ucap ayah sebari melepas seatbeltnya, Frank pun mengikuti jejak ayahnya lalu keduanya pun keluar dari mobil tersebut.

“Ayah..” Frank bersuara saat berjalan bersama ayahnya dari garasi menuju pintu utama rumahnya, Tay menoleh menatap anaknya “kenapa kak?”

Frank terlihat sedikit gugup dan ragu namun akhirnya ia mulai membuka mulutnya “makasih ya, hari ini kakak seneng banget.” ucapnya malu-malu, Tay tersenyum lalu mengangguk “sama-sama kak, ayah juga seneng banget.”

“Hmm ayah...” Frank menghentikan langkahnya, membuat Tay menunjukkan ekspresi kebingungan “ada apa kak?”

Frank mengangkat wajahnya “kakak boleh peluk ayah?” cicitnya pelan, Tay kembali menyunggingkan senyumannya lalu membuka tangannya lebar-lebar “sini..” Frank pun dengan perlahan berjalan mendekati ayahnya lalu masuk kedalam pelukannya.

Tay mengelus pucuk kepala anaknya “kakak, kalaupun kakak merasa ada yang perlu di bicarakan sama ayah dan papah jangan pernah sungkan ya nak? Kita gak punya kekuatan super yang bisa tau isi hati seseorang, jadi kita gak bisa tau apa yang difikirin kakak, apa yang bikin kakak gak nyaman. Kalau bukan kakak sendiri yang kasih tau kita, ayah dan papah akan senang sekali kalau kakak mau sedikit aja membuka hati kakak buat kita, ya nak yaa?”

Frank mengangguk pelan “kakak usahain mulai sekarang dikit-dikit ya yah? Makasih ya ayah buat semuanya.” Frank mengeratkan pelukannya, hari ini ia benar-benar merasakan sesuatu yang baru dalam perjalanan hubungannya dengan sosok ayahnya. Tapi yang pasti, ia sangat menyukai hal itu.

“Teletubies kali ah berpelukaaaan.” Teriak Nanon dari pintu utama rumah, Frank dengan cepat melepaskan pelukannya lalu segera berjalan kearah pintu rumahnya “paaansihhh.” Ucapnya ketus.

Nanon dan Papah New hanya bisa terkekeh melihat kelakuan Frank yang malu-malu padahal ia melakukan hal tersebut dengan ayah kandungnya “ayah doang nih yang di peluk, papah kok engga?” New ikut menggoda anak tengahnya. “Pah gausah ikutan pleasee” ucap Frank dengan tatapan memohon.

“Udah-udah pada seneng banget sih ngegodain kakak, udah sini ayah peluk aja semuanya.” Tay langsung membuka tangannya lebar-lebar dan langsung menarik kedua anaknya dan juga suami manisnya masuk ke pelukannya.

“Nah jangan sirik-sirikan yaaa.” Kekeh Tay sebari mengeratkan pelukannya.

“KOK ABANG GAK DI AJAKIN PELUKAN SIHHHH? ANAKNYA KETINGGALAN SATU LAGI WOY!”Teriak Pluem dari arah dalam rumah, iapun berlari dan langsung ikut memeluk keluarganya, kelimanya pun hanya bisa tertawa lalu mengeratkan pelukannya dan saling menumpahkan rasa kasih sayang.

@pandaloura

Sabtu pagi meja makan keluarga Vihokratana sudah hampir di penuhi oleh berbagai hidangan makanan untuk sarapan, beberapa kursi pun telah terisi oleh pemiliknya, memang agenda sarapan pagi yang merupakan hal wajib di keluarga Vihokratana walaupun ini weekend akan tetapi mereka tetap harus melaksanakan hal tersebut.

“Adek belum bangun yang?” Tanya Tay begitu sampai di kursinya, ia melihat hanya ada kedua anaknya yang sudah duduk di kursinya tapi ia belum melihat keberadaan anak bungsu nya.

“Sebentar biar aku bangunin, mungkin ketiduran lagi dia.” Saat New mencoba bangun dari duduknya, ia terlebih dahulu di tahan oleh Pluem “gak usah pah, tuh anaknya baru turun.” Pluem menunjuk arah tangga dengan dagunya.

Nanon yang masih setengah tersadar kemudian duduk di tempatnya “udah cuci muka belum?” Tanya Papah, Nanon mengangguk “udah.”

“Adek abis begadang? Jangan mentang-mentang belum ada kegiatan jadi terlalu sering begadang ah, ayah gak suka.” Ucap Tay dengan nada tegas, nyawa Nanon yang awalnya masih entah dimana kini seolah langsung masuk ketubuhnya setelah mendengar teguran dari sang ayah.

“Iya maaf, nanti gak begadang lagi.” Ucap Nanon dengan penuh sesal.

“Udah yuk, dimulai aja mas sarapannya mumpung masih pada anget.” New mencoba mencairkan suasana dan Tay pun mulai memimpin doa, setelah semuanya berdoa New pun mulai mengisi satu persatu piring di hadapannya pertama ia mengisi makanan di piring suaminya, lalu saat akan mengambil piring anak sulungnya ternyata Pluem terlebih dahulu mengisi piringnya sendiri begitupun dengan Frank.

“Kakak nih bagian paha atas buat kakak, nah paha bawah buat abang.” New menyodorkan masing-masing satu buah ayam goreng di piring kedua anaknya. Pluem dan Frank tersenyum lalu hampir bersamaan mengucap terimakasih.

New pun kembali mengisi piring anak bungsunya, setelah memastikan makanan untuk anak-anak dan suaminya barulah ia mengisi piring milik dirinya sendiri dan mulai menyantap sarapan untuk dirinya.

“Ayah..kok udah mwandi? mwoo kekantor?” Tanya Nanon sebari mengunyah makanan nya. “Kunyah dulu nak” ucap New lembut.

“Ayah hari ini mau ke bengkel sama kakak, mau qtime berdua sama anak ayah.” Jawab Tay dengan santai.

Nanon kemudian meletakan sendoknya “ih mau ikuuuuut!!!! kok adek gak diajak sih?”

“Yauda..” Sebelum Frank menyelesaikan ucapannya Tay terlebih dahulu mengeluarkan suaranya “gak, ini hari khusus ayah sama kakak. Lagian, adek mana betah seharian di bengkel.”

Nanon mengerucutkan bibirnya “pilih kasih ih sebel.” New menggelengkan kepalanya “adek sama papah aja ya dirumah? Papah agak gak enak badan ini, pengen di temenin adek.”

“Papah sakit?” Ini abang yang bertanya. New menggeleng “gak kok, cuman agak pusing aja. Pengen istirahat tapi pengen ditemenin.”

“Yauda ke bengkelnya nanti aja, biar Frank yang temenin.” suara Frank menyiratkan kekhawatiran.

New menggeleng kembali “orang papah gak kenapa-napa, udah ayah sama kakak berangkat aja ya? Ayah udah ngehubungin koh kevin nya juga, gaenak kan kalau di batalin.”

“Yauda adek sama papah aja hari ini dirumah” ujar Nanon. “Abang juga hari ini gak akan kemana-mana kok, paling sore doang mau jalan.”

“Tuh kan apalagi udah ada abang sama adek, kakak jangan khawatir ya sayang?” New tersenyum kearah Frank, seolah memberitahu bahwa ia baik-baik saja.

Tay menoleh kearah suaminya “kamu gak apa-apa yang?” New menggeleng lalu berbisik ke arah telinga suaminya “gapapa aku acting biar adek mau nemenin, kamu qtime aja sama kakak ya?” Tay mengangguk lalu tersenyum.

“Yauda lanjutin makan nya semua, kakak nanti kita berangkat jam sepuluh atau setengah sebelas aja ya?” Tay menatap anak tengahnya lalu diberi anggukan seolah itu merupakan jawaban dari Frank.

click Suara pintu apartment terbuka setelah Piploy menekan beberapa no kata sandinya. Piploy pun terlebih dahulu memasuki apartment tersebut lalu di ikuti oleh Frank di belakangnya yang menenteng dua kantung penuh berisi makanan,cemilan dan juga beberapa kaleng minuman.

“Ay simpen di meja makan aja, kamu pake kamar mandi yang di kamar aku aja deh.” Tunjuk Piploy kepada Frank, Frank pun menyimpan kantung tersebut sesuai dengan arahan kekasihnya yakni di atas meja makan lalu setelah melalukan hal tersebut iapun segera berjalan menuju toilet yang berada di salah satu kamar utama di apartment tersebut.

Setelah selesai melakukan urusan nya di kamar mandi Frank pun mendekati kekasihnya yang kini tengah sibuk menata beberapa makanan yang tadi ia beli kedalam lemari persediaan.

“Kamu belanja banyak banget tapi gak gendut-gendut.” Ucap Frank yang kini mulai membantu Pip untuk memasukan beberapa kaleng minuman ke dalam pendingin yang berada di dapur.

Pip menoleh “udah pipisnya?” Frank mengangguk “ini masukin semua yang?” Frank bertanya sebari menunjuk minuman yang masih tersisa dikantung belanjanya.

Pip menggeleng “yang soda aja, yang teh pucuk jangan semua deng ay, tiga aja yang dimasukin yang dua siniin aja. Kadang aku pengen yang gak dingin soalnya hehee” Frank pun mengikuti kemauan kekasihnya, setelah selesai ia pun berjalan menuju ruang TV dan mulai menyalakan benda tersebut.

Kini Frank dan juga Piploy tengah berada di sebuah apartment milik Piploy kekasih Frank, sebenarnya Piploy mempunyai rumah tersendiri akan tetapi apartment ini merupakan sebuah hadiah kelulusan dari daddy nya jadi terkadang ia sering menggunakan apartment tersebut untuk sekedar beristirahat atau menghabiskan waktu dengan teman maupun kekasihnya.

Kurang lebih lima menit Pip sudah menyusul Frank ke ruang TV, Pip mengambil posisi duduk di sofa disamping kekasihnya. “Mau mam apa gak?” Frank menggeleng.

“Udah makan aku.” Frank meraih tubuh Pip agar lebih mendekat ketubuhnya lalu memeluk tubuh langsing kekasihnya tersebut “kalau laper go-food aja yaaa?” ucap Pip.

Frank mengangguk “sini deketan katanya mau Netflix and chill “ Pip tersenyum lalu semakin mendekatkan tubuhnya ketubuh Frank, tangan nya ia lingkarkan ke tubuh kekasihnya, kepalanya ia sandarkan ke dada milik Frank.

“Mau nonton apa?” Tanya Pip kepada Frank. Frank mulai menulis judul series yang ingin ia tonton “ini lagi rame orang-orang bahas, based on true story juga, sekeluarga pada gantung diri.”

Pip mengangguk “oh tau-tau, ada adegan yang darah-darah gak? Kalau ada gamau ah.”

“Gatau, aku kan belum nonton juga. Kita liat trailernya dulu deh.” Frank memilih untuk memutarkan trailernya terlebih dahulu. Saat keduanya serius menatap layar ponsel Frank bergetar menandakan adanya pesan baru masuk, ia pun meraih ponselnya lalu membalas pesan tersebut.

Pip yang sadar kekasihnya fokus kepada ponselnya kemudian bertanya “siapa?”

“Ayah.” Jawab Frank singkat, Pip pun mengangguk lalu kembali fokus ke layar televisi yang kini sudah mulai memutarkan series pilihan Frank.

Sadar saat Frank terus fokus ke ponselnya Piploy melepas pelukannya dari tubuh Frank kemudian memilih untuk duduk dan memutar tubuhnya menghadap kekasihnya “ada hal penting ay?” Frank menggeleng.

“Ayah sabtu nanti ngajakin ke bengkel.” Jawabnya masih dengan mata yang fokus menatap ponselnya.

“Woaw! Tapi kok kamu gak excited gitu sih?” Pip menatap wajah kekasihnya tanpa menunjukan ekspresi apapun. Frank menatap mata kekasihnya “aku gak mau berkekspektasi tinggi-tinggi, jadi ya biasa aja.”

Pip menarik nafasnya lalu tangannya menggengam tanga Frank “ayaaaang, coba aku boleh liat gak isi chatnya?” Frank pun langsung menyodorkan ponselnya kepada Pip, Pip membaca dengan seksama isi chat tersebut, setelah selesai ia pun langsung memberikan kembali ponselnya kepada Frank.

“Aku baca, kayaknya ayah lagi berusaha loh pendekatan sama kamu. Nah sekarang kamu nya juga kasih kesempatan ayah kamu buat lebih deket sama kamu. Aku tau kamu tipe yang agak susah mengekspresikan perasaan tapi dikit-dikit dicoba ya? Coba deh dikit-dikit kamupun terbuka sama ayah, gapapa kok. Jangan terlalu dingin gitu sama ayah, okey?” Piploy tersenyum menenangkan, Frank pun mengangguk “iya, aku coba.”

Pip kemudian mengecup pipi kanan kekasihnya “pinter, good boy

“Berarti sabtu aku gak bisa sama kamu gapapa?” Piploy mengangguk “gapapa sayang, tapi janji satu hal sama aku.” Frank menunjukan ekspresi bingung.

“Kalaupun nanti ada yang gak sesuai dengan ekspektasi kamu, jangan ngilang kayak waktu itu ya? Aku siap dengerin keluh kesah kamu, jadi jangan lari sendiri. Oke?” Frank mengangguk “oke, thank you Pip” Frank kemudian menarik tubuh Pip untuk masuk ke dekapannya “makasih.”

Piploy mengangguk dibalik pelukannya “sama-sama ayaaaang. Have fun yaa?” Frank semakin mengeratkan pelukannya “iya.”

@pandaloura