pandaloura

Mobil yang membawa Tay dan juga New kini telah sampai di depan gerbang sebuah rumah yang bisa di bilang sangat mewah. Tay memarkirkan mobilnya kedalam sebuah garasi yang disana berisi beberapa mobil yang terparkir.

“Yuk.” Ajak Tay kepada New.

New memandang Tay dengan tatapan yang menyiratkan ketakutan? Kecemasan?

“Gapapa, kan kita sama-sama.” “Ayah sama Bunda udah nunggu.” Tay mengelus punggung tangan New dengan lembut mencoba memberi ketenangan kepada lelaki manisnya tersebut.

New kemudian mengangguk lemah “sama-sama ya Tee.” Tay kemudian mengecup dahi lelaki manisnya “iya Hin, yuk.”

Kedua nya pun turun dari mobil tersebut kemudian mulai berjalan menuju pintu depan rumah Tay, hati New saat ini sedang tak karuan ia takut tapi mencoba tenang karena saat ini ada tangan yang menggengam tangan nya, Tee nya bersama nya seharusnya tak ada yang ia takutkan kan?

Setelah beberapa langkah kedua nya berjalan, New dapat melihat seorang wanita paruh baya yang begitu anggun di depan pintu masuk kerumah kekasihnya, wanita itu memberikan senyuman yang menenangkan.

“Thitipoom?” tanya wanita paruh baya tersebut saat New mendekat. New mengangguk lemah sebari memberikan senyuman terbaiknya.

“Manis nya, kenalin saya Wira. Bunda nya Tay.”

New sedikit membungkukkan tubuhnya “Thitipoom Techaapaikhun tante.”

“Iya sayang, ayok masuk yaaa, Ayah Tay sudah nunggu.” sebari mengelus punggung New.

Mereka pun memasuki rumah mewah tersebut, melewati ruangan tamu yang penuh dengan pajangan foto keluarga Vihokratana, meski Tay dan New telah menjalin hubungan selama satu tahun akan tetapi baru kali ini ia bertemu dengan kedua orang tua dari Tay.

Sepanjang berjalan, Tay tak pernah melepaskan genggaman nya pada tangan New. Akhirnya keduanya sampai di sebuah ruangn yang lebih kecil dan juga lebih hangat? Ruangan tersebut di isi dengan sebuat set sofa dan beberapa buku terpajang dengan rapih di lemari yang merapat ke dinding.

“Yah, Tay sama Thitipoom sudah sampai.” Ucap Bunda Wira kepada seseorang lelaki paruh baya yang tengah terduduk di sofa utama sebari membaca sebuah surat kabar.

New menggeratkan genggaman nya terhadap Tay, ia tahu lelaki di hadapan nya adalah Ayah dari kekasihnya. Lelaki yang beberapa hari lalu memberi pelajaran kepada kekasihnya karena kecewa akan apa yang telah di perbuat oleh anak semata wayangnya.

Tay kembali mengelus punggung tangan milik New, lalu menatap wajah New dengan tersenyum, senyumnya seolah mengatakan jangan takut, ada aku.

“Silahkan duduk nak Thitipoom.” Lelaki paruh baya tersebut bersuara.

Tay dan New kemudian duduk di sofa berdampingan.

“Kenalkan, saya Tuang Vihokratana ayah dari Tay Tawan Vihokratana.” Ucapnya lagi.

New pun mengangguk lalu menyodorkan tangan nya “pe..perkenalkan saya Thitipoom Techaapaikhun, biasa di panggil New.”

“Ya..” Menyambut uluran tangan New. “Jadi, begini..” “Tanpa basa-basi ya nak Thi, beberapa waktu lalu Tay menceritkan kepada kami, saya dan istri saya tentang kamu, tentang kalian dan tentang anak yang berada di kandungan kamu.” Ucap Ayah Tay dengan tenang tapi New tahu, dari suara tersebut tersirat kekecewaan.

“Maaf.” New dengan spontan melontarkan kata tersebut.

Ayah Tay menggelengkan kepala “semuanya disini mengambil porsi salah Nak Thi, anak saya juga salah, kami juga sebagai orang tua nya salah. Jujur, kami kecewa. Amat sangat kecewa, tapi mungkin kami akan lebih kecewa apabila anak kami menjadi sosok yang tak bertanggung jawab untuk kamu dan anak yang sedang kamu kandung.”

“Jadi karena sekarang nasi sudah menjadi bubur, lebih baik kita cari solusi yang terbaik untuk sekarang.”

Ayah Tay menarik nafasnya “jadi kami sekeluarga berencana ingin melamar nak Thi untuk di persunting oleh anak kami yakni Tawan, karena Tawan memberi tahu kami bahwa nak Thi hidup sebatang kara, maka kami meminta izin secara langsung kepada nak Thi, bagaimana nak?”

New mengangkat wajahnya menatap Ayah dan juga Tay secara bergantian, di satu sisi ia sangat bahagia mendengar hal tersebut tapi tetap saja ia merasakan getaran keterkejutan.

“Gimana sayang? Ini bentuk rasa tanggung jawab kami kepada kamu dan calon cucu kami, Bunda harap kamu mau ya?” Tangan Bunda mengelus kembali punggung milik New.

Cucu kami? Adik di terima kan? fikiran New melayang entah kemana, hatinya begitu menghangat saat mendengar Bunda Tay mengakui anaknya sebagai cucu nya.

“Hin?” Suara Tay mulai membuyarkan lamunan New.

“Maaaf.” Ucap New.

Bunda Tay kembali tersenyum “gapapa sayang, kaget ya?”

New mengangguk lemah “saya bersedia tante, om.”

Ayah dan Bunda Tay menyunggingkan senyuman nya.

“Mulai sekarang jangan panggil kami dengan sebutan om dan tante ya Thi, panggil kami Ayah dan Bunda. Karena saat ini kamu dan anak kamu adalah bagian dari Vihokratana.” Ucap Bunda Tay dengan lembut.

Setelah mendengar ucapan dari Bunda Tay, New tak kuasa menumpahkan air matanya. Bukan air mata sedih atau kecewa, air mata yang turun karena kelegaan dan rasa syukur yang begitu besar. Bunda Tay langsung mendekap tubuh ringkih New.

“Kemarin kamu kesulitan ya nak? Tenang sayang, kamu sekarang gak sendiri, ada Bunda ada Ayah ada Tay bahkan sekarang ada malaikat kecil di tubuh kamu. Jangan merasa sendiri ya sayang?” Ucap Bunda sebari memeluk dan mengelus punggung milik New.

“Makasih…Hikss..Maaafin New..Makasih Ayah Bunda mau terima New, makasihh.” New masih terisak dalam pelukan Bunda.

Tay yang duduk di samping New kini tak kuasa menahan air mata nya, ia merasa bersalah karena tak ada di samping lelaki manisnya beberapa waktu lalu. Pasti banyak hal yang berat yang dilalui oleh New fikirnya.

“Hmm, sudah-sudah. Karena nak Thi sudah bersedia mari kita bahas untuk step selanjutnya.” Suara Ayah Tay menginterupsi.

Bunda dan New kini saling melepas pelukan nya, kembali fokus ke obrolan serius.

“Nak, kami berencana ingin melangsungkan pernikahan dua minggu dari sekarang, karena kami tak ingin menunda-nunda lagi, dan kami pun berfikir mumpung saat ini perut kamu masih belum terlalu besar, bukan nya kami malu, akan tetapi kami takut apabila di tunda-tunda nanti perut kamu semakin besar membuat kamu nya tak nyaman nak, bagaimana?” Bunda kembali bersuara dengan lembutnya.

New memberikan pandangan kebingungan kepada Tay, bagaimana ini? Bukankah ini terlalu mendadak akan tetapi yang di bicarakan oleh Bunda Tay ada benarnya juga, Tay yang mengerti kebingungan lelaki manisnya pun langsung menggenggam kembali tangan New, mengangguk dengan lembut.

“Bagaimana Nak Thii?” Suara Ayah Tay kembali meminta jawaban.

New menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya dengan perlahan sebelum memberi jawaban “saya ikut apa kata Om dan Tante eh maksud saya Ayah dan Bunda.”

Ayah Tay mengangguk “oke, baik. Untuk segala persiapan dan lain-lain nya biar nanti orang suruhan Ayah yang bekerja, Ayah minta ktp kamu saja nak.” “Ohya, sambil menunggu hari pernikahan kamu akan tinggal di rumah ini. Agar kami dapat memantau kesehatan km dan cucu kami.”

New mengangguk pasrah “baik Ayah, tapi barang-barang di condoku?”

“Nanti biar Tay yang urus ya nak? Sekarang, Bunda pengen ajak kamu buat cek kandungan kamu dulu ya sayang?” Bunda mengajak New.

New mengangguk kembali “sama Tee kan? Maksudnya Tay.”

Bunda dan Ayah sedikit terkekeh mendengar nama panggilan untuk anaknya tersebut “iya sama Tee kok, Tee nya gak kemana-mana kok. Check up nya di temenin Tee kok.” Goda Bunda.

Muka New sudah memerah menahan malu nya dengan spontan ia pun menyusupkan wajah nya ke tubuh Tay, malu katanya.

“Udah ih Bun, jangan di godain New nya malu gini nih.” Ucap Tay.

“Hahaha iya iya, yuk siap-siap. Janji temu nya sekitar jam sepuluhan, masih ada waktu sekitar empat puluh lima menit.”

Ketiga nya pun mengangkat tubuhnya lalu mulai meninggalkan ruangan tersebut untuk segera pergi menuju tempat dokter kandungan yang telah di pilih oleh Bunda.

Mobil yang membawa Tay dan juga New kini telah sampai di depan gerbang sebuah rumah yang bisa di bilang sangat mewah. Tay memarkirkan mobilnya kedalam sebuah garasi yang disana berisi beberapa mobil yang terparkir.

“Yuk.” Ajak Tay kepada New.

New memandang Tay dengan tatapan yang menyiratkan ketakutan? Kecemasan?

“Gapapa, kan kita sama-sama.” “Ayah sama Bunda udah nunggu.” Tay mengelus punggung tangan New dengan lembut mencoba memberi ketenangan kepada lelaki manisnya tersebut.

New kemudian mengangguk lemah “sama-sama ya Tee.” Tay kemudian mengecup dahi lelaki manisnya “iya Hin, yuk.”

Kedua nya pun turun dari mobil tersebut kemudian mulai berjalan menuju pintu depan rumah Tay, hati New saat ini sedang tak karuan ia takut tapi mencoba tenang karena saat ini ada tangan yang menggengam tangan nya, Tee nya bersama nya seharusnya tak ada yang ia takutkan kan?

Setelah beberapa langkah kedua nya berjalan, New dapat melihat seorang wanita paruh baya yang begitu anggun di depan pintu masuk kerumah kekasihnya, wanita itu memberikan senyuman yang menenangkan.

“Thitipoom?” tanya wanita paruh baya tersebut saat New mendekat. New mengangguk lemah sebari memberikan senyuman terbaiknya.

“Manis nya, kenalin saya Wira. Bunda nya Tay.”

New sedikit membungkukkan tubuhnya “Thitipoom Techaapaikhun tante.”

“Iya sayang, ayok masuk yaaa, Ayah Tay sudah nunggu.” sebari mengelus punggung New.

Mereka pun memasuki rumah mewah tersebut, melewati ruangan tamu yang penuh dengan pajangan foto keluarga Vihokratana, meski Tay dan New telah menjalin hubungan selama satu tahun akan tetapi baru kali ini ia bertemu dengan kedua orang tua dari Tay.

Sepanjang berjalan, Tay tak pernah melepaskan genggaman nya pada tangan New. Akhirnya keduanya sampai di sebuah ruangn yang lebih kecil dan juga lebih hangat? Ruangan tersebut di isi dengan sebuat set sofa dan beberapa buku terpajang dengan rapih di lemari yang merapat ke dinding.

“Yah, Tay sama Thitipoom sudah sampai.” Ucap Bunda Wira kepada seseorang lelaki paruh baya yang tengah terduduk di sofa utama sebari membaca sebuah surat kabar.

New menggeratkan genggaman nya terhadap Tay, ia tahu lelaki di hadapan nya adalah Ayah dari kekasihnya. Lelaki yang beberapa hari lalu memberi pelajaran kepada kekasihnya karena kecewa akan apa yang telah di perbuat oleh anak semata wayangnya.

Tay kembali mengelus punggung tangan milik New, lalu menatap wajah New dengan tersenyum, senyumnya seolah mengatakan jangan takut, ada aku.

“Silahkan duduk nak Thitipoom.” Lelaki paruh baya tersebut bersuara.

Tay dan New kemudian duduk di sofa berdampingan.

“Kenalkan, saya Tuang Vihokratana ayah dari Tay Tawan Vihokratana.” Ucapnya lagi.

New pun mengangguk lalu menyodorkan tangan nya “pe..perkenalkan saya Thitipoom Techaapaikhun, biasa di panggil New.”

“Ya..” Menyambut uluran tangan New. “Jadi, begini..” “Tanpa basa-basi ya nak Thi, beberapa waktu lalu Tay menceritkan kepada kami, saya dan istri saya tentang kamu, tentang kalian dan tentang anak yang berada di kandungan kamu.” Ucap Ayah Tay dengan tenang tapi New tahu, dari suara tersebut tersirat kekecewaan.

“Maaf.” New dengan spontan melontarkan kata tersebut.

Ayah Tay menggelengkan kepala “semuanya disini mengambil porsi salah Nak Thi, anak saya juga salah, kami juga sebagai orang tua nya salah. Jujur, kami kecewa. Amat sangat kecewa, tapi mungkin kami akan lebih kecewa apabila anak kami menjadi sosok yang tak bertanggung jawab untuk kamu dan anak yang sedang kamu kandung.”

“Jadi karena sekarang nasi sudah menjadi bubur, lebih baik kita cari solusi yang terbaik untuk sekarang.”

Ayah Tay menarik nafasnya “jadi kami sekeluarga berencana ingin melamar nak Thi untuk di persunting oleh anak kami yakni Tawan, karena Tawan memberi tahu kami bahwa nak Thi hidup sebatang kara, maka kami meminta izin secara langsung kepada nak Thi, bagaimana nak?”

New mengangkat wajahnya menatap Ayah dan juga Tay secara bergantian, di satu sisi ia sangat bahagia mendengar hal tersebut tapi tetap saja ia merasakan getaran keterkejutan.

“Gimana sayang? Ini bentuk rasa tanggung jawab kami kepada kamu dan calon cucu kami, Bunda harap kamu mau ya?” Tangan Bunda mengelus kembali punggung milik New.

*Cucu kami? Berarti

1 Agustus, pagi hari. Hari ini merupakan salah satu hari yang paling di tunggu oleh seorang New Thitipoom, bagaimana tidak? Hari ini, salah satu mimpi nya bisa ia wujudkan dengan hasil keringat nya sendiri.

New sudah bangun dari tidurnya, sebelum bangun ia sempat melirik ke bocah lelaki yang masih tidur dengan damai memeluk boneka panda miliknya. “Aku yang ngandung, tapi wajahnya 70% mirip dengan mu Tee, gak adil.” Ck lirihnya. Kemudian New mengecup pelan pipi gembul anaknya tersebut. “Mmmh..” Nanon sedikit terusik, New terkekeh lalu berjalan keluar kamarnya. Ia harus menyiapkan sarapan untuk buah hatinya.

Sejak bangun tadi, New tidak henti-henti nya bergerak. Ia membereskan seluruh bagian apartment nya, lalu mencuci pakaian, memasak sarapan dan juga memikirkan Tawan.

Sudah dua hari semenjak kejadian ‘ciuman’ kedua nya, lelaki berkulit tan tersebut tak menghubungi nya. Entahlah, New yakin Tay menghindari nya bukan semata-mata sibuk karena pekerjaan nya.

“Papaaaaaaaah.. Huaaaaah Papaaah.” Suara tangisan Nanon menginterupsi dirinya, ia langsung berlari menuju kamar nya.

Sesampainya di kamar New mendapati anak semata wayangnya tengah menangis sebari memeluk panda nya “Sayang kenapa sayang? Nanon kenapa? Mimpi buruk?”

Nanon mengangguk sebari langsung beringsut memeluk tubuh Papah nya “Udah tenang ya sayang yaaaaa, Papah disini yaaaa. Udah yaaaaaa jangan nangis lagi sayang.” mengelus punggung anaknya dengan lembut.

“A..yah..Hiks.. Dimakan Tyrex Pah.. Huaaaah, Nanon mau ketemu Ayah.. Nanon gamau Ayah pelgi Hiksss..Huaaah.” Tangis nya makin kencang.

New kemudian menarik tubuh anaknya menggendongnya bagai koala, di elusnya dengan lembut sebari di ciumi pucuk kepalanya “Gak sayaaang, gak. Itu kan mimpi doang sayang, Ayah gak kemana-mana. Ayah lagi kerja, siang ini ketemu sama Ayah ya?”

Nanon melepas pelukan nya “Ayah..Hiks gak eughh hiks ilang kan Pah? Heeuggh.. Nanti siang ada Ayah kan..Heugghh..”

New hampir menangis dibuatnya padahal baru dua hari Nanon tak bertemu dengan Ayahnya, tapi sudah sebegini rindu nya. “Iyaa, Ayah janji mau dateng ke cafe. Udah ya? Nanon jangan nangis lagi yaaa?”

Nanon mengelap air mata nya “Iya Papah. Tapi nanti ketemu Ayah kan?”

“Iya sayang.” New kembali memeluk tubuh mungil Nanon. “Udah ya, sekarang Nanon cuci muka dulu terus gosok gigi abis itu sarapan dulu ya sayang? Hari ini kan cafe Papah mau buka, terus hari ini kan hari Sabtu Nanon libur sekolahnya, jadi nanti Nanon bisa main seharian sama Kak Fiat ya sayang ya? Nanon mau?”

Nanon mengangguk girang “Mauuuu.” sebari langsung turun dari pangkuan Papah nya berlari menuju kamar mandi miliknya.

New mengambil ponsel nya, membuk bubble chat nya dengan Tawan, lalu mengetik sesuatu.

“Tawan, apa kabar? semoga kamu sehat selalu.” “Tawan.. hari ini cafe ku melakukan opening, kamu gak lupa kan? Aku harap kamu bisa datang ya..” “Nanon rindu Ayahnya…..” ”Aku juga.. Tee aku rindu..” Akan tetapi New memilih menghapus chat terakhir sebelum di kirimkan nya. Ia pun langsung menyimpan ponselnya kemudian menyusul Nanon, Ia harus bergegas. Hari ini hari istimewa nya.

📍Sweet Life Caffe (New’s Caffe)

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga siang,New dan Krist yang sedari tadi tak henti-henti nya mengurus segala keperluan untuk opening nanti kini dapat bernafas lega karena semua keperluan yang di butuhkan selesai.

Opening hari ini mungkin hanya di datangi oleh beberapa teman New yang mungkin bisa di hitung dengan jari, dan juga beberapa langganan tetap Just Baked yang sudah dekat dengan New, beberapa karangan bunga ucapan dari berbagai supplier dan juga beberapa teman New pun turut hadir menghiasi depan caffe mini nya. Ada karangan bunga dari KristSingtoFiat, Offgun, Joss dan juga Tay.

New menyunggingkan senyuman nya saat melihat floral stand dari Tay, hati nya sedikit menghangat dan berharap ”Tee, kau pasti datang kan?”

“Thi.” Pundak New di tepuk oleh Krist.

“Ya Kak?”

“Anak-anak mana?” Tanya Krist.

“Diruangan Kak, lagi anteng kok. Lagi nonton youtube berdua.” Ucap New memberitahu kepada Krist, Krist mengangguk tanda mengerti.

“Yauda yuk, siap-siap udah mau jam tiga.” Ucap Krist, New mengangguk lemah.

Tee nya belum menunjukan tanda-tanda kehadiran nya, New kemudian tersenyum kecut, apakah dia terlalu berharap?

Tak lama ia mendengar langkah kaki menghampiri nya, ia langsung menoleh “Joss?”

“Hey New, selamat yaaaa. Nih buat kamu.” Ucap Joss menyodorkan handbouquet kepada diri nya.

New dengan sopan menerima pemberian dari lelaki tersebut “Makasih Joss, Mm.. Joss?”

“Yaa?”

“Nanti abis opening, ada yang aku pengen obrolin. Kamu ada waktu?” Ucap New mantap, hari ini ia harus memberi tahu perasaan nya terhadao Joss, ia tak mau menyakiti lelaki sebaik Joss sampai terlalu dalam.

Joss mengangguk sebari tersenyum “Boleh, sekarang kamu fokus ke opening dulu ya?” New mengangguk.

“Nanon mana? Aku pengen ketemu.” Tanya Joss, tak berselang lama terdengar teriakan dari arah bakery menghampiri keduanya.

“Om Joooooosssssss.” teriak Nanon sebari berlari menghampiri Joss.

“Yooo wattsapp Nanon.” Balas Joss lalu mengangkat tubuh gempal Nanon.

New tersenyum hangat melihat kejadian tersebut. ”Aku harap itu kamu Tee..” lirihnya dalam hati.

New pun berjalan kembali menyapa beberapa kolega nya. Tak berselang lama ia mendengar lagi nama nya di lafalkan oleh seseorang.

“Kak Thi!!!!!” New menoleh ke sumber suara dilihatnya lelaki mungil yang perutnya tengah membuncit berjalan sebari melambaikan tangan nya ke arah New. Itu Gun bersama suami nya Off Jumpol, tapi New masih tidak melihat kehadiran Tay bersama kedua nya.

“Hayyyy, makasih loh udah dateng Gun. Padahal kamu lagi hamil tua begini.” Ucap New setelah melepas pelukan nya dari tubuh mungil milik Gun.

Gun menggeleng “Gapapa, aku seneng. Aku bosen soalnya, lagian ini sedaerah tenyata sama rumah mami aku, ohya sekarang aku kan tidur dirumah mami papi aku Kak sambil nunggu lahiran.”

“Oh ya? Wih, HPL nya kapan Gun? Tapi gak ada keluhan apa-apa kan?” New mengelus perut Gun.

“Karena caesar sebenernya tinggal nentuin hari aja sih kak, tapi nunggu empat puluh minggu aja. Jadi nunggu sekitar tiga migguan lagi.” Jelas Gun.

New mengangguk “lancar deh ya sampai lahiran, berkabar ya.”

Gun mengangguk “Papii, kasih dong bunga nya buat Kak Thi.” senggol Gun kepada suaminya.

“Eh iya, nih New. Selamat ya..” Off menyodorkan hand bouquet nya kepada New.

“Makasih Off.” Wajahnya sedikit sendu, New menatap Off seolah bertanya tentang sosok yang paling ia tunggu saat ini.

“Tay dateng kok, tadi pagi dia udah landing dengan selamat. Mungkin macet New, tunggu aja.” Ucap Off seolah paham dengan tatapan sendu dari New.

New langsung tersenyum sumringah “Yauda masuk yuk, Gun duduk disitu aja yaaa.”

“Daniii, tolong anter ini yaaa.” Panggil New kepada salah satu pegawai nya.

New masih diam di tempatnya, menatap ke arah luar, masih menunggu Tee nya.

Tak berselang lama Krist menghampiri nya “Mungkin kejebak macet, kita mulai duluan gimana? Tamu nya kan tau nya mulai jam tiga Thi, ini udah jam tiga.”

“Hmm, iya kali ya? Yauda kak kita mulai aja.” Lirih New lemah sebari membalikan tubuhnya menuju cafe nya dan memulai acara opening nya.

Acara opening cafe tersebut di buka dengan sepatah dua patah kata dari New, lalu berlanjut dengan doa bersama dan terakhir New memberikan sample gratis beberapa menu yang nanti nya akan ia jual untuk di cicipi tamu undangan yang hanya ada sekitar lima belas orang.

Waktu terus berlalu sampai akhirnya acara formal telah selesai berganti dengan acara bebas, kini diri nya tengah mengobrol dengan Kit Singto dan juga Joss tak lupa Nanon yang masih menempel di pangkuan Joss dengan nyaman. Membuat Fiat yang menjadi ikut iri dan segera meminta di pangku oleh Ayahnya Singto.

New menggelengkan kepala melihat kelakuan anak semata wayangnya “Nanon, ayok turun. Kasihan Om Joss nya pegel dari tadi pangku Nanon terus.”

Nanon menggeleng “gamau, Om Joss kuat kan ya? Gak pegel kan ya?”

Joss menggeleng “Gak dong, nih Om aja masih kuat kalo ngangkat Papah Thi barengan sama Nanon.” kemudian melingkarkan lengan kekarnya di tubuh Thi dan kemudian sedikit mengangkat tubuh tersebut.

New yang terkejut sontak membelakan mata nya “Joss ih”

Kit ikut berkomentar “Lu udah kayak Hulks ye Josss.” Kemudian semua nya tertawa mendengar celotehan dari Kit, jangan lupa lengan Joss masih dengan tenang nya melingkar di tubuh langsing milik Thi.

Mereka tak sadar, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi.

— Jam menunjukan sudah pukul lima sore, masih belum ada tanda-tanda kehadiran dari Tay. New sedikit khawatir mendengar ucapan Off yang meyakinkan diri nya bahwa Tay akan datang. Apakah sesuatu terjadi kepada Tay? Apa dia sakit? Kelelahan? Atau memang sengaja tak mau datang? New mencibir diri nya sendiri ”di bilangin jangan berharap, susah amat.”

Off yang menyadari sedari tadi New seperti orang kebingungan berinisiatif menghampiri New “tadi gue di kabarin, ada meeting mendadak sama client penting New. Gak bisa di handle siapa-siapa.”

New menoleh ke arah Off “tapi dia gapapa kan Off?”

“Sehat kok, nanti kalo udah selesai gue suruh kabarin lu ya. Gue juga tau dari sekertarisnya bukan dari Tay langsung.” New mengangguk, ada sedikit kelegaan di hati nya bahwa Tay baik-baik saja, tapi satu fakta lagi yang New tau Tay tidak berubah selalu mementingkan karirnya di banding dengan diri nya.

Sedangkan Off hanya bisa menatap sendu New, sahabat sialan nya tidak bisa di hubungi sedari tadi. Ya, Off berbohong kepada New. Tay bukan menghadiri meeting penting atau sedang bergelut dengan pekerjaan nya, akan tetapi lelaki itu seolah hilang bak di telan bumi. Entah dimana keberadaan nya. ”Tay Tawan sumpah lu bener-bener anjing banget.” Hardik Off didalam hati nya.

“Papiii, kita pulang sekarang yuk?” Gun menghampiri keduanya.

“Kak Thi, aku pulang ya? Aku bakal rekomendasiin ke semua temen aku, tadi aku nyoba hampir semua menu nya. Aku suka banget masaaaa. Pokoknya aku yakin, cafe Kakak bakal sukses keras, semangat terus ya kak Thiiii.” Gun mengelus tangan New lalu memeluk New.

“Makasih ya Gun, kamu sehat-sehat yaaaa. Kalo ada yang mau di tanyain jangan sungkan chat aku yaaaa? Ohya, Off nanti mampir ke bakery dulu, ada roti buat orang rumah.”

“Kak gak usah repot-repooot ih.”

“Gak repot, udah ambil yaaaa. Makasih udah nyempetin dateng, bunga nya juga makasih ya. Udah sana cepet-cepet pulang, nanti keburu magrib.”

Off dan Gun mengangguk kemudian berjalan meninggalkan New menuju bakery seperti yang di perintahkan oleh New.

Tamu-tamu yang hadir kini telah meninggalkan acara milik New tadi, kini tinggal New membantu para karayawan nya beres-beres.

“Thi?” Joss mendekati diri nya.

“Eh iya kenapa Joss?” New balik bertanya.

Joss sedikit terkekeh “kata nya kamu mau ngobrol.”

“Oh iya.”

“Kenapa Thii?”

“Mau ngobrol di dalem?” Ajak Thi kepada Joss, di bakery nya memang disediakan spot kursi. Joss mengangguk “Ayok.”

Thi memulai pembicaraan nya dengan Joss dengan baik, Thi mengatakan pada Joss bahwa ia sangat bersyukur dengan sikap baik yang Joss berikan kepada diri nya dan juga Nanon. Thi juga menjelaskan, bahwa Thi merasa tidak bisa membalas perasaan Joss. Thi tidak ingin Joss merasa di berikan harapan palsu oleh Thi. Respon Joss begitu menenangkan bagi Thi, ia memang sudah sadar bahwa sebenarnya Joss tidak memiliki harapan kepada Thi, tapi Joss ingin mencoba. Tapi setelah Thi menjelaskan secara detail Joss pun mengerti, dan tetap ingin berteman baik dengan Thi.

“Thank you ya Joss, aku harap kamu nanti ketemu orang yang baik yang bisa sayang tulus sama kamu. Maafin aku.” Lirih Thi.

Joss tersenyum “jangan minta maaf karena perasaan kamu Thi, aku gapapa. Makasih udah mau jujur.”

Thi mengangguk “sehat-sehat ya Thi, Nanon juga. Tapi kalo aku kangen sama Nanon boleh ketemu kan?”

“Boleh, tapi harus jajan di cafe aku ya hahahaha.” Joss mengusak kepala New.

“Duh jiwa pengusahanya muncul nih.” Kedua nya pun tertawa bersama seolah obrolan sebelumnya merupakan obrolan biasa.

📍Lobby apartment New

“Kak makasih dah anterin yaaa, kalian hati-hati pulangnya.” Ucap New sebari membereskan barang bawaan Nanon, dan mengangkat Nanon yang tengah tidur ke pangkuannya.

“Sama-sama, bisa gak? Gue anter aja udah. Yah, kamu parkir dulu deh. Aku anter Thi keatas dulu.”

Singto mengangguk “Iya, aku parkir depan situ ya yang.”

Kini New tengah menggendong Nanon dan Kit membawa tas perlengkapan Nanon dan juga beberapa kantung ice cream sisa pembukaan cafe tadi.

Kini kedua nya sudah sampai di dalam apartment New, Kit dengan segera membantu New merapihkan beberapa barang bawaan nya, ia memasukan beberapa kotak ice cream ke lemari pendingin milik New, sedangkan New langsung menuju kamar nya untuk menidurkan Nanon.

“Kak, makasih ya.” Ucap New setelah keluar dari kamarnya, ia berjalan menghampiri Kit lalu memeluk lelaki yang sudah ia anggap sebagai kaka nya itu.

Kit mengelus punggung milik New “gue bangga banget hari ini sama lu, dulu juga sih tapi hari ini plus plus bangga nya.”

New mengeratkan pelukan nya “gue gak tau kalo gak ketemu lu, nasib gue gimana.” Suara New sudah bergetar, air matanya perlahan turun membasahi pipinya.

“Eh kom nangis? Gak boleh sedih, pokoknya mulai sekarang kita hidup nginget yang baik-baik aja ya Thi. Lu adek gue, kalo ada apa-apa jangan segan cerita dan minta tolong sama gue ya?” Kit melepas pelukan nya dan mengusap air mata di pipi New.

New mengangguk “iya Kak, gue nangis bahagia ini. Seberuntung itu gue kenal sama lu.”

“Sama, gue juga seberuntung itu Thi. Udah ah.” “Masalah Tay, jangan di fikirin ya? Mungkin dia beneran sesibuk itu, kalo ada waktu secepetnya kalian ngobrol ya?”

Thi mengangguk “iya kak.”

“Yauda gue turun ya? Kasian nih laki sama anak gue nungguin di parkiran.” New mengantar Kit menuju pintu keluar.

“Hati-hati Kak.” Ucap New sebelum masuk ke dalam unitnya lagi Kit kembali berbicara ”today, u did well Thitipoom.”

New tersenyum hangat mendengar kata yang keluar dari mulut kakaknya tersebut, setelah ia tak bisa melihat Kit yang sudah memasuki Lift ia bergegas masuk.

Kemudian dengan perlahan New mengelap tubuh Nanon dengan air hangat, anak nya hari ini benar-benar melakukan banyak aktivitas diluar ruangan hari ini, tadi nya New ingin membangunkan anaknya tersebut untuk mandi saja. Tapi ia tidak tega.

Setelah selesai dengan mengganti pakaian Nanon, Thi pun segera membersihkan tubuhnya, sepertinya ia juga butuh cepat istrahat.

Kini New sudah selsai membersihkan tubuhnya, ia kemudian merebahkan diri nya di samping anaknya, ia sempat mengecek ponselnya. Tak ada tanda-tanda pesan maupun panggilan dari Tay. New menarik nafas nya kasar, sudahlah lebih baik ia tidur. Memeluk Nanon merupakan obat untuk New, seolah rasa sedih dan lelah nya menguap setelah memeluk Nanon.

“Mmmmhhh… Pah.”

Apa pelukan nya terlalu keras sehingga menganggu tidur anaknya? “Sayang, kenapa? Papah peluknya kekencengan ya?”

“Engga” Nanon membalas pelukan Papahnya. “Pah…”

“Ya sayang?”

“Ayah malah ya sama Nanon? Nanon tungguin dali tadi kok Ayah gak dateng?”

“Hah engga kok, tadi Ayah ada kerjaan mendadak sayang jadi gak bisa dateng. Ayah kan cari uang buat Nanon, jadi Nanon harus ngertiin Ayah ya?” Ucap Thi memberikan pengertian kepada anaknya.

“Nanon gak akan minta hotwells lagi deh sama Ayah, bial Ayah kelja nya gak telus-telusan.” jawab Nanon polos. “Nanon kangen Ayah.”

“Iya sama Papah juga, nanti yaaa kasih Ayah waktu buat beresin kerjaan nya dulu ya?”

Nanon mengangguk “Pahh..”

“Ya sayang?”

“Papah sama Ayah kenapa gak tinggal baleng kaya Papah Kit sama Om Toto?” Pertanyaan polos dari mulut anak semata wayangnya.

“Hmm kenapa ya? Ntar dulu, Papah tanya emang Nanon mau nya Ayah sama Papah tinggal sama-sama?”

Nanon mengangguk sebari tetap memeluk Papahnya “iya, aku mau nya kita sama-sama. Jadi kalo Papah lagi masak Ayah bisa nemenin Nanon susun lego atau main mobilan.” Jawaban dari Nanon begitu polos, tapi entah mengapa begitu menggetarkan hati New. Ia merasa bersalah, kenapa ia dulu begitu egois dan hanya mementingkan hati nya tanpa memperdulikan keinginan anaknya.

“Nanti yaaa, soon kita bakal bareng-bareng. Nanon sama Ayah sama Papah. Nanon jangan lupa berdoa buat kesehatan kita semua biar kita bisa sama-sama terus ya?”

“Janji?” Nanon menatap mata New penuh harap.

“Janji sayang.” New mengecup dahi milik anaknya tersebut.

“Makasih Papah, Nanon sayaaaang banget sama Papah sama Ayah.”

New mengeratkan pelukan nya “sama Ayah Papah juga sayaaaaang banget sama Nanon.” “Sekarang Nanon bobo ya? Masih malem tuh, Papah juga ngantuk banget soalnya.”

“Iyaaaa, Papah jangan lupa beldoa ya bial gak mimpi buluk.”

“Iya sayang, met bobok anak Papah.”

“Met bobo Papah sayang.” kedua nya pun menutup mata nya saling menyalurkan sayangnya lewat pelukan.

1 Agustus, pagi hari. Tay baru saja kembali menginjakkan kaki nya di Jakarta ia baru selesai tugas dari Kota Semarang, sebenarnya tugas tersebut tak membutuhkan Tay turun secara langsung, toh hanya obrolan bersama client biasa, tapi Tay memilih untuk tetap pergi padahal sebelumnya ia menolak dengan mentah-mentah.

Hal ini di sebabkan karena Tay butuh space untuk menenangkan hati dan fikiran atau hanya menghindar dari kejadian malam itu. Dua hari lalu, tepat setelah ia mencium bibir Hin nya dan mendapati Hin nya kembali menangis, Tay memilih menghindari lelaki manis tersebut. Ia benci melihat Hin nya menangis terlebih tangisan yang tercipta tersebut terjadi karena dirinya.

Tapi hari ini setidaknya ia harus datang ke acara penting milik Hin nya, hari ini salah satu mimpi nya akan terwujud. Cafe yang selalu ia idam-idam kan sejak masa putih abu dulu kini menjadi kenyataan, mungkin akan sedikit canggung antara kedua nya tapi Tay ingin melihat secara langsung pencapaian yang diraih Hin nya.

Tay kini berada di dalam mobilnya yang di kendarai oleh supirnya “Pak ini langsung ke apart saya, setelah itu bapak standby saja di kantor ya pak?” Ucap Tay sebari sibuk berkutat dengan iPad nya.

“Baik tuan.” Ucap supir Tay.

Tay kemudian menoleh ke jam tangan yang melingkar di lengan nya “jam delapan lewat dua puluh menit.” gumam nya. Ia pun meraih ponsel nya yang sedari malam ia sengaja matikan, menyalakan ponsel tersebut lalu ada beberapa notifikasi yang masuk, ucapan terimakasih dari client, beberapa report dari group kantor nya, jumpol yang bertanya apakah Tay sudah landing, dan yang paling mencuri perhatian chat dari seseorang yang beberapa hari ini ia coba untuk hindari.

Hin : “Tawan, apa kabar? semoga kamu sehat selalu.” Hin : “Tawan.. hari ini cafe ku melakukan opening, kamu gak lupa kan? Aku harap kamu bisa datang ya..” Hin : “Nanon rindu Ayahnya…..”

Tawan tersenyum melihat isi chat tersebut, ia juga rindu Nanon.. Dan juga Papah nya.

📍 Apartment Tay

Sesampai nya Tay di apartment, ia langsung mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu. Karena acara New berlangsung pukul tiga sore, ia masih memiliki beberapa jam waktu. Tubuhnya benar-benar lelah, dua hari kemarin Tay hanya bisa tidur sejam paling lama dua jam dalam satu malam, otaknya tak pernah bisa tenang karena memikirkan rasa sakit yang di rasakan oleh New, rasa bersalah itu terus menghantui diri nya sehingga ia memilih untuk mendistract fikiran nya dengan bekerja, bekerja dan bekerja. Tapi apalah daya, tubuhnya butuh istirahat juga.

Apartment Tay , jam satu siang.

Alarm dari ponsel Tay berbunyi, membuat tidurnya sedikit terusik dengan bisingnya suara dari ponselnya tersebut.

“Hoaaaah, jam berapa ini?” Tay mencoba meraih ponselnya mematikan alarm nya kemudian duduk di kasurnya.

“Udah jam satu, siap-siap sekarang kali ya?” kemudian meninggalkan kasurnya lalu bersiap untuk menghadiri acara Hin nya.

Kurang lebih membutuhkan waktu hampir satu jam setengah lebih untuk Tay selesai bersiap, kini ia tengah memakai pakaian semi formalnya sepotong kemeja dengan celana jeans santai. Ia sedikit menata rambutnya, lalu terakhir menyemprotkan parfum nya ke tubuhnya. Meraih kunci mobilnya dan keluar dari apartment nya untuk menemui Hin nya.

Tay langsung menyalakan mesin mobilnya karena sebelum Tay menuju cafe milik New, ia harus mampir ke sebuah tempat terlebih dahulu.

📍Kana Florist, Sudirman.

“Saya mau ambil pesanan atas nama Tay Tawan.” Ucap Tay begitu masuk ke toko bunga tersebut.

Pelayan di Florist tersebut tersenyum lalu mengangguk “mohon di tunggu ya pak.”

“Ini ya pak, untuk hand bouquet nya” pelayan tersebut menyodorkan sebuah hand bouquet yang didominasi oleh warna pink dan juga bunga mawar.

“Terimakasih.” Jawab Tay.

“Untuk Opening Floral Stand nya sudah di kirim ke alamat yang tertera saat pemesanan ya pak?” Ucap pegawai itu lagi.

Tay kembali mengangguk “Terimakasih, untuk pembayaran nya telah selesai ya mbak.”

Pelayan tersebut mengangguk “Sudah kok Pak.”

Tay pun bergegas meninggalkan toko bunga tersebut dan langsung berjalan menuju cafe milik New.

📍 Sweet Life Caffe (New’s Caffe)

Tay sedikit terlambat seperti nya, saat melihat jam tangan nya tengah menununjukkan pukul tiga sore lebih lima belas menit, jalanan yang biasanya tak padat tapi hari ini begitu padat. Sial.

Tay pun bergegas berjalan keluar dari mobilnya yang ia parkirkan di luar Just Baked karena penuhnya parkiran didalam area bakery tersebut. Ia pun tak lupa menenteng hand bouquet yang telah ia pesan untuk Hin nya.

Begitu ia memasuki area bakery, ia bisa mendengar suara hinar bingar dari bangunan kecil yang berada sedikit lebih dalam dari bakery tersebut. ”Ah seperti nya acara potong pita nya telah usai, jalanan sialan!” Umpat Tay dalam hati nya.

Sesaat setelah ia berjalan ia bisa melihat beberapa orang tengah berkumpul sebari memegang gelas berisi ice cream mungkin mencoba menu dari cafe tersebut, tapi yang jadi fokus Tay adalah saat melihat sosok lelaki berbadan tegap tinggi mungkin lebih tinggi dari nya tangan kanan nya tengah menggendong Nanon sebari tertawa sedangkan tangan kiri nya ia lingkarkan di tubuh New, ketiga nya menampilkan ekspresi tertawa yang menurut Tay begitu terlihat bahagia.

Tay kemudian tersenyum kecut. Mungkin ini benar-benar saat nya untuk Tay merelakan Hin nya. Ia mau Hin nya bahagia, dengan atau tanpa diri nya.

Kemudian Tay memilih membalikan tubuhnya, berjalan menjauh dari kerumunan tersebut, sebari mengubur perasaan di dalam dirinya. Mungkin ini saatnya ia kehilangan Hin nya.

“Nanoooon, ayok cepet pake baju nya nak.” Suara New sedikit melengking di apartment miliknya.

“Iya bentaaaaaal.” Jawab Nanon yang kini tengah sibuk dengan mainan mobilnya.

New langsung menghampiri anak semata wayangnya tersebut lalu mengambil mainan nya “Papah iiiiih..” Keluh Nanon.

“Kamu ya, tadi kata nya mau belajar mandiri, mau pake baju sendiri. Papah liatin malah main-main, liat ini kamu telanjang gini? Nanti masuk angin nak.” Dumel New kepada Nanon sebari memakaikan pakaian untuknya.

“Tadi kata nya pengen ketemu Ayah, nanti Ayah datang jemput Nanon belum siap gimana?”

Nanon mengangguk lemah “iya maaaf.”

“Nah udah kan, kalo udah rapih mah terserah Nanon mau main kek atau mau nonton TV kek, tapi gak boleh menunda-nunda pekerjaan. Paham?” New bertanya.

Nanon mengangguk “iyaaa, sekalang aku boleh main mainan lagi gak sambil nunggu Ayah?”

“Boleh dong, Papah gak marah ya sama Nanon, Papah cuman kasih tahu kalo menunda pekerjaan itu bukan hal yang baik. Nanon kan anak keren harus mengerti ya?” Ucap New sebari mengelus pucuk kepala anaknya.

“Iya Papah, Papah sana ganti baju. Nanti Ayah kebulu dateng, Nanon gak sabal mau makan pasta.” Ucap Nanon dengan sumringah.

New tersenyum, “iya sebentar ya? Papah siap-siap dulu ya?” Lalu berjalan meninggalkan Nanon menuju kamar nya.

Sejak malam New sudah membongkar isi lemari nya, ia kebingungan dengan outfit apa yang harus ia gunakan hari ini. Padahal ini hanya makan malam biasa, tetapi New ingin terlihat istimewa? Di hadapan Tee nya.

Ah, kalian pasti bingung. Beberapa bulan yang lalu, Tay dengan New sudah saling melepas dan mereka hanya menjadi ‘partner’ untuk menjadi orang tua Nanon. Akan tetapi mengapa saat ini kedua nya bak remaja yang merasakan kasmaran, saling malu-malu melempar perhatian. Mempersiapkan penampilan dengan hebohnya saat akan bertemu satu sama lain. Terutama New, bukankah hati nya terlampau sakit dengan kelakuan Tay di masa lalu? Kok bisa dengan mudahnya ia membuka hati kembali?

Tidak ada jawaban yang pasti, tapi selama lima bulan mereka hanya sebatas menjadi ‘partner’ New tidak bisa membuka hati nya untuk siapa-siapa, perlahan tapi pasti hati nya memaafkan masa lalu nya, dan ternyata hati nya masih sama dia masih mencintai Tee nya. Biarkan lah orang berkata “dasar bucin tolol, disakitin sedemikian rupa malah maaafin gitu aja.”

Biarlah orang berkata apa, tapi yang paling tau hati nya hanya New dan Tuhan. Orang hanya bisa berkomentar atas apa yang ia lihat, tapi mereka tak pernah tau rasanya. Biarlah, New tau apa yang di inginkan hati nya, dia ingin Tee nya. Dan sepertinya Tay pun begitu, dulu Tay pernah berjanji hanya akan menikahi New Thitipoom Techaapaikhun katanya, entah itu hanya sebatas janji gombal belaka tapi yang pasti Tay telah mendeklarasikan bahwa diri nya tidak akan pernah menikah, tapi pengecualian jika itu dengan New, Hin nya.

Sudah, intinya ketika masalah hati semua orang bisa menjadi bodoh, perkataan orang lain dijadikan angin lalu. Yang ia percaya hanya hati nya.

Akhirnya setelah sempat bergelut dengan semua baju nya New memilih untuk memakai kaos polos berwana putih dan jaket model kemeja berwarna coklat ia padukan dengan celana levis berwarna hitam dan ia sempat menata rambutnya sedikit kok, hanya sedikit. Memakai parfum ‘mahal’ nya yang biasanya hanya ia gunakan saat-saat penting dan special?

ting suara dari ponsel nya, New pun mengambil ponsel tersebut dan menekan notifikasi yang masuk.

T ”Thi, aku jalan ya? Mungkin sekitar lima belas menit aku sampai, Nanti kamu jangan ke lobby, biar aku yang naik ke atas. See u.” begitulah pesan dari kontak yang hanya New namai dengan “T”

New tersenyum setelah membaca pesan tersebut, lalu bergumam “Hati-hati Tee, See you.”

tintong Bel unit apartment New berbunyi.

“Ayaaaaaaah” Nanon berlari menuju pintu tersebut lalu membuka knop pintu nya, menampilkan sosok Ayah nya yang tadi pagi tak bisa ia temui.

Tay langsung menggangkat tubuh Nanon “Duh jagoan Ayah udah ganteng aja ini, udah wangu banget.” Tay mengecup aroma Tubuh Nanon.

“Iya dong, kan aku mau makan pasta. Ayah ayah Nanon kangen, Ayah tadi pagi kemana?”

“Ayah kerja sayang, maaf ya? Masuk yuk, Papah mana?” Tanya Tay sebari masuk ke apartment milik Hin nya tersebut.

“Dikamal tadi, bilangnya lagi siap-siap tapi gak kelual-kelual.” Jawab Nanon.

Tak berselang lama pintu kamar New terbuka, menampilkan sosok New yang kini tengah memakai baju kemeja semi formal berwarna biru, senada dengan apa yang Tay pakai hari ini walaupun Tay ditambah dengan jas hitam tapi tetap saja nuansa pakaian mereka senada.

Loh bukan nya tadi ia pakai kaos dan jaket? New merasa style itu terlalu anak kecil, maka nya ia kembali menukar pakaian nya dengan pakaian yang saat ini ia pakai, entah jodoh atau bagaimana kini Tay dan juga New memakai pakaian yang senada bagai remaja di mabuk asrama yang sengaja menyamakan pakaian pasangan nya agar terlihat uwu.

“Eh dah sampe?” Ucap New begitu melihat Tay.

Tay mengangguk “kamu udah siap?” Sebari menurunkan Nanon dari gendongan nya, kemudian sedikit merapikan kemeja biru nya yang mungkin dengan sengaja Tay buka dua kancing teratasnya yang sedikit mengekspos dada bidangnya.

”Kenapa mesti dibuka gitu sih kancing nya?! Caper banget, seneng kali dada nya di liat orang-orang!” gerutu New dalam hatinya.

Tay yang tak kunjung mendapat jawaban mendekati tubuh New, melambaikan tangan nya tepat di hadapan wajah kekasihnya. “Thi? Kamu kenapa?”

Suara Tay menginterupsi gerutu di hati nya “ah engga, ayok jalan ayok.”

Kini ketiga nya pun mulai berjalan meninggalkan apartment New untuk segera menyantap makan malam yang telah mereka rencana kan.

Makan malam ketiga nya berjalan dengan hangat, ketiga nya saling bertukar cerita tentang hari-hari yang di lalui nya, Nanon yang bercerita bahwa Papah nya sekarang jauh lebih bawel dari biasanya lalu Tay memberi wejangan kepada Nanon bahwa yang dilakukan Papah nya tersebut atas dasar karena menyayangi nya bukan semata-mata bawel ingin menganggu nya. New yang mendengar pembelaan dari ‘partner’ nya tersebut tersenyum puas dan memberi sedikit ledekan kepada anak semata wayang nya ”tadinya mau ngadu malah di ceramahin Ayah kan?”

New juga bercerita bahwa lusa merupakan syukuran pembukaan cafe mini nya, dan New meminta agar Tay hadir di acara pentingnya nanti, Tay pun mengangguk bangga dan berkata “aku pasti dateng Hin”.

Setelah selesai makan malam, ketiga nya pun berjalan-jalan sedikit menyusuri Ibu Kota pada malam hari, dan Tay sempat berhenti di sebuah Caffe khusus dessert untuk menyenangkan dua bayi nya, bayi besar dan bayi kecilnya. Sepanjang malam ini berlalu baik Tay, New maupun Nanon tak pernah lelah menyunggingkan senyuman nya.

Kini jam tengah menunjukan pukul sembilan malam, kini ketiga nya tengah berada di mobil Tay dan menuju apartment New.

Nanon belum menunjukan tanda-tanda kelelahan, ia yang kini duduk di depan disamping Ayahnya dan New duduk di belakang, tak henti-henti nya berceloteh menceritakan setiap kejadian yang pernah ia alami di hidupnya, Tay dengan senang hati mendengarkan bahkan memberi respon ketika anaknya tersebut bercerita.

“Ayah-ayah, tadi juga Nanon makan cokelat enak banget deh, Nanon di kasih sama Om Joss.” Ucap Nanon secara polos.

Om Joss, ya dia adalah teman dari Singto yang merupakan seorang pengacara. Sudah dua bulan belakangan ini Joss menunjukan ketertarikan kepada New, dan juga Nanon. Badan nya besar dan terlihat kuat tapi hati nya benar-benar lembut. Ia selalu memperlakukan New dan juga Nanon dengan baik, maka tak sulit membuat Nanon langsung nyaman ketika berada di dekat nya.

Deg Mendengar ucapan Nanon tadi, sedikit membuat hati New gusar. Apakah Tay akan kecewa? Karena saat ini ia masih saja tetap berhubungan dengan Joss, memang sih Tay tidak pernah ikut campur dengan pilihan hidup New kecui tentang Nanon, Tay tidak pernah sekalipun membahas beberapa lelaki yang mencoba mendekati New. Tapi malam ini New merasa tidak enak, hubungan nya dengan Tay mungkin sekarang sudah semakin dekat, apa Tay kecewa?

“Oh ya? Nanon gak lupa bilang terimakasih kan dengan Om Joss?” ucap Tay santai.

Nanon mengangguk “mobil Om Joss juga sama kelen nya kayak mobil Ayah, tapi walna nya putih. Nanon lebih suka yang hitam kaya Ayah.”

“Nanon pernah naik mobil Om Joss?” Tanya Tay sedikit penasaran.

Nanon mengangguk kembali “Pelnah, sama Papah juga kok. Emmm em udah dua kali. Ya Pah ya?”

“Hah? Iya eh apa?” New terbata-bata menjawab nya.

Tay melihat ekspresi New yang terkejut dari balik spion kaca mobil depan nya. Kemudian menarik nafasnya. Dalam hati nya mengumandangkan ”Thi pantes dapet yang lebih baik dari lu Tawan.”

Tay mengelus pucuk kepala anak nya “udah, Nanon bobok ya.. Ini udah jam sembilan lebih, jam tidur Nanon udah lewat nih.”

Tak lama Nanon pun menguap “Hoaaah” lalu mulai memejamkan mata nya. Ketika Nanon terlelap, mobil Tay kembali sunyi.

Tak ada yang ingin memulai pembicaraan, dua-dua nya tenggelam di fikiran nya masing-masing. Tay yang berfikir ”syukurlah Joss orang yang baik, dia juga mapan,dan yang utama seperti nya dia juga tulus sayang terhadap Nanon. Apakah Tay harus mundur?”

Sedangkan New dengan fikiran nya ”Tay salah paham gak ya? Joss emang baik, tapi dia cuman gue anggep temen gak lebih, gue emang salah kenapa gak kasih penjelasan ke Joss, Joss jadi tetep berharap kan? Secepatnya ia harus menyelesaikan urusan nya dengan Joss.”

“Tawan..” Suara New yang pertama keluar.

“Hmm?” gumam Tay.

“Aku sama Joss..”

Sebelum New selesai mengucapkan kalimatnya, ia sudah di interupsi terlebih dahulu.

“Kamu gak perlu jelasin apa-apa Thi, it’s oke. Itu hidup kamu.” Lirih Tay yang kini tengah membelokan mobilnya masuk ke kawasan apartment milik New.

Kedua nya kembali hening. Tay melepas seatbeltnya dan juga milik anaknya. “Aku izin anter Nanon ke atas ya?”

“Kenapa harus izin sih? Kan biasanya juga kamu anter Nanon keatas.” jawab New sedikit ketus.

Tanpa menjawab Tay keluar dari mobilnya lalu berjalan ke sisi pintu tempat Nanon berada, lalu mengangkat anaknya tersebut seperti koala “Saya takut ada yang marah.” lirihnya lagi.

New tahu, Tay sepertinya sedang dalam mode cemburu? Kesal? Marah? Ah entahlah, New kemudian ikut menyusul Tay menuju lift ke lantai apartment nya.

Setiba nya di depan pintu unitnya New terlebih dahulu mempersilahkan Tay masuk membawa Nanon ke kamar nya, Tay meletakan Nanon dengan hati-hati. Setelah selesai dengan urusan Nanon Tay pun keluar dari kamar tersebut, lalu langsung berpamitan kepada New.

“Saya langsung ya New.” Ucapnya tanpa melihat wajah New.

“Tawan.” New memangil lelaki tersebut, lelaki tersebut tak bergeming malah membalikan tubuhnya.

“Tawan ih.” Masih tak ada jawaban, malah Tay sudah melangkahkan kaki nya menuju pintu apartment New.

“Teeeee..” Panggil New sekali lagi, panggilan tersebut bisa membuat langkah Tay terhenti. Ia seolah tersihir dan badan nya menolak untuk pergi tak seperti otaknya yang berkata untuk segera pergi.

New menghampiri Tay “aku sama Joss..” belum sempat New menyelesaikan lagi kata-katanya ia sudah di interupsi lagi oleh Tay, tapi kali ini bukan di interupsi oleh kata-kata melainkan oleh bibir Tay yang kini dengan penuh cinta dan kerinduan tengah mengesap bibir milik New.

New begitu terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Tay, tapi ia begitu menikmati bibir sesapan dan permainan lidah dari Tay. Tak munafik ia rindu.

Pagutan kedua nya bukan merupakan ciuman panas yang penuh nafsu, hanya pagutan penuh kerinduan dari kedua nya. Tanpa sadar New menumpahkan air mata nya, entah mungkin karena saking rindu nya.

Tay yang menyadari ciuman kedua nya menjadi basah dengan cepat melepaskan pagutan nya, ia menatap Hin nya yang tengah menangis. Apakah sebegitu menyakitkan luka yang ia torehkan? Sampai di saat keduanya saling melepas rindu pun Hin nya tetap menangis? Tawan kurang ajar, harusnya kau tahu diri. Fikiran Tay melayang.

“Ma maaf Thi, maaaf.” Tay langsung beringsut berlalri menuju pintu keluar. Dalam hati nya ia bergumam ”kau hanya bisa membuat Hin menangis bodoh, tidak seperti Joss. Kau tidak pantas untuk Hin bodoh.”

New hanya bisa diam melihat Tay yang berlari panik keluar, padahal tangis nya bukan seperti tangis mengingat luka seperti dulu, tangisnya tumpag karena ia begitu merindukan sosok Tee nya. Tubuhnya lemas sehingga terduduk di lantai. “Tee i miss you..” kemudian tangisnya kembali pecah.

Pagi ini terasa begitu indah bagi Tay, mungkin macetnya jalanan nanti seolah bukan hal yang mengjengkelkan untuk dirinya. Semenjak keluar dari apartment nya ia selalu menyunggingkan senyumnya, mungkin efek obrolan semalam nya dengan New yang membuat mood Tay hari ini benar-benar luarbiasa baiknya.

Biasanya saat menjemput Nanon, Tay akan pergi dari apartment nya sekitar pukul delapan pagi,tapi pagi ini sedikit berbeda jam baru menunjukan pukul enam lebih empat puluh menit tetapi Tay kini sudah berjalan sebari bersiul menuju mobilnya, hari ini ia akan menikmati sarapan bersama dengan dua orang yang paling ia sayangi di dunia, Hin dan juga Nanon.

Saat telah memasuki mobilnya, ia menatap kaca spion atasnya “Oke, tenang Tay Tawan, tenang.” sebari mengelus dada nya agar jantungnya yang sedari tadi sudah berdegup kencang tak karuan sedikit lebih tenang.

Hanya sekitar dua puluh menit waktu yang di butuhkan Tay untuk berkendara menuju apartment Hin nya, Tay sedikit merapikan rambutnya dan mengecek kembali penampilan baju yang ia pakai. “Oke, aman. Tenang-tenang” lalu turun dari mobilnya dan mulai berjalan memasuki gedung apartment Hin nya.

Tay kini sudah berdiri tepat di depan pintu apartment milik New, ia menarik nafasnya panjang hati nya benar-benar bergemuruh. Ia sedikit binggung dengan sikap apa yang harus ia ambil ketika bertemu Hin nya, ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan nya akan tetapi ia pun tak mau terlalu berlebihan sehingga membuat beban untuk New. “Pelan-pelan Tay, bisa-bisa.” lalu memencet bel yang berada di hadapan nya.

Butuh waktu sekitar satu menit sampai New membuka kan pintu nya, tidak biasanya fikir Tay.

“Tawan langsung masuk aja ya, aku masih masak.” Ucap New dengan sedikit tergesa-gesa. “Nanon, cepet keringin badan kamu. Astaga Nanon handuknya di pakai nak.” Teriak New sesaat setelah melihat anak semata wayangnya malah berdiri dan menonton televisi dengan keadaan rambut dan tubuh basah dan handuk yang sudah terlepas dari tubuhnya.

“Tee, tolong urus Nanon Tee, baju nya udah aku siapin di kasur kamar. Aku lagi masak ini takutnya gosong.” Ucap New sebari berlari ke dapur karena sedang menggoreng telur.

Tay awalnya sedikit binggung dan hatinya merasakan sensasi yang hangat yang selalu ia rindukan. “Ayaaaahhhhhhh.” Teriak Nanon sebari berlari kearah Tay membuat Tay kembali sadar dari lamunan nya.

“Yaampun ini anak Ayah kok telanjang gini, ini belalai gajahnya malu dong kemana-mana.” Ucap Tay sebari mengajak anaknya berjalan menuju sofa ruang TV lalu mengambil handuk Nanon yang tergeletak di atas karpet, kemudian Tay dengan telaten mengeringkan tubuh dan kepala anaknya yang masih basah.

“Ayah, kok tumben dateng lebih pagi? Ayah mau salapan baleng sama Nanon?” Tanya Nanon. Tay mengangguk “Iya dong, Nanon kalo selesai mandi jangan di biasakan langsung nonton TV. Keringin dulu badan nya, nanti Nanon masuk angin gimana coba?”

“Iya maaf.”

Tay tersenyum “yauda anter Ayah ke kamar Nanon ya? Kita ambil baju seragam sama perlengkapan Nanon.” Nanon mengangguk lalu menarik lengan Tay menuju kamarnya.

New yang masih sibuk bergelut di dapur hanya bisa tersenyum melihat pemandangan antara Ayah anak tersebut, hati nya menghangat. Benar kata Krist seperti nya hati nya kini benar-benar telah berdamai dengan masa lalu nya, kini saat melihat Tay bukan sakit hati yang muncul di hati nya akan tetapi perasaan hangat dan juga rindu yang begitu menggebu yang hadir di hatinya.

New kembali sadar dari lamunan nya, lalu kembali fokus memasak masakan nya.

Setelah selesai menuntaskan agenda memasaknya New pun mulai menata makanannya di meja makan bundar miliknya, menu sarapan pagi ini adalah nasi dengan telur mata sapi ditambah sayur capcay dan juga New telah menyiapkan segelas susu untuk Nanon dan segelas besar teh manis hangat untuk Tay. New pun bergegas menuju kamarnya untuk memangil kedua lelakinya.

“Nah udah ganteng kan?” ucap Tay keluar dari kamarnya sebari menggengam tangan Nanon.

New hanya bisa tersenyum melihat tatanan rambut Nanon yang di tata keatas bagai anak metal, pasti ulah Ayahnya.

“Papah liat deh, lambut Nanon bagus gak? Kata Ayah kalo mau kelen harus gini lambutnya.” Ucap Nanon sebari tangan nya menaikan kembali rambutnya yang sebenarnya sudah berdiri tegak.

New terkekeh geli lalu menyamakan tinggi tubuhnya dengan tubuh Nanon “Bagus dong, anak Papah keren dan ganteng banget.” “Yauda sekarang ayok sarapan dulu, udah mau setengah delapan ini.”

Nanon mengangguk lalu menarik lengan Ayahnya menuju meja makan “Ayok Ayah.”

Kini ketiga tengah duduk mengitari meja makan bundar yang sudah di penuhi oleh piring-piring untuk ketiga nya. “Sayul lagi, sayul telus, bosen.” Komplain Nanon setelah melihat menu yang tersaji.

New menarik nafasnya panjang “Nanon, ingat kata Miss harus bersyukur dengan makanan apapun di luar sana masih banyak yang gak bisa makan, di tambah Nanon harus ingat makan sayur itu bagus untuk tubuh Nanon.”

“Iya-iya tapi Papah pasti aja masaknya sayul, kan bosen.” Nanon masih saja komplain.

“Ayok di makan sarapan nya, kalo makan sayur nanti Nanon cepat tinggi. Kalo badan Nanon tinggi kan Nanon tambah keren.” Ucap Tay menengahi perdebatan antara Papah anak tersebut.

Nanon menatap wajah Ayahnya “emang iya? makan sayul bikin Nanon kelen?”

“Iya dong bener, yaudah sekarang Nanon makan sayurnya ya sayang.” Ucap Tay sebari mulai menyuapkan sendok berisi sayur dan juga nasi kedalam mulut Nanon.

New tidak dapat menyembunyikan senyuman nya.

Tay yang sadar ikut tersenyum “kamu juga makan Hin.”

New menatap wajah Tay “kamupun Tee.”

Pagi ini New bangun lebih pagi dari biasanya, gejala morning sick yang biasa nya hadir saat sarapan pagi kini hadir lebih pagi, New menatap wajah pucatnya di cermin, berantakan. Mungkin karena morning sick nya dan juga tidur malam nya sedikit terusik tak karuan hal ini di sebabkan ucapan Tay yang mengatakan bahwa Ayah dan juga Bunda Tay ingin berbicara dengan nya, mungkin membahas langkah apa yang harus di ambil Tay dan juga New.

“Heuhhh.. Adik hari ini baik-baik ya sayang.” ucap New sebari mengelus perut nya yang masih rata, ia sempat membaca sebuah artikel kata nya mengajak komunikasi janin di masa kehamilan merupakan hal yang bagus untuk masa pertumbuhan janin nya, jadi saat ini New selalu berusaha berkomunikasi dan bercerita kepada adik yang ada di perutnya.

New pun segera bangkit dari duduknya dan mulai bersiap sebari menunggu Tay kekasihnya datang menjemput diri nya.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit, New kembali membuka room chat diri nya dengan Tay sekitar lima belas menit yang lalu aku udah jalan ya yang, nanti aku jemput ke atas ya. aku pengen cium kamu dulu, kangen hehehe. New tersenyum lalu menggeleng “Dasar.”

Tak berselang lama bel pintu condo New berbunyi menandakan ada nya seseorang.

“Sebentar Tee..” ucap New yang yakin bahwa orang yang memencet bel tersebut adalah Tay kekasihnya.

New membuka pintu condo nya, di lihat nya lelaki yang hampir seminggu menghilang kini berada tepat di hadapannya. Tay langsung masuk dan menghambur memeluk tubuh New “Maafin aku.” Suara nya sedikit bergetar, New mengelus punggung Tay dengan halus.

“Gak papa, yang penting sekarang kamu disini.” New melepas pelukan nya lalu menatap wajah Tay mengelus pipi nya dengan lembut, lalu beralih menyentuh ujung bibir Tay yang masih sedikit lebam akibat pukulan dari Ayahnya “Bibir kamu masih biru ini, sakit ya?”

Tay mengangguk “harus cepet di kasih obat ini biar cepet sembuh.”

New tersenyum mendengar kode dari kekasihnya tersebut “sini aku obatin.” Kemudian New mengecup ujung bibir Tay dengan singkat. “Tuh udah sembuh kan?” goda New.

“Kurang.” Lalu menarik tengkuk leher New dan mempertemukan bibir keduanya, dengan lembut Tay mengesap bibir New menyalurkan kerinduan dan rasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan.

Setelah melepas ciuman nya Tay mengecup dahi New lalu kembali memeluk tubuh kekasihnya tersebut “Miss u New, maafin aku.”

“Udah jangan minta maaf terus, miss u too Tee..” “Tee, adik juga kangen tau.” Tay melepas pelukan nya lalu merendahkan tubuhnya hingga sejajar dengan perut milik New, lalu mengecup perut New dengan lembut.

“Anak Ayah nakal gak seminggu ini? Hari ini kita ketemu Kakek sama Nenek ya sayang.” Lalu mengelus perutnya New, tengah tersenyum lega mendengar kata yang terucap dari mulut kekasihnya tersebut.

“Nakal sih engga cuman kangen banget sama kamu kayanya.”

Tay kini sudah bangun dan mengelus pucuk kepala New “Sama aku juga kangen sama kamu sama adik.” “Kamu udah siap kan? Yukk”

New mengangguk “Ayah sama Bunda masih marah gak yang?” suara New menunjukan kekhawatiran.

Tay kini mengenggam tangan New “Gak, udah kamu tenang ya sayang ya? Kita hadepin sama-sama ya?

New mengangguk sebari mengeratkan genggaman nya “Kita sama-sama ya Tee?”

Tay mengangguk kemudian mencium pucuk kepala New “Ayok, Bunda udah nungguin.”

“Yuk.” New mengiyakan ajakan kekasihnya tersebut, lalu berlalu pergi meninggalkan condo nya.

“Huaaaaah” “Ini macet nya sampe kapan sih?!” teriak New yang kini tengah duduk di samping kursi pengemudi.

Tay yang berada di kursi pengemudi hanya tersenyum lalu bersuara “Sabar Ayang, kan long weekend makanya macet gini.” “Kamu tidur aja gihhh.”

“Gamau, aku mau nemenin Tayang aja.” jawab New yang kini mengalihkan fokus nya melihat ponsel pintar miliknya lalu membuka aplikasi instagram melihat-lihat instagram story dari beberapa teman nya.

“Ih si Abang malah lagi makan berdua dong sama si Gun, ayi kamu malah di suruh ke Bogor duh curang banget si Jumpol.” kemudian memperlihatkan story dari Abang nya ke hadapan muka Tay.

“Wkwkw, kan udah bagi tugas Ayang. Aku kebagian cek kursi buat nanti di cabang baru, nanti Peng bagian recruitment pegawai.” memang cafe yang di kelola oleh Tay beserta ketiga rekan nya akan membuka cabang kedua nya sehingga sekarang ini keempat nya tengah sibuk mengurusi segala keperluan untuk pembukaan cafe tersebut.

“Lagian kita kan tadi jadi sekalian jalan-jalan di bogor, gak liat suasana Bandung aja.” ucap Tay kembali sebari mengelus kepala kekasihnya tersebut.

New mempoutkan bibir nya “iya sih, tapi ini lama banget macetnya Tayang ih aku bosen.”

Memang kini Tay dan New sedang berhadapan dengan macet di kawasan puncak, sudah hampir setengah jam mobil yang kedua nya naiki hanya berjalan sedikit demi sedikit bahkan hampir tak bergerak.

“Sabar ya, bentar lagi keluar kawasan puncak kok.” “Nanti langsung masuk tol kita.” jawab Tay menenangkan sang kekasih.

New masih saja mempoutkan bibir nya “Aku cek waze di tol juga macet parah tau yang, merah gini.” New memperlihatkan aplikasi waze yang sedang ia buka ke Tay.

“Sampe Bandung bisa malem banget nih, eh tapi jadi ada alesan gak sih buat aku nginep di apart Tayang.” ucap New memberi ide.

Tay menggeleng tanda tak setuju “belum izin Peng, nanti dia ngamuk lagi udah adeknya di bawa ke bogor seharian terus malemnya di bawa nginep di apart pasti gak akan ngizinin dia.”

“Ih Tayang mah, Abang juga lagi sibuk sama Gun ini.” “Hape kamu mana yang? Sini aku pinjem.” tangan New mengadah tepat di depan wajah kekasihnya meminta ponsel pintar milik Tay.

Tay memberikan ponselnya yang sedari tadi ia simpan di bawah audio mobilnya.

“Nih, buat apa yang?” tanya Tay.

“Udah kamu diem aja, kamu punya kontak Bunda kan?” sebari mengambil ponsel hitam milik kekasihnya tersebut.

Tay mengangguk. “Aku namain kontaknya Bunda New”

“Okai okai, izin buka imess ya yang.” New yang memang mengetahui password dari ponsel kekasihnya langsung menyusuri aplikasi chat dan langsung membuka room chat dengan Bunda nya.

“Iya sayang boleh.” jawab Tay yang masih memfokuskan mata nya menatap jalanan yang padat.

Beberapa menit berlalu, akhirnya mobil yang dikendarai oleh Taynew keluar dari kawasan puncak dan langsung masuk ke kawasan Tol yang mengarah ke daerah Bandung Jawa Barat.

New masih saja fokus melakukan chat melalui ponsel milik Tay.

“Nah beressss.” ucapnya dengan sumringah. “Eh udah masuk tol ya?” ucapnya lagi sesaat setelah melihat mobil Tay tengah melaju kencang bersama dengan beberapa mobil yang memadati kawasan tol tersebut.

“Apanya yang beres yang? Iya ini di tol, padet tapi gak sampe macet ah Ay.”

New menyimpan kembali ponsel kekasihnya di tempat semula “Aku udah chat Bunda, udah minta izin buat nginep di Tayang hihi.” New terkekeh di akhir ucapan nya.

“Oh daritadi fokus main hape aku tuh chat Bunda? Emang hape kamu low Ay?”

New mengangguk “Gak low, aku tadi izin pura-pura jadi Tayang hehehehehehe.”

Tay langsung menatap kekasihnya “Ayi Ayang ih, izin nya gimana? Di kasih izin tapi?”

“Aku bilang aja baru mau jalan dari Bogor, terus bilang macet banget dan perkiraan sampe Bandung bisa lebih dari tengah malem terus aku bilang kalau sekiranya New nginep di apart Tawan boleh gak?”

“Terus Bunda jawab apa?” Tay menginterupsi New.

“Bunda iawab gapapa sok aja, terus tau gak? Bunda bilang juga nanti masalah Abang sama Ayah biar bunda yang handle. Hahahahaa” “Bunda emang Jjaaaaaaangggg” sebari mengangkat kedua jempolnya.

Tay hanya tersenyum lalu mengusak rambut kekasihnya perlahan “Yauda nanti aku chat Peng.”

“Nanti aja ih Tayang, pas sampe Bandung. Nanti dia mah bawel deh langsung nelfonin. Udah yang penting kan Bunda udah tau.”

“Nanti aku di hajar lagi sama Peng kayak waktu itu gak izin dulu pas pacaran sama kamu.” Kekeh Tay bernostalgia saat dirinya mendapat beberapa tinjuan di wajah tampan nya.

“Engga atuh Tayang ih, sekarang mah kan Ayah Bunda juga udah tau kamu. Keluarga kita juga udah saling kenal jadi Abang pasti gak akan sembarangan lah main pukul kamu lagi.”

“Iya sayang, yauda kamu tidur gih, tadi pasti capek nemenin aku jalan terus tadi kita sempet jalan banyak yang di warpat. Kamu istirahat dulu ini masih lama banget yang, nanti aku bangunin kalo udah deket.” ucap Tay lembut.

New kemudian sedikit menurunkan kursi nya membuat tubuhnya kini setengah berbaring “Tayang kalo aku bobo gak ada yang nemenin, tayang ngantuk gak ntar?”

“Gak, aku ini sambil denger lagu kok.” “Sok atuh Ayang bobo ajaa.”

“Yauda aku bobo secuil ya? Kalo Tayang ngantuk atau butuh temen ngobrol bangunin aja ya?”

Tay mengangguk kemudian tersenyum “iya sayang.”

New kemudian mencoba menutup mata nya, mulai mengistirahatkan tubuhnya dan masuk ke dalam alam mimpi miliknya.

Entah berapa jam telah berlalu New kemudian terbangun dari tidurnya, melihat sekitar aah hanya mimpi

“Ayang kenapa?” tanya Tay yang terkejut melihat New yang seperti orang kebingungan sesaat setelah bangun dari tidurnya.

New masih belum menjawab pertanyaan dari Tay, ia kemudian menaikan tempat duduk nya seperti semula lalu meminum air mineral yang memang sengaja ia siapkan untuk menemani perjalanan nya.

Fikiran New masih melayang mengingat mimpi yang baru saja ia alami tadi, bisa dibilang sebuah mimpi erotis yang menampilkan New dengan buas nya melahap batang penis Tay, mengulumnya, melahap penis Tay hingga menabrak ujung tenggorokan nya.

New menelan ludahnya sendiri, mungkin itu hanya mimpi tapi nafsu nya sampai ke alam sadarnya.

“Ay?” Tay mengelus pucuk kepalanya New dengan lembut terlihat sedikit khawatir, matanya tak lepas dari wajah Newwie nya untung saat ini jalanan Tol benar-benar padat sehingga membuat kemacetan panjang sampai menuju pintu keluar Tol Pasteur Bandung.

Sentuhan Tay bagaikan listrik yang menyengat tubuh New. “Eh.. Gak yang.. Hm aku.. Aku mimpi..” jawab New sedikit terbata-bata.

“Mimpi apa yang? Mimpi buruk sayang?” Tay menampilkan wajah khawatir nya.

New berfikir sejenak, apakah ia harus membagi tentang mimpinya kepada Tay? New pun yang masih di penuhi hawa nafsu dari alam mimpi nya sedikit melirik ke tubuh bagian bawah Tay, walaupun tertutup oleh celana jeans tetapi New bisa merasakan kegagahan dari batang penis milik Tay, ah ia masih ingin melanjutkan mimpi nya melahap dengan buas batang penis milik Tay, mendengar Tay mengeram kenikmatan dan menyebut namanya, tanpa sadar New mengigit bibir bawahnya. Ia benar-benar terpenuhi hawa nafsu.

“Ay?” Suara Tay seolah menampar New untuk kembali ke kewarasan nya.

Ah bodo amat, New tak sanggup. New ingin melahap kembali penis Tay, ia ingin melanjutkan kembali kegiatan erotis di mimpinya.

“Yang…” Sebari melepas seatbelt nya. “Aku mimpi, terus kayanya aku butuh buat lanjutin mimpi aku deh.”

Tay menampilkan wajah kebingungan “Ayang mau tidur lagi?”

New menggeleng dan mendorong wajahnya mendekat ke gundukan sang kekasih mengelus dengan perlahan lalu tangan nya dengan lihai melepas sabuk yang tersemat di pinggang Tay, lanjut menarik kancing celana jeansnya dan menarik resleting milik Tay sehingga kini pakaian dalam Tay terekspos dengan sempurna.

“Ay..ay.. Kamu ngapain?” Tay benar-benar terkejut dengan perlakuan kekasihnya.

“Tay, tadi aku mimpi lagi blowjobin kamu. Aku mau lagi, boleh?” ucap New menengakan wajahnya yang kini berada di depan celana dalam Tay.

“Tapi Ay.. Kita kita lagi di tol, kalo ada yang liat gimana?” Tay sedikit panik.

“Kita lagi di tengah jalan Tol, dan macet. Orang-orang sibuk kesel sama macetnya yang, gak mungkin kepo sama kegiatan mobil lain nya. Lagian kaca mobil kamu kan gak keliatan dari luar. Boleh ya?” menampilkan puppy eyes nya.

Memang benar, kini keduanya tengah terjebak macet yang lumayan panjang dan posisi mobilnya keduanya memang berada di ujung sisi kiri sehingga tak ada mobil lain di samping kiri mobil Tay, tapi tetap saja mereka saat ini bisa di bilang sedang berada di tempat umum bagaimana bisa mereka melakukan hal-hal erotis yang harusnya di lakukan di tempat yang private.

New benar-benar tak sabar, tanpa menunggu jawaban dari Tay dengan cepat New menarik celana dalam Tay yang membuat penis Tay menyembul keluar dari persembunyian celana yang dipakai nya. Kemudian dengan cepat New melahap ujung kepala penis Tay, melakukan hal yang sama seperti yang terjadi di alam mimpi nya.

Tay benar-benar di buat gila oleh keberanian kekasihnya, tapi ia juga tak menolak kapan lagi ia bisa merasakan sensasi kenikmatan ditambah dengan adrenalin karena melakukan hal tersebut di tempat umum.

“Mmhhhh Ay..” Tay mendesah kenikmatan, New benar-benar melahap dengan buas penis milik Tay. Ia kulum dengan mulutnya dari kepala penis sampai setengah batangnya lalu tangan nya mengurut setengah batang yang tak mampu ia kulum sampai pangkal penisnya, tak lupa New juga menjilati dua bola kembar yang mengantung di penis Tay.

Untung saat ini kemacetan masih enggan menghilang, mobil-mobil di depan Tay masih belum menunjukan tanda-tanda bergerak maju ke depan.

“Aaakhh.. Ay..” Tay kembali mengeram menahan kenikmatan, tangan nya tanpa sengaja menekan kepala New agar semakin dalam mengulum penis miliknya. Kepala Tay mengadah keatas menikmati permainan kekasihnya.

New masih saja fokus melahap penis milik Tay seolah penis tersebut adalah sebuah lolipop yang menjadi kesukaan dirinya, penis Tay kini sudah basah dengan air liur dari New, bagaimana tidak penisnya dengan teratur masuk keluar dari mulut ranum milik New.

“New.. Fuck kamu ahhhhh mmhhh..” Tay tak kuasa meloloskan kembali desahan kenikmatan nya, mendengar Tay mengumandangkan namanya dan meloloskan umpatan dari mulutnya semakin membuat nafsu New semakin memuncak ia semakin memperkuat hisapan nya, disela kegiatan nya ia melirik keatas ia tersenyum puas melihat wajah Tay yang sudah sedikit kacau dengan mata yang terbuka lalu tertutup tanda merasakan kenikmatan.

“New… Ahhhh aku mau ahhh..” New bisa merasakan penis Tay berkedut dan semakin menegak seoalah siap menyemburkan cairan tanda ia telah mencapai titik puncak kenikmatan nya. New mengerti Tay seperti nya akan mencapai pelepasan nya, New langsung menambah kecepatan hisapan nya dan mempercepat kocokan nya membuat Tay benar-benar di buat mabuk kepayang tak berselang lama penis milik Tay benar-benar berkedut hebat lalu menyemburkan cairan sperma nya.

“Aaaaaaaaaah New!” Tay sedikit berteriak bersamaan dengan pelepasan nya.

New sedikit menjilati sisa sisa sperma yang tercecer di batang penis Tay, kemudian ia mengangkat tubuhnya.

“Ay yaampun, sini aku bersihin.” Tay mengambil tissue untuk segera membersihkan sisa-sisa sperma yang sepertinya akibat semburan yang kuat kini wajah New sedikit dipenuhi oleh cairan putih milik kekasihnya tersebut.

“Hehhe, enak gak yang?” New bertanya dengan muka polosnya.

Tay mencubit pipi kekasihnya “kamu ya, nakal! untung ini lagi macet kalo gak bisa-bisa aku gak fokus sepanjang jalan.”

“Tayang.”

“Hmm?” Tay yang kini fokus membersihkan sekitar pangkal pahanya lalu memasangkan kembali celana nya yang tadi dibuat berantakan oleh kekasihnya.

New mencium pipi Tay lalu berbisik tepat di depan telinga nya ”let’s making love tonight.” ucapan New seolah perintah bukan seperti ajakan.

Tay tersenyum mendengar ucapan New kemudian membalas ajakan kekasihnya “let’s go.”

Kemacetan yang sedari tadi tak menunjukan tanda-tanda selesai kini dengan perlahan mulai bergerak seolah semesta mendengar permintaan kedua insan yang tengah di selimuti oleh nafsu membara yang ingin segera saling menyalurkan nafsu nya.

“Waktu nya pas banget sih, kamu beres nyepongin aku eh langsung beres macetnya.” kekeh Tay sebari mulai menjalankan mobilnya, sekitar dua puluh menit lagi perkiraan keduanya akan memasuki Kota Bandung dan mungkin membutuhkan waktu lagi sekitar sepuluh menit apabila lalu lintas tidak padat untuk dapat sampai ke apartment Tay.

“Tay aku prepare dari sekarang ya? Biar nanti pas sampe udah bisa langsung.” Nafsu New benar-benar berada dipuncak tertinggi sepertinya.

Mulut dengan otomatis menganga mendengar ide gila dari kekasihnya “Ay, kan gak ada lube sayang.”

“Masih ada ludah aku, udah kamu fokus aja nyetir nya biar cepet sampe atau yang mau coba di mobil gak?” New melayangkan ide gilanya lagi.

“Hah?!! New kamu bener-bener ya” Tay menggelengkan kepalanya.

“Ayok yuk yang kita coba, aku pernah baca katanya enak tau. Biar gak bosen yah yah yah? Oke aku anggep oke ya, bentar aku minum dulu.” New mengambil kembali air mineralnya meminum air untuk melepas dahaga nya.

Setelah selesai melepas dahaga nya New benar-benar melepas celana panjang beserta celana dalam nya sampai pangkal pahanya. Kemudian mengangkat kaki nya sehingga kini ia dapat menjangkau lubang pantatnya.

Tay yang melihat kelakuan berani dari kekasihnya menjadi sedikit tidak fokus dan mulai mencuri-curi pandang melihat apa yang sedang dilakukan oleh kekasihnya tersebut.

“Yang fokus nyetir dulu.” ucap New yang sadar sepertinya Tay sudah mulai tak fokus karena kelakuan ajaibnya.

“Ay aku gimana bisa fokus yatuhan..” Tay tak percaya dengan permintaan kekasihnya agar ia dapat fokus, untung kini mobil Tay sudah mulai memasuki Kota Bandung dalam hatinya ia berdoa agar lalu lintas menuju apartment nya lancar, semesta tolong bantu aku harap Tay.

Sedangkan New kini tengah benar-benar mempersiapkan lubangnya ia mengulum jarinya agar basah menggantikan cairan lube untuk pelumasnya, setelah itu dengan perlahan ia memasukan kedua jarinya menuju lubangnya.

“Aaahh..” New melenguh sesaat setelah kedua jarinya berhasil masuk ke menerobos lubangnya. Dengan perlahan ia pun mulai menggerakan jari yang terbenam di lubangnya, ia lakukan gerakan masuk dan keluar secara perlahan lalu mulai membuat gerakan menggunting guna memperlebar lubang sempit nya, saat New melakukan kegiatan fingering nya mulutnya tak henti-henti mengeluarkan suara-suara lenguhan bahkan desahan karena merasa kenikmatan dari kegiatan nya tersebut membuat selatan tubuh Tay kembali sesak menegak.

Sepanjang perjalanan di iringi dengan suara-suara desahan yang menganggu konsentrasi Tay yang berasal dari mulut kekasihnya, Tay tak karuan. Ia benar-benar ingin segera menerkam merasakan pijatan dari lubang anal sang kekasih.

Jam sudah menunjukan jam sepuluh malam lebih dua menit, dan kini mobil yang di kendarai keduanya telah memasuki kawasan apartment mewah milik Tay, Tay sengaja tak memarkirkan mobilnya di basement ia dengan sengaja memilih memarkirkan mobil nya di parkiran dekat lobby, pucuk cinta ulam pun tiba parkiran yang berada di ujung kanan gedung apartment nya menyisakan satu lahan kosong dan berada benar-benar di ujung yang membuat spot tersebut benar-benar sepi dan jarang di jadikan jalan untuk berlalu lalang.

Dengan cepat Tay menuju spot tersebut memarkirkan mobilnya dengan cepat, adik kecilnya benar-benar telah tak sabar. Begitu selesai memarkirkan mobilnya Tay mematikan mesin mobilnya lalu melihat pemandangan erotis di sampingnya.

Kekasihnya tengah memainkan jemari tangan nya di lubang anal miliknya, menggigit bibir bawahnya karena menahan kenikmatan dari permainan jari nya. Ah Tay Tawan bisa gila di buatnya.

Tay pun beringsut memindahkan tubuhnya ke kursi penumpang di belakang dengan tergesa-gesa ia melepas celana nya sampai pangkal paha, lalu menarik tubuh kekasihnya agar naik ke pangkuan tubuhnya.

“Newwie kamu bener-bener nyiksa aku ya.” lalu dengan kasar melahap bibir ranum kekasihnya, New yang memang masih di puncak hawa nafsu nya langsung mengikuti permainan bibir dari kekasihnya membuka mulutnya agar lidah kedua nya saling bertautan, tangan nya ia lingkarkan ke leher kekasihnya.

Dengan keadaan celana kedua nya yang sudah sama-sama turun dan posisi kedua nya yang tengah saling berpelukan bibirnya saling bertautan mengakibatkan pergesekan antar penis keduanya.

“Mmmmhhh…” New melenguh sesaat setelah penis keduanya saling bergesekan, rasanya bagai sengatan listrik yang menderu detak jantung kedua nya.

“Kamu udah prepare nya?” Tanya Tay setelah melepas cumbuan bibir keduanya.

New mengangguk lemah, kurang lebih hampir dua puluh menit New melakukan fingering pada lubangnya ia rasa lebih dari cukup membuka akses untuk penis Tay masuk memenuhi lubang miliknya.

“Gak ada kondom yang, gak ada lube juga. Mau naik ke atas aja gak? Nanti lanjut.” ucap Tay yang menyadari kurangnya ‘alat tempur’ yang dapat mendukung kegiatan seks keduanya.

“Gamau, mau disini aja. Gapapa, masukin nya pelan-pelan aja yang. Pakein ludah kamu aja, tadi udah lumayan basah juga kok.” New yang seperti nya tak akan sanggup bila menahan birahi nya walaupun hanya beberapa menit.

New yang kini duduk di paha milik Tay sebari menghadap wajah Tay “Ayok masukin.” pinta nya.

Tay yang melihat wajah New kini sudah sedikit berantakan akhirnya mulai mengurut batang penis nya sendiri bersiap menghujam lubang anal kekasihnya.

Tay melempar air liurnya ke tangan nya lalu melumuri batang penis nya yang sudah kembali tegak “Yang, ini pasti bakal perih banget kamu gigit bahu aku aja ya.” ucap Tay dengan tatapan khawatir, karena untuk pertama kali nya kedua nya melakukan seks tanpa bantuan pelumas.

New mengangguk “Yauda makanya cepet masukin yang.” nada New sedikit kembali menghelas.

Tay mulai mengarahkan penisnya menuju lubang anal New yang kini tengah sedikit terbuka mungkin karena keberhasilan dari kegiatan fingering yang New lakukan.

New memeluk tubuh kekasihnya lalu “Aaaakhhhhhhhh…” New menjatuhkan kepalanya ke bahu milik Tay. “Sakit….Hikss..”

Tay bisa merasakan bahu nya basah oleh air mata dari kekasihnya, dengan perlahan Tay mengelus punggung New sebari berkata “Maaf ya, perih ya sayang? Tahan sebentar ya, aku gak akan gerak dulu.”

New menganggukan kepalanya ia butuh sesuatu pengalihan dari rasa sakitnya maka sebari menunggu New terbiasa dengan adanya penis Tay di lubangnya, lalu New mulai menciumi leher dari sang kekasih hatinya ia mulai menciumi menjilati bahkan menghisap perpotongan leher kekasihnya mengalihkan dari rasa sakit tubuh bagian bawahnya.

Tay mengadahkan kepalanya seolah memberi akses kepada lelaki manisnya “Ay jangan sampe merah.. Mmhh..”

“Tayang juga suka gigit leher aku sampe merah, gantian dong.” New dengan cepat memberikan jawaban untuk kekasihnya.

“Yauda.. yauda gimana kamu aja, masih perih gak? Aku masih belum boleh gerak?” Tanya Tay yang kini kedua tangan nya telah turun mengelus bongkahan sintal pantat New.

“Gerak aja yang, pelan-pelan tapi.” ucap New.

Kemudian Tay membasahi tangan nya kembali dengan air liur dari mulutnya kemudian is arahkan ke batang penisnya mengganti tugas cairan lube yang kali ini tak ada.

“Aku gerak yah, sini aku cium kamu.” Tangan kiri Tay menangkup wajah kekasihnya dan mendekatkan nya kewajahnya kemudian melahap dengan perlahan dan lembut bibir ranum milik New, sedangkan pinggul nya mulai bergerak maju dan keluar secara perlahan menerobos lubang sempit milik kekasihnya.

“Aahhhh…” Disela ciuman nya New meringis merasakan kesakitan yang di akibatkan kegiatan bawah tubuhnya.

Tay yang paham menggerakan pinggulnya benar-benar perlahan, lalu kembali mengalihkan rasa sakit New dengan permainan ciuman bibir keduanya.

Beberapa menit telah berlalu, gerakan perlahan mereka masih sama. New kemudian melepaskan ciuman nya meraup oksigen untuk paru-parunya lalu mengadahkan kepalanya ke atas dan mulai ikut mengambil andil dalam jalannya permainan, New mulai menggerakan pantat nya rasa sakit yang tadi ia rasakan kini telah berganti menjadi rasa nikmat yang tak tergantikan.

“Aaahh..Ay…Hhhhhh” Desah Tay merasakan kenikmatan saat New dengan lihai menggerakan tubuhnya diatas pangkuan nya, penisnya benar-benar terasa dipuaskan oleh pijatan lubang sempit New. Tangan nya ia simpan di perpotongan pinggul ramping New membantu gerakan naik turun yang New lakukan.

“Ride me Thitipoom, Ahhhh Fuck of bitch.” Umpat Tay saat benar-benar merasakan kenikmatan dari goyangan kekasihnya. Saat bercinta mendengar lawan kita menyuarakan sumpah serapah merupakan sebuah sensasi tersendiri untuk New, saat di rendahkan entah mengapa ia malah merasa nafsu nya semakin melonjak riak.

“Mmhh.. You think i’m bitch? Oke, let’s see babe.” Pinggul New masih bergoyang melahap penis Tay, tapi tangan New kini tengah berpindah melepaskan kancing-kancing kemeja yang ia pakai membuat kini tubuh bagian atasnya ikut terekspos dengan sempurna.

“Please suck this Vihokratana.” New mengarahkan kepala Tay menuju pucuk dada nya, Tay dengan senang hati mulai mengecup dada bidang kekasihnya ia mulai hisap dan menjilati pucuk dada kanan milik New dan kini tangan kiri nya ikut naik mempermainkan nipple kiri milik New.

“Mmmhhh….Akhhh…Tay..Mmhh faster please..” New mendesah tak karuan.

Untung hari telah gelap dan waktu hampir menunjukan pukul sebelas malam sehingga orang-orang mungkin kini tengah berada di kasur masing-masing mengistirahatkan tubuhnya bahkan mungkin sudah berada di alam mimpinya, jadi kedua oknum yang tengah di penuhi hawa nafsu bisa dengan bebas melakukan kegiatan panas mereka tanpa takut di ketahui oleh lain apalagi Tay memilih tempat yang sangat jauh dari jangkauan orang lalu lalang.

Tay semakin memperdalam kegiatan menggempur lubang milik kekasihnya, permainan panas kedua nya sedikit berimbas pada mobil milik Tay, mobil tersebut sedikit bergoyang akibat permainan keduanya.

New menurunkan tangan nya ke bawah, memberikan kocokan terhadap penis nya yang sedari tadi sudah ikut menegak menusuk perut rata milik Tay, New benar-benar merasa di awan lubangnya terasa begitu nikmat karena penis Tay dengan kuatnya menusuk titik nikmat prostat nya sedangkan tubuh bagian atasnya juga di puaskan dengan permainan lidah dan tangan dari Tay dan kini penisnya seolah tak mau kalah kini tengah ia puaskan dengan gerakan mengurut dari tangan nya.

“Ahhh… Tay.. Hhh… Aku mau keluar..Hahhhh” ucap New saat merasakan penisnya akan mencapai puncak pelepasan pertama nya.

Tay mengangkat wajahnya dan beralih mengecup leher New lalu menjilat daun telinga kekasihnya tersebut “Samaa, lubang kamu ahhh.. Bareng.. Sebentar”

“Kak keluarin di dalem ya..Hhh..” New masih dengan menggoyangkan pinggulnya.

Tay menggeleng “Gak pake kondom, No.” “Aku keluarin di luar.”

New mempoutkan bibirnya “Aaa ahhh.. Yang aku keluar ahhh..”

Sesaat setelah New selesai mengucapkan kalimat nya Tay langsung kembali mencium bibir New dan mendorong penisnya dengan sekali hentakan ke lubang milik New lalu menariknya dengan sekali hentakan membuat New melepaskan cairan sperma nya tepat diatas perut milik Tay.

“Aaahhh Tayang..” ucap New ketika pelepasan nya dan menarik bibirnya dari ciuman panasnya.

Tay yang juga sudah merasakan penisnya berkedut dengan sigap mengocok penis miliknya sendiri lalu “Aahhhh….Fuck.”

Sperma nya menyembur dari batang penisnya, ini merupakan pelepasan nya yang kedua, Tay seolah berlari mengitari lapangan sebanyak puluhan kali dada nya berdegup dengan kencang nafasnya ikut menderu tubuhnya lemas karena kedua puncak pelepasan nya begitu banyak menghasilkan cairan sperma nya.

New yang masih berada di pangkuan Tay kini memeluk Tay dengan erat. “Makasihhh.. Kamu pasti capek banget ya?”

“Sama-sama sayang, aku juga makasih. Gak papa capek tapi aku seneng.” Tay ikut mengeratkan pelukan nya.

New melepaskan pelukan nya lalu mencium bibir tebal milik lelaki tan di hadapan nya, menyesap dengan perlahan dan begitu lembut menyalurkan rasa cinta yang membuncah di dalam dirinya.

Drrrttt~ ddrrrttt

Deringan ponsel kedua nya bersautan bergantian. Seolah tak peduli dengan panggilan tersebut keduanya masih sibuk dalam tautan bibir yang sedari tadi mereka lakukan, Tay yang membalas ciuman New kemudian tangan nya mengelus lembut pipi milik kekasihnya lalu melepas tautan nya.

“Nanti kita malah ronde dua Ay, coba Ay cek siapa yang telfon takutnya penting, itu nyala terus dari tadi.” ucap Tay.

New menggeleng “Paling Abang, percaya deh. Udah cuekin ajaaaa.”

New membalikan tubuhnya mengambil tissue yang berada diantara kursi depan memberikan nya kepada Tay. “Mending bersihin dulu itu kamu.” New menunjuk penis Tay yang masih penuh dengan ceceran sperma dengan wajahnya.

Bukan nya membersihkan milik nya dengan lembut Tay mengelap tubuh bagian bawah milik New terlebih dahulu mulai penis,paha hingga pantat sintal favorite nya. Lalu mengancingkan satu persatu kancing kemeja milik New. Setelah selesai menutup tubuh New yang kini penuh dengan warna kemerahan akibat hisapan mulut Tay, Tay mencium dahi kekasihnya “Sana kamu pindah duluan ke depan. Aku bersihin punya aku dulu, baru kita naik keatas.”

New mengangguk kemudian mencium kedua pipi milik Tay “Iya bentar aku pindah ke depan nih bapak Vihokratana.”

“Celana nya pake dulu Ay.” ucap Tay memerintah, New kemudian mengangkat tubuhnya dari pangkuan Tay wajahnya sedikit meringis ketika mengangkat pantatnya rasanya ada sedikit tak nyaman akibat permainan panas kedua nya tadi.

“Pantat nya sakit banget ya Ay?” New menggeleng kemudian memindahkan tubuhnya ke kursi samping pengemudi.

“Gak papa, sakit secuil doang.” sebari menarik celana nya yang tadi ia tanggalnya sampai ke betisnya.

Tay mengambil tissue di hadapan nya lalu mulai membersihkan cairan sperma milik diri nya dan juga milik New yang tercecer diperut, selangkangan hingga pangkal pahanya, kemudian menarik celana nya lalu berpindah ke kursi pengemudi samping New.

“Peng nelfonin sampe lima kali nih.” ujar Tay sesaat setelah duduk di kursi pengemudi dan melihat ponselnya.

“Tuhkan ngamuk ckck” kekeh Tay memperlihatkan room chat dirinya dengan Abang sang kekasih yang kini penuh dengan kalimat hujatan dari sahabat sekaligus calon kaka iparnya tersebut.

New sedikit membaca chat dari abangnya tersebut kemudian menggelengkan kepala nya “Ampun emang Jumpol anak Pak Adul mah” “Udah bales aja, toh kita udah ijin Bunda ini.” jawab New acuh tak acuh melihat perlakuan posesif abangnya tersebut.

“Nanti aku chat dia juga, udah yuk ah naik keatas, badan aku lengket pengen mandi.” “Tayang juga pasti capek banget kan? Yuk biar cepet istirahat.” mengajak kekasihnya.

Tay kemudian mengangguk dan mulai membereskan barang bawaan keduanya lalu berjalan keluar dari mobilnya yang malam ini menjadi saksi permainan panas antara kedua nya.

•oura•

Special for celebrate #Polca3rdAnniversary 💙💖💙💖💙💖💙💖

Sepuluh menit telah berlalu setelah chat terakhir dari New untuk Tay masih belum saja mendapat balasan.

“Tana ketiduran kali ya?” New akhirnya merebahkan tubuhnya di kasur berukuran queen size miliknya.

Mata nya memandang langit-langit kamar nya dengan tatapan kosong, entah mengapa beberapa waktu ini perasaan nya selalu di liputi dengan perasaan ketakutan tak jelas dan tak beralasan.

Perasaan “Kalau Tana suka sama yang lain gimana? Atau ketemu temen magang yang lebih bikin dia nyaman gimana? Atau Tana mutusin gue gimana?” perasaan-perasaan yang entah mengapa tiba-tiba datang menghantui New, bukan nya ia tak percaya kekasihnya tetapi mendengar beberapa pengalaman teman nya bahkan saudara nya mau tak mau membuat rasa takut tersebut hinggap juga ke hati New.

“Gak gak! Tana gak kaya gitu, kan tadi dia udah bilang sama lo Thitipoom kalo dia sayang nya cuman sama lo! Udah jangan overthinking gak jelas udaaaaaaaaaaah.” New mengusak wajahnya dengan kasar.

Tak berselang lama ponsel nya berdering menandakan ada nya panggilan masuk. Wajahnya menunjukan kebingungan setelah melihat nama yang tertampang di layar ponselnya.

“Halooo? Tana ketiduran yaa?” tanya New membuka obrolan.

“Hahhhhh? Bentar bentar Tana di bawah? Bentar aku kebawah ini.”

“Bukain pintu kamar kamu aja, saya udah masuk kok. Kamu tunggu di kamar aja.” jawab Tay di balik panggilan nya.

Tak berselang lama pintu kamar New pun di ketuk.

“Sebentar” New berjalan membuka pintu kamarnya.

Sesaat setelah membuka pintu kamarnya, New melihat sosok kekasih nya yang menampilkan senyuman termanis nya.

“Saya gak di suruh masuk?” tanya nya sebari tersenyum.

New menarik lengan kekasih nya tersebut. “Yaampun, sini masuk.”

Tay pun masuk lalu langsung duduk di ujung kasur milik kekasih nya tersebut “Sini.” Tay menepuk spot kosong di samping nya.

“Aku kira Tana tidur, chat aku gak di bales lagi.” “Kok malah tiba-tiba di sini sih? Besok kan Tana magang hari pertama.” ucap New yang kini duduk di samping Tay.

“Pacar saya lagi overthinking, pasti nanti semaleman gak bakal tidur soalnya mikir aneh-aneh. Jadi, saya mau nemenin dia aja biar malemnya gak di abisin sama overthinking gak jelas.” ucap Tay santai sebari melepas celana levis nya sehingga menyisakan celana pendek merk Bang Bang hitam di tubuhnya.

New hanya tersenyum mendengar penuturan kekasihnya tersebut, Tay memang titisan manusia setengah Elsa, tapi Tay selalu tahu bagaimana cara menghangatkan hati New.

“Pacarnya mau nya di peluk semaleman mas biar overthinking nya ilang.” New menimpali.

Tay kemudian tersenyum lalu membentangkan lengan nya “Sini.”

New langsung beringsut mendekatkan tubuhnya mendekap kekasihnya tersebut.

“Udah jangan mikir aneh-aneh, saya cuman magang.” “Kan saya udah bilang saya mau nya cuman kamu, jadi otak sama hati nya jangan di pake buat mikir yang aneh-aneh.” ucap Tay sebari mengecup lembut pucuk kepala milik New.

New tak menjawab hanya mengangguk dan makin mengeratkan pelukan nya. Seperti nya malam ini ia bisa tidur dengan nyenyak.

Tay membuka mata nya, kepala nya masih sedikit pening akibat minuman beralkohol yang semalam ia minum.

Kosong. Kasur di samping nya telah kosong,ah New nya pasti sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan pagi untuknya, ia harus bergegas dan meminta maaf kepada suaminya tersebut karena semalam ia pulang telat dan dengan keadaan yang sedikit berantakan.

Tay pun turun dari kasur nya dan mulai mencari keberadaan suami nya tersebut “Hiiiin..Hin sayaang.”

Saat Tay sampai di ruang makan nya ia melihat meja makan nya telah di penuhi dengan berbagai macam makanan, tak berselang lama New datang dari arah dapur dengan membawa segelas teh hangat.

“Hin, kamu mau kemana? Kok udah rapih?” Tay terheran-heran tak biasanya suami nya sudah berdandan rapih di pagi hari. Tapi New tidak memberikan jawaban ia hanya menyimpan teh hangat di hadapan Tay lalu berjalan kembali menuju dapur.

Tay yang tak kunjung mendapat jawaban akhirnya berjalan menghampiri New “Kamu mau kemana? Aku nanya bukan nya di jawab malah pergi gitu aja.”

“Keluar, cari angin.” jawab New singkat kemudian berjalan kembali meninggalkan Tay.

“Kemana? Sama siapa?” Tay menarik tangan New meminta jawaban.

New terdiam lalu melepaskan tangan Tay yang menahan tangan nya “Kemana aja.”

“Kamu kenapa sih? Kamu marah? Kamu lagi hamil Hin, jangan bikin aku khawatir.” ucap Tay.

New membalikan tubuhnya menatap Tay “Masih ada rasa khawatir?”

“Kamu kenapa sih? Ya aku khawatirlah kamu kan suami aku, lagi hamil anak aku pula, ya pasti khawatir lah?!” nada suara Tay sudah sedikit naik.

New berdecih “Gak usah berlagak khawatir Tay, kalau kamu khawatir kamu gak mungkin pulang lewat tengah malam dengan keadaan mabuk!”

“Hin, aku tau aku salah dengan pulang malem dan malah mabuk aku minta maaaf.” “Aku cuman butuh refreshing Hin, aku capek dengan tugas kampus ku yang numpuk di tambah kerjaan di kantor Ayah. Kamu ngerti dong Hin.” Tay memberikan alasan.

“Kamu enak cuman diem di rumah tanpa ngerjain apa-apa, aku tuh beneran stress butuh hiburan.” “Kamu jangan egois gitu dong Hin.”

New menyunggingkan senyum nya “Enak?? Kamu fikir aku enak diem doang di rumah? Kamu fikir aku juga gak stress diem aja? Kamu fikir aku gak jenuh?”

“Aku egois? Hahahaha, iya aku emang orang paling egois di dunia. Maaf ya kalau aku egois, kalau kamu gak suka yauda tinggalin aku aja.” New berjalan meninggalkan Tay, Tay kemudian menarik lengan New kembali.

“New Thitipoom! Kamu apaan sih kok jadi ngomong gak jelas kaya gitu?! Bisa gak sih aku tuh dapet ketenangan di Sabtu pagi?! Waktu aku udah habis buat kuliah dan kerjaan kantor, dan sekarang yang aku dapetin malah kamu yang marah-marah gak jelas cuman gara-gara perkara aku seneng-seneng sedikit?”

“Masa muda aku tuh udah ilang gara-gara aku harus kuliah sambil kerja cari duit buat kamu dan kamu yang cuman diem di rumah bukan nya kamu kasih aku kenyamanan di rumah malah bikin aku tambah stress tau gak?!” Tay berteriak sambil masih mencengkram lengan New.

Entah karena hormon kehamilan nya atau memang ucapan Tay benar-benar menyakiti hati New dengan tak sadar ia menitikan air matanya.

“Sekarang kamu nangis?! Hormon kehamilan? Aku harus ngertiin kamu dengan alasan hormon kehamilan sialan itu?! Cuman kamu yang boleh marah?! Aku gak boleh?!” Tay masih belum mau menurunkan suara nya.

New melepaskan cengkraman Tay dengan kasar “Kamu fikir masa muda aku gak terengut? Kamu fikir aku mau cuman diem di rumah?”

“Kamu fikir.. Kamu fikir aku gak mau kuliah kaya kamu?” lirih New dengan bergetar.

“Omongan kamu nyakitin terus ya Tay..”

New mengambil Tas nya yang memang sudah ia siapkan lalu berjalan dengan cepat meninggalkan Tay, sebelum ia meninggalkan ruangan makan tersebut New sempat berbalik menatap Tay “Coba kalau kamu bisa rasain hormon kehamilan sialan itu, coba kamu yang ada di posisi aku.” kemudian berjalan keluar dari rumah tersebut meninggalkan Tay yang masih diam membeku di tempatnya.

“Arggghhhh sial!!” Tay mengusak kepala nya kasar.

Tay pun memilih masuk ke kamar nya membantingkan tubuhnya di kasur dengan kasar. “Sumpah tolol Tawaan, bego!!”

Beberapa detik kemudian ia bangun dari tidur nya mencari ponsel nya, ia harus menghubungi Hin nya.

Saat ia mencari-cari ponsel nya ia tertegun menatap amplop coklat yang Tay yakini merupakan amplop dari rumah sakit tempat dokter kandungan yang menangani kehamilan New.

“Shit! harusnya kemaren gue anter New check up!” Tay baru ingat kemarin ia sudah berjanji akan mengantar New tapi ia benar-benar lupa.

Saat membuka amplop coklat tersebut Tay hanya menatap bingung dengan istilah-istilah yang tertulis di kertas tersebut.

“Tawan bodoh.”