pandaloura

Langit yang telah berubah menjadi gelap membuat New akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar tenda glamping nya, sebari menunggu kekasihnya datang ia pun berinisiatif untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, apalagi setelah obrolan dengan Tay mengenai izin untuk 'bermain' malam ini.

“Bersih-bersih dulu deh gue, biar entar malem enak yekaaaaaaan.” ucapnya kepada diri sendiri.

“Kenapa otak gue jadi kotor begini ya Tuhaaan, tapi ya gimana enaaaaaaaaak.” kemudian New pun menghentak-hetakan kaki nya dan menutup wajah nya seolah malu dengan apa yang baru saja iya ucapkan.

“Udah mandi ya lu Thitipoom, mandiiiiii.” kemudian ia pun berjalan mengambil handuk dan bergegas menuju kamar mandi.

Kurang lebih lima belas menit New membersihkan tubuhnya, saat keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan bathrobe dan jelana pendek ia pun melihat sekitar kamarnya, masih belum ada tanda-tanda kekasih nya telah datang.

Ia pun kembali berjalan menuju kamar mandi untuk mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer

Tak berselang lama ia mendengar pintu kamarnya di ketuk dari luar. “Room service..”

New pun dengan segera mematikan hair dryer nya dan membuka kan pintu kamar nya. “Eh maaf mas, silahkan di bawa masuk aja ya..” ucapnya mempersilahkan seorang pegawai yang membawa trolley berisi makanan yang tadi ia pesan untuk makan malam.

Sebari menunggu pegawai tersebut menata makanan nya di ruang tamu New berjalan menuju tas nya untuk mengambil beberapa lembar uang dua puluh ribuan untuk di berikan sebagai 'tip' untuk pegawai tersebut.

“Pesanan nya sudah lengkap ya mas?” ucap pegawai tersebut pada New dan di balas anggukan olehnya.

“Ini ya mas, makasih.” New memberikan uang yang telah ia siapkan kepada pegawai tersebut dan pegawai tersebut pun undur diri dari kamar nya sebari terus mengucap terimakasih.

Saat ia mengantar kepergian pegawai tersebut ia melihat Tay yang datang dengan membawa dua kantung besar belanjaan menghampiri diri nya.

“Wihh banyak banget, sini aku bantuin.” ucap New.

Bukan nya menerima bantuan dari New, Tay malah menatap New dengan tajam “Masuk.”

New yang kebingungan hanya mengikuti Tay yang sudah terlebih dahulu masuk ke kamar nya.

“Kenapa yang?” tanya New sebari menutup pintu kamar kedua nya.

Tay masih diam dan lebih memilih membereskan belanjaan nya dan memasukan es krim pesanan New kedalam kulkas.

New kemudian mendekatkan dirinya ke kekasih nya “Kamu kenapa deh? Kesambet demit Ciwidey? Diem aja.” “Tanaaaaa....” “Ih Tana kenapa sihh?”

Tay menarik nafasnya kasar “Pakai baju kamu yang benar.”

Setelah mendengar ucapan Tay, New langsung memandang tubuhnya dari atas hingga bawah *ah iya lupa, saat ini tubuhnya hanya di tutupi bathrobe dan juga celana pendek. Bahkan saat ini dada nya terekspos karena ikatan bathrobe nya yang telah mengendur.

Pantas saja muka Tay sangat masam, here we go again..

Tay Posesif Tawan...

New pun bergegas menuju lemari pakaian nya mengambil piyama lalu kemudian dengan cepat memakai nya.

“Aku lupa, tadi abis mandi terus lagi ngeringin rambut.” “Lagian kan tadi mas-mas gak suka laki kaliii, gak usah di cemburuin kali yang.” New di sela-sela memakai piayama nya.

Tay masih memilih diam dan malah bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

New pun hanya bisa menggelengkan kepala nya, memang sifat posesif kekasihnya itu tak ada obat.

New pun memeriksa beberapa cemilan yang di baru saja di belikan oleh kekasihnya tersebut lalu iya tata dengan rapih di nakas samping kulkas yang telah di sediakan oleh pihak glamping.

Lalu New berjalan menuju lemari pakaian untuk menyiapkan baju yang akan di pakai oleh Tay. “Kagak bisa gitu ye kalo mau ngewe ya ngewe aja gitu, ini pastiiii aja ada drama berantem nya dulu lah atau diem-dieman dulu lah, kagak bisa gitu ya romantis-romantisan duluu baru ngewe kan enakkk.” oceh New kepada diri nya sendiri sebari diri nya menyiapkan baju untuk kekasihnya.

“Kamu ngomong sama siapa?” tiba-tiba suara Tay menginterupsi New.

“Sama lemari, soalnya dari tadi juga ngajak ngobrol orang gak di respon, yaudah ngobrol sama lemari aja.” jawab New asal.

New pun menyodorkan baju piyama milik kekasihnya “Nih baju kamu, makanan juga udah dateng. Abis pake baju langsung makan, nanti keburu dingin.” Kemudian berjalan meninggalkan Tay dan menuju ruangan tamu untuk menyantap makan malamnya.

Tay memakai baju nya dalam diam. Kenapa jadi dia yang marah, harusnya kan saya yang marah. Fikirnya dalam hati.

New yang kini tengah menyantap makanan nya tak merespon ketika Tay datang menghampiri nya.

“Kok duduk nya malah di bawah gini?” Tay yang kini ikut duduk di samping New.

“Gerah.” jawab New tanpa menoleh.

“Kok jadi kamu yang marah sama saya sih?”

“Siapa yang marah? B aja.”

“Itu kamu gamau noleh ke arah saya, muka kamu ketus lagi.”

“Ya aku tadi nanya aja gak kamu jawab, ya berarti kamu lagi gak mau ngomong sama aku dong. Yaudah sekalian aja aku gak usah noleh liat muka kamu.” jawab New santai sebari terus menyuapkan sup hangatnya.

Tay dengan lembut membalik tubuh New agar berhadapan dengan diri nya “Maaf.” “Saya gak bisa kontrol emosi saya, maaaf.”

“Lagian Tana tuh jelek banget sih cemburu nya, ya masa sama mas-mas yang udah tua? Lagian aku kan cowok, ya mungkin aja kan mas nya gak suka cowok? Duh, tau deh.”

“Aku males debat deh ya, males berantem juga.”

New kembali fokus ke mangkuk sup nya.

Tay memang harus mulai mengontrol emosi nya yang selalu menggebu-gebu apabila mengenai kekasihnya, jangan sampai hal-hal seperti ini, malah membuat suasana dengan New menjadi canggung bahkan membuat New menjadi kesal.

“Maaf.” ucap Tay lirih.

“Gak usah minta maaf, tuh Tana makan nanti keburu dingin.” New menanggapi.

“Liat saya dulu Poom.”

Dengan malas ia meletakan mangkuk sup nya di meja lalu mengubah duduknya kini berhadapan dengan Tay “Apa?”

“Maaf, saya cuman gak suka ada yang lihat tubuh kamu selain saya.”

New menarik nafasnya kasar “Iya.”

“Tuhkan kamu masih marah. Maafin saya” ucap Tay dengan lesu.

Rasa kesalnya seolah hilang setelah melihat wajah Tay yang sendu sebari mengucap maaf.

“Kurangin dikit-dikit Tana, aku suka liat sisi Tana yang posesif kaya gini artinya Tana sayang sama aku. Tapi, kalau Tana tiba-tiba diem kaya tadi terus gak kasih aku jawaban ya aku juga jadi nya bingung terus jadinya kesel sendiri.” jelas New.

“Maaf.” lirih Tay kembali.

“Udah ah, harusnya malem ini tuh romantis-romantisan. Udah jangan di bahas lagi. Maaafin aku juga yaa.” New mengecup bibir Tay dengan singkat.

“Tuh udah aku cium, aku udah gak marah.” “Sekarang Tana cepet deh makan makanan nya nanti keburu dingin.”

Tay pun mengangguk dan mulai memakan makanan nya.

“Poom..?”

“Yaaa?”

“Habis ini mau minum wine sambil berendam di yacuzi??” tanya Tay.

New menatap kekasih nya, ia yakin agenda berendam nya malam ini tidak hanya akan di isi dengan berendam.

“Ayokk.” jawab New dengan tersenyum.

Saat ini New sedang memasukan beberapa Bath Bomb yang memang sengaja ia bawa ke dalam yacuzi yang berisi air hangat.

“Kenapa belum masuk?” tanya Tay sebari membawa sebotol wine lengkap dengan gelasnya, fyi Tay kini hanya memakai bathrobe untuk menutupi tubuhnya.

New menoleh ke arah kekasih nya “Kok Tana udah lepas baju aja sih?”

“Tadi bathrobe kamu masih di depan yasudah sekalian saja saya lepas baju saya, sini saya bukain baju kamu.”

Seolah mendengar sihir New bangun dari duduknya mendekat ke arah Tay “Tana udah lepas semua nya gitu?”

Tay mengangguk sebari mulai melepas kancing piyama New satu persatu.

Saat Tay akan melepas celana New, New menahan nya. “Sini lepas dulu bathrobe nya. Tana masuk duluan gih, nanti basah bathrobe nya.”

New melonggarkan ikatan bathrobe kekasih nya, dan melepas dengan perlahan sehingga kini Tay telah bertelanjang tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya.

“Sexy..” bisik New tepat di depan telinga Tay.

Mendengar bisikan New membuat darah di dalam tubuh Tay seolah bergejolak panas, Tay menatap mata New dengan begitu intens memandangi tubuh New yang telah bertelanjang dada dari atas hingga ujung kaki nya “Kamu juga sexy Poom, sangat.”

Tay meraih tengkuk leher New dan di satukan lah bibir New dengan bibir miliknya, bibir New yang kini telah menjadi candu untuk nya, di gigitnya perlahan sehingga membuka akses untuk lidah Tay mengabsen gigi putih milik New.

“Mmmhh..” lenguh New yang kini telah melingkarkan lengan nya ke leher milik kekasihnya.

Pagutan mereka bertahan cukup lama, seolah keduanya benar-benar merasa candu akan bibir pasangan masing-masing dan akhirnya si lelaki dominan yang sedari tadi memimpin ciuman panas tersebut melepas pagutan nya dan menghentikan permainan.

“Ayok berendam..” ajak Tay kepada New.

“Yauda Tana masuk duluan, aku lepas celana aku dulu.”

Tay pun mengikuti perintah New dan mulai memasukan tubuhnya ke dalam yacuzi yang berisi air hangat dan juga busa-busa yang berasal dari bath bomb, tak berselang lama New yang kini telah bertelanjang pun menyusul Tay masuk kedalam yacuzi tersebut.

New pun dengan otomatis menyadarkan tubuhnya ke tubuh Tay sehingga punggung mulus New kini telah saling menyatu dengan dada bidang milik Tay.

“Nih wine nya” Tay menyodorkan sebuah gelas berisi setengah wine kepada New.

“Thank you..”

Tay mengecup pucuk kepala New “sama-sama sayang.”

Kedua nya pun mulai menyesap wine tersebut.

“Tana...”

“Yaa..”

“Tana kan semester depan udah mulai mau nyusun skripsi terus sidang, abis itu lulus kan?” New membuka pembicaraan. “Abis lulus Tana mau ngapain? Cari kerja apa bantuin Ayah ngelola pabrik?”

“Sini gelas kamu, saya simpen dulu.” Tay menyimpan gelas wine miliknya dan juga New di samping yacuzi.

“Kaya nya saya bakal langsung bantuin ayah sih Poom, ayah kan udah bukan di usia muda lagi terus Mbak Muk kan passion nya gak di bisnis apalagi Sasin masih muda banget ya pasti mau gak mau harus saya yang maju.” jelas Tay kepada New.

“Tapi Tana happy gak? Maksudnya apa Tana ngelakuin itu karena ya mau gimana lagi atau emang karena ya itu salah satu passion Tana?”

Tay melingkarkan lengan nya ke perut milik New “Jujur ya Poom, awal-awal kuliah saya masih bingung passion saya apa. Sampai akhirnya Peng, Arm dan Alice memilih jurusan Management Bisnis karena memang keluarga kita semua memiliki bisnis jadi ya saya juga ikut-ikutan saja. Tapi setelah saya kuliah mempelajari banyak hal tentang bisnis ternyata tidak buruk kok, saya suka.”

“Jadi kalau di tanya saya happy atau tidak jawaban nya adalah saya happy Poom.”

New mengangguk tanda mengerti “Tana punya mimpi gak? Atau cita-cita yang pengen Tana raih?”

“Jujur dulu saya tergila-gila sekali dengan luar angkasa, bahkan dari SD sampai dengan SMP cita-cita saya tidak pernah berubah. Saya mau jadi astronot.” Kekeh Tay ketika mengingat masa kecilnya dulu.

“Tapi ketika saya memasuki SMA dan bertemu dengan sahabat-sahabat saya minat saya kepada luar angkasa berkurang dan seperti yang saya bilang saya sempat bingung saya tuh mau jadi apa?”

“Tapi sekarang mimpi saya sudah gak mau muluk-muluk Poom, saya cuman mau jadi pengusaha yang sukses lalu punya keluarga yang harmonis, anak-anak yang sehat. Itu saja mimpi saya saat ini.”

Mendengar mimpi yang ingin Tay raih ada sedikit kekhawatiran dalam diri New, Tay ingin memiliki keluarga dan anak dan tentu nya pasti anak yang merupakan darah dagingnya.

New tahu, ia tidak bisa memberikan itu.

“Kenapa diem?”

New kembali tersadar “Gapapa Tanaaa, aku harap Tana bisa raih mimpi Tana yaa? Aku pasti dukung.”

“Kamu adalah salah satu mimpi saya Poom.” ucap Tay serius.

New hanya diam tak merespon ucapan Tay, sehingga membuat Tay membalikan tubuh kekasihnya tersebut menghadap kepada diri nya.

“Poom? Saya bilang kamu adalah salah satu mimpi saya, rencana masa depan saya” ucapanya lembut.

New menatap Tay dengan mata berkaca-kaca “tapi aku gak bisa ngasih yang Tana mau, aku gak bisa kasih anak biologis buat Tana.” lirihnya.

Tay mengusap pipi New dengan lembut “Sayang, zaman sudah serba canggih banyak cara yang bisa kita tempuh untuk memiliki anak. Kita bisa surogasi, atau bahkan kita bisa adopsi.”

“Tapi kalau pun adopsi itu kan bukan darah daging Tana.” lirih New sebari menundukan wajahnya.

Tay mengangkat wajah New “Saya gak masalah, selama sisa hidup saya di habiskan bersama kamu saya gak masalah punya anak bukan berasal dari darah daging saya.”

“Yang penting saya sama kamu, kita berdua sama-sama.”

“Poom dengerin saya, saya gak pernah bosan untuk bilang saya gak bisa janjiin apa-apa untuk masa depan kita, tapi yang bisa janjiin saat ini adalah saya hanya mau sama kamu.”

“Tay Tawan hanya mau New Thitipoom” ucapnya dengan penuh penekanan.

New melingkarkan tangan nya ke leher Tay, mengecup bibir nya dengan begitu lembut. “Makasih Tana, aku juga gak bisa janjiin apa-apa sama Tana. Tapi yang pasti aku juga sama kaya Tana.”

“New Thitipoom mau nya cuman sama Tay Tawan Vihokratana.” senyumnya.

“Aku boleh tanya sesuatu sama Tana?”

Tay mengangguk.

“Tana kenapa bisa sayang sama aku? Atau hal yang bisa bikin Tay cinta sama aku, eh Tana cinta kan sama aku?”

Tay merapikan poni New yang kini sedikit basah karena terkena air lalu tersenyum “Saya jatuh cinta sama kamu, jatuh nya terlalu dalam malah.”

“Hmm, tapi kenapa ya sama bisa sayang sama kamu? Padahal dulu kamu tuh annoying banget, saya sampe stress di deketin kamu sebegitu nya.” kekeh Tay mengenang masa-masa dimana New dengan gencar nya mendekati diri nya.

“Jujur, awalnya saya hanya terpaksa menerima kamu.” belum selesai Tay berbicara New sudah menunjukan wajah yang sendu.

“Dengerin saya dulu, jangan langsung sedih gitu dong.” ucap Tay sebari mengelus lembut surai milik New.

“Tapi lama-lama ketika saya bersama kamu, saya tau kalau kamu itu adalah orang yang tulus, kamu perhatian, kamu selalu memandang dunia dengan positif, kamu punya sesuatu yang bisa membuat siapapun yang berada di dekat kamu merasa nyaman.”

“Saya nyaman berada di sisi kamu, entah sejak kapan rasa nyaman itu berubah menjadi rasa sayang, rasa ingin melindungi, rasa ingin memiliki.”

“Makin lama rasa itu semakin dalam Poom, ternyata saya telah jatuh cinta sama kamu Poom.”

Tanpa terasa mata New meneteskan airmata bahagia nya, entah mengapa ucapan Tay begitu menenangkan hati nya.

“Makasih Tanaaaa..”

Tay menghapus airmata yang turun di pipi New “Jangan nangis.”

“Air mata bahagia tau ini tuh.” kekeh New yang ikut menghapus air mata nya.

“Ah ada satu lagi alasan saya bisa tergila-gila sama kamu Poom.”

“Apa?”

Tay menarik tubuh New mendekat kearahnya “Kamu jago banget muasin saya.” bisik Tay tepat di hadapan telinga New.

New pun dengan cepat melepas tubuhnya mundur dari dekapan Tay “Tana apasih ih.”

Tay hanya terkekeh “Kamu masih malu-malu ya sama saya? Padahal sekarang kamu sedang telanjang di hadapan saya, dan saya sudah liat setiap detail dari tubuh kamu.”

“Nyebelin!” New membalikan tubuhnya, kini kedua nya sudah kembali ke posisi semula. New menyandarkan punggung nya di dada bidang milik Tay.

“Tapi saya serius kamu memang sejago itu Poom.” ucap Tay lagi.

“Gombal gembel..” balas New dengan malas.

“Tapi Poom, saya mau tanya boleh?”

New menarik lengan Tay agar tetap berada di perutnya, memeluknya. “Tanya apa?”

“Sejauh ini kan kita sudah dua kali berhubungan seks, kamu keberatan gak saya yang selalu memimpin, yang selalu jadi pihak yang dominan?” Tanya Tay serius.

New menggelengkan kepalanya “Gak, aku suka kok.”

“Kalau kamu mau switch saya bersedia kok.”

New menggelengkan kepala nya lebih kencang “No no nooo!!” “Gak, kaya gini aja.”

“Kamu yakin?” Tay meyakinkan.

“Iya sayang, aku gak pernah kefikiran buat switch dan kayanya gamau juga deh. Aneh.” kekeh New.

“Yasudah, next kalau kamu berubah fikiran dan mau coba jangan ragu untuk komunikasikan ke saya ya?” Tay mengelus kepala New dengan lembut.

New mengdongakkan kepala nya menghadap ke Tay “Iya sayang, makasih ya udah tanya.”

Dengan cepat Tay menangkup wajah New lalu mencium bibirnya sedangkan tangan nya mulai berkeliaran mengelus perut New dengan pelan kemudian tangan nya perlahan naik mengelus pucuk dada New memilin nipple milik sang kekasih.

“Mmmmhhh..” lenguh New.

Bibir Tay beralih dari bibir New dan berpindah mengecup dan menjilati telinga New.

“Geli Tanaaaa.” ucap New dengan nada manja.

Tanpa menghiraukan kekasih nya Tay tetap fokus mencium dan menjilati mulai dari telinga hingga leher milik kekasihnya. Tak lupa tangan nya masih saja bermain dengan nipple milik New.

New yang merasa birahi nya sudah mulai naik mulai ikut dalam permainan tangan nya mengelus paha milik Tay yang melingkar di pinggulnya.

Tangan kanan Tay mulai turun mengarah ke pusat tubuh New meraih penis milik New dan Tay memberikan gerakan pijatan keatas dan kebawah tanpa melepas ciuman nya di leher sang kekasih.

“Aaaah Tanaaa..” desah New saat Tay dengan lihai mempermainkan miliknya.

Tangan kanan New yang tadinya mengelus paha sang kekasih kini telah terangkat menarik-narik rambut Tay.

Kocokan Tay semakin cepat di bawah sana, membuat New semakin kewalahan karena merasakan nikmat.

“Aaahhh Tanaaaa, aku...Mmmmhhh ke..luar.... Ahhhhh..” desah New berbarengan dengan pelepasan nya yang pertama.

Seusai menenangkan diri nya New membalikan tubuhnya menghadap Tay “Kalau mau lanjut jangan disini yang, susaaah.”

Tay tersenyum “Ayok ke kamar, tapi bilas dulu yaaa?” kemudian mengajak New berdiri berjalan menuju shower box untuk membilas tubuh kedua nya.

Tay menyalakan shower sehingga membasahi tubuh keduanya, kemudian tangan kekar Tay kembali memeluk tubuh New yang berada di hadapan nya, memilin puting New kembali dengan gemasnya.

“Tanaaaaa mmmmhhh.”

Masih di bawah guyuran air yang berasal dari shower kini tangan New mulai tak mau diam, ketika Tay masih dengan gemasnya memainkan puting milik New, dengan cepat tangan New meraih penis milik Tay yang sudah tegang, dikocoknya dengan perlahan.

Seolah tak puas, New membalikan tubuhnya menghadap ke Tay lalu kemudian mencium bibir nya turun ke lehernya lalu turun kembali menciumi dada milik Tay dan berakhir tepat di hadapan penis milik kekasihnya tersebut.

Tanpa menunggu lama, New kemudian memasukan penis Tay yang sudah menegang dengan sempurna masuk ke dalam mulutnya.

New memaju mundurkan kepala nya sebari melahap penis milik kekasihnya tersebut kedalam mulutnya yang sudah sangat basah.

Tay mematikan aliran air dari shower lalu memegang kran dengan kuat, tubuhnya menegang mata nya sesekali terbuka lalu terpejam merasakan kenikmatan yang diberikan oleh New ke penis miliknya.

New yang melihat Tay menampilkan ekspresi kenikmatan semakin mendorong milik Tay masuk sehingga mendorong dinding tenggorokan nya.

“Aaaakhhh... Pooom..” desah Tay tak kuasa saat merasakan kenikmatan.

Tangan Tay ikut mendorong kepala New yang membuat tempo hisapan New semakin cepat yang membuat penis milik Tay berkedut hebat dan bersiap melepaskan cum nya.

“Aaahhhh... Poom.. Saya ke..luar..” Tak lama dengan cepat Tay mendorong kepala New menjauh dari miliknya sehingga New melepaskan kuluman nya.

“Jangan di telan.” ucap Tay sebari menarik New untuk berdiri.

New mengangguk tanda mengerti “Pegeeeel” ucap New manja menunjuk rahangnya yang kebas karena permainan blowjob yang ia berikan kepada Tay.

“Yauda sini saya cium dulu biar gak pegel.” Tay hanya terkekeh lalu mengecup dahi dan kedua sisi rahang kekasih nya.

Tay dan New kemudian membersihkan sedikit tubuhnya yang terkena tumpahan cum yang tadi keluar akibat pelepasan Tay, kemudian Tay mengambil handuk untuk mengeringkan tubuh kedua nya.

“Sini keringin dulu rambutnya.” New menuntun Tay ke wastafel lalu menyalakan hair dryer dan mulai mengeringkan kepala kekasihnya.

“Padahal tadi kita udah mandi ya? Sekarang mandi lagi, nanti abis 'main' harus mandi lagi.” kekeh Tay.

“Yauda gapapa jarang-jarang ini mandi sehari empat kali” kekeh New. “Nah udah, sana gih masuk kamar duluan. Aku mau keringin rambut dulu, nanti aku nyusul.” titah New kepada Tay.

Bukan nya masuk Tay malah melingkarkan lengan nya di perut New “Gak mauuu, saya mau tungguin disini.”

“Susah ih aku ngeringin nya Tanaaa.”

Tay melepas pelukan nya kemudian menarik hair dryer yang ada di tangan New “Sini sama saya saja.”

Tay pun mulai mengusak pucuk kepala New dengan lembut mengarahkan hair dryer tersebut ke segala sisi kepala sang kekasih.

“Sudah kering.” ucap Tay mematikan daya hair dryer

New membalikan tubuhnya lalu mengecup bibir Tay singkat “Makasih, kekamar yuuu.”

Tay mengangguk kemudian mengikuti New untuk masuk ke kamar kedua nya, lalu kemudian kedua nya naik ke kasur sebari melepaskan lilitan handuk yang sedari tadi menutupi bagian tubuh bawahnya.

Kedua nya kini berbaring dengan nyaman di balut dengan selimut tebal. Tay mengubah posisi tidur nya menjadi tengkurap menatap New yang sedang berbaring, kemudian jari-jari nya mulai menyusuri wajah New dengan lembut.

“Kamu indah Poom..” ucap Tay sebari sambil memainkan jari nya di wajah New.

Tanpa berbasa-basi New langsung mengulum jari tangan Tay yang sedari tadi menyusuri wajahnya, mata New menatap mata hitam Tay dengan hasrat yang membara. New menciumi jemari Tay dengan lembut, di kulum nya dengan tatapan menggoda sehingga membuat hasrat yang ada di diri Tay tiba-tiba membara.

Tak kuasa menahan hasrat nya dengan cepat Tay menyapukan lidahnya di permukaan bibir ranum milik New, kemudian mendesakkan lidahnya bermain dengan liar ke rongga mulut New.

New yang sudah terlatih dengan cepat ikut mengimbangi permainan panas bibir kekasihnya tersebut sebari tangannya yang sudah terbiasa langsung menarik dan mengusak rambut sang lelaki dominan mengantarkan hasrat yang ia rasakan.

Tay memindahkan lengan kanan yang tadi nya ia gunakan untuk menopang berat tubuhnya ke bagian bawah tubuh kekasihnya, pagutan panas nya ia hentikan sejenak lalu ia memasukan dua jari nya kedalam mulutnya melumuri kedua jari itu penuh dengan saliva nya, ia tak tahan ia ingin mempersiapkan lubang kekasihnya dengan cepat.

“Tanaa...” suara New sudah sangat berat terbalut dengan nafsu yang membara. “Tadi pas mandi aku udah fingering sendiri.” ucapnya dengan sedikit tersipu.

Tay hanya tersenyum lalu mulai mengelus gundukan sintal milik kekasihnya “Tetep saja, saya harus preparing kamu yang, sebentar.” Kemudian mulai memasukan kedua jari nya yang sudah basah oleh air liurnya masuk ke lubang sempit milik New.

“Aaaarghhh....Mmmhhhh..mmmhh.” desah New ketika dua jari milik Tay memasuki lubang nya. Sebelah lengan nya melingkar ke leher Tay dan menarik wajah Tay dan mencium bibir sang kekasih dengan begitu rakus nya.

Tay memasukan kembali jari ketiga nya untuk mempelebar jalan masuk penis nya di lubang sempit milik New, ia masuk dan keluarkan jari nya secara perlahan membuat gerakan mengguting yang membuat New yang masih belum terbiasa meringis sampai saat ringisan itu berubah menjadi sebuah desahan yang lolos dari bibir ranum milik New. “Tanaaa...Mmmhh Ahhhh..wa.it...Mmmmhh..”

Mendengar desahan yang tak henti-henti nya dari mulut New, Tay tak kuasa menahan nafsu nya lagi. Ia ingin merasakan kehangatan di lubang milik kekasihnya. Ia rindu pijatan lubang New kepada adik kecilnya, ia ingin segera di puaskan.

Dengan cepat ia bangun dari pergulatan nya menuju nakas samping kasurnya mengambil sebungkus kondom yang memang sengaja ia simpan di samping kasurnya agar memudahkan nya, lalu membuka bungkus nya dengan cepat kemudian sedikit mengocok penisnya yang memang sudah sangat tegang tanpa melepas pandangan nya ke kekasihnya yang sedang terbaring dengan wajah yang sama-sama sangat kacau menahan nafsu yang ada di tubuhnya.

Setelah melepaskan kondom dari bungkusnya Tay langsung membungkus penis nya dan mengambil lubricant gel dan melumuri penisnya dengan gel tersebut.

“Saya masuk ya Poom.” ucap Tay sebari mengukung tubuh New di bawahnya.

New hanya dapat mengangguk lemah “Pelan-pelan.”

Tay menghentakan penisnya masuk sekaligus memasuki lubang New.

“Aaaaahhhhh, Tana sakitttt.” teriak New sebari tangan nya meremas sprei di sampingnya.

“Maaf yang, sebentar yaaa. Tahan sebentar.” ucap Tana menenangkan. “Let's me kiss you..”

Kedua nya kembali mempertemukan bibirnya, memainkan lidah nya kembali. Saat di rasa New sudah mulai terbiasa dengan penis yang ada di lubangnya, Tay dengan perlahan Tay mulai menggerakan pinggulnya cengkraman lubang New memang selalu menjadi candu bagi Tay. Kenikmatan yang di berikan oleh lubang sempit New memang selalu bisa membuat Tay mau lagi dan lagi.

Hentakan penis Tay di lubang New membuat nafas New terengah-engah, wajahnya yang kacau akibat menahan kenikmatan seribu kali lipat membuatnya tampak lebih indah bagi Tay. Sial, desahan yang keluar dari mulut New membuat nafsu Tay semakin naik, membuat Tay menambahkan kecepatan gerakan nya dalam menggempur lubang milik New.

“Ahhhhh, Pooom.. Ahh.....” Tay tak kuasa menahan desahan kenikmatan nya.

Ranjang yang mereka tempati berderit mengikuti gerakan panas dari permainan kedua nya, New kewalahan saat penis Tay menumbuk pusat kenikmatan yang berada di lubangnya. Ia mengigit bibir bawahnya menahan desahan yang lebih gila yang mungkin akan keluar dari mulutnya. Ini gila!

“Jangan di tahan sayang, saya mau denger suara kamu..” ucap Tay tanpa mengendurkan permainan nya.

Ahhhhhh Fuck, Tawan shit!!!!! Aaaaaahhhhhh...” akhirnya desahan New keluar juga dari mulutnya, gerakan Tay yang semakin menggila, rasa nikmat saat penis Tay menyentuh titik nikmat nya tidak dapat ia utarakan dengan kata-kata, begitu nikmat dan juga candu.

“Yang kamu boleh nungging?” tanya Tay di sela-sela gempuran nya, New seolah tak punya tenaga untuk menjawab pertanyaan dari Tay langsung bangkit dari tidur nya lalu mulai memposisikan tubuhnya untuk menungging sesuai dengan permintaan sang kekasih.

Lubang New sekarang sudah terekspos dengan jelas tepat di hadapan Tay. “Ngeliatin nya jangan gitu amat dong Tana, aku maluuu.” ucap New yang sadar tak ada pergerakan apapun dari kekasihnya.

“Saya masuk lagi ya Poom.” izin Tay sebelum kembali memasuki lubang New kemudian mencium bahu mulus milik kekasihnya.

“Aaaahhhh.. Poom jangan di sempitin aaaaahhh.” racau Tay saat penisnya masuk kembali dengan sempurna.

Di posisi ini New bisa merasakan bagaimana penis Tay memenuhi lubangnya, New benar-benar merasa terpenuhi oleh milik Tay. New suka, seperti nya ini akan menjadi posisi favorite nya. “Mmmmhhhh.... Tanaaaa... ahhhhh..”

Tay kembali mempercepat pergerakan penis nya di lubang New, mencengkram pinggul New dengan keras membuat gerakan menumbuk titik nikmat nya secara terus menerus dan terasa begitu dalam, New benar-benar kewalahan dengan kenikmatan yang di hasilkan.

Tangan Kanan New menopang berat tubuhnya sedangkan kiri nya ia arahkan kearah penis miliknya, ia kocok sesuai irama mengikuti gerakan Tay yang masih dengan buasnya menghajar lubang miliknya. “Tanaaa. Ahhhhh...Ahhkkk.. Aku keluarrrr yaa..” racau New

Mendengar racauan dari kekasih nya Tay semakin mempercepat pergerakan nya, agar bisa mengejar pelepasan New.

“Aaahhhh Tanaaa.. Ahhhhh...” penis New yang ukuran nya tak sebesar milik Tay akhirnya menyemburkan sperma nya mengotori tangan New dan juga sprei.

“Poom.. Aghhhh ughhh..” ucap Tay yang semakin mencengkram pinggul milik New semakin menancapkan miliknya dalam dan begitu kuat.

“Aaaaaahhhhhh...” Erangan yang keluar dari mulut Tay menandakan diri nya juga telah sampai di pelepasan nya. Tay membiarkan miliknya masih terbenam di dalam lubang New, kemudian ia mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.

Tay meremas sebentar bokong sintal milik New yang bagi nya sangat sexy kemudian dengan perlahan melepaskan penyatuan kedua nya.

New yang sudah kehabisan tenaga hanya bisa tersungkur lemah di atas kasur, kemudian dengan perlahan Tay mengangkat tubuh New dan memposisikan tubuh New agar bisa berbaring. Lalu, ia melepas kondom yang sudah di penuhi oleh sperma miliknya mengikatnya lalu melemparnya ke arah tong sampah dekat kasurnya.

Lalu kembali ikut berbaring di samping New, mendekap tubuh kekasih nya yang kehabisan tenaga setelah ia gempur tanpa ampun sedari tadi.

“Capek yaa?” New hanya mengangguk dan membalikan tubuhnya sehingga sekarang kepalanya berada di perpotongan leher Tay.

“Posisi tadi enak gak? Kamu suka gak?” tanya Tay.

New mengeratkan pelukan nya lalu mengangguk tanda menyetujui “Aku suka..” jawabnya malu-malu.

Tay kemudian tersenyum mendengar jawaban dari New, mencium kening sang kekasih lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh kedua nya “Yaudah kamu tidur, nanti saya lap badan kamu.”

“Tanaa...”

“Yaaaa?”

“Hmm..Aku mau cobain di atas boleh?” ucap New malu-malu.

Tay melepas dekapan nya agar ia bisa melihat wajah kekasih nya tersebut “Katanya sayang capek?”

“Penasaran.” “Boleeeh gak?”

Peluk

“Kamu chat dengan siapa sih?” tanya Tay sebari membuka koper nya. “Saya perhatikan sedari tadi di mobil kamu fokus terus ke handphone kamu.” nada suaranya memang datar tapi New bisa merasakan kekesalan Tay.

“Eh maaf, maaaf.” New segera menyimpan ponsel nya “Aku chat Kit sama Gun kok, tadi mereka minta kirim pap kamar glamping nya.” kemudian New bergabung mendekati Tay sebari mendorong koper berukuran kecil miliknya.

“Mmmmh.” gumam Tay.

“Sini aku aja yang beresin, Tana mau ambil apa? Sini biar aku aja yang ambilin.” New memberikan tawaran kepada Tay.

“Gak usah.” jawab Tay dingin.

“Tana ih, masa ngambek?”

“Saya gak ngambek, saya bisa sendiri bukan nya ngambek.” jawabnya.

“Itu jawab nya ketus gitu,maafin.” “Aku beneran chat sama Gun Kit doang, tuh Tana liat aja tuh hape nya.” unjuk New ke ponsel nya yang ia simpan di nakas samping kasurnya.

Tay kemudian menghentikan kegiatan nya membereskan koper miliknya “Saya gak marah sayang, dan saya percaya kamu gak aneh-aneh chat dengan orang lain.” “Maaf saya tadi hanya lelah saja.”

“Yauda makanya udah Tana diem aja, ini aku yang beresin.” “Tana kan dari pagi udah nyetir.” New sedikit mendorong tubuh Tay menjauh dari koper nya kemudian melanjutkan membereskan kegiatan Tay.

“Buat baju bobo sekarang yang ini aja?” New menyodorkan sepasang piyama berbahan satin dengan warna biru gelap kepada Tay.

Tay pun mengambil piyama tersebut “Makasih Poom, saya mau lihat-lihat sekitar dulu ya?”

New mengangguk “Iya sok.” Kemudian kembali fokus membereskan koper miliknya dan juga milik kekasihnya.

Setelah kegiatan membereskan kopernya selesai New kemudian menggantungkan beberapa pakaian yang akan di pakai oleh diri nya dan juga Tay untuk esok hari.

Saat ia sedang fokus ia bisa merasakan hembusan nafas di tengkuk lehernya dan juga sesuatu melingkar di perutnya. “Udah liat-liatnya?”

Tay mengangguk di bahu New.

“Mandi sana.” perintah New.

“Mandi bareng mau gak?” ajak Tay santai.

New pun mencubit lengan Tay “Aw sakit Poom.”

“Ya abisnya Tana mancing-mancing mulu deh.”

“Emang kamu ikan harus dipancing segala?” “Tadi saya cek, ada bathub mau berendam bareng?”

New pun memutar tubuhnya menjadi menghadap wajah sang kekasih. “Yakin mau berendam doang?”

Tay pun menyunggingkan senyuman nya “Saya gak yakin sih.”

New hanya terkekeh”Dasar, aku punya hadiah deh buat Tana.”

“Hmm? Apa?” ucap Tay yang kini wajah keduanya hanya berjarak beberapa centi saja.

Tanpa menjawab pertanyaan kekasihnya New dengan cepat memutus jarak kedua nya, New mempertemukan bibirnya dan juga bibir Tay. Bibirnya bergerak seirama dengan hembusan angin yang menembus jendela kamar kedua nya dengan begitu damai. Lidah Tay menerobos ke dalam rongga mulut New mencari pasangan nya. Pagutan kedua semakin intens tatkala New membalas permainan lidah Tay dan seperti biasa dengan mudahnya New melingkarkan tangan nya ke leher Tay seraya meremas rambut hitam Tay. Tubuh kedua nya semakin merapat tatkala pagutan bibir kedua nya yang bertambah liar, suara kecipak yang berasal dari pagutan mereka seolah bagai musik pengiring penyaluran hasrat keduanya.

New perlahan melepas pagutan kedua nya kemudian menarik nafasnya panjang, ia butuh oksigen untuk paru-paru nya. Lalu ia menyatukan kening nya dengan kening kekasihnya, New bisa merasakan nafas Tay begitupun dengan Tay. “Makasih Tana, i love you

“Love you too, Poom” ucap Tay dengan lembut.

“Berendam bersama nya jadi?” goda Tay.

New mengangguk malu “Berendam doang ya, besok pagi kita janjian liat sunrise gak boleh telat.” New mengingatkan.

“Iya, saya cuman mau berendam sambil peluk kamu doang kok.” jawab Tay sebari menarik tubuh New kearah kamar mandi.

Happy late anniversary

Jam kini tengah menunjukan pukul empat sore lebih dua belas menit. Kini mobil yang di kendarai oleh Tay dan New dengan berada di tengah-tengah suasana Kota Bandung yang sedikit padat di penuhi beberapa pelancong yang kebanyakan berasal dari Kota Jakarta.

“Sekarang kemana lagi?” tanya lelaki yang memiliki warna kulit lebih putih.

“Saya lupa bawa kemeja, dan saya juga lupa kasih tau kamu.” jawab lelaki yang tengah fokus di balik kemudi.

“Kemeja buat?”

”Dinner” jawab Tay singkat. “Seperti nya lebih cocok memakai pakaian semi formal Poom, kamu tahu untuk beli kemeja kita harus kemana?”

Ah yaampun New hampir lupa dengan ageda makan malam nya dengan Tay, dan ia pun memang tak menyiapkan stelan semi formal untuk makan malam tersebut.

“Ke Rumah Mode yang di Setiabudi aja yang, biar nanti langsung ke Dago.” “Aku juga lupa gak bawa kemeja, sebenernya gapapa sih pake kaos oblong gini doang tapi agak gimana gitu ya yang?” tanya New pada Tay.

“Iya kita beli kemeja dulu saja Poom.”

📍Rumah Mode, Bandung.

“Aku yang ini aja deh yang.” ucap New menyodorkan kemeja berwarna putih dengan celana bahan hitam.

“Saya juga sudah pilih, yuk langsung ke kasir saja.” ajak Tay kepada New.

Sebari kedua nya berjalan menuju kasir New sempat berbicara “Aku yang bayar, gak boleh nolak!”

“Tapi Poom..”

New menghentikan langkahnya lalu menatap wajah Tay dengan tajam “Gak ada tapi-tapian ya! Kamu udah bayarin glamping, tadi bensin sama makan juga kamu gak izinin aku bayar. Sekarang pokoknya aku yang bayar, kalau engga yauda aku balik ke rumah aja.”

“Ngancem.”

“Aku serius Tana!”

“Yauda iya iya kamu yang bayar, makasih Poom.”

“Gitu dong, sama-sama ya Tanaaaaa.”

Akhirnya setelah membayar pakaian nya, kedua nya pun langsung menukar pakaian santai nya dengan pakaian semi formal yang baru saja mereka beli, lalu kedua nya pun berangkat kembali menuju restoran yang telah di booking oleh Tay untuk makan malam.

📍Skyline Best View, Dago Pakar Bandung

Akhirnya kedua nya telah sampai ke di restoran yang berada di kawasan Dago Pakar, setiba nya di dalam resto dan Tay menyebutkan nama nya sebagai nama yang ia gunakan untuk reservasi lalu kemudian kedua nya di arahkan oleh seorang waitress menuju lantai atas di mana meja mereka telah di siapkan.

“Makasih Mas.” ucap New setelah duduk di kursi nya.

Pelayan membalas dengan anggukan dan juga senyuman “Sama-sama.” ”Appetizer nya mulai di siapkan ya mas?”

Tay mengangguk “Boleh, terimakasih.”

Kemudian pelayan tersebut meninggalkan meja Taynew dan bergegas menyiapkan hindangan untuk kedua nya.

“Gemes banget sih pake di dekor segala” kekeh New. “Aku foto dulu, biar bisa di update bak remaja.” kekeh nya lagi.

“Kan biar seperti orang-orang.” jawab Tay santai.

“Makasih yaaa.” ucap New sebari mengelus punggung tangan Tay.

“Iya sama-sama sayang.” digenggam nya lengan New.

Kegiatan kedua nya terinterupsi dengan datangnya seorang pelayan yang mengantarkan hidangan pembuka untuk kedua nya.

“Nanti di lanjut ngobrolnya.” “Kita makan dulu ya Poom?”

New mengangguk tanda setuju, lalu kedua nya mulai menikmati hidangan-hidangan yang telah di siapkan oleh pihak restauran mulai dari appetizer, main course sampai dengan dessert.

Setelah kurang lebih empat puluh menit kedua nya menghabiskan beberapa hidangan akhirnya kini kedua nya tengah menyantap hidangan terakhir yakni eskrim gelato yang di campur dengan yogurt frozen.

“Kenapa coba ya dessert tuh di taro di akhir, padahal kan paling enak makan yang manis dulu baru makanan-makanan berat.” celoteh New sebari menyuapkan sesendok eskrim kedalam mulutnya.

“Ya itu kan kamu, kalau orang lain fine-fine aja tuh makan dessert di akhir.” ucap Tay kepada kekasihnya tersebut.

“Yatapi aneh tau Tanaaaaaaa.”

Tay hanya tersenyum lembut menatap kekasihnya kemudian ia pun merogoh sesuatu dari goodie bag yang sengaja ia bawa lalu memberikan sebuah kotak berukuran sedang ke hadapan New.

“Ini apalagi Tanaaa??”

”Gift” jawabnya singkat.

New pun memandang Tay dengan tatapan bingung sebari mengambil kotak tersebut. “Tana maaaaah, aku gak nyiapin apa-apa ih buat Tana.”

“Ya gapapa, lagian saya cuman mau kasih hadiah kok sama kamu. Bukan nya mau di bales sama kamu.”

Sesaat setelah New membuka kotak tersebut didalam nya terdapat sebuah gelang dari brand Gucci yang New yakini harga nya pastilah tidak murah.

“Aaaaah Tanaaaaaaaaa...” New hampir saja meneteskan air mata nya.

“Eh jangan nangis, masa saya kasih hadiah malah nangis.”

New menahan air mata nya “Makasih...”

“Sama-sama sayang.” ”Happy late anniversary yaaa?” “Terimakasih untuk satu tahun belakangan ini, saya senang bisa jadi orang terdekat kamu, bisa jadi seseorang yang special buat hidup kamu.” “Maafkan saya kalau selama satu tahun kebelakang saya sering membuat kamu kecewa, marah bahkan menangis.” “Saya sayang kamu Poom, sangat.” ucap Tay lembut sebari terus mengelus punggung tangan New.

New pun mengangguk “Sama-sama, makasih juga Tana udah kasih kesempatan buat aku jadi pacar Tana. Makasih buat tawa,perhatian selama satu tahun kebelakang ini.” “Maafin aku juga kalau aku sering bikin Tana risih, atau kelakuan aku childish sering bikin Tana jengkel,marah.” “Aku juga sayang Tana, banget malah.” balas New dengan senyuman yang merekah.

“Semoga kita bisa ngelewatian anniversary-anniversary selanjutnya ya? Semoga kita makin saling sayang, makin baik komunikasi nya, makin saling pengertian. Pokoknya semoga kita bisa ngelewatin happy,sedih, marah,kecewa sama-sama.” New mengungkapkan harapan nya untuk hubungan kedua nya.

”I’m so lucky to have you Tana” ucapnya lagi.

”Me too, Poom.” “Saya yang lebih beruntung punya kamu di hidup saya.” ucap Tay dengan tulus.

“Makasiiiiih Tana, maaafin aku gak siapin kado apa-apa buat Tana.” lirih New.

“Gapapa, sampai hari ini kamu jadi pacar saya saja sudah lebih dari kado untuk saya Poom.”

New memutar bola nya malas “Makin lama kamu makin jago gombal ya!”

Tay hanya terkekeh mendengar penuturan kekasihnya tersebut. “Sini saya pakaikan gelang nya.”

New pun menyodorkan lengan nya tepat ke hadapan Tay, lalu Tay pun memasangkan gelang tersebut ke lengan kekasihnya tersebut. “Sudah, nah kan bagus.” “Kamu juga tolong pakaikan punya saya dong.” ucap Tay sebari mengambil kotak yang berukuran sama ke hadapan New.

“Tana juga beli, jadi kita couplean??”

Tay mengangguk “Iya biar bak remaja.”

New pun terkekeh “Tana jayus banget sih, sini aku pakein.”

Kini giliran Tay menyodorkan lengan nya ke hadapan New “Nah udah.”

Tay kemudian tersenyum “Mau foto-foto dulu gak?”

“Ayok.” ucap New.

“Tapi jangan lama-lama ya Poom.”

“Kenapa? Takut kemaleman ya?”

“Bukan, saya pengen cepet-cepet sampai tempat glamping.”

Tay mendekatkan mulutnya ke arah telinga New “Saya pengen cepet-cepet cium kamu.”

Muka New berubah menjadi merah seketika, dengan lembut ia pun mendorong tubuh Tay menjauh dari telinga nya. “Tana nyebelin!”

Planning

“Yang bangun yang..” New menggoyangkan tubuh Tay yang terbaring di sofa nya dengan lembut.

“Mmhh...” Tay mulai menggerakan tubuhnya dan membuka kedua mata nya.

New datang kembali dengan membawa dua piring nasi goreng yang tadi ia buat di dapur milik bersama kost an nya.

“Nih sarapan dulu, Tana belum sarapan kan?”

Tay yang kini sudah duduk menatapa lembut kekasih nya “Makasih.. Maaf saya ketiduran.”

“Sama-sama, ya Tana dateng nya subuh banget hehehe” kekeh New.

“Bentar aku ambilin minumnya dulu.” kemudian berdiri kembali mengambil dua gelas kosong dan sebotol air mineral.

“Saya tidur hampir sejam ya?” tanya Tay sebari mengambil piring berisi nasi goreng miliknya.

New mengangguk “Iya, aku tadi udah mandi sama masak ya sejam kayak nya.” “Tana ngantuk gak? Atau nanti aku aja yang nyetir ya?”

“Gak. jawab nya singkat. “Saya saja.”

New mengangguk sebari mulai memakan sarapan nya “Asin banget gak?”

Tay menggeleng “Pas.”

“Poom, nanti apa kita mampir ke Papih Mamih kamu dulu? Saya gak enak kalau langsung bawa kamu jalan tanpa izin langsung ke Papih Mamih kamu.”

“Gak usaaaah.” “Semalem aku telfon Mamih Papih, mereka ternyata lagi main ke rumah tante ku yang di Sukabumi.” “Baru balik nanti minggu malem.” jelas New.

Tay memandang wajah kekasihnya “Nanti kamu mingggu sendiri dong dirumah?”

New mengeleng “Gak, kan ada mbak.”

Tay hanya ber-oh ria.

“Tana, jadi sekarang planning nya kemana dulu? Jadi check in nya malem aja ke Ciwidey nya?”

Tay mengangguk “Iya, saya pengen kulineran di Bandung dulu sambil nanti kita dinner dulu di cafe yang di daerah Dago. Baru kita jalan ke Ciwidey.”

“Oh yauda..” “Abis dinner langsung jalan yang, dari Dago ke Ciwidey kan lumayan jauh yang.”

“Iya sayang.” jawab Tay lembut.

Lalu kedua nya mulai fokus kembali menghabiskan sarapan nya, dan bersiap untuk berangkat menuju Kota Kembang yang menjadi tujuan liburan nya kali ini.

“Kamu mah, aku jadi keliatan heboh sendiri deh.” ucap New di dalam mobil Tay setelah kedua nya mengambil pesana cinnamons untuk kedua orang tua Tay.

“Gak kok, sudah jangan terlalu di fikirkan.” Tay sebari memasang safety belt nya dan mulai menyalakan mesin mobilnya. “Kamu gak usah tegang seperti itu, Ayah Bunda saya gak akan gigit kamu kok.”

“Iya yang suka gigit aku kan anaknya.” balas New ketus.

Tay pun hanya terkekeh mendengar ucapan New, lalu mengusak lembut pucuk kepala nya “Tenang, kan ada saya.”

New pun mengalihkan pandangan nya ke Tay “All is well kan?”

Tay mengangguk “All is well sayang.” lalu sisa perjalanan kedua nya lebih banyak di habiskan dengan diam.

— Setelah berkendara hampir tiga puluh menit, kini mobil yang di naiki kedua nya telah memasuki kawasan perumahan elite yang berada di daerah Menteng, Jakarta Pusat.

“Yuk..” ajak Tay setelah memarkirkan mobil nya kedalam garasi rumah miliknya.

Rumah Tay yang sangat luas dengan design mewah yang memilki halaman luas dan juga memiliki mungkin setidaknya tiga lantai? Fikir New.

New memandang mata Tay dan juga dada nya sedikit bergemuruh.

“Ayook, ada saya.”

Akhirnya kedua nya pun keluar dari mobil Tay dan saat keduanya membuka pintu masuk kedua nya di sambut oleh wanita paruh baya yang memakai baju berbahan sutra dengan senyum yang sangat elegan yang New yakini beliau adalah Ibunda dari sang kekasih.

“Nak Thipoom yaa?” ucap nya lembut.

New membalasnya dengan senyuman yang tak kalah lembut “Halo Tante, saya New Thitipoom Tecapaaikhun.” New mengenalkan dirinya dan menyodorkan tangan nya.

Bunda Tay menyambut tangan New “Kok tante? Panggil Bunda aja ya sayang.”

New hanya tersenyum canggung “Oh iya Tan, Bunda maksud nya ini saya bawain cake semoga Bunda suka.”

“Aduh jadi ngerepotin nak Thipoom nih Bunda, makasih ya sayang.” “Udah yuk lanjut saja ya? Ayah sudah nunggu tuh.” Bunda mengambil kantung yang di berikan New dan bergegas mengajak kedua nya untuk segera masuk.

Saat pertama kali New memasuki rumah milik Tay, yang ada di kepalanya hanya megah,elegan dan mahal.

“Yah, ini sudah datang nih calon mantu kita.” ucap Bunda Tay setiba nya di ruang makan.

Saat ketiga nya memasuki ruangan makan New dapat melihat sosok lelaki yang kira-kira berusia tidak jauh dengan Papih nya tengah duduk di kursi utama meja makan.

“Halooo..”

“Selamat malam om, perkenalkan saya New Thitipoom Tecapaaikhun.” ucap New.

“Iya iya, silahkan duduk nak New atau Thipoom seperti panggilan Mas kepada kamu?” goda Ayah Tay.

“New saja yah.” Tay menginterupsi.

“Oke baik Mas.” goda ayah nya lagi.

“Udah ayok pada duduk dulu.” “Biii, tolong mulai di tata aja nih makanan nya.” Bunda Tay memberikan perintah ke beberapa pegawai nya.

“Sambil nunggu makanan siap, Bunda mau nanya boleh gak nak New?”

New menoleh menatap Bunda kekasih nya “Boleh Bunda.”

“Nak New asli mana?”

“Mamih saya asli Bandung Bun, sedangkan Papih saya asli Jakarta. Tapi saya lahir dan besar di Bandung.”

Bunda mengangguk “New punya adik atau kakak?”

“Gak Bun, saya anak tunggal.” jawab New.

“Sudah berapa lama berpacaran sama Mas?” Ayah Tay ikut kedalam obrolan.

“Ayah..” Tay menginterupsi.

“Loh, kenapa? Emang ayah gak boleh tanya?” “Nak New mau kan jawab?”

New pun tersenyum “Sudah setahun yah.”

“Wow lama juga ya? Pasti kamu harus extra sabar ya ngadepin anak saya yang kaku begini.” tunjuk Ayah Tay kepada Tay.

“Hehe lumayan sih Yah, tapi sekarang udah berkurang kok kaku nya.” jawab New dengan kekehan.

“Poom..” Tay melirik tajam ke arah New.

Bunda Tay memukul lengan Tay dengan lembut “Jangan di plototin calon mantu nya Bunda.”

“Wah seperti nya baru beberapa menit New masuk ke keluarga ini sudah jadi anak emas ya?” sarkas Tay.

“Iya dong, manis gini.” Bela Bunda Tay, New pun hanya bisa tersenyum kikuk mendengar ucapan dari 'calon mertua' nya tersebut, ada sedikit perasaan lega di hati nya melihat bagaimana smabutan dari kedua orang tua kekasihnya tersebut.

“New nanti sering-sering main kesini ya? Bunda tuh kesepian deh, Mas malah tinggal di apart padahal kuliahnya masih di Jakarta. Mbak nya Tay kan sedang kuliah S2 di luar, lah adiknya Tay yang bungsu malah milih kuliah di Jogja tinggal sama neneknya.”

New mengangguk “Iya Bunda nanti sering main-main kesini deh.” “Tana eh Tay maksudnya juga suka cerita katanya adiknya jarang ke Jakarta.”

“Oh jadi panggilan sayang nya Tana?” goda Bunda.

New hanya tersenyum kikuk mendengar ucapan Bunda Tay.

“Hmm, Bun sudah jangan di goda seperti itu.” “Wajah nak New jadi merah tuh.” bela Ayah kepada New.

“Ayah sih cuman titip pesan, mengenai hubungan kalian.” Ayah mulai ikut berbicara.

“Kalian tahu kan kalo hubungan kalian tersebut masih tergolong minoritas, masih awam untuk orang banyak dan pasti akan lebih banyak cobaan nya.” “Jadi Ayah hanya cuman berpesan kalian harus lebih kuat untuk menghadapi hubungan kalian, kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung apapun yang menjadi keinginan anak, apalagi Mas sudah bisa di bilang dewasa.” “Sudah tahu yang terbaik untuk hidupnya, dan pasti nya sudah tahu apapun pilihan hidup nya pasti ada plus & minus nya.”

Tay dan New mengangguk dengan lemah setelah mendengar penuturan dari Ayah.

“Tapi Ayah dan Bunda gak ada masalah kan dengan Mas mengenalkan New sebagai pacar nya Mas? Ayah Bunda kasih restu kan?” Tay bersuara.

“Apapun yang membuat anak Ayah dan Bunda happy akan kita dukung dan kita beri restu.” ucap Ayah dengan tegas.

“Apalagi ternyata calon mantu Bunda semanis nak New, gak usah diminta juga Bunda kasih restu nya.” Bunda menambahkan.

“Tuh dengar Poom, jadi kamu gak usah overthinking gak jelas lagi. Ayah Bunda saya menyambut kamu dengan baik kan?” ucap Tay sebari menatap New.

New hanya bisa tersenyum dengan lega. Mendengar restu dari kedua orang tua Tay seolah langsung meruntuhkan ketakutan New yang selama ini hinggap di hati nya.

Syukurlah..

“Mmmhh..” New menggerakan tubuhnya, mata nya pun sedikit terbuka karena pelukan hangat dari sang kekasih tak dapat ia rasakan.

“Eh kamu kebangun? Saya bikin kamu bangun ya? Maaaf.” tanya Tay yang kini tengah duduk menyandarkan punggung nya di headboard kasur dan di hadapan nya ada laptop yang menyala.

New memindahkan kepalanya ke atas paha yang kekasih.

“Eh bentar bentar, saya matiin dulu laptopnya.” dengan cepat Tay menutup laptop dan juga melipat meja yang ia gunakan sebelumnya dan ia simpan di nakas samping kasur milik New.

“Lagian udah jam 12 malem bukan nya tidur malah nyalain laptop.” ucap New dengan nada sedikit kesal.

Tay pun mendekatkan tubuhnya kearah sang kekasih “Sini saya peluk lagi.” “Tadi saya lupa ada yang harus saya cek, maka nya saya buka laptop. Maaf ya?”

New yang kini sudah masuk kedalam dekapan sang kekasih “Iya emang gak bisa besok? Emang harus tengah malem gini?”

“Bisa sih tapi biar besok tenang gitu poom, sudah-sudah saya minta maaf ya?”

“Hmm.”

Tay pun mengelus pucuk kepala New yang kini berada di dada bidang miliknya. “Sudah kamu tidur lagi ya?”

“Tana juga tidur”

“Iya sayang.” ucap Tay sembari terus mengelus pucuk kepala New.

“Tapi aku jadi gak ngantuk.” New mengadahkan kepalanya menatap sang kekasih.

“Coba perem kamu nya, nanti juga ngantuk.”

“Mmmh..” New bergumam.

“Poom”

“Apaa?” New membuka kembali mata nya.

“Tugas kamu yang kemarin sudah selesai?” tanya Tay.

“Tugas yang mana?”

“Prof Dani.”

“Ooh, udah.”

“Singto yang bantu kamu?”

Ada jeda beberapa detik sebelum New menjawab “Iya.”

“Oh, maaf saya gak bisa bantu kamu waktu itu.”

New menggeleng “Gapapa, lagian Kak Sing eh maksudnya Kak Singto cuman bantuin rangkumin dasar-dasar hukum dagangnya aja kok.”

“Mmmh.” Tay menggumam.

“Tana gak marah kan?” Tay menggeleng.

“Kemarin liburan nya gimana? Kamu kemana saja?” Tay mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Banyak tempat sih, tapi kebanyakan ke beach club gitu.”

“Nakal, banyak mabok ya kamu?” Tay menggusak rambut kepala New.

“Aku tuh banyaknya jagain Kit sama Gun tau yang ih, mereka tuh bener-bener kek kesetanan. Kalau aku minum juga kayanya kita tigaan udah di bungkus kali.” cerita New.

“Kamu pasti banyak di goda.” ujar Tay dingin.

New hanya terkekeh “Hehehe, ya gimana aku emang menggoda sih.”

”Next kalau ke beach club gitu sama saya.” ucap Tay memerintah.

“Iya sayang.” New mengeratkan pelukan nya. “Kemarin liburan nya seru sih tapi kalo liburan sama Tana pasti lebih seru.”

“2 minggu lagi UAS, after UAS kita liburan ya?” “Sekalian kita rayain anniversary kita kemarin.” ajak Tay.

New kembali mengadahkan kepalanya “Beneran?”

Tay mengangguk lalu mengecup dahi milik New. “Mau liburan di Indo apa keluar?”

“Indo aja, tabungan aku belum cukup kalau keluar.” jawab New.

“Kan ada saya.”

New menggelengkan kepala nya ”No tetep aja aku mau nya di bagi dua, kan yang liburan aku sama kamu kenapa kamu doang yang harus ngeluarin uang?”

Tay hanya tersenyum dan semakin menarik tubuh New kedepakannya “Iya maaf. Oke kita liburan di Indo saja.”

“Tapi yang, aku tuh mau nya liburan yang santai gitu deh.” “Kaya kemaren aku pas di Ubud, adem banget deh. Kaya liburan yang healing gitu yang paham gak?” New menjelaskan.

Tay mengangguk tanda mengerti “Oh yang jauh dari kerumunan gitu ya? Bilang aja kamu mau nya berduaan sama saya?”

“Emang Tana gamau? Oh yauda kalo gak mau.” New mencoba melepaskan pelukan Tay di tubuhnya.

“Eh kok di lepas, siapa yang gak mau coba. Sini peluk lagi.” Tay mendekap kembali tubuh sang kekasih. “Pokoknya nanti kita liburan.”

“Janji yaa?” tanya New.

“Janji sayang, nanti liburan semester kamu mau pulang ke Bandung?”

New mengangguk “Tana juga kalau liburan semester pasti bantuin Ayah Tana kan?”

New sudah hafal apabila kekasihnya libur kuliah ia akan membantu ayah nya yang merupakan seorang pengusaha furniture sukses dan memiliki beberapa pabrik mebel yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

“Iya, ayah saya sudah minta temani ke beberapa pabrik nanti.” “Tapi sebelum itu kita liburan dulu, lalu saya antar kamu dahulu ke Bandung baru nanti saya fokus bantu ayah saya.”

“Padahal gapapa, travel banyak ih.” ucap New

“Gak saya anter saja, lagian saya sudah izin ayah untuk antar kamu dahulu.” ucap Tana.

New mengangguk “Yang..”

“Mmm” gumam Tay.

“Kamu emang bilang ke ayah bunda tentang aku? Tentang kita?”

“Iya, saya sudah cerita sejak lama.” jawab Tay.

“Hmm.. Terus respon ayah bunda gimana?” tanya New lagi.

“Gak gimana-gimana, cuman ngangguk-ngangguk.”

New bangun dari tidurnya “Serius Tanaa....”

Tay menatap kekasihnya “Ya saya serius Thipoom...”

“Ayah bunda tau pacar Tana cowok?” tanya New hati-hati.

“Tau kok sayang, ayah bunda membebaskan saya memilih kok.”

New mengangguk lemah “Kenapa? Jangan overthinking begitu.” Tay mengangkat wajah New.

“Kan disini masih aneh kalau cowok pacaran sama cowok, aku takut aja keluarga Tana gak terima.” lirih New.

“Hey dengerin saya.”

“Keluarga saya akan mendukung apapun keputusan saya, apalagi pilihan tentang pasangan hidup saya.” “Jadi kamu jangan pernah berfikiran aneh seperti itu lagi ya?” New menatap Tay dengan lemah.

“Tana sayang aku gak?”

“Sayang, sangat sayang malah.”

“Kenapa Tana sayang aku?”

“Ya karena kamu Thipoom, saya gak tau apa saya bisa sayang sama orang lain kalau bukan Thipoom.”

“Ih apasih gak jelas deh jawabnya.”

“Ya saya gak tau kenapa saya bisa sayang sama kamu, tapi yang saya tau saya mau nya hanya kamu, saya mau nya selalu sama kamu.”

“Saya Tay Tawan mau nya hanya New Thitipoom bukan yang lain.” ucap Tay lembut.

New hanya bisa tersipu malu mendengar jawaban dari kekasihnya tersebut.

Entahlah apakah memang benar cinta itu butuh alasan?

Yang terpenting saat ini adalah perasaan Thipoom juga sama, Ia hanya mau Tay Tawan bukan yang lain.

  • oura

Setelah hampir empat puluh menit berkendara, Tay dan New kini telah sampai di depan pagar kost-kostan milik New.

“Mau ngobrol disini?” tanya Tay.

“Terserah.” singkat New.

“Ngobrol di kamar kamu gimana? Biar lebih enak, biar sekalian saya bantu kamu bereskan barang bawaan kamu.”

New pun membuka sabuk pengaman nya “Yauda.” “Mobil kamu masukin dulu aja ke garasi, takutnya kalo disimpen di depan ngalangin.”

Tay mengangguk “Iya sayang.”

New memutar bola nya malas Cih, giliran gini aja sayang sayang ucapnya dalam hati.

Kini kedua nya sudah masuk ke kamar kost milik New. “Kamu mau makan apa? Nanti saya pesankan.” “Sambil nunggu makanan kamu mandi dulu Poom, biar saya yang bereskan barang bawaan kamu.”

“Aku gak laper, tadi udah makan.” “Barang bawaan aku gak usah di beresin, diemin aja. Besok aja aku bongkarnya.”

“Yauda.” “Sana kamu mandi dulu.”

New pun membalikan tubuhnya menuju kamar mandi untuk segera membersihkan tubuhnya.

Lima belas menit berlalu, New pun keluar dari kamar mandi nya dengan menggunakan baju piyama yang tadi disiapkan oleh Tay dan di berikan ke kamar mandi oleh Tay.

“Ih kata aku juga gak usah di beresin ih.” ucap New melihat barang bawaan nya telah di rapihkan oleh Tay.

“Gapapa, kamu besok juga pasti capek.”

Tay yang kini sudah duduk di kasur milik New kemudian menepuk-nepuk space kosong di samping nya “Sini.”

New akhirnya duduk di samping Tay, malam ini ia harus menyelesaikan urusan nya dengan Tay.

Tay menggeser tubuhnya memangkas jarak antara diri nya dan New kemudian membalikan tubuhnya menatap mata New dan juga menggenggam tangan sang ‘kekasih’.

“Saya mau minta maaaf.” “Saya salah, saya lebih mendahulukan emosi dibanding mendengar penjelasan kamu.” “Dan saya juga salah telah bertindak kasar kepada kamu, saya minta maaaf.” lirihnya tanpa melepas pandangan nya.

“Poom, saya sayang sama kamu. Sangat.” “Saya hanya bodoh, malah membuat kamu sakit hati dengan kata-kata yang saya ucapkan.” suara Tay sedikit bergetar.

“Demi apapun Poom, saya sangat sayang kamu.” dua tetes air mata keluar dari mata Tay. Dunia nya seolah hilang arah ketika New tiba-tiba memutuskan hubungan kedua nya.

Tay Tawan kacau tanpa New Thitipoom di sisi nya.

“Maafkan saya..” “Saya gak mau kamu pergi dari hidup saya.” “Saya gak sanggup Poom.”

Melihat sosok yang paling ia sayangi setelah kedua orang tua nya menangis dan memohon di hadapan nya tak kuasa membuat hati New ikut terasa sakit pula, dengan spontan ia menumpahkan air mata nya.

Ada perasaan lega di hatinya, walaupun ia tak bisa membaca hati manusia tapi ia yakin sosok di hadapan nya dengan tulus meminta maaaf dan berkata tulus terhadap nya. Teryata selama ini ia tak sendirian mencinta, ternyata selama ini cinta nya memang terbalas. Tay Tawan mencintai nya.

Dan

New Thitipoom pun mencintai Tay Tawan.

Sangat.

“Maafin juga aku bohong sama Tana, maaafin aku malah ngebohong di belakang Tana.” “Aku juga salah.” “Aku yang kayak anak kecil.” “Aku lebih salah Tana.” “Hiks..” “Aku juga gak sanggup kalo gak sama Tana.” “Maaafin aku.” New kini semakin menumpahkan air mata nya.

Tay dengan lembut menghapus bulir-bulir air mata yang turun dari manik mata New.

“Hey udah dong jangan nangis.” “Kita salah dua-dua nya.” “Gak ada yang lebih salah.” “Komunikasi kita jelek.” “Dan kemarin kita lebih memilih buat mengedepan kan ego kita masing-masing jadinya malah seperti kemarin.” “Kalo kata Alice, seperti bocah.” kekeh Tay di ujung kalimatnya.

Tay mengangkat wajah New untuk menghadap lebih dekat ke arah wajah nya.

“New Thitipoom Techaapaikhun” “Saya Tay Tawan Vihokratana meminta maaf atas semua perlakuan dan kata-kata yang telah menyakiti kamu dan membuat kamu menangis.” “Kamu mau maafin saya?”

New pun menyunggingkan senyuman nya “Mau.” “Tapi ada syaratnya.”

Tay mengernyitkan dahi nya “Syaratnya apa?”

“Tana harus peluk aku semaleman ini, baru aku maaafin.”

Tay pun langsung mendekap tubuh New dengan erat “Tanpa kamu minta juga malam ini saya emang berencana buat peluk kamu semalaman.”

New membalas pelukan sang kekasih “Tana, maaafin aku juga ya?”

Tay melepas pelukan nya dan menatap kekasihnya tersebut “Saya juga punya syarat kalo kamu mau saya maaafin.”

“Apaa??”

Tay melipat kedua tangan nya di depan dada nya “Tolong hapus foto-foto tak senonoh kamu yang ada di twitter.” “Saya tidak suka.”

New sedikit tak kuasa menahan senyuman nya melihat syarat dari kekasih ya tersebut.

New pun ikut melipat kedua tangan nya “Abisnya Tana nyebelin, lagi berantem sama aku sempet-sempet nya jalan sama si sekar! Di update di close friend segala lagi.” Kini ekspresi wajah New sudah berubah menjadi sedikit kelam mengingat hal menyebalkan beberapa hari lalu yang membuat dirinya dan Tay berperang status bak remaja.

“Sekar tidak hanya upload foto saya, dia juga upload foto Dodi, Indra bahkan Doni.” “Lagian saya tidak jalan berdua, saya menghadiri perpisahan penelitian dengan Prof Widodo, bukan hanya dengan Sekar.” Tay mencoba menjelaskan.

“Memangnya kamu, jalan dengan bule yang bernama Lak? Lex? Atau siapalah itu.” Tay dengan nada ketus.

“Luke nama nya.” “Tapi waktu jalan sama Luke otak aku ingetnya Tana doang tau.” New mencoba menggoda Tay.

“Hmm, saya tau. Kamu kan bucin banget sama saya.” Tay terkekeh dengan percaya diri.

New memutar bola mata nya malas “Pede mampus”

“Jadi Tana gak jalan berdua sama Sekar?” tanya New lagi.

“Gak.” “Kalau kamu gak percaya kamu bisa tanya Arm atau Off mereka sudah liat kok update an Sekar ketika hari itu.”

New tersenyum “Aku percaya Tana sayang.”

Tay membalas senyuman nya “Poom.”

“Hmm?”

“Saya boleh cium kamu?” “Saya kangen.”

New mengangguk lemah.

“Aku juga kangen.”

Dengan sigap Tay mengelus pipi New dengan lembut, akhirnya bibir keduanya saling bertemu. Dengan pelan dan penuh cinta kedua nya mulai menyesap masing-masing bibir sang lawan. Kedua nya saling memagut dengan mesra. Tay menghisap bibir bawah New dengan lembut kemudian melepas ciuman kedua nya.

Lalu Tay menempelkan dahi miliknya dengan dahi milik sang kekasih. Kedua nya saling melempar senyuman.

“Saya sayang kamu Poom.” “Aku juga sayang Tana.”

Tay kembali mencuri kecupan dari bibir ranum milik New, kemudian melaksanakan syarat yang di ajukan oleh Thipoomnya. Berpelukan sepanjang malam.

“Koper lu udah?” tanya Gun kepada Kit yang kini berdiri disebelah nya.

“Belum, tinggal yang gue.” “Bentar yee, Kak Off udah sampe?”

Gun yang kini tengah fokus menatap ponsel nya hanya memberi anggukan kepada Kit.

“Ih, anjir gue mah mau diem aja ah di depan Kak Off.” New berkata.

“Ya emamg lu mau salto di depan Off?” ucap Gun dengan santai.

“Gak gitu bego.” “Au ahhh.” New memanyunkan bibir nya ke depan tanda ia sedang kesal.

“Udah-udah jangan banyak bacot ya, koper gue udah ada nih.” “Yuk langsung ke depan yuk? Gue pengen cepet sampe kosan nih, lengket semua badan gue.” Kit menarik lengan kedua sahabatnya untuk segera bergegas.

Kini ketiga nya pun berjalan menuju gate depan untuk menghampiri Off yang kata nya telah sampai dan menunggu di depan.

“Gun” teriak lelaki berkulit putih yang kini tengah memakai kaos hitam yang berdiri di gate depan dan melambaikan tangan nya seolah memberi tanda keberadaan nya kepada Gun. Itulah Off.

Sontak ketiga nya pun menoleh ke sumber suara, tetapi alangkah terkejutnya ketiga lelaki manis tersebut melihat sosok yang berdiri di samping Off.

“Tana!” ucap New dengan sedikit berteriak. Ia tak menyangka lelaki yang ia tak temui hampir dari seminggu lama nya tersebut kini berada hanya beberapa meter di hadapan nya.

Tay pun berjalan menghampiri New yang kini hanya bisa terdiam terpaku ditempatnya.

“Sini saya bawain.” ucap Tay dengan nada santai sebari menarik koper yang sebelum nya berada di tangan New.

New yang masih berusaha memproses semua nya hanya bisa diam dan tak mengeluarkan suara.

“Krist Gun, saya yang anter New ya?” izin Tay kepada kedua sahabat ‘kekasih’nya tersebut.

“Gak” “Oke” ucap Gun dan Krist bersamaan.

Kit dengan sigap mendorong tubuh New mendekat ke arah Tay “Iya kak, Tolong anterin New ya? Soalnya kalo bareng kita nanti nya muter-muter.”

“Kit!” Gun menatap tajam Kit.

Kit hanya bisa menarik Gun dengan perlahan dan mata nya seolah menyiratkan mereka butuh waktu berdua, udah kasih aja.

“Yauda gue duluan ya peng, hati-hati ya lu berdua.” “Yuuk Gun, Krist.” ucap Off sebari mencoba mengarahkan Kit dan Gun kearah parkiran terlebih dahulu.

“Tapi ih...”

Sebelum Gun menyelesaikan ucapan nya Kit dengan sigap menarik lengan Gun “Udah ayok.”

Akhirnya Off Gun dan Kit berjalan terlebih dahulu meninggalkan Tay dan New yang masih berdiam diri di tempatnya.

“Yuk” Tay dengan lembut menggenggam tangan New.

Dengan sedikit sentuhan dari Tay kini New kesadaran New mulai kembali. Bagaimana bisa lelaki yang beberapa hari ini membuat hati dan fikiran New kacau dengan santainya bertindak seolah tidak ada yang terjadi diantara kedua nya.

New pun melepaskan genggaman nya. “Gak usah pegang-pegang.”

Tay menarik nafas nya dalam-dalam “Yasudah, ayok. Saya parkir di bawah.” Tay kemudian mengambil langkah terlebih dahulu sebari menggeret koper milik New.

New yang kini berada beberapa langkah di belakang Tay, hanya bisa memandang punggung kokoh milik Tay. Tay, yang selalu ia rindukan. New ingin memeluk Tay.

Akhirnya kini keduanya sudah memasuki mobil milik Tay. Kedua nya masih memilih diam. Akhirnya yang lebih tua mengambil inisiatif untuk membuka pembicaraan.

“Mau makan dulu gak?” “Apa mau go-food aja?” tanya nya.

“Go-food.” jawab New singkat.

Tanpa menjawab Tay pun mengangguk dan mulai menjalankan mobilnya meninggalkan bandara.

“Liburan nya seru?” yang lebih tua memulai percakapan kembali.

“Mmmh.” gumam New.

“Muka kamu merah gitu yang, kamu panas-panasan ya?”

New tidak menjawab pertanyaan dari Tay tersebut, otak dan hati nya saat ini sedang mencoba menyerap ucapan yang baru saja keluar dari mulut Tay. Yang?? Yang sayang kan? Tay memanggilnya sayang kan?

Tangan Tay kiri Tay ia turunkan dari stir mobil, kemudian mengambil tangan New yang sedari tadi berada di paha milik New. Dibawa nya tangan New kearah bibir Tay, dikecupnya dengan lembut.

“Saya kangen Poom.”

Hati New menjerit-jerit ingin membalas ucapan Tay, tapi logika nya mati-matian meyakinkan New untuk tidak merespon ucapan Tay.

“Saya tau kamu marah.” “Maaf.” lirih Tay kembali.

New masih enggan menjawab, mulutnya seolah terkunci.

Tay dengan lembut mengelus punggung tangan New. “Maaafin saya.” “Saya harusnya tidak bertindak kasar seperti tempo hari, dan saya seharusnya berfikir berulang kali ketika saya akan mengucapkan sesuatu.” “Saya tau ucapan saya tempo hari lalu pasti menyakiti hati kamu.” “Saya menyesal.”

New masih memilih diam.

“Poom?”

“Tay, tolong fokus dulu.” “Kamu lagi nyetir.”

New menarik nafas nya “Kamu nyetir dulu.” “Kalo udah gak nyetir baru kita ngobrol.”

Tay pun mengangguk “Baik.” “Terimakasih untuk kesempatan nya Pom.”

“Iya pak untuk obat-obatan nya pereda demam, vitamin buat radang tenggorokan, sama batuk juga pak.”

“Oh iya pak, sama jangan lupa susu beruang kaleng nya ya pak?” “Iya bener 10 kaleng, eh iya pak ada larutan cap kaki tiga juga gak? Tapi bukan yang ada rasa pak, yang bening ituloooh.” “Kalo ada tolong beli 5 aja ya pak, ukuran yang besar aja pak.” “Udah cukup pak itu aja.” Rentetan permintaan New kepada seorang driver ojol di balik telepon genggam nya.

“Eh pak bentar.” New kembali berbicara. “Pak sama tolong beliin byebye fever ya pak, nanti tanya kasirnya aja yaaa.” “Makasih ya pak.” kemudian mematikan sambungan telepon nya, lalu menarik nafasnya dengan kasar.

“Ada yang sakit mas?” tanya sopir grab-car yang kini tengah mengantar New menuju apartment kekasihnya tersebut.

“Hah?” “Eh iya mas, pacar saya lagi sakit.” Jawabnya, kemudian kembali fokus ke arah ponsel nya untuk kembali memesan bubur ayam dari aplikasi go-food.

“Wah pacarnya beruntung banget deh.” “Udah mas nya ganteng, perhatian banget lagi sama pacarnya hehehe.” kekeh sang sopir di akhir kalimat nya.

“Hahaha, gak kok mas.” “Saya yang lebih beruntung bisa dapetin pacar saya.” jawabnya lagi.

“Semoga langgeng deh mas, bisa sampai nikah dah.”

“Aamiin” ucap New dan sopir tersebut hampir bersamaan.

Setelah obrolan itu berakhir, New dan sang sopir memilih saling diam dan kembali fokus ke kegiatan masing-masing.

Jalanan di pagi ini sedikit lenggang, mungkin karena jam telah menunjukan pukul sembilan pagi, yang arti nya orang-orang kantoran telah memulai kegiatan nya dan anak sekolah pun telah memulai kegiatan belajarnya.

Akhirnya setelah berkendara sekitar lima belas menit New pun sampai di lobby apartment sang kekasih. “Di ovo ya pak? Makasih.”

Sang sopir mengangguk kemudian berkata “Sama-sama mas, semoga pacarnya segera sembuh ya?”

New pun menutup pintu mobil tersebut sebari tersenyum.

Sesampainya di lobby ia tidak langsung naik ke lantai 12, dimana unit Tay berada. Ia memilih duduk di sofa yang berada di lobby sebari fokus melihat ponsel nya. “Oke, dua-dua nya udah deket.” lirih nya.

Tak berselang lama ponsel nya berbunyi tanda ada nya panggilan “Oh, iya masuk ke lobby aja pak. Saya ke depan lobby ini.” ucap nya kemudian bangkit dari duduk nya berjalan ke keluar lobby

“Atas Nama Tanapoom ya??” tanya nya kepada seorang driver yang berada di hadapan nya.

Driver itu pun mengangguk dan memberikan sebuah kantong belanja yang berisi penuh kepada New. “Ini belanjaan nya sesuai sama yang di minta ya kak.”

New pun mengambil kantung tersebut lalu memberikan selembar uang dua puluh ribuan untuk driver tersebut “Makasih ya pak, ini ya pak untuk ganti parkir nya.”

“Makasih Kak.” Kemudian mulai menjalankan mesin motornya meninggalkan New yang masih berdiri di tempatnya.

New masih harus menunggu satu lagi driver yang ia pesan untuk membelikan Tay bubur hangat. Tak berselang lama seorang driver kembali hadir di hadapan nya.

“Tanapoom?” driver tersebut bertanya.

New pun mengangguk sebari memberikan selembar uang sepuluh ribu “Buat ganti parkir ya pak.”

“Makasih ya mas.” kemudian driver tersebut beranjak pergi meninggalkan apartment tersebut.

New pun langsung membalikan tubuhnya, berjalan memasuki lobby dan mendekat ke arah lift untuk segera naik ke lantai 12.

Kini New sedang memasukan beberapa angka di pintu masuk apartment Tay, setelah pintu terbuka ia pun segera masuk ke unit milik kekasih nya tersebut.

“Yangg?? Tanaa?” ucapnya sebari menyimpan beberapa kantung bawaan nya di meja makan.

Tidak ada jawaban, New pun bergegas membuka pintu kamar sang kekasih.

“Yaampun yang.” ucap New dengan nada khawatir ketika melihat kekasih nya sedang meringkuk dengan tubuh yang sedikit mengigil.

New pun segera menghampiri Tay, menyingkap rambutnya yang menutupi dahi kekasih nya tersebut. “Badan kamu panas banget yaampun.”

“Mmm..Kamu udah dateng?” ucap Tay dengan suara yang serak dan mencoba membuka kedua mata nya.

“Udah, kamu udah makan? Makan dulu ya? Abis itu minum obat.” New sebari mengangkat kepala Tay memindahkan nya menjadi berada di paha diri nya.

“Saya gak mau obat, saya mau nya peluk.” lirih Tay kemudian memeluk pinggang sang kekasih dan kini wajah nya ia tenggelam kan di perut New.

“Iya nanti aku peluk, sekarang sayang nya bangun dulu ya? Makan bubur dulu, udah aku beliin.”

Tay makin mengeratkan pelukan nya lalu menggelengkan kepalanya “Gak mau.” “Kamu jangan kemana-mana.”

New menarik nafasnya dalam-dalam, ia pun mulai melepaskan pelukan tangan Tay yang melingkar di tubuhnya. “Iya aku gak akan kemana-mana.” “Ayok sekarang bangun dulu yang, makan dulu yaaa? Cepet sayang.”

“Saya gak boleh peluk kamu?” Tay ketus ketika pelukan nya terlepas dari tubuh New.

“Boleeh sayang, nanti aku peluk.” “Tapi sekarang Tana makan dulu ya? Nanti buburnya keburu dingin, abis itu minum obatnya. Abis itu bobo, nanti bobo nya aku peluk yaa?” ucap New dengan lembut sebari mengelus pucuk kepala sang kekasih.

“Janji?” ucap Tay sebari mendongakkan kepala nya menatap wajah kekasih nya yang berada di atasnya.

“Iya sayang.” New pun tak kuasa menahan senyuman nya, baru pertama kali New melihat sisi seorang Tay Tawan yang manja seperti ini. Di bayangan nya apabila Tay sakit, Tay hanya akan diam ia tak pernah membayangkan seorang Tay Tawan yang dingin seperti Elsa bisa menunjukan sikap yang manja sekaligus clingy seperti ini.

Tay pun dengan sekuat tenaga akhirnya mendudukan tubuhnya.

“Tana mau makan disini apa ke meja makan?” tanya New.

“Pusing.” Lirihnya.

“Yauda makan di sini aja ya?” “Bentar aku siapin dulu ya?” New beranjak dari duduknya namun baru saja New akan melangkahkan kaki nya baju nya di tarik oleh Tay.

“Jangan kemana-mana.”

New tersenyum “Sayang aku keluar bentar ambil bubur sama obat.” “Bentar yaaa?”

“Jangan lama.”

New tak kuasa menahan senyuman nya “Iya bentar ya.”

Tak berselang lama New pun kembali memasuki kamar Tay dengan membawa semangkuk bubur dan juga ia membawa satu kantung besar berisi obat-obatan, susu beruang, dan juga cap kaki tiga.

“Lama.” ucap Tay ketus sebari bibir nya sedikit maju.

New menyimpan terlebih dahulu buburnya di nakas samping kasur Tay kemudian mengambil meja lipat yang biasa Tay pakai “Lagi sakit jangan marah-marah, aku kan tadi mindahin bubur nya dulu yang.”

Tay pun hanya membalas dengan gumaman.

“Aku ambil air anget dulu buat minum Tana, bentar yaa?”

New pun bergegas keluar kembali dari kamar Tay dan kembali dengan secepat kilat sebari membawa segelas penuh air hangat.

“Nih minum dulu air anget nya.” ucap nya menyodorkan gelas tersebut ke hadapan Tana.

Tay pun mengambil gelas tersebut lalu meminum nya dengan perlahan.

“Mau makan sendiri apa aku suapin?”

Tay mengangkat wajahnya lalu menatap New “Lemes.”

“Yauda aku suapin ya?” “Coba aaa Tana nya.” ucap New sebari mengaduk bubur nya lalu menyuapkan bubur ke mulut kekasihnya.

Dengan sabar New menyuapi kekasih nya tersebut.

“Sudah.” “Kenyang.”

“Masih ada setengah ini yang?” New menunjukan mangkuk bubur nya.

“Gak mau, udah.” ucap Tay lagi.

“Hmm, yauda. Minum dulu..” “Abis itu minum obat yaa?” New menyimpan mangkuk bubur tersebut di nakas samping kasur Tay kemudian membereskan meja lipat yang berada di kasur Tay lalu mengambil obat-obatan.

“Pusing.”

“Iya, makanya Tana minum obat dulu ya?” New lalu menyodorkan dua butir obat kehadapan nya.

Bukan nya langsung meminum obat nya, Tay hanya memandang New dengan tatapan lemah.

“Nanti abis minum obat aku peluk.”

Dengan cepat Tay pun mengambil obat tersebut lalu ia masukan kedalam mulutnya di ikuti dengan segelas air putih.

New pun tersenyum melihat kelakuan gemas dari Tay.

“Sini aku pasangin byebye fever dulu biar cepet turun demam kamu nya.” ucap New sebari melepas sebungkus byebye fever.

Tay pun mengangguk lalu mendekatkan tubuhnya ke arah New.

“Nah udah, yauda sekarang Tana bobo yaa?”

“Peluknya mana?” ucap Tay.

New kemudian tersenyum “Sini bayik gede, sini aku peluk.”

Kedua nya pun kini berbaring, dengan cepat Tay mendekap tubuh kekasihnya dan menenggelamkan wajahnya ke dada sang kekasih.

New kemudian mengelus punggung Tay dengan lembut “Tana udah mandi ya?”

Tay mengangguk “Kok tau?”

“Wangi sabun nya kecium.”

“Tadi pagi saya paksakan mandi, saya kira setelah mandi saya jadi segar tetapi malah tambah lemas.”

“Hmm, kalau badan udah kerasa gak enak jangan suka maksain.”

“Iya maaf.” lirih Tay.

“Iya, jangan sakit. Aku sedih tau kalau Tana sakit.” masih mengelus punggung Tay.

“Maafin saya, harusnya ketika saya sakit gini kamu tidak boleh dekat-dekat dengan saya.” lirihnya lagi.

“Gak papa, imun aku kuat kok. Virus Tana gak akan mampu masuk ke tubuh aku.” kekeh New. “Udah Tana sekarang bobo yaaa?”

Tay mengangguk “Jangan kemana-mana.”

“Gak.” “Aku gak kemana-mana.”

New masih dengan mengelus punggung Tay sekali-kali elusan nya berpindah ke kepala sang kekasih. Tak berselang lama New mendengar dengkuran halus dari kekasih nya, ah Tana nya akhirnya tidur.

New pun mencoba melepas pelukan Tay dari tubuhnya agar ia bisa membereskan sisa-sisa sarapan yang tadi ia berikan untuk Tay. Bukan nya melemah pelukan Tay semakin kencang mendekap tubuh New, seolah ia anak kecil yang tak mau melepas induknya. New pun pasrah dan mulai ikut mengistirahatkan tubuhnya.

Biarlah hari ini ia habiskan dengan mengurus bayi besar nya. Clingy Tay Tawan.

  • oura-

“Eh bentar, charger gue ketinggalan.” ucap Kit setengah berteriak.. “Gue ambil dulu ya bentar.” Kit sebari berbalik masuk kembali ke toko.

“Yauda sana cepet.” komentar New.

“Kak lo bisa anterin Kit gak baliknya?” tanya New kepada Singto yang kini tengah berdiri di sampingnya. Hari ini Singto datang untuk memberikan rangkuman materi tentang hukum dagang guna membantu New untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.

Akan tetapi setelah menyelesaikan urusan nya Singto memilih menongkrong di toko tempat New dan Kit bekerja bahkan Singto menghabiskan waktu hampir empat jam sampai toko tersebut tutup.

“Kalo gue nganterin Kit, lo sama siapa? Bareng ajasih.” tanya Singto.

“Gue pesen grabcar aja, lagian arah kostan gue sama arah jalan rumah lo kan beda.” ucap New.

“Gak papa, gue anter aja.”

“Jangan deh, hutang gue udah banyak sama lo. Gak mau nambah lagi gue.” Kekeh New. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya yang sedari tadi sore ia simpan di dalam tas.

New pun sedikit tertegun melihat banyaknya notifikasi yang ada di ponsel pintar nya. Tana-ku💙 7 missed calls “Attaphan 12 missed calls*

Ia pun berinisiatif menghubungi Gun terlebih dahulu, sesaat setelah nada dari ponselnya berbunyi tanda bahwa panggilan nya tersambung New di kagetkan dengan suara yang memanggil dirinya dengan begitu dingin.

“Thitipoom.”

New kemudian berbalik menghadap sumber suara. “Tana...”

Tay kekasih nya kini berada di hadapan nya dengan tatapan yang dingin dan kilatan emosi dalam mata nya tak dapat di sembunyikan.

“Tana.. Aku lagi..”

Sebelum ia menghampiri kekasihnya ia sempat berbalik ke arah Kak Singto dan berkata “Kak Sing gue duluan ya? Nanti tolong bilangin sama Kit gue duluan.”

New pun berjalan mendekati kekasihnya “Aku bisa jelasin ya..” gugup New.

Tay menarik lengan New dengan kasar berjalan menuju mobilnya yang terparkir disebrang jalan “Ikut saya.”

Mau tak mau New pun mengikuti langkah kaki kekasihnya karena tangan nya yang di cengkram oleh Tay. “Tana sakit.” ucap New meringis.

Bukan nya melemahkan cengkraman nya Tay malah semakin kuat menarik lengan New, lalu membuka pintu mobilnya dengan kasar dan sedikit menghempaskan tubuh New agar masuk dan duduk ke kursi penumpang di samping kursi pengemudi. Setelah New masuk Tay pun menutup pintu mobilnya dengan keras kemudian ia berjalan ke arah kursi pengemudi.

New yang baru pertama kali mendapat perlakuan kasar dari Tay hanya bisa meringis memegang lengan nya yang tadi di cengkram dengan kuat sehingga meninggalkan jejak merah di lingkaran lengan nya.

“Tana dengerin dulu, aku bisa jelasin yaaa?” “Tadi Kak Singto cuman dateng buat kasih rangkuman materi doang, terus dia..”

“Kamu bohongin saya Poom.” suara yang Tay keluarkan sangat berat.

“Dengerin aku dulu ya Tana.” “Aku gak maksud buat bohongin kamu aku ada alesan ya.” ucap New sebari mencoba menenangkan kekasih nya.

duggg Tay mengepalkan lengan nya lalu meninju setir mobil yang ada di hadapan nya. Lalu ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya dengan kasar.

“Tana.. Heyy tenang dulu.”

duggg setir mobil jadi sasaran kemarahan Tay kembali.

“Saya sudah bilang, saya paling tidak suka di bohongi.” ucap Tay dingin.

“Tana nyetir dulu yang tenang ya? Nanti kita ngobrol ya..” ucap New selembut mungkin.

“Kamu bohongin saya Poom, saya kira kamu sedang benar-benar penuh kegiatan sampe saya benar-benar khawatir dengan kesehatan kamu. Tapi ternyata kamu membohongi saya! Kamu senang foto kamu di agung-agungkan di twitter dan membuat orang-orang menatap kamu di toko tersebut?! Kamu senang jadi pusat perhatian?” Tay dengan sedikit emosi.

“Twitter? Pusat perhatian apa sih Tana aku gak ngerti?” New menampilkan ekspresi kebingungan.

“Gak usah pura-pura bodoh kamu.” “Dan lagi saya sudah pernah bilang, saya tidak suka kamu berhubungan dengan Singto.” “Tapi apa yang saya dapat? Saat saya pergi jauh keluar kota kamu mengambil kesempatan berduaan dengan Singto?” cih, cibir Tay.

“Tana aku bisa jelasin.” New dengan suara sedikit bergetar.

“Jelasin apa lagi New?” deg Bukan Thipoom tapi New. Tay nya benar-benar marah.

“Kamu bohongi saya New!!!” Tay berteriak.

“Tana maaaf.” New mulai terisak, ia belum pernah melihat Tay semarah ini. Ia takut.

Mobil yang dikendarai keduanya kini telah berhenti tepat di depan gerbang kost milik New.

“Aku bisa jelasin ya? Aku kerja disitu bukan karena pengen jadi pusat perhatian kaya yang Tana fikir. Aku pure kerja karena aku butuh uangnya.” “Untuk masalah Kak Singto kamu salah paham Tana, dia cuman datang buat bantu aku gak lebih.” “Maaaf aku gak jujur sama Tana, maaaf aku nyembunyiin semunya.” “Aku gak ada maksud Tana.”

Tay berbalik menatap wajah New

“Kamu membuat saya kecewa New.” “Saya gak mau dengar lagi penjelasan kamu.” “Kamu fikir kamu sehebat itu berbohong kepada saya? Kalau bukan karena teman-teman saya yang memaksa saya untuk menjalani hubungan dengan kamu, saya tidak akan menerima kamu New.”

degg Entah mengapa kata-kata terakhir Tay benar-benar membuat dada New berdenyit sakit. Jadi yang selama ini New takutkan benar, Tana nya hanya terpaksa, bukan karena cinta. Sebelas bulan bersama ternyata tak berarti apa-apa untuk Tay.

“Jadi selama sebelas bulan ini kamu gak pernah cinta sama aku?” lirih New.

Tak ada jawaban dari Tay.

“Jadi sebelas bulan ini semua nya palsu?” “Cih, bodoh.” “Maaafin saya kalo buat sebelas bulan kamu sia-sia Tay” “Maaaf kalo selama sebelas bulan ini kamu harus terpaksa buat cinta sama saya.”

New menarik nafasnya dalam-dalam “Tay. Ayok putus.”

”Let’s break up..”

Kemudian New membuka pintu mobil Tay dan keluar berjalan memasuki gerbang kost nya.

Tay hanya bisa terdiam. Otak nya masih mencerna semua yang baru saja terjadi.

duggg dugggg Tay kembali melayangkan tinjuan nya ke stir mobil.

Tay Tawan bodoh lirihnya.