pandaloura

Setelah Tay membaca pesan dari New, tubuhnya seolah malfuction karena salah tingkah. Ia pun memilih bangun dari tidurnya lalu mencoba merapihkan kasur king size miliknya, menyemprotkan beberapa parfum ke kasur dan bantalnya bahkan ruangan kamar tak luput dari serangan parfum miliknya.

Setelah di rasa kamarnya telah siap, ia pun kembali memilih merebahkan tubuhnya lalu sesekali menutup tubuhnya dengan selimut dan menggoyang-goyangkan kakinya seperti anak kecil yang terlalu senang karena mendapat permen dari ibunya.

“Tenang Tay, tenang.. Tidur doang.” Ia mencoba menenangkan dadanya yang sedari tadi menderu.

Saat Tay sedang mencoba menenangkan dirinya tak lama ia kembali di kejutkan dengan ketukan pintu kamarnya.

“Masuk ya Tee..” Ucap suara dari balik pintu tersebut. Tay kemudian mulai menyandarkan punggungnya ke headboard kasur miliknya “yaaa..” Mencoba kembali menenangkan nafasnya.

New masuk membawa sebuah kotak kecil dan juga segelas air putih, ia memilih berdiri di samping kasur Tay dan tanpa ragu langsung mengecek suhu tubuh Tay lewat dahinya “udah gak terlalu panas, tapi kok keringetan banget ya?” Tanya New yang sadar saat melihat beberapa keringat bersarang di sekitar dahi dan pipi suaminya tersebut.

“Eh.. Iya e.. Efek obat kali jadi keringetan.” Jawab Tay gugup ia tak mungkin mengungkapkan keringat tersebut muncul karena tingkah saltingnya tadi.

New mengangguk lalu mengambil tissue di nakas samping miliknya lalu menghapus lembut keringat tersebut “oh yaudah, bagus berarti.. Nih di minum lagi deh obatnya, biar enakan lagi.” Ia pun menyodorkan kotak kecil tersebut yang sudah berisi beberapa tablet obat yang harus di konsumsi oleh Tay.

“Makasih Cha..” Tay mengambil kotak obat tersebut dan tanpa ragu memasukkan beberapa tersebut langsung ke dalam mulutnya.

“Nih minumnya.” New memberikan segelas air yang tadi ia siapkan.

Setelah agenda minum obat selesai New pun masih berdiri di tempatnya, sedikit canggung bagaimana memulai obrolan dengan suaminya tersebut. Tay yang sadar langsung menepuk sisi kiri kasurnya “sini, kamu sukanya sisi kiri kan ya?”

New tersenyum lalu mengangguk, baru saja New mau berjalan menuju sisi kiri kasur tersebut namun langkahnya sempat terhenti saat mendengar bunyi ponsel Tay yang menandakan adanya panggilan.

New yang masih berdiri di depan nakas tanpa sadar melihat layar ponsel tersebut menunjukkan panggilan dari kontak Namnam🐰 tanpa sadar ia pun menarik nafasnya dan memilih membalikkan tubuhnya namun saat ia akan berjalan hal tersebut di hentikkan oleh Tay yang langsung menarik dan menahan tubuh New agar tak kemana-mana.

“Ya Nam?” Tay mengangkat telfon tersebut dan memilih menyalakan fitur loudspeaker

”Kak? Katanya Kakak kemaren masuk RS? Masih? Kakak gak papa?” Terdengar suara Nam yang panik.

“Iya, tapi hari ini udah pulang kok. Lagi pemulihan.. Kamu gak usah khawatirin aku lagi ya Dek? Sekarang aku udah ada New yang bakal siap jagain dan rawat aku, baiknya sekarang kamu fokus sama diri kamu ya dek? Makasih perhatiannya, Kakak sangat appreciate hal tersebut.. Tapi kamu udah gak perlu repot-repot lagi ya Nam?” Ucap Tay mantap.

Ada beberapa detik jeda sebelum akhirnya Namtan berucap membalas ucapan Tay “ahh, iyaa.. Sorry Kak.. Semoga Kakak sehat selalu ya.. Salam buat Kak New..”

“Iya, nanti aku sampaikan.” Jawab Tay kembali.

*”Oke aku tutup ya Kak.” Lalu panggilan telfon tersebut terputus.

Tay memilih bangun lalu langsung menarik tubuh New agar masuk ke dalam pelukannya “maaf, aku ngangkat tapi aku mau kamu denger juga kalau aku udah gak bimbang ataupun bingung akan pilihan aku.”

“Iya.” Lirih New.

“Aku kan terus berusaha buat gak pernah ingkar lagi ya Cha.. Pelan-pelan ya Cha..” Tay kembali mengeratkan pelukannya.

New mengangguk lalu ikut memeluk Tay “iya.. Makasih Tee..”

“Sama-sama.” Lalu Tay mengecup pelan pucuk kepala New.

Keduanya pun melepaskan pelukannya.

“Jadi.. Kamu bener kan mau nya di sisi kiri?” Tanya Tay pada New.

“Sisi kanan kiri sekarang udah gak penting, asal kamu yang ada di samping aku.” Ungkap New yang membuat Tay kembali menutup matanya “ahhh Cha.. Jangan gini dong, aku udah lemes makin lemes nih.” Tak dapat menutupi salah tingkah dirinya.

New pun terkekeh melihat tingkah suaminya tersebut “gausah salting, alay.. Ayok tidur, aku capek.” Ajak New.

Tay pun mengangguk dan mulai menempatkan posisinya “tidurnya boleh sambil peluk gak?”

“Boleh.. Tapi peluk aja ya? Kan mintanya peluk aja.” Jawab New mencoba menggoda Tay.

“Jadi kalau minta yang lain boleh?” Tanya Tay, terdengar suaranya sedikit menunjukkan penyesalan.

New mengangkat bahunya acuh tak acuh “auk, tidur ah ngantuk.” Lalu langsung ikut mengambil posisinya tepat di samping tubuh suaminya.

Tanpa menunggu lama Tay pun langsung mendekap tubuh New masuk kedalam pelukannya ”good night Cha..” tak lupa kembali mengecup pucuk kepalanya.

”Good night Tee..” Balas New yang kini mengistirahatkan tubuhnya di dekapan suaminya.

—pandaloura

“Pokoknya kalau ada apa-apa langsung hubungin Mamah atau Ibu ya?” Ucap Mamah kepada Tay dan juga New.

New mengangguk pelan sebari tersenyum “iya Mah, Mamah Ibu sama Nenek istirahat aja.. Tadi kata dokter juga Tay besok kalau gak ada keluhan udah boleh pulang.”

“Yaudah, kamu juga nanti Tay tidur kamu tidur ya? Nenek sudah bawakan selimut tebal, lagian kenapa kamu malah pake celana pendek begini sih?” Tatap Nenek tak suka.

New menggaruk belakang lehernya sebari tersenyum “tadi gerah Nek, tapi kan nanti bisa pake selimut.”

“Yaudah, kita pulang ya..” “Besok pagi, kita kesini lagi.” Ucap Mamah sebari tak lupa mengecup pipi menantunya tersebut.

“Tay istirahat ya sayang ya..” Mamah tak lupa mengecup anak sulungnya tersebut.

“Cepet sehat ya nak.. Emang disuruh buat istirahat.” Ucap Ibu lembut.

Tay yang masih terbaring lemah hanya bisa tersenyum lalu mengangguk.

“Yaudah yuk, Jen Rum.. Kita pulang.” Ajak Nenek, lalu ketiganya pun keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Tay dan juga New berdua.

Setelah New mengantarkan kepergian mereka, ia pun berjalan mendekati Tay. Ia merapihkan selimut yang menutupi tubuh Tay “tidur.” Ucapnya singkat.

New mencoba membalikkan tubuhnya untuk duduk di sofa namun lengannya di tahan oleh Tay “maaf ya Cha, aku ngerepotin.”

“Makanya cepet sehat, lagian sok-sokan masakin makanan tapi sendirinya malah gak makan. Aneh banget.” Ungkap New masih dengan wajah ketus.

Tay tersenyum tulus “kamu kalau ngomel ternyata lucu juga ya?”

“Gue di apaain aja emang lucu.” Jawab New acuh tak acuh.

Tay mengangguk setuju “iyasih.”

“Dah sana tidurr..” New yang lengannya masih di pegan oleh Tay akhirnya memilih duduk di kursi yang berada tepat di samping kasur Tay.

“Gak bisa tidur, mau temenin ngobrol gak sebentar?” Tanya Tay penuh harap.

“Mmm..” New mengangguk.

“Maaf ya..” “Ternyata dulu aku sering banget bikin kamu sakit, ternyata hal-hal yang aku lakuin dulu sering banget bikin kamu gak nyaman ya?” Tay berucap lemah.

New kembali mengangguk setuju “nyebelin banget kan? Gaenak ya?”

“Gaenak banget.” “Maaf ya Cha..” Ucap Tay tulus.

New mencoba melepas pegangan tangan Tay di lengannya “jangan kaya gitu lagi ya? Nanti kalau kaya gitu lagi, gue gak akan beneran mikir dua kali.. Gue bakal langsung pergi.”

kemudian ia memilih untuk mengenggam tangan Tay “maaf juga kemaren-kemaren gue nyebelin banget, bikin lu nunggu..”

“Gapapa, aku pantes kok di gituin.” Jawab Tay sebari tersenyum miris. “Maaf ya, harusnya aku bahagian kamu tapi malah jadi ngerepotin gini.”

“Makanya cepet sehat, aku gak sabar di bahagian kamu.” Ucap New tanpa ragu.

Tay tak kuasa membelakkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar “Cha? Tadi kamu bilang apa?”

“Gak ada siaran ulang! Sakit kok malah jadi ikut budek juga.” Jawab New ketus.

Tay tersenyum hangat lalu mengangkat tangan New lalu mengecup pelan punggung tangan milik suaminya tersebut “makasih ya Cha.. Buat semuanya, kesempatan.. Perhatian, pokonya makasih.”

“Iya, sama kayak dulu.. Kita pelan-pelan usahain pernikahan kita lagi ya? Yang lalu udah kita kubur, sekarang kita jalanin semua yang baru.” Ucap New mantap.

Tay mengangguk lalu tersenyum “makasih.. Pelan-pelan ya Cha.. Sekali lagi makasih buat kesempatannya.”

Tay kembali mengecup punggung tangan New lalu menatap dalam iris mata coklat milik New “aku janji, kamu gak akan pernah nyesel akan pilihan kamu untuk kasih kesempatan buat pernikahan kita. Aku janji Cha.”

“Awas gak boleh ingkar!” “Sekarang tidur! Istirahat, biar besok kita bisa pulang kerumah kita.” Ujar New.

Tay mengangguk lalu mencoba menutup matanya dan mengistirahatkan tubuhnya.

New yang masih diam di posisinya hanya bisa tersenyum hangat menatap Tay yang sepertinya sudah mulai masuk ke alam tidurnya.

“Katanya kalau jodoh, mau segimanapun lu nolak atau lu berusaha menjauh pasti aja dekat. So, apakah lu jodoh gue? karena segimanapun kita berusaha buat saling nolak dan menjauh, ujung-ujungnya kita selalu saling mendekat.” Monolog New dalam hati.

“Tapi harapan gue emang lu adalah jodoh gue.”

”good night te..” Lirihnya pelan lalu di tutup dengan mengecup dahi Tay dengan pelan.

—pandaloura

Begitu selesai membaca pesan dari Toptap, New bergegas berjalan keluar dari kamarnya mencoba mengecek Tay di dalam kamar miliknya. Ia sempat mengetuk pintu kamar Tay namun hasilnya nihil tak ada jawaban dari sana. Ia pun dengan perlahan membuka pintu kamar tersebut dan betapa terkejut dirinya saat melihat Tay yang terbaring lemah sebari sesekali terdengar rintihan pelan dari mulutnya.

New langsung berlari menghampiri suaminya tersebut “Te! Ya Tuhan, kamu kenapa?” Ucapnya begitu panik sebari mengecek suhu tubuh Tay lewat dahinya “yaampun panas banget.” Monolognya.

“Cha..” “Maaf.” Lirih Tay pelan.

New menggelengkan kepalanya cepat “gausah minta maaf, kita ke rumah sakit sekarang! Sebentar, kamu bisa bangun sebentar? Bentar aku ambil jaket kamu.” Ucap New panik.

Saat dirinya akan bangkit dari duduknya lengannya di tahan oleh Tay “aku gapapa, maafin aku Cha.. Aku cuman butuh kamu, udah cukup.”

“Kalau kamu sayang aku, nurut! Kita ke rumah sakit sekarang!” Ucap New kembali, lalu langsung mengambil jaket Tay yang tergantung di lemari lalu kembali menghampiri Tay “sini aku bantu kamu bangun, pake jaketnya dulu.. Kamu bisa berdiri kan?”

Tay mengangguk sebari tersenyum “kamu udah gak pake gue-elu lagi.”

“Te! Itu gak penting sekarang! Please ayok, kita kerumah sakit dulu.” New membantu Tay bangkit dari tidurnya lalu mencoba memapah tubuh suaminya tersebut dan keduanya pun bergegas menuju rumah sakit.

—pandaloura

Setelah menyelesaikan kegiatan membersihkan tubuhnya, Tay tak lupa memakaikan tubuhnya beberapa semprot wewangian ke tubuhnya. Menyisir rambutnya dengan rapih dan kemudian keluar kamarnya untuk menata masakannya ke meja makan.

Ia menata meja makan dengan dua piring pasta yang baru saja ia buat dan juga ia sisipkan dua gelas wine di samping kedua piring tersebut. Baru saja ia akan beranjak untuk mengambil botol wine di dapur ia sedikit terkejut saat melihat New yang baru saja keluar dari kamarnya dengan dandanan yang rapi.

“Mau pergi Cha?” Tanya Tay pelan. New mengangguk “ya.”

New melihat meja makan yang sudah tertata rapi “lu beneran masak?”

“Hehehe iya, mau makan dulu gak?” Tanya Tay penuh harap.

New terdiam sejenak “Gigi udah jemput di bawah.”

“Oh.. Jadi gak bisa makan malem bareng ya?” Tanya Tay kembali.

“Sorry” Lirih New.

Tay mengangguk lemah “yaudah, hati-hati ya Cha.. Kalau mau gue jemput kabarin ya?”

“Iya.” Lalu New mulai berjalan menuju pintu keluar namun saat baru saja melewati Tay, langkah New terhenti karena tangan Tay menahan lengannya.

New menoleh menatap Tay.

Tay ikut menatap New “Cha jangan pergi ya?” Pintanya penuh harap.

“Sorry..” Jawab New lemah sebari mencoba melepaskan tangan Tay dari lengannya.

Lalu ia kembali berjalan meninggalkan Tay yang masih berdiri di tempatnya dengan raut wajah penuh kekecewaan.

New kembali melirik jam yang berada di ponselnya. Membuat Off yang duduk di sampingnya menoleh dari ujung matanya “gue perhatiin lu liatin jam mulu deh, kenapa? Tay udah nanyain ya?”

New menoleh menatap Off lalu menggeleng “gak kok.”

“Gausah bohong, gue perhatiin gelisah gitu dari tadi? Even tadi pas makan aja lu sering banget liatin jam, padahal lu yang mau makan maranggi tadi seporsi aja malah gak habis.” Ucap Off kembali.

Off sempat melirik maps yang berada di layar mobilnya “paling setengah jam lagi sampe kok. Tapi lo jujur deh, lo gak bilang ya mau pulang malem ke Tay?”

New terdiam lalu menarik nafasnya dalam “hahhhh, gue cuman pengen Tay ngerasain aja kalau nunggu tanpa dikasih kabar tuh gak enak.”

“Jadi, lo gak bilang kalau lo ke Puncak?! Ah, New elahhhh.. Gue jadi gak enak.” Ucap Off sedikit panik.

New mengangkat bahunya acuh tak acuh “yaudasih gapapa, biarin aja. Biar dia juga ngerasain apa yang gue rasain dulu.”

“Ini cuman nunggu beberapa jam, gue dulu sering banget nunggu dia. Gak sekali dua kali sering banget.” Lirih New sambil menatap lurus ke jalan.

Off hanya bisa mengangguk pelan tanpa memberikan respon apapun.

“Gue gak salah kan?” New bertanya.

Off berdeham “lo mau denger advice dari gue gak? Apa lo maunya, pernyataan lo yang tadi gak di bantah?”

“Hmm..”

Off menganggukan kepalanya “yaudah, gausah dengerin advice gue hahahahahha”

“Gak gak, coba.. Menurut lo gimana? Tapi gak boleh bias harus netral.” Ucap New.

Off kemudian menarik nafasnya “hmm ini menurut gue ya, dan ini beneran pemikiran netral gue.. Gak berat sebelah.”

“Menurut gue, salah atau engga ya relatif sih.. Sifat dasar manusia kan emang pendendam, gak semua.. Tapi kebanyakan.” Off memulai membuka suara.

“Gue tau hal yang di lakuin Tay di masa lalu tuh gak bener, salah banget. Dan wajar banget lu sakit hati dan marah, cuman menurut gue.. Ketika sekarang lu lebih milih kasih kesempatan ke dia, jalanin lagi semuanya dari awal sama-sama, menurut gue ketika lu memilih hal itu seharusnya lu udah berdamai dulu sama diri lu sendiri buat kubur kenangan jelek sebelumnya dan emang beneran mulai hari yang baru sama Tay.” Ucap Off panjang lebar.

“Tapi.. Balik lagi, kan semua lu yang rasain dan jalanin. Gue kan gak pernah tau rasa sakit yang lu rasain, makanya lu memilih buat “balas dendam” kayak gini sama Tay” Off sesekali melirik ke arah New.

“Tapi, kalau kayak gini terus gak akan ada ujungnya gak sih New? Lu pasti gak akan pernah ngerasa puas buat balesin rasa sakit lu ke Tay, Tay juga pasti bakal terus ngerasa bersalah.. Gak akan ada ujungnya, malah ini bikin kalian saling nyakitin. Gak akan ada yang bahagia New..” New tertegun mendengar ucapan Off.

Off kembali menarik nafasnya dalam “menurut gue, sekarang sebelum lu kasih kesempatan ke Tay, lu mesti kesempatan juga buat hati lu.. Ikhlas dengan apa yang terjadi di masa lalu, kubur semua sakitnya dan maafin semua yang terjadi. Setelah lu bisa baru abis itu fokus sama hubungan kalian buat masa sekarang dan masa depan.”

“Gue gak mau kalian saling nyakitin kayak gini. Tay sahabat gue dan lu juga seiring dengan berjalannya waktu udah gue anggep kayak adik gue sendiri.” Off melirik New yang masih terdiam “tapi ini kan cuman pemikiran gue, gue tau.. Saat menjalaninya akan jauh lebih sulit, apalagi ikhlas.. Gue tau itu susah, banget malah.”

“Tapi kan hidup itu pilihan dan lu udah milih untuk kasih kesempatan artinya lu harusnya sudah bisa maafin semua yang terjadi di belakang. Sekali lagi gue cuman bisa kasih advice gak seberapa tapi semuanya akan tetep balik ke lu New, karena kan lu yang jalanin. Gue cuman pengen lu happy.” Ucap Off menutup ucapannya.

New masih memilih diam dan Off menghargai akan hal itu. Dan akhirnya sisa perjalanan keduanya di isi dengan keheningan dari keduanya.

Akhirnya mobil yang di kendarai oleh keduanya pun memasuki kawasan apartment New, Off langsung mengarahkan mobilnya menuju lobby hotel.

”Thanks ya Kak..” Ucap New sebari melepaskan safety beltnya.

Off mengangguk “sama-sama Newwiee.. Sorry ya kalau ucapan gue tadi terlalu mengatur atau bikin lu gak nyaman.”

“Gak kok, yang lu omongin itu sebenernya ada benernya kok Kak. Gue nya aja denial kalau yang gue lakuin ke Tay itu gak salah, padahal tanpa advice lu juga tau kalau gue harusnya gak kaya gitu.. Tapi kan, gue cuman manusia biasa.” Lirih New.

Off tersenyum lalu mengusak pelan pucuk kepala New “gapapa, lakuin aja yang menurut lu bener.. Sana gih masuk, dah lewat tengah malem ini.. Istirahat ya.”

“Iya Kak, makasih ya.. Lu hati-hati.” New pun keluar dari mobil tersebut dan tak lupa berpamitan dan melambaikan tangannya sampai mobil Off pun mulai keluar dari pandangan matanya.

— Apartment

Sebelum New membuka pintu apartmentnya tersebut ia sempat menarik nafasnya dalam-dalam, mempersiapkan dirinya saat akan bertemu Tay yang sedari tadi tak pernah ia respon chatnya. Mau tak mau, suka tak suka ucapan panjang Off sedikit mempengaruhi fikirannya.

“Hahhh.. Tau deh, paling udah tidur.” Ia kemudian mendorong pintu tersebut sampai terbuka, dan mendapati ruangan apartment tersebut hening dan lampu-lampu masih menyala.

Saat ia melewati meja makan kecil di dapur ia sedikit tertegun saat melihat meja makan tersebut di tata begitu rapi dan ia bisa melihat dua piring berisi steak yang Tay buat kini sudah dingin. Kemudian New kembali berjalan mendapati Tay yang tengah tertidur di sofa ruang tv.

Perasaan bersalah memenuhi dadanya, ia kemudian memilih duduk di meja tepat di hadapan sofa dan menatap sendu Tay yang tengah tertidur dan ia bisa merasakan raut wajah lelaki di hadapannya mungkin sedikit menunjukkan garis-garis kelelahan.

Kurang lebih lima menit New memilih diam di posisinya sebari terus menatap lelaki yang ia nikahi tersebut. “Maaf.” Lirihnya sangat pelan.

Entah Tay mendengar atau tersadar saat di tatap begitu lama, dengan perlahan ia pun membuka matanya dan menunjukkan keterkejutan di wajahnya “Cha, baru pulang? Eh sorry aku ketiduran.” Tay mencoba menyadarkan dirinya dengan segera duduk.

Namun saat Tay bangun dan terduduk New memilih bangkit dari duduknya “Cha?” Tay menarik tangan New dengan pelan.

“Mau makan? Biar aku angetin steaknya.” Ucap Tay penuh harap.

New melepas pegangan Tay “lu tidur aja, gue gak laper.” Lalu memilih berjalan memasuki kamarnya meninggalkan Tay yang tertunduk lesu di tempatnya.

@pandaloura

Namtan turun dari mobilnya sesampainya di rumah keluarga Vihokratana, ia bahkan tak lupa membawa sekeranjang buah yang ia khusus belikan untuk Nenek.

“Siang..” Ucapnya pelan sebari memasuki rumah tersebut.

Mamah Tay menyambutnya dengan senyuman hangat “eh udah sampe aja, sini masuk yuk.. Nenek udah nungguin.” Akhirnya Mamah mengajak Namtan masuk menuju ruangan keluarga dimana sang Nenek berada.

Begitu sampai di ruangan tersebut Namtan sedikit tertegun karena selain ada Nenek, ada seorang wanita paruh baya yang umurnya mungkin tak berbeda jauh dengan Mamah Tay. “Haloo siang Nek..” Sapa Namtan yang hanya di balas anggukan oleh Nenek.

“Halo siang Tante..” Namtan tak lupa menyapa wanita paruh baya yang duduk di samping Nenek.

“Ehiya, Nam.. Kenalin ini Tante Jenna.. Beliau ini Ibu dari New..” Mamah memperkenalkan Ibu kepada Namtan, dan Namtan tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. “Ha..Halo Tante, Namtan.” Ibu membalas jabatan tangan Namtan lalu tersenyum hangat “Haloo, kenalin saya Jenna Ibunya New.”

Namtan pun mengangguk lalu memilih duduk di sisi samping Nenek “Nenek katanya sakit? Kok gak kasih tau Nam sih? Tau gitu Nam kesini dari kemarin.”

“Nenek udah sembuh kok sekarang.” Jawab Nenek.

Namtan pun menunjuk keranjang buah yang ia bawa “di makan ya? Itu buah kesukaan Nenek semua.”

“Makasih Nam..” “Nenek manggil kamu kesini karena ada yang ingin Nenek bicarakan sama kamu.” Nenek berucap langsung.

Namtan mengangguk “kenapa Nek?”

“Nenek langsung aja ya, gausah muter-muter.” Nenek berdeham sebelum berucap. “Nenek tau, kamu sama Tay sudah bersahabat sejak kecil. Bahkan Tay sudah menganggap kamu seperti adik sendiri dan kami juga sudah menganggap kamu adalah bagian dari keluarga kami.” Namtan mengangguk mengerti kemana arah pembicaraan ini.

“Tapi kamu harus batasan ya Nam.. Tay sekarang sudah menikah dan sudah punya pasangan, jadi Nenek mohon kamu untuk menghargai hal tersebut.” Nenek sekali lagi menarik nafasnya pelan sebari mengenggam tangan Namtan “Nenek tau kamu anak baik dan pasti akan mengerti, tolong jangan ganggu Tay lagi dan bersikaplah sewajarnya. Karena Tay sudah memilih New untuk menjadi pasangan hidupnya.”

Namtan memilih menundukkan kepalanya sebari mengigit bibirnya keras. “Nenek tau, semua kesalahan bukan hanya ada di kamu.. Tay juga bersalah karena ia tak bisa menahan menunjukkan kepeduliannya kepada kamu, maka Nenek berbicara seperti ini semata-mata bukan mau menyalahkan kamu atau membuat kamu tak nyaman. Nenek cuman ingin kalian tidak melewati batas dan tidak melakukan hal yang seharusnya tidak di lakukan.”

“Namtan paham kan maksud Nenek?” Nenek mencoba mengangkat wajah Namtan yang masih tertunduk.

Namtan mengangguk lemah “maafin Namtan ya Nek.. Mah.. Tante.. Namtan udah sadar kalau yang terjadi kemarin-kemarin itu sebuah kesalahan dan Namtan juga udah berusaha buat gak ngulangin hal itu lagi.”

“Iya, Nenek yakin Namtan nanti akan ketemu sama orang yang beneran sayang sama Namtan. Namtan anak cantik, hebat dan pintar pasti akan mendapatkan yang terbaik.” Ucap Nenek kembali.

Namtan kembali mengangguk “iya Nek, sekali lagi Namtan minta maaf kalau kemarin-kemarin Namtan terkesan menganggu hubungan Tay dan New. Dan Namtan juga mau ngucapin banyak-banyak terimakasih karena Nenek udah ngingetin Namtan.. Semoga Namtan bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi ya..”

“Aamiin..” Ucap Nenek lalu memeluk pelan Namtan.

“Ikut makan aja sih Nak, kan nanti bisa sekalian ngobrol sama Tay.” Ucap Mamah kepada Off yang kini tengah membereskan beberapa bawaannya.

“Nanti aja deh Mah, Off ada kerjaan soalnya. Yang penting udah ketemu Mamah sama Nenek.” Off kemudian menoleh menatap Nenek yang terduduk. “Nenek juga jangan mikirin aneh-aneh ya? New udah dikasih tau sama Off biar baikan sama Tay, Nenek jangan sakit lagi ya?” Nenek tersenyum sebari mengangguk “nanti main-main sini lagi ya Off?” Off tersenyum lalu mencium punggung tangan Nenek “pasti.”

New yang berdiri di samping Off hanya bisa tersenyum hangat melihat interaksi antara Off dan juga keluarga Tay. “Yuk Kak, gue anter ke depan.” “New anter Kak Off dulu ya Mah, Nek.” Kemudian Off dan juga New pun mulai berjalan menuju pintu keluar.

“Yauda, sana masuk lagi gih.” Ucap Off begitu sampai di depan mobilnya, New mengangguk “hati-hati ya Kak.. Sorry gue ngerepotin.” Off mengangguk lalu mengusak pucuk kepala New dengan pelan “harus berapa kali ya gue bilang, gue gak ngerasa di repotin. Gih, sana masuk.”

New menangguk lalu mempersilahkan Off naik ke mobilnya dan menunggu sampai mobil tersebut keluar dari gerbang rumah Tay. Kemudian New memilih membalikkan tubuhnya namun langkahnya sempat terhenti ketika mendengar ada suara mesin mobil lain yang memasuki gerbang rumah tersebut.

“Cha?” Terdengar suara dari belakangnya, ia pun menoleh ke arah suara tersebut. Tay Tawan tengah menatapnya dengan tatapan tak percaya “cha? Ini lo kan?” Ia bergegas menutup pintu mobilnya dan berjalan mendekat ke arah New.

New masih belum memberikan reaksi apa-apa. “Cha?” Ucap Tay sekali lagi.

“Iya ini gue.” Akhirnya New membuka suaranya, ia tak dapat menutupi wajah khawatirnya saat melihat perawakan suaminya. New rasa Tay kehilangan beberapa kg berat badannya, kantung matanya begitu gelap dan kulit wajahnya tak menunjukkan kelelahan luar biasa.

New pun memilih kembali membalikkan wajahnya lalu mulai berjalan memasuki rumah di ikuti oleh Tay di belakangnya.

“Eh Abang..” Ucap Mamah begitu melihat anak sulungnya memasuki rumah tersebut. “Mah, Nek..” Tay langsung mencium tangan Nenek dan juga Mamahnya secara bergantian. “Nenek gimana keadaannya? Udah enakan?” Tanya Tay kepada sang Nenek.

Nenek mengangguk sebari tersenyum sumringah “udah sehat banget Nenek, semua gara-gara New yang ngurusin Nenek dari kemarin.” Nenek kemudian mengenggam tangan New yang berdiri di sampingnya.

“New dari kemarin? Kok gak ada yang kasih tau Abang?” Tay mencoba meminta jawaban. “Ah ribet kalau ada Abang kemarin.” Jawab Mamah kepada Tay.

New yang awalnya berdiri kini memilih duduk di samping Nenek “Nek, kalau New izin gak ikut makan malem boleh?” Nenek langsung menoleh dan wajahnya menunjukkan raut tak suka “kamu mau kemana? Kita makan sama-sama ya? Ini juga kan masih sore.”

“New mau ngobrol dulu sama Tay, boleh gak Nek?” New mencoba menjelaskan.

“Ngobrol di kamar aja Nak, nanti Mamah sama Nenek gak akan ganggu kok.” Mamah ikut berkomentar.

New tersenyum “New lebih nyaman ngobrol berdua aja Mah, boleh ya?” New mencoba meyakinkan.

“Yaudah, tapi nanti kesini lagi ya Nak?” Nenek akhirnya memberikan izin.

New mengangguk “iya Nek, nanti New pasti kesini lagi.” “Yuk Tay, gapapa kan baru sampe udah pergi lagi?” Tay dengan cepat menganggukan kepalanya “gapapa kok. Mah, Nek.. Abang pergi dulu ya..” Pamitnya, lalu keduanya pun akhirnya pergi meninggalkan rumah tersebut.

Sepanjang perjalanan, New lebih memilih menutup matanya dan mengistirahatkan tubuhnya. Entah karena memang karena ia lelah atauh lebih memilih untuk menghindari obrolan di perjalanan.

Setelah hampir tiga puluh menit keduanya terdiam, akhirnya mobil yang mereka tumpangi berhenti. Dan New langsung membuka matanya, keluar dari mobil tersebut dan berjalan memasuki lobby.

“Ayok cepet, gue gak ada akses kan.” Ucap New kepada Tay. Tay pun bergegas berlari mendekat.

Apartment Tay

New melihat sekeliling dan hanya bisa menggelengkan kepalanya “lu beneran gak ada kefikiran buat bersih-bersih?” Apartment tersebut benar-benar kotor penuh dengan debu, belum lagi banyak sekali cucian piring yang berserakan di wastafel.

“Iya nanti gue bersihin, sini-sini.. Ke ruang TV aja, gue suka sapuin kok.” Ajak Tay kepada New.

Lalu kini keduanya pun sudah duduk bersebelahan di sofa ruang TV.

“Tay”

“Cha”

Keduanya secara bersamaan. “Lo dulu deh.” Ucap Tay.

“Oke, lu tau kan kemaren jadwal sidang pertama perceraian kita?” New memulai pembicaraan. “Tau.” Jawab Tay singkat.

“Terus kenapa gak dateng?” New menatap Tay yang memilih menundukkan wajahnya.

“Gue gak mau cerai.” Lirihnya.

“Alesan lo gak mau adalah?” New bertanya kembali. “Kan dari awal yang mau nikah kontrak lu, yang selalu ninggalin gue sendirian juga lu, lu yang suka seenaknya pergi sama siapapun, lu yang gak pernah mikirin perasaan gue, terus kenapa pas mau cerai gak mau? Harusnya lu seneng, lu cukup dateng ke sidang, beres. Setelah cerai u bisa lakuin apapun yang lu mau dengan bebas.” Ucap New sarkas.

Tay kini mengangkat wajahnya menatap New “maaf, gue salah. Gue gak bisa bantah apapun yang barusan lu omongin. Karena gue yang salah.”

“Gak kok, gak sepenuhnya lu salah.” New menatap lurus dinding di depannya “gue juga ikut andil salah, harusnya gue mentah-mentah nolak permintaan nikah kontrak lu. Harusnya gue juga punya sikap buat pertahanin pernikahan kita kemaren. Lu salah tapi gue juga salah.”

Tay menggeleng “gak, gue yang banyak nyakitin lu.”

“Emang.” Jawab New.

“Maaf Cha.” Sesal Tay.

“Kemarin gue juga gak dateng ke persidangan.” Ucapan New membuat Tay menoleh kaget “lu gak dateng juga?” New mengangguk “harusnya gue bisa pergi sidang tapi ternyata hati gue milih buat gak dateng.” New menarik nafasnya dalam-dalam “hahhh, gue pake alasan gue khawatir sama Nenek tapi setelah gue fikir-fikir bukan itu.. Gue nya emang yang gak mau datang sidang, setelah gue fikir-fikir semaleman.. Ternyata hati kecil gue juga takut, gue takut pilihan gue salah.”

Tay mengeser duduknya sedikit mendekat dan memberanikan diri mengenggam tangan New. New menoleh namun tak memberikan penolakan akan apa yang Tay lakukan.

“Gue gak apapun yang gue lakuin gak akan bisa nebus kesalahan gue di masa lalu, tapi gue beneran tersadar Cha.. Gue gak ada lu beneran susah, hati gue kosong, gue beneran kesiksa Cha, ngeliat kehidupan lu yang baik-baik aja tanpa gue bikin gue makin kesiksa. Gue bahkan berdoa sama Tuhan biar gue di kasih kesempatan kedua buat memperbaiki kesalahan gue kemarin-kemarin.” Jelas Tay bergetar.

“Gue udah nyakitin lu, ngecewain Ibu.. Ngecewain Fah dan Gigi dan ngecewain keluarga gue. Gue nyesel Cha.” Tay mencoba menahan tangisnya.

“Gue tau lu pasti udah gak percaya sama semua yang keluar dari mulut gue, tapi demi apapun.. Gue cinta sama lu New, gue mau kita punya pernikahan yang seharusnya, gue mau bangun keluarga kecil gue sama lu. Hanya sama lu Cha..” Diakhir ucapannya Tay sudah tak dapat menahan air matanya “gue mau lu kasih kesempatan Cha.”

New pun sekuat tenaga menahan tangisnya, sejujurnya ia sangat ingin memeluk tubuh Tay dengan erat namun ia harus menahan semua itu karena ia tak mau Tay memandang New begitu mudah memberikan kesempatan pada dirinya.

“Cha maafin gue..” Lirih Tay kembali. “Kasih gue kesempatan buat balikin semuanya kayak semula, kasih gue kesempatan buat pelan-pelan bangun keluarga kecil kita Cha.”

New kemudian menarik tangannya lalu menarik nafasnya dalam-dalam “Tay, ada waktu sebulan sebelum gugatan gue naik lagi ke persidangan.” Tay mengangkat wajahnya menatap New dengan penuh harap.

“Gue mau kita coba sama-sama di waktu tunggu itu, kalau ternyata emang gak bisa yaudah.. Kita lanjut lagi proses cerainya” Jawab New mantap.

Tay terdiam beberapa detik mencoba mencerna ucapan dari New “sebentar, jadi maksud lu.. Lu kasih gue kesempatan? Kita bisa sama-sama lagi? Cha? Lu gaboleh narik perkataan lu lagi ya?”

“Iya, tapi sebelum itu gue mau lu minta maaf dulu sama Ibu, Fah dan Gigi. Gue mau lu izin dulu sama mereka.” Jawab New.

Tay bangkit dari duduknya lalu mencoba menetralkan nafasnya yang menderu karena bahagia “gue lakuin, apapun gue lakuin Cha.. Ya Tuhan, Cha thank you..” Tanpa sadar Tay menarik tubuh New yang masih terduduk dan kemudian mendekap erat tubuh suami manisnya tersebut “makasih Cha.. Makasiih..” Tay tanpa sadar menitikkan kembali air matanya.

“Thank you Cha.. Thank you..” “Gue janji, lu gakan nyesel dengan keputusan lu.. Gue janji.” Ucap Tay sebari makin erat mendekap.

New pun tak dapat menahan senyuman namun senyuman itu hanya bertahan beberapa detik sebelum akhirnya New melepaskan pelukannya tersebut “gausah seneng dulu, mending lu bersihin ini apartment lu biar bersih! Gue gak sanggup liatnya.”

“Iya! Gue bersihin sekarang! Lu istirahat aja, biar gue sendiri.” Jawab Tay dengan semangat.

“Gue juga gak ada niatan buat bantu sih, dah.. Pokoknya bersihin, gue mau ke kamar.” Lalu New memilih membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju kamar miliknya.

Tay tersenyum sumringah sebari mencoba menghapus air mata bahagianya “i love you Cha!!” Teriaknya.

“Gausah i love u, i love u, cepet bersihin!” Jawab New tak kalah teriak namun dengan sekuat tenaga menahan senyuman bahagianya.

@pandaloura

Tok tok Terdengar pintu kamar New di ketuk pelan dari luar. New menoleh lalu bersuara “masuk aja Bu.”

Pintu kayu tersebut pun terbuka lalu menampilkan wajah Ibu yang tengah tersenyum “belum tidur?” New menggeleng sebari tersenyum “belum, sini Bu..” New menepuk kasur sampingnya yang kosong, Ibu pun memilih duduk di tempat yang telah di persilahkan oleh New.

“Kenapa Bu? Ibu kok belum tidur?” Tanya New pelan. Ibu lalu mengelus wajah mulus anak semata wayangnya sebari tersenyum “Ibu pengen liat muka anak Ibu dulu..”

New tersenyum lalu memeluk tubuh sang Ibu dan Ibu mengelus pelan punggung New “Ibu baru liat lagi kamu senyum tulus pas tadi di Rumah Sakit.” Lirih Ibu.

“Bu setiap orang boleh dapat kesempatan kedua kan?” Lirih New dalam dekapan sang Ibu, Ibu mengangguk “boleh dong.”

New melepas pelukannya dengan sang Ibu lalu menatap dalam mata wanita yang telah melahirkannya tersebut “maafin New ya Bu..”

“Kok maaf? Malah Ibu senang, New mau membuka hati lagi. Ibu juga kecewa sama Tay, sangat kecewa. Tapi melihat itikad baiknya untuk berubah, kenapa tidak?” Jawab Ibu tulus.

“Pernikahan itu susah, banyak hal yang sulit untuk di jalani. Tapi ya memang seperti itu jalannya, jangan cepat menyerah.” Ucap Ibu sekali lagi.

New mengangguk “makasih ya Bu..”

“Sama-sama sayang, udah sekarang istirahat ya?” Ucap Ibu sebari mengecup pelan pucuk kepala anak semata wayangnya tersebut.

@pandaloura

Begitu New menyelesaikan panggilan telfonnya dengan Frank, ia langsung bergegas mandi dan bersiap-siap untuk langsung pergi menuju Rumah Sakit dimana Nenek di rawat.

Ibu yang melihat anaknya tergesa-gesa dengan wajah panik pun mendekat. “Nak kenapa? Bukannya Fah jemput di jam delapan? Ini baru jam setengah tujuh pagi.” New yang kini tengah memasukkan beberapa barang ke tas kecil miliknya menoleh cepat “Bu, New ke Rumah Sakit dulu ya? Nenek di rawat, nanti kalau Fah kesini tolong bilangin biar nanti New sendiri aja. New pergi dulu ya Bu?”

“Nenek sakit? Sebentar, Ibu juga ikut.” Ibu sedikit menahan anak semata wayangnya tersebut lalu New sedikit menggeleng “New duluan ya Bu? Nenek manggilin nama New terus, New takut ada apa-apa sama Nenek.” Ucap New panik.

Ibu kemudian mengangguk “oh yauda, kamu hati-hati ya Nak? Kabari Ibu ya?” New ikut mengangguk “iya Bu pasti, New pergi ya.” Lalu mencium punggung tangan sang Ibu dan langsung berlari keluar dari rumah miliknya bergegas menuju Rumah Sakit tersebut.

Rumah Sakit

Sesampainya New di Rumah Sakit tersebut ia langsung menuju ruangan dimana Nenek berada. Begitu ia berdiri di depan kamar milik Nenek ia mencoba menetralkan nafasnya sebentar lalu sedikit ragu untuk mengetuk pintu tersebut. Namun saat ia baru saja akan membuka pintu tersebut, pintu tersebut terbuka menunjukkan Mamah Tay yang sedikit terkejut menatap New “New? Kamu sama siapa kesini Nak?”

“Sendiri Mah, New boleh ketemu Nenek?” Tanya New ragu, Mamah tersenyum hangat lalu memeluk tubuh New dengan erat “boleh sayang, makasih udah kesini ya Nak.. Makasih..” Lirih Mamah di pelukan New.

Mamah pun melepas pelukannya lalu mengelus wajah menantunya tersebut “masuk aja, tapi Nenek lagi tidur. Mamah mau ke ruangan dokter dulu ya?” New mengangguk lalu mempersilahkan Ibu Mertuanya keluar dari kamar dan kini ia berjalan pelan memasuki ruangan kamar VIP tersebut.

New mengigit bibirnya matanya menahan air mata begitu melihat sang Nenek yang biasanya berdiri sehat kini tengah terbaring di ruangan tersebut, New kemudian berjalan mendekat dan memilih duduk di samping Nenek. Ia lalu mengenggam tangan keriput milik Nenek lalu mengecup pelan “maafin New ya Nek.. Maafin New..” Lirihnya menahan tangisnya.

Kurang lebih lima menit New mengenggam erat tangan Nenek sebari menundukkan wajahnya yang kini tengah basah oleh air mata. Rasa bersalah memenuhi dadanya, bagaimana tidak? Saat berbicara dengan Frank, Frank memberitahu dirinya beberapa hari ini Nenek hanya memanggil-manggil namanya tanpa mau makan ataupun melakukan hal lainnya.

“Nek.. Nenek harus sehat lagi, jangan sakit gini..” Lirihnya masih dalam menunduk. “Maafin New yah New, Nenek harus sehat lagi.. New bakal kasih apapun buat Nenek asal Nenek sehat lagi.” Ucapnya pelan sebari menangis.

“Apapun? Beneran?” New menganggkat wajahnya saat mendegar suara lirih Nenek.

New langsung menghapus air mata di wajahnya lalu kembali mengecup punggung tangan Nenek “Nenek..”

“Ucapan kamu gak bohong kan New? New mau kasih apapun buat Nenek?” Nenek mencoba bangun dari tidurnya namun hal tersebut langsung di tahan oleh New “Nenek jangan banyak gerak.”

“New? New bakal kasih apapun kan?” Nenek masih bertanya hal yang sama sebari wajahnya menunjukkan pengharapan.

New mengangguk lalu tersenyum “tapi Nenek harus sehat dulu, Nenek mau apa? Biar nanti New beliin atau bawain.”

“Jangan cerai sama Tay ya Nak..” “Nenek tau ini permintaan yang sangat egois, tapi Nenek mohon.. Nenek banyak melakukan hal jahat sama New, tapi jauh di lubuk hati Nenek, Nenek sangat sayang sama kamu.” Nenek berbicara lirih.

“Nenek tau, apa yang di lakukan Tay sama kamu menyakiti kamu. Nenek tahu, Nenek minta maaf atas nama cucu Nenek ya? Kamu mau Nenek sujud memohon sama kamu? Nenek bakal lakuin, Tay sayang sama kamu. Walaupun ia terlambat sadar tapi Nenek yakin perasaan dia sama kamu dalam dan ia sangat menyesali semua kesalahannya New.” Ucap Nenek kembali.

Nenek kini yang mengenggam tangan New “kasih Tay kesempatan ya New? Sekali saja, kalau New mau Nenek bisa memohon sama New.” Ucap Nenek sebari mencoba mengangkat tubuhnya.

“Nek, jangan gitu.. Gausah.. Sekarang fokusnya Nenek sehat dulu ya?” New mencoba menenangkan Nenek.

Nenek menggelengkan kepalanya “Nenek berasa mati mendengar perceraian kalian, Nenek hancur New. Nenek sangat kecewa sama Tay, kok bisa? Nenek mengerti kamu sudah terlalu sakit sama Tay tapi jujur, Nenek sudah menganggap kamu seperti cucu Nenek sendiri. Nenek gak mau kehilangan kamu New. Maafin Nenek ya New? Mau kan maafin Nenek?

Begitu New menyelesaikan panggilan telfonnya dengan Frank, ia langsung bergegas mandi dan bersiap-siap untuk langsung pergi menuju Rumah Sakit dimana Nenek di rawat.

Ibu yang melihat anaknya tergesa-gesa dengan wajah panik pun mendekat. “Nak kenapa? Bukannya Fah jemput di jam delapan? Ini baru jam setengah tujuh pagi.” New yang kini tengah memasukkan beberapa barang ke tas kecil miliknya menoleh cepat “Bu, New ke Rumah Sakit dulu ya? Nenek di rawat, nanti kalau Fah kesini tolong bilangin biar nanti New sendiri aja. New pergi dulu ya Bu?”

“Nenek sakit? Sebentar, Ibu juga ikut.” Ibu sedikit menahan anak semata wayangnya tersebut lalu New sedikit menggeleng “New duluan ya Bu? Nenek manggilin nama New terus, New takut ada apa-apa sama Nenek.” Ucap New panik.

Ibu kemudian mengangguk “oh yauda, kamu hati-hati ya Nak? Kabari Ibu ya?” New ikut mengangguk “iya Bu pasti, New pergi ya.” Lalu mencium punggung tangan sang Ibu dan langsung berlari keluar dari rumah miliknya bergegas menuju Rumah Sakit tersebut.

Rumah Sakit

Sesampainya New di Rumah Sakit tersebut ia langsung menuju ruangan dimana Nenek berada. Begitu ia berdiri di depan kamar milik Nenek ia mencoba menetralkan nafasnya sebentar lalu sedikit ragu untuk mengetuk pintu tersebut. Namun saat ia baru saja akan membuka pintu tersebut, pintu tersebut terbuka menunjukkan Mamah Tay yang sedikit terkejut menatap New “New? Kamu sama siapa kesini Nak?”

“Sendiri Mah, New boleh ketemu Nenek?” Tanya New ragu, Mamah tersenyum hangat lalu memeluk tubuh New dengan erat “boleh sayang, makasih udah kesini ya Nak.. Makasih..” Lirih Mamah di pelukan New.

Mamah pun melepas pelukannya lalu mengelus wajah menantunya tersebut “masuk aja, tapi Nenek lagi tidur. Mamah mau ke ruangan dokter dulu ya?” New mengangguk lalu mempersilahkan Ibu Mertuanya keluar dari kamar dan kini ia berjalan pelan memasuki ruangan kamar VIP tersebut.

New mengigit bibirnya matanya menahan air mata begitu melihat sang Nenek yang biasanya berdiri sehat kini tengah terbaring di ruangan tersebut, New kemudian berjalan mendekat dan memilih duduk di samping Nenek. Ia lalu mengenggam tangan keriput milik Nenek lalu mengecup pelan “maafin New ya Nek.. Maafin New..” Lirihnya menahan tangisnya.

Kurang lebih lima menit New mengenggam erat tangan Nenek sebari menundukkan wajahnya yang kini tengah basah oleh air mata. Rasa bersalah memenuhi dadanya, bagaimana tidak? Saat berbicara dengan Frank, Frank memberitahu dirinya beberapa hari ini Nenek hanya memanggil-manggil namanya tanpa mau makan ataupun melakukan hal lainnya.

“Nek.. Nenek harus sehat lagi, jangan sakit gini..” Lirihnya masih dalam menunduk. “Maafin New yah New, Nenek harus sehat lagi.. New bakal kasih apapun buat Nenek asal Nenek sehat lagi.” Ucapnya pelan sebari menangis.

“Apapun? Beneran?” New menganggkat wajahnya saat mendegar suara lirih Nenek.

New langsung menghapus air mata di wajahnya lalu kembali mengecup punggung tangan Nenek “Nenek..”

“Ucapan kamu gak bohong kan New? New mau kasih apapun buat Nenek?” Nenek mencoba bangun dari tidurnya namun hal tersebut langsung di tahan oleh New “Nenek jangan banyak gerak.”

“New? New bakal kasih apapun kan?” Nenek masih bertanya hal yang sama sebari wajahnya menunjukkan pengharapan.

New mengangguk lalu tersenyum “tapi Nenek harus sehat dulu, Nenek mau apa? Biar nanti New beliin atau bawain.”

“Jangan cerai sama Tay ya Nak..” “Nenek tau ini permintaan yang sangat egois, tapi Nenek mohon.. Nenek banyak melakukan hal jahat sama New, tapi jauh di lubuk hati Nenek, Nenek sangat sayang sama kamu.” Nenek berbicara lirih.

“Nenek tau, apa yang di lakukan Tay sama kamu menyakiti kamu. Nenek tahu, Nenek minta maaf atas nama cucu Nenek ya? Kamu mau Nenek sujud memohon sama kamu? Nenek bakal lakuin, Tay sayang sama kamu. Walaupun ia terlambat sadar tapi Nenek yakin perasaan dia sama kamu dalam dan ia sangat menyesali semua kesalahannya New.” Ucap Nenek kembali.

Nenek kini yang mengenggam tangan New “kasih Tay kesempatan ya New? Sekali saja, kalau New mau Nenek bisa memohon sama New.” Ucap Nenek sebari mencoba mengangkat tubuhnya.

“Nek, jangan gitu.. Gausah.. Sekarang fokusnya Nenek sehat dulu ya?” New mencoba menenangkan Nenek.

Nenek menggelengkan kepalanya “Nenek berasa mati mendengar perceraian kalian, Nenek hancur New. Nenek sangat kecewa sama Tay, kok bisa? Nenek mengerti kamu sudah terlalu sakit sama Tay tapi jujur, Nenek sudah menganggap kamu seperti cucu Nenek sendiri. Nenek gak mau kehilangan kamu New. Maafin Nenek ya New? Mau kan maafin Nenek?”

“Nenek gak salah apa-apa.” Jawab New sebari menggeleng lalu menghapus air matanya. “Nenek jangan sakit ya? New juga sayang sama Nenek, Nenek bawel tapi New tahu itu buat kebaikan New.” Kekeh New pelan.

“New bisa ngerasain rasa sayang tulus dari Nenek, makanya Nenek jangan sakit ya? Nenek harus sehat ya?” Ucap New pelan.

Nenek kembali mengenggam tangan cucunya “New mau kan kasih kesempatan buat Tay?”

“Yang penting sekarang Nenek sehat dulu.” Jawabnya sebari tersenyum hangat.

Ayokkk, kasih jangan??? @pandaloura