pandaloura

“Kamu tenang aja.. Ada Ibu..” Ibu mencoba menenangkan New yang sedari tadi terlihat gelisah menunggu kedatangan keluarga Tay.

New menoleh menatap sang Ibu “maafin New ya bu..”

“Kok minta maaf? Ya gapapa dong, New yang udah usaha buat nyoba tapi kalau memang gakbisa gapapa.. Yang jalanin kan kamu Nak.” Ujar Ibu sebari mengelus wajah anak semata wayangnya.

New mengangguk lalu menatap sang Ibu sekali lagi “tapi dalam hati kecil Ibu, apa yang Ibu harapkan dari pernikahan New sama Tay?”

“Kalau harapan Ibu cuman satu, pengen New bahagia. Dengan Tay atau bukan yang penting New bahagia.” Jawab Ibu.

New menunduk. “Sayang, manusia selalu pernah berbuat salah.. Dan menurut Ibu siapapun yang membuat kesalahan berhak dapat kesempatan untuk memperbaikinya, tapi tetap.. Ibu gak bisa maksa untuk kamu kasih kesempatan atau tidak, pokoknya apapun yang jadi pilihan New.. Ibu akan dukung sepenuhnya.” Ucap Ibu sebari menatap dalam New.

Tak lama kemudian, terdengar suara gerbang terbuka dan New meyakini itu adalah keluarga Tay. Ia dan Ibu pun bergegas menuju ruang tamu untuk menyambut keluarga tersebut.

Begitu New membuka pintu rumahnya, ia sedikit terkejut saat sang Mamah mertua langsung memilih memeluk erat tubuhnya “sayang, anakku.. Maafin Mamah.. Maafin Tay.. Maafin ya nak..”

New hanya bisa mengangguk lemah, ia menatap sekitarnya terlihat wajah Nenek yang sendu, Papah yang seperti menahan malu dan Tay.. Tay terlihat jauh lebih kurus dan seperti tak urus menunduk berdiri di belakang sang Papah.

“Masuk dulu yukk.. Biar enak ngobrolnya di dalam ya Mbak.. Bu.. Mari..” Ajak Ibu kepada semuanya, dan mereka pun memilih masuk dan duduk di ruang tamu.

“Sebelumnya, maksud keluarga kami datang kesini untuk meminta maaf dan membantu menjadi penengah di perselisihan pernikahan antara kedua anak kami yaitu Tay dan juga New.” Buka Papah.

Papah menoleh menatap Tay mencoba memberikan arahan untuk Tay membuka suaranya. Tay yang sadar mulai menarik nafasnya sebelum ia berbicara “Tay minta maaf.. Untuk keluarga Vihokratana dan juga Teechapaikhun dan terutama untuk New yang mungkin sudah sering Tay buat kecewa, marah dan menangis.. Saya tulus minta maaf.”

New masih memilih diam tak merespon permintaan maaf dari Tay.

“Hmm, tadi pagi.. Keluarga kami dapat surat gugatan cerai dari pengadilan untuk Tay, Papah tau.. New mungkin begitu kecewa terhadap Tay, tapi apa boleh Tay di beri kesempatan Nak?” Tanya Papah lembut kepada New.

Ibu yang duduk di samping New langsung mengenggam tanggannya dan mendorongnya untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Papah mertuanya. “Dijawab Nak..”

“Hmm, sebelumnya New juga mau minta maaf.. Untuk keluarga Vihokratana dan Teechapaikhun.. New tau, keputusan New mungkin menyakiti beberapa pihak. Tapi, untuk keputusan tersebut New gak bisa ubah.. Maaf.” Jawab New sedikit lirih.

Mamah Tay kini tak kuasa menahan air matanya saat mendengar keputusan dari menantunya. “New..” ucapnya sebari terisak.

“Maaf.. New tahu, ini terkesan egois dan kekeuh tapi New yakin ini yang paling terbaik untuk semuanya.. Hubungan kami sudah tidak sehat, terlalu banyak hal yang menjadi trust issue untuk New. New gak mau nantinya malah lebih menyakiti semuanya.”

“Mungkin Tay dan New belum berjodoh.” “Sekali lagi maaf, tapi New tetap mau bercerai dengan Tay.” Jawab New mantap.

Papah mengangguk “Abang mungkin kamu mau coba bicara?” Tay mengangguk.

“New.. Sebelumnya, aku mau minta maaf kalau ternyata hal-hal yang lalu sering buat kamu sakit hati. Aku gak bertanggung jawab sebagai suami, aku minta maaf dengan tulus. Aku menyesal, tapi aku bisa apa kalau memang kamu tetap gak bisa membatalkan perceraian kita.. Sekali lagi aku minta maaf, ini mungkin terlambat, tapi aku cuman mau bilang kalau aku sayang dan cinta sama kamu.. Aku minta maaf untuk gak bilang ini lebih awal.” Ucap Tay sedikit bergetar menahan tangisnya.

Ia lalu menatap sang Ibu mertua dengan sendu “Ibu.. Maafin Tay juga, mungkin Ibu juga merasakan kekecewaan pada Tay. Maaf ya Bu, Tay ingkar sama Ibu gak bisa jagain New. Terimakasih Ibu selama ini selalu perhatian sama Tay, selalu menganggap Tay seperti anak Ibu sendiri.. Sekali lagi terimakasih dan maaf ya Bu..” Tay mencoba tersenyum dan Ibu pun membalas senyuman tersebut sebari mengangguk lemah.

“Nak.. Apa tidak bisa di fikirkan kembali? Kita gak minta keputusanmu saat ini kok, di fikirkan saja dulu..” Mamah mencoba kembali bernegosiasi dengan New.

New yang masih tertunduk hanya bisa terdiam tak merespon.

“Arum! Sudah! Kalau dia tidak mau, gak usah kamu mengemis-ngemis seperti itu! Dia sudah bilang tidak mau! Yasudah, kita pulang! Untuk apa memaksa orang yang sudah tidak mau!” Ucap Nenek sedikit berteriak lalu ia memilih untuk bangun dari duduknya “ayok kita pulang!” Nenek menarik tubuh Tay agar ikut bangun, dan keduanya berjalan lebih dulu meninggalkan rumah tersebut.

Papah dan Mamah tak punya pilihan lain selain mengikuti jejak Nenek namun sebelum keduanya beranjak keduanya sempat memeluk New dengan hangat “yang di bilang Mamah benar, kamu gak harus kasih jawaban sekarang. Kalaupun kamu berubah fikiran, jangan ragu untuk info kami ya nak.” Ucap Papah.

“Kamu anak kami, selalu akan seperti itu.. Maafin kami dan juga Tay ya New..” Mamah kembali terisak, lalu menatap Ibu yang kini berdiri di samping New “Jenn, maafkan anak saya dan keluarga saya ya.. Sekali lagi kami mohon maaf.”

Ibu mengangguk “iya Mbak.. Maafin kami juga.”

Papah dan Mamah akhirnya ikut keluar meninggalkan New dan sang Ibu berdua.

Begitu eksistensi keluarga Vihokratana menghilang, New langsung kembali terduduk lemah dan menutup wajahnya dengan tangan miliknya dan tangisnya pun pecah.

Ibu yang merasa pilu melihat tangis sendu anaknya pun hanya bisa memeluk erat sang anak “sabar nak..”

“Bu.. Maafin..New..” “New juga sakit Bu.. New juga gamau.. Tapi New juga sakit bu..” Ucap New sedikit terbata-bata di sela tangisnya.

Ibu hanya bisa mengelus punggung tangan sang anak “tenangin dulu diri kamu.. Tenang.. Ada Ibu.”

“New juga cin..ta Bu.. Cinta..” Ucapnya kembali.

“Iya nak iya.. Tenang dulu..” Jenna menahan tangisnya sebari memeluk erat anak semata wayangnya yang kini tangisnya semakin terdengar pilu.

@pandaloura

Arum bersama suami dan ibu mertuanya telah sampai di studio Sunkissed, mereka langsung bergegas pergi begitu mendapatkan surat yang di kirimkan oleh Pengadilan yang ditujukkan untuk anak sulungnya.

“Tawan mana?” Tanya Arum kepada resepsionis yang berada di depan. “Tenang dulu Mah..” Sang suami mencoba menenangkan namun hasilnya nihil. “Gimana mau tenang? Gak bisa! Cepet kasih tau Tawan di lantai berapa?” Tatap Arum tak sabar kepada sang resepsionis.

Sang resepsionis sedikit panik “maaf Bu, Bang Tawan nya lagi meeting sama teamm. Mungkin Ibu boleh nunggu di ruangannya aja? Saya antar ya Bu mari.” Ajak sang resepsionis kepada keluarga Vihokratana tersebut.

Begitu sesampainya di lantai dimana ruangan Tay berada, tanpa sengaja mereka semua berpapasan dengan Tay yang baru saja keluar dari ruangan meeting yang tepat berada di sebrang ruangan miliknya.

“Mamah? Papah? Nenek? Ada apa?” Tanya Tay sedikit kebingungan.

Arum berjalan mendekati Tay “ada apa? Harusnya Mamah yang tanya ada apa?! Maksudnya ini apa Tay? Gugatan cerai?! Kamu gila?!” Ucap Arum sebari mengangkat amplop coklat dengan kop surat 'Pengadilan Negeri'.

Beberapa staff di belakang Tay tak kuasa membelakkan matanya terkejut.

“Kita ngobrol di ruangan kamu.” Ajak Papah melihat kondisi yang sudah tak kondusif.

Begitu keempatnya berada di ruangan milik Tay, Arum tanpa mau menunggu langsung melontarkan pertanyaan kepada Tay “sekarang jelasin, kenapa New bisa gugat cerai kamu? Kalian ada masalah apa?”

“Ya Tuhan Bang, ini ada apa? Kamu KDRT? Atau kamu selingkuh? Kenapa New sampai gugat kamu?” Lirih sedih Nenek yang terduduk lemes.

“Sabar Mah Bu, kita kasih kesempatan biar Tay jelasin.” Ucap Papah tenang. “Jelasin sekarang Bang, ada apa ini sebenarnya?”

Tay yang sedari tertunduk menarik nafasnya dalam-dalam “maaf, maaf kalau Tay ngecewain semua.. Iya bener, New gugat cerai Tay.”

“Astaga Tuhan..” Lirih Nenek sebari mengelus dadanya sendiri mencoba menetralkan nafasnya yang menderu.

Tay kembali tertunduk “Tay yang salah.. Tay jahat sama New.”

“Apa yang kamu perbuat?” Tanya Papah tegas.

“Tay sering bikin New nangis, Tay selalu ngecewain New.. Tay nyesel.. Tay mau berubah tapi New udah gak mau.. Tolongin Tay, Tay gak mau pisah sama New.. Tay salah, Tay gamau cerai Mah.. Nek.. Tolongin Tay..” Tay tak kuasa menahan tangisnya, ia terduduk lemas sebari menutup wajahnya yang kini di banjiri air mata.

Arum yang sebelumnya emosi seketika terenyuh melihat anak sulung yang selalu kuat di hadapan kini tengah menangis lemah di hadapannya. “Tenangin dulu..” Arum kini memeluk tubuh Tay dengan erat, mencoba menenangkan anaknya.

Kurang lebih sepuluh menit ruangan tersebut hening setelah Tay menceritakan semua perjalanan pernikahannya dengan New, tidak ada sedikit pun yang Tay tak ceritakan. Bahkan tentang perjanjian pernikahan keduanya pun Tay ceritakan.

“Papah beneran gak habis fikir.” Ucap Papah Tay sebari terus memegang pelipisnya yang sedikit nyeri. “Terutama sama kamu Tay, kok bisa kefikiran bikin perjanjian seperti itu.” Lalu menggelengkan kepalanya.

Arum kini berdiri dari duduknya “Ibu mertua kamu tau?” Tay menggeleng lemah “gak, New bilang buat gak kasih tau. New pengen Ibu taunya emang kita gak cocok aja.”

“Udah, mending sekarang kita cari solusinya.” Nenek kini ikut berkomentar. “Nenek tanya, kamu sekarang maunya apa? Kamu cinta sama New? Atau mau kita lanjutin gugatan cerainya?” Tay langsung menggelengkan kepalanya cepat “Tay gak mau cerai Nek, Tay udah mohon-mohon tapi New tetep gamau.”

“Ya jelas gamau! Dia anak baik, pacaran pun gak pernah di paksa nikah sama kamu malah di ajak bikin perjanjian gila! Belum lagi kamu seenaknya ke Namtan! Pertama! Kamu gak usah ketemu Namtan dulu. Ngerti?” Arum kembali terbawa emosi.

Sang suami mendekat dan mengelus bahu sang istri “tenang Mah..”

“Pantes.. Pantes Jenna menghindar, Mamah kira Ibu mertua kamu emang lagi capek aja.. Muka Mamah mau di taruh dimana Tay?” Arum kembali menggelengkan kepalanya.

“Udah, sekarang gini..” Papah Tay mulai berbicara. “Pertama, benar kata Mamah kamu.. Batasi ruang kamu bertemu dengan Namtan.” Tay langsung menganggukan kepalanya.

“Kedua, kita harus ke rumah New.. Minta maaf sama Jenna dan New, kita ngobrol barang kali kalau ada kita sebagai penengah New mau coba maafin kamu dan cabut gugatannya.” Jelas Papah Tay kembali.

“Tapi tolong ya Tay, jangan pernah main-main seperti ini lagi. Pernikahan itu hal yang sakral.” Ucap Papah Tay tegas.

“Iya Tay nyesel.. Maafin Tay.” Sesal Tay.

Arum menatap jam yang melingkar di tangannya “possible gak Pah kalau kita kerumah Jenna sekarang?”

“Bisa kok Mah, udah biar cepet kita langsung kesana aja sekarang.” Ajak sang Papah.

@pandaloura

Begitu Tay mendapat pesan dari Frank, ia langsung bergegas pulang untuk mencoba menenangkan anak bungsunya.

Sesampainya dirumah Tay langsung bergegas menuju kamar Nanon dan tersenyum hangat mendapati ketiga anaknya tengah berada di ruangan yang sama dan tengah saling memeluk.

“Aduh ini pelukan kok Ayah gak di ajak?” Ucapan Tay sedikit membuat ketiganya terkejut.

“Cepet amat yah.” Ucap Frank yang kini sudah melepas pelukannya lalu menatap heran kepada sang Ayah.

Tay berjalan mendekat lalu mengecup pucuk ketiga kepala anaknya secara bergantian “Ayah kangen soalnya, aduh aduh.. Ini anak bungsu Ayah.. Lagi sedih? Sini gantian peluknya, Abang pegel tuh.”

Tay mengambil posisi duduk disamping Nanon lalu membuka tangannya lebar-lebar mempersilahkan sang bungsu untuk masuk kedalam pelukannya “sini sayang.”

“Ayahhhhhh…” Rengek Nanon melepas pelukannya di Pluem lalu beralih memeluk sang Ayah.

Tay mendekap erat tubuh sang bungsu lalu mengelus punggung anaknya dengan lembut “sebentar lagi Papah pulang, Adek sama Ayah sama Abang sama Kakak dulu ya? Nanti kalau Adek nangis gini, Papah pasti kefikiran sayang.”

“Maafin.. Adek kangen banget.. Hiks..” Nanon kembali mengeluarkan air matanya.

Tay kembali mengelus punggung sang bungsu “iya, sama kok Ayah juga kangen banget sayang. Sabar ya.. Sebentar aja kok.”

“Udah daripada sedih, nanti malem mau jalan-jalan? Kita belanja sama jajan? Mau gak?” Tanya Tay kepada ketiga anaknya.

Pluem dan Frank mengangguk setuju dengan semangat “ayok.” Ucapnya hampir bersamaan.

“Kakak kemarin mau beli tas balen ya? Abang mau apa nak? Adek mau apa? Pokoknya kita beli semua yang kemarin gak di acc sama Papah. Oke?” Ucap Tay kepada ketiga anaknya.

Frank tidak dapat menutupi kesenangannya “yes!”

Pluem hanya bisa menggelengkan kepalanya “nanti Papah marah gak Yah?”

“Tenang, itu biar Ayah yang urus. Pokoknya kita jalan-jalan, belanja sama beli apapun yang kalian mau ya..” Ucap Tay kepada ketiga anaknya.

Tay menoleh menatap anak bungsunya “Adek mau apa sayang? Sok bilang, asal jangan sedih lagi ya..”

“Mau PO iPhone 15 aja.” Ucapnya pelan.

“Yeeee, Kakak juga mau atuhhhhh.” Frank tak mau kalah.

“Beli hape baru? Boleh-boleh.. Semuanya boleh buat anak-anak Ayah.. Beli semua satu-satu ya.”Jawab Tay mantap.

Nanon kini melepas pelukannya lalu mengecup pipi sang Ayah “ye ye! Makasih Ayah.”

Frank pun tersenyum lebar “yeayyy! Makasih Ayah.”

“Sama-sama, kalian mau apa.. Beli semua, kalau buat anak Ayah semua Ayah belikan.” Ucap Tay kembali.

Pluem hanya bisa menggelengkan kepalanya, berharap kegiatan hari ini tidak membuat sang Papah naik darah.

Begitu Namtan membuka pintu unit apartment Tay, ia tertegun melihat Tay tengah terduduk lemah sebari meringkuk memeluk kakinya. “Cha?” Lirihnya sebari menoleh menatap Namtan.

Namtan mendekat dan lalu memeluk erat tubuh Tay “ini aku, Nam.. Aku ada disini Kak.. Aku sama kamu.”

“Nam.. New Nam.. Dia pergi Nam..” Lirih Tay dalam pelukan Namtan.

Namtan mengelus punggung Tay dengan lembut “ada aku Kak, aku akan selalu di sisi kamu.. Kamu punya aku..”

Namun Tay memilih diam tak menghiraukan ucapan Namtan.

Tay dan New kini sudah duduk di ruang TV apartment Tay, keduanya masih memilih saling diam.

New berdeham “hmm, mau ngomong apa?”

“Gue gak mau cerai.” Ucap Tay mantap.

New menarik nafasnya dalam-dalam “kalau lu gamau cerai yaudah, gue juga gamau.. Gamau pernikahan ini lanjut.” Jawab New tak kalah mantap.

“Cha.. Please, gue tau gue salah. Banget. Tapi gue janji, gue gakan denial lagi. Gue mau sama lu, lu waktu itu maunya kita punya keluarga kan? Punya kehidupan pernikahan normal? Gue janji mau lakuin semuanya, asal sama lu.. Please..” Tay memohon.

New menatap dalam Tay “Tee, itu bukan perasaan lu yang sebenernya.. Lu cuman gak biasa karena gak ada gue, lu cuman ngerasa kehilangan akan adanya kehadiran gue. Bukan karena lu punya perasaan sama gue.”

“At the end, lu akan kembali lari ke Namtan. Lu gak akan prioritasin gue, gue akan selalu jadi no dua di banding Namtan, gue gak bisa Teee..” Lirih New.

“Gue janji, kasih gue kesempatan Cha.” Tay bangkit dari duduknya kemudian memilih bersimpuh di hadapan New “dua minggu gak ada lu, gue ilang arah banget. Gue ngerasa kosong banget, bahkan Namtan gak bisa ngisi kekosongan gue Cha.. Please kasih gue kesempatan.” Tay kini menggengam tangan New.

New menunduk “gue takut.. Gue takut ngerasain sakit hati lagi gara-gara lu. Lu selalu mudah banget ngecewain gue, lu selalu mudah banget buat lari ke Namtan dan ninggalin gue sendirian.” New kini suda tak bisa menahan tangisnya “lu tau gak sih seberapa sering gue nangis karena lu? Lu tau gak seberapa sering gue ngerasa benci banget sama Namtan? Sering banget Tee.. Gue udah gak bisa lagi, please.. Gue gak mau sakit lagi.” New menarik tangannya dari genggaman Tay.

“Gue tetep pada pendirian gue, gue mau kita cerai. Sorry..” New kemudian bangkit dari duduknya meninggalkan Tay yang masih duduk bersimpuh.

Tay kemudian memilih bangkit dari duduknya lalu menarik tangan New “Lu gak mikirin keluarga kita? Nenek?! Papah Mamah?! Frank? Lu gak sayang? Lu gak mikirin mereka?”

“Sayang Tee, gue luar biasa sayang.. Tapi seharusnya gue gak boleh mupuk rasa sayang gue terus menerus kan? Mungkin mereka akan kecewa, tapi nanti setelah lu sama Namtan, gue yakin.. Mereka akan lebih cepet buat lupain gue kok.” Jawab New tersenyum getir.

Sebelum New berhasil membalikkan tubuhnya Tay kembali menariknya “Off? Apa karena Off? Lu ada perasaan sama dia?”

“Gila! Lu gila” New dengan kasar menarik tangannya. “Lu sadar gaksih lu ngomong apa?!”

Tay mengusak wajahnya kasar “gue bakal berubah, gue bakal lindungin lu! Gue bakal berhenti nyakitin lu New! Please kasih kesempatan gue.”

“Gimana caranya? Gimana cara lu lindungin gue? Gimana cara lu berhenti nyakitin gue? Minta maaf terus beliin gue eskrim setelah lu pergi ke Namtan? Beliin gue eskrim setelah bikin gue nangis semaleman? Lu fikir cukup? Itu cara ngelindungin gue? Lu gak akan tau caranya Tay, Lu bahkan selalu kebingungan sama perasaan lu! Lu selalu dengan mudahnya narik ulur hati gue!”

“Lu gatau cara nunjukin rasa kasih sayang lu! Lu selalu pake alasan orang lain buat nutupin kesalahan lu! Lu gak tau apa-apa Tawan! Lu bahkan selalu gak sadar kalau lu nyakitin orang, lu selalu berfikiran semua orang akan mudah memaafkan lu tanpa lu fikirin rasa sakit yang mereka rasain karena lu! Lu egois! Hanya kemauan lu yang harus orang penuhin!” New akhirnya mengungkapkan segala keluh kesal di hatinya.

“Dari awal kita udah salah.” “Kita selesai Tawan.” Lirih New lalu keluar dari apartment tersebut.

“Cha.. Please jangan tinggalin gue.” Lirih Tay.

@pandaloura

New tersenyum begitu membuka pintu mobil milik Off “hai Phi..”

“Hai..” Balas Off dengan tersenyum. “Tau sebanyak ini, gue bantuin dari angkut dari rumah lo dah.” Melihat bawaan New yang cukup banyak.

New menggelengkan kepalanya “masih bisa gue bawa sendiri, btw gue titip yang ini di bagasi aja ya.”

“Oke, sebentar gue bukain.” Off bangkit dari kursi kemudi kemudian membantu New merapihkan cookies-cookies pesanannya.

Setelah selesai keduanya pun langsung berjalan menuju studi Sunkissed.

“Ibu sehat?” Tanya Off sebari mengarahkan AC ke arah New yang sepertinya tengah merasakan kepanasan.

“Sehat, tadi juga lagi main kerumah tetangga katanya mau bantu-bantu ada acara gitu.” Jawab New.

Off mengangguk “terus cookies gue mana?”

“Tuh di kursi tengah, udah gue bonusin.” Jawab New sebari terkekeh. “Bayarnya transfer aja ya, nanti rekeningnya gue chat ke lu.” Ucapnya lagi.

Off mengangguk “okeee nanti gue langsung transfer.” “Btw, abis nganterin cookies mau kemana lagi? Mau ngopi gak?”

“Gak ada kegiatan sih, boleh boleh.” Jawab New sebari tersenyum.

Setelah menempuh waktu hampir dua puluh menit kini keduanya sudah sampai di depan studio Sunkissed dan Off memilih memarkirkan mobilnya tepat di depan studio tersebut agar lebih memudahkan New mengambil cookiesnya yang berjumlah lumayan banyak.

“Lu bawa setengah aja New, sisanya gue. Tuh samperin dulu, kayaknya udah pada nungguin lu.” Ucap Off kepada New. New menoleh menatap Toptap bersama Mild, Gunsmile, Thanat dan Bright yang tengah tersenyum sebari melambaikan tangannya kepada New.

“Tolong ya Kak, makasih.” Ucapnya sebelum menghampiri teman-temannya.

New pun berjalan sebari membawa beberapa goodie bag berisi cookies pesanan teman-temannya “hai, udah nunggu lama?” Sapa New kepada semuanya.

“Baru aja kok Kak New, Kakak apakabar? Didalem aja yuk? Panas disini?” Ucap Bright sebari mencoba membantu New mengambil beberapa goodie bag di tangan New.

New tersenyum “baik, hehe. Eh, kebetulan gue gabisa lama-lama, jadi disini aja hehehe”

“Gapapa, kita udah cukup banget kok liat muka manis lu New.” Goda Guns yang langsung di respon pukulan dari Mild “heh! Suami orang! Bisa banget godainnya.”

Guns mengelus lengannya yang terkena pukulan Mild sebari meringis “gaboleh aja godain dikit.”

“Heheh, ehiya.. Ini sisanya ya? Udah gue namain semua kok jadi gakan ketuker.” Ucap New kepada Toptap.

Toptap mengambil goodie bag tersebut “makasih ya New, udah gue transfer semua ya? Btw sapaa nih New? Boleh kali dikenalin.” Ucap Toptap sebari melirik Off yang berdiri tepat disamping New.

“Bolehlah dikenalin New.. Jomblo nih kita.” Mild ikut menimpali.

New menoleh bingung ke arah Off “kenalin, ini.. Temen gue, Toffan tapi biasa di panggil Off.”

“Hai semua, kenalin.. Gue Off, salam kenal ya.” Balas Off dengan senyum lalu menjabat tangan Mild dan Toptap bergantian.

“Oh temen, gue kirain Abang lu New.. Di lihat-lihat mirip sih.” Thanat ikut berkomentar.

Off tersenyum canggung “bukan kok, gue anak tunggal.”

“Anak tunggal kaya raya gak tuh?” Mild terkekeh.

“Aamiin..” Balas Off.

New ikut terkekeh “eh guys, gue duluan ya? Thanks yaa..” Mencoba berpamitan.

“Lah lu gak nunggu Tay dulu?” Tanya Mild.

New tersenyum canggung lalu menggeleng “gausah nanti aja.”

“Yaudah, hati-hati ya.. Thanks ya udah dianterin.” Ucap Toptap, New mengangguk “gue yang makasih. Salamin ya sama semua.”

New kemudian berpamitan dan mengajak Off untuk berjalan menuju mobilnya “yuk Kak..”

Baru saja Off dan New memutar tubuhnya, New mendengar namanya di panggil.

“Cha..” New sempat berhenti sedetik namun memilih untuk tak menolehkan wajahnya.

“Cha..” New merasa lengannya di tarik, dan kini tubuhnya berhadapan dengan lelaki yang selama ini ia hindari.

“Gue mau ngomong.” Ucap Tay tanpa melepas lengan New.

New langsung mencoba melepaskan pegangan Tay dengan perlahan “gue gakbisa, lagian kalau ada apa-apa kan lu bisa chat”

”Please..” Tay mencoba memohon, namun New tetap teguh pada pendiriannya. “Gak mau.” Balasnya mantap.

“Gak mungkin kan gue bahas pernikahan kontrak gue di depan temen-temen gue? Apa lu mau semua dunia tau? Kalau gak, naik mobil gue sekarang.” Tay mencoba berbisik. New menatap tajam “yaudah, tapi lepasin tangan gue!” Lalu menarik tangannya dari pegangan tangan Tay dengan kasar.

Sebelum ia berjalan menuju mobil Tay, ia menyempatkan berjalan mendekati Off “Kak sorry gue balik sama Tay dulu ya? Makasih udah anterin gue, nanti gue kabarin ya.. Sekali lagi sorry.” Sesal New lalu berjalan menuju mobil Tay.

Off hanya bisa mengangguk lalu tersenyum “hati-hati Tay bawa mobilnya.” Ucapnya namun Tay memilih untuk tak menghiraukan ucapan Off.

Setelah Tay dan juga New memasuki mobil Tay, dan mobil tersebut berjalan meninggalkan studio tersebut.

Off kemudian mengangkat tangannya kembali berpamitan kepada orang-orang Sunkissed yang masih memilih berdiri di tempatnya. “Duluan ya..” Ucapnya kemudian masuk kedalam mobilnya.

”Fix! berantem gede ini.” Bisik Mild kepada Toptap.

“Terus ya Kak, masa abis itu dia bilang gak cocok! Kek kenapa gak di bilang dari awal gaksih? Kek gue udah capek banget terus lu baru bilang?! Aneh banget gaksihh menurut kamu Kak?” Cerita Namtan kepada Tay dengan excited namun hal tersebut tak mendapatkan respon apapun dari Tay yang tengah sibuk mengemudikan mobilnya sebari menatap lurus jalanan di depannya.

“Kak? Kamu dengerin gaksih?” Tanya Namtan sekali lagi. “Kak? Haloooo???” Namtan menggerakkan tangannya mencoba menarik atensi Tay. “Hah? Gimana Cha?” Tay menoleh lalu tersadar “eh sorry-sorry Nam maksudnya.”

Namtan menatap dalam Tay “Cha? Cha siapa? Kamu lagi mikirin apasih?”

“Hah? Engga kok, gak ada. Jadi gimana? Eh kamu cerita apasih tadi? Brand ya? Aneh banget emang brandnya ampun.” Jawab Tay mencoba mengalikan.

Namtan masih memandang aneh Tay “fix kamu gak ngedengerin. Kamu lagi mikirin apa? Cha siapa?”

“Gak kok, sorry-sorry aku lagi banyak kerjaan banget. Lagi banyak yang di fikirin juga.” Jelas Tay sebari sesekali menatap Nam yang duduk di sebelahnya.

“Terus Cha siapa? Berarti dia yang lagi menuhin fikiran kamu. Aku perhatiin dari kita makan, kamu sering banget lost pas aku cerita, kamu banyak diemnya, kenapa? Kamu kenapa?” Namtan masih berusaha mencari jawaban.

Tay menarik nafasnya berat “minggu-minggu ini aku lagi banyak kerjaan banget, belum lagi New keluar dari rumah dan tinggal sama Ibu nya sekarang, sorry Nam, kepala aku lagi penuh banget.”

“New keluar dari rumah? Kenapa?” Tanya Namtan.

Tay yang mematikan mesin mobilnya karena kini keduanya sudah sampai di bassement apartment Nam. “New mau cerai.” Jawab Tay pelan.

Namtan terkejut mendengar hal tersebut namun ada hal lain yang jauh membuat Namtan terkejut. Sedih, Namtan bisa melihat kesedihan tersirat di wajah Tay.

Tay mengusak wajahnya kasar “cha minta cerai Nam, dan aku gatau mesti gimana.” Lirihnya sedih.

Detik itu Namtan tersadar akan posisinya. Perasaan Tay berubah, Tay sudah tak mencintainya.

@pandaloura

New pun dengan perlahan membuka pintu kamarnya namun ia begitu terkejut saat pintu tersebut terbuka terdapat sebuat bouquet bunga mawar merah tepat berada di hadapan wajahnya “wow.” Ucap New terperangah.

Bouquet bunga tersebut bergeser dan kini menampilkan sosok Tay yang tengah mengigit bibirnya sebari sedikit tertunduk lalu mulai mengangkat wajahnya dan menatap New dengan canggung “hai..”

New sedikit menyinggungkan senyumnya “hai..?”

“Buat lu.” Ucap Tay sebari memberikan bunga tersebut kepada New. “Gue keterlaluan kemarin, maaf.” Lirih Tay. New mengambil bunga tersebut lalu mengangguk “ya..”

Tay kemudian menarik tangan New, mengajaknya menuju ruang tv lalu mempersilahkan New untuk duduk. “Gue masih punya satu hal lagi buat lu, bentar ya.. Tunggu disini, gue keluarin dulu.”

New yang tengah terduduk pun hanya bisa diam sebari terus menatap bunga yang berada di tangannya “indah..” Lirihnya dalam hati.

Tay pun dengan semangat membawa sebuah styrofoam putih kehadapan New. “Taraaaaa.... Buat lu..” Ucapnya sebari membuka styrofoam tersebut. New cukup tercengang dengan tulisan yang tercetak di kue berdiameter kurang lebih 15cm tersebut.

Tay sedikit kebingungan dengan ekspresi yang di berikan oleh New, sehingga ia pun menengok isi styrofoam tersebut dan membaca tulisan yang terpampang “let's eat this cake and have sex”.

“Anjing! Harit sialan! Eh Cha, sorry gue gak minta tulisan gini. Aduh, emang anak anjing si Harit.” Wajah Tay menunjukkan kepanikan luar biasa yang membuat New terkekeh pelan “lu di kerjain anak buah lu tuh.”

Tay sesegera mungkin menutup kue tersebut dan menyimpannya di meja di dekatnya “Cha, aduh beneran maaf.. Ah sialan Harit bener-bener!” Tay masih bersikap panik.

New tersenyum lalu mengangguk “gapapa, gue tau lu gak niat begitu kok. Sini gue foto dulu.”

“Yakan? Gue gak mungkin banget mesum gitu, ah elah! Padahal gue udah request kata-kata maaf, ah emang anjing nih!” Ucap Tay kembali.

New masih tersenyum “gapapa.”

“Tapi, tetep aja ahh elaahhhhh.. Duhhhh..” Tay mengusak wajahnya malu.

New kembali tersenyum “Tay..”

“Ya?” Tay menoleh menatap New.

“Ayok kita cerai.” Ucap New mantap.

Tay langsung menatap dalam mata New, sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar “hah? Cerai? Maksudnya?”

“Kontrak kita, selesai.” “Gak usah nunggu sampe 2 tahun, kita berhenti disini aja.” Jawab New lagi.

Tay menggelengkan kepalanya cepat “gak!” “Lo sendiri yang bilang dua tahun! Gak! Gue gak mau cerai! Gak Cha! Gue gak mau!”

“Gue gak berfikir panjang kemarin, udah. Kita cukup sampai disini aja.” Ucap New kembali.

Tay masih menggelengkan kepalanya “gak! Gak mau! Kenapa? Lu marah banget sama gue? Gue udah minta maaf kan? Yaudah lu mau gue ngapain? Lu pukul gue? Atau lu mau apa biar lu maafin gue? Tapi gak cerai! Gue gak mau!” Gak New, gak!”

“Tee, please..“ “Kejar cinta lo, lo gak mau kan bikin Namtan nunggu lo bertahun-tahun?” Lirih New.

Tay terdiam, namun hatinya tetap tak mau. Entah alasan apa namun hatinya tetap tak mau mengindahkan permintaan dari New.

Ia kemudian bangun dari duduknya lalu menatap New tajam “Ibu, Mamah, Nenek..Frank..” “Perasaan mereka gimana?” Tay mencoba memberi alasan.

“Namtan akan selalu di terima Tee, gak akan banyak hal yang berubah kalau gue pergi. Keluarga lu pasti akan nerima Namtan dengan senang. So let me go..” Ucap New menahan tangisnya.

“Lu kenapa tiba-tiba minta cerai? Off? Off yang nyuruh? Lu bisa bebas ketemu Off, apapun lu bebas lakuin! Lu gak usah masak, atau lu boleh bebas pergi kemanapun tanpa izin gue! Asal gak cerai, gue gak mau! Gak New!” Nada suara Tay naik.

New menatap Tay sedih “perasaan gue Tay, perasaan gue makin hari makin besar buat lu. Gue takut gak bisa nahan itu, udah terlalu sakit buat gue.. Please.. Gue udah gak bisa.” Akhirnya tangis New pecah.

“Gue takut harapan gue makin besar sama lu, gue takut. So please..Let me go Tee..” New menunduk menangis.

Tay menatap New yang tertunduk “kalau lu setakut itu sama perasaan lu, gue gak bisa apa-apa. Kalau lu mau cerai, yaudah.. Gue akan turutin mau lu.” Lalu memilih pergi meninggalkan New yang masih tertunduk menangis.

@pandaloura

Tay membuka gerbang rumah milik New sebari membawa beberapa kantung belanja yang berisi perlengkapan sehari-hari yang ia beli untuk sang Ibu Mertuanya. “Permisi..” Ucapnya sebari mengetuk pelan pintu rumah tersebut.

Tak berselang lama pintu itupun terbuka menampilkan sosok New yang menatap Tay tanpa ekspresi. “Hai..” Ucap Tay pada New. New mengangguk lalu segera berjalan keluar “langsung aja, Ibu lagi keluar soalnya.”

“Lah lu gak bilang gue mau kesini?” Tanya Tay mencoba bertanya. “Ibu udah pergi dari pagi, nanti biar gue telfon aja.” Jawab New.

Tay kemudian mencoba menahan New “bentar dong, ini gue mau masukin belanjaan dulu buat Ibu.” New pun membantu Tay dengan kembali membukakkan pintu rumahnya.

Setelah selesai keduanya pun langsung berjalan menuju mobil. Di dalam mobil, Tay maupun New lebih memilih sibuk dengan fikirannya masing-masing.

“Udah makan?” Tay yang pertama mencoba membuka pembicaraan. New mengangguk sebari tetap menatap jalanan lewat jendela.

“Kemarin katanya lu ke tempat Mamah?” Tanya Tay kembali, dan New pun kembali mengangguk tanpa menoleh.

“Hmmm..” Tay yang sadar New tak ingin di ganggu pun memilih untuk kembali fokus menyetir dan membiarkan New kembali sibuk dengan fikirrannya.

Ketika keduanya sudah sampai di apartment, New memilih berjalan terlebih dahulu meninggalkan Tay yang masih berada di mobilnya. Tay pun menarik nafasnya dalam-dalam “beneran ngambek.” Lirihnya sendiri.

Kini New dan Namtan duduk saling berhadapan di sebuah cafe yang bisa di bilang sepi dan tak banyak pengunjung yang datang. Suasana sejak di mobil sampai saat ini begitu awkward, karena sampai saat ini keduanya masih memilih untuk saling diam dan sibuk dengan fikirannya masing-masing.

“Katanya kopi disini enak, tapi kok sepi ya..” New mencoba mencairkan suasana dengan mulai berbicara dan mulai meminum kopi yang terhidang di hadapannya.

Namtan mengangkat wajahnya lalu menatap New dengan serius “gue mau jagain Tay.”

“Hah?” New sedikit terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Nam.

“Gue tau ini permintaan bodoh, tapi seperti yang gue bilang. Gue mau jagain Tay. Gue tau kalian udah nikah, tapi kayaknya perasaan Tay sama gue gak berubah dan perasaan gue sama Tay makin besar.. Percuma kan kalian nikah tapi hati kalian gak saling cinta? Kasih kesempatan gue buat jagain Tay Kak..” Pinta Nam kepada New.

New terdiam sebentar mencoba memproses apa yang baru saja Namtan ucapkan kepada dirinya, lalu ia menarik nafasnya dalam dan tersenyum menatap Nam “gak perlu Lu minta kok Nam, gue bakal cerai sama Tay.”

Mata Nam terbelak karena terkejut.

“Lu salah, dipernikahan gue sama Nam bukan kita saling gak cinta.. Tapi cuman gue yang cinta dia engga.” New tersenyum lalu menatap Nam kembali “tapi Lu bener, percuma. Makanya Lu tenang aja, secepatnya gue akan urus perceraian.. Setelah gue cerai, silahkan.. Kalian bisa lakukan apapun yang kalian mau.” Ucap New dengan tenang.

“Dan lu bener satu hal lagi. Perasaan dia sama lu gak berubah. Selalu sama.” Ucap New kembali.

New menoleh jam di ponselnya “hah udah sore, gue izin duluan ya Nam.. Thank you kopinya. Jaga kesehatan.” New bangkit dari duduknya menginggalkan Nam yang masih terdiam di tempatnya.

@pandaloura