pandaloura

New menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memasuki kediaman mertuanya, ia berharap semua kata-kata yang telah ia rangkai dan siapkan dapat ia sampaikan dan seluruh keluarga Tay dapat mengerti dan menerima.

Begitu New membuka pintu tersebut ia langsung di sambut hangat oleh Nenek yang ternyata telah menunggunya di ruang tamu “New! Kemana aja nak? Nenek nungguin dari tadi, ayok masuk yuk masuk.”

New pun mengangguk dan mengikuti Nenek masuk kedalam. Begitu keduanya sampai di ruangan keluarga, New kembali di sambut hangat oleh seluruh anggota keluarga tersebut.

“Akhirnya, menantu tersayang Mamah dateng juga.” Ucap Mamah sebari tersenyum hangat, Frank pun tak mau kalah dan langsung berlari memeluk New “aaaah Kakak iparku sayang”

Wajah New tersenyum hangat namun sesungguhnya hatinya begitu tersayat, bagaimana ia bisa menyampaikan tentang perceraiannya di situasi seperti ini.

“Udah-udah yuk, mending kita makan dulu.. Mamah udah masak banyak banget makanan kesukaan New.. Pokonya semua yang Mamah masak kesukaan New doang.” Ajak Mamah kepada New dan seluruh anggota keluarga tersebut untuk langsung menuju ruang makan.

Dan setelah itu, semuanya pun mulai menyantap makanan yang telah di sediakan sebari sesekali mengobrol.

“Mamah denger Tay lagi pegang project gede ya New?” Tanya Mamah sebari mengisi piring New dengan nasi dan beberapa lauk.

New mengangguk “iya Mah, lagi pegang peoject menpora kalau gak salah.”

“Rejeki pernikahan itu, syukurlah kalau usahanya makin bagus.. Semoga makin lancar deh Aamiin..” Ucap Papah dengan lembut.

Nenek mengangguk “bener, New kayaknya bawa rejeki bagus buat Tay. Syukurlah.. Nenek senang sekali.” New pun tersenyum canggung “gak juga kok Nek, Tay juga emang kerjanya bagus.”

“Iyasih, tapi kan namanya udah menikah pasti rejeki kamu juga ngalir kesitu New.” Jawab Nenek.

New mengangguk canggung “hehe iya mungkin Nek.”

“Udah-udah, ini makannya kapan di mulai? Laper nih.” Protes Frank yang membuat semuanya terkekeh pelan. “Iya-iya, ayok kita mulai aja makannya.” Ucap Papah dan langsung memimpin doa.

Setelah acara makan itu selesai New memilih membantu Mamah untuk membersihkan meja makan tersebut. “Udah Mamah ke ruang keluarga aja, biar New beresin. Tadi Mamah udah masak kan? Ini biar New yang bersihin.” Ucap New kepada sang mertua.

“Yaampun, emang gak salah milih menantu. Yaudah kamu cukup beresin ke dapur aja, yang cuci piring biar Mbak aja ya New. Nanti langsung gabung ya?” Pinta Mamah kepada New yang langsung di balas anggukan oleh New “iya Mah, nanti New langsung kesana.”

Lalu Mamah pun beranjak keluar meninggalkan New yang kini sibuk membersihkan meja makan tersebut.

Beberapa saat ketika New membersihkan meja tersebut, New seperti mendengar suara riuh-riuh dari ruang keluarga.. “Ah sepertinya ada tamu..” lirihnya.

Setelah menyelesaikan tugasnya, New pun segera berjalan menuju ruang keluarga. Namun belum sempat ia memasuki ruangan tersebut ada suara yang membuat langkahnya terhenti dan malah memilih terdiam sebentar di tempatnya.

“Ini yang paling cocok buat Nenek, bagus banget.. Jadi keliatan sepuluh tahun lebih muda.” Terdengar suara lembut wanita yang membuat Nenek tersipu malu “ah, kamu emang dari dulu paling bisa! Dulu sekecil ini, sekarang udah bisa banget bikin Nenek malu gini Nam.”

“Kak Nam, buat Frank mana? Katanya Kakak mau kasih aku hadiah, ah gak asyik ah.” Kini suara terdengar suara Frank yang terdengar manja kepada Namtan.

New terdiam di posisinya. Ia kembali mendengar suara tawa dari ruang keluarga tersebut, mulai dari Papah Mamah Nenek bahkan Frank terdengar begitu senang dengan kehadiran Namtan. New lalu tersenyum tipis lalu mengangguk “lo gak usah khawatir New, Namtan akan selalu di terima. Kalau lo gak ada, gak akan banyak mengubah keadaan kok.” Lirihnya sendiri.

Lalu ia pun berjalan menuju ruangan keluarga tersebut.

“Eh New, sini sayang.. Ada Namtan nih.. Udah kenal kan?” Ucap Mamah yang melihat New memasuki ruangan tersebut.

New tersenyum lalu menyapa Nam dengan tenang “hi Nam, apakabar? Katanya kemarin sakit?”

“Baik Kak, iya. Tapi sekarang udah sembuh kok. Kemarin udah dikasih obat sama di buatin bubur buat makan sama Kak Tay.” Jawab Namtan seraya tersenyum kepada New.

“Oh syukurlah.” Jawab New tulus.

“Namtan ini, udah kita anggep keluarga New. Makannya Tay peduli banget sama Nam.” Jelas Nenek takut New salah paham.

New tersenyum lalu mengangguk kepada Nenek “iya Nenek, Tay udah sering cerita kok.”

“Kak..” Ucap Nam kepada New.

New menoleh “yaa?”

“Abis ini, mau ngopi? Aku pengen ngobrol.” Ajak Nam dengan tersenyum. New pun membalas dengan senyuman “boleh.”

Sepertinya untuk saat ini, New harus menahan rencananya untuk berbicara dengan keluarga Tay. Dan memilih menyelesaikan urusannya dengan Namtan terlebih dahulu.

@pandaloura

Fah, Gigi dan New akhirnya sampai ke rumah setelah tadi sempat izin kepada Ibu untuk pergi nongkrong dan membeli kopi keluar.

“Yah, Ibu nya udah tidur guys.” Ucap Fah yang sadar keadaan rumah tersebut sudah sangat sepi. “Simpen di kulkas aja martabaknya biar besok di angetin.” Balas New sebelum memasuki kamar miliknya.

Fah dan Gigi pun menyimpan dua box martabax manis dan telur ke kulkas sebelum akhirnya menyusul New masuk ke kamarnya.

“Gue duluan mandi yak.. Entar baru kalian.” Ujar New yang sudah mengalungkan handuk di lehernya dan berjalan menuju kamar mandi miliknya.

“Iya, tapi abis mandi awas ketiduran ya lo! Kita kan mau begadang yuhuuu.” Teriak Gigi yang di balas tanda ‘oke’👌🏻 dari New.

Setelah ketiganya menyelesaikan kegiatannya membersihkan diri dan mengapply skincare di wajah masing-masing, kini ketiganya sudah berbaring bersama di ranjang New.

“Jadi.. Apa yang mau kita bahas?” Tanya Gigi yang posisi tidurnya berada di paling kiri. “New dong sama suami gagahnya.” Kekeh Fah.

New yang berada di tengah langsung mengambil posisi duduk dan menempatkan punggungnya di headboard ranjang miliknya “sebelum ke gue, gue mau nanya.. Kenapa lu sekarang sibuk banget? Udah kerasa belum capeknya cari duit?” Tanya New kepada Fah.

“Hahaha, asli ternyata cari duit susah yee.. Gue udah kerja bulak-balik nyupirin tuh pesawat pas liat mutasi rekening gajian cuman hehhh kok cuman segini?” Jawab Fah terkekeh. Gigi dan New ikut tertawa “ya emang, gue aja keliatannya enak yaa.. Dapet produk, dapet duit juga tapi ya tetep capek cuy.” Gigi ikut menimpali.

“Ya namanya kerja gak ada yang gak capek gaksih? Semuanya ada plus minusnya, gak mungkin enak semua.” Ujar New.

Gigi kini ikut bangun dari tidurnya dan memilih untuk duduk menatap New “udah sekarang bahas kerjaan udah cukup, dari tadi di cafe juga kita bahas kerjaan mulu. Sekarang, jawab.. Hubungan lo sama Tay gimana? Gue udah siap banget jadi aunty rich nih.”

“Udah siap banget.” Fah mengikuti jejak Gigi untuk duduk.

New terdiam, sepertinya ini saat yang tepat untuk berbicara dengan kedua sahabatnya tersebut. Toh, keputusan New sudah bulat untuk mengakhiri pernikahannya dengan Tay. Ia kemudian menarik nafasnya dalam-dalam lalu menatap Gigi dan Fah secara bergantian “gue mau ngomong sesuatu, tapi gue pengen kalian janji sama gue?”

“Oke janji apa?” Tanya Gigi serius.

New sekali lagi menarik nafasnya dalam-dalam “apapun yang gue ceritain, gue mohon.. Kalian janji untuk gak marah atau berlaku beda sama Tay? Kasih kesempatan gue buat selesain ini dulu dengan versi gue.”

“Lo kenapa? Ada apa?” Fah menatap New serius.

“Please,janji dulu sama gue?” Pinta New penuh harap kepada keduanya.

Gigi mulai menunjukkan wajah tak suka “kalo Tay bersikap tolol dan nyakitin lo! Gue gak bisa janji.” Fah mengangguk “gue juga!”

“Yaudah, gue gak akan cerita kalau gitu.” Ucapan New yang langsung mendapat protes dari kedua sahabatnya “gak bisa gitu dong.” Ucap Gigi tak suka.

New mengangkat bahunya acuh tak acuh “take it, or lose it”

Fah dan Gigi saling bertukar pandang “yaudah.. Janji.” Jawab Fah dan Gigi secara bersamaan.

“Oke..” New menarik nafasnya dalam-dalam. “Gue akan cerai sama Tay.”

Fah dan Gigi membelakkan matanya “hah?!”

“Dia KDRT ke lu?” Tanya Fah.

“Apa dia selingkuh? Jawab!” Gigi pun ikut bertanya.

New menarik kembali nafasnya dalam-dalam “gue bakal jelasin detail, gak akan ada yang gue umpetin. Tapi please.. Dengerin dulu ya? Jangan ada yang potong, oke deal?”

“Oke.” Fah dan Gigi setuju.

“Jadi.. Tay gak ada KDRT sama gue, dan selingkuh pun sebenernya bukan selingkuh sih.. Sebelum kesana gue ceritain dari awal deh ya..” New memulai pembicaraan.

“Lu semua kan tau, gue sama Tay nikah karena di jodohin? Ya intinya awalnya berjalan biasa aja, gue sama Tay beneran nikah walaupun belum ada cinta. Di awal kita sepakat buat jalanin pelan-pelan, dan semuanya berjalan lancar.. Dari jalan bareng, pegangan tangan, pelukan bahkan ciuman kita jalanin itu perlahan, and i'm happy with that.”

New kemudian menarik nafasnya lagi “sampai, ada moment dimana pas hari kedua kita di Phuket.. Tay ngilang dari subuh, seharian..Kalian inget yang gue bilang gue jalan sendiri?” Fah dan Gigi mengangguk.

“At the end, di hari itu akhirnya gue ngobrol berdua sama dia.” “Alasan dia ngilang adalah, Namtan.” Gigi mengeraskan wajahnya “Anjing!”

New menunjukkan wajah memohon “please?” Gigi mengangguk “sorry-sorry, lanjut.”

“Intinya disitu Tay bilang, Namtan saat itu sakit dan dia panik. Saat itu dia beneran bingung sepertinya, jadi dia cuman minta maaf.. Tapi karena dia gak jelasin gue jadi bingung dan marah, pokonya itu chaos bgt. Dan akhirnya gue pergi.” New mulai menjelaskan semuanya.

“Singkat cerita gue juga ketemu Off, cowok yang gue posting waktu itu. Dan intinya pas saat itu Off bilang ya gue harus bantu suami gue buat milih dan harusnya gue gak lari, karena gak nyelesain masalah.” Cerita New.

“Akhirnya gue langsung balik kamar, dan minta kejelasan sama Tay. Di awal gue udah niat buat ngeyakinin pernikahan ini, apapun perasaan dia sama Namtan gue gak peduli. Gue cuman mau nyelamatin pernikahan gue.” New mencoba menahan tangisnya. “Tay bilang, dia udah nyoba buka hatinya sama gue awalnya dia bisa.. Tapi, waktu dia denger tentang Namtan usaha dia langsung goyah. Ternyata hatinya cuman buat Namtan.” Lirih New lemah.

Fah bangkit dari duduknya “oke terus? Lo diem aja?” Gigi melirik kearah Fah “biarin New selesain dulu Fah.”

“Tay ngajakin gue buat bikin kontrak, pernikahan kita cuman buat enam bulan.” Lirih New kembali.

“Anjing! Emang gila tu cowok!” Fah kini memegang pelipisnya wajahnya menunjukkan emosi. Gigi jauh lebih tenang lalu mengenggam tangan New dan menatapnya dalam “dan lo setuju?” New mengangkat wajahnya lalu mengangguk “sorry.”

Fah kini mulai berjalan mundar-mandir di kamar tersebut berharap emosinya tersalurkan “gila, beneran! Lo fikir nikah perkara gampang? Haloo, New Thitipoom! Lo bukan lagi di drama!”

“Fah, tenang dulu.” Gigi mencoba menenangkan Fah. “Gimana gue bisa tenang Gigi? Gila emang ini!”

New menoleh menghadap Fah “gue tau ini bakal ngecewain tapi saat itu gue juga bingung, hati gue gak mau. Tapi gue bisa apa?” Lirih New lemah.

“Oke, sekarang udah lebih dari enam bulan tapi lo sama Tay belum cerai? Apa baru mau di proses?” Tanya Gigi pelan.

New mengigit bibirnya lalu menunduk “gue bilang Tay buat perpanjang sampai dua tahun.”

“Astaga, New..” Kini Gigi ikut memegang pelipisnya. Dan Fah langsung terdiam di posisinya “lo beneran gila!”

New kini tak kuasa menahan tangisnya “gue tau, tapi gue takut.. Gue takut menghadapi Ibu, Mamah, Nenek, kalian.. Gue takut kalian semua kecewa karena kita cuman enam bulan.”

“Adalagi alesan lain?” Tanya Gigi. “New?” Gigi sekali lagi bertanya.

“Gue gak tau perasaan gue gimana sama Tay, tapi gue gak mau itu selesai gitu aja.. Gue kayanya jatuh cinta sama dia..” Kini tangis New pecah dan Gigi langsung menariknya masuk kedalam pelukannya.

Fah masih berdiam diri sebari mencoba menetralkan nafasnya yang menderu karena emosi “ah! Shit!” Lalu kini ikut memeluk tubuh New, ketiganya lalu menangis bersama.

Akhirnya setelah semuanya sedikit tenang, Gigi mencoba memulai kembali percakapan tersebut “oke, sekarang rencana lo gimana?”

“Gue akan tetap minta cerai, jujur.. Gue gila karena permintaan gue untuk memperpanjang kontrak, tapi gue gamau denial gue tau, gue melakukan itu karena gue berharap Tay akan berubah dan perasaan dia akan tumbuh ke gue.” Jawab New lemah. “Tapi kayaknya gak akan bisa, dan kayaknya gue udah gak kuat.. Hati dia selalu buat Namtan Gi, Fah.”

Gigi mengangguk lalu mengenggam tangan New “oke, kita sama-sama ya? Ibu udah tau?” New mengangguk “tapi Ibu gatau part nikah kontraknya, dan gue harap Ibu gak tau.. Ibu cukup tau gue udah gak sanggup sama Tay.”

“Kenapa lo gak cerita selama ini? Lo pasti capek sendiri, nangis sendiri kan? Lo gak nganggep gue sama Gigi?” Fah sudah sedikit bisa meredam emosinya.

New menatap Fah dengan penuh rasa bersalah “maafin, gue bingung, takut.”

“Udah, sekarang rencana lo apa?” Tanya Fah kembali.

New menarik nafasnya dalam-dalam “gue belum punya rencana pasti, tapi pertama gue mungkin akan keluar dulu dari apartment Tay.”

“Yaudah, baju lo masih banyak di sini kan? Kebutuhan sehari-hari lo kita beli yang baru aja, gak usah ambil barang-barang yang di apart dulu. Jangan ketemu Tay dulu.” Ucap Gigi tenang.

New mengangguk “maafin gue ya.. Makasih kalian gak marah, makasih..”

“Gue marah bukan karena permintaan gila lo dan Tay.” “Gue jauh lebih marah karena gue tau, kalau enam bulan kemarin lo kesusahan sendiria. Gak ada yang bisa lo jadikan teman curhat, temen lo berbagi. Dan gue ngerasa gak berguna aja sebagai sahabat.” Jawab Gigi pelan dan Fah mengangguk “iya, fakta lo nanggung masalah gede ini sendirian yang bikin gue marah New.”

New mengenggam masing-masing tangan sahabatnya “maafin gue..”

“Jangan kayak gini lagi ya? Kita kan udah janji mau terus sama-sama apapun keadaannya. Mungkin kita akan marah tapi kita akan selalu menghormati permintaan lu, kalau lu mau gue sama Fah diem gak ikut campur pasti kita akan diem kok.” Jelas Gigi. “Seengganya lu punya tempat cerita New, jangan gini lagi ya?”

New mengangguk “iya, gue janji. Maafin gue, makasih ya Gi.. Fah.. Makasih”

“Yaudah sini peluk dulu.” Fah membuka tangannya lebar-lebar agar kedua sahabatnya masuk kedalam pelukannya.

Lalu ketiganya pun berpelukan dan malam itu sesak di dada New sedikit berkurang.

“Apapun yang terjadi, dia masih punya Ibu, Fah dan Gigi kan?”

Selesai membalas pesan terakhir dari kedua sahabatnya, New pun memilih menyimpan ponselnya di nakas samping ranjangnya. Tak ada notifikasi dari Tay, pesan maupun panggilan.

New menarik nafasnya dalam-dalam dan memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Namun baru saja New mau mematikan lampu di kamarnya, pintu kamarnya di ketuk dan terbuka menampilkan sang Ibu sebari tersenyum hangat “udah mau tidur ya? Ibu bawain susu anget.”

New membalas senyuman hangat tersebut lalu menggeleng “kalau di kasih susu langsung seger lagi.” New mengambil susu di tangan sang Ibu dan langsung meminumnya.

“Pelan-pelan, gak akan ada yang ngambil Nak..” Ibu menggelengkan kepalanya melihat New yang begitu tergesa-gesa meminum susu tersebut.

“Enak bwanget.. Haaaaahhh.. Makasih Ibu.” Ucap New setelah menghabiskan susu tersebut.

Tangan Ibu mengambil gelas kosong tersebut dan menyimpannya di meja belajar berukuran kecil milik New “tuh sampe ada belepotan gini, ampuuuun.. Udah dua puluh lima tahun masih gini yaa.” Ibu menghapus bekas susu yang bersarang di bibir atas anak semata wayangnya.

“Heheheheheh, sini Bu..” Ajak New kepada sang Ibu untuk duduk di ranjang miliknya. “Nah aku tiduran deh di paha Ibu.” Kini posisi keduanya sudah berubah, Ibu yang duduk bersandar ke headboard ranjang dan New terbaring di ranjang dengan posisi kepala berada di atas paha sang Ibu.

Ibu mengelus pucuk kepala New dengan lembut, memainkan rambut lurus milik anaknya tersebut “dah lama Ibu gak manjain anak Ibu ini.”

“Iya, Ibu anaknya sekarang cuman Fah sama Gigi aja. Cemburu aku.” Ucap New sedikit mengeluh.

Ibu masih memainkan rambut New “gausah cemburu, kamu selalu jadi anak Ibu.. Ibu akan selalu di sisi kamu Nak, jangan takut ya Nak.. Ibu selalu akan berada di pihak kamu.”

Mendengar ucapan sang Ibu tanpa sadar New mengeluarkan air matanya yang sedari tadi ia tahan “maafin New ya Bu.. Gak bisa jadi anak yang ngebanggain Ibu.”

“Ibu selalu bangga sama kamu, kamu tuh hebat. Selalu mengesampingkan diri kamu untuk orang-orang sekitar kamu, Ibu kalau di posisi kamu kayaknya gakan bisa seperti itu..” New yakin bahwa Ibu nya pasti tahu bahwa dirinya sedang tak baik-baik saja.

“Usia kamu masih muda, kamu harus melepas mimpi kamu untuk kuliah.. Kamu harus rela melepas masa mudamu untuk menghidupi Ibu yang sakit-sakitan.. Maafin Ibu ya New..” Lirih Ibu.

“Bu.. Jangan ngomong gitu..” Ucap New di sela tangisnya.

“Sekarang kamu harus menghabiskan sisa hidup kamu tinggal dengan orang yang baru kamu kenal. Berat ya Nak?” Tanya Ibu pelan.

New mengangguk dalam tangisnya.

“Maafin Ibu..” Ibu pun menitikan air matanya. “Kalau kamu gak sanggup, gapapa.. Lepaskan nak.. Ibu gak akan kecewa, Ibu akan selalu di sisi kamu.”

Tangis New semakin pecah mendengar ucapan Ibunya, lalu setelah beberapa saat ia bangun dari tidurnya dan menatap dalam mata sang Ibu “Bu.. Boleh kita hidup berdua aja? Gak, ada Fah sama Gigi juga.. Boleh gak Bu? New tau itu bikin Ibu kecewa, tapi New udah gak bisa.. Hiks.. maafin New..”

“Ibu kecewa tapi Ibu lebih kecewa kalau anak Ibu satu-satunya selalu merasakan sakit seperti ini..” Ibu mencoba menghapus air mata di wajah anaknya.

“Lepaskan saja Nak..” “Jangan memikirkan Ibu, lakukan yang kamu mau.. Dan jangan minta maaf, oke? Ibu yang seharusnya minta maaf sama kamu.. Maafkan Ibu ya Nak?” Ibu memeluk tubuh New dengan erat “kita hadapi sama-sama ya? Kamu punya Ibu, Fah dan Gigi.”

New mengangguk lalu membalas pelukan sang Ibu dengan erat “makasih Bu..” Lalu keduanya saling memeluk erat dan menangis bersama.

Ibu kemudian kembali menghapus air mata New “sudah, jangan nangis.. Pasti capek dari kemarin nangis terus.”

“Ibu sadar New kemarin nangis?” Tanya New.

“Kamu tuh udah sama Ibu dari masih segede kacang polong sampe udah segede ini, pasti Ibu sadar.. Mana kemaren dateng pake baju tidur sama sendal. Gak mungkin Ibu gak sadar.” Jelas Ibu.

New menundukkan wajahnya “maaf ya Bu, New bohong.”

“Gapapa.. Ibu ngerti..” “Sekarang tidur ya.. Istirahat..” Ibu mengecup dahi New dengan lembut setelahnya Ibu bangkit dari duduknya untuk keluar dari kamar New.

Sebelum Ibu berhasil keluar dari kamar tersebut New sempat menahan lengan sang Ibu “Bu.. Jangan bilang apa-apa sama Fah dan Gigi ya? Biar New yang jelasin.”

Ibu menoleh lalu mengangguk “iya, Ibu ngerti sayang.”

“Bu..”

“Ya Nak?”

“Makasih.. Makasih Ibu selalu ada di sisi New ya? Dan makasih buat gak nanya apa yang terjadi.” Ucap New lemah.

Ibu mengangguk lalu tersenyum hangat “Ibu yakin, kamu yang paling tahu tentang apa yang akan kamu lakukan. Ibu yakin, kamu sudah berusaha semampu kamu sebelum kamu ambil keputusan.. Sekarang tugas Ibu tinggal dukung dan selalu berada di sisi kamu Nak..”

“Iya Bu..”

“Selamat istirahat ya Nak.. Ibu sayang kamu.” Ucap Ibu tulus. New mengangguk lalu membalas senyuman hangat tersebut “New jauh lebih sayang Ibu. Selamat istirahat ya Bu..”

@pandaloura

New terduduk di kursi teras rumah milik Ibunya menunggu sang Ibu datang. Sekarang dirinya sudah jauh lebih tenang di bandingkan beberapa jam yang lalu, ia benar-benar bersyukur dengan adanya kehadiran Off di hidupnya.

“Bener ya, segala sesuatu itu emang gak pernah kebetulan. Selalu ada alasan dibaliknya.” Monolognya dalam hati.

“Nak?” Ibu membuka pintu gerbang dengan perlahan. New menoleh dan langsung bangkit dari duduknya mencoba membantu membawa barang bawaan Ibunya. “Ibu belanja banyak banget, sini New bawain.”

Keduanya pun berjalan beriringan dan mulai memasuki ruma sederhana tersebut.

“New bantuin beresin ya Bu..” Ucap New yang langsung melenggang berjalan ke dapur, Ibu pun mengikuti langkah anak semata wayangnya tersebut. “Makasih Nak, tapi kok kamu disini? Ada apa?” Tanya Ibu yang sadar sepertinya terjadi sesuatu kepada anaknya.

New yang masih membereskan beberapa belanjaan milik sang Ibu menggeleng lalu tersenyum “gapapa Bu, New kangen Ibu. Eh Ibu kok belanja banyak banget, mau masak banyak ya? Apa Ibu udah feeling New mau pulang?” Tanya New semangat.

“Fah sama Gigi besok mau kesini dan nginep, terus minta di masakin. Makanya tadi pas ada pasar kaget sore Ibu langsung belanja.” Jelas Ibu kepada New.

New menoleh menatap sang Ibu “Fah sama Gigi di masakin, aku kok engga? Yang anak Ibu siapa sih?” New mempoutkan bibirnya.

“Tiga-tiganya anak Ibu dong, tadi kata Gigi paling maleman mau ngabarin kamu. Eh sore-sore gini kamunya udah disini.” Jawab Ibu.

New menatap sang Ibu “aku nginep ya Bu.. Tay lagi banyak kerjaan, jadi nyuruh aku nginep kesini. Ibu kalau gak percaya tanya dia aja.” Ucap New mencoba meyakinkan.

“Iya boleh sayang, Ibu juga kangen.” Jawab Ibu sebari tersenyum hangat lalu menarik tubuh New masuk ke dalam pelukannya, mengelus punggung New dengan lembut “anak Ibu.” Lirih Ibu.

New sekuat tenaga mengigir bibirnya agak air matanya tak kembali tumpah, maka pelukan tersebut tak bertahan lama New yang terlebih dahulu melepas pelukan sang Ibu. “New mandi dulu ya Bu.” Ucapnya sebari langsung berlari kecil ke kamarnya.

Jenna menatap sendu punggung anak semata wayangnya, ia tahu anaknya sedang tak baik-baik saja “berat ya nak?” Lirihnya.

@pandaloura

Tay membanting ponselnya dengan kasar ke kasur, ia mengusak wajahnya kasar ”ah! Fuck!” Teriaknya saat menyadari apa yang baru saja terjadi padanya dan juga suaminya.

Flashback

Semalam begitu Tay mendapat panggilan dari Namtan tanpa fikir panjang ia langsung bergegas menuju kediaman Namtan.

“Nam..” “Nam.. Ini aku Tay, buka please..” Tay mencoba mengetuk pintu unit milik Nam.

Tak berselang lama pintu itu pun terbuka menampilkan sosok Namtan yang pucat pasi sebari memberikan tatapan kosong kepada Tay “Kak..”

Tanpa menunggu apapun Tay langsung menarik Namtan masuk kedalam pelukannya ”thanks God, aku kira kamu kenapa-napa.”

Setelah memastikan bahwa Namtan baik-baik saja, Tay dan Namtan pun berjalan masuk ke unit tersebut.

“Aku gak sangka Kakak bakal langsung dateng.” Lirih Namtan yang kini terbaring di ranjangnya.

Tay yang kini duduk tepat di samping ranjangnya tersenyum lalu mengelus punggung tangan Nam “gak akan ada yang berubah, kamu pasti telat makan kan? Emang asisten kamu gak kasih kamu makan?”

“Kamu aku ajakin makan gamau terus, jadi aku gak nafsu Kak.” Lirihnya lagi.

Tay mengelus pucuk kepala Nam dengan lembut “jangan gitu lagi, kamu harus bisa jaga diri Nam.. Apapun itu, kamu harus mengutamakan kesehatan diri kamu. Oke?”

“Kalo aku gak sakit gini kamu gak akan kesini Kak..” Ucapnya lemah.

Tay masih mengelus lembut pucuk kepala Nam “oke kalau gitu, nextnya kalau kamu sakit aku malah gak akan datengin kamu. Bukan karena aku gak peduli, tapi aku mau kamu tetep tanggung jawab sama diri kamu sendiri dulu. Oke?”

“Kenapa ya dulu aku gak terima kamu Kak? Kenapa baru kerasa pas kamu gak ada? Waktu boleh di puter lagi gaksih Kak?” Nam mulai mengeluarkan air matanya.

Tay berusaha menenangkan dan menghapus air mata tersebut “hey, hey udah.. Jangan nangis, walaupun status aku udah berbeda tapi aku tetep masih orang yang sama. Aku pasti akan tetep jagain kamu Nam. Oke?”

“Makasih ya Kak..” Ucap Nam lembut.

Tay mengangguk lalu tersenyum “sekarang kamu tidur, kantung mata kamu item banget. Ayok, istirahat. Aku tungguin disini.”

“Jangan kemana-mana ya Kak?” Pinta Nam.

Tay mengangguk kembali “aku disini.”

Lalu Nam mencoba menutup matanya, mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.”

Setelah Namtan tertidur nyenyak, Tay terdiam dan teringat akan New. Saat ia merogoh ponselnya ia baru sadar ponselnya mati karena ia tak sempat mengisi baterai ponsel tersebut. “New, lo gak nungguin gue kan? Lo pasti udah pulang kan?” Tanyanya dalam hati.

Flashback end

Tay kini terduduk di ranjangnya dengan fikiran yang sangat kacau, ia tahu kata-kata yang ia lontarkan pasti menyakiti hati New. Ia menyesal, namun ia bingung harus berbuat apa.

Ia bangkit dari duduknya teringat wajah sedih New saat terakhir kali “ah Tolol Tawan!” Ucapnya sebari menahan rasa bersalah yang menggerogoti hatinya.

@pandaloura

New terduduk di kursi taman sebari menatap lurus kedepan. Fikirannya entah melayang kemana, dan satu-satunya yang ia ingin lakukan adalah menghilang. Terlalu banyak yang terjadi padanya saat ini.

“Hey.” Sapa lelaki berkulit putih yang kini tepat berdiri di hadapannya. New menoleh keatas lalu mencoba memberikan senyuman terbaiknya “hai.”

Lelaki putih tersebut kemudian memilih duduk di samping New sebari menatap kebingungan, sepertinya terjadi sesuatu terhadap temannya tersebut “lo gapapa?” Tanyanya pelan.

New kembali tersenyum lalu menggelengkan kepalanya ”i’m oke Phi..” “Wah.. Gue beneran harus beli unit apart disini deh, gue suka banget tamannya.” Ucap New kembali sebari menatap sekitar.

Off masih menatap dalam teman dekatnya tersebut “New?”

New menoleh lalu kembali tersenyum “yaa, ah..Tapi anginnya gede banget, air mata gue sampe keluar hahahahahhaa” Ucapnya sebari mencoba menghapus air matanya yang kini turun kembali membasahi wajahnya.

Off langsung menarik tubuh New masuk ke dalam pelukannya “nangis aja, gapapa.”

“Kak..” “Hiks…” Tangis New pun pecah kembali saat di pelukan Off.

Off mengusap punggung New dengan perlahan ”it’s oke, nangis aja gapapa.. Lo gak perlu jelasin apapun. Nangis aja, ada gue.” Ucap Off perlahan.

Beberapa menit tangis New pecah di pelukan Off, sampai akhirnya New melepas pelukan tersebut dan mencoba menetralkan nafasnya.

“Gue beli tissu sama air mineral dulu ya?” Belum Off beranjak dari duduknya New sudah terlebih dahulu menarik lembut tangan Off lalu menggeleng “disini aja Kak.”

Off mengangguk lalu kembali duduk “udah tenang? Sorry tadi gue langsung meluk lo.”

“Gapapa, thanks ya kak..” Ucap New lirih.

Off kembali mengangguk “ya sama-sama.”

Keduanya kemudian memilih diam, sibuk dengan fikirannya masing-masing. Sampai akhirnya New yang pertama membuka mulutnya untuk bertanya.

“Kak, kalau berat dan capek harusnya gue berhenti kan?” Tanya New kepada Off.

Off menoleh menatap mata sendu New “lo yang paling tau batas kemampuan lo, tapi kalau sekiranya udah gak bisa jangan di paksa.”

New mengangguk lalu tersenyum “diatas orang lain, kita harus lebih mendahulukan diri kita sendiri kan?”

“Hmm, ya.” Jawab Off yang kini juga sama-sama menatap lurus tanaman di depannya.

“Oke.” Jawab New kembali tersenyum lalu menoleh menatap Off yang duduk di sebelahnya “Kak.. Gue boleh ikut nunggu di unit lo? Gue gak bisa pulang dengan keadaan mata bengkak gini.”

Off ikut menoleh lalu mengangguk sebari tersenyum “boleh dong.” “Gue sambil bikinin mie tomyum ala gue ya?”

“Jujur gue laper.” Jawab New sedikit terkekeh.

Off ikut terkekeh lalu mengacak pucuk kepala New dengan perlahan “bayar goceng ya.”

“Boleh bayar pake Go-Pay?” Goda New yang membuat keduanya terkekeh.

Lalu keduanya pun berdiri dari duduknya dan berjalan bersama meninggalkan taman tersebut.

Off yang berjalan sedikit di belakang menatap punggung New dengan sendu ”Tay apa boleh gue yang jagain New?” Monolognya dalam hati.

“Mas ini kartunya.” Memberikan kartu yang baru saja New pakai untuk membayar makanan di restoran.

“Ohya Mas, makanannya jadi di take away?” Tanya waitres tersebut kepada New. New menoleh lalu menggeleng lemah “gausah Mas, buang aja.” Lalu memilih beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan restoran tersebut.

Sepanjang perjalanan New hanya bisa terdiam dan tertunduk lesu, otaknya terlalu penuh dengan banyak pertanyaan. “Apakah Tay baik-baik saja?” “Apa yang terjadi sampai ia kembali mengingkari janjinya?” “Apakah ia pergi dengan Namtan?” “Apakah New hanya lelucon untuk Tay? “Atau New yang terlalu bodoh mengharapkan semuanya sesuai dengan keinginannya?” Dan banyak pertanyaan lainnya.

Sesampainya dirumah, New mandi tak mencoba tidur namun fikiran dan hatinya begitu kacau sehingga untuk tidur pun ia tak bisa. Kemudian ia memilih keluar dari kamarnya berjalan keluar dan duduk di ruang TV apartment tersebut.

Sesekali ia menoleh ke arah pintu berharap Tay datang dan menghampirinya namun semuanya hanya harapannya.

“Jam tiga.” Monolognya sebari menatap jam dinding.

Tak puas menunggu di apartment, New memilih turun ke lobby,basement bahkan taman namun ia tak menemukan apa yang ia cari.

Ia kembali naik ke apartment dan kembali menunggu di ruang TV sampai tak sadar matanya menutup perlahan.

Selang beberapa waktu, New yang tertidur sebari terduduk terbangun karena tubuhnya tak nyaman lalu segera menatap jam dinding “jam tujuh.” Lalu menoleh ke arah jendela dan melihat sinar matahari yang sudah bertugas untuk menyinari.

Ia berjalan menuju kamar milik Tay, berharap suaminya tersebut tertidur dikamar tersebut namun hasilnya sama, nihil. Tak ada siapapun disana.

New menarik nafasnya dalam-dalam lalu kembali menunggu di ruang TV.

Saat jarum jam dinding menunjuk angka delapan dan jarum yang lebih panjang menunjuk angka sembilan, pintu apartment tersebut terbuka menampilkan sosok yang di tunggu-tunggu oleh New.

New menoleh menatap Tay dengan tatapan kosong. Tay sedikit terkejut melihat New yang tengah terduduk sebari memberikan tatapan kepadanya.

“New? Udah bangun?” Tanya Tay namun New memilih diam tak menjawab pertanyaan tersebut.

Tay berjalan dua langkah mendekati New yang masih berdiam diri di tempatnya. “Lo semalem gak nunggu kan? Lo pasti pulang kan?” Tanya Tay hati-hati.

New mengangkat wajahnya menatap tajam Tay “gue tuh lelucon ya buat lo?”

“Lelucon? Maksudnya?” Tanya Tay tak mengerti.

New menarik nafasnya kasar “kenapa sih lo suka banget bikin gue nunggu? Semenyenangkan itukah mempermainkan gua?”

“Gue gak maksud gitu, gue kira kemarin lo pulang.”Jawab Tay. “Kemarin Namtan sakit, gue gak bisa ninggalin dia.” Lirih Tay kembali.

New tersenyum lirih “oke, Namtan lagi. Sehebat itukah dia Tay?”

“Maksudnya?” Tay mulai terlihat tak suka.

“Ia sehebat apasih dia sampe bikin lo lupa semua hal yang ada di dunia ini? Dia bisa loh bikin lo dengan mudahnya ingkar janji sama pasangan lo!” New mulai menaikan suaranya.

“Pasangan? Sebentar, kayaknya gue harus lurusin lagi. Lo inget kan, lo sama gue cuman kontrak gak lebih. Gak usah bawa-bawa Namtan! Lo yang terlalu banyak berharap. Lo sendiri yang bilang kalau gue gak dateng lebih dari waktu yang lo tentukan lo akan pulang, yakan? Sekarang salah gue kalau lo akhirnya nunggu gue?” Jawab Tay tak kalah tinggi.

“Iya, gue bodoh! Gue tolol! Harusnya begitu lo gak dateng gue langsung pergi! Gak usah nunggu lo! Tapi karena gue bodoh dan tolol, gue malah milih buat nunggu lo! Nunggu sampe restorannya tutup! Bahkan sampe rumah gue masih milih buat nunggu lo! Apa Tay baik-baik aja? Tay kemana? Apa dia bakal dateng? Dia pasti dateng kan? Apa dia sama Namtan? Apa dia lupa? itu yang menuhin kepala gue dari malem!” Ucap New sedikit berteriak.

Tay menatap tajam mata New “ada yang nyuruh lo nunggu?”

New membalas menatap tajam mata Tay “oke.” New mencoba menetralkan nafasnya dan mulai menghapus air mata di wajahnya “gue gak akan nunggu lo lagi.”

“Iya, jangan pernah nunggu gue lagi.” Tay mengangguk. “Dan lo jangan salah mengartikan sikap baik gue, karena itu gak berarti apa-apa buat gue. Lo cuman gue anggap sebagai partner kontrak aja, gak lebih. Lo gak berarti apa-apa buat gue.”

New mengangguk lalu kembali menghapus air matanya “iya.. Gue tau, gue gak berarti apa-apa buat lo. Gue tau..” “Dan sekarang.. Lo pun.. Gak berarti apa-apa buat gue.” Ucap New mantap, lalu ia memilih bangkit dari duduknya mengambil ponselnya di meja dan pergi meninggalkan apartment tersebut.

@pandaloura

Tay mematikan laptopnya lalu bergegas pergi meninggalkan kantornya untuk menuju New yang sudah menunggu nya di restoran. Ia sempat melirik jam yang melingkar di tangannya “oke keburu banget ini mah, ayok jalan.. Entar beruang keburu ngamuk.” Kekehnya sendiri. Ia pun langsung bergegas menuju mobilnya.

Begitu sesampainya di mobil, terdengar dering dari ponselnya dan layarnya menunjukkan panggilan dari kontak yang ia namai namnam🐰. Ia pun menarik nafasnya dalam sebelum mengangkat panggilan tersebut “Halo Nam..”

“Kak..hiks..” “Jangan berubah gini, aku gak punya siapa-siapa lagi..” Terdengar isakan tangis dari panggilan tersebut.

“Nam.. Hey.. Jangan nangis..” Tay mencoba menangkan.

“Kak.. I need you..” Suara Nam terdengar lemah.

“Nam, kamu gak apa-apa kan? Nam?” Tay sedikit panik.

“Please..” Lirih Nam, sampai akhirnya panggilan tersebut terputus.

Tay langsung mencoba melakukan panggilan kepada Nam namun hasilnya nihil, tanpa berfikir panjang ia pun langsung menyalakan mesin mobilnya dan bergegas menuju Namtan dan lupa akan janjinya kepada New.

@pandaloura

“Lu dari tadi nengok ke pintu mulu deh Gi, nunggu siapa sih?” Tanya New yang melihat Gigi seolah-olah menunggu kehadiran seseorang. Gigi menggeleng lalu tersenyum “gak kok, gak ada. Udah pesen kan?” New membalas dengan anggukan “udah, lu juga udah kan?” Gigi membalas mengangguk.

“Eh New, lu beneran gamau bales chat suami lo?” Tanya Gigi mencairkan suasana. New menggelengkan kepalanya “gak, ngapain. Cogil.”

Gigi terkekeh pelan “kan meeting New, bukan main sama orang lain. Masalah kerjaaan nihhhhh.” New menarik nafasnya kasar “ya minimal kabarin kek, bilang gak jadi. Lu makan sendiri aja, gak bikin gue nunggu. Kesel tau.” Jawab New ketus.

“Duh gemesnya yang lagi kesel sama cuaminya.” Goda Gigi sebari menoleh pipi New. “Ishhhh diem dehhhhhh. Lagian emang cukup minta maaf via chat doang?” Ungkap New tak terima.

“Kalau dia nya minta maaf secara langsung berarti mau di maafin?” Tanya Gigi, New mengangkat kedua bahunya “au deh, ya bisa gue fikir-fikirlah”

“Tuh Tay, katanya kalau minta maaf secara langsung bakal di fikirin.” Kekeh Gigi sebari kepalanya mengadah menatap Tay yang kini sudah berdiri di belakang New. New yang terkejut langsung menolehkan wajahnya menatap lelaki yang di nikahinya beberapa bulan lalu tersebut “kok lo disini???”

Tay menggaruk kepalanya yang tak gatal “hehehe, sorry ya cha..” “Gue gak ada maksud buat bikin lo nunggu, cuman tadi gue beneran ada meeting penting banget. Beneran deh, sampe gue gak bawa charge. Gue aja tadi makan siang gak sempet, baru makan sore. Sampe perut gue melilit banget.” Ucap Tay sedikit sedih.

“Kok lo gak bilang perut lo sakit? Udah minum obat? Kok bisa sih sampe sakit gitu? Sekarang masih sakit gak? Mau ke dokter aja gak?” Ucap New sedikit panik. Tay tersenyum lalu menggeleng “sekarang udah gak sakit, tapi kalau lo gak maafin kayaknya bakal sakit lagi.” Jawab Tay yang membuat New mempoutkan bibirnya “abisan lu nyebelin.”

“Sorry Chaa..” Ucap Tay lembut sebari mengelus punggung tangan milik New.

Perilaku keduanya sedikit membuat Gigi geram *“haloo, Mas.. Ini masih ada gue disini.. Halooo... Bermesraannya boleh nanti aja gak kalau gak ada gue?” Mendengar ucapan Gigi New langsung menarik tangannya dan berdiri dari duduknya untuk pindah ke samping Gigi “gue gak bermesraan.” Ketusnya.

“Iya-iya engga, pegangan tangan di depan gue itungannya bukan bermesraan kok bukan.” Ucap Gigi kembali. “Udah ah, Tee.. Pesen makan, ntar sakit lagi perut lo.” Ucap New sebari memberikan buku menu kepada Tay.

“Story dulu deh sama duo bucin ini.” Ungkap Gigi sebari mengeluarkan ponselnya dan mulai mengarahkan kameranya kepada Tay “dinner sama pengusaha Tay Tawan eh tapi sama suami nya dengggggg.” bergantian ke arah New, New pun hanya bisa tersipu malu.

“Dah gue tag ya lu bedua.” Ucap Gigi kembali.

Lalu tak berselang lama makanan milik New dan Gigi sudah tersaji terlebih dahulu dan Tay pun mulai memesan makan malam untuk dirinya.

“Makan duluan aja Cha..” Ucap Tay kepada New yang masih belum menyentuh makananya. New menggeleng “ntar aja biar bareng sama lu.” Jawab New.

Gigi menggelengkan kepalanya “ya Tuhan, tolong selamatkan saya dari duo bucin ini.. Perkara makan aja mesti tunggu-tungguannnn..”

“Makanan gue masih panas ish..” Ucap New kepada Gigi.

“Iya-iya, kalau makannya bareng misua langsung adem yee.” Goda Gigi yang membuat New memicingkan matanya tajam sedangkan Tay berusaha menahan senyumnya.

@pandaloura

Setelah melepas kepergian sang suami manis, Tay langsung bergegas kembali kerumah untuk menemani sarapan rutin anak-anaknya. Sejujurnya ia sedikit khawatir dengan respon dua anaknya yang lain mengenai kepergian New yang bisa di bilang ‘cukup mendadak’, mengingat Frank dan juga Nanon yang begitu posesif kepada New.

“Eh Tuan besar, lagi Bi Ida siapkan ya untuk sarapannya.” Ucap Bi Ida begitu melihat Tay memasuki ruangan makan. Tay mengangguk lalu duduk di kursinya sebari membuka i-Pad miliknya.

Tak berselang lama Pluem ikut bergabung dan menyapa sang Ayah. “Pagi Yah..”

“Eh pagi Nak..” Tay menoleh kearah Pluem. “Adek-adekmu udah pada bangun kah? Biasanya kan di bangunin Papah.”

Pluem mengangguk “tadi udah Pluem bangunin kok Yah, sebentar lagi turun kayanya.”

“Oh, yaudah. Abang hari ini ada kuliah?” Tanya Tay yang langsung di balas anggukan oleh Pluem “iya, tapi abis makan siang tapi. Yah..”

Tay kembali menatap anak sulungnya “kenapa Nak?”

“Papah kenapa gak izin langsung? Abang takutnya Kakak sama Adek ngambek deh.” Tanya Pluem kepada Tay.

“Kalau izin langsung takutnya nanti Papahnya malah gamau pergi Bang, Papah lagi butuh me time dulu ya.. Nanti Kakak sama Adek biar Ayah yang kasih pengertian.” Jelas Tay lembut.

Pluem mengangguk tanda mengerti “oh yaudah, soalnya Ayah tau kan Kakak sama Adek gimana kalau sama Papah.” Ucap Pluem yang langsung di berikan anggukan oleh Tay “iya, nanti Ayah jelasin.”

“Jelasin apa Yah?” Suara Frank yang kini tengah berjalan di belakang Tay.

Mata Tay mengikuti Frank yang kini sudah duduk di kursinya “selamat pagi Kak.” Sapanya “ehiyaa, pagi Yah.. Tadi Ayah mau jelasin apa? Papah mana?” Tanya Frank yang sadar sedari tadi tak melihat keberadaaan sang Papah dan hanya Bi Ida yang sibuk menyiapkan sarapan.

“Nanti tunggu Adek dulu ya.. Adekmu udah bangun?” Tanya Tay. “Tuh si gendut baru turun. Genduuuut cepet siniiiiii.” Frank menunjuk Nanon dengan wajahnya.

Nanon yang berjalan perlahan langsung memberikan tatapan tak suka “ishhhh Ayah, Kakak body shaming terus!!! Ehhh selamat pagi Ayahkuuu sayanggg.” Dan langsung mengecup pipi kiri Tay dan segera duduk di kursinya.

“Pagi sayang.” Jawab Tay tersenyum.

“Papah mana?” Tanya Nanon sebari melihat sekitar.

Pluem terdiam sedikit cemas dengan respon adik-adiknya “kalian gak cek group chat ya?”

Nanon dan Frank kompak menggeleng “hape Kakak mati, lagi di charge.” “Hape Adek, nyelip kayanya di kasur. Kenapa? Papah kemana? Papah kok gak ada? Yah, Papah kemana?” Tanya Nanon tak sabar.

“Gini anak-anak.. Kalian sadar kan kemarin-kemarin Papah lagi ngomel terus? Kayak segala sesuatunya gak boleh salah? Dan kalian ngerasa gak Papah jadi kayak orang yang berbeda?” Ucap Tay perlahan.

Ketiganya kompak mengangguk.

“Nah.. Kayaknya Papah lagi capek, lagi butuh istirahat sama kegiatan sehari-harinya. Makanya Ayah nyuruh Papah buat istirahat sebentar.” Belum Tay menyelesaikan ucapannya Frank dan nanon sudah berkomentar.

“Istirahat? Istirahat kemana? Sama siapa?” Frank yang pertama di susul oleh Nanon “Papah pergi? Kok gak bilang? Papah kemana Yah? Papah kemana???”

Pluem menarik nafasnya kasar “dengerin Ayah dulu sampai selesai, baru nanya.”

“Makasih Abang.” Ucap Tay lalu kembali melanjutkan ucapannya “nah jadi, intinya Ayah kasih Papah me time dulu, Papah lagi liburan ke Thailand. Tenang, gak sendiri kok.. Ada Papa Gun sama Papa Kit juga nemenin, kita kasih Papah waktu istirahat sebentar ya? Papah kan selalu ngurusin semua kebutuhan kita, sampe kadang lupa sama dirinya sendiri, jadi kita kasih kesempatan Papah buat istirahat ya? Kak? Dek?” Ucap Tay selembut mungkin saat melihat ekspresi kedua anaknya.

“Berapa lama? Kenapa gak ngomong langsung sih? Perginya kapan? Kenapa kita di kasih taunya mendadak?” Tanya Frank sedikit tak suka.

“Iya, kenapa gak bilang? Papah emang gak mau izin langsung? Gak sayang kita apa? Kenapa pergi? Adek mau Papah.” Ujar Nanon sedih.

Pluem kembali menarik nafasnya dalam-dalam “Papah bukannya gamau izin langsung, kalau izin langsung pasti Papah gak tega ninggalin kita. Tadi Papah udah sempet nyamperin kamar kita satu-satu pas tidur, udah.. Papah kan cuman liburan sebentar, nanti juga pulang.”

“Tapi kenapa gak bilang langsung, kenapa harus umpet-umpetan?” Frank masih tak puas.

“Frank, kaya yang Ayah jelasin tadi.. Kalau Papah ngomong langsung Papah jadinya gamau pergi, udah.. Gausah mempermasalahkan kenapa gak izin langsung, Papah tuh udah sering banget ngalah dan mengesampingkan kemauannya demi kita. Sekarang saatnya kita yang coba kasih space buat Papah, oke?” Pluem mencoba memberikan penjelasan kepada sang adik.

“Adek mau Papah.. Mau ke Papah Yah..” Ucap Nanon sebari memberikan Tatapan memohon kepada sang Ayah.

“Nanon, penjelasan dari Ayah dan Abang kurang jelaskah? Harus Abang jelasin gimana lagi ya?” Pluem sedikit menaikkan nada suaranya.

Tay yang mulai merasa meja tersebut sudah tak kondusif akhirnya buka suara “oke, udah-udah.. Papah lagi liburan yang bikin dirinya happy, Kakak sama Adek mau nya Papah happy kan? Jadi kita kasih waktu Papah istirahat sebentar ya? Kan masih ada Ayah, oke? Selama Papah gak ada, Ayah bakal nemenin kalian oke?”

Ketiga nya masih memilih diam.

“Yaudah sekarang kita sarapan dulu oke?” “Nanti kita makan junk food, belanja, sama main ps sampe pagi! Ayok siapa yang mau?” Tanya Tay sedikit excited.

Namun ketiganya masih memilih diam.

“Oke yaudah, sarapan dulu aja yaaa..” Ucap Tay pasrah, sepertinya beberapa hari ke depan akan menjadi hari yang panjang untuk Tay.

@pandaloura