➖ Maaf
Ide dari Namjoon untuk membelikan Taehyung strawberry diiyakan oleh Jimin. Dia tidak jadi bertanya kepada Yoongi tentang di mana dia harus membelinya, bisa habis dia dicengcengin nanti. Maka dari itu Jimin mencari jalan tengah dengan bertanya pada Yerim.
Kini, Jimin telah berada di depan rumah Pak Kades dengan membawa plastik berisi buah strawberry, susu strawberry, dan kue monde. Jimin ingat kalau Pak Kades senang dengan kue monde sehingga dia membelinya juga. Rasanya tak etis hanya membawakan untuk anaknya. Okay.
Pintu telah terbuka. Ibu Kades tampak sumringah menyambut Jimin dan mempersilakannya masuk. Pak Kades pun dengan stelan kaos putih dan sarung ikut menyambut Jimin. Hangat sekali.
“Sebentar ya, Ibu panggilkan Kakak dulu.” Ucap Ibu Kades setelah mengetahui perihal Jimin datang kemari adalah untuk bertemu Taehyung.
Kakak?
Jimin mengangguk perlahan.
“Padahal tidak usah repot-repot bawa sesuatu. Dokter sudah mampir kesini, Bapak sudah senang.” Ucap Pak Kades sambil tertawa ketika melihat bawaan Jimin.
“Oh iya, ini kue monde untuk Pak Kades.” Jimin memberikannya namun Pak Kades menahannya.
“Yang suka kue monde itu sebenarnya Kakak. Nanti aja kasih ke anaknya, hehe.”
Tak berapa lama Taehyung datang ke ruang tamu tempat Jimin duduk dengan Pak Kades. Tampilannya terlihat seperti baru bangun tidur dengan mengenakan celana kain batik dan kaos berwarna hitam.
Tampak Ibu Kades mengkode Bapak Kades untuk meninggalkan mereka berdua. Taehyung sudah paham gelagat Mamah dan Bapaknya itu. Dia hanya bisa pasrah.
Wajah Taehyung tidak menyambut Jimin dengan ceria. Senyum yang diberi hanya senyuman seadanya. Jimin tahu Taehyung masih marah padanya.
“Hm, ini saya bawakan sesuatu.” Jimin memberikan semua yang dia bawa. Wajah Taehyung mendadak menjadi cerah namun dia mencoba untuk mengaturnya kembali menjadi kalem. “Semoga suka ya.”
“Ini nyogok ya?” Tanya Taehyung.
“Ah ... Ng .. Ngga, ini hm .. Mau kasih aja. Kemarin kan sempat sakit terus belum sempat kasih sesuatu.” Jimin bingung mengapa dia harus terbata-bata seperti ini. Tapi tidak dipungkiri memang ini niat untuk mendapat permintaan maaf Taehyung.
“Udah sembuh kok.”
“Hm, yaudah buat ngemil aja.”
“Makasih.” Taehyung akhirnya menerimanya.
Ibu Kades lalu datang membawakan dua cangkir teh hangat untuk Jimin dan Taehyung.
“Diminum dulu, Pak Dokter.” Ucapnya ramah.
“Terima kasih, Bu.”
Ibu Kades lalu pamit pergi. Kini mereka berdua kembali.
“Taehyung.” Panggil Jimin.
“Hm,”
“Soal kejadian di rumah sakit ...”
Taehyung menyadari bahwa Mamah dan Bapaknya mengintip mereka dari balik ruang TV. Taehyung menghela nafas dalam.
“Kita pindah.” Ucapnya tiba-tiba.
“Ha? Kemana?”
“Ke teras belakang.”
Taehyung membawa plastik yang Jimin berikan padanya dan kedua cangkir yang asalnya tersaji di meja. Taehyung pergi mendahului ke luar jalan depan dan Jimin mengikuti meski bingung. Mereka memutar dari luar ke teras belakang. Disana tampak seperti gazebo yang langsung menghadap ke kolam ikan dan pelataran sawah yang luas.
“Disini aman.” Ucap Taehyung sambil meletakkan kedua cangkir di pinggirnya. Jimin lalu duduk di sebelahnya.
“Bagus.”
“Kan di rumah itu juga ada yang seperti ini. Cuma lebih kecil sih.”
“Hm, ga sempat soalnya kalau udah pulang dines langsung tidur deh.” Ucap Jimin.
“Capek ya jadi dokter?”
“Setiap pekerjaan pasti ada capeknya, jadi guru juga kan?”
“Hm, iya.”
“Taehyung...”
“Ya sudah dimaafkan kok.”
Taehyung tampak mencoba menahan gugup. Dia sedikit meremas celananya sambil mengedarkan pandangannya menatap area persawahan.
“Bener?” Tanya Jimin.
Suaranya begitu lembut hingga seakan menarik atensi Taehyung untuk melihatnya.
“Iya ... Bener kok.”
“Syukur deh.”
“Tapi kamu ajarin apa ke Nara kok dia mau belajar pijit?” Tanya Taehyung.
“Oh .. Itu. Hm, jadi Nara ingin tinggal di rumah sakit katanya Mamahnya marah-marah terus dan Neneknya ga pernah ajak dia main. Terus mungkin sebenarnya Mamahnya ga mau marah-marah cuma capek aja dan Neneknya kan sudah tua jadi gampang capek, makanya saya bilang ke Nara siapa tahu kalau dipijitin jadi seneng Mamah dan Neneknya.” Jelas Jimin.
Mendengar itu ada rasa hangat dan lembut mengalir ke hati Taehyung.
“Dokter dulu pernah ada niatan jadi guru TK?” Tanya Taehyung.
“Kok tanya begitu?”
“Jawabannya bisa banget.” Kekeh Taehyung.
“Oh .. Hehe, ngga sih cuma memang suka anak kecil. Rencananya sudah selesai ambil Bedah Umum mau ambil sub-spesialis Bedah Anak.”
“Wow .. Keren!” Taehyung memberikan jempol kepada Jimin. Namun dia malu sendiri lalu menarik tangannya dengan cepat. Jimin tersenyum melihatnya.
“Ya, jadi saya minta maaf karena sudah menuduh kamu yang tidak-tidak, kepada Nara juga. Ternyata dia ada alasan kenapa begitu.”
“Hm, iya Nara cuma tinggal sama Mamah dan Neneknya. Mamahnya kerja jadi yang mengurus itu Neneknya.”
“Oh .. Iya terus miris, anak sekecil itu biasanya suka takut rumah sakit dan lebih ingin di rumah tetapi dia malah ingin di rumah sakit.”
“Kepolosan dan kejujuran mereka memang selalu punya cerita sendiri.”
Taehyung menatap kembali hamparan sawah. Jimin lalu memandang Taehyung. Wajahnya teduh dengan bulu matanya yang panjang dan lentik. Merasa seperti diperhatikan, Taehyung melirik Jimin dan Jimin buru-buru membuang muka.
Taehyung lalu membuka strawberry yang Jimin bawa.
“Dokter tahu aku suka *strawberry?” Ucapnya sambil mengambil satu dan memakannya.
“Dari Namjoon, terus dia dikasih tahu Hoseok.”
“Oh ...” Ucap Taehyung. “Ini Dokter juga makan.” Taehyung menyodorkannya kepada Jimin.
“Ah ngga, masa saya yang bawa, saya juga yang makan.”
“Ya ga apa-apa kan ini udah jadi punya aku.”
“Oh iya, panggil Jimin aja kalau di luar.”
“Hm?”
“Jangan panggil Dokter kecuali kalau ketemu di rumah sakit atau jadi pasien saya.”
“Yaudah kalau gitu jangan bilang saya juga.”
“Gimana?”
“Itu Yoongi juga gue elo ngomongnya.”
Si kampret itu mana ada kesopanan.
“Jangan formal-formal kalau begitu.” Tambah Taehyung.
“Okay. Eh, ini kali pertama kita ketemu ga di IGD ya?”
“Oh iya yah, kenapa ya aku ketemu kamu disaat darurat terus?”
“Memangnya mau ketemu disaat seperti apa?”
Pertanyaan Jimin itu sontak membuat Taehyung terdiam. Dia menatap Jimin lalu membuang segera pandangan ke kolam ikan.
Lucu.
[]