Cloudysun

Ajakan Jeffrey pagi ini sangat membuat Maura bersemangat. Tidak tahu apa alasannya, mungkin Maura cuma butuh refreshing saja kali ya?

— Setelah selesai prepare, Maura mengabarkan Jeffrey untuk bisa Otw ke kost nya. Maura menunggu Jeffrey didepan Kost dengan outfit berwarna hitam. Ntah apa gerangan dia memilih warna hitam hari itu.

Sebuah Mobil berhenti tepat didepan Kostan Maura, kemudian mobil itu membuka kacanya dan menampilkan seorang Jeffrey disana.

“Loh bawa mobil?” Tanya Maura

Jeffrey mengangguk sambil tersenyum dengan lesung pipit yang ada di wajahnya. “Takut hujan, jadinya gue bawa mobil. Ayo masuk”

Setelah dipersilahkan, Maura kemudian masuk kedalam mobil Jeffrey.

Untuk ukuran laki-laki, Mobil Jeffrey bisa dibilang sangat bersih dan wangi. Emang patut cewe cewe ‘katanya’ banyak terpikat sama dia, pasti salah satu faktornya ini.

“Udah kali liatinnya, kaya pacar lagi inspeksi mobil deh, ngga ada lipstik atau barang barang cewe kok.” Celetuk Jeffrey kemudian mendekatkan tangannya badannya kearah Maura.

“Eh apaa—“

“Cuma mau pasangin seatbelt, otak lo mikirnya gue mau ngapain eman—aduh sakit ra.” Rintih Jeffrey saat cubitan Maura Mendarat di tangannya.

Setelah seatbelt terpasang, kemudian mereka menyambungkan bluetooth mobil dengan hp agar tersambung dengan platform musik untuk menemani perjalanan mereka.

“Udah ready?” Tanya Jeffrey kemudian dijawab anggukan oleh Maura.

“Lets Go!” Ucap Mereka serentak.

——— Hari itu, menjadi hari yang penuh kebahagiaan bagi keduanya, mereka berdua berjalan mengelilingi kota, mampir ke tempat tempat yang direkomendasiin Jeffrey, mampir ke tempat rekomendasi Maura, makan di Cafe aesthetic supaya bisa foto foto dan kegiatan lainnya.

“Sebelum pulang, mau mampir ke suatu tempat ngga?” Tanya Jeffrey.

“Kemana?” Tanya Maura.

“Ke Taman, tempat dulu gue kecil sering dibawa sama ayah.” Ucap Jeffrey pelan sambil melajukan mobilnya ditengah kemacetan kota. Dan tentu saja, ajakan tersebut disetujui oleh Maura.

Setelah sampai disana, ternyata tempatnya tidak se-wah yang ekspetasikan, disana hanya sebuah taman biasa dengan beberapa pedagang kaki lima disekitarnya.

“Mau jajan?” Tanya Jeffrey.

“Mauu, itu tadi ada cimol, gue boleh mampir beli ga?” Tanya Maura, dan dijwab anggukan oleh jeffrey.

Setelah membeli cimol, mereka kemudian kembali ke mobil untuk sekedar berbagi kisah di malam itu.

“Ra, ini tempat special banget buat gue, dulu sebelum ayah gue pergi ninggalin kita, gue sama wira selalu diajak kesini setiap dia pulang kerja, cuma sekedar ngehabisin waktu bertiga dan diselingin sama jajan.”

Jeff, I’m sorry to hear that-

Jeffrey kemudian menghadapkan tubuhnya kearah maura, menatap wanita itu dengan penuh harap.

“Ra, gue ngajak lo malem ini ke tempat ini, gue mau ngomong sesuatu ke lo.”

Maura yang masih sibuk memakan cimolnya kemudian berbalik arah dan memperhatikan laki-laki yang ada dihadapannya ini.

“Ra, gue ngga nuntut lo buat berfikiran sama kaya gue, gue cuma mau ngomong supaya lo tau kalau gue sayang sama lo.”

Maura yang masih dalam posisi mengunyah hampir saja tersedak dengan pernyataan Jeffrey.

“Jeff? Lo becanda ya? Ga lucu ih.” Ucap Maura

“Gue serius, ra.“

“Tapi...”

“Soal wira? Gue udah bilang kalau kita bakalan bersaing secara fair. Lo yang berhak menentukan siapa yang lo pilih nanti, setidaknya gue udah nyatain ini ke lo, dan gue ga nuntut jawaban secepatnya dari lo ra—“ ucapnya pelan.

Maura yang mendengarkan pernyataan itu seperti merasakan dejavu saat Wira melakukan Confession terhadapnya, tapi kali ini, bukan rasa biasa yang dia rasakan saat bersama wira, tapi rasa yang tidak bisa dijelaskan apa artinya.

“Maafin..” 1 kata tersebut keluar dari mulut Maura, membuat Jeffrey bingung

“Kenapa minta maaf?” Tanya Jeffrey

“Maafin..kalo gue ngga bisa jawab sekarang perasaan lo, gue masih bingung sama perasaan gue sendiri.”

Jeffrey tersenyum memandang wanita yang dia sayangi ini, bertahun tahun jadi fakboi, baru kali ini jeffrey menemukan wanita seperti Maura.

“Gue kan udah bilang ngga harus dijawab sekarang kok, yang penting lo tau perasaan gue kaya gimana hari ini dan nantinya.”

“Jeffrey, Ma—“

Belum selesai Maura menyelesaikan kata-katanya, Jeffrey mendekatkan wajahnya dengan wajah maura. Dan meletakkan 1 jarinya di bibir wanita itu.

“Jangan minta maaf lagi, ra. Gue ngga suka denger lo minta maaf.”

Suasana di malam hari itu mendorong jeffrey untuk mendekati maura, wajah Maura, dan kemudian ia mengikis jarak diantara mereka berdua.

Sampai, akhirnya suara telfon masuk dari HP Maura membuat keduanya harus berhenti dan berganti ke suasana canggung.

“Eeh—“ ucap Maura mendorong tubuh Jeffrey kebelakang, kemudian melihat nama yang tertera di telfonnya dan mengklik reject. Namun, tak berapa lama kemudian, ponselnya kembali berdering.

“Siapa? Kok ngga diangkat?”

Ah itu—“ ucap Maura terbata dan membuat jeffrey melihat nama yang tertera disana

”Tutor Ganteng Calling”

Hari ini? Sesuai permintaan Jeffrey, kedua anak kembar itu saling bertemu di tempat yang sudah ditentukan.

Jeffrey sudah tiba 5 menit sebelum perjanjian. Disusul Wira yang baru saja sampai dan langsung duduk dihadapan kembarannya itu.

“Lo mau ngomong apa? Gue ga punya waktu banyak.” Tanya Wira to the point.

“Lo udah ngomong apa aja ke maura?”

“Maksudnya? Ya banyak lah?” Jawab Wira sinis

“Lo bilang kalo lo minta izin buat suka sama dia kan? Buat apa?” Tanya Jeffrey lagi

Wira menghela nafasnya dalam, “jadi lo udah tau kalo gue udah ngomong gitu ke maura? Bagus deh.”

“Gue ngga minta lo buat bangga diri, sekarang gue tanya, maksud lo apa? Dulu lo jelek jelekin dia, lo bilang ngga mau sama dia.” Geram Jeffrey

Wira tertawa pelan, “jeff, emang salah kalo gue suka juga sama maura? Dari awal lo gak liat tuh anak ngejar ngejar gue kaya orang gila? Ya ga salah dong kalo gue suka juga sama dia? Impas kan dia suka sama gue, terus gue juga suka sama dia. Lo yang bertepuk sebelah tangan mending diem aja, gausah banyak berharap jeff, santai.”

Jeffrey yang tidak tahan dengan perkataan wira hampir saja memukulnya, tapi mengingat kalau Wira akan bertemu maura sore ini membuat ia mengurungkan niatnya.

“Oh, jadi lo ngga inget sama Alya? Orang yang udah pernah lo ajak berhubungan? Yang rela gugurin anaknya supaya lo gak malu dan bisa lanjut sekolah waktu itu? Dan akhirnya lo harus janji sama mama dan orang tua alya buat nikahin alya secepatnya setelah lo lulus dan kerja? Lo lupa, Wira?”

Wira langsung tersedak mendengar kata kata dari Jeffrey, bagaimana bisa dia menyambung nyambungkan masalah ini ke masalah Maura.

“Lo ngapin ngehubungin masalah Alya sama maura? Itu beda!”

Jeffrey mengacak rambut kembarannya yang ada didepan.

“Emang beda, beda jauh, tapi gue ngga rela sampe maura harus tersakiti kalau dia sama lo karena masa lalu lo yang pernah ngegu—“

Wira yang tak tahan dengan perkataan Jeffrey, kemudian memukul wajah kembarannya tersebut.

BUGH BUGH

“Jangan sekali sekali lo bahas itu! Lo urusin hidup lo aja sendiri, jangan perkara lo kembaran gue jadi lo berhak ngatur urusan hidup gue ya jeffrey!” Bentak Wira.

Jeffrey bangkit dari posisinya setelah dipukul oleh wira, kemudian dia mengambil tisu untuk menahan darah yang keluar dari pipinya.

“Jangan pernah lo mainin hati wanita wir, inget lo udah dapetin semuanya di keluarga, sekarang lo juga udah punya tanggung jawab sama orang yaitu Alya, jangan sampai nama lo yang udah cemerlang itu bisa jelek kalau sampai nantinya lo nolak Alya dan gak menepati janji lo sama dia, gue ingetin itu. Lo yang paling dibanggain sama mama, lo bakal tau kalo sampe lo ngelanggar apa yang dia bil—“

“STOP! GUE UDAH CAPEK JADI ROBOTNYA MAMA, JANGAN NGELARANG GUE BUAT NGELAKUIN APAPUN YANG GUE MAU! LO GAK BERHAK ATAS HIDUP GUE JEFFREY! GAK SAMA SEKALI!” Teriak Wira kemudian pergi meninggalkan kembarannya itu sendiri.

“Gue cuma mau main fair okay!” Teriak Jeffrey disaat wira berjalan keluar meninggalkan tempat tersebut

Tapi, tanpa mereka berdua sadar, terdapat seseorang yang bersembunyi sambil memikirkan suatu rencana dari apa yang sengaja dia lihat dan ia dengar tadi.

Demi menghindari terbongkarnya semua rahasia, Taeyong mengorbankan dirinya untuk mengajak Ody jalan-jalan dengan embel embel akan memberitahukan siapa sebenarnya dirinya.

Dengan ditemani musik klasik, perjalanan mereka menyusuri kota tanpa tempat tujuan pun dimulai.

“Bang kita mau kemana deh?” Tanya Ody.

“Gatau, jalan dulu aja, ntar kalo udah nemu tempat yang enak buat bicara, kita berhenti.” Ucap taeyong tanpa menatap perempuan yang ada disebelahnya dan tetap memperhatikan jalan sambil melajukan mobilnya pelan.

Suasana canggung tiba-tiba tercipta diantara keduanya selama perjalanan, Ody yang biasanya banyak bicara tiba-tiba diam. Begitula dengan Taeyong, tidak mengeluarkan suara sedikitpun dari mulutnya.

— Siang itu, mereka berhenti disalah satu cafe, cafe yang tidak terlalu ramai dan enak untuk dijadikan tempat bicara.

“Bang asli lo kenapa deh diem aja, gue jadi canggung banget tiba-tiba?” Ucap Ody sesaat setelah duduk disalah satu kursi cafe tersebut.

“Haha gapapa, udah pesen dulu aja.” Ucap taeyong sambil berusaha menenangkan hatinya.

Setelah mereka selesai memesan minuman yang mereka inginkan. kemudian suasana canggung semakij terasa diantara keduanya.

Ody menghela nafas lagi, kemudian berusaha membuka topik pembicaraan.

“Bang, ini kita mau diem dieman aja nih sampe cafenya tutup?” Canda Ody

“Ya enggalah, gue bingung mau omongin apa?” Respon tayo pelan.

“Ya apa kek? Lo sakit ya? Kenapa lo lemes banget deh?”

“Engga gue gak sakit, ya apaa yang mau dibahas? Coba coba dari lo dulu.” Ucap Tayo menawarkan.

Ody terdiam kemudian berusaha mengingat sesuatu. “Ah! Tadi kan lo janji kalo lo mau bilang lo tuh siapa sebenernya? Gue kepo banget, kenapa lo tahu tanggal lahir gue, padahal kan kita baru kenal?”

Taeyong tersedak saat ody mengungkit lagi pertanyaan itu, dia seakan akan belum siap untuk memberitahukan siapa dirinya.

“Gue liat di ktp lo.” Jawabnya singkat

“Boong, orang gue gapernah ngasih ktp gue ke siapa siapa kok.”

Boom, bohongnya ketahuan.

“Oh iya, kemarin bang Johnny bilang, kalo lo tau gue punya trauma sama kejadian yang bang jo lakuin ke gue, ga mungkin kan lo tau juga dari KTP gue?” Tanya Ody semakin Intens.

Taeyong lagi lagi menghela nafasnya kasar, kemudian mengacak rambutnya frustasi.

Dia kemudian mengambil dompetnya dan menunjukkan sebuah foto disana. Foto diantara 2 adik kecilnya.

Ody mengambil dompet tersebut, dan melihat sebuah foto yang berisikan 3 orang sambil memeluk satu sama lain.

Ody kemudian menjatuhkan dompet itu dengan tidak sengaja, tangannya terlalu lemas untuk memegang dompet berisikan foto orang yang paling ia benci seumur hidupnya disana.

“Bang, jangan bilang kalo lo...”

Taeyong menghela nafasnya dengan panjang.

“Iya, orang yang mungkin paling lo benci seumur hidup lo adalah adik gue, gue adalah kakak dari Juwo Rafandria, orang yang merebut masa depan lo waktu itu.”

Hari ini merupakah h-2 ulang tahun Ody. Rencananya besok malem tepat jam 12 mereka mau memberikan surprise ke Ody.

Maka dari itu, siang ini mereka melakukan rapat secara diam diam di Apartement sebelah.

“Yo whats up brad—ugh ugh lep-“

“Lo tuh bisa diem ngga sih, ini namanya bukan rapat diem diem koplak kalo ody sampe tau.” Geram mark sesaat setelah menutup mulut lucas untuk menahan suaranya.

“Bang, ini kalian berdua aja sobatnya kak ody?” Tanya haechan saat membukakan pintu apartement mereka

“Gabisa ikutan dia, soalnya dia lagi lomba di luar kota, belum pulang pas hari H, jadi ikut patungan aja.”

—- Setelah keduanya berhasil masuk kedalam apartement tanpa ketahuan Ody, akhirnya mereka memulai rapat rahasia ini.

“Jadi besok kan ga mungkin salah satu harus ngajakin ody jalan jalan, kalau bisa sampe dia lupa lah kalo besoknya tuh dia ultah, terus sisanya ngedekor buat sirprisenya, gimana?” Ucap Taeyong menyimpulkan seluruh pembahasan mereka hari ini.

“Setuju sih bang, tapi jangan gue sama lucas, soalnya anaknya gampang curigaan. Apalagi ni anak mulutnya bocor banget.” Ucap Mark

“Apaan men? Gue gak bocor ya men, cuma suka keceplosan aja.” Jawab lucas membela diri

“SAMA AJA.” Ucap Doyoung,Haechan dan Johnny secara serentak dan membuat lucas diam tak berkutik.

“Oke, kalau gitu siapa yang mau ngajak pergi?” Tanya Mark

3 orang mengangkat tangannya secara sukarela, siapalagi kalau bukan doyoung, Johnny dan Taeyong.

“Jangan bilang ni 3 abang abang suka sama ody? YaAllah apa yang disukain ke cewe barbar kaya si ody sih.” Ucap Lucas dengan nada bercanda

“Dih, jangan gitu lo bang sama kakak gue.” Bela haechan yang tidak terima kakak kesayangannya dijelekkan.

“Udah mending gini ajadeh, kita kasih kesempatan terakhir buat bang Johnny, kan dia udah mau caw nih dari kota ini, kalau gitu biar dia puas puasin dah, kasian soalnya kemarin ketolak waktu nembak.” Ucap Haechan, namun mendapat pukulan keras di betisnya oleh Johnny

“Ditolak? Pffft—Aw! Sakit bang astaga.” Rintih lucas yang tidak terhindar dari pukulan johnny karena tertawa.

“Oke yaudah deh setuju.” Ucap doyoung dengan sangat terpaksa.

“Heh anjing! Lo masih lama ya waktunya disini, kasih kek gue kesempatan.” Seru Johnny

“Iyaiya elah, noh gue kasih sehari, abistu lo moveon ya, cari sana cewe chicag—aaak aaak sakit bang.” Rengek doyoung disaat telinganya ditarik oleh Johnny.

Haechan dan Taeyong yang sudah biasa melihat adegan ini hanya mendiamkan keduanya, sedangkan mark dan lucas sibuk untuk memisahkan keduanya

“Eh eh bang lepas itu nanti telinga anak orang.” Celetuk Lucas.

“Bang sebagai tanda awal pertemanan kita, gimana kalau kita foto.” Ajak Mark.

  • hasil foto, Johnny yang fotoin, Haechan lagi ke kamar mandi, kebelet boker -

Setelah rapat ini selesai, mereka pun bersantai sejenak sambil menikmati camilan yang ada sambil bercanda tawa.

“Eh iya tau ngga sih si ody tuh ngekode di grup kita kalo besok dia ul—“

Belum selesai pembicaraan tersebut, Bell Apartement mereka berbunyi.

“Helloooo, kok ngumpul ngga ngajak ngajak gue sih gue bosen nih.” Teriak seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Ody.

“Mampus, eh buru buru sembunyi sembunyi anjrit, lo sembunyi di kamar gue aja cepetan biar gue alihin si Ody.” Ucap taeyong bergegas menyuruh lucas dan mark untuk sembunyi.

“Ting tong..”

“Ting..tong”

“Hei bukain do—“

Pintu terbuka, menampilkan taeyong disana menyambut seorang Ody yang daritadi sibuk teriak dari luar

“Mau masuk..” ucapnya

“Gak, gak boleh lagi ngga pada pake baju.”

“Ih abis ngapain?”

“Urusan cowo, eh mending kita pergi yuk, ayolah cari angin sore.” Ucap taeyong berusaha mengalihkan.

“Tapi ini masih siang.” Jawab Ody bingung

“Yaudah cari angin siang kalo gitu, udah yuk sana buru buru prepare ambil tas, dompet, masker apapun dah ayo.” Ucap taeyong sambil mendorong Ody keluar.

“Gak mau gue mau mas—“

“Ayo, kita pergi, katanya lo mau tau gue siapa?” Ajak taeyong kemudian menarik tangan Ody menjauh dari pintu apartementnya.

Sekarang posisi Maura berada di apartement Jeffrey. Rasanya aneh bagi Maura, apalagi setelah mendapat chat terakhir dari Jeffrey.

Keadaan di apartementnya sangat sepi, laki-laki yang sedang ada bersamanya ini sedang tidur setelah melahap bekal yang dia bawa.

Maura memperhatikan sekelilingnya, keadaan apartement ini sungguh berantakan, seperti sudah lama tidak dihuni.

Akhirnya, karena jiwa jiwa tidak bisa diamnya ini dia memilih untuk membantu membersihkan apartementnya.

—- Setelah menghabiskan beberapa menit untuk membersihkan apartement jeffrey, dia kembali menuju kamarnya jeffrey karena tadi dia mendengar jeffrey mengigau.

“Jeff, lo ngga mau bangun dulu? Bentar lagi Ten dateng, nanti abis minum obat lo tidur lagi.” Ucap Maura pelan sambil membangunkan jeffrey

Jeffrey yang mendengar suara maura kemudian membuka matanya perlahan, dan menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang ada.

“Masih pusing ga? Badan lo udah ga panas lagi sih. mau minum dulu ga? Biar gue ambilin ke pantry ya?” Tanya Maura

Jeffrey tidak menjawab pertanyaan maura, akhirnya maura memilih untuk bangkit dari kasur itu untuk menuju pantry.

Namun tiba-tiba, tangan maura ditarik oleh jeffrey, sehingga badan maura jatuh tepat diatas tubuh jeffrey.

Jeffrey menyingkirkan rambut yang menutupi muka maura, kemudian tersenyum menatap wajah wanita yang mematung diatasnya.

“Ra, lo cantik banget, lo harus disini aja sama gue, jangan kemana mana, ra gue say—“

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, tiba tiba suara pintu kamar apartement terbuka menampilkan Ten dan Atuy dengan stelan kampusnya.

“Astagfirullah Jeffrey, aduh gusti mata seorang atuy yang suci ini ternodai, kalian abis ngapain astagfirullah tobat ih anak muda!!” Teriak Atuy yang sedikit shock melihat situasi yang ada didepannya.

Sidang Johnny

Hari ini, adalah hari yang paling Johnny tunggu. Dimana merupakan hari penentuannya selama 4 tahun berkuliah di universitas ini.

“Semangat ya bro”

“Semoga lancar bro.”

Semua ucapan semangat dan doa mengalir kepadanya hari ini. Tapi, johnny merasa ada yang kurang hari itu sebelum dia masuk kedalam ruang ujian.

“Johnny Mahendra, silahkan masuk ke ruangan ujian.” Panggilan dari salah satu dosen penguji yang ada disana membuat Johnny harus menutup harapannya untuk melihat orang yang paling dia tunggu hari itu.

—- Setelah melewati masa menegangkan selama kurang lebih 1 jam, Johnny keluar dari ruangan dengan sambutan teman temannya yang menyoraki namanya.

“WESEEEH LULUS JUGA BRO KITA INI.”

Johnny hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada teman temannya itu, tapi matanya mencari orang yang paling ia tunggu.

“Bang Johnny! Sini!!” Teriak salah satu laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Haechan, sepupunya.

Johnny langsung menoleh kearah itu, dan mendapati anak anak penghuni apartement yang sudah dia anggap seperti keluarganya sendiri sudah berkumpul di satu titik.

“Cie selamat ya udah S.IP” Ucap Ody yang berdiri didepan Johnny sambil menyodorkan paperbag hadiah.

Johnny tersenyum, orang yang dia tunggu akhirnya muncul dihadapannya. Kemudian Johnny memanggil teman temannya untuk datang kearah sini.

“Eh ayo dah kita foto dul—“ ucap doy mengajak yang lainnya memfoto, namnun sayang tidak dihiraukan karena tiba-tiba Johnny menarik tangan Ody menuju ke posisi tengah.

“Ody, sini bentar.” Ucap Johnny

“Eh apanih bang?”

Johnny kemudian mengambil beberapa bunga yang diberikan teman temannya, dan berdiri tepat didepan Ody.

Ody yang tidak tahu arti dari situasi tersebut hanya bisa melongo kaget.

“Ody, maaf kalau menurut lo ini aneh, tapi karena gue udah menyelesaikan studi gue disini, gue juga mau lo tau tentang perasaan gue di hari bahagia gue sebagai seorang Sarjana, gue tau ini aneh dan pasti lo kaget, lo pernah nanya gue mau kado apa kan? Dan gue nyuruh lo siapin hati dan diri kan? Sekarang gue bakal kasih tau lo apa maksud dari kata-kata gue disitu. Ody, will u be my girlfriend?” Ucap Johnny kemudian mengambil posisi berjongkok dan menjulurkan bunga di hadapan Ody yang berdiri kaku didepan sana.

Dangdut banget emang caranya, tapi sukses membuat sorak sorai ramai dari teman-teman Johnny dan beberapa mahasiswa yang sedang merayakan kelulusannya.

“GILA.” Ucap doy pelan karena tak menyangka Johnny bisa melakukannya secepat itu.

“Terima.....Terima...Terima..” teriak riuh suara penonton.

Ody yang sedari tadi berdiri diam kemudian menyuruh Johnny untuk mengambil posisi berdiri. Kemudian dia menarik nafasnya dalam.

“Bang Johnny, sebelumnya gue makasih lo udah nyatain, tapi gue ngga tau maksud dan tujuan lo ngambil momment ini apa, apa untuk mempermalukan gue atau gimana. Maaf, gue gabisa.” Ucap Ody memberikan jawaban kemudian pergi meninggalkan kerumunan tersebut.

Boleh?

Sore ini, persiapan untuk lomba si Maura sudah rampung, karena waktu tinggal 1 minggu lagi, sekarang Maura hanya perlu mempersiapkan diri untuk hari H.

“Makasih ya wir, akhirnya kelar juga.” Ucap Maura

Wira menangguk sambil tersenyum, “sama-sama ya, mau aku anter pulangnya?” Tanya Wira

Maura terdiam, dia bingung harus jawab apa, di satu sisi dia mau, tapi di sisi lainnya berkata untuk menolaknya.

“Udah naik aja yuk ke mobil, gue anterin sampe kost.”

——

Setelah menempuh sekitar 10 menit dari kampus, mereka pun tiba di kost-an maura.

“Makasih sekali lagi ya wir. Gue turun dulu.” Ucap Maura sambil melepaskan seatbelt nya, kemudian hendak membuka pintu.

Namun, saat hendak membuka pintu dan bangkit dari tempat duduknya, tangannya di tarik oleh Wira.

“Bentar ra, jangan turun dulu.” Ucap Wira

Maura kemudian menoleh kemudian berada pada posisi menghadap Wira.

“Kenapa Wir?” Tanya Maura

Wira menarik nafasnya dalam, “Lo suka gue kan?” Tanyanya secara tiba-tiba.

Maura yang mendengar pertanyaan itu sontak kaget, jantungnya serasa mau copot.

“Ah—soal itu...aduh gimana ya gue bil—“ ucap maura terbata bata.

“Kalau gitu, izinin gue juga buat bisa suka sama lo, boleh?” Tanya Wira yang sukses membuat sekujur tubuh maura bergetar dan lemas akibat pertanyaan tersebut.

Gue mau ngomong.

Setelah membeli apa yang ingin dibeli, mereka duduk di angkringan dideket penjual es tersebut.

“Kenapa murung dah tiba-tiba? Kan lo udah dapet es teler, gue udah dapet es coklat.” Ucap maura sambil menyeruput es coklat yang dia beli tadi.

Jeffrey hanya diam, hanya mengaduk ngaduk mangkok es tanpa menghiraukan pertanyaan maura

“Hallo Jeffrey, ini jeffrey bukan? Apa batu? Apa gue ngomong sama batu? Hal—“

“Lo mau pergi sama Wira?” Tanya Jeffrey membuka suara.

Maura kaget, tatapan laki-laki yang ada didepannya bukan seperti jeffrey yang dia kenal.

Tatapannya menampilkan raut muka marah, kecewa, galak. Ah seperti itulah pokoknya

“Iy—iya, lo kenapa deh jeff?”

“Lo ga sadar? Apa pura pura gak sadar sih ra?” Tanya Jeffrey lagi lagi dengan pertanyaan menohok.

“Mm-maksudnya? Sadar? Pura-pura gak sadar? Ngomong apasih lo? Gue ngga ngerti.”

Jeffrey menghela nafasnya kasar.

“Gue mau ngomong.” Ucap Jeffrey

“Ngomong apaan?” Tanya Maura

“Gue tuh—“

Belum selesai kata kata keluar dari mulut Jeffrey, Sahutan seseorang terdengar dari arah parkiran mobil.

“Maura!!”

Jeffrey menoleh, melihat siapa yang memanggil wanita yang ada didepannya.

“Loh..kok lo disini? Ini kan belom jam—“

Jeffrey memasang muka emosinya saat melihat orang itu datang, orang yang selalu dia anggap perusak kebahagiaannya. Siapa lagi kalau bukan Wira.

“Ah iya sorry ganggu, gue mau jemput lo, soalnya gue jam setengah 5 nanti mau ada urusan, ntar gak bisa lama bahas Lombanya.” Ucap Wira

Maura menatap jeffrey, yang sudah menunduk sambil mengaduk kasar mangkuk es nya tersebut.

“Jeff? Gimana? Boleh ngga gue pergi? Gue mau bahas lom—“

“Pergi aja sana pergi. Gue sendirian aja.”

“Jeff, tapi gapapa kalo lo gak bolehi—“ ucap maura pelan.

“Kalo lo berdua ga mau pergi juga, biar gue yang pergi.” Seru Jeffrey sambil beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan mereka berdua.

“Wir—“

“Udah jeffrey emang gitu, udah yuk, lomba lo lebih penting, paling dia ntar malem udah baikan.” Ucap Wira menenangkan.

Salam Kenal.

“Jeffrey!!”

Suara dari perempuan berambut pendek itu terdengar di telinga jeffrey.

Benar saja, ternyata perempuan bernama maura itu melihat jeffrey keluar dari Gedung A dan sekarang sedang berlari kearahnya.

“Ngapain sih nguntit gue?” Tanya jeffrey

“Gak nguntit, kebetulan ngeliat tuh, ikut ya gue? Laper banget asli” jawab Maura

“Gak” decak jeffrey sambil berjalan meninggalkan maura.

“Jeffreyy, ikutttt gue laper banget.” Rengeknya

“Lo bukan laper, cuma mau ketemu wira kan?”

Maura tersenyum malu, “itu bonus aja”

“Yaudah gak boleh kalo gitu” tolak jeffrey dengan nada tegas.

“Kok gak boleh?” Tanya Maura ketus

“Soalnya gue—“

“JEFFREY!!”

Suara teriakan yang memanggil namanya lagi lagi terdengar, otomatis menghentikan obrolan mereka, kali ini panggilan itu datang dari 2 temannya yang sedang berjalan menghampiri mereka berdua.

“Ay— eh ada neng cantik.”

Siapalagi kalau bukan Atuy yang terkenal dengan Raja ngerdusnya.

“Ngerdus mulu lo.” Ucap jeffrey sambil memukul tangan atuy.

Maura hanya terkekeh melihat kelakuan teman-teman jeffrey ini, percis kelakuannya sama seperti teman-temannya.

“Kenalin, gue Teno, panggil aja gue Ten.” Ucap Ten tidak memperdulikan kedua temannya yang saling adu mulut disampingnya

“Maura..”

Jeffrey yang melihat itu kembali murka. Bisa bisa nya si Ten nyolong start.

“Ailah cuma kenalan doang ah sensi amat. Gue Nayuta, dipanggil atuy.” Sapa Yuta.

“Maura...”

“Udah udah ya kenalannya, sekarang ayo kita nongkrong, dah lo makan sendi—“

Belum selesai omongan keluar dari mulut jeffrey, lagi-lagi kedua bocah kampret ini memotong pembicaraannya.

“Ikut aja udah, lo kenal wira kan? Yaudah sekalian aja makan sama kita, ah nah itu si Wira, Wir!!!!” Teriak Atuy.

Jeffrey mengacak rambutnya kasar, Ten yang ada disebelahnya hanya bisa tertawa melihat kefrustasian temannya itu.

“Ayo, eh— maura?” Tanya wira saat dia tiba.

“Yaudah karena wira udah dateng, ayo cepetan gue laper.” Ucap Ten.

“Eh, gue gajadi ikut de—“

“Udah ikut aja.” Celetuk atuy sambil menarik tangan maura untuk berjalan bersama mereka.

Wira, Atuy dan Maura kemudian berjalan duluan meninggalkan Ten dan Jeffrey dibelakang.

“Sabar bro, kalo jodoh ga kemana.” Lontar Ten kemudian menyusul teman-temannya yang sudah berada jauh didepan.