Sehari bersama Jeffrey.
Ajakan Jeffrey pagi ini sangat membuat Maura bersemangat. Tidak tahu apa alasannya, mungkin Maura cuma butuh refreshing saja kali ya?
— Setelah selesai prepare, Maura mengabarkan Jeffrey untuk bisa Otw ke kost nya. Maura menunggu Jeffrey didepan Kost dengan outfit berwarna hitam. Ntah apa gerangan dia memilih warna hitam hari itu.
Sebuah Mobil berhenti tepat didepan Kostan Maura, kemudian mobil itu membuka kacanya dan menampilkan seorang Jeffrey disana.
“Loh bawa mobil?” Tanya Maura
Jeffrey mengangguk sambil tersenyum dengan lesung pipit yang ada di wajahnya. “Takut hujan, jadinya gue bawa mobil. Ayo masuk”
Setelah dipersilahkan, Maura kemudian masuk kedalam mobil Jeffrey.
Untuk ukuran laki-laki, Mobil Jeffrey bisa dibilang sangat bersih dan wangi. Emang patut cewe cewe ‘katanya’ banyak terpikat sama dia, pasti salah satu faktornya ini.
“Udah kali liatinnya, kaya pacar lagi inspeksi mobil deh, ngga ada lipstik atau barang barang cewe kok.” Celetuk Jeffrey kemudian mendekatkan tangannya badannya kearah Maura.
“Eh apaa—“
“Cuma mau pasangin seatbelt, otak lo mikirnya gue mau ngapain eman—aduh sakit ra.” Rintih Jeffrey saat cubitan Maura Mendarat di tangannya.
Setelah seatbelt terpasang, kemudian mereka menyambungkan bluetooth mobil dengan hp agar tersambung dengan platform musik untuk menemani perjalanan mereka.
“Udah ready?” Tanya Jeffrey kemudian dijawab anggukan oleh Maura.
“Lets Go!” Ucap Mereka serentak.
——— Hari itu, menjadi hari yang penuh kebahagiaan bagi keduanya, mereka berdua berjalan mengelilingi kota, mampir ke tempat tempat yang direkomendasiin Jeffrey, mampir ke tempat rekomendasi Maura, makan di Cafe aesthetic supaya bisa foto foto dan kegiatan lainnya.
“Sebelum pulang, mau mampir ke suatu tempat ngga?” Tanya Jeffrey.
“Kemana?” Tanya Maura.
“Ke Taman, tempat dulu gue kecil sering dibawa sama ayah.” Ucap Jeffrey pelan sambil melajukan mobilnya ditengah kemacetan kota. Dan tentu saja, ajakan tersebut disetujui oleh Maura.
Setelah sampai disana, ternyata tempatnya tidak se-wah yang ekspetasikan, disana hanya sebuah taman biasa dengan beberapa pedagang kaki lima disekitarnya.
“Mau jajan?” Tanya Jeffrey.
“Mauu, itu tadi ada cimol, gue boleh mampir beli ga?” Tanya Maura, dan dijwab anggukan oleh jeffrey.
Setelah membeli cimol, mereka kemudian kembali ke mobil untuk sekedar berbagi kisah di malam itu.
“Ra, ini tempat special banget buat gue, dulu sebelum ayah gue pergi ninggalin kita, gue sama wira selalu diajak kesini setiap dia pulang kerja, cuma sekedar ngehabisin waktu bertiga dan diselingin sama jajan.”
“Jeff, I’m sorry to hear that-”
Jeffrey kemudian menghadapkan tubuhnya kearah maura, menatap wanita itu dengan penuh harap.
“Ra, gue ngajak lo malem ini ke tempat ini, gue mau ngomong sesuatu ke lo.”
Maura yang masih sibuk memakan cimolnya kemudian berbalik arah dan memperhatikan laki-laki yang ada dihadapannya ini.
“Ra, gue ngga nuntut lo buat berfikiran sama kaya gue, gue cuma mau ngomong supaya lo tau kalau gue sayang sama lo.”
Maura yang masih dalam posisi mengunyah hampir saja tersedak dengan pernyataan Jeffrey.
“Jeff? Lo becanda ya? Ga lucu ih.” Ucap Maura
“Gue serius, ra.“
“Tapi...”
“Soal wira? Gue udah bilang kalau kita bakalan bersaing secara fair. Lo yang berhak menentukan siapa yang lo pilih nanti, setidaknya gue udah nyatain ini ke lo, dan gue ga nuntut jawaban secepatnya dari lo ra—“ ucapnya pelan.
Maura yang mendengarkan pernyataan itu seperti merasakan dejavu saat Wira melakukan Confession terhadapnya, tapi kali ini, bukan rasa biasa yang dia rasakan saat bersama wira, tapi rasa yang tidak bisa dijelaskan apa artinya.
“Maafin..” 1 kata tersebut keluar dari mulut Maura, membuat Jeffrey bingung
“Kenapa minta maaf?” Tanya Jeffrey
“Maafin..kalo gue ngga bisa jawab sekarang perasaan lo, gue masih bingung sama perasaan gue sendiri.”
Jeffrey tersenyum memandang wanita yang dia sayangi ini, bertahun tahun jadi fakboi, baru kali ini jeffrey menemukan wanita seperti Maura.
“Gue kan udah bilang ngga harus dijawab sekarang kok, yang penting lo tau perasaan gue kaya gimana hari ini dan nantinya.”
“Jeffrey, Ma—“
Belum selesai Maura menyelesaikan kata-katanya, Jeffrey mendekatkan wajahnya dengan wajah maura. Dan meletakkan 1 jarinya di bibir wanita itu.
“Jangan minta maaf lagi, ra. Gue ngga suka denger lo minta maaf.”
Suasana di malam hari itu mendorong jeffrey untuk mendekati maura, wajah Maura, dan kemudian ia mengikis jarak diantara mereka berdua.
Sampai, akhirnya suara telfon masuk dari HP Maura membuat keduanya harus berhenti dan berganti ke suasana canggung.
“Eeh—“ ucap Maura mendorong tubuh Jeffrey kebelakang, kemudian melihat nama yang tertera di telfonnya dan mengklik reject. Namun, tak berapa lama kemudian, ponselnya kembali berdering.
“Siapa? Kok ngga diangkat?”
Ah itu—“ ucap Maura terbata dan membuat jeffrey melihat nama yang tertera disana
”Tutor Ganteng Calling”