Cloudysun

Before Party.

Seperti yang direncanakan, malam ini mereka melaksanakan pesta merayakan sidang Jo yang kemungkinan dilaksanakan pada minggu depan.

Setelah Johnny dan Ody berangkat menuju supermarket untuk belanja, ketiga manusia lain yaitu Haechan, Tayo, dan Doyoung menjalankan tugasnya masing-masing.

“Asli dah, perasaan kemarin Johnny bilang mau delivery aja kenapa jadi masak masak begini sih.” Keluh Tayo sambil menggeser sofa yang ada di unit Ody.

“Lo kaya ga tau bang Johnny aja.” Balas Doyoung

Haechan yang melihat kedua abangnya itu mengeluh hanya bisa tertawa, dalam benaknya pasti mereka mengeluh bukan karena disuruh bersih-bersih, tapi karena ngga beruntung buat jalan bareng ka Ody walaupun cuma ke supermarket.

“Lo tuh bedua ngeluhnya bukan karena males beres beres kan? Tapi karena iri gabisa nemenin ka ody kan?” Tanya haechan.

“Eh emang doy suka ody?” Tanya Tayo.

Haechan dan doyoung menghentikan aktivitasnya sejenak dan serempak menatap tayo.

“Apa ngeliatin gue segitunya?” Tanya tayo bingung.

“Bang gue kira lo udah sad—“

“EH SI JOHNNY UPDATE TWITTER ANJIRRR SEMPET SEMPETNYA.” Teriak doyoung saat melihat notification di hp nya, sengaja dinyalain biar tau gerak gerik Johnny soalnya.

“Anjir, Johnny juga beneran suka sama Ody ceritanya?” Tanya Tayo lagi.

“BANG UDAH AH GUE KIRA LO UDAH PINTER TERNYATA MASIH PEA JUGA.” Ucap haechan sambil melempar sapu kearah Tayo.

Tayo yang semakin bingung mengusap kepalanya kasar. “Gue kira pura-pura doang anjrit, beneran ya ternyata?”

Teman atau pacar?

Maura berjalan keluar dari kelasnya dengan suasana riang gembira, dengan senyum yang tidak pernah hilang terukir di wajahnya.

“Gue ngeri dia gila deh?” Bisik dery ke Ojun dan lucas yang tepat berjalan disebelah Maura.

“Gue denger ya!” Ucap maura tegas, kemudian mencubit ketiga lengan sahabat laki-lakinya itu.

“Lagian lo ngapain deh keluar kelas senyum senyum gitu ra?” Tanya Oca.

“Mau ketemu orang, mau ngasih kiriman dari calon mertuanya gitu, duluan yah daaaah.” Jawab Maura bahagia kemudian meninggalkan keempat teman-temannya yang menatap heran.

—— Setelah menempuh perjalanan sekitar beberapa menit dari gedung kampusnya menuju parkiran, dia menunggu sambil menenteng paperbag yang berisi kiriman dari mamanya.

“Hm, permisi?”

Suara itu membuat maura menoleh untuk melihat apakah orang tersebut berbicara dengan dia.

“Ngapain ya lo ada di mobil pac—“

Namun, omongan wanita itu terpotong dengan kedatangan orang yang mereka tunggu-tunggu.

“Loh, Alya? Ngapain kamu disini? Kan aku bilang aku mau jemput?” Tanya Wira

“Aku udah hubungin kamu, sayang.” Jawab Alya sambil mengalungkan tangannya di tangan wira.

“Al..masuk ke dalam mobil duluan ya? Aku mau ngomong sama maura bentar.”

Alya yang mendengar itu, kemudian mendecih dan menghentakkan kakinya kasar, kemudian masuk kedalam mobil Wira.

“Eh maaf wir, gue gatau kalo lo punya pac—“

“Temen gue itu, sorry, dia ada ngomong aneh-aneh?” Tanya wira lembut.

Seketika sisi wanita dari maura langsung meleleh mendengar suara wira yang super duper lembut tidak dingin seperti es lagi.

“Ah engga kok, oh iya ini, titipan dari mama gue, tanda terimakasih lo udah mau ngebantu gue didalam lomba ini.” Ucap maura dengan tersenyum.

“Haha kenapa repot-repot, btw makasih ya, oh iya maaf gue gak bisa lama, ada temen gue yang balik dari luar negeri dan gue mesti nemenin dia.”

“Ah iya gapapa wir. Gue duluan ya.”

“Jangan lupa dikerjain revisinya ya maura, tapi jangan sampe sakit juga, ok?” Ujar Wira dengan senyum nya yang super duper ganteng.

“Ah iyaa wira, siap, bye, hati-hati...” Ucap Maura lembut sambil melambaikan tangannya ke arah wira, kemudian ia pergi meninggalkan Wira dan (katanya) temannya itu.

Namun, tanpa sadar, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari jauh.

”Masa iya sih si Wira jadi suka juga sama maura?” Gumam orang tersebut.

Teman atau pacar?

Maura berjalan keluar dari kelasnya dengan suasana riang gembira, dengan senyum yang tidak pernah hilang terukir di wajahnya.

“Gue ngeri dia gila deh?” Bisik dery ke Ojun dan lucas yang tepat berjalan disebelah Maura.

“Gue denger ya!” Ucap maura tegas, kemudian mencubit ketiga lengan sahabat laki-lakinya itu.

“Lagian lo ngapain deh keluar kelas senyum senyum gitu ra?” Tanya Oca.

“Mau ketemu orang, mau ngasih kiriman dari calon mertuanya gitu, duluan yah daaaah.” Jawab Maura bahagia kemudian meninggalkan keempat teman-temannya yang menatap heran.

—— Setelah menempuh perjalanan sekitar beberapa menit dari gedung kampusnya menuju parkiran, dia menunggu sambil menenteng paperbag yang berisi kiriman dari mamanya.

“Hm, permisi?”

Suara itu membuat maura menoleh untuk melihat apakah orang tersebut berbicara dengan dia.

“Ngapain ya lo ada di mobil pac—“

Namun, omongan wanita itu terpotong dengan kedatangan orang yang mereka tunggu-tunggu.

“Loh, Alya? Ngapain kamu disini? Kan aku bilang aku mau jemput?” Tanya Wira

“Aku udah hubungin kamu, sayang.” Jawab Alya sambil mengalungkan tangannya di tangan wira.

“Al..masuk ke dalam mobil duluan ya? Aku mau ngomong sama maura bentar.”

Alya yang mendengar itu, kemudian mendecih dan menghentakkan kakinya kasar, kemudian masuk kedalam mobil Wira.

“Eh maaf wir, gue gatau kalo lo punya pac—“

“Temen gue itu, sorry, dia ada ngomong aneh-aneh?” Tanya wira lembut.

Seketika sisi wanita dari maura langsung meleleh mendengar suara wira yang super duper lembut tidak dingin seperti es lagi.

“Ah engga kok, oh iya ini, titipan dari mama gue, tanda terimakasih lo udah mau ngebantu gue didalam lomba ini.” Ucap maura dengan tersenyum.

“Haha kenapa repot-repot, btw makasih ya, oh iya maaf gue gak bisa lama, ada temen gue yang balik dari luar negeri dan gue mesti nemenin dia.”

“Ah iya gapapa wir. Gue duluan ya.”

“Jangan lupa dikerjain revisinya ya maura, tapi jangan sampe sakit juga, ok?” Ujar Wira dengan senyum nya yang super duper ganteng.

“Ah iyaa wira, siap, bye, hati-hati...” Ucap Maura lembut sambil melambaikan tangannya ke arah wira, kemudian ia pergi meninggalkan Wira dan (katanya) temannya itu.

Namun, tanpa sadar, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari jauh.

”Masa iya sih si Wira jadi suka juga sama maura?” Gumam orang tersebut.

Kronologis kejadian.

Dengan style hoodie dan celana tidur, Ody beranjak keluar dari apartementnya untuk sarapan dengan Tayo.

Tanda terima kasih doang kok, hehe.

“Anak sebelah udah pada berangkat kuliah?” Tanya ody yang sekarang sudah ada di koridor kamar mereka dengan Tayo.

“Udah, tinggal si johnny doang, tapi kayanya balik tidur.” Jawab tayo.

——- Setelah menempuh sekitar 5 menit dengan berjalan kaki, sampai lah mereka di ketoprak yang terkenal di daerah sana.

“Lo sering makan disini?” Tanya tayo

Ody mengangguk sambil mengambil kursi plastik yang ditumpuk.

“Lo? Udah pernah belom?” Tanya ody

Tayo kemudian menempeleng kepala Ody pelan. “Heh gue 1 tahun duluan ya di Kota ini, ya udah pernah lah.”

“Gak sopan!” Ucap ody sambil mengelus kepalanya.

Setelah ketoprak mereka jadi, mereka berdua makan dalam keheningan. Hanya ditemani suara pengunjung lain yang bersenda gurau.

“Ceritain kenapa lo bisa nemuin gue?” Tanya ody membuka percakapan lagi.

“Mau tau banget?”

Lengan tayo kemudian dicubit keras oleh Ody, sehingga sang empunya lengan merintih kesakitan.

“Sakit tau!”

“Makanya ceritain.”

Tayo menghentikan aktivitas makannya, kemudian meneguk segelas air, “Jadi...”

Malam itu, tayo yang sendirian di apart memilih untuk mencari angin malam dan mencari makan juga. Saat dia hendak bersiap siap keluar, dia melihat 3 teman Ody masuk kedalam apart Ody. Awalnya dia kita ody ada dirumah.

Saat hendak memasuki lift, tayo baru sadar kalo dia meninggalkan hp nya, kemudian dia kembali ke apartnya, ternyata di hp nya sudah banyak notif group dan telfon dari doyoung yang menanyakan keberadaan ody malam itu.

Namun, karena Tayo keburu laper banget, akhirnya dia cuma bisa membantu doyoung dengan menanyakan apalah ody ada di apartementnya atau tidak. Setelah mengabarkan kejadian sebenarnya. Dia kemudian pergi keluar mencari makan.

disaat perjalannya pulang setelah mencari makan, Tayo berjalan kaki sendiri melewati taman karena untuk sampai ke apartement mereka ia harus melewati taman yang cukup luas.

namun, saat berjalan melewati taman, tayo mendengar suara tangisan dan rintihan, awalnya dia menolak untuk mencari tahu suara itu, takut malah yang aneh-aneh. Tapi hatinya berkata lain, dia pergi mencari sumber suara itu, dan menemukan seorang perempuan sedang duduk meringkuk menangis sambil memegang pipinya.

”Ody? Ngapain disini malem malem?” tanya tayo.

Ody yang menyadari kehadiran seseorang langsung bangkit dan memeluk orang tersebut.

Badannya gemetar dan dingin seperti sudah lama berada diluar. Keadaannya sangat tidak baik baik saja saat itu.

”lo kenapasih dy? Lo laper? Kalo laper tuh balik ih jangan nangis disini, ayo kita pulang ya?” Tanya Tayo

”Mami.....Mami, jahat...mami jah—“ ucapnya dengan suara pelan dan semakin menghilang.

Tayo yang masih dalam posisi memeluk badan ody, kemudian menyadari ada hal aneh yang terjadi.

Tayo kemudian melepas pelukannya dan melihat perempuan itu sudah terbujur lemas dengan wajah super pucat. Karena ia panik, ia langsung menggendong perempuan tersebut dan membawanya pulang ke apartement.

“—Begitu ceritanya, jadi gue kira lo nangis karena laper, tapi gue mikir ngapain lo kalo laper nangis ditaman kan? Eh pas gue nanya lo keburu pingsan, emang lo kenapasih?.” Tanya Tayo.

Lagi, lagi, setelah mendengar penjelasan Tayo, ody bukan ingin berterimakasih, malah ingin mencaci maki, bisa bisanya dia mikir kalau si ody nangis gara gara laper?

“hahaha becanda, muka lo kaya mau makan orang, ga cukup apa makan ketop— ah..aduh, iyaiya ampun sakit.” Rintih tayo setelah mendapat cubitan super duper keras dari Ody.

Setelah selesai makan, mereka pun bangkit menuju apartementnya lagi. Namun, Ody lagi lagi merasakan hal yang aneh.

“Bang, lo kuat lari gak?” Tanya Ody

“Dih? Lo menyepelekan gue?” Tanya Tayo balik.

“Kita lomba lari sampe apartement mau ga? Yang kalah beliin cemilan?”

“Deal.”

“1...2...3...Go!”

Mereka berdua kemudian berlari, meninggalkan seseorang yang sedang bersembunyi sambil memperhatikan gerak gerak Ody.

Sang penyelamat Ody.

Setelah mendapat kabar kalo ody udah balik, doy buru-buru melajukan motornya menuju apartement, sengaja dia menggunakan motor, biar bisa cepat nemuin ody tanpa macet niatnya tadi.

Setelah dia sampai di apartement mereka, dia langsung masuk menuju ke unit apartement ody.

“Iya bentar.” Teriak suara dari dalam sebelum pintunya dibuka.

“Ody dimana? Dia gapapa kan?” Tanya doy kepada perempuan yang membukakan pintu, yang tak lain dan tak bukan adalah helen.

“Ada didalem, lo masuk ajadeh.” Jawabnya

Doy langsung buru buru masuk, dan mendapati ody sedang terbaring lemas di sofa apartementnya.

Disana sudah ada 3 teman ody, echan, tayo. Ah dia lupa ngabarin johnny kalo ody udah ketemu.

“Nah datang juga lo bang.” Ucap lucas saat melihat doy datang.

“Ody lo gapap—“

Haechan langsung menarik tubuh doy menjauh saat doyoung hendak mendekati ody.

“Bang ga tepat buat modus.” Ucap haechan pelan

“Gue gak modus, gue cuma mau nanyain dia do—“

“Ya lo liat dong, keadaannya baik baik aja gak? Pwrtanyaan lo itu ga bermutu nanya gapapa gapapa sedangkan keadaaannya begitu.” Sindir Haechan.

Doyoung terdiam, benar kata haechan. Dia begini karena dia panik melihat keadaan ody sekarang.

“kayanya kalo ngga ada yang nemuin dia, bakalan duduk ditaman sampe pagi deh.” Ucap helen.

Doy yang belum tahu apa apa, kemudian bingung siapa orang yang dimaksud helen tersebut. Orang yang menemukan ody.

“Emang tadi ody pulang sama siapa?” Tanya doy.

“Noh sama abang itu tuh” ujar lucas sambil menunjuk ke arah seseorang.

Doy mengikuti arah yang ditunjuk lucas, dan kaget dengan fakta yang ada.

“Bang Tayo?” Tanya doy kaget.

Mami.

Hari ini, adalah hari pertemuan Ody dan maminya setelah kejadian lalu. Sebenarnya, ody dilarang keras untuk bertemu sang ibu oleh papinya karena beberapa alasan. Tapi kali ini dia berhasil meyakinkan papi nya untuk memberikan izin untuk menemui ibu kandungnya itu.

Ody telah tiba di tempat yang sudah di berikan oleh maminya itu. Dia menunggu sendirian, karena kebetulan keadaan cafe itu sepi hari ini.

“Udah lama nunggunya?” Ucap seorang wanita yang berdiri tepat dihadapannya.

Ody menoleh, kemudian ia melihat wanita dengan perawakan cantik berdiri didepannya.

“Mami boleh duduk?” Tanyanya, dan dijawab anggukan oleh ody.

Keadaan hening menyelimuti keduanya, suasana canggung tentunya sangat terlihat jelas sore itu.

“Mami mau ngomong apa? Ody ngga punya waktu lama.” Ucap ody membuka suara.

Maminya menoleh kearah anak semata wayangnya itu, dan menarik nafas dalam.

“Ah iya, mami mau ngomong ini. Kamu sekarang udah semester 7 kan?”

“Ya”

“Sudah mau lulus kan?”

“Iya” jawab ody singkat.

“Kalau gitu, kalau kamu sudah lulus, kamu harus ikut mami nak.” Ucap maminya tersebut.

Ody yang mendengar itu kemudian langsung membelalakkan kedua matanya.

“Untuk apa ody ikut mami? Toh mami juga udah bahagia kan sama kehidupan mami?” Tanyanya

“Ody, kamu sudah waktunya ikut mami, papi kamu gak sebaik yang kamu kira.” Jawabnya

“Maksudnya apa?”

“Papi kamu cuma mau uang dari kamu, dia gak sayang kamu ody, dia sama sekali gak sayang kamu.” Jawabnya lagi.

Ody kemudian bangkit dari tempat duduknya, memasang raut marah.

“Kalau cuma ketemu untuk menjelek-jelekkan papi, maaf ody gak bakalan percaya, ody udah hidup sama papi 15 tahun, jadi ody lebih kenal papi daripada mami, tolong jangan jelek-jelekin papi didepan ody.”

Ody beranjak dari tempat duduknya, kemudian hendak pergi dari tempat duduknya, tapi tangannya dengan cepat ditahan oleh sang ibu.

“Kamu mau kemana? Ini ajaran papi kamu ? Jadi gak punya sopan santun?” Ucapnya

Ody terdiam, tapi dalam hati dia marah, marah dengan apa yang keluar dari mulut sang ibu.

“Mami, stop! Stop ngejelek-jelekin papi ata—“

Tangan sang ibu berhasil mendarat di pipi mulus sang anak. Tamparan keras itu membuat ody mengehentikan perkataannya.

“Atau apa? Hah? Kamu bener bener anak gak tau diuntung ya! Jawab? Atau apa? Bisa apa kamu?”

“Atau Ody gak bakalan mau nemuin mami lagi, selamanya!” Ucapnya kemudian langsung meninggalkan cafe tersebut dengan merintih dan meninggalkan mami nya sendirian.

Pertemuan tidak disengaja-

“Oi, kaya orang gila banget lo liatin hp sambil senyum senyum.”

Maura menoleh ke arah sumber suara, disana sudah ada jeffrey dengan motornya sambil menyodorkan helm kepada maura.

“Ih kaya setan tiba-tiba muncul.” Jawabnya kemudian mengambil helm yang ada ditangan jeffrey.

“Btw, helm siapa nih? Wangi amat?” Tanya maura.

“Helm ten, dia emang mandi parfum dari ujung rambut sampe ujung kaki. Pegangan, gue mau ngebut!” Ucap Jeffrey namun mendapat cubitan kasar dari maura.

“Modus aja lo kutil.”

———

Setelah sampai di mcd, Maura mengantri untuk memesan, dan jeffrey mencari tempat duduk.

Selagi menunggu, jeffrey memainkan beberapa games yang ada di handphonenya. Namun tiba-tiba...

“Jeffrey? Sendirian aja?” Tanya suara perempuan yang ada didepannya

Jeff menoleh, dan mendapati seorang Alya sedang duduk disana.

“Eh al, ngapain lo disini?” Tanya Jeffrey bingung.

“Ya makan lah?? Haha ini kan mcd, masa shopping??” Jawabnya santai.

Jeffrey mengacak rambutnya kasar. Bener sih kata tuh cewe, di Mcd ya makan lah ngapain pake nanya lagi.

“Btw lo sama siapa jeff? Gabby? Gabby mana?” Tanya Alya lagi.

“Eh jeffrey? Siapa nih?” Tanya Maura yang tibatiba muncul dihadapan 2 orang ini.

Jeffrey kembali mengacak rambutnya kasar, dia tidak menduga pertemuan seperti ini akan terjadi secepat ini.

“Oh lo sama cewe ini? Temen lo ya jeff? Oh iya kenalin, gue Alya, gue temennya jeffrey dan—“

“Temen gue sama wira ini ra” ucap jeffrey memotong pembicaraan dari Alya.

Maura hanya mengangguk, kemudian meletakkan nampan makanannya di meja.

“Oh gitu, salam kenal, gue maura.” Ucapnya sambil menjulurkan tangan demi menjabat tangan perempuan itu. Namun, jabatan tangannya tidak terbalas.

Alya kemudian beranjak dari kursi tersebut, “sorry for bother you guys, silahkan maura duduk, gue juga kebetulan udah selesai. Oh iya jeffrey, jangan lupa ajakin gabby buat double da-“

“Udah lo pergi aja yaaa, ntar aja diomonginnya.” Usir jeffrey dan mendapat anggukan acuh dari Alya, diikuti langkah sombongnya meninggalkan mereka berdua.

Maura melihat perempuan bernama Alya itu dengan tatapan sinis.

“Temen lo sombong banget.” Ucap Maura sambil mulai menyantap makanannya.

Belom rezeki lagi.

Dikarenakan papi ody harus datang telat malam ini. Maka dari itu, Ody memilih untuk main ke apart sebelah untuk menenangkan dirinya dari ketakutan akibat tadi.

“BUKAA DONG.” teriak ody dari luar sambil menggedor pintu apart temen sebelah.

“Aw- sakit tau kak.”

Ody kemudian melihat kearah depan, tak sadar dia malah mengetok kepala haechan yang ternyata sudah membuka pintu apartementnya.

Dia memasuki apartement itu, sama seperti biasanya, berantakan.

Alias si Tayo udah capek ngomelin yang lain, jadinya dia cuma bisa pasrah kalo apartementnya berantakan.

Haechan sedang sibuk dengan gamenya, Tayo yang sibuk dengan praktikum seninay, dan Doy yang sibuk di pantry, ntah memasak apa.

“Dy, lo mau mie?” Tanya doy

Ody dengan cepat mengangguk. “Mauuuu”

“Bang tapi kan mienya tinggal dua? Buat bang doy sama echan?” Tanya haechan yang langsung bangkit dari posisi tidurnya.

“Udah lo ngalah aja, lo kan sering minta mienya ody, sekarang lo ngalah ya.” Jawab doy.

Ody yang mendengar pembelaan itu langsung merasa menang dari haechan.

“Is bucin bgt!” Celetuknya dengan ketus.

“Hah? Doy? Bucin sama siapa dia?” Tanya ody, namun tidak dapat tanggapan dari haechan, anaknya keburu ngambek.

“Is ngambekan, padahal besok gue mau traktir kaepci.”

“Kaga kok kak, yuk jamberapa?” Jawab hechan dengan spontan.

“Ye lu mah kalo ditraktir aja baru gercep chan.” Ucap tayo sambil melempar beberapa kuas kearah haechan.

——-

Setelah menyantap mie dan ikut nimbrung nonton tv bareng yang lain, akhirnya mereka memutuskan untuk main game.

“Yang kalah beliin cemilan ya, abis ini kita nonton film. Gimana?” Tanya tayo memberikan peringatan diawal.

“Deal” jawab mereka serentak.

Setelah main beberapa putaran dengan segala kekacauan yang ada, akhirnya saat babak terakhir, Ody ditentukan sebagai orang yang kalah dan harus pergi membeli cemilan.

“Sono sono kak, pergi. Yang banyak.” Usir haechan

“Sendirian?” Tanya ody pelan.

“Iyalah, kan yang kalah elo.” Ucap tayo melanjutkan tugasnya yang tadi sedikit tertunda.

“Sana kak sendir-“

“Ayo gue temenin.” Ucap doy menawarkan diri. “Tapi lo yang bayar ya? Jangan malah gue, gue cuma nemenin.”

Ody kemudian langsung bersemangat, dan beranjak dari posisi duduknya.

“Ye dasar mod—aduh sakit bang!” Rintih haechan karena kepalanya berhasil disentil keras sama doy.

“Lu tuh ah, dibilang dia ketakutan kalo dibiarin sendiri terus dia diculik gimana?” Bisik doyoung kepada haechan.

“Iyaiya maap. Tapi beliin jajan yang banyak ya?” Pinta haechan dan mendapat anggukan dari doyoung. Yoksi emang abangable kalo kata haechan mah.

Doyoung dan ody pun melangkah kearah pintu. Saat hendak membuka pintu, secara bersamaan muncul 1 orang tinggi.

“ANJING KAGET.” Ucap doy

Ternyata orang itu adalah Johnny, yang baru saja kelar dari acara nongkrongnya.

“Mau kemana lo?”

“Ke minimarket dong, yuk dy?” Ucap doyoung berlalu dengan smirk kemenangan di muka nya, sambil menarik tangan ody.

“Berdua doang?” Tanya jo, namun sayang doy dan ody berlalu dengan cepat.

“Udah bang jo, sini aj, belom rezeki namanya, besok coba lagi yaa.” Ucap haechan santai, tapi kemudian ia dikejar dan disentil oleh johnny karena mengejek johnny.

Perpustakaan. ————-

“Cas, anterin ke perpus.” Ucap ody tidak lama setelah keluar dari kelas.

Dikarenakan tugasnya yang menumpuk, dia terpaksa harus mampir ke perpus.

“Dih sok rajin amat lu, sama siapa? Sendirian? Duh miris amat jomblo.” Tanya lucas

Ody mencubit lengan besar lucas, “diem lo, gue ngga sengenes itu ya sendirian, bisa bisa kesasar gue kalo di perpus sendirian.”

“Terus sama siapa? Gebetan? Duh ngedate kok di perp— aduh dy, sakit goblok!” Rintih lucas sambil memegang tangannya yang dicubit dengan keras oleh Ody.

“Makanya diem, udah anterin aja jangan banyak bacot.”

———- Setelah sampai di perpus, ody menunggu di gazebo perpus sambil memainkan hp nya, ya, dia menunggu sang ahli perpus untuk datang menemaninya mencari buku.

Doy adalah orang yang hobi banget datengin perpus, katanya sih kebiasaan, dulu juga dia ga pernah ke perpus, namun karena satu dan lain hal di jurusannya yang menuntut dia harus banyak membaca, alhasil dia sudah khatam dengan sudut ke sudut perpusatakaan kampusnya ini.

“Oi neng, gue hipnotis lo ya, ngelamun aja” ucap suara yang familier di telinga ody.

“Telat 1 menit, traktir gue kopi depan kampus abis ini.” Ucap Ody santai kemudian menyeret Doy untuk segera masuk kedalam perpus.

“Gue 1 menit kan dipake buat park-“

Belum sempat menyelesaikan kata katanya, tangan ody sudah menempel di mulut doy, mengisyaratkan agar temannya itu diam.

“Diam atau dendanya nambah?” ujar ody dengan santai.

-

Setelah berkeliling dan mendapatkan buku yang dia cari, kemudian dia duduk didepan Doy yang sedang membaca juga, memang terlihat jelas kalo anak pinter mah.

“Lo ngapain sih nyari buku? Emang matkul lo belom abis?” Tanya doy

Ody menggeleng, “bukan buat matkul, tapi buat project.”

“Yailah kirain ngulang” ucap doy dengan nada sedikit mengejek.

“Heh lo pikir gue bego?” Teriak ody yang sukses membuat seluruh penghuni perpustakaan menoleh kearah mereka.

“Ssst”

Ody hanya cengar-cengir sambil menunjukkan isyarat meminta maaf.

Setelah menyelesaikan dan mencari bahan untuk projectnya selama kurang lebih 1 jam, ody dan doy memutuskan untuk keluar, tapi sebelum itu dia mengembalikan bukunya ke tempat pengembalian.

Setelah selesai membereskan semua barang, mereka pun beranjak dari sana menuju pintu luar.

Namun, tiba-tiba kaki ody melemas saat menatap lurus kearah depan pintu keluar. Doy yang berjalan dibelakangnya langsung menyadari dan berusaha menangkap tubuh ody sebelum jatuh ke lantai.

“Eh eh dy, lo kenapa? Lo liat apa?” Tanya doy ikutan panik.

Pandangan ody lurus kedepan, namun dengan cepat dia menggelengkan kepalanya. “Ah- gue gapapa, ayo buru, kita pulang aja.”

“Lah gak jadi ke kopi? Katanya lo mau kopi?” Tanya doy bingung, tumben nih anak berubah pikiran soalnya

“Eng-engga gausah, kita balik aja ya doy.”

Home-

Dikarenakan perintah dari mamanya si kembar, mau tidak mau kedua anak ini harus balik kerumah sebelum jam 5.

“Nah gitu dong ikutin kata mama pulang cepet, coba dari dulu kaya gi-“

“Ma, jeffrey mau mandi dulu, ngomelnya ntaran aja” ucap jeffrey

“Wira juga.” Sahut wira juga sambil menyusul jeffrey.

Keduanya meninggalkan sang mama dan berlalu menuju kamarnya masing-masing.

Namun, saat hendak masuk ke kamar, jeffrey menghentikan Wira.

“Apaan sih?” Tanya wira

“Lo ketemu alya tuh ngapain?” Tanya Jeffrey.

Wira memalingkan wajahnya kemudian beranjak kekamar, namun lagi-lagi langkahnya di stop oleh jeffrey.

“Apa lagi sih? Kan gue udah bilang, dia balik ya gue samperin lah.” Jawabnya ketus

“Dan lo ninggalin kewajiban lo ke maura? Gila ya lo? Lo tau ngga dia udah nungguin lo disana? Lo tau ngga wir?”

“Tau, dan gue udah bilang sama dia gue gak bisa dateng, dia okay okay aja kok. Kenapa lo yang masalah?”

Bugh

Satu pukulan dari tangan jeffrey melayang ke wajah wira. Kedua orang itu sudah tidak bisa menahan emosi masing masing.

“Apa apaan sih lo? Lo kenapa sibuk aja ngurusin hidup tuh cewe, dia bukan siapa siapa lo, oh atau jangan jangan lo suk-“

Belum selesai menyelesaikan kalimatnya, pukulan lainnya mendarat mulus di sisi lain wajah wira.

“kalo gue suka sama dia kenapa? walaupun lo kembaran gue, lo gak berhak buat nyakitin dia dan bikin dia sedih.” Geram jeffrey, kemudian ia langsung meninggalkan Wira yang masih berdiri memegang mukanya karena kesakitan.

“Sinting.” Sindir wira dengan suara pelan.