Flashback 🔙
Sore itu di sebuah rumah sakit, suasana sendu sedang menyelimuti keluarga besar ini.
Disuatu ruangan dingin di rumah sakit tersebut, ada 1 orang yang sedang memperjuangkan hidupnya.
“Maaf pak, bu. Pasien minta anaknya, keponakan laki-lakinya, ibunya serta istrinya untuk masuk kedalam, katanya ada yang mau dibicarakan.” Ucap suster yang baru saja keluar dari ruang tersebut.
Johnny dan Ten langsung mengikuti langkah oma dan mama Ten masuk kedalam ruangan tersebut.
Setelah masuk kedalam ruangan dingin itu, disana terdapat seseorang yang terbaring lemah dengan alat yang super banyak.
“Pah..ini Ten pah, papa harus sembuh.” Ucap ten yang mengenggam tangan ayahnya dengan erat.
“Bu, aku mau bilang sesuatu-“ ucap lelaki tersebut dengan terbata-bata karena terhalang segala alat tersebut.
“Iya nak, apa yang kamu mau bilang, bilang sama ibu, disini ada istrimu, anak mu dan ada keponakan kamu juga nak.”
“Mengenai...perusahaan yang saya kelola, saya mau nanti jika saya sudah tidak ada, kedua cucu laki-laki ibu ini yang bakal mengelola, saya mau diantara mereka.....berusaha sekeras mungkin untuk bisa memimpin...perusahaan yang ibu kasih ke saya—“
Mendengar kata kata itu, mereka yang ada didalam ruangan disana mulai menumpahkan air matanya, mereka berharap ini bukan pesan terakhir dari laki-laki tersebut.
“-untuk Ten, maafin papa kalau papa ada salah ya? Maaf papa gak bisa nemenin kamu, sampai kamu tua nanti. Maafin papa karena papa gak ngasih kamu perusahaan papa secara langsung....papa mau Ten berusaha lebih untuk bisa mendapatkan perusahaan papa....kamu..harus bersaing sehat sama Jo ya nak? Kalian sepupu, dan kalian sudah besar, pasti mengerti bagaimana caranya bersaing dengan sehat. Papa juga yakin, kamu bisa...-“ ucap panjang laki-laki itu yang sukses membuat Ten menangis semakin keras.
Ten makin mengenggam erat tangan ayahnya tersebut, “Papa, Ten janji bakalan berusaha sekeras mungkin untuk bisa melanjutkan perusahaan papa, tapi papa harus sembuh...papa harus temenin Ten sampai tua...hiks”
Laki-laki yang dipanggil papa oleh Ten itu pun tersenyum, ia mengenggam tangan istrinya, dan anak semata wayangnya itu.
Jo sebagai keponakannya hanya menggenggam tangan omanya yang ada disebelahnya setelah melihat keadaan om yang sudah dia anggap seperti ayah sendiri.
“Kalian jaga diri ya, maafin papa kalau selama ini belum jadi papa yang baik....papa per-“
Belum selesai kata-kata tersebut keluar dari mulut papanya, saat itu juga grafik yang ada di alat tersebut menunjukkan garis datar.
Istrinya, keponakannya, ibunya yang ada disana langsung menangis, termasuk anak semata wayangnya yaitu Ten, ia langsung merunduk disebelah papanya tersebut sambil terisak dengan keras.
“PAPAAAAAA...bangun pa! Jangan tinggalin Ten pa, bangun...bangun pa-“
Dokter dan beberapa perawat yang mendengar bunyi alat tersebut dan teriakan Ten kemudian bergegas untuk mengecek keadaan pasien tersebut dan memberikan pertolongan terakhir semampu mereka, walaupun mungkin saja semua itu percuma dilakukan karena si empunya badan sudah kembali ke Yang Maha Kuasa.