Cloudysun

Flashback 🔙

Sore itu di sebuah rumah sakit, suasana sendu sedang menyelimuti keluarga besar ini.

Disuatu ruangan dingin di rumah sakit tersebut, ada 1 orang yang sedang memperjuangkan hidupnya.

“Maaf pak, bu. Pasien minta anaknya, keponakan laki-lakinya, ibunya serta istrinya untuk masuk kedalam, katanya ada yang mau dibicarakan.” Ucap suster yang baru saja keluar dari ruang tersebut.

Johnny dan Ten langsung mengikuti langkah oma dan mama Ten masuk kedalam ruangan tersebut.

Setelah masuk kedalam ruangan dingin itu, disana terdapat seseorang yang terbaring lemah dengan alat yang super banyak.

“Pah..ini Ten pah, papa harus sembuh.” Ucap ten yang mengenggam tangan ayahnya dengan erat.

“Bu, aku mau bilang sesuatu-“ ucap lelaki tersebut dengan terbata-bata karena terhalang segala alat tersebut.

“Iya nak, apa yang kamu mau bilang, bilang sama ibu, disini ada istrimu, anak mu dan ada keponakan kamu juga nak.”

“Mengenai...perusahaan yang saya kelola, saya mau nanti jika saya sudah tidak ada, kedua cucu laki-laki ibu ini yang bakal mengelola, saya mau diantara mereka.....berusaha sekeras mungkin untuk bisa memimpin...perusahaan yang ibu kasih ke saya—“

Mendengar kata kata itu, mereka yang ada didalam ruangan disana mulai menumpahkan air matanya, mereka berharap ini bukan pesan terakhir dari laki-laki tersebut.

“-untuk Ten, maafin papa kalau papa ada salah ya? Maaf papa gak bisa nemenin kamu, sampai kamu tua nanti. Maafin papa karena papa gak ngasih kamu perusahaan papa secara langsung....papa mau Ten berusaha lebih untuk bisa mendapatkan perusahaan papa....kamu..harus bersaing sehat sama Jo ya nak? Kalian sepupu, dan kalian sudah besar, pasti mengerti bagaimana caranya bersaing dengan sehat. Papa juga yakin, kamu bisa...-“ ucap panjang laki-laki itu yang sukses membuat Ten menangis semakin keras.

Ten makin mengenggam erat tangan ayahnya tersebut, “Papa, Ten janji bakalan berusaha sekeras mungkin untuk bisa melanjutkan perusahaan papa, tapi papa harus sembuh...papa harus temenin Ten sampai tua...hiks”

Laki-laki yang dipanggil papa oleh Ten itu pun tersenyum, ia mengenggam tangan istrinya, dan anak semata wayangnya itu.

Jo sebagai keponakannya hanya menggenggam tangan omanya yang ada disebelahnya setelah melihat keadaan om yang sudah dia anggap seperti ayah sendiri.

“Kalian jaga diri ya, maafin papa kalau selama ini belum jadi papa yang baik....papa per-“

Belum selesai kata-kata tersebut keluar dari mulut papanya, saat itu juga grafik yang ada di alat tersebut menunjukkan garis datar.

Istrinya, keponakannya, ibunya yang ada disana langsung menangis, termasuk anak semata wayangnya yaitu Ten, ia langsung merunduk disebelah papanya tersebut sambil terisak dengan keras.

“PAPAAAAAA...bangun pa! Jangan tinggalin Ten pa, bangun...bangun pa-“

Dokter dan beberapa perawat yang mendengar bunyi alat tersebut dan teriakan Ten kemudian bergegas untuk mengecek keadaan pasien tersebut dan memberikan pertolongan terakhir semampu mereka, walaupun mungkin saja semua itu percuma dilakukan karena si empunya badan sudah kembali ke Yang Maha Kuasa.

Janji.

————————- 📍Johnny’s Home

Sesuai perkataannya tadi, Rania datang ke rumah Johnny karena pacarnya itu sudah diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit oleh Dokternya.

“Ada pesan di hp aku ran?” Tanya Jo secara tiba-tiba, sukses mengagetkan Rania yang sedang mengutak ngatik HP pacarnya tersebut.

“Ah engga kok, tadi aku minjem buat searching makanan yang boleh kamu makan, nanti aku masakin yah!” Jawab Rania

Johnny mengangguk saja mendengar alasan dari pacarnya tersebut, kemudian ia duduk disebelah Rania.

“Jo, aku mau nanya dong.” Tanya Rania

Jo menoleh menghadap ke pacarnya tersebut. “Nanya apa?”

“kalau ada omongan jelek tentang aku, kamu percaya aku atau yang lain?” Tanya Rania

“Ya kamu lah, ngapain aku percaya kata orang kan? Emang kenapa?”

Rania langsung memasang senyumnya lebar. “Bener ya? Janji?”

“Janji, sayang. Kenapasih? Kamu daritadi aneh banget? Gak kaya biasanya?”

“Engga apa-apa kok, aku cuma seneng kamu udah keluar dari rumah sakit, terus aku takut nanti kamu mikir macem macem apalagi sekarang kan suka ada yang nyebarin hoax kan yang, kali aja aku kena, tapi amit amit deh.”

Jo tertawa melihat tingkah Rania yang tak seperti biasanya, dia sangat berharap, Rania akan selalu begini kedepannya. Karena akhir akhir ini, Rania yang Jo kenal hanya mementingkan kerjaannya daripada ketemu sambil membahas hal-hal seperti ini.

“Yaudah, lanjutin gih makannya, abis itu minum obat ya.” Ucap Rania lemah lembut.

▪️Baku Hantam

Maura, menepati janjinya untuk datang menemui wanita bernama Gabby, si perempuan yang marah karena foto pacarnya di upload di twitter Maura.

“Ra! Lo ah serius mau kesana?” Tanya Oca yang tiba-tiba dateng ke kosan untuk mencegah maua

“Serius elah, gausah takut. Di cafe, gak bakalan buat kegaduhan.”

“Tapi kalo lo kenapa napa bilang ya! Biar gue sleding palanya si gabby bareng anak anak yang lain.”

“Iya, bawel ah, yaudah gue pergi ya, lo mau tetep disini atau pulang?”

“Pulang lah, mau pergi gue sama mas bebeb.”

——— Maura tiba di cafe sesuai janjinya. Tak lupa dia sudah mengabarkan si pihak gabby kalau dia sudah disana. keadaan cafe sore ini cukup sepi, tidak seperti biasanya.

“Udah dateng? Berani juga lo dateng ya?” Ucap seorang wanita yang muncul dari balik pintu, yang kemungkinan dia adalah Gabby.

“Lo pikir gue takut?” Tanya maura

“Wah, udah berani ngepost pacar gue, sekarang gak sopan lagi sama kating, udah jago lo?” Ucapnya sambil mendekat kearah maura

“Oh lo kating? Tapi kok kelakuannya gak mencerminkan usia lo yang ups maaf, cukup tua.”

PLAK

satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi kanan maura.

“Gue liat liat lo kurang ajar banget ya? Waktu ospek diajarin sopan santun ngga sih sama yang ngeospekin lo?” Tanya gabby sambil berkacak pinggang.

Maura masih mengelus pipinya yang panas, dia masih kaget, tapi tidak menangis.

Seorang Maura nangis? Bukan dia banget.

“Belajar, tapi kalo sama orang kaya lo ga perlu pake sopan santun, kak.”

“Lo tuh ya, udah gak sopan, mau rebut pac—“

“GABBY STOP!”

Teriak seseorang saat tangan Gab hampir menyentuh pipi kiri maura yang kini terpejam.

“LO...LO NGAPAIN DISINI?”

Pertemuan lama.

Sore ini, Jo hanya ditemani televisi yang menyala di kamarnya, Rania juga belom kesini karena dia bilang dia sibuk sama kerjaannya.

Jo cuma bisa mengiyakan alasan dari Rania. Tapi, pernyataan dari Cella kemarin mengenai kecurigaan terhadap rania yang sibuk padahal pekerjaannya sebenarnya tak sesibuk itu, masih terngiang ngiang di kepala jo.

Jo tidak ingin langsung menyimpulkan karena itu cuma sebuah pertanyaan dan pernyataan yang belum terbukti benar adanya.

“Jo?? Heh? Kok ngelamun?”

Suara itu menyadarkan Johnny dari lamunannya, dia tersentak kaget kemudian melihat dari mana asal suara itu.

“Maaf, aku ngagetin ya? Lagian, kamusih ngelamun, mikirin apaansih?” Ucap rania, si sumber suara tersebut.

“Ah engga, kamu sama siapa kesini?”

Belum sempat Rania menjawab, pintu kamar rawat inapnya pun terbuka lagi. Disana menampilkan sosok Ten yang berjanji untuk datang menjenguknya.

“Eh bro ternyata lo beneran sakit? Hahaha” ucap ten dengan riang gembira

“Iya gue sakit tapi kenapa nada lo seneng banget kalo gue sakit hah?” Ucap Jo sinis

“Dih sensi amat, gue gak maksud apa apa kali, gue seneng akhirnya ketemu lo lagi, biasanya kan lo sibuk ngga bisa ditemuin.” Jawab Ten seakan akan mengklarifikasi.

Johnny hanya mengangguk ngangguk paham.

“Oh iya, kenalin ini pacar gue, Rania. Ran, ini Ten, temen kerja dulu waktu masih sama sama karyawan.” Ucap Jo memperkenalkan keduanya

Keduanya pun berjabat tangan sambil melemparkan senyum satu sama lain, seakan akan tidak ada rasa canggung seperti orang pertama kali bertemu.

“Eh udah, lama amat jabat tangannya, demen pula nanti lo sama pacar gue.” Ucap jo sambil menepis kedua tangan tersebut.

—- Setelah berbincang-bincang santai, Ten kemudian mulai berbicara mendekat ke arah Jo.

“Dih apaan jangan deket deket.” Ucap Jo

“Dih gausah geer, gue ga ngapa ngapain, gue cuma mau nanya 1 hal sama lo.”

“Apaan?”

“Lo stress ngga perusahaan lo gini?” Tanya Ten, sedikit serius

“Hah? Maksud lo? Lo nanya bercanda apa serius?” Ucap Johnny yang kembali menanyakan maksud pertanyaan Ten

“Menurut lo? Ya serius lah?”

“Ya stress lah, gila aja kalo perusahaan gue udah difitnah kaya gini gue ga stress, nih ya, kalo gue gak stress, gue gabakal berakhir dirumah sakit kaya hari ini.” Jawab Jo

“Hm, gitu ya. Oh iya, Lo udah tau siapa pelakunya?” Tanya Ten lagi.

Johnny hanya menggeleng, dia sepenuhnya menyerahkan ini kepada anak buahnya di kantornya, dikarenakan dia sakit, maka Jo belum bisa memfollow-up kasus yang menimpa perusahaannya.

Ten tertawa pelan, “Kalo gue bilang, gue dalang di semua permasalahan perusahaan lo, lo percaya dan marah gak?”

Jo tersentak, dia kemudian langsung bangkit dari ranjang tempat tidurnya, berusaha meraih kerah baju yang dipakai Ten.

“Maksud lo? Lo yang udah fitnah perusahaan gue?” Tanya Jo yang sudah emosi.

Ten melepaskan tangan Jo dari kerah bajunya dengan tenang.

“HAHAHAHHA becanda becanda, yaampun serius amat. yakali gue? Kalem bro ah emosi banget.” Ucapnya sambil tersenyum.

Jo kemudian mengacak rambutnya kasar, “Gila! Lo bisa bikin gue jantungan, Ten!”

“HAHAHAHAH, Kalem kali bro, gue gak mungkin kaya gitu kok sama lo, yaudah gue pamit ya, masih banyak yang harus diurus, oh iya, gue belom bisa ngomong soal ini sih sama lo, tapi kalo lo butuh bantuan, lo bisa hubungin gue, gue siap bantu. semoga lo lekas sembuh.” ucapnya sambil berdiri dari kursi yang ada disebelah Johnny sambil memicingkan senyum penuh arti.

Jengukin Jo.

Setelah mendengar kabar Jo masuk rumah sakit, Cella kemudian langsung melajukan mobilnya menuju tempat tersebut. Dia sangat kesal, bisa bisanya Jo sakit tapi dia ngga ngabarin ke mereka.

“Sus, maaf mau nanya, kamar VIP 127 dimana ya?” Tanya Cella setelah tiba di Rumah Sakit ke salah satu suster yang kebetulan lewat didepannya.

“Oh, kamar VIP di lantai 3 bu, nanti tinggal diikutin aja arah nomernya, ada keterangannya disetiap lorong.” Jawab suster tersebut

“Makasih ya sus.” Ucap Cella tersenyum kemudian langsung menuju lift mengikuti arahan suster tadi.

———

“125...126..AH 127!” teriak Cella saat berhasil menemukan kamar rawat Jo. Cella kemudian membuka pintunya pelan, dan voila! Ternyata bener, seorang Johnny Sandira terbaring di kasur kamar tersebut.

Jo tentunya kaget dengan kedatangan tiba-tiba Cella, terlebih lagi dia tidak memberitahukan ke 3 temannya yang lain kalau dia dirawat.

“Johnny!”

Johnny langsung berusaha bangkit dari tempat tidurnya,

“JANGAN BERGERAK! DIAM DISITU.” ucap Cella

“Apasih? Gue bukan tersangka, ngapain kelakuan lo sok- sokan kaya polisi nangkap maling?” Tanya Jo yang tetap berusaha bangkit dari posisi baringnya.

PLAK

Suara Cella memukul tangan Jo yang bandel karena terus berusaha bangkit dari tidurnya.

“Cella? lo gila ya?” Tanya Jo

Cella berdecak, “gue gila? Lo kali yang gila? Bisa bisanya lo sakit gak ngabarin kita? Lo tau gak sekaget apa gue waktu tau lo masuk rumah sakit hah?! Maksud lo apa gak ngabarin kita? Mau kita jadi temen bangsat yang biarin temennya masuk rumah sakit sendirian gini?”

Jo hanya terdiam. Sudah lama dia ngga mendengar suara omelan wanita satu ini.

“Jawab heh! Jangan diem aja.”

“Gue lagi sakit, gak bisa ngomong.” Ucap Jo, tapi malah dapat 1 sentilan kecil lagi oleh Cella.

“Itu apa kalo bukan ngomong?”

Lagi lagi, kata kata Cella hanya bisa membuat Johnny terdiam tak berkutik

“Kenapa lo sendiri?” Tanya Cella

“Tadi gak sendiri” jawabnya dengan cepat

“YA KAN SEKARANG SENDIRI JOHNNY SANDIRA??” ucap Cella yang tingkat emosinya sudah naik ke ubun ubun.

“Yaa emang, tadi ada kok Rania bentar, btw lo tau dari siapa gue masuk rumah sakit? Rania kasih tau lo?” Tanya Johnny lagi

“Kenapa gak lama? Dia kan pacar lo seharusnya dia adalah disini, apalagi lo masuk rumah sakit udah 2 hari.”

“dia kerja juga, Cella.”

“Gue gak bodoh Johnny, gue kenal sama owner tempat Rania kerja sekarang dan gue tau Rania gak sesibuk itu.” Ucap Cella

“Dia bilang ke gue dia banyak kerjaan Cella, udah ya, sekarang lo yang jawab pertanyaan gue, lo tau dari Rania kalo gue masuk RS?”

“boro boro gue tau dari dia, dihubungin dia aja ngga, gue tadi mau ke kantor lo, tapi kata leona lo sakit”

Johnny menghela nafas kasar, dia lupa ngabarin ke sekretarisnya kalau jangan mengabarkan siapapun kalau dia masuk rumah sakit

Hm, mana sempat keburu telat.

“Jo, gue mau nanya sama lo” Lagi lagi, seuntai pertanyaan yang keluar darai mulut Cella

“Dari tadi lo udah banyak nanya!”

Cella mengacak rambut Jo, ah udah lama gak bicara banyak sama Jo.

“Serius gue ini ah!”

“Yaudah apa nanya ya tinggal nanya!” Jawab Jo ikutan sebal.

“Lo gak curiga sama sikapnya Rania?”..

“hah? Kenapa mesti curiga?” Tanya Johnny yang dibuat bingung dengan pertanyaan aneh yang keluar dari mulut Cella secara tiba tiba.

Baru saja Cella hendak mengucapkan kalimat tentang Rania, pintu kamar Jo kebuka menampilkan Rania, dan seorang dokter yang tidak asing wajahnya.

“loh Cella? Dari kapan disini? udah lama?” Tanya Rania sambil tersenyum, ntahlah senyuman asli atau palsu yang sama sekali tidak bisa dibaca oleh Cella.

Unexpected meetings.

Hari ini seperti biasa, Dira mengikuti arahan bossnya yaitu pergi ke kantor jual beli tanah untuk memastikan pembelian tanah demi membangun perusahaan tempat dia bekerja.

Kebetulan Dira bekerja sebagai sekretaris Direktur perusahaan itu, karena Bossnya ini tipe orang yang suka terjun langsung, maka terjadilah kegiatan pembelian tanah ini dipantau langsung oleh si direktur tersebut.

“Dira, ini kebetulan saya mau ngobrol dulu soal masalah tanah ini, kalau kamu haus atau mau makan duluan silahkan.” Ucap bossnya tersebut

“Ah tidak apa apa pak, nanti saya menunggu bapak selesai aja.” Ujar Dira menolak secara sopan, padahal perutnya udah teriak minta asupan.

“Tidak apa, kali ini saya izinkan, jarang jarang loh saya kasih izin ditengah pekerjaan gini, tadi saya liat didepan ada cafe, kamu kesana aja, nanti kalau saya udah kelar saya telfon dan kamu bisa balik kesini.”

Dira tersenyum merasa senang karena bossnya mengerti keadaan perutnya hari ini. “Baik pak, nanti kalau butuh apa apa, tinggal call saya aja pak, nanti saya segera balik kesini.”

Bossnya mengangguk dan menyuruh Dira untuk menuju ke cafe yang ada di sebrang kantor ini.

Dira berjalan dengan hati senang karena dapat izin bisa makan duluan hari ini, biasanya dia harus menunggu bossnya yang terlalu banyak kegiatan sampai sampai keseringan menunda makan siang.

Tapi, belum lama dia berjalan menjauh dari ruangan sebelumnya, dia menemukan 2 orang itu lagi, buru-buru dia sembunyi untuk melihat kemana arah orang itu pergi.

“Kayanya bener deh kata Taeyong, kalo orang itu kerja disini, tapi kenapa sih tiap ketemu pasti cewenya gak keliatan!” Decak Dira sebal.

Dira pun mengikuti kedua orang itu, tapi langkahnya agak lambat karena dia tidak mau kedua orang itu mencurigainya.

Ternyata arah yang dituju oleh kedua orang itu sama seperti tujuan awal Dira, yaitu cafe yang ada didepan kantor ini.

Dira ikut masuk kedalam cafenya namun duduk agak jauh dari mereka, tapi tetap bisa melihat posisi incarannya itu.

Posisi wanita itu tepat membelakangi Dira, sehingga Dira kesulitan untuk memastikan siapa sebenernya wanita yang dia curigai mirip Rania ini.

Sambil memesan Dira berkali kali melirik kearah mereka berharap sang wanita menoleh memperlihatkan wujud mukanya agar dia bisa tenang.

Hingga tiba saatnya, wanita itu berdiri kemudian menuju kasir yang letaknya berdekatan dengan tempat yang di duduki Dira.

“Mas tolong tambah jus jeruknya satu ya di meja 10.” Ucap wanita yang suaranya terdengar tidak asing di telinga Dira.

Dira kemudian melirik sekilas untuk memastikan wajah perempuan itu, tapi.....

“Gimana dir? Udah puas ngeliatinnya? Lo ngapain disini? Lo ngikutin gue hm?” Tanya Rania dengan senyum palsunya yang sukses membuat Dira kebingungan di tempat.

🏢Dia datang...🏢

Ody buru-buru pulang saat dikabarkan tentang adanya seseorang yang sedang menunggunya di apartement. Untunglah kelasnya hari ini sudah selesai, dia bisa langsung pulang tanpa tanggungan apa-apa.

“Mau kemana dy? Buru buru amat?” Tanya markie

“Mau pulang lah, menurut lo?”

“Ngapain? Biasanya juga ajak nongkrong dulu lo.” Ucap helen ikut ikutan

“Ada yang nunggu gue, daaaaah gue duluan ya.” Jawab ody yang langsung berlari keluar kelas meninggalkan teman temannya itu.

—— Setelah sampai di apartementnya, dia kemudian memencet angka 5 di tombol lift. Sejujurnya dia penasaran siapa yang menunggunya hari ini, apalagi dengan pesan masuk yang dia terima. Ah ntahlah, ody tidak ingin ambil pusing sebelum melihat orangnya langsung.

Lift berhenti di lantai 5, kebetulan dia sedang bersama oma oma di dalam lift tersebut.

“Saya duluan ya oma.” Ucapnya sopan dan dijawab senyum serta anggukan dari Oma tersebut.

Dia kemudian berlari di koridor menuju unitnya, disana tengah berdiri seorang wanita dengan baju yang lumayan fancy percis dengan ciri ciri yang Tayo & Chan sebutkan.

Ody menghela nafas, kemudian memberanikan diri untuk bertanya, serta berharap dia tidak salah orang. “Maaf mba? mba yang nyari saya?”

Wanita itu menoleh, dan kemudian tersenyum.

“Melody..kita udah lama banget ga ketemu, mami rindu nak....” ucap wanita itu memeluk tubuh kaku ody yang terpaku menatap wanita itu..

Untuk apa dia datang lagi disaat ody sudah bahagia dengan kehidupannya?

The Beginning Of The Problem

Hari ini, sesuai dengan permintaan jeff, doy harus datang ke apartement temannya itu sehabis pulang kerja. Tak lupa dia menjemput taeyong juga, karena semalam dia mengajak temannya ini untuk menemani menyelesaikan teori yang akan dibahas Jeff kali ini.

Untungnya sore ini tidak terlalu macet. Hanya butuh waktu sekitar 25 menit dari rumah Taeyong menuju apartementnya Jeffrey.

“Nah dateng juga lo..” ucap jeffrey yang baru saja membuka pintu apartementnya untuk menyambut kedatangan temannya itu.

“Tapi gue ga sendiri...gue bawa taeyong.” Ucap doy

Jeffrey memutar bola matanya, “Duh ngapain sih ada lo yong?” Canda jeffrey

“Oh gitu balik aja dah gue, lo berharap gue bilang gitu ya jeff? Sorry ngga, mau lo ngusir gue kek, gak nerima gue kek, bodo amat gue udah disini jadi gue tetep masuk.” Ucap taeyong santai diikuti dengan suara ketawa khas dari doyoung.

“Emang gapunya adab lo ya.”

—— Setelah beristirahat sejenak di sofa, doyoung mulai membuka suara untuk menanyakan apa maksud ajakan jeff kali ini.

“Lo mau ngapain sih jeff? Mau bahas teori apaan? Mau skripsian lagi lo?” Tanya doy

“Pala lo skripsian, kaga lah. Ini masalah kehidupan, sebenernya udah lama gue pengen cerita masalah ini. Tapi gue gatau kapan waktu yang tepat. Dan mungkin sekarang udah tepat?” Ucap jeff

“Masalah apaan? Perasaan lo idup santai aje.” Ucap taeyong yang dibalas dengan sentilan di kepalanya oleh jeff

“Santai santai, enak banget itu mulut ngomongnya, gue santai karena gue belom siap keliatan lemah didepan sahabat gue, tapi sekarang kayanya gue harus cerita karena dilihat- lihat masalahnya makin panjang.”

“Sebenernya ini masalah soal kita berempat, tapi gapapa deh kalo ada lo yong, ceritanya perwakilan cella aja.” Ujar jeff

Taeyong ngangguk ngangguk karena bingung sama arah omongan jeffrey ini, terlalu berbelit.

“Masalah berempat? Perasaan kita gapernah punya masalah?” Tanya Doy mulai bingung dengan arah pembicaraan jeffrey.

“Lebih tepatnya masalah gue sama jo, lo tau kan doy kalo gue diem dieman sama jo selama ini?” Tanya jeff

“Oh jadi alasan lo mulai jarang nongol di grup karena lo ada masalah sama dia? Kenapa gak cerita?” Tanya balik doy ke jeff dan dijawab anggukan dari jeffrey

Jeffrey mengehela nafasnya panjang, “Ya ini kan mau cerita goblok!”

Doy mengangguk ngangguk sambil menggaruk kepalanya, kalo dipikir iya juga, ini kan si jeffrey mau cerita ngapain dia nanya?

Jeffrey yang sedari tadi hanya sibuk menghela nafas kemudian mulai menceritakan awal mulanya pertengkaran yang terjadi antara ia dan Jo, dari tuduhan berusaha mendekati pacar sahabatnya itu, hingga detail detail yang sampe sekarang pun masih abu abu, karena jeff hanya dituduh tanpa bukti mendasar.

Jeffrey menyelesaikan penjelasannya, dan lagi lagi menghela nafas kasar.

“.....dan semua itu berawal dari Rani, gue ngga mau suudzon awalnya, tapi pas gue denger dari Cella tentang masalah doy sama dira gue jadi mikir akar permasalahannya ada di pacarnya jo itu..” ucap jeff menyelesaikan penjelasannya.

“Bentar bentar gue masih gak paham..” ucap doy yang masih berusaha mencerna kata kata dari jeff.

Taeyong yang sedari tadi hanya diam kemudian berusaha membuka suaranya. “Gue boleh ikut bicara ga?” Tanyanya

dijawab anggukan oleh Doy dan Jeff

“Sebenernya gue udah punya pemikiran yang sama kaya lo Jeff, bahkan gue udah bilang sama Cella tapi dia gak mau negative thinking dulu. Emang awalnya cuma asumsi doang, sampe akhirnya beneran kejadian di hubungan gue dan Cella kemarin.”

Jeff dan doy membelalak “maksud lo yong?”

“Jadi, kemarin Rania ngechat gue nanyain Cella, dia bilang mau ngajakin lunch tapi hp Cella mati. Akhirnya lama kelamaan arah pembicaraannya mengarah ke si Cella jalan sama cowo lain dan ngasih foto cella sama cowo itu.”

“Teruss???” Tanya Doy yang terlanjur kepo dengan kelanjutannya

“Untungnya, gue gak gampang kepancing karena gue tau cowo dibalik foto itu cuma sepupunya cella.” Ucap taeyong membeberkan permasalahannya.

Lagi lagi kedua orang yang mendengarkan cerita itu membelalak kaget.

“See? Kalo lo semua gabungin dari masalah gue, masalah hubungan doy yang penjelasannya beda sama kejadian aslinya dan sekarang ditambah ke masalah baru di hubungan cella & taeyong, keliatan kan siapa victimnya?” Ujar jeffrey berusaha meyakinkan.

“Berarti kita mesti kasih tau jo kelakukan asli pacarnya gimana?” Tanya taeyong

“Jangan dulu... Jo masih banyak masalah, gue gak mau dia makin stress.” Ujar jeff

Ya begitulah jeffrey, walaupun posisinya sekarang sedang tidak baik baik saja dengan jo, tapi dia masih memastikan keadaan teman-temannya, terlebih sahabat yang sudah dia kenal sejak SMA itu.

“Terus gimana jeff? Kalo dibiarin dia bisa makin menjadi. Tapi kalo kita kasih tau sekarang masalah perusahaan jo lagi panas panasnya, setidaknya kita mesti selesain salah satu dulu biar dia gak kepikiran atau bahkan stress.” Tanya doy

“Lo tenang aja, buat masalah perusahaan Jo, gue udah nyuruh orang buat nyari siapa pelaku dari akun twitter itu kok.” Jawab Jeff

Doy menghela nafas, setidaknya dia sedikit lega saat tahu temannya ini tidak mungkin diam saja melihat sahabatnya kesusahan, ya begitulah sifat jeff yang dia kagumi, sesering apa mereka mengejeknya tapi dia tidak pernah punya dendam sedikitpun.

Doy mengambil segelas minuman dingin yang ada didepannya, tenggorokannya terasa kering dengan semua masalah yang bertubi-tubi menyerang persahabatan mereka.

“Bentar, gue masih bingung maksud dia ngelakuin semua ini tuh buat apa?” Tanya doy

“Itu yang belom kita tau dan yang harus kita cari tau.” Jawab taeyong diikuti anggukan setuju dari jeffrey.

Maksudnya apa?

- Sore ini cella duduk di lobby kantornya sambil menunggu taeyong menjemput, karena tadi siang dia bilang bahwa ada satu hal yang ingin dibicarakan.

Setelah lumayan lama menunggu, terlihat mobil Audi berwarna silver milik taeyong melipir masuk kedalam gerbang kantor perempuan ini, yang membuat cella langsung berjalan keluar lobby menuju ke mobil.

“Tumben lama?” Tanya cella sambil memasang sabuk pengaman

“Macet tadi. Eh makan dulu yaa.” Ucap taeyong

“Iyaa boleh, sekalian makan malem juga, oiya kamu mau ngomong apa?” Tanya cella yang sudah penasaran sekaligus takut karena tumben taeyong tiba-tiba mau ngajak dia ngomong(?)

“Ntar aja sambil makan.” Jawab taeyong dengan nada serius dan tatapan lurus kedepan.

———- Suasana sore menjelang malam ini sangat dingin, ditambah lagi dengan taeyong yang cuma diem sama hpnya which is ini aneh karena biasanya dia berisik.

“Bubs, kenapasih? Mau ngomong apa? Persoalan aku pergi sama kak wookie tadi ya?? Maaf bubs beneran deh, tadi hp aku mati total.”

“lagian kan kak wookie sepupu aku, aku udah pernah ceritain kan? Dia nyamperin kesini karena kebetulan ada kerjaan terus mau traktir adek sepupunya makan” ucap cella menjelaskan secara detail kepada pacarnya tersebut.

“HAHAHHAHA” taeyong tiba tiba tertawa mendengar penjelasan cella yang sukses buat cella bingung.

“Detail banget ceritainnya hahaha, Aku gamarah sayangg, ngapain aku marah kalo kamu jalan sama sepupu kamu? Mau jalan sama siapa aja juga aku gak larang kok.” Ucapnya sambil mencubit pipi pacarnya tersebut

“Ya terus? Kenapa mukanya serius banget daritadi?? Aku kan jadi panik kirain kamu lupa siapa kak wookie, terus mikir aneh-aneh.”

“Gak lah, masa sama calon keluarga lupa sih, gak mungkin.” Gombal taeyong yang sukses membuat cella mencubit kecil lengan pacarnya itu.

“Gausah gombal, gak mempan tau sama aku! Eh tapi, kamu tau darimana aku sama kak wookie tadi? Kan hp aku mati belom sempet kabarin?” Tanya cella bingung

“Aku punya mata-mata buat liatin kamu, hehe gak deh boong. Sebenernya alasan mau ngomong sore ini tuh ada 2.” Ucap taeyong

“Apaan?” Tanya Cella penasaran

“Yang pertama, karena ini.” Jawab taeyong sambil menyodorkan hp nya dan menunjukkan chat rania ke cella.

“Apa ini? Chat dari rania? Kenapa dia?” Tanya cella sambil membaca chat tersebut.

Setelah membaca chat tersebut, cella kaget dengan isi chat tersebut. “Lah? Rania ngomong begini? Buat apa?” Tanya cella lagi dengan nada sedikit emosi.

“Nah, makanya itu aku mau ngomongin sama kamu, aku gatau maksud dia apa kaya gitu, mau buat aku cemburu dan marah ke kamu gitu? kalo gitu mah dia salah orang.” Jawab taeyong santai.

Cella diam karena masih speechless sama kelakuan rania.

“Kayanya teori aku bener deh by, ya gak sih?” Ucap taeyong lagi lagi dengan santai, tapi berbeda dengan cella yang mukanya udah bete + emosi duluan.

“Ah gak tau deh, dia kenapasih? kemaren ke doy, sekarang ke pacar gue hih.” Ucap cella

“Udah udah jangan cemburu gitu dong. Lagian nih ya aku malah ngakak liat dia begini, padahal aku tau itu kak wookie sepupu kamu.”

“Oke next, sekarang tanya dong alasan keduanya karena apa?” Ucap taeyong berusaha mencairkan suasana yang mulai sedikit tidak enak

“Yaudah apa?” Tanya cella jutek karena udah jengkel duluan

“Yang kedua, karena............“

“Karena apa ih cepet!!”

“Karena aku kangen pacarku.” Ucap taeyong yang kemudian dengan sigap mendaratkan ciuman di pipi mulus pacarnya tersebut.

100 % sukses buat muka cella merah merona!

“TAEYONG!!!” ujar cella malu malu sambil mengusap pipinya

“HAHAHAHHA, makanya udah jangan bete, itu hukuman kalo kamu bete bete disaat aku kangen! Pokoknya soal rania nanti kita cari tahu bareng bareng ya maksudnya apa, oke?” Ucap taeyong dan mendapat anggukan setuju dari cella yang masih tersenyum bahagia.

Is there any chance?

Doyoung hari ini terlihat sangat lesu dari pagi hingga akhir jam kerjanya. tapi dilain sisi hatinya bahagia bisa mendapat kesempatan untuk menjelaskan semua kesalah pahaman in kepada dira.

“Pak doy? Maaf apakah Anda baik baik saja?” Tanya sekretarisnya saat melihat wajah pucat doy

“Oh iya saya baik baik saja, nanti kalo ada berkas yang belom saya check tolong kirim ke email saya aja ya via, saya ada urusan soalnya jadi harus pergi sekarang.” Ucap doy dan mendapat anggukan dari sekretarisnya itu.

—- 📍 Pandora Box Cafe

15 menit sebelum pertemuan itu tiba, doy sudah tiba dari 5 menit yang lalu, untungnya jalanan kota sedang berpihak kepadanya, semoga saja hati dira kali ini berpihak juga kepadanya, ya semoga.

Pintu cafe terbuka, seorang perempuan berstelan kantoran datang dengan anggun, ya itu dira.

Tapi raut wajah perempuan itu terlihat tidak baik baik saja, kantung matanya terpampang jelas daripada biasanya, walaupun sudah berusaha ditutupi, tapi tetap saja semuanya tidak bisa dibohongi, doy yakin itu karena ulahnya, dan dia benar benar menyesal

“sorry, tadi ada urusan sebentar jadi mampir kesana dulu” ucap perempuan itu pelan sambil duduk dihadapan doy tanpa menatap seseorang yang ada di hadapannya.

“Dir...maaf.” ujar doy

“Langsung aja”

“Dir, tapi semuanya salah paham. Kamu janji maafin aku ya?”

“Gimana gue mau maafin? gue bahkan belum denger penjelasan dari mulut lo?” Ucap dira tegas yang sontak membuat doy terdiam sejenak.

“Oke, aku bakalan jelasin semuanya, aku harap kamu bisa mempertimbangkan ini buat keputusan kedepan yang bakal kamu ambil.” Ucapnya menarik nafas panjang

Doy kemudian perlahan lahan menjelaskan semuanya secara detail dan rinci, dari apa yang dia lakukan pertama kali sampai kesalah pahaman itu terjadi.

Dira mendengarkan dengan seksama, dia tertegun, karena dari apa yang sudah disampaikan oleh cella malam itu percis sama dengan apa yang disampaikan doy hari ini.

“Udah, itu semua penjelasannya, please aku mohon, percaya aku dir.”

Dira menghela nafas. “Tapi kenapa rania malah ngomong sebaliknya?” Tanya dira yang sontak membuat doy kaget, karena dia tidak tahu apa apa dengan semua itu.

“Maksud kamu? Rania malah memutarbalikkan fakta?” Tanya doy dan dijawab anggukan oleh dira.

“Kamu harus percaya aku kalo gitu dir, aku gatau motif rania apa sampai dia harus bicara kaya gitu, kamu tau kan rania pacar sahabatku sendiri? Gak pernah ada niat sedikit pun untuk ngerebut apa yang jo punya.” Ujar doy meyakinkan

Dira diam sejenak, sambil menyeruput minuman yang dia pesan.

“Dir, please give me a second chance, i’ll prove it to you.”

“Doy, i have heard about your explanation from cella. Dan hari ini, lo buktiin kalo lo ga bohong, penjelasan lo bener bener sama kaya rekaman yang cella kasih ke gue, tapi gue ragu sama lo doy, gue pengen stop sama semua ini..” ucapnya

“Jadi? Kamu mau kita sampe disini? Dan gak ngasih kesempatan kedua?” Tanya doy ragu

“Gue belom selesai.” Ucap dira

“Astaga, maaf.”

Dira menarik nafas panjang, kemudian mulai menatap mata orang yang daritadi memandanginya.

“tapi itu kemarin, sekarang gue maafin lo, dan gue kasih lo kesempatan lagi, but its your first and last chance.” Ujar dira yang kemudian membuat doy kembali bersemangat dan beranjak dari kursinya untuk memeluk perempuan yang ada dihadapannya.

“Thankyou dir..”

(Kali ini beneran doy yang meluk duluan😋)