poseidoonss

WARN : FRONTAL, CRINGE.

selamat siang, selamat datang di layanan drive thru mcd, ada yang bisa kami bantu?

suara intercom berbunyi nyaring menyadarkan kedua insan yang sedari tadi berpandangan selama mengantri menunggu giliran mereka.

“mau pesen apa sayang?” bara bertanya dengan tangannya yang sibuk mengusap jemari yang lebih kecil.

“panas 2 aja, terus sama mc flurry oreo. kamu jangan minum soda, minumnya air mineral aja”

bara mengangguk, lelaki jangkung itu kemudian mengeluarkan kepalanya sebatas kaca untuk menyampaikan pesanan mereka,

“mba, mau panas 2 nya 2, terus mc flurry oreonya 1 sama mineral waternya 2”

baik kak, saya ulangi ya? panas 2 nya 2, mc flurry oreo 1 sama mineral waternya 2. apakah sudah betul kak?”

bara menganggapi dengan sepatah kata “iya mbak” 

totalnya Rp. 124.500,00 ya kak

mendengar totalan yang harus dibayar, bara dengan cekatan mengeluarkan dua lembar seratus ribuan dari dompetnya untuk ia serahkan kepada sang pelayan drive thru tersebut.

uangnya Rp. 200.000 ya kak

bara hanya mengangguk, mengalihkan kembali pandangannya kepada lelaki mungil disebelah sembari mengambil uang kembali dari sang kasir.

terimakasih kak

“sama sama mbak”

setelah mengucapkan terimakasih dan mengambil pesanan, kedua sijoli itu kini telah duduk santai di dalam mobil cr-v milik bara dengan aga yang sibuk membuka flip table bagi keduanya.

“taruh makanannya disini”

bara menurut, meletakkan semua pesanan mereka tadi sembari memperbaiki posisinya menghadap aga “sayang, siniin tangannya coba”

aga yang sedang sibuk mengatur makanan dihadapannya hanya berdecak malas sebelum memberikan tangan kirinya untuk digenggam bara, lelaki itu bahkan gemar sekali menyisipkan kecupan kecupan halus pada jari jari kurusnya.

“cantik banget kalau lagi fokus gini”

yang dipuji tersenyum malu “coba mulut kamu tuh dipakai untuk hal hal yang bener. jangan bisanya gombal mulu” 

bara mengerinyitkan dahinya sebentar, tak tahu hal hal benar yang dimaksudkan oleh raga adalah hal baik yang bagaimana

“hal hal baik apa? mulut aku bisanya dipake buat makan kamu doang” tuturnya dengan frontal.

raga yang menjadi korban dari kata kata frontal yang dilontarkan oleh bara sontak merasakan pipinya memanas, oh tuhan lelaki ini dan mulut manisnya benar benar tidak bisa dihindarkan. “baraaaaa ah! stop hish”

cup cup cup

lelaki leo yang menjadi dalang dari pemberontakan aga hanya tertawa riang sembari mengecupi jari jari mungil milik sang submissive.

“kamu lucu kalau blushing. suapin aku bby, tanganku sakit gabisa dipake makan, bisanya menggengam tangan kamu doang soalnya” ungkapnya dengan nada jenaka yang dibuat buat.

BARA!!!” dihadiahi pukulan pada bisep kekarnya oleh sang pujaan hati.


“makan bara, jangan liatin aku mulu” sungut aga pada lelaki di depannya saat melihat bara sama sekali tidak menyentuh makanannya.

lelaki itu hanya sibuk memperhatikannya makan tanpa melepas tautan tangan mereka yang kalau boleh jujur membuat aga pegal sedari tadi.

aaaaa~ makan! nasinya nangis nanti kalau ga di makan” pintanya dengan tegas tak lupa menyuapkan setangkup nasi juga ayam kepada bara.

yang dimanjakan sontak merasa senang, membuka mulutnya lebar lebar guna menerima suapan dari aga. tangannya tak berhenti mengusap jemari si mungil yang sedang menyuapinya.

adegan suap-menyuap itu terjadi secara berulang hingga tak sadar pesanan mereka tadi sudah raib sepenuhnya. aga bergerak membersihkan meja tersebut kemudian menyimpannya pada dashboard mobil bara.

“sayaaaang, bibir aku berminyak.”

“terus?”

“bersihiiinnnnnnn~“ 

rengekan manja terdengar memekkan telinga, aga yang memang pada dasarnya sudah terbiasa dengan sifat bara yang seperti ini lalu beralih membersihkan bibir tersebut dengan tisu yang sedang ia genggam, menyapu bersih sudut bibir bara yang berantakan seusai makan juga merapihkan jaket denim lelaki leo tersebut sekaligus membenarkan tatanan rambutnya.

bara yang menyaksikan betapa lihainya aga dalam mengurus dirinya dengan berani mengalungkan lengan kekarnya pada pinggang ramping lelaki aries hingga jarak tiada berarti bagi mereka,

“sayang?”

hm?”

“stay with me, ya?”

aga yang sedang sibuk dengan kegiatannya merapihkan tatanan rambut bara sontak terhenti sebentar, tangannya ia gunakan untuk menangkup wajah bara yang posisinya jauh lebih rendah untuk ia kecupi sesuka hati.

cup cup cup

“I will always stay bara, I. Will. Always” katanya dengan sungguh sebelum menyatukan dahi keduanya.

WARN : CRINGE.

setelah adegan cubit mencubit paha tadi, kini kedua sijoli muda itu sedang menikmati waktu bersama dengan menonton tayangan romansa yang tentunya ditampilkan oleh salah satu channel ternama.

bara dengan posisinya yang berada diantara paha raga menjadikan pria leo itu dapat menginvansi kedua kaki jenjang aga hanya untuk dirinya. 

diangkatnya kedua kaki putih nan mulus tersebut ke atas lalu lalu dikecupi sesuka hati.

“baraaaa, jangan cium kaki sama betis mulu ah! kebiasaan ciumnya disitu situ mulu”

namun bara tidak peduli, bukannya melepaskan kaki aga sesuai perintah sang empunya, pria tinggi itu justru semakin memperdalam kecupannya sepanjang garis kaki aga, mengecup dengan sungguh beberapa bekas jahitan yang terbentang hingga membentuk satu garis lurus pada kaki putih milik si mungil.

mmmmhh, muaahhh! ininih kaki ini kalo ngangkang di depan aku, rasanya nagih”

ungkapnya blak blakan saat merasa sapuan pada surai hitamnya kian mengencang 

“baraaaaaa! apaan deh ngomongnya?!”

tapi lagi dan lagi, sang dominan merasa tak perlu untuk menanggapi serbuan yang lebih tua. lelaki agustus itu dengan cekatan mengambil tangan aga yang sedang mengelus rambut hitamnya untuk dikecupi manja,

“tangan ini, gapernah puas buat nampar aku kalau aku salah. gapernah capek juga ngurusin aku, thankyou love.”

aga mengangguk. tangannya yang sedang digenggam bara ia biarkan sedangkan tangan satunya lagi, ia gunakan untuk tetap mengelus surai lembut tersebut dengan sayang.

“baby...”

aga menunduk sebentar guna melihat wajah memelas bara, “hm? kenapa bayik?”

yang dipanggil bayi lalu mengadahkan kepalanya keatas sembari membalas tatapan lembut aga kepadanya, “kiss kiss dahi, mau di cup cup di dahi...”

aga tersenyum gemas, menangkup wajah yang lebih muda lalu menekan pipi tirus tersebut hingga bibir bara maju beberapa senti kedepan seperti sedang merajuk,

“inii anak siapa inicccc??? gumushhh”

CUP!

—lalu setelahnya mengecup ranum tipis itu kilat.

“sayaaaang, kiss kiss forehead nya cepeet”

yang dipinta mengangguk gemas, menundukkan badannya hingga bibirnya dapat dengan bebas menyapa dahi lebar bara, mengecup dahi tersebut dalam sembari merasakan usapan lembut bara pada jari jemarinya.

mmmuaah! udah!”

bara merengut sebentar kala dirasa kecupan pada dahinya terasa begitu singkat. lelaki itu kemudian memajukkan kembali bibirnya sebagai pertanda merajuk,

“nose juga bby, nose nya juga mau di cupp”

aga kemudian mengubah posisinya sejajar dengan bara hingga kini mereka berdua telah berbaring bersama pada kasur raga sembari menatap presensi masing masing.

tangan yang lebih kecil terjulur mengambil tangan bara yang sedari tadi menganggur semenjak mereka memutuskan untuk menatap satu sama di lain di ranjang yang sama  guna memeluk pinggang rampingnya.

“sini pelukk, biar aku gampang kiss kiss nya”

bara mengangguk, pria itu kemudian beringsut masuk kedalam dekapan si mungil, menyamankan pelukan mereka berdua yang hanya ditemani oleh suara tayangan fiksi dihadapan tempat tidur tersebut.

“sekarang cup cup nose nyaa sayaang”

aga mengangguk. mengecup hidung mancung prianya tak lupa mengelus pundak lebar itu perlahan...

cup!

“jangan kecewain aku bara, jangan boong, dan yang paling penting jangan main dua.”

WARN : NSFW, MINORS DNI, CHEATING, MENTIONING SCARS, LOCAL PORN WORDS.

ah ahh ahnn, baraa pelanhh” aga mengeluh pelan saat merasa bara terlalu keras menumbuk titik manisnya.

dua jam sudah mereka bersenggama dan lelaki leo itu tidak memelankan tempo permainannya sama sekali.

“pelan huh? lacur kayak lo ga pantes dikontolin baik baik”

plak!

pernyataan defensif keluar dari mulut sang dominan disambut dengan tamparan keras pada pipi kurus aga yang sedari tadi sibuk mengangkang dihadapan bara.

ahhhh cum cum, yeshh daddy” lengan kurusnya ia kaitkan pada leher yang lebih tinggi membuat bilah bibir keduanya bertemu dengab sengaja, sesapan maut dari bara seolah menghisap semua tenaga si kecil secara cuma cuma.

“bentar, bareng. gue keluar di dalem.“ 

aga hanya mengangguk. sedangkan bara mempercepat tumbukan penisnya pada prostat si manis hingga lelaki tampan itu menjemput putihnya dengan cepat.

“ahh”

“fuck, anal lo candu banget anjing”

raga mengeratkan pelukan mereka berdua saat dirasa bara masih menyemburkan cairan spermanya di dalam sana hingga memenuhi anal merahnya bahkan cairan putih tersebut berceceran hingga ke paha dalamnya.

“keluarnya banyak banget, hm?“ 

bara tidak berkomentar lebih, dominant itu memilih untuk menyembunyikan wajahnya dalam ceruk leher aga sembari menghidu wangi peach dari sana,

drrrt...drrrrt...drrrt

saat sedang menikmati waktu pelepasan bersama sama, aga dikejutkan dengan getaran dari benda elektronik entah milik siapa yang berasal dari bawah tempat tidurnya.

tangannya terulur secara perlahan mengambil benda pipih tersebut lalu kemudian terkejut sebentar saat melihat wallpaper handphone di genggamannya sebelum melepaskan pelukan mereka berdua — ia dan bara.

bara yang mendapati aga bergerak menjauh dari dekapan keduanya tersentak sebentar saat melihat benda pipih di dalam genggaman aga yang merupakan barang privacynya.

“say—”

“ini handphone siapa?” aga bertanya retoris saat melihat bara membeku dihadapannya.

“gue tanya sekali lagi. handphone dengan wallpaper jeklin ini milik siapa, bara wijaya?”

drrrt...drrrt...drrt

sebelum berhasil menjawab pertanyaan raga, benda elektronik itu kembali bergetar dengan nama pemanggil yang sama jeklin cantik 🤍

tanpa menunggu jawaban dari sang pemilik, aga dengan cepat menekan opsi jawab sembari mendengar lontaran kalimat si penelpon “bara?”

hening...

bara? sayang?“ 

mendengar sebutan asing itu di telinganya aga tanpa basa basi melempar pandangan bertanya kepada bara yang hanya mampu menunduk lesu dihadapannya.

sayang? kamu kenapa? daritadi—”

BRUK!!!

PRANG!!!

naas. belum satu kalimat terselesaikan namun benda pipih dengan harga fantastis itu telah hancur berkeping keping dalam sekejap oleh raga nugraha. tanpa rasa takut sedikitpun aga melempar ponsel tersebut hingga membentur dinding dihadapan mereka berdua.

“ag—”

“stop.”

bara mengusak rambutnya kasar saat melihat aga mulai beranjak mengenakan kembali bajunya setelah berhasil menghancurkan benda mahal dengan logo apel tersebut.

“gue bisa jelasin!”

sentaknya pada sang lawan saat dilihat aga hendak membuka pintu untuk keluar.

“gue ga perlu penjelasan—”

LO BISA GAK BERHENTI EGOIS?!”

“LO BISA GAK SETIA SAMA GUE?! GUE CAPEK LO SIKSA TAPI LO GAK PERNAH NEPATIN JANJI SENDIRI. GUE CAPEK BARA, CAPEK!” ungkapnya dengan emosi menggebu gebu serta netra yang berkaca kaca.

aga ingat, ia selalu mematuhi apapun perintah dan permintaan bara. tapi lelaki itu? bahkan hanya satu permintaan dari aga untuknya, namun tidak pernah disanggupi dengan tulus hati.

LO PIKIR GUE SUKA DIKEKANG? GUE GAK SUKA LO KURUNG DALAM SANGKAR LO SENDIRI!

kini giliran bara, giliran dirinya untuk melemparkan boomerang kepada raga. bara itu berjiwa bebas, semakin digenggam maka semakin besar kekuatannya untuk memberontak.

namun raga tak mau kalah, langkahnya ia bawa sejajar dengan bara kemudian,

PLAK!

PLAK!

PLAK!

PLAK!

menampar lelaki itu berulang kali dengan kekuatan penuh hingga wajah tampan bara menghadap kesamping tanpa berani menoleh.

“lo pikir gue apa? lo pikir cuma lo yang gak suka diatur ini itu? kalau lo inget, lo hampir bunuh gue bara. setiap hari rasanya gue takut buat ketemu sama lo karena mungkin, bisa aja, itu terakhir kalinya gue jatuh cinta sama lo.”

“lo pikir gue bisa sabar sampai mana bara? empat tahun gue tahan di sisi lo tanpa ada siapapun yang ada di pihak gue.”

pungkasnya telak sembari menekan dada bidang pria dihadapannya. kali ini aga mengaku, ia tidak bisa mentolelir jika memang benar ada orang lain dalam kehidupan bara.

kancing bajunya ia lepaskan satu persatu hingga kini mereka berdua sama sama telanjang, aga menangkup wajah bara, pandangan lelaki leo itu ia arahkan lurus menuju dirinya hingga bara dapat melihat bentuk tubuhnya yang sekarang,

“lo liat ini? liat! ini perbuatan siapa hah? perbuatan siapa sampai gue harus dapet 50 jahitan di tubuh gue sendiri? perbuatan siapa bara? jawab gue...” nada suara aga melirih di akhir. menyandarkan tubuh kurusnya pada bahu lebar bara sembari mengarahkan tangan kasar lelaki itu menuju beberapa titik jahitan tebal sepanjang pinggang hingga paha dalamnya.

“perbuatan siapa? jawab...” tanyanya menuntut jawaban.

“gue...” yang lebih tinggi menjawab pelan.

“biarin gue pergi, ya? lo udah punya jeklin—”

sebelum raga mampu merampungkan kata kata perpisahan, bara lebih dulu terduduk di hadapan lelaki mungil itu seakan memohon kepada pria aries tersebut.

“jangan. gue gak mau lo pergi, gue gak bisa, gak bisa raga, jangan tinggalin gue. gue bisa hancur tanpa lo”

aga menggeleng, menghapus jejak air matanya perlahan lalu sesudahnya mengangkat bahu lebar bara perlahan,

“lo bisa—”

“gak. gak bisa, gak akan pernah bisa. gak mau, gak mau...” lagi. bara memohon dengan gelengan kepala seperti anak kecil yang tengah merengek. lengan kekarnya ia lingkarkan pada tubuh kurus aga hingga lelaki mungil itu tidak dapat bergerak bebas.

“kalau lo tinggalin gue, lebih baik gue mati. gue gak bisa, gak bisa raga, gak bisa...” pintanya mati matian sambil melesakkan kepalanya pada ceruk leher si mungil.

aga? tak banyak yang dapat ia lakukan, matanya sudah terlalu lelah jika dihabiskan hanya untuk menangisi bara semalaman.

“gue—”

“janji gak akan main dua lagi. janji mau setia sama aga, serius.” ungkapnya penuh harapan, menanti jawaban aga dengan sabar bara mengencangkan pelukannya pada raga dengan sengaja.

aga membalikkan tubuhnya menghadap bara hingga hidung mereka bersentuhan, bertanya dengan nada lemahnya kepada sosok yang tengah memeluknya kini “janji?”

bara mengangguk yakin, “janji.“ 

—lalu setelahnya mengusakkan hidung keduanya manja.

WARN : KISS!

selesai berpamitan dengan para sahabat karibnya, kini bara sudah sampai pada teras cafe tersebut yang menampakkan pemandangan yang cukup memancing emosi.

pemandangan dimana lelakinya bercengkrama ria bersama temannya yang lain sembari memandang langit malam bersama.

melihat hal itu, bara tak sadar mengepalkan tangannya marah, berjalan menuju kedua manusia adam tersebut lalu melingkarkan tangannya posesif pada bahu sempit yang lebih mungil membuat yang dirangkul tiba tiba terkejut sebentar,

“eh? udah selesai by? kenapa gak wa aja?” tanya aga basa basi saat merasa hawa disekitarnya sudah mulai memanas. bara dengan tatapan tajamnya dibalas oleh haikal dengan sorot tak mau kalah.

“hm? gaperlu, kan deket. udah lama di dalam jadi kangen sama lo, kiss dulu sini.”

mendengar perintah yang lebih muda tak ayal membuat aga bersemu merah namun tak ada alasan untuk menolak, tangannya ia kalungkan pada leher bara lalu berjinjit sebentar guna meraih ranum cherry tersebut —

CUP!

—lalu setelahnya mengecup belah bibir kesukaannya dalam durasi yang cukup lama. tidak ada pagutan, kedua belah bibir tersebut hanya menempel namun mereka sama sama menekan gumpalan daging satu sama lain hingga menimbulkan kesan yang cukup romantis.

membuat haikal memandang keduanya dengan tatapan tidak mengerti dibalas dengan seringaian tipis oleh bara.

“bwaraaa udwaggh” 

CUP!

selesai mengatakan perintah tersebut dengan pangucapan yang rumpang, akhirnya pagutan mereka berdua terlepas, menimbulkan senyum manis dari sang submissif kepada dominan nya.

“udah! ga enak sama ka haikal tau..” aga berucap malu saat menyadari bahwa mereka berdua telah bercumbu dihadapan salah satu sahabat karib bara.

namun lelaki itu mana peduli, bukannya beranjak dari sana, bara justru mengeratkan rangkulannya pada pinggang ramping aga sembari mengecup dahi mulusnya pelan.

“ayo pulang, sayang.” ucapnya tegas dengan menekankan panggilan sayang pada aga membuat haikal hanya mampu tersenyum miring.

“dasar labil.”

WARN : TOXIC RELATIONSHIP,  TOXIC BEHAVIOR, TOXIC CONVO, TOXIC FRIENDSHIP, SEMI-VIOLENCE, HARSHWORDS.

tongkrongan bara malam ini agaknya sedikit lebih ramai dari biasanya. jika biasanya hanya mereka berempat atau berlima, hari ini sekumpulan pria tampan yang digandrungi satu universitas neo berkumpul dalam satu agenda yang sama.

“woi woi, liat musuh di depan lu anjing”

“BENTAR BANGSAT BENTAR LAGI CHICKEN ANJING—”

begitulah celotehan yang menemani malam perkumpulan mereka ditengah cahaya remang yang menemani. bara dengan kedua jarinya yang sedang mengapit rokok memainkan game online tersebut sembari melingkarkan lengan satunya lagi pada pinggang ramping aga.

“sayang, udahan rokoknya. lo ga takut mati apa?”

namun bara seakan tidak peduli, lelaki itu justru menghembuskan kepulan asap nikotin asap tersebut kepada aga “bacot, diem.”

dan ya, aga hanya kembali membisu sembari menyaksikan pria sexy itu memainkan game ponselnya bersama beberapa makhluk adam lain dengan tangannya yang senantiasa mengusap lengan bara pada pinggang kecilnya.

“gue out dulu lah, mau ngebakso” kata dywne sembari berlalu dari hadapan mereka.

mendengar salah satu kerabatnya berhenti sebentar membuat yang lain seakan kehilangan minat yang sama, mereka justru memilih menghisap nikotin beracun tersebut dalam situasi tenang nan temaram.

“udah makan belum? mau gue ambilin gak?”

bara menggeleng namun setelahnya mengangguk singkat “yaudah sana, jangan lama lama”

aga mengiyakan perintah tersebut kemudian bangkit dari acara peluk-memeluk singkat yang sempat terjadi diantara mereka tadi.

“ANJAAAY, diambilin makanan bosq” eros berceletuk penuh canda disusul dengan nada mengejek dari empat sisanya.

“mii gii imbilin gik? sok manis banget anjrit, untung mulus beneran HAHAHAHAH” si tampan dengan surai hitam tertawa lebar menyambut candaan tersebut dengan baik seakan akan itu adalah hal yang lumrah.

“bisa diem gak? lo kalo iri bilang aja gil, gausah julid sama aga.” ujaran haikal seakan menghentikan waktu untuk sementara, membuat keadaan menjadi canggung.

— “sadar diri lo pada anjing, kalau gaada aga udah lama di drop out, otak kopong aja gayanya kalau ngomongin orang selangit.” jelasnya kemudian masih dengan nada dingin.

bara yang melihat itu hanya tersenyum sinis. ayolah sekalipun haikal membela aga hal itu tidak akan mengubah presepsi mereka yang hanya menganggap aga sebagai sebuah taruhan murah.

“eh? kok pada diem? gak mau bakso juga? kalau mau gue ambilin nanti” aga datang membawa se mangkuk bakso pada tangan kirinya bersama satu botol a*ua sedang di tangan kanan lainnya.

“gak usah ga, kita semua bisa sendiri nanti” jawab haikal.

“kalau gitu gue sama bara makan duluan ya?“ 

mereka bertiga hanya mengangguk samar. merasa bersalah karena sudah membicarakan aga sebegitu buruknya padahal lelaki mungil ini begitu baik.

“makan sendiri apa mau disuapin?”

“lo pikir gue—”

“oke gue suapin”

bara sudah akan mencengkram tangan pria aries itu kuat sebelum aga mendesis pelan “habis ini lo puas pukulin gue diluar, tapi gue suapin, ya?”

lalu setelahnya cengkraman itu mengendur tergantikan dengan pandangan masam lelaki tersebut “awas kalau lo boong”

aga menggeleng. meniup bakso bersama kuah gurih tersebut beberapa kali sebelum menyuapkannya kepada bara,

“aaa~ awas panas”

tangannya bahkan dengan telaten membersihkan beberapa keringat yang kerap kali bermunculan karena pedasnya kuah bakso yang diracik oleh bara sendiri tak lupa membersihkan sisa sisa kuah yang menyebar pada sudut bibir pria leo tersebut. 

“ayo habisin, abis ini jangan lupa minum air”

—pintanya dengan halus saat melihat suapan terakhir pada mangkuk bakso tersebut kepada bara.

sembari menunggu bara menghabiskan teguk demi teguk pada minuman yang ia sediakan, haikal datang menghampiri mereka dengan sepiring bakso lainnya yang di duga untuk dirinya sendiri.

“lah ga, lo ga makan?”

aga menggeleng, “nih udah kak, makan sisaannya bara aja, biar gak mubadzir juga” katanya sambil tersenyum manis.

haikal mengangguk mengerti, “jangan terlalu manjain bara. kalau dia udah bisa ngelakuin segala sesuatunya sendiri, tinggalin aja.” pungkasnya sinis sembari menaruh perhatian pada bara yang kini mulai tersulut emosi terlihat dari binar matanya yang bergulir kesana kemari.

“maksud lo?” lelaki leo itu melayangkan pertanyaan dengan cukup sinis. aga yang mulai mengerti dengan situasi tidak kondusif dihadapannya bergerak untuk menenangkan bara—mengusap lengan kekar lelaki itu perlahan sembari memeluknya manja,

“gausah di denger, ka haikal cuma bercanda. gue ga kemana mana, kecuali lo sendiri yang nyuruh gue pergi.”

WARN : semi nsfw content, minors DNI, cockwarming scene.

“aah, udahhh sayang, geliii” aga bersungut kala dirasa lidah sang dominan semakin piawai dalam mengecap leher jenjangnya.

namun seakan tuli, bara sama sekali tidak mendengar keluhan aga untuk berhenti. lelaki tinggi itu justru semakin mengeratkan pelukannya pada si manis sembari mengecup leher jenjang itu penuh nafsu.

posisi mereka yang dapat dikatakan nyaman untuk sekarang — bara yang memangku aga pada seat pengemudi cukup membuat  keadaan keduanya menghangat ditengah hujan badai yang menerpa jakarta.

“eumhhhh baraa udah ah! leher gue penuh sama liur lo!”

“nggak peduli, leher lo candu”

bara mengeratkan pelukannya pada pingang ramping aga, menatap binar bintang itu dengan lembut sembari menyatukan kedua belah bibir mereka. pagutan demi pagutan terjalin mesra, ranum yang lebih kecil menjelajahi seisi mulut sang dominan tak lupa mengalungkan tangan rampingnya pada bahu lebar sosok bercinta.

eumhhh

bunyi kecapan nyaring terdengar membuat mereka berdua berhenti sejenak lalu tertawa bersamaan menyadari tingkah cabul mereka yang kelewat batas saat sudah bertemu satu sama lain.

“mau ngejatah,hm?” aga bertanya sembari menyingkirkan helaian rambut bara yang kini telah memanjang.

“lagi mau yang anget anget aja, tapi males gerak” 

“kalau gitu, cockwarming aja, gimana?”

yang lebih muda mengangguk, “lo duluan lepas celananya, gue gampang”

mendengar perintah bara, aga dengan segera berpindah posisi pada kursi penumpang, menjulurkan kedua kaki jenjangnya sembari membuka celana training yang ia gunakan,

namun saat sedang sibuk dengan kegiatan melepas baju, aga dikejutkan oleh bara yang tiba tiba mencengkram lengan kurusnya pelan,

“gue baru tau bekas jahitannya sampai ke paha?”

ah, aga mengerti. rupanya bara merasa heran dengan jahitan memanjang pada kakinya yang sebenarnya disebabkan oleh lelaki leo itu sendiri.

he'em, makanya kalau mau ngejatah gue selalu bilang sama lo buat gelapin lampu kamarnya. gue malu kalau lo liat bekas jahitannya ternyata sepanjang ini...” setelah menjelaskan, kepalanya tertunduk dalam dalam menyiratkan rasa malu luarbiasa karena akhirnya bara tahu kekurangan fisiknya yang telah ia simpan rapih rapih selama ini.

tapi bara tidak ambil pusing. lelaki itu justru menuntun tubuh yang lebih kecil untuk naik di pangkuannya, “gue ga peduli sama bekas apapun itu. hak lo mau nyembunyiin atau gimana. dengan cara lo masih betah sama gue sampai sejauh ini aja gue udah berterimakasih.” tuturnya panjang lebar.

aga hanya mengangguk, mengalungkan kembali lengannya pada bahu lebar bara sembari menunggu lelaki itu melepaskan kaitan celana jeansnya. jemari lentiknya terjulur memperbaiki letak rambut bara yang mencuat kesana kemari karena lelaki itu kadang tidak peduli dengan tatanan rambutnya.

“sekarang kalau mau keluar, biasain sisiran. ini rambutnya berantakan banget coba?”

lagi, bara tak menunjukkan reaksi apapun. anak bungsu dari keluarga wijaya itu kemudian memerintahkan submissive nya untuk mengangkat panggulnya sedikit lebih tinggi “ngangkang dulu bentar, gue daritadi agak susah buka ikat pinggangnya.”

yang dipinta tak kunjung menurut, gemas dengan tingkah bara yang terlalu lamban walau hanya sekedar membuka ikatan celana,

“lepas tangannya, biar gue yang lepasin. hal kayak gini aja gabisa, dasar manja” 

ctek

—lalu setelahnya pengait gesper itu terlepas, menampakkan batang penis dominan tersebut hingga membuat aga kadang meringis nyeri.

“gue masuk ya?”

aga mengangguk, mencengkram bahu bara perlahan kian dirasa kepala penis itu mulai menyapa lubang analnya,

“sshhh, pelan pelan”

jleb!

dalam sekali dorongan, kini penis itu sudah tertanam sempurna pada liang surganya membuat aga mendesah sebentar 

“emhhh”

“fuck, sempit banget anjing”

“sst. mulutnya!“ 

keduanya lalu terdiam, aga menikmati bagaimana penis bara menginvansi lubang sempitnya, sedangkan bara menikmati hangatnya jepitan aga di dalam sana.

“peluk?” aga menawarkan, bara hanya mengangguk, mengalungkan kedua lengan kekarnya pada pinggang ramping aga sembari menyenderkan kepalanya pada bahu yang lebih tua dengan aga yang sibuk mengusap bahu lebarnya perlahan, tak lupa membubuhkan kecupan singkat pada pelipis bara.

“gue kadang pengen kita begini selamanyaaa, kayak, nggak ada adegan pukul pukulan, nggak ada teriakan sama sekali. just two of us who hugged each other tightly.” kata aga dengan nada menyendu yang di dengar oleh si bara tanpa mengeluarkan reaksi apapun, karena baginya mustahil bila aga dan ia dapat bersama dalam situasi yang tenang tanpa belenggu toxic dari salah satunya.

“jangan ngarep, lo cuma pilihan kesekian dari banyaknya orang di hidup gue. jangan berlebihan karena gue gamau tau sama rasa sakit lo, paham?”

WARN : kiss!

cup

cup

cup

kecupan ringan di daratkan pada dahi mulus bara oleh aga, tangan yang lebih kecil terjulur mengusap helaian hitam legam itu perlahan.

“lo kenapa sih kasar banget? kayaknya kalau tangannya belum kena gue tuh belum pas aja gitu”

bara mengadahkan kepalanya ke atas, memaku pandangannya pada aga lalu mengecup tangan lentik itu halus,

“gatau, setiap kali lo ga nurut ya emosi gue bakal kepancing terus, apalagi lo bukan tipe penurut. makin makin jadilah emosi gue.”

“ih! tapi kan gue emang gasuka diatur baraaa. yakali peluk aja gaboleh?”

aga menjauhkan dirinya dari jangkauan bara, membuat lelaki leo itu mau tak mau harus menahan pergerakannya dengan memeluk perut rata berbalut crop top itu dari belakang,

“yaudah yaudah, abis ini bebas mau apa aja. tapi inget, di depan yang lain selain cirlce gue, gaboleh. ok?”

aga mengangguk gemas, mengecup ranum bara kilat setelahnya tersenyum malu

“hihiii, thankyou daddie”

WARN : abusive relationship, harsh words, mental abuse, toxic behavior, violence act.

FLASBACK.

plak! 

plak!

bugh!

bugh!

dua tamparan disusul dua pukulan telak pada wajah dan bagian punggung aga menjadi saksi bagaimana jahatnya bara memperlakukan lelaki mungil ini tanpa perasaan sedikitpun.

“udah gue bilang apa?” nadanya terdengar dingin, sinis, serasa tak sudi bila dijawab oleh pria mungil dihadapannya.

telapak tangan bara mencakup dagu yang lebih kecil sembari meludahi wajah itu tanpa segan.

tcih

“gue bilang apa tadi, hm? GUE BILANG APA TADI BANGSAT?!” teriaknya tepat dihadapan aga membuat lelaki mungil itu tak palang ketakutan. 

ia sudah sering dihadapi dengan kemarahan bara, namun kali ini rasanya berbeda karena lelaki itu menghardiknya di dalam toilet pria yang sudah pasti menimbulkan kericuhan tanpa disengaja.

“dasar tolol! emang semua kelakuan tuh sama aja, gapernah berubah! otaknya gapernah dipake, anjing!” makiannya kian kasar disambut dengan reaksi aga yang hanya diam membisu, dia sungguh ingin menbantah, dia ingin kembali memukuli wajah tampan itu tapi entah kenapa ia selalu ragu, selalu tidak bisa.

langkahnya dibawa maju, aga mendekat pada bara, menangkup wajah bak pangeran itu di dalam tangkupan jari jari kecilnya sembari mengusap kulit wajah itu perlahan,

“hei, liat aku. liat aku sayaang, aku jelasin, ya?”

bara tak kunjung menoleh, namun aga dengan segala keberaniannya justru memeluk tubuh kaku itu dengan paksa walaupun tidak mendapat balasan,

“aku tuh cuma gamau semua orang ngeliatin kamu kayak gitu. lagian, im just holding your hands babe, im not kissing you in front of them, emang aku salah—”

sebelum semua drama ini semakin menjadi, bara memutuskan untuk melepas paksa pelukan pria mungil tersebut sembari menggerutu kesal,

“jelas salah! lo tuh cuma temen ngewe doang, jangan sok paham sama perasaan gue! lo bukan siapa siapa! tugas lo cuma ngangkang dihadapan gue, paham?”

—lalu setelahnya berjalan meninggalkan aga dibelakang sana dengan keadaan hati yang berantakan, menyedihkan.

cw : kiss!

“selamat pagi bara ganteeengg!” aga menyapa ceria ketika melihat sosok bara yang datang menjemputnya pagi ini terlihat begitu tampan dengan setelan denim nya.

bara yang melihat itu hanya balas tersenyum, 

“pagi sayang” setelahnya memeluk aga dengan nyaman seperti rupanya sepasang kekasih.

“tumben banget bawa KLX?” aga bertanya kepada bara yang sibuk memaikan helm pada kepala mungilnya.

“abang bawa yang pcx, jadi yaudah tukeran”

aga mengangguk.

“ayo naik, pelan pelan” setelah itu bara membantu aga menaiki tapakan kakinya pada kuda besi tersebut hingga kini posisi mereka sudah berboncengan dengan nyaman.

“gue peluk ya by?” aga bertanya sembari mengalungkan lengannya pada pinggang yang lebih muda beberapa bulan.

bara mengangguk sembari menolehkan wajahnya kebelakang, “tapi inget, sampai depan gerbang udah harus dilepas”

aga mengiyakan permintaan lelaki leo dihadapannya ini lalu,

cup!

mengecup bibir plumnya sekejap sebelum mereka berangkat meninggalkan pekarangan rumah aga.

“belum dapat morning kiss, hehe”

WARN : implicit nsfw

“anjaaay datang sama doi nih” gil bersuara tatkala melihat bara datang bersama teman istimewa nya.

sedangkan bara hanya diam tak menanggapi, sibuk dengan lelaki yang sedang bergelayut manja pada lengannya.

“duduk disana aja ya? disini penuh asap rokok, ga baik” katanya memperingati.

namun bak lintah yang menempel pada objeknya, aga tidak mau pisah barang se-inchi pun dari bara, “deket lo aja, gue belum biasa sama yang lain”

bara hanya mengangguk. tangannya ia eratkan pada pinggang ramping si manis yang dihadiahi siulan mengejek oleh para rekan sepermainan.

“kalau pacaran jangan disini cok, kasian pada jomblo semua”

lagi, bara dan aga tak menaruh perhatian sama sekali. kedua sijoli itu sibuk dengan dunianya masing masing, bara yang sedang menghisap sigaretnya memangku aga dengan mesra sambil sesekali melayangkan kecupan ganas pada leher yang lebih tua.

“WOIIII KALAU MAU NGEWE JANGAN DISINI BANGSAT!” ucap bryan anarkis melihat aga yang mulai mengalungkan lengan kecilnya pada leher bara sembari mengucapkan kalimat yang membuat mereka semua tercengang,

“udaaah sayaaang, nanti lagi di kos, okey?”