poseidoonss

warn! bxb, sex scene, anal sex, unprotected sex, minors back off.

Zoud melangkahkan kaki nya masuk kedalam sebuah flat kecil yang ditinggali Jude, lelaki incarannya.

Lelaki dengan perawakan bak american boy itu menyambangi kamar yang lebih mungil, mendapati jude sedang duduk membelakanginya tepat di depan meja riasnya dengan kemeja oversized yang mungkin saja tembus pandang.

Dari sudut pandangnya Zoud dapat melihat punggung mulus Jude dilengkapi dengan bahu sempit yang sangat cocok bila disandingkan dengan proporsi tubuhnya.

“Sedang bersiap-siap huh?”

Katanya sembari memeluk tubuh kecil itu dari belakang, melayangkan ciuman seringan kupu-kupu pada pelipis yang lebih kecil.

“Hm, you know I will giving my best for you..”

katanya sembari membisikkan kalimat seduktif pada zoud yang tentu saja sudah terangsang dengan hanya melihat perangai putih mulus tersebut.

— “Daddy”

“Jadi, daddy untuk malam ini? Bukan master?”

Kata zoud sembari menggendong tubuh jude ala bridal style membuat lawan bercinta dapat mengecup bebas dada bidangnya yang tak tertutupi apapun. “heumm, daddy untuk malam ini”

mendengar itu zoud dengan segala kegemasannya mengecup permukaan dahi jude hingga pria itu terkejut.

“Ish! Aku kaget tauuu!”

“Alright alright, sorry baby.”

Zoud kemudian menidurkan tubuh langsing sang terkasih dengan hati-hati meneliti bagaian wajah Jude dengan rinci seakan Jude adalah keturunan aphrodite.

“Why you always be this beautiful hm?”

“Because Im all yours”

Zoud terkekeh “benarkah?”

Jude mengangguk manja, mengalungkan kedua lengan langsingnya pada leher jenjang zoud hingga netra mereka berdua bertatapan dengan sungguh, mengaggumi betapa indahnya diri satu sama lain dari temaramnya lampu di dalam ruangan tersebut.

Semuanya dimulai, sang dominan dengan penuh cinta menciumi kening sang submissive disambut dengan kecupan pada kedua belah pipi pualam yang begitu chubby nan menggemaskan setelah itu diikuti dengan kecapan paling inti yang dinanti.

Kedua belah bibir itu awalnya hanya menempel ketika Jude memutuskan untuk mengusapkan jemarinya pada rupa zoud dari situlah ciuman panas mereka berawal.

Zoud mulai mencumbu leher jude dengan sangat agresif, membuat lelaki itu tak berhenti mengeluh kenikmatan.

“Aah, tuanhh”

“Why? You like it?”

“So much.” jawabnya dengan penuh percaya diri sembari memeluk leher yang lebih tua

Ughhh tuanhh

Ini bukan yang pertama untuk keduanya namun entah mengapa mereka berdebar untuk saat ini.

Setelah 10 menit fokus mencumbu leher jude, dominant gagah itu berpindah ke daerah dada Jude. Kegiatan meremas dan mengecup dada sang submissive tidak dapat dihindari. Dia bahkan menghisap dan memilin nipple Jude.

Ooohhh! yessh!

Mm-morrehh daddyh” desahannya berlanjut dengan kepala yang didongakan keatas, memamerkan leher jenjang nan berkilau seakan memanggil zoud untuk menghabisinya sekarang juga.

“I want moreeeh..ahhn

Jude begitu histeris ketika zoud memainkan nipplenya. Itu hal baru yang sangat nikmat untuknya dan jude menyukai itu.

Bosan dengan posisi bercinta yang terlalu monoton zoud akhirnya membalikkan posisi mereka, dengan jude yang memimpin permainan kali ini, uke on top.

Ride me

Jude mengangguk, setelahnya lelaki dengan tubuh langsing bak supermodel itu menjatuhkan dirinya pada pangkuan zoud dalam sekali hentak membuat lubangnya seakan dirobek dengan paksa untuk menerima penis sang pelanggan baru.

Aaah, pleasehh

“What?”

“Perutku,hhh” jude mengeluh sembari mengelus perutnya yang sedikit menonjol tanpa mengenakan atasan apapun.

Zoud terperanjat, lelaki dominant itu kemudian menahan pinggang sang submissive.

“If you can’t do this just don’t force yourself pretty”

“Nah, I can do it. Be gentle, please.”

Zoud kemudian mengelus pinggang ramping itu dengan sayang sambil sesekali mengecupi tulang selangka yang lebih kecil.

“Ready?”

Jude mengangguk.

Zoud membantu Jude mengangkat pinggangnya sedikit sebelum—

Jleb

Penis besar itu masuk sepenuhnya kedalam lubang sempit memenuhi presensi yang lebih mungil.

Asshh” jude melenguh pelan saat penis besar itu nyaris memenuhi lubang ketatnya.

“Is it hurt?” zoud bertanya dengan gentle, menghalau helaian rambut si mungil sembari mengecupi dahi mulus miliknya.

“A little”

Jude menarik napas sebelum menggerakan pinggulnya naik turun, memompa penis Zoud dengan semangat seakan mereka masih terikat satu sama lain.

Tak jarang submissive dengan tampang bak rubah cantik terus memutar pinggulnya ke kiri dan ke kenan sehingga kenikmatan yang didapati sang dominan bertambah beberapa kali lipat.

Penis Zoud seakan diremat dengan kuat dan agresif oleh anal si manis.

“Aah Jude, why can you be this delicious, huh?”

U-uh because im yours.”

Tak perlu waktu lama, Zoud membalikkan posisi mereka dengan dirinya yang berada diatas Jude tanpa melepskan tautan tubuh mereka dibawah sana.

Ahhhh Zoudhh lebih dalam.” Jude membusungkan dadanya dan menekan kepala Zoud agar lebih dalam menyentuh nipple nya. Menggigit dan menggoda dengan lidahnya dan juga jarinya yg memilin satunya.

Shhh ahhh Zoudhh.. terushhh.”

Zoud mendongak dan melihat bagaimana wajah Jude yg sangat menggoda birahinya saat ini.

Semakin kebawah, dan Zoud menggelitiki pusar Jude dengan lidahnya. Hal itu membuat tubuh Jude menggelinjang kuat.

“U-uh im close daddyhh”

“Together baby”

3 hentakan berikutnya penis Zoud benar benar menyemburkan spermanya hingga membajiri hole pink Jude bahkan sprei yang melingkupi tempat tidur mencetak dengan jelas sebanyak apa pria dominan itu mencapai titik birahinya.

Aaaah!

Selesai dengan pelepasan keduanya, tubuh zoud dengan lekas memeluk tubuh ramping dibawah agar dapat merasakan hangatnya kulit mereka yang berpadu dalam candunya malam indah di pulau hawai antara kedua sosok adam tersebut.

“you’re so amazing, pretty

Jude mengangguk malu, melesakkan tubuhnya kedalam dekapan zoud lalu berbisik pelan “aku menyukai penismu tuan, ayo tiduri aku sepuasmu.”

Dengan sensasi nada yang seolah mendorong keduanya terjerat dalam birahi dan hasrat yang lebih dalam.

warn! bxb, sex scene, anal sex, unprotected sex, minors back off.

Zoud melangkahkan kaki nya masuk kedalam sebuah flat kecil yang ditinggali Jude, lelaki incarannya.

Lelaki dengan perawakan bak american boy itu menyambangi kamar yang lebih mungil, mendapati jude sedang duduk membelakanginya tepat di depan meja riasnya dengan kemeja oversized yang mungkin saja tembus pandang.

Dari sudut pandangnya Zoud dapat melihat punggung mulus Jude dilengkapi dengan bahu sempit yang sangat cocok bila disandingkan dengan proporsi tubuhnya.

“Sedang bersiap-siap huh?”

Katanya sembari memeluk tubuh kecil itu dari belakang, melayangkan ciuman seringan kupu-kupu pada pelipis yang lebih kecil.

“Hm, you know I will giving my best for you..”

katanya sembari membisikkan kalimat seduktif pada zoud yang tentu saja sudah terangsang dengan hanya melihat perangai putih mulus tersebut.

— “Daddy”

“Jadi, daddy untuk malam ini? Bukan master?”

Kata zoud sembari menggendong tubuh jude ala bridal style membuat lawan bercinta dapat mengecup bebas dada bidangnya yang tak tertutupi apapun. “heumm, daddy untuk malam ini”

mendengar itu zoud dengan segala kegemasannya mengecup permukaan dahi jude hingga pria itu terkejut.

“Ish! Aku kaget tauuu!”

“Alright alright, sorry baby.”

Zoud kemudian menidurkan tubuh langsing sang terkasih dengan hati-hati meneliti bagaian wajah Jude dengan rinci seakan Jude adalah keturunan aphrodite.

“Why you always be this beautiful hm?”

“Because Im all yours”

Zoud terkekeh “benarkah?”

Jude mengangguk manja, mengalungkan kedua lengan langsingnya pada leher jenjang zoud hingga netra mereka berdua bertatapan dengan sungguh, mengaggumi betapa indahnya diri satu sama lain dari temaramnya lampu di dalam ruangan tersebut.

Semuanya dimulai, sang dominan dengan penuh cinta menciumi kening sang submissive disambut dengan kecupan pada kedua belah pipi pualam yang begitu chubby nan menggemaskan setelah itu diikuti dengan kecapan paling inti yang dinanti.

Kedua belah bibir itu awalnya hanya menempel ketika Jude memutuskan untuk mengusapkan jemarinya pada rupa zoud dari situlah ciuman panas mereka berawal.

Zoud mulai mencumbu leher jude dengan sangat agresif, membuat lelaki itu tak berhenti mengeluh kenikmatan.

“Aah, tuanhh”

“Why? You like it?”

“So much.” jawabnya dengan penuh percaya diri sembari memeluk leher yang lebih tua

“Ughhh tuanhh”

Ini bukan yang pertama untuk keduanya namun entah mengapa mereka berdebar untuk saat ini.

Setelah 10 menit fokus mencumbu leher jude, dominant gagah itu berpindah ke daerah dada Jude. Kegiatan meremas dan mengecup dada sang submissive tidak dapat dihindari. Dia bahkan menghisap dan memilin nipple Jude.

“*Ooohhh! yessh*!”

“*Mm-morrehh daddyh*“

“*I want moreeeh..ahhn*“

Jude begitu histeris ketika zoud memainkan nipplenya. Itu hal baru yang sangat nikmat untuknya dan jude menyukai itu.

Bosan dengan posisi bercinta yang terlalu monoton zoud akhirnya membalikkan posisi mereka, dengan jude yang memimpin permainan kali ini, uke on top.

“*Ride me*”

Jude mengangguk, setelahnya lelaki dengan tubuh langsing bak supermodel itu menjatuhkan dirinya pada pangkuan zoud dalam sekali hentak membuat lubangnya seakan dirobek dengan paksa untuk menerima penis sang pelanggan baru.

“*A-aah pleasehh*”

“*What*?”

“Perutku,hhh”

Zoud terperanjat, lelaki dominant itu kemudian menahan pinggang sang submissive.

“If you can’t do this just don’t force yourself pretty”

“Nah, I can do it. Be gentle, please.”

Zoud kemudian mengelus pinggang ramping itu dengan sayang sambil sesekali mengecupi tulang selangka yang lebih kecil.

“Ready?”

Jude mengangguk.

Zoud membantu Jude mengangkat pinggangnya sedikit sebelum—

**Jleb**

Penis besar itu masuk sepenuhnya kedalam lubang sempit memenuhi presensi yang lebih mungil.

“*Asshh*”

“*Is it hurt*?”

“*A little*”

Jude menarik napas sebelum menggerakan pinggulnya naik turun, memompa penis Zoud dengan semangat seakan mereka masih terikat satu sama lain.

Tak jarang submissive dengan tampang bak rubah cantik terus memutar pinggulnya ke kiri dan ke kenan sehingga kenikmatan yang didapati sang dominan bertambah beberapa kali lipat.

Penis Zoud seakan diremat dengan kuat dan agresif oleh anal si manis.

“Aah Jude, why can you be this delicious *huh*?”

U-uh because im yours.”

Tak perlu waktu lama, Zoud membalikkan posisi mereka dengan dirinya yang berada diatas Jude tanpa melepskan tautan tubuh mereka dibawah sana.

Ahhhh Zoudhh lebih dalam.” Jude membusungkan dadanya dan menekan kepala Zoud agar lebih dalam menyentuh nipple nya. Menggigit dan menggoda dengan lidahnya dan juga jarinya yg memilin satunya.

Shhh ahhh Zoudhh.. terushhh.”

Zoud mendongak dan melihat bagaimana wajah Jude yg sangat menggoda birahinya saat ini.

Semakin kebawah, dan Zoud menggelitiki pusar Jude dengan lidahnya. Hal itu membuat tubuh Jude menggelinjang kuat.

“U-uh im close daddyhh”

“Together baby”

3 hentakan berikutnya penis Zoud benar benar menyemburkan spermanya hingga membajiri hole pink Jude bahkan sprei yang melingkupi tempat tidur mencetak dengan jelas sebanyak apa pria dominan itu mencapai titik birahinya.

“*Aaaah*”

Selesai dengan pelepasan keduanya, tubuh zoud dengan lekas memeluk tubuh ramping dibawah agar dapat merasakan hangatnya kulit mereka yang berpadu dalam candunya malam indah di pulau hawai antara kedua sosok adam tersebut.

“you’re so amazing, pretty”

Jude mengangguk malu, melesakkan tubuhnya kedalam dekapan zoud lalu berbisik pelan “aku menyukai penismu tuan, ayo tiduri aku sepuasmu.”

Dengan sensasi nada yang seolah mendorong keduanya terjerat dalam birahi dan hasrat yang lebih dalam.

warn : breastfeeding, fake science, MPREG.

hari ini merupakan hari pertama anak dan ibu itu terpisah dari pasangan juga ayah mereka. satunya sibuk dengan berbagai mainan sedangkan yang satunya lagi sibuk memperhatikan si bayi berumur delapan bulan.

“kai hei...”

merasa dipanggil, bayi itu menorehkan kepalanya ke arah zuma, membiarkan mainannya berserakan kemana mana lalu mulai merangkak kepada sang ibu,

hehehehehehe” bibir tipisnya memekik halus saat melihat presensi yang ia idam idamkan kini berada tepat dihadapannya.

“mau di gendong?”

kaito mengarahkan tangannya keatas guna meminta pelukan pada sosok yang telah melahirkannya ke dunia ini.

“aduh aduh, maaf ya moe baru selesai buat mpasinya kai. sini sini, ughh udah berat banget ini si gembul, si gembul kuat nyusu tapi nggak suka mamam” gemasnya pada si bayi sembari mengusakkan wajahnya pada perut gembul kaito.

bayi tujuh bulan itu lalu terkekeh manja dalam pelukan zuma, melesakkan kepalanya dalam ceruk leher pria mungil itu sembari menggumam tidak jelas.

mmmmhhhhh, mmmmmm

“eitsss, nggak boleh bobo dulu. abis ini bobo, tapi harus mam dulu, ya?”

kaito menggeleng heboh dalam pelukan ibunya, “aakkhhhh, hiksssss, mmmmmh” menurutnya kata “mam” dan “makan” adalah frasa paling menakutkan yang selalu ia hindari. ia mungkin belum mengerti, namun setiap kali melihat ibunya mengatakan hal tersebut disambut dengan suapan demi suapan bubur membuat kaito menjadi takut.

zuma menghela napasnya perlahan, kaito itu sangat susah diajak makan tidak jauh berbeda dengan geoffrey yang juga memiliki nafsu makan dibawah rata rata.

kedua lelaki berbeda usia itu bahkan jika mereka hanya meminum air pun sudah dipastikan perut mereka seakan sudah penuh dengan beragam pangan yang nyatanya nihil.

cup cupp, sayangg...baby kai? nggak mau mam? nggak takut moenya nangis?”

kaito serentak menghentikan tangisannya kemudian beralih memperhatikan wajah sang ibu, 

“moe nangis ya? kai nakal soalnya, nggak mau mam” tuturnya dengan raut sedih yang dibuat buat, menjatuhkan setitik air pada bawah matanya seakan akan benar bahwa ia sedang menangis.

hngg!!!” kaito menggeram marah, jika ia sudah bisa berbicara rasanya bayi kecil itu akan langsung menghardik siapapun yang telah membuat ibunya bersedih.

jari jari kecilnya bergerak menyentuh permukaan wajah zuma yang agak basah karena air mata jadi jadian tadi.

“kai nggak mau kan moe sedih nak? makanya kai harus mam, ya? abis mam terus nen, iya?” tanyanya dengan perlahan pada si bayi sembari mengusakkan wajahnya pada jari jari mungil kaito.

akhirnya setelah kurang lebih lima belas menit berperang dengan mood kaito yang tidak stabil karena makanan, kedua presensi berbeda itu kini telah duduk pada satu satunya karpet bulu di dalam ruangan tersebut.

zuma mulai mengambil sedikit demi sedikit bubur labu yang ia campur dengan pure alpukat, meniup mpasi tersebut sekaligus merasakan tekstur juga suhu bubur tersebut apakah sudah aman jika dikonsumsi oleh kaito saat ini juga.

“baby aaaa...”

ibu muda itu kemudian menyulangi bayi tujuh bulannya dengan telaten sambil sesekali bercanda dengan lelaki mungil jiplakan geoffrey tersebut.

aaa...am! pinter, anak moe pinter banget. suapan terakhir, aaaa~“

dengan begitu, usai sudah kegiatan memberi makan bayi kecilnya yang sebentar lagi akan menjadi si sulung dalam keluarga kecil mereka.

cup cup cup! bunyi kecupan itu terdengar nyaring saat zuma dengan tingkat kegemasannya yang sudah diambang batas menyesap pipi kaito hingga wajah anak itu memerah tipis.

“pinternyaaa anak aku, abis ini nen, terus bobo, okey?”

kaito hanya menganga, menatap ibunya dengan tatapan penasaran 'moe ngomong apa? kai nggak ngerti...' begitu kira kira isi pikiran kaito yang tidak tau menau maksud dan tujuan ibunya mengecup pipinya sekeras tadi.

selesai dengan sesi kecup mengecup, zuma — ibu muda itu beralih membersihkan sisa makanan pada sudut bibir kaito sekaligus mengganti pakaian anaknya yang sempat terkena muntahan bubur tadi.

baa? cilup? baaa!!! kaito gemes anak siapa hm? anak ciapa iniii, anak gemecccc!!!” tangannya mungkin bergerak mengganti pakaian kaito dengan telaten, namun bibirnya tidak berhenti mengecup seluruh bagian wajah bayi tujuh bulan tersebut.

“nah, udah ganteng! sekarang nen, terus bobo, ya?“ 

zuma membawa kaito kedalam dekapannya, menyingkap kaus yang ia kenakan sebatas dada, memperlihatkan puting merah mudanya yang langsung dilahap oleh kaito dengan cuma cuma.

“nen terus inii anaknya daddy geo hmmm? makanya ini pipinya hiiiiih pengen moe hap!” lagi lagi sesi gemas itu dimulai kembali dengan zuma yang masih setia memandangi kaito penuh kasih sayang tak lupa mengecup dahi si sulung guna menyalurkan seluruh cintanya, hanya pada kaito.

“kalau udah gede, kaito akan selalu jadi kebanggan moe, you'll always be moe's favorite kai, always.”

warn : breastfeading, mpreg, fake science.

note : I don’t know how that ‘pingit’ supposed to be, so cmiiw ya?

setelah usai dengan berbagai rangkaian pemeriksaan, sepasang kekasih dengan bayi tujuh bulan diantara mereka itu bertolak menuju salah satu tujuan penting mereka hari ini, wedding organizer.

“kenapa harus dekor dulu? kenapa nggak cincin dulu?” zuma bertanya jengkel saat geoffrey memilih opsi yang menurutnya terlalu berbelit jika diurus terlebih dahulu.

“no specific reason sayang. aku cuma mau menghargai daddy philip atas apa yang sudah beliau tawarkan. dan untuk cincin, I think we don’t need the new one because I already prepare it since a long ago.”

zuma mengerinyit heran. persiapan darimananya? selama ini lelaki taurus itu terus bersamanya di rumah tanpa ada pergerakan lain selain rumah sakit dan gedung terapi.

“I don’t buy it babe. I’ll ask mom to use hers, cause she even said it once that if one day I have someone to bring him or her home I can have it as my wedding gift. how do you think?” jelasnya sembari mengangkat cincin berlian itu tepat di hadapan zuma. cincin emas yang dikelilingi oleh beberapa berlian tersebut terlihat begitu rupawan meski bentuknya sederhana.

“pretty. it’s really pretty.”

“just like you, pretty.”

blush

oh tuhan! gombalan apa ini? ia tau geofrrey memiliki banyak pengalaman bercinta namun untuk kali ini tolong jauhkan zuma dari kalimat kalimat manis seperti itu karena dia menjadi lebih sensitif dari sebelumnya.

“UDAAAHHH!!! cepetan masuk gih, nanti mbaknya nunggu kelamaan!”

“cie, malu.” bukannya menurut lelaki yang baru saja pulih dari insiden tingga minggu lalu itu justru semakin mengolok zuma dengan tingkahnya yang menyebalkan.

“MANA ADA, GEOFFREY AWAS KAMU YA!!!”


“I think alddins one will be good, how do you think babe?” geoffrey bertanya sembari membalikkan beberapa katalog dekorasi di hadapan mereka berdua.

sedangkan zuma yang sedang menyusui kaito di dalam nursing cover itu hanya menurut saja daritadi. tapi entah mengapa saat geoffrey menyebutkan tema aladdin pria mungil itu menjadi tertarik.

“terlalu blueish nggak sih ini? lagian setelan kita temanya black and red ge, nggak kontras sama dekornya nanti.”

geoffrey mengangguk mengerti, “kalau gitu yang the gatsby night mau?”

zuma memperpendek jaraknya dengan geoffrey, tangannya menepuk paha kaito perlahan agar tidak terganggu dengan pergerakan kedua orangtuanya.

“I think this is good, fit in to the theme. Should we reserve this?”

yang lebih muda menyetujui tanggapan submissive nya kemudian beralih kepada sang wedding organizer untuk membicarakan detail dekor secara signifikan, membiarkan calon istrinya menyusi buah hati mereka dengan tenang.


melihat zuma yang tengah membereskan beberapa bawaan mereka membuat geo tergerak dengan cepat untuk menyambangi kekasihnya tersebut.

sembari menenteng diaper bag juga bawaan mereka yang lain geofrrey mempersilahkan zuma meninggalkan ruangan tersebut lebih dulu, “silahkan tuan”

zuma terkekeh kecil, “apa deh?”

“I just wanna treat you like the king treat his queen, am I wrong?” pertanyaan retoris dilontarkan sang dominan tak lupa dengan tangan mereka yang sudah saling menggengam dengan kaito di dalam dekapan sang ibu.

“iy—mom, momie?!” pernyataannya seakan tercekat di tenggorokan saat zuma melihat siapa saja yang sudah berada di hadapan mereka sekarang.

ya, sonya dan azura datang menyambangi kedua putra tersayang mereka—

eh udah mau nikah, nggak boleh sering sering ketemu tau. harus dipingit dulu dua duanya, iyakan jeng?” sonya bertanya dengan jenaka, sengaja ingin membuat sepasang orangtua muda tersebut menjalani tradisi turun-temurun dalam keluarga masing masing.

“hah?”

“mom apaansih? aku nggak mau jauh jauh sama zuma!”

menyadari tanggapan kedua orang tersebut berbeda membuat sonya dan azura kerap tertawa senang.

“ayo ikut mom sama momie. nggak ada ketemuan selama tiga hari kedepan jelang pernikaham, paham?”

“MOM!” keduanya membantah dengan serentak. tidak terima dipisah pisahkan seperti ini. lagipula mau dipingit apanya jika zuma saja sudah mengandung anak geoffrey diluar nikah selama dua kali.

“ikut. atau nggak nikah sama sekali? momie bisa—”

“fine, fine.” geoffrey menyerah terlebih dahulu. ia tidak bisa membayangkan jika pernyataan sang ibu menjadi kenyataan. lelaki itu melangkah menuju zuma juga ketiga anaknya yang sedang mengembang wajah murung pada presensi cantiknya.

sesampainya di hadapan zuma yang lebih muda melayangkan kecupan singkat pada dahi masing masing — zuma dan kaito kemudian berjongkok memeluk pinggang pria tercintanya tak lupa mengecup permukaan perut yang masih datar tersebut dari balik busana yang dikenakan zuma, “just three days and you guys will be mine, forever.” ucapnya dengan sungguh.

zuma mengusap surai gelap geoffrey yang masih betah mengusak pada perutnya, “we,ll wait for you, daddy.”

hari ini adalah jadwal pemeriksaan ulang geoffrey. kondisi lelaki itu sudah mulai membaik dengan beberapa gips yang telah dilepas. melihat perjuangan geoffrey untuk pulih selama beberapa minggu ini membuat zuma terharu, pria taurus itu benar benar menepati janjinya untuk tetap bertahan demi zuma juga buah hati mereka, kaito.

“ini bener kamu udah nggak mau pakai kursi roda?”

geoffrey tersenyum “nggak usah sayang. nih liat, aku udah bisa.”

zuma memperhatikan geo dengan sepenuh hati, membantu yang lebih muda berjalan sembari membicarakan hal-hal kecil tak lupa menopang kaito pada gendongan monyetnya. walaupun sedang hamil muda, zuma tidak ingin lepas tangan dari bayi tujuh bulan itu karena ia tahu kaito masih terlalu muda untuk menjadi seorang kakak.

harapannya untuk memanjakan kaito dalam waktu yang lama seakan padam saat ia mengetahui dirinya tengah mengandung empat minggu. tidak, zuma tidak menyesal hanya sedikit kaget/? mungkin karena putra sulung mereka dikaruniai dua orang adik sekaligus pada usianya yang belum genap satu tahun.

“kandunganmu nggak apa sayang?”

zuma menggeleng dengan kaito dalam gendongannya, “sama sekali nggak. lagian kai anak pintar, iyakan nak?”

kaito tergelak riang di dalam pelukan ibunya saat merasa sosok itu seakan sedang berbicara kepadanya. berbeda dengan kaito yang tengah berada dalam suasana hati yang baik, zuma justru memandang bayi tujuh bulan itu dengan sendu, “maafin moe nak. moe janji mau manjain kai lama, nyatanya moe malah ingkar. nggak apa kalau nanti kai marah sama moe.” ucapnya dengan lirih.

geoffrey yang menyadari suasana hati sang calon istri makin memburuk, mengeratkan pelukan mereka diantara para pengunjung poli ortopedi tersebut, “sshh sayang… jangan gitu ah! kai nggak akan bisa marah sama orang yang udah susah payah ngelahirin dia. kalau emang udah takdir, kita nggak bisa apa apa sayang. aku nggak larang kamu mau manjain kai tapi inget, jangan sampai kasih sayang kamu nggak terbagi rata ya?”

zuma mengangguk dalam dekapan yang lebih tinggi, mengencangkan pelukannya pada si kecil sembari mengecupi pipi gempalnya berulang kali, “anak baik, anak ganteng.” tuturnya sungguh pada putra kecil mereka.

tuan geoffrey berthrand?

—banyak berbicang membuat mereka lupa akan tujuan mereka kesini. setelah mendengar namanya dipanggil tiga serangkai yang diketahui sebagai calon keluarga berthrand itu kemudian berjalan menghampiri ruangan dokter sean guna melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

warn : drama.

cklek

“oh...I'm sorry guys. I thought that you two need a time together, perhaps?”

—azura masuk tanpa diduga, disaat yang tidak tepat. zuma melepaskan ciuman mereka berdua kemudian menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher yang lebih muda dengan tangan geofrrey yang masih bertengger apik pada pinggangnya.

“mom...”

“nggak apa sayang, mom paham. yasudah, mom keluar ya?”

sebelum azura benar benar meninggalkan ruangan kedua sejoli itu, zuma sudah terlebih dahulu menahan pergerakan sang ibu.

“disini aja mom, aku sama geo minta maaf udah nggak sopan...”

wanita empat puluh delapan tahun itu hanya tersenyum maklum, haaah anak muda yang sedang di mabuk cinta selalu tidak bisa ditebak. 

zuma membawa ibunya duduk dengan nyaman pada salah satu sofa di dalam ruangan kristal tersebut, berbincang sebentar sebelum azura memutuskan untuk memberitahukan hal yang cukup crucial untuk mereka.

“keadaanmu gimana, ge?”

yang dipanggil tersentak, “masih lemes mom”

wanita paruh baya itu tersenyum — lagi. membawa kedua putranya untuk berada dalam satu dekapan hangat bersama. menyatukan kedua tangan berbeda rasio itu sebelum mengatakan maksud dan tujuannya kemari.

“I know you guys might not asking about this. But I think this is my place to tell you that...”

menghela napas sebentar, azura mengusap genggaman tangan geo juga zuma dengan jemari lentiknya,

“Philip was so sorry to you guys. Me and him had a terrible fight two days ago just because he wants to meets you two and I told him that 'don't you dare to make that happened!' and he was like 'ok I'm not gonna do it. but can you tell them something?”

azura mengalihkan pandangan matanya pda geoffrey juga zuma secara bergantian, menahan kristal beningnya yang sudah akan bercucuran jika ia tidak mampu menahan diri.

“you guys wanna know what is he doing?”

mereka berdua mengangguk,

“he told me ; 'can you told them that I've prepared everything for their wedding on our company hall? tell them that I'll do anything for them. tell them that I'm sorry for anything that I've ever done to them. I'll pick up my things and go. Can you take care of them? promise me that you gonna be ok, with them, and my grandchilds. Can you? I know this might be never enough for them, but if there's something I can do, please tell me then I'll prove it.” tuturnya sembari menahan air mata yang hendak memberontak keluar.

zuma serta geoffrey yang menyaksikan azura menjadi lemah hanya karena perbuatan mereka begitu merasa tidak pantas jika azura masih menjadi benteng keduanya sampai saat ini. mereka melakukan banyak kesalahan dan azura selalu ada untuk membela mereka bahkan dalam keadaan terpuruk sekalipun.

“philip udah siapin semuanya. kalian tinggal bilang mau tanggal berapa, ya? last, tolong bina rumah tangga kalian dengan sepenuh hati. saling menjaga, menghormati, juga mengasihi adalah hal paling penting yang tidak boleh dilewatkan sama sekali dalam pernikahan, paham?”

keduanya mengangguk. menyandarkan kepala mereka pada masing masing bahu kiri dan kanan azura sembari memeluk wanita cantik itu dengan erat.

thankyou mom” ucap zuma juga geoffrey secara serempak.

warn : kiss! mpreg!

beberapa menit kemudian sang dokter bersama para suster pendampingnya datang menyambangi ruangan geoffrey guna memeriksa keadaan lelaki tersebut.

dokter sean — begitu mereka memanggilnya. mulai menancapkan stetoskop pada dada geoffrey, memastikan detak jantung pria taurus itu telah stabil sembari beralih memeriksa pupil mata juga beberapa lebam yang masih menyisa.

“keadaannya belum cukup stabil, tolong diperhatikan agar tuan geo tidak mengerjakan pekerjaan berat terlebih dahulu. kami sarankan untuk menggunakan kursi roda jika ingin berjalan atau bergerak keluar ruangan, luka lebamnya masih cukup basah jadi belum bisa bersentuhan dengan air secara intens — dalam hal ini, mandi. kemudian, pastikan tuan geo meminum obatnya tepat waktu serta istirahat yang cukup.”

zuma mengangguk sembari mengusap surai hitam pekat kekasihnya, “baik dok, terimakasih”

sean tersenyum sekilas, “kalau begitu, kami permisi, dan untuk tuan geo semoga lekas sembuh.”

“terimakasih dok”

setelah perbincangan yang cukup intens akhirnya tahap pemeriksaan pertama selesai.

zuma membantu geoffrey kembali pada posisinya sembari menyiapkan makan malam untuk lelaki itu.

“ayo makan dulu. kamu nggak usah banyak ngomong sekarang. kalau masih lemes jawab aja pakai anggukan atau nggak kedipin mata. nggak usah maksa buat bicara, paham?”

geoffrrey mengangguk. memandang wajah calon pendamping hidupnya dengan bangga. zuma adalah sosok yang ia butuhkan.

banyak orang yang bilang ; kamu tidak akan beruntung jika kamu hanya bisa mendapatkan orang yang butuhkan dan bukan yang kamu mau.

tapi geoffrey akan memutar stigma itu seolah tidak pernah ada dan terjadi. orang yang kita butuhkan dan kita ingini memang mempunyai tempat serta porsi yang berbeda. tapi ketahuilah, keduanya dapat menjadi hal yang paling krusial yang kita punya.

ketika kamu mendapatkan orang yang kamu ingini, kamu boleh dengan segenap hati menjaganya bak menjaga dirimu sendiri. tapi jika kamu mendapatkan orang yang kamu butuhkan, kamu akan merasa bahwa hidupmu seolah dibuat untuk menjadi panutan bagi orang lain.

dicintai sepenuh hati, diubah dengan penuh kasih sayang, dijaga dengan sekuat tenaga, serta selalu diperhatikan kapanpun dan dimanapun.

maka hari ini, geoffrey dengan bangga akan menyatakan pada semua orang bahwa ia memiliki seseorang yang akan menjadi bagian terpenting dalam hidupnya, bagian paling awal dan akhir dari hidupnya yang akan ia jaga sampai mati.

“kamu luarbiasa, terimakasih banyak.” ucapnya dengan penuh syukur sembari memandangi zuma dengan tatapan cinta.

yang dipuji tak dapat menahan isak harunya. lihat? bibit menunggunya tidak tumbuh dengan sia sia. untuk pertama kalinya juga seumur hidupnya lelaki aries itu dapat mengatakan pada yang kuasa 'thankyou god this is what I'am praying for'

zuma mengangguk, menahan air matanya yang bisa tumpah kapan saja, tanpa peringatan apapun. ibu tiga anak itu—

tiga?

iya tiga. zuma kemarin tidak sengaja memeriksakan kandungannya saat merasa ada janggal pada perutnya belakangan ini.

dan benar saja, bukan hanya satu bayi melainkan dua. dua bayi akan lahir serta mengisi rumah mereka menjadikan geoffrey dan zuma akan menjadi orang tua dari tiga bayi lucu pada umur mereka yang bahkan belum menginjak usia dua puluhan.

sudahi percakapan tentang bayi.

— ibu tiga anak itu memeluk geoffrey dengan perlahan takut takut jika tindakannya akan melukai geoffrey.

“kamu juga luarbiasa, terimakasih karena sudah bertahan.”

geo mengencangkan pelukannya pada zuma, mengusap pinggang ramping itu perlahan, berharap lelaki dalam pelukannya ini paham dengan maksud dan tujuannya.

“jangan usap usap pinggang aku terus, ini rumah sakit geoffrey. kamu belum sembuh total. sekarang, ayo makan!” pintanya pada yang lebih muda.

geoffrey melepaskan pelukan keduanya dengan tidak ikhlas, memperlihatkan wajah cemberutnya pada zuma,

“kenapa monyong monyong coba?”

kiss?”

zuma menggelengkan kepalanya yang dibalas dengan aksi merajuk geoffrey yang semakin awet — memalingkan tubuhnya kesamping tidak ingin melihat wajah zuma yang mendandakan ia hendak tidur kembali.

ck, belum sembuh total aja ngambekkan. yaudah sini, ayo kiss” pria itu menahan lengan geoffrey yang hendak berbaring lagi pada ranjangnya membuat pria kelahiran 23 april itu tersenyum senang.

memindahkan posisinya dengan sukarela, geoffrey menantikkan daging empuk nan halus itu akan mendarat pada salah satu permukaan wajahnya tersebut,

cup

kedua ranum tipis itu saling bertemu. zuma yang memulai, lelaki itu menempelkan kedua belah bibir mereka sembari mengalungkan tangannya pada leher geoffrey serta tangan geofrrey pada pinggang langsingnya.

menggoyangkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri, geoffrey sudah akan melumat bibir itu sebelum—

“udah tiga hari geoffrey, sampai kapan mau tidur terus?” gumam lelaki mungil disamping ranjang rumah sakit tempat lelakinya berbaring.

masih ingat kejadian beberapa hari lalu saat philip dengan kejinya memukul geoffrey? ayah satu anak itu di diagnosa koma selama beberapa hari dengan bergai macam selang infus yang membantunya untuk tetap hidup.

zuma menyesap udara dengan rakus, dadanya seolah dihimpit oleh sesuatu yang besar sehingga susah sekali rasanya untuk bernapas.

tangannya masih setia mengusap tangan geoffrey yang masih terpasang beberapa selang penopang hidup bagi lelaki itu.

badannya terlihat kurus dengan beberapa lebam yang menonjol pada bagian yang terkena pukulan philip tepat sasaran seperti kepala, hidung, juga bahu.

mengecup dahi lelakinya penuh kasih sayang, zuma tidak kuat membendung air matanya lebih lama. ia kesepian, ia rindu, ia takut. rasanya mau mati saat melihat geoffrey tidak tersenyum dengan mata bulan sabitnya seperti biasa.

hiks, jahat banget geoffrrey. katanya mau nikahin aku? lalu sekarang apa? mau tidur berapa lama lagi? aku capek. babies butuh kamu ge, tolong bangun hiksss...“ 

patah. semangatnya patah. semangatnya luntur hingga melebur menjadi tanah.

mengapa jalan mereka begitu sulit dan berbatu? mengapa kaki mereka diciptakan tidak sempurna hanya untuk sekedar melangkah bersama.

hikss...aku takut geoffrey. jadi apa aku tanpa kamu, hm?” tangisnya berurai seiring dengan pelukan yang semakin menguat pada bahu sang kekasih.

hening...

tidak ada jawaban. apa yang diharapkan saat kau bertanya pada orang yang sudah tidak membuka matanya selama tiga hari? tidak ada.

lama menyelami sunyinya kerlipan malam juga dingin yang semakin mendera, zuma melepaskan pelukannya pada geofftey, membiarkan lelaki itu beristirahat sesukanya.

namun sebelum beralih menutup hordeng juga pintu yang menjadi pemisah ruangan ini dengan kawasan luar, pria mungil itu merasa ada seseorang yang menggengam jari manisnya dengan lemah.

“a-air” nada suara putus putus zuma dengar dengan tidak sengaja, ilusinya kah?

tapi—

“GEOFFREY?!”

—kenyataanya suara itu bukan sekedar ilusinya melainkan wujud keajaiban yang ia rasakan saat ini, detik ini, hari ini. zuma melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa geoffrey telah membuka mata setelah tertidur tiga hari lamanya dengan wajah pucat serta suara yang parau mengungkapkan seberkas harapan yang tadinya telah redup dimakan waktu.

“SUSTER! SUAMI SAYA BANGUN, SUSTERRR!!!”

WARN : SEX SCENE, MISGENDERING, CROSSDRESING, MINOR WATCH OUT!!!

geoffrey mengendapkan langkah saat dirasa dirinya menjumpai sejumlah clue ruangan yang dijabarkan oleh azura tadi.

tok..tok..tok

mengetuk jendela balkon itu dengan perlahan sembari mengharap cemas. jari jarinya ia tautkan guna menghilangkan rasa gugup, entah mengapa malam ini geoffrey merasa berbeda, ia merasa seperti sesuatu yang tak biasa akan terjadi.

sedangkan sang pemilik ruangan yang sedang sibuk merapihkan polesannya mempercepat gerakan tangannya saat ketukan pada jendela kamarnya semakin terasa jelas.

'you can do this azuma, yes you can.' batinnya menyemangati diri sendiri.

langkah kakinya ia bawa guna membuka pengait jendela, bersiap untuk menemui sang kekasih hati. 

si mungil yang sedang mengenakan kimono hijau itu tak ayal terkejut saat melihat tampilan geoffrey malam ini — kaos hitam lengan pendek dilapisi leather jacket yang begitu memikat untuk dijadikan koleksi pribadi.

sang dominan pun sama, geoffrey terkejut saat melihat zuma dalam balutan kimono satin berwarna hijau mint tersebut, busana yang selama ini selalu di dambanya bahwa zuma akan memakai baju itu dihadapannya suatu saat nanti.

tak ia sangka suatu saat nanti itu menjadi lebih cepat dari perkiraannya.

mata saling bertemu, kedua tangan saling menggengam satu sama lain,

“geoffrey?”

hening...

“geoffrey are you ok—hmphhhhhh

belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, omongannya sudah lebih dulu dibungkam dengan ciuman ganas dari geoffrey.

si taurus itu bahkan menyerangnya tanpa aba aba, membuat zuma mau tak mau kehilangan keseimbangan. melumat bibir sang submissive diringi beberapa sesapan dalam pada ranum cherry tersebut.

“prepare yourself sayang, this is gonna be a long night.”


ahh ahh ahnn, geoffrey pelanhhh”

tusukan pada liang surganya terasa semakin kuat dan dalam saat geoffrey dengan hasrat binatangnya menyetubuhi kekasih tercintanya tanpa ada keinginan untuk berhenti.

“you are so good, damn it.

pria taurus itu menarik penisnya sampai bagian kepala lalu kembali menancapkan pusaka nya tersebut semakin dalam pada anal zuma,

ah ah ahhh geoffrey”

plok plok plok

bunyi penyatuan kulit yang saling beradu menggema memenuhi ruangan tersebut, mereka berdua seolah olah lupa bawa keduanya kini telah memiliki seorang putra dan akan resmi menjadi sepasang suami istri sebentar lagi.

“sayang, you're so fuckin' good. gotta fuck you everyday and night”

zuma hanya mengangguk, mengalungkan kedua lengan mulusnya pada bahu lebar geoffrey sembari membawa lelaki itu kedalam ciuman panas.

ahh, cumhh“ 

“together, honey.”

splurt!!!

setelah enam puluh menit lamanya untuk bersenggama, detik detik terakhir penyatuan mereka ditandai dengan cairan geoffrey yang mengalir melalui paha dalam si ibu muda.

huh, hah.” zuma menarik nafas lega, rasanya seperti dirinya hampir saja dihantam oleh tronton besar dengan kecepatan tinggi, begitu melelahkan padahal mereka biasanya bercinta lebih lama dari ini.

geoffrey meletakkan kepalanya pada bahu zuma, bersandar dengan nyaman disana tak lupa membubuhkan kecupan mesra yang membuat sang empunya tersenyum geli.

“sayang”

hm?” zuma menjawab sembari mengelus surai geoffrey yang tengah bersandar padanya dengan lembut.

“aku baru sadar sesuatu.”

si mungil melonggarkan pelukan keduanya, menangkup kedua pipi tirus di dalam jangkauan tangannya sembari mengelus bagian runcing itu perlahan, “apa?”

“I'm not using condoms while fucking you babe.”


TW : VIOLENCE.

bugh! bugh! bugh!

“get up, im not finished yet.”

bugh! bugh! bugh! 

pukulan dari yang lebih tua kian menghantamnya dengan keras tanpa ampun membuat yang menjadi samsak tinju dadakan seperti kehilangan akal sehatnya.

“bangun. buktikan pada saya kalau kamu cukup kuat untuk menjaga putra semata wayang saya. bangun, katakan lagi apa yang telah kamu katakan tadi. katakan dengan berani bahwa kamu telah meniduri azuma lalu membuatnya menanggung beban seberat ini.”

geoffrey mengais napas dengan gumpalan darah di sekujur tubuhnya. pukulan ayah zuma tidak main main. lelaki paruh baya itu langsung saja menyerangnya saat geoffey dengan terang terangan berkata bahwa ia ingin mempersunting satu satunya anak dari pasangan itu.

si taurus menghela napas dalam. rasanya sesak, udara disekitarnya menipis hingga rasanya hari hari baik tak akan pernah datang untuk menghampiri diri yang kian mengemis.

“saya, geoffrey berthrand trunajaya dengan tangan terbuka ingin m-mempersunting putra t-tuan dan n-nyonya grier, u-untuk menjadi p-pendamping h-hidup s-saya...” katanya dengan terputus putus.

bugh! bugh! bugh! kembali—pukulan itu melayang dengan sadis menghiasi tubuh kekar sang dominan hingga rasanya semua akan berakhir sekarang, benar benar berakhir.

“MAS, UDAH!!! KAMU BISA BUNUH ANAK ORANG!”

yang diteriaki secara anarkis hanya berdecak malas sembari meludahi wajah pria muda yang berada dibawah kakinya ini.

cuih, dasar bajingan. beraninya kamu membuat putraku seperti seorang jalang, huh?”

bugh! 

untukmu yang dengan kurangajarnya menghamili putra kesayanganku.

bugh! 

untuk penjelasan tidak berguna mu

bugh!

untuk lamaranmu yang sampai kapanpun tidak akan pernah diterima.

geoffrey pasrah. 

sudah ia katakan bukan? ia tidak akan menuntut banyak. apapun yang menjadi keputusan akhir, akan dia terima dengan lapang dada sekalipun itu berupa pengorbanan diri tiada akhir.

h-aakhhh. s-saya mengaku s-salah, tapi harus anda k-ketahui bahwa saya m-mencintai putra anda, benar benar mencintainya, tuan.”

bugh! 

“banyak bicara, bajingan tengik!”

lelaki empat puluh tiga tahun itu sudah akan melayangkan pukul selanjutrnya sebelum satu suara familiar berhasil menguar dengan lebarnya dalam ruangan tersebut,

“DADDY STOP! STOP, PLEASE.”

zuma berlari dengan kaito di gendongannya tanpa peduli pada hal apapun selain keadaan ayah dari si bayi. lututnya tersungkur tepat di hadapan geoffrey yang sudah bersimbah darah, membawa kepala itu kedalam pangkuannya bersama si kecil,

“geoffrey hikss, hiks. geoffrey, can you hear me?”

nihil. lelaki taurus itu masih membuka matanya namun seperti kebingungan mencari asal suara yang memanggil namanya.

“geoffrey hiksss, hiksss” telapak tangan si kecil dibawa guna mengelus pipi sang ayah.

“hi daddy, kaito's here. can you answer us, please?“ 

masih dengan tangis yang berurai, kedua presensi beda generasi itu masih tetap berjuang mempertahankan kesadaran sosok penting dalam hidup mereka.

“masuk kamar, azuma.”

tidak ada jawaban. yang dipintakan seolah tuli, enggan memberikan jawaban atas pernyataan yang tak akan pernah ia lakukan.

masuk kedalam kamar? artinya kembali lagi ke  neraka ini? tidak. ia tidak mau.

“masuk kamar azuma grier!“ 

hening...

yang terdengar hanya suara tangisan dari kedua orang yang begitu dicintai oleh sang korban bersimbah darah dibawah sana.

“seret dia. bawa ke kamar, dan jangan biarkan keluar bahkan selangkah pun.” pintanya mutlak kepada para bodyguard.

melihat pada bodyguard tengah mengambil ancang ancang untuk menyeret paksa dirinya, zuma kian mengeratkan pelukannya pada kaito.

“lepaskan anak itu.”

“nggak! aku nggak akan pernah mau nurut sama daddy! aku benci sama daddy!”

dua langkah lagi dan dirinya akan benar benar akan ditawan oleh para pria berbadan besar ini—

LEPAS! LEPASIN AKU!!!” namun terlambat, lengannya di cengkram dengan kuat membuat kaito hampir saja jatuh dari dalam pelukannya jika tidak ada yang menahan bayi enam bulan itu dari bawah.

“g-ge...”

geoffrey berdiri dengan kesadarannya yang tengah berada diambang batas kematian, dominan itu sudah tidak kuat namun jika itu tentang zuma dan kaito maka dia akan mencoba untuk berdiri setegap mungkin.

LEPASIN!!! LEPASIN AKU!!!” ibu muda itu kian berontak saat dirinya hendak dibawa masuk menuju kamarnya semasa lajang dulu. ia tidak ingin berpisah dengan kedua lelakinya, hal itu membuatnya lemah dan ia tidak yakin sanggup untuk itu.

LEPASIN AKU! KAITO MASIH BUTUH AKU!!! DADDY!!! MOM! AKU TAU MOM TAU PERASAAN SEORANG IBU, AKU TAU MOM PAHAM APA YANG AKU RASAIN!

lemah dengan teriakan sang anak, zura memegang pundak sang suami guna meluluhkan hati pria sagitarius tersebut.

“kasih kesempatan mereka buat ngomong sebentar.”

philip mengarahkan pandangannya pada para bawahannya sebagai kode untuk melepaskan zuma sebentar.

begitu cengkraman mereka terlepas, ibu dari kaito itu langsung saja lari dan menerjang kedua lelakinya diujung pintu,

lengan mungilnya ia lingkarkan pada leher yang lebih muda, bersandar pada dahi masing masing sembari menyelami indahnya netra satu sama lain,

hah hah hah, aku sayang sama kalian. aku sayang banget. rasanya mau mati kalau aku nggak sama kalian. geoffrey tolong percaya sama aku kalau kita pasti bisa bahagia. aku cinta kamu dan itu nggak akan berubah.” katanya sembari mengusap pipi geoffrey.

perhatiannya teralih pada si kecil, ibu muda itu kemudian mengambil kaito kedalam dekapannya untuk ia peluk sepenuh hati dengan tetap melayangkan kecupan manis pada kepala si kecil,

“kai...moe sayang banget sama kai. kai sayang juga kan sama moe nak? kai jagain daddy ya? hiks...moe sayang banget sama kai, cinta banget sama kai, permata hatinya moe, moe sayang, sayaaang sekali.” ujar zuma dengan air mata yang masih setia membanjiri pipi pualamnya.

namun lagi lagi, kemesraan itu harus berakhir dikala philip yang dengan tangannya sendiri membawa zuma menjauh dari hadapan geoffrey.

“naik ke kamar azuma. dan kamu, jangan pernah menginjakkan kaki ke rumah ini lagi, paham?”

dengan begitu, perpisahan menghampiri. geoffrey hanya bisa menatap pujaan hatinya yang diseret paksa oleh sang ayah tanpa mampu melakukan apapun.  

ternyata perpisahan terjadi begitu cepat dan tak dapat dipungkiri, baik zuma maupun geoffrey tidak akan pernah siap untuk hal ini.

“AKU SAYANG KALIAN!!!” sang submissive mengutarakan dengan lantang perasaannya pada kedua lelaki beda generasi dibawah sana dengan perasaan yang tidak dapat diartikan, hancur tak bersisa.

“kami juga sayang kamu moe, selalu sayang.”