poseidoonss

setelah mendapat pesan dari isaiah untuk menyambangi nya di ruang aula. rui sekarang telah berdiri diantara para kerumunan dengan pusat perhatian sebuah band diatas panggung,

“so basically this song is dedicated to someone that I keep for myself, now. I won't say who is it, but if you hear this”

lelaki taurus yang berdiri tegap dengan gitar akustik nya itu kemudian memperbaiki standing mic nya sebelum melanjutkan potongan kalimat yang hendak disampaikan,

“I sing this for you, dear cantik, I hope you feel it” katanya sembari menyelami ratusan orang diantara satu kerumunan guna mencari sosok yang ia nanti nantikan.

[instrumen)

•••

Kutanamkan hatiku tumbuh bersamamu

Takkan kupetik hingga akhir masa hidupku

petikan pertama terdengar halus, mengalun indah sesuai irama petikan gitar yang menghantarkan sendu namun bahagia,

Dengarlah, kau dengar

Selama bumi berputar, ku tetap milikmu

lirik ketiga dan keempat disertai iringan menyanjung membuat isaiah menatap tepat pada mata yang dituju. mencari ketulusan dan keinginan untuk bersama hingga nanti.

Dewi, bukalah kedua matamu

Pandanglah ruang di hatiku

Dewi, berikan nafasmu untukku

Agar kuhidup bersamamu

Bersamamu, terus bersamamu

iringan nada terus berjalan, petikan senandung alat musik disertai suara indah merdu membuat sang penyanyi membayangkan kehidupan indah bersama si pemuja, berharap dapat menggapai ingin dan hasrat yang sama.

Uh...

Dengarlah, kau dengar

Selama bumi berputar, ku tetap milikmu

Dewi, bukalah kedua matamu

Pandanglah ruang di hatiku

Dewi, berikan nafasmu untukku

Agar kuhidup bersamamu

Bersamamu, oh

akhir lirik menggapai cita yang rasanya terlalu cepat untuk meredup, namun isaiah dengan percaya diri mengambil seikat bunga yang telah ia persiapkan, menggapai kembali mic yang telah menjadi teman senandungnya sebelum menyampaikan sepatah dua kata,

“maaf, suara saya nggak sebagus penyanyi lokal. tapi saya tulus membawakan lagu tersebut untuk seseorang yang saya kagumi. seseorang yang mampu mencuri perhatian saya di hari ketiga kami berbicara lewat perantara media sosial. saya cuma ingin sang penerima bunga ini tau kalau saya benar benar serius, dan saya harap usaha saya membuahkan hasil.”

langkahnya dibuat semakin melebar membuat kerumuman manusia menjadi pecah guna membuka jalan bagi sang priayi,

“more beautiful flowers for the beautiful person I adore on earth after bunda, rui nara.”

sorak sorai terdengar riuh saat isaiah dengan berani memberikan seikat bunga berwarna kuning cerah kepada si pemilik nama.

“ANJAAAYYYY”

“CUITTTT SI RUI GAS BENEEER”

“ASIKKK UII NI BOS”

“PRIMADONA NEEEH”

rui yang gelagapan mendapati sorakan dari seluruh atensi yang ada disana hanya mampu menutup mulutnya dengan kedua tangan sembari menahan isakannya.

ia terharu, sungguh.

isaiah benar benar tulus mendekatinya, lelaki itu benar benar menginginkan dirinya ada dan bersemayam dalam hari hari nya suram.

isaiah itu, terlalu sempurna untuk dirinya yang hanya mampu menyembunyikan status aslinya yang sudah akan bersuami dan meninggalkan salah satu diantara mereka, entah siapa pilihannya.

kala tangannya terulur mengambil bunga indah tersebut, rui langsung saja membawa dirinya masuk dalam pelukan isaiah yang tentunya diterima dengan senang hati,

you like it?” yang lebih muda bertanya dengan mata bulan sabitnya yang indah.

rui mengangguk, melesakkan wajahnya lebih dalam pada dada isaiah — menyembunyikan mata sembab nya yang sudah tidak bisa dikatakan baik baik saja, “i like it very much isaiah, thankyou.”

warn : lowercase, cringe.

usai mendapat pesan dari isaiah bahwa pria itu telah tiba di depan pagar rumahnya, rui bergegas mengambil backpack nya kemudian menyambangi sosok manusia tampan yang sedang menunggu nya di depan mobil,

“hi? good morning, pretty” sapa isa, tungkai panjangnya berjalan menuju pintu penumpang guna membukakan pintu untuk sang terkasih. namun sebelum rui dipersilahkan masuk mereka menyempatkan diri untuk saling memeluk, kebetulan udara di pagi hari biasanya membuat suhu badan menurun.

“good morning too, isaiah.” rui balas menyapa, tangannya terletak dengan apik di belakang tubuh isa bergerak mengusap pundak lebar itu perlahan turut merasakan kehangatan dari pelukan yang mereka berikan untuk satu sama lain.

sepuluh menit berlalu digunakan dengan baik oleh kedua sejoli ini sampai salah satu dari mereka berinisiatif membuka pintu penumpang kepada seorang yang lain, “silahkan cantik” katanya sopan.

rui yang menjadi sasaran kemanisan isaiah pagi hari ini melebarkan senyum inda tiada henti, “terimakasih”

isaiah mengangguk. lelaki taurus itu kemudian berjalan menuju kemudi, memakaikan safety belt kepada sosok yang dipuja nya barulah tangannya terulur mengambil sesuatu yang terletak di kursi penumpang bagian belakang, seikat bunga tulip ungu dan biru yang di kombinasikan menjadi sejumput bouquet yang indah, “beautiful flower for the one and only beautiful person I adore after bunda, rui nara” katanya tulus setelah menyerahkan bouquet tersebut kepada rui yang diterima dengan senang hati,

oh my… masih pagi astagaaaa. kenapa repot repot sih?!” tingkahnya seakan akan marah dan tak suka padahal seikat bunga cantik tersebut tetap diterima dengan baik disertai ucapan terimakasih dan ungkapan kagum tiada akhir.

“I think I made mistake before by saying those words you don’t want to heard and read. I’m so sorry bae.” ungkap yang lebih muda sambil menggengam jemari lentik rui diantara jemari panjangnya.

what a romantic morning, eh?

warn : implied cheating.


penasaran dengan apa yang terjadi pada isaiah dan juga rui hingga mereka nekad untuk sampai pada titik ‘makan bersama’ bahkan yang lebih muda sudah berani melakukan gencatan pendekatan dengan menebar afeksi sehangat musim semi?

flashback— aula after eat.

14.50 PM

isaiah dan rui terjebak dalam keheningan selama beberapa menit, kala isaiah melontarkan sepotong kata yang mampu membuat rui salah tingkah, indah katanya. hei! bahkan para submissive dan perempuan mana pun akan berbunga bunga jika di puji demikian.

huh?” rui membeo sebentar, melepaskan genggaman isaiah pada pergelangan tangannya sebentar sebelum, “maaf? kamu ngomong apa tadi? aku nggak denger” katanya basa basi.

isaiah yang menemukan sikap salah tingkah dari balik ucapan rui hanya tersenyum singkat, merapihkan surai rui yang melambai halus “kamu dengar na, kamu cuma salah tingkah.” katanya.

mendengar ungkapan isaiah yang menurutnya tepat sasaran, rui dengan cepat mengalihkan pandangannya ke lain arah, lelaki mungil itu bahkan terlihat buru buru memberesi barang barangnya untuk kembali ke dalam aula, “is there someone else na? do you have someone special right now?” —isaiah malas berbasa basi.

jadi, dengan kesempatan yang ada lelaki taurus itu menahan lengan rui cepat sebelum lelaki mungil itu mangkir dari hadapan. menyatakan keinginannya dengan sungguh untuk mulai mengenal rui lebih jauh.

isaiah itu laki laki yang cukup jarang berkencan, sekali berkencan pun waktu yang dibutuhkan untuk mendekati dan melupakan orang tersebut bisa dikatakan sangat lama. isaiah bukan tipe orang yang cepat ‘mengalihkan’ perhatiannya kepada orang lain disaat dia sudah memilih seseorang untuk dijadikan tujuan hidup.

bungsu dari dua bersaudara itu juga merupakan sosok yang tidak neko neko dalam mengungkapkan perasannya, dia bukan tipikal orang yang ragu dengan dirinya sendiri. meskipun tergolong pemalu dan jarang bergaul, tapi isaiah tidak pernah gagal dalam memikat hati wanita / para submissive.

“kenapa nanya?”

rui menyadarkan isaiah dari lamunannya. dominan yang sedang menggengam tangannya tanpa sadar itu seketika memfokuskan perhatian penuh kepada si lawan bicara, “I’m willing to know you more. I’ll dedicated my time for you, and I want to stay beside you if you say yes to me. So, can we?” tanya nya dengan sungguh sembari memaku netra rui dalam, menanti jawaban.

sedangkan yang diajukan pertanyaan mendadak hanya terdiam tidak harus menjawab apa? rui memiliki silas disisinya sekarang, tapi hatinya bukan lagi milik pria dewasa itu. isaiah datang sebagai seseorang yang bisa ia katakan sebagai, payung teduh disaat ia membutuhkan sombar dikala sinar matahari meniris.

“na?” isaiah memanggil namanya saat merasa rui mulai tidak fokus hingga wajahnya terlihat memelas,

“yes. yes you can. please me with everything you can do, I’ll wait.”

namun setelah itu, jawaban yang cukup mengejutkan dilontarkan oleh rui nara hingga membuat isaiah menampilkan eye smile terbaiknya, “really?”

rui mengangguk, “yes isaiah, I’ll wait for you, for us.”

dengan begitu, jelas sudah. rui akan berusaha secepat mungkin untuk melepaskan silas lalu mulai mengejar tujuannya bersama isaiah, menjadi sepasang kekasih. walaupun kedengarannya tidak mudah, namun rui ingin mencoba.

bagaimana dan apa pun resikonya, rui memilih untuk egois. dia harus menjalani hidup dengan seseorang yang ia kehendaki, bukan pilihan dari siapapun melainkan dirinya sendiri.

“ngapain disamperin sih?!” tukas rui kasar saat melihat isaiah tengah menyambutnya dengan senyuman lebar di depan pagar.

lelaki dengan eyesmile itu seketika menyampirkan jaket kulitnya kepada yang lebih pendek saat mengetahui bahwa rui menemuinya dengan one-set piyama super pendek.

“ayo aku temani, katanya mau makan?”

“isaiah don't turn back the conversation. kenapa disamperin? ini udah malem, gila kamu ya nyetir dari duren sawit sampai sini?!“ 

lagi, isaiah hanya tersenyum. lelaki taurus itu menggengam tangan rui yang terasa dingin dalam genggaman mereka sebelum mengelus jari jari lentik itu perlahan, “kamu mau makan sate. yasudah aku turuti, sekalian aku makan juga. jangan ngomel ngomel terus coba, senyummm” guraunya sembari memainkan pipi tembam rui.

“yaudah bentar, aku ganti baju dulu” katanya sebelum berlalu dari hadapan isaiah.


selesai mengganti baju dan beberes sedikit, kini keduanya telah berada dalam mobil ditemani dengan lagu dari DEWA 19 berjudul dewi yang sedari tadi membuat rui salah tingkah, gakaruan.

apalagi dikala vocalist dewa menyanyikan bagian lirik —

 'Dewi..

Kaulah hidupku

Aku cinta padamu sanpai mati'

—membuat rui tak tau harus menoleh kemana saat isaiah dengan halus menggengam tangan kirinya lalu mengemudi dengan satu tangan, si captain basket itu bahkan menolehkan wajahnya dengan sempurna kepada rui saat bagian lirik itu terus bermunculan.

“kenapa na? sakit?”

rui menggeleng, menyingkirkan tangan isaiah yang sudah akan menyentuh dahinya sebelum ia memutuskan untuk menghalau jari jari panjang tersebut, “engga, udah sana ah fokus nyetir” katanya jutek.

isaiah yang melihat itu hanya mengemban senyum lebar, menggemaskan. tangannya ia kaitkan lagi dengan jemari kecil rui lalu mengecup punggung tangan itu singkat.

“yaudah tidur dulu, kalau udah sampai aku bangunin”

warn : misgendering! lowercase.

backsound ; hampir sempurna – rendy pandugo.

selesai dengan urusan membersihkan diri seusai pertandingan, isaiah dengan tergesa berlari menuju aula tempat dimana rui berada.

ia sangat berterimakasih kepada pria mungil tersebut karena sudah mau menyemangatinya, menunggunya hingga selesai lomba, bahkan membereskan isi tas nya yang sempat berantakan karena mengambil jersey basket tadi pagi.

lima menit kemudian captain basket dari tim teknik sipil itu lalu dengan cepat menemui lelaki manis yang sedari tadi telah sibuk mengiriminya pesan berupa kata kata afirmasi yang sangat menunjang semangatnya.

sedangkan rui yang baru saja membagikan makanan kepada para peserta lomba mading kini telah beralih menuju isaiah yang sudah rapih dengan setelan kemeja putihnya.

hai? udah dateng? ayo makan dulu” pintanya kepada yang lebih muda.

“iya, berdua tapi. masa kamu liatin aku makan doang?“ 

rui mengangguk, tangannya terulur memakaikan ransel yang sedari tadi ia tenteng  pada sang empunya sembari menyerahkan dua nasi kotak kepada isaiah, “pegang dulu. aku bantuin pakai tas”

yang diperlakukan sedemikian rupa hanya terdiam dan menurut, rui sangat manis dan perhatian, begitu batinnya.


beres dengan urusan memakaikan tas sekarang kedua anak adam tersebut sedang duduk berdampingan di pojok aula guna mengisi perut mereka yang sedari pagi sudah meronta minta dipuaskan dengan hidangan apa saja.

“panas banget tadi? kulit mu merah merah tau, habis ini aku pakai kan lotion ya?” yang lebih tua berinisiatif, jari jari lentiknya bahkan bergerak mengusap keringat pada ruam ruam merah yang menodai kulit pucat isaiah.

“kulit aku emang begini kata bunda, memang sensitif.” aku nya pada rui. lelaki mungil itu mengangguk.

tak terasa jam makan siang telah selesai, rui menanyakan pada isa apakah lelaki itu telah selesai dengan makanannya, “udah?” isaiah mengangguk singkat. 

setelah itu rui bangkit dari tempat duduknya, berjalan lima langkah kedepan untuk membuang sisa makanannya bersama sang ehm calon kekasih mungkin?

“siniin muka mu, aku olesin pakai pelembab aloe vera biar dingin, biar nggak iritasi”

yang di pinta hanya menurut. isaiah memajukkan wajahnya sesuai instruksi dari rui. dalam jarak sedekat ini ia bahkan bisa melihat wajah rui yang begitu mulus tanpa noda.

mata berkilaunya, bibir merah merekahnya, hidung mancungnya, pipi tembamnya, semua yang rui miliki rasanya dapat memikat isaiah dengan cepat walaupun mereka baru berkenalan 5 hari yang lalu.

sedangkan yang dipandang sedemikian rupa berusaha untuk memfokuskan pikirannya pada ruam ruam merah yang tercetak jelas pada kulit isaiah, “jangan liatin aku kayak gitu coba, salting nih” guyonnya pada isa.

namun berbeda dengan rui yang tersenyum lebar kala mengatakan itu, isaiah justru mengetapkan bibirnya datar, “kamu indah, terimakasih ya?” ujarnya tulus sembari mengelus pergelangan tangan rui yang masih sibuk mengoleskan pelembab aloe vera pada wajah iritasinya.

“kamu indah, cantik.”

pagi ini dapat dikatakan sangat hectic untuk seorang rui nara yang sudah sibuk kesana kemari dengan name-tag panitia nya guna mengkoordinir hari terakhir outbound yang dilaksanakan sebagai akhir dari menyambut mahasiswa baru.

apalagi hari selasa rasanya begitu berbeda karena tentu saja ada seseorang yang rui nantikan kehadirannya dalam permainan basket kali ini.

isaiah craig, benar. rui sedang menantikkan kehadiran sosok captain dari team teknik sipil itu saat belum juga melihat batang hidungnya muncul barang sebentar diantara kerumunan peserta.

sungguh merupakan suatu kondisi yang lucu disaat rui sendiri bahkan tidak memperhatikan team basket dari prodinya sendiri — teknik industri namun sibuk menyemangati program studi milik tetangga.

ternyata ungkapan ‘rumput tetangga jauh lebih segar’ benar adanya.

rui mengalihkan atensinya pada jam tribun yang menunjukkan pukul 07.45 dimana 15 menit lagi pertandingan pertama akan dimulai dan isaiah belum kunjung datang.

lelaki itu sudah akan menelfon pihak terkait jika saja yang ditunggu tunggu tidak berlari secara tergesa kearahnya sembari menyerahkan tiga batang cokelat besar dilengkapi dengan jersey merah angka 23 yang melengkat pada tubuh tingginya tak lupa dengan wajah berkeringat dan nafas kepayahan,

“naa, sorry aku baru sampai. tadi nyari cokelat dulu buat kamu. kalau belum makan ganjel pakai itu dulu ya? air ada di dalam tas aku minum aja, gapapa” katanya dengan nafas tersengal sengal sambil menyerahkan backpack hitamnya kepada rui.

rui yang mendengar pengakuan mendadak itu hanya mampu melongo sebentar dengan bibir terbuka, tangannya sudah lebih dulu terulur untuk memperbaiki tatanan surai yang lebih muda, “harusnya nggak perlu sebegininya ish! telat kan jadinya?!” omel rui spontan.

dan jujur, omelan singkat yang dilontarkan oleh pria mungil itu membuatnya jadi beribu kali terlihat lebih imut di mata isaiah, “ yaudah maaf, jangan ngomel ngomel, masih pagi. im off to play, kamu duduk aja, jangan kecapekan” jawabnya halus.

perhatian yang ditunjukkan oleh isaiah membuat jantungnya tak palang berdebar kencang, rui sampai sampai harus menghindari tatapan isaiah agar pria itu tidak melihat wajah semerah tomatnya.

“yaudah sana, gausah liatin aku muluuuuu~“

isaiah tersenyum lebar, “cheering for me, will you?”

menanggapi tawaran isaiah yang lebih terdengar seperti ejekan baginya membuat rui memalingkan wajahnya kesamping sembari mendorong lengan isaiah agar menjauh dari sana, “apasih?!”

yang lebih tinggi membatin gemas, “bilang iya dulu, please?”

rui nara mengangguk malu, “iyaaa isaa, iyaa, i will cheering for you”

puas dengan jawaban yang diberikan rui isaiah memutuskan untuk mengusak surai kakak tingkat gemasnya itu singkat, “dasar gemes”

tau bahwa yang dimaksud gemas oleh si lawan bicara adalah tentang perbedaan postur mereka yang terbilang jauh, rui menghela nafas rakus sembari menghembuskannya tidak sabaran, lalu—

ISAIAH!!!!!!“ 

meneriakkan nama pria tampan itu dengan lantang nan kesal.

warn : personal preference, mau dianggap MPREG atau ADOPTION terserah, its all up to you.


rui menyambangi silas pada lantai dasar rumahnya sesaat setelah lelaki manis itu selesai dengan urusan membersihkan diri.

mengenakan sweatshirt berwarna baby blue menjadikannya sosok paling manis yang selalu dinanti oleh sang pasangan “eh calonnya mas, sini coba” panggil silas dengan nada ramah.

papa dan mama yang mendengar itu mengemban senyum lebar saat tahu bahwa sebentar lagi anak mereka akan menjadi milik orang lain, orang yang telah mereka percayai mampu menjaga rui sepanjang kisah mereka berjalan.

“aduh aduh, mantu sama anakku manisnyaa. cepet cepet punya dede bayi ya dek? jangan ditunda. katanya silas tadi mau nunda dulu?”

rui seketika menjamkan sorotan matanya kepada silas yang hanya mampu menyengir lebar karena ketahuan telah mempersuasi calon ibu mertua secara diam diam, “belum mah, nanti dulu. adek masih sibuk kuliah. belum ada waktu cukup untuk ngasuh anak” katanya cuek.

mama yang mendengar pernyataan mutlak putra semata wayangnya tersenyum tipis, ia paham bahwa anaknya belum cukup matang untuk mengemban urusan rumah tangga.

namun apa daya? dirinya dan sang suami kesepian, mereka membutuhkan jiwa baru yang akan hidup berdampingan sebagai anggota keluarga baru nantinya.

“yaudah. tapi jangan nunda terlalu lama ya? mama sama papa udah nggak muda lagi, udah pengen banget gendong cucu.”

sekali lagi, rui memaksakan seutas senyum kepada kedua orang tuanya, “iyaa mah, diusahain nggak terlalu lama nunda” tutur rui tak yakin.

dengan jawaban rui yang terkesan sudah agak memuaskan, maka mama dan papa pun memutuskan untuk mangkir dari sana, menyisakan kedua calon mempelai yang sibuk dengan kegiatan masing masing.

silas yang mendengar semua percakapan sang calon suami bersama kedua calon mertua itu lalu mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping rui sembari mengelus perut rampingnya perlahan, “lagi apa? kok serius banget? mas nya sampe dianggurin loh?” pungkas silas main main saat melihat calon suami mungilnya hanya sibuk dengan telepon genggam yang ia gunakan dari tadi.

rui balas tersenyum sambil mengadahkan kepalanya kepada silas karena perbedaan tinggi mereka, “nggak ngapa ngapain, ini lagi balesin pertanyaan di grup panitia. iya lebih jelasnya lagi semangatin calon pacar yang besok tanding” yang ini dilanjutkan rui di dalam hati.

silas hanya mengangguk, memeluk kembali pinggang ramping kesayangannya tak lupa membubuhkan kecupan halus pada surai lembut yang terkasih.

r's note ; 

disclaimers : fiksi, bxb. please kalian harus baca ini biar ga bingung inu ketemunya gimana dll. biar pas nanti ada adegan flashback ga pada bingung, ok? thankyou folks!

sebelum kalian pada bingung jadi aku bakal jelasin singkat, silas sama ui itu diketemuin sm ortu mereka (tp bukan dijodohin ya) sebatas masing2 nemenin ortunya makan malem bareng terus silas nya tertaik sama ui karena anaknya ceria dan manis. 

umur mereka beda 6 tahun which is lumayan jauh (rui 19) (silas 25) dan kebanyakan penghalang hubungan mereka untuk serius itu sebenernya karena perbedaan persepsi, rui yang nggak mau nikah di masa sekarang karena (dianya) nganggap masih terlalu belia, dan umurnya silas (25) yang emang udah bukan usia untuk main main soal hubungan. 

tapi selama mereka pacaran, rui tuh selalu nurut sama silas, apapun selalu nanya ke silas dulu, keputusan kecil sekalipun selalu dari silas. jadi kesannya kayak silas itu udah kayak nahkoda buat dia.

apapun yang dilakukan silas selalu dianggap paling terbaik menurut rui padahal sebenernya engga juga karena kesannya dia ga pernah noleh dan peduli ke diri sendiri kalau terus bergantung sama silas.

akhir akhir ini disaat hubungan mereka udah masuk 2 tahun lebih, silas makin gencar buat serius, dari pihak keluarga juga udah restuin karena mikir silas pilihan yang baik buat ui, apalagi ui gapunya adek kakak alias anak tunggal. 

sedangkan silas anak pertama yang dimana semua orang nganggap bisa dipercaya untuk menjaga anak tunggal kesayangan mereka, rui.

tapi semakin kesini bukannya semakin terkesima, rui justru jadi makin bosan dan ngerasa ga bebas karena hal penting sekalipun selalu diributin sama silas, apalagi mereka jarang ketemu karena silas sibuk kerja dan ui sibuk belajar.

karena intensitas ketemu mereka yang jarang karena jadwal yang berseberangan juga, otomatis tiap hari pasti mereka cuma ketemu sama orang yang ada di lingkungan kerja dan kuliah mereka.

kalau untuk silas, dia udah gamau liat siapa siapa lagi karena doi udah mantep untuk serius sama rui, sedangkan rui justru semakin ingin bebas karena dia liat temen temen seumurannya yang pacaran sekampus tuh kok asik banget, bisa becanda bareng, main game, dll (hal yang sewajarnya dilakukan pasangan muda) 

sedangkan dia gabisa karena harus ngurusin kebutuhan primer dan sekunder silas setiap saat mereka bareng yang dimana hal itu ngekang dia banget :(

that’s why ui ingin bebas dan selesai karena dia pikir mereka gaakan berhasil untuk jadi sepasang suami, buat dia silas cukup dijadikan pengalaman tapi bukan teman hidup.

rui melambaikan tangan sesaat setelah ia melihat siluet tampan dari balik lift gedung auditorium yang baru saja terbuka tiga menit lalu.

semenjak saat itu yang ada di dalam pikirannya adalah, tampan. sosok dihadapannya sangat tampan.

otaknya bahkan tidak berfungsi untuk sementara sanking terkejutnya dengan presensi tinggi yang kian mendekat.

“kak rui?” suara baritonnya menyapa sopan. seperti yang rui bayangkan, tinggi, wangi, sopan, berkulit pucat lengkap dengan hidung bangir yang menjulang tinggi.

rui yang tidak dapat menyembunyikan ketertarikannya terhadap visual isaiah hanya mampu membeku dengan pipi memerah, 

i-iya gue rui. isaiah kan?“ 

si blonde mengangguk, “ini captain badge nya” ucap yang lebih pendek sembari memberikan ban tangan kapten kepada yang bersangkutan dengan pandangan yang mengarah lurus kebawah.

isaiah yang memperhatikan gerak gerik rui hanya mampu termenung bingung karena rui sepertinya tidak tertarik untuk berbicara lama dengannya.

terbukti dengan arah pandang rui yang berlawanan dengan tempatnya berpijak, ”terimakasih banyak kak, saya pamit duluan” 

rui mengangguk, sudut bibirnya yang kian terangkat kini mendadak pupus saat isaiah mulai menjauh dari arah pandangnya, namun sebelum kaki panjang itu berlalu sempurna dari sana—

ISAIAH!

sang empunya nama berbalik, mengetapkan pandangannya pada si pemanggil yang tersenyum di belakang sana,

semangat!!!

rui dengan percaya dirinya menyemangati pemuda tampan yang baru dikenalnya kurang dari 24 jam sembari mengepalkan kedua tangan mungilnya keatas seperti sedang menyuarakan semangat pada sosok di depan lift.

sedangkan yang disemangati mendadak tersenyum manis hingga matanya menciptakan lengkungan bulan sabit yang indah sembari menggerakan bibir perlahan, “terimakasih, kak rui.”

rui melambaikan tangan sesaat setelah ia melihat siluet tampan dari balik lift gedung auditorium yang baru saja terbuka tiga menit lalu.

semenjak saat itu yang ada di dalam pikirannya adalah, tampan. sangat tampan, otaknya bahkan tidak berfungsi untuk sementara sanking terkejutnya dengan presensi tinggi yang kian mendekat.

“kak rui?” suara baritonnya menyapa sopan. seperti yang rui bayangkan, tinggi, wangi, sopan, berkulit pucat lengkap dengan hidung bangir yang menjulang tinggi.

rui yang tidak dapat menyembunyikan ketertarikannya terhadap visual isaiah hanya mampu membeku dengan pipi memerah, 

“i-iya gue rui. isaiah kan?“ 

si blonde mengangguk, “ini captain badge nya” ucap yang lebih pendek sembari memberikan ban tangan kapten kepada yang bersangkutan dengan pandangan yang mengarah lurus kebawah.

isaiah yang memperhatikan gerak gerik rui hanya mampu termenung bingung karena rui sepertinya tidak tertarik untuk berbicara lama dengannya terbukti dengan arah pandang rui yang berlawanan dengan tempatnya berpijak, 

“terimakasih banyak kak, saya pamit duluan” 

rui mengangguk, sudut bibirnya yang kian terangkat kini mendadak pupus saat isaiah mulai menjauh dari arah pandangnya, namun sebelum kaki panjang itu berlalu sempurna dari sana—

ISAIAH!

sang empunya nama berbalik, mengetapkan pandangannya pada si pemanggil yang tersenyum di belakang sana,

semangat!!!

—rui dengan percaya dirinya menyemangati pemuda tampan yang baru dikenalnya kurang dari 24 jam sembari mengepalkan kedua tangan mungilnya keatas seperti sedang menyuarakan semangat pada sosok di depan sana.