poseidoonss

WARN : MISGENDERING, BROKEN ENGLISH.


“kamu mau pakai busana yang kayak gimana sayang?”

“terserah kamu ajalah, aku ngikut” jawabnya dengan kaito yang masih berada dalam gendongan.

“kemeja crop gitu kamu mau nggak?”

geoffrey menawari sembari membalikkan halaman e-book pada booklet online yang tersedia.

“liat coba”

kedua pasangan itu sibuk memilih rancangan busana mereka yang akan dikenakan pada hari penting keduanya di akhir bulan mendatang.

duduk berduaan di sofa beludru yang mereka miliki sembari memadu kasih dengan sang buah hati di dalam pelukan si submissive membuat hujan sore di bulan april menjadi lebih hangat.

“terus kai?”

“sesuaikan aja, warnanya ngikut kita sedangkan modelnya, terserah”

zuma mengangguk,

ting!

pintu apartemen terbuka, menampilkan sosok wanita setengah abad yang menggunakan lavisha dress dibalut make up tipis pada bagian wajahnya,

“geoffrey?”

zuma menegang. itu suara mrs.berthrand yang tak lain merupakan ibu biologis dari lelaki yang dicintainya—geoffrey.

“ge, your mom...”

“oh. there you are.”

terlambat. sebelum zuma mampu merampungkan kata katanya, sonya—ibu dari geoffrey sudah menyambangi mereka terlebih dahulu sehingga yang bisa dilakukan oleh lelaki itu hanya menundukkan kepalanya malu.

sedari dulu, sonya sangat menjaga jarak geoffrey dengan teman temannya, entah siapapun itu, baik lelaki maupun perempuan.

kejadiannya berawal tak asing dari sonya yang pernah menemukan keduanya hampir telanjang bulat di kolam renang belakang rumah kediaman berthrand. 

semenjak sonya tau bahwa dirinya, mungkin membawa geoffrey pada jalan buntu dan salah, wanita paruh baya itu tidak pernah mengijinkannya untuk mengunjungi geoffrey lagi , walau hanya berupa sapaan sesaat.

suasana hangat yang diciptakan oleh keluarga kecil itu seketika lebur begitu saja saat melihat ibu dari sang kepala keluarga yang sepertinya telah siap untuk menghardik mereka berdua dengan berbagai pertanyaan.

“sudah berapa lama?”

“mom—” sonya mengangkat tangannya kepada geoffrey guna menghindari penjelasan panjang yang akan diberikan oleh sang anak.

“kamu bisu?”

zuma menghela napas sebentar, mengadahkan kepalanya keatas sebelun menjawab pertanyaan sonya, “6 bulan, tante”

wanita itu tertawa sumbang seolah mengejek lelaki muda dihadapan nya ini. 

“berapa uang yang kamu butuhkan?”

“maaf?”

sonya memandang intens pria aries itu dari atas sampai bawah tanpa melewatkan satu bagian-pun. dirinya sedang mencari apa kelebihan lelaki ini hingga geoffrey mau saja diajak untuk hidup bersama.

“jadi, berapa? berapa nominal yang harus—”

“saya nggak perlu uang geoffrey tante. saya butuh tanggungjawab dia sebagai seorang ayah. jika anda berada diposisi yang sama seperti saya, apa uang lebih penting dari tanggungjawab?” pungkas zuma tegas.

dia tidak ingin dipandang rendah oleh wanita itu walaupun sebenarnya di mata orang lain mungkin hal itu benar adanya. 

tapi, untuk hal subtantif lainnya, ia tidak ingin kaito menerima imbas atau akibat dari perbuatan kedua orangtuanya. maka untuk menghindari itu, zuma harus berani melawan seisi dunia walaupun tidak ada yang bertahan disisinya sekalipun

hoo, cukup berani. harga dirimu setinggi apa sampai berani melawan perkataan orangtua calon suamimu sendiri?”

mendengar itu, zuma mematung sesaat. memproses segala pengertian yang tersemat dari balik kata kata sonya.

“m-maksud tante?”

sonya memejamkan matanya sebentar sebelum memberikan senyuman singkat kepada zuma, “kenapa? kenapa kamu mengejar geo seperti ini?”

“mengapa kamu memutuskan bertahan walaupun yang kamu rasakan hanya sakit?”

“being a mom, is really something, isn't it?

sonya mencecarnya dengan berbagai pertanyaan retoris yang sebenarnya zuma sendiri tidak tau harus menjawab dan bereaksi seperti apa atas pertanyaan tiba tiba tersebut.

ibu satu anak itu maju selangkah guna memeluk figur ibu muda yang berada tepat dihadapannya, “tolong urus geoffrey dan cucu saya dengan baik. geoffrey itu anak saya yang paling manja, jadi kamu harus banyak bersabar. dan lagi, terimakasih banyak karena kamu tanpa keluhan apapun telah berhasil menjadi figur ibu dan calon istri yang baik untuk geoffrey juga cucu saya. don't even ask where did I knew all this things that I've been asked to you.”

zuma membeku dalam pelukan sonya. apa benar ini kenyataan? apa benar restu dari orang tua geoffrey memang semudah ini? bukankah sonya sangat tidak menyukainya dulu?

sibuk melamunkan hal yang sudah berlalu zuma tak sadar bahwa pelukan mereka telah terlepas dengan kaito yang masih berada di dalam gendongannya.

“oh my days, you're soo cute boy. he's the real mini geoffrey when he was a baby too. can I hold him?”

zuma mengangguk, “sure

setelah mendapatkan kaito di dalam gendongannya sonya kemudian berbalik untuk menyampaikan sesuatu yang sedari tadi menjadi pertanyaan zuma,

“kamu nggak perlu takut semua ini cuma fake scenario. saya minta maaf kalau selama beberapa tahun terakhir, saya selalu melarang kamu berinteraksi dengan geoffrey. saya terlampau buta untuk melihat cinta kamu terhadap dia. but when I saw, how much geo's been struggling with love he had makes me realize that, the one who can make him found himself, is you. terimakasih dan maaf.”

yang lebih muda maju selangkah, melingkarkan pergelangan tangannya pada sonya dengan mata berkaca kaca menahan haru, “terimakasih juga. anda figur ibu yang baik untuk geoffrey. dia melimpahkan semua kasih sayangnya untuk kami sebagaimana ia mencintai keluarganya. terimakasih sudah melahirkan lelaki hebat seperti geo. saya merasa belum cukup hebat untuk menjadi orang tua, tapi geo mengajarkan bagaimana untuk tetap menghadapi segala sesuatu dengan dada yang lapang juga tangan yang saling menggengam.”

sonya mengangguk, wanita itu juga ikut terharu mendengar penuturan calon menantu tunggalnya tersebut.

eh? ada apa ini? udah main nangis nangis bareng aja”

entah darimana lelaki itu menghabiskan tiga puluh menit lainnya tapi yang jelas geoffrey agaknya terkejut dengan ekspresi dari kedua sosok favoritnya di dunia ini. padahal ia hanya pergi untuk membeli makan siang sebentar namun mereka berdua sudah berakhir berlinang air mata.

mom? sayang?”

tidak ada respon. keduanya masih sibuk dengan air mata yang tidak henti hentinya mengalir dari kedua netra berbeda itu.

“kamu pinter milih istri ge, mommy terharu.”

lelaki taurus itu kemudian terkekeh pelan sebelum maju menyambangi zuma juga sonya tak lupa memeluk yang terkasih di hadapan ibunya sendiri.

“iya dong. he's just like you mom, family first.” katanya dengan bangga lalu setelah itu menggoyangkan badan mereka berdua — zuma dan geo ke kanan dan ke kiri.

“mommy boleh request?”

keduanya menoleh, “what is it?”

“if you guys mind to have another child. can I ask three more grandchilds from you? biar rumah rame, mommy sama daddy kesepian ge...” ungkapnya dengan tangan yang sibuk mengusap pundak sang cucu.

4 anak heh? jika 4 anak berarti....

WARN : MPREG, BREASTFEEDING, FAKE SCIENCE, BROKEN ENGLISH.

disclaimer ; umur kai udah enam bulan ya jadi kalau ada yang masih aku tulis lima bulan, maaff :(


“kaito, kaito hey. look at that, there is a giraffe”

zuma berusaha menarik perhatian sang anak yang sedari tadi hanya menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang ibu dengan cara menunjuk hewan bertubuh tinggi tersebut kepada kaito.

“baby hey, look at that. they have such a long neck!”

katanya dengan sedikit guncangan pada tubuh kaito sehingga anak itu mau — setidaknya untuk menoleh pada objek yang tuju. dan, berhasil!!!

bayi gempal itu akhirnya memalingkan pandangannya pada hewan dengan leher panjang tersebut. tangannya terangkat keatas guna menggapai hewan herbivora di hadapannya ini.

“do you want to feed them, kai?“ 

“sayang, is that ok?”

zuma hanya mengangguk, “kan ada aku ge, aku yang bakal ngelindungin tangan kai nanti, don't worry.”

dengan begitu zuma meminta stok dedaunan pada salah satu petugas disana untuk mengajar kaito bagaimana caranya memberi makan pada hewan langkah tersebut.

“hold this while moe hold your hand, get it baby?“ 

kaito hanya memalingkah wajahnya keatas lalu memamerkan gusi merahnya pada sang ibu sebagai pertanda bahwa ia senang diajak memberi makan jerapah!

“kai is so cute, moe's boy is always cute, iyakan nak?” zuma mengerang lucu sembari mengusakkan hidung bangir keduanya.

akhhhhhhh” kaito tergelak sebentar —merasa geli saat hidungnya dan sang ibu bersentuhan.

cha, hold this okey? moe is going to hold kaito's hand so be nice, deal?”

lalu setelahnya ibu muda itu menggengam tangan kaito yang juga sedang memegang sekumpulan daun sebagai pangan utama dari para jerapah.

objek berwarna hijau pekat itu digoyangkan kesana kemari guna menarik perhatian si jerapah, 

“here it comes, are you ready?”

kaito tergelak sebentar sebelum menggengam batang hijau itu lebih kuat saat dirasa ada gerakan tarik menarik dari hewan besar di hadapannyan ini.

wah, you're sooo kind. givin' the food means you love them kai. you like the giraffe?“ 

bayi 6 bulan itu bergerak aktif dalam gendongan ibunya sebagai jawaban bahwa ia suka dengan hewan leher panjang tersebut!

“astaga gemas!!! moe gemas kaitoooo!” katanya sembari mengecup pipi si kecil dengan brutal.

cieee, seneng seneng tapi daddynya nggak diajak”

zuma menengok sebentar tepat pada sumber suara yang jelas jelas tengah menyindirnya bersama sang anak.

“daddy kan sibuk cari makan, jadi kai main sama moe aja, iyakan nak? duuuh gemasnya anak aku!”

“anak aku juga sayang”

“yaudah, anak kita berdua.”

geo mengangguk lalu membawa kedua belahan jiwanya dalam satu pelukan hangat, “iya. aku, kamu, kai, kita keluarga.”

“mau makan?”

zuma mengangguk mengiyakan ajakan geo 

“di mobil aja ya? kayaknya aku harus nyusuin kai juga. udah jam makan siang dia soalnya, tadi MPASI nya kamu taruh mana?” pria mungil itu bertanya dalam perjalanan mereka menuju mobil.

“ada di dashboard kayaknya moe. packagingnya kaca, aku takut kebentur makanya ditaruh di dashboard.”

zuma sudah tidak menjawab ibu satu anak itu sibuk membongkar dashboard — mencari MPASI milik kai karena sudah saatnya untuk bayi enam bulan itu makan siang.

“you want me to hold him while you feeding him?“ 

zuma mengangguk, “please” lalu menyerahkan kaito pada geoffrey yang sayang sekali ditolak oleh sang empunya tubuh.

“akhhhhhh akkkkkkkhh” kaito memberontak hebat dalam pelukan ayahnya — nyaris menangis jika zuma tidak cepat cepat mengambil bayi tampan itu dari tangan geoffrey.

“cup cup cup, iya iya nggak sama daddy. ini sama moe.” ajaib, perkataan zuma bagai sihir yang mampu mengehentikan aksi memberontak kaito kepada ayahnya.

“ckck, mama's boy banget heh?”

“iya dong”

“sayang sama moe terus ya nak?”

mendengar kalimat semacam itu terucap dari bilah bibir dominant nya, zuma merasa begitu dicintai.

“iya daddy, kai bakal terus sayang sama moe. sekarang kai mau mam dulu jadi sekarang daddy diam ya? perhatiin kai makan.”

geoffrey tergelak gemas, “iya iyaaaa”

“ayo nak, buka mulutnya, the plane is on the wayyyy, ammm”

lelaki mungil itu sibuk mensugesti bayinya untuk makan dengan pesawat jadi jadian lalu setelahnya zuma mulai menyulangi kaito dengan MPASI yang berisikan puree alpukat juga ubi jalar. walaupun beberapa kali menyemburkan makanannya namun bayi enam bulan itu tetap menghabiskan setengah dari MPASI yang telah dibuat oleh zuma.

“nah anak pinterrr, sekarang kai tunggu bentar ya? moe sama daddy makan dulu.”

“mau dipindahin aja kainya sayang?”

“gak usah, mending kamu coba gendong”

“yaudah, berarti kamu nyuapin aku ya?”

zuma mengangguk. pria dengan zodiak aries tersebut baru saja selesai membersihkan wajah kaito dari bekas makanan yang berhamburan disekitar bibir dan pipinya.

hop

dalam hitungan detik, kaito telah berpindah kedalam gendongan sang ayah yang tumben sekali — si gaoffrey kecil tidak memberontak hebat dalam pelukan kembarannya.

melihat kaito yang sedang tenang bersama geoffrey, zuma dengan cekatan mengambil packaging makanan yang telah dibeli oleh geo tadi. perlahan namun pasti mulai menyuapi dirinya sendiri dengan menu nasi juga katsu dari restoran terkenal tidak lupa berbagi sejumlah sendok bersama sang terkasih.

pasangan ibu dan ayah muda tersebut terus menikmati makan siang mereka sembari menonton tingkah kaito yang kelihatannya sudah mulai bosan karena mengantuk.

“kai ngantuk? mau nen?”

bayi enam bulan itu tanpa bas basi langsung mengulurkan tangannya kepada sang ibu, “astaga, ngantuk ini si geo kecil”

zuma kemudian membersihkan kedua tangannya bekas memegang alat makan tadi sebelum membawa kaito kedalam pelukannya. bayi jiplakan geoffrey itu langsung saja mengecapkan bibirnya pada pakaian zuma.

“sebentar nak, moe buka kancingan dulu.”

tak mau anaknya menunggu lama, ibu muda tersebut mulai membuka tiga kancing teratasnya lalu membiarkan kaito menyusu disana hingga mengantuk.

“ngantuk banget kayaknya?”

zuma mengangguk, “capek. habis kasih makan jerapah dia.”

“kamu tegap sebentar sayang, aku turunin sandarannya biar kamu nyaman.”

geoffrey kemudian menurunkan sandaran kursi penumpang yang ditempati zuma agar pria itu nyaman ketika menyusui buah hati mereka.

“maunya sama moe terus, sama daddy kapan?” tanya geoffrey retoris pada sang anak yang masih setia meyusu pada ibunya tak lupa memainkan kaki kaki mungil jiplakannya tersebut.

“makanya daddy di rumah dong, main sama aku!” jawab zuma sembari meniru suara anak kecil — berandai jika itu adalah kaito yang tengah menjawab pertanyaan sang ayah.

si taurus itu kembali terkekeh, kali ini bukan kaki kaito yang menjadi objek ciumannya namun punggung tangan sang ibu yang sudah bertengger manis pada permukaan bibir tipis itu guna dikecupi sedalam mungkin.

cup

“thankyou, really. you bring the happiness for us, and forever it'll be.” ujarnya yakin dengan tangannya yang masih setia menggengam tangan yang lebih tua.

“terimakasih kembali.”

“bisa gak jangan peluk peluk?” pinta seseorang yang sedang disibukkan dengan urusan memasak tak lupa dengan gendongan bayinya.

ya, zuma sedang memasak di dapur. ditemani oleh kaito yang rewel nya tidak berhenti hingga berakhir merusuhi ibunya saat memasak, begitupun dengan sang ayah yang sedang dalam mood pagi untuk berpelukan dengan ibu dari si bayi.

“geoffrey awas dulu coba, ini aku susah masaknya ditempelin kamu sama kai.“ 

bukannya menghindar geo justru mengencangkan pelukannya pada zuma hingga lelaki mungil itu sulit bergerak.

“nanti dulu, aku belum puas pelukan sama kamu. aku cariin di tempat tidur udah gak ada kamunya.”

zuma hanya menghela napas lalu melanjutkan acara masak-memasaknya dengan satu tangan yang sibuk menepuk pundak kai agar bayi itu semakin terlelap.

“masih ngambek, hm?” geoffrey bertanya dengan nada rendah guna menghindari pertengkaran di pagi hari.

“kamu kalau udah posesif, ngeselin. aku sampai gak bisa mikir harus apa. aku mau ninggalin kamu biar kamu sadar, tapi kalau jauh dari kamu bakal bikin aku lebih sengsara, aku udah gak sanggup.”

cup

geo mengecup pundak sempit itu pelan. ia tau, bahkan sangat tau bahwa toxic traitnya sudah mendarah daging — meminta zuma untuk tetap tinggal tanpa suatu kepastian.

tapi lagi lagi, apa yang bisa ia lakukan. jika saja pernikahan dilakukan segampan dan semudah membuat anak maka geoffrey sudah melakukannya jauh jauh hari.

begitu banyak pertimbangan yang harus dipikirkan secara matang. mereka masih sama sama memegang tekad dan ego masing masing walaupun telah memiliki kaito.

bahkan, dalam pertengkaran terburuk mereka sekalipun kedua orang itu tidak dapat memikirkan hal lain selain kaito,kaito, dan kaito. untuk sekarang semua kunci dari permalasahan mereka hanyalah kaito.

lalu? untuk apa mereka menjalin hubungan serius jika jawaban dalam diri satu sama lain belum dapat ditemukan, seolah olah mereka terus berputar di orbit yang sama.

keduanya harus mencari jati diri, barulah memulai hidup bersama sebagai dua insan yang memadu kasih hingga menjadi satu. jika mereka saja tidak tau apa yang diinginkan oleh diri mereka sendiri maka, apa yang harus dilengkapi?

geoffrey menarik napas panjang,

“kamu kayaknya kemarin terlalu marah sampai gak liat sekarang jarimu udah bertambah cantik.”

zuma memalingkan wajah kesamping, “maksudnya?”

“coba liat di jari manis kamu ada apa?”

dengan serentak ibu dari kaito itu mengangkat kelima jarinya ke udara untuk mencari tahu makna tersirat dari pernyataan geo.

“ge, ini...”

geoffrey mengangguk, “will you marry me?

disclamers : ini sesampainya geoffrey di lokasi yang dikirim yoga yep!

“apasih? lepasin gak!“ 

yang dicengkram memberontak dengan brutal saat merasa si lawan membawanya semakin jauh dari jangkauan banyak orang.

“tolong ikut aku sekali ini aja. kita ngomong baik baik.“ 

ck! lepasin atau gue teriak?!”

geoffrey melepaskan cengkramannya pada zuma, mengingat jika lelaki itu memberontak semakin keras maka kaito di dalam pelukannya juga akan ikut terbangun.

“mau apa lo kesini?”

“moe—”

“nama gue zuma.”

fine, zuma.”

geoffrey menarik napasnya sebentar, menepuk pundak kaito yang mengulat sebentar guna menenangkan si kecil.

“kamu, bisa jelasin semua ini?”

“jelasin apasih? emang lo siapa sampai harus pake penjelasan segala?” sindirnya terang terangan kepada sang lawan bicara.

“bukan masalah aku siapa dan kamu siapa. kaito nyariin kamu. kalau kamu emang udah gak anggap aku ada, yaudah gak apa. tapi, tolong pikirin kaito.”

zuma melipat kedua tangannya di depan dada sembari berdecak malas, “sok paling bener padahal lo gak tau gimana susahnya ngurusin anak.”

geoffrey menetralkan perasaannya yang dilanda emosi sekarang, ia tidak tahu bahwa sifat pengekangnya akan berakibat seperti ini.

“kamu—”

“dengerin gue, gue gak akan pulang ke rumah lo, atau ke apart lo atau apalah itu. sekarang semua terserah. lo lakuin apa yang lo mau dan gue lakuin apa yang mau gue lakuin.”

geoffrey menghembuskan nafasnya pelan, pikirannya berkelana sampai jauh entah memikirkan apa maksud dari pernyataan lawan di depannya ini.

“terus kaito? kamu mau kemanain kaito?”

“bukan urusan gu—”

hoo, jadi semua perhatian kamu kemarin itu palsu? tingkah kamu sebagai seorang ibu, itu semua rekayasa? kamu gak sayang sama anakmu sendiri, iya?”

si taurus maju lima langkah kedepan, menyesuaikan langkah dengan si 'model trendy' yang tengah menjadi perbincangan hangat.

“tatap aku dan bilang kalau kamu gak sayang sama kaito. gak masalah kamu mau dendam atau marah, kecewa, dan apalah itu sama aku. im fine with that.”

hening...

zuma mengadahkan kepalanya guna menahan rintisan air mata yang siap jatuh sebagai embun embun permata dari netra beningnya.

“a-aku...” katanya terbata. ia sungguh tidak tau harus melakukan apa? haruskah ia menuruti perintah geoffrey?

tapi hati tidak bisa berbohong. kaito berbagi semua hal dengannya selama sembilan bulan. bahkan dalam mimpi terburuknya sekalipun, saat zuma terbangun dan menangis ia hanya memiliki kaito untuk dipeluk sepanjang malam.

bayi itu banyak melewati suka – duka bersamanya. bahkan di detik detik ia ingin melenyapkan anak itu, pada akhirnya kaito yang menjadi sumber kebahagiaan bagi dirinya.

walaupun hampir mati dan tak palang nafas tersendat karena tindakan yang ibu yang membahayakan dirinya, kaito selalu mencari zuma sebagai pelabuhan terakhirnya.

anak itu benar benar definisi sesungguhnya dari ungkapan 'mama's boy.' apapun yang hendak ia lakukan, yang ia tahu hanyalah air susu sang ibu yang sering ia jadikan sumber utama bertahan hidup, serta dekapan hangat pria mungil tersebut sebagai pengantar tidur terbaik.

zuma menutup kedua wajahnya saat mengingat memori memori indah itu berputar tak beraturan bak kaset rusak dalam otak kecilnya.

hiks...hikss...hiks“ 

pada akhirnya bulir bening itu luruh juga. geoffrrey yang menjadi saksi hidup untuk itu hanya dapat menghembuskan napas pelan, ia tahu bahwa zuma teramat mencintai kaito.

maka dengan segala kerinduan yang membuncah, geo memeluk zuma bersama kaito yang senantiasa berada dalam pelukannya menjadi sebuah pelukan keluarga yang hangat.

“aku tau. aku tau kamu gak akan pernah bisa jauh dari rumahmu sendiri. karena tempat terbaik untuk pulang adalah rumah, right?”

zuma mengangguk histeris dengan air mata yang tak berhenti menetes dari binar rubahnya di hadapan geo. lelaki mungil itu kemudian mengambil kaito dari dalam pelukan geoffrey lalu mengecupi bayi tiga bulan itu dengan sepenuh hati pada pipi gempalnya.

“maafin moe sayang, moe sayang kai. selalu sayang.”

“jadi, kali ini apa?” zuma memendarkan pandangan kemana saja, asal tidak pada geoffrey.

ia sedang malas, entah kenapa saat satu minggu lalu pemotretan berlalu lelaki itu selalu saja memancing perkara tentang busananya saat masih melakukan pemotretan. 

“kamu udah tau aku mau bahas apa. kenapa masih nanya?”

zuma merotasikan bola matanya malas, “ya mana aku tau kalau itu bakalan di upload? bukan salah aku lah.”

geoffrey hanya menghembuskan nafasnya kasar saat mendapati zuma tidak paham dengan point yang ingin ia bicarakan.

“aku gak ngomong ini salah kamu atau engga. yang aku permasalahin why didn't you tell me about this sayang? aku kalut banget mikirin semua komentar di postingan itu, they're sexualizing you so hard.”

“ya terus kenapa? siapa juga yang gak high kalau liat foto begitu? udah terlanjur kan? mau digimanain?”

geoffrey menarik nafas sejenak, zuma dan sifat keras kepalanya begitu sulit ditandingi.

“kamu baik baik aja kalau mereka kayak gitu? are you ok if they're fantasized you like “woah he's so sexy” “that sexy collar bone caught my attention” atau “the tiny waist, what does it feel if it's suck in mine?” 

“kamu oke?”

“ya emang kenapa—”

“stop saying emang kenapa and answer my question kaito's mom!“ 

untuk pertama kalinya, geoffrey berteriak dihadapan zuma lagi saat hubungan mereka membaik.

“iya gue oke, emang kenapa? lagian lo siapa sampe harus cemas ini dan itu hah? gue capek geoffrey, capek! lo gak tau rasanya relain masa muda buat semua hal ini. dan disaat gue ngerasa bangga sama diri gue sendiri, salah?”

geoffrey mengusak kepalanya kasar saat mendapat jawaban yang tidak sesuai dengan ekspetasinya. zuma tidak mengerti, lelaki mungil itu tidak mengerti bahwa semua bentuk kekhawatiran geo adalah caranya menyampaikan rasa sayang.

“jadi menurut kamu? aku sama kaito ngerebut masa muda kamu?”

“emang iya kan? gue ngerelain masa muda buat ngurusin lo sama kaito.”

“kalau kamu ngerasa begitu dari awal, kenapa masih mau bertahan?”

zuma tidak bergeming, hatinya mengeras untuk sesaat. ia lelah mengurusi kehidupan barunya dan geoffrey dengan semua pembahasan ini hanya membuatnya lelah.

haaah. kamu mau gimana sekarang?”

si aries menarik napas dalam dalam sebelum menjawab, “gue mau ngelakuin apa yang gue mau. berhenti sok tau sama kehidupan gue kalau lo bahkan gak bisa pastiin hubungan ini. kalau lo masih ragu sama diri sendiri ada baiknya kita gak usah hidup bareng .“ 

dan saat itu juga rasanya dunia geoffrey runtuh, berpisah ya?

TRIGGER WARN : MISGENDERING, BREASTFEEDING, FAKE SCIENCE.

right, that's good. oh good, beautiful

ckrek!

pujian terus berterbangan saat sang model memperagakan postur yang diperintahkan oleh sang fotografer.

that's pretty, you look so gorgeous”

“smile a little bit more. oh yeah that's good.

berupa rupa gambaran lekuk serta pujian dilyangkan pada pribadi di depan sana membuat yang sedang memperhatikan sembari menggendong buah hati mereka terjerat emosi sesaat.

bukan tanpa sebab. busana yang digunakan oleh ibu dari kaito tersebut dianggap terlalu terbuka oleh geoffrey. kemeja kebesaran dengan kerah rendah yang mempertontonkan collar bone dari submissive tersebut membuat geoffrey tak palang ingin maju dan menutupnya dengan sesuatu.

haakkkhhh, wuahhahshsshsh…huakhhhhhh

sibuk berperan batin dengan suasana hatinya yang sedang buruk. geoffrey sampai lupa bahwa ia tengah menggendong sang buah hati.

hawawawawawaaa hiksss…hiksss” kaito memberontak di dalam pelukan sang ayah setelah tiga jam lamanya tidak bertemu sang ibu juga tidak mendapat asupan makan sorenya membuat bayi tiga bulan itu memberontak marah.

shhhh, calm kai calmm” katanya sembari mengusap belakang sang anak.

oeekkkk...oeekkkk...oeekk” namun bukannya tenang kaito justru semakin menangis keras. 

dia itu mau mama! bukan mau yang lain.

kelereng bening turunan zuma itu bergerak mencari sang ibu hingga disaat ia menemukan figur yang sama dengan ibunya, bayi kecil itu semakin merajuk ingin dilepaskan. kedua tangan kecilnya bahkan terulur kedepan berharap sang ibu akan datang dan mendekapnya.

shhhhh shhh shhh, bentar lagi ya nak? bentar lagi terus bisa dipeluk moe” geoffrey masih tetap dengan usahanya menenangkan kaito.

ayah satu anak itu maju lebih dekat dengan stage pemotretan sehingga kaito bisa melihat ibunya dengan jangkauan dekat.

hawhaawaa....haaaaa” lagi lagi bukannya ketenangan yang didapatkan, kaito justru semakin merontak ingin dibebaskan. ia ingin berlindung di dalam dada mama yang hangat bukan dalam dekapan papa yang dadanya keras seperti papan penggilas!

zuma yang melihat itu seketika memusatkan seluruh perhatiannya pada sang putra. ekspresinya seketika berubah saat melihat kaito dengan mata berair serta wajah kemerahan karena terlalu banyak menangis.

hawhawawaa, oeekkkk...hiks” tangisannya makin keras saat melihat sang ibu tak kunjung mendekat.

zuma, si lelaki aries itu tidak bisa membiarkan ini. tubuhnya maju selangkah guna meminta dispensasi waktu pada para kru, ia harus menyusui kaito karena anak itu biasanya langsung tenang saat mendapat asupan makannya.

“mr derrick, can I have a ten minutes break? my baby is crying out loud, so I have to feed him, can I?”

“yes you can, take your time then.” derrick kemudian menepuk bahu sang model dan berlalu dari sana.

zuma menghampiri geo dan kaito kemudian mengambil si kecil kedalam pelukannya “huhuuu, anak moe laper? mau nen?“ 

kaito tanpa basa basi hanya menyenderkan kepalanya pada dada hangat sang ibu sebagai penanda bahwa ia sudah sangat kelaparan.

“ulululu, laper dia ternyata”

geoffrey sedari tadi hanya memperhatikan tanpa minat. dia masih dibakar rasa cemburu, apa apan si derrick itu dengan tangan lancangnya menepuk bahu zuma.

“ge, tolong ambilin nurse cover aku dong”

geoffrey tidak bergeming, “gak usah.“ 

zuma mengerinyitkan dahinya heran, “kamu kenapa lagi deh?“ 

geoffrey melipat kedua tangannya di depan dada seperti postur orang yang sedang menahan amarah.

“nyusuinnya disini aja. biar mereka semua liat dan tau kalau kamu udah ada yang punya.”

“ngomong apa sih? ambilin cepetan! kamu mau emang aset kamu diumbar gitu aja?”

“nurut atau kita pulang?”

“geoffrey—”

oekkk oekkkk oekkkk

—zuma baru saja akan membantah namun sepertinya kaito sudah tidak bisa menunggu lebih lama.

“mr zu? you need something?”

derrick datang menghampiri ; sekedar menaruh atensi saat melihat anak dalam gendongan pria itu masih menangis keras.

“butuh ruangan untuk menyusui?”

zuma menggigit bibir dalamnya kuat kuat, ia tidak ingin memancing kecemburuan geoffrey, namun ia sungguh tidak bisa menyusui di ruangan terbuka seperti ini.

“ruangan saya ada yang kosong, tepat di sebelah ruang briefing tadi. kalau kamu mau, kamu bisa kesana untuk menyusui si kecil.”

zuma hanya mampu mengangguk patah patah saat melihat keadaan si buah hati jauh dari kata baik baik saja. berjalan dari sana diikuti dengan geoffrey yang setia mengekor dua pusat kehidupannya di depan sana.


sesampainya di dalam ruangan derrick, zuma dengan cekatan langsung mendudukan dirinya pada salah satu sofa disana.

membuka tiga kancing teratasnya menampilkan puting favorit kaito yang sering ia sesap guna mendapat asupan makanan. membiarkan sang putra menyesap sumber makanannya dengan tidak sabaran.

cup cup cup, laper banget nak?” gemasnya pada si kecil sembari menepuk punggung kaito yang sedang menyusu dengan semangat.

geoffrey yang tadinya hanya bisa diam dan memperhatikan dengan sejuta emosi dalam dirinya mendadak melebur melihat bagaimana zuma dengan begitu sabar dan telaten mengurus kaito. 

lelaki itu bahkan meminta waktu istirahat singkat di tengah tengah pemotretan hanya untuk menyusui kaito.

geoffrey menghampiri keduanya yang sedang menempati sofa di ujung ruangan, bergerak memeluk ibu dari buah hatinya sembari mengintip kaito yang sedang mendapatkan asupan energi dari sang ibu.

“aku gak suka.”

zuma mengerutkan dahinya heran, merasa ambigu dengan pernyataan si taurus.

“aku gak suka kamu ditatap sama orang sampai segitunya.”

mereka berdua sama sama terdiam. zuma membenarkan letak busananya setelah menyusui, masih dengan posisi menggendong kaito dalam pelukannya.

“kenapa?”

“gak suka aja, kamu cantik, kamu sempurna, banyak yang mau even you're already being a mom. and I realize one thing, that you're must be that perfect on everyone eyes. they look at you with shining lights in their eyes speak to me that 'you're not his by the way so stop looking like you adoring him' and I was stabbed by that. seeing how much people adore you makes me think, can I have you?

zuma berdecak malas, 

“omong kosong apasih ini? ngapain coba kamu ngomongin hal gak penting kayak gini?”

ibu muda itu mematut perhatian sepenuhnya pada geoffrey, menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

“aku.gak.peduli. kalau mereka suka sama aku ya itu resiko mereka. aku sama sekali gak mau tau, apa mereka suka sama aku? tanggapan mereka ke aku gimana? aku sama sekali gak peduli.”

“aku udah punya kamu dan kaito. apalagi yang harus aku cari, huh? kamu sendiri yang bilang kalau mau berjuang bareng bareng kali ini? dan sekarang? ini bahkan belum separuh perjalanan dan kamu udah pesimis geoffrey. kalau begini caranya, aku gak yakin kita bakal jadi—”

grep

belum sempat zuma menyelesaikan kata katanya, geoffrey lebih dulu membungkamnya dengan pelukan hangat dari balik tubuh ramping pria itu.

—”tolong jangan. jangan pernah bilang kalau kita nggak akan pernah jadi satu, karena aku nggak akan sanggup untuk itu. aku bakal berjuang lebih keras kalau itu yang kamu mau.”

WARN : MISGENDERING, BREASTFEEDING, FAKE SCIENCE.

“right, that's good. oh good, beautiful”

pujian terus berterbangan saat sang model memperagakan postur yang diperintahkan oleh sang fotografer.

“that's pretty, you look so gorgeous”

“smile a little bit more. oh yeah that's good.”

berupa rupa gambaran lekuk serta pujian dilyangkan pada pribadi di depan sana membuat yang sedang memperhatikan sembari menggendong buah hati mereka terjerat emosi sesaat.

bukan tanpa sebab. busana yang digunakan oleh ibu dari kaito tersebut dianggap terlalu terbuka oleh geoffrey. kemeja dengan kerah rendah yang mempertontonkan collar bone dari submissive tersebut membuat geoffrey tak palang ingin maju dan menutupnya dengan sesuatu.

“haakkkhhh, wuahhahshsshsh, huakhhhhhh”

sibuk berperan batin dengan suasana hatinya yang sedang buruk. geoffrey sampai lupa bahwa ia tengah menggendong sang buah hati.

“hawawawawawaaa hiksss hiksss” kaito memberontak di dalam pelukan sang ayah setelah tiga jam lamanya tidak bertemu sang ibu juga tidak mendapat asupan makan sorenya membuat bayi tiga bulan itu memberontak marah.

“shhhh, calm kai calmm” katanya sembari mengusap belakang sang anak.

“oeekkkk...oeekkkk...oeekk” namun bukannya tenang kaito justru semakin menangis keras. 

dia itu mau mama! bukan mau yang lain.

kelereng bening turunan zuma itu bergerak mencari sang ibu hingga disaat ia menemukan figur yang sama dengan ibunya, bayi kecil itu semakin merajuk ingin dilepaskan. kedua tangan kecilnya bahkan terulur kedepan berharap sang ibu akan datang dan mendekapnya.

“shhhhh shhh shhh, bentar lagi ya nak? bentar lagi terus bisa dipeluk moe” geoffrey masih tetap dengan usahanya menenangkan kaito.

ayah satu anak itu maju lebih dekat dengan stage pemotretan sehingga kaito bisa melihat ibunya dengan jangkauan dekat.

“hawhaawaa....haaaaa” lagi lagi bukannya ketenangan yang didapatkan, kaito justru semakin merontak ingin dibebaskan. ia ingin berlindung di dalam dada mama yang hangat bukan dalam dekapan papa yang dadanya keras seperti papan penggilas!

zuma yang melihat itu seketika memusatkan seluruh perhatiannya pada sang putra. ekspresinya seketika berubah saat melihat kaito dengan mata berair serta wajah kemerahan karena terlalu banyak menangis.

“hawhawawaa, oeekkkk...hiks” tangisannya makin keras saat melihat sang ibu tak kunjung mendekat.

zuma, si lelaki itu tidak bisa membiarkan ini tubuhnya maju selangkah guna meminta dispensasi waktu pada para kru, ia harus menyusui kaito karena anak itu biasanya langsung tenang saat mendapat asupan makannya.

“mr derrick, can I have a ten minutes break? my baby is crying out loud, so I have to feed him, can I?”

“yes you can, take your time then.” derrick kemudian menepuk bahu sang model dan berlalu dari sana.

zuma menghampiri geo dan kaito kemudian mengambil si kecil kedalam pelukannya “huhuuu, anak moe laper? mau nen?“ 

kaito tanpa basa basi hanya menyenderkan kepalanya pada dada hangat sang ibu sebagai penanda bahwa ia sudah sangat kelaparan.

“ulululu, laper dia ternyata”

geoffrey sedari tadi hanya memperhatikan tanpa minat. dia masih dibakar rasa cemburu, apa apan itu si derrick dengan tangan lancangnya menepuk bahu zuma.

“ge, tolong ambilin nurse cover aku dong”

geoffrey tidak bergeming, “gak usah.“ 

zuma mengerinyitkan dahinya heran, “kamu kenapa lagi deh?“ 

geoffrey melipat kedua tangannya di depan dada seperti postur orang yang sedang menahan amarah.

“nyusuinnya disini aja. biar mereka semua liat dan tau kalau kamu udah ada yang punya.”

“ngomong apa sih? ambilin cepetan! kamu mau emang aset kamu diumbar gitu aja?”

“nurut atau kita pulang?”

“geoffrey—”

“oekkk oekkkk oekkkk”

—zuma baru saja akan membantah namun sepertinya kaito sudah tidak bisa menunggu lebih lama.

“mr zu? you need something?”

derrick datang menghampiri ; sekedar menaruh atensi saat melihat anak dalam gendongan pria itu masih menangis keras.

“butuh ruangan untuk menyusui?”

zuma menggigit bibir dalamnya kuat kuat, ia tidak ingin memancing kecemburuan geoffrey namun ia sungguh tidak bisa menyusui di ruangan terbuka seperti ini.

“ruangan saya ada yang kosong, tepat di sebelah ruang briefing tadi. kalau kamu mau, kamu bisa kesana untuk menyusui si kecil.”

zuma hanya mampu mengangguk patah patah saat melihat keadaan si buah hati jauh dari kata baik baik saja. berjalan dari sana diikuti dengan geoffrey yang setia mengekor dua pusat kehidupannya di depan sana.

sesampainya di dalam ruangan derrick, zuma dengan cekatan langsung mendudukan dirinya pada salah satu sofa disana. membuka tiga kancing teratasnya menampilkan puting favorit kaito yang sering ia sesap guna mendapat asupan makanan. membiarkan sang putra menyesap sumber makanannya dengan tidak sabaran.

“cup cup cup, laper banget nak?” gemasnya pada si kecil sembari menepuk punggung kaito yang sedang menyusu dengan semangat.

geoffrey yang tadinya hanya bisa diam dan memperhatikan dengan sejuta emosi dalam dirinya mendadak melebur melihat bagaimana zuma dengan begitu sabar dan telaten mengurus kaito. 

lelaki itu bahkan meminta waktu istirahat singkat di tengah tengah pemotretan hanya untuk menyusui kaito.

geoffrey menghampiri keduanya yang sedang menempati sofa di ujung ruangan, bergerak memeluk ibu dari buah hatinya sembari mengintip kaito yang sedang mendapatkan asupan energi dari sang ibu.

“aku gak suka.”

zuma mengerutkan dahinya heran, merasa ambigu dengan pernyataan si taurus.

“aku gak suka kamu ditatap sama orang sampai segitunya.”

mereka berdua sama sama terdiam. zuma membenarkan letak busananya setelah menyusui masih dengan posisi menggendong kaito dalam pelukannya.

“kenapa?”

“gak suka aja, kamu cantik, kamu sempurna, banyak yang mau even you're already being a mom and I realize one thing that you're must be that perfect on everyone eyes. they look at you with shining lights in their eyes speak to me that 'you're not his by the way so stop looking like you adoring him' and I was stabbed by that. seeing how much people adore you makes me think, can I have you?”

zuma berdecak malas, 

“omong kosong apasih ini? ngapain coba kamu ngomongin hal gak penting kayak gini?”

ibu muda itu mematut perhatian sepenuhnya pada geoffrey, menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

“aku.gak.peduli. kalau mereka suka sama aku ya itu resiko mereka. aku sama sekali gak mau tau, apa mereka suka sama aku? tanggapan mereka ke aku gimana? aku sama sekali gak peduli.”

“aku udah punya kamu dan kaito. apalagi yang harus aku cari, huh? kamu sendiri yang bilang kalau mau berjuang bareng bareng kali ini? dan sekarang? ini bahkan belum separuh perjalanan dan kamu udah pesimis geoffrey. kalau begini caranya, aku gak yakin kita bakal jadi—”

grep

belum sempat zuma menyelesaikan kata katanya, geoffrey lebih dulu membungkamnya dengan pelukan hangat dari belakanh tubuh pria itu.

—”tolong jangan. jangan pernah bilang kalau kita nggak akan pernah jadi satu, karena aku nggak akan sanggup untuk itu. aku bakal berjuang lebih keras kalau itu yang kamu mau.”

TW : MPREG, FAKE SCIENCE, MISGENDERING,BROKEN ENG.

939 words, read on your own risk.

sorry for typos y’all, enjoy!

“jangan konsumsi apapun menjelang operasi di pagi hari nanti ya? Untuk ayahnya, pastikan pasangan anda dalam kondisi mental yang baik dan siap untuk melahirkan. Sering mengajak pasien berjalan atau duduk di  gymball juga dapat membantu mengurangi stress dalam jangka waktu kelahiran yang semakin dekat.” Suster itu kemudian membersihkan peralatannya sebelum melanjutkan instruksi kepada sepasang calon orang tua baru tersebut,

“operasi akan dilakukan pada pukul lima nanti. sampai batas waktu yang ditentukan, kalian bisa membicarakan hal apa saja yang dapat membuat suasana hati membaik. Kalau begitu, saya permisi dulu. Semoga anak kalian lahir dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun.” Suster cantik itu membungkukkan badannya lalu berpamitan dari dalam ruangan zuma dan geoffey.

Geo menyambangi zuma yang kini hanya bisa terduduk dengan busana rumah sakit yang membungkus tubuh mungilnya. Tangan kekarnya ia satukan dengan jari jemari mungil zuma seakan akan sedang menyalurkan seluruh kekuatannya pada sosok yang akan melahirkan buah hati mereka,

“kamu pasti bisa, kamu pasti kuat, kamu ibu paling hebat yang pernah aku temui setelah mama. Keadaan kita mungkin gak baik, tapi aku akan selalu berusaha untuk kamu dan kaito. Terimakasih banyak karena sudah mau mengandung dan nantinya akan melahirkan kaito. Dia harus tau ibunya adalah sosok paling luarbiasa yang pernah ada untuk dia.”

Geoffrey menghela napasnya kasar saat dirasa matanya mulai menimbun setitik cahaya disana, cahaya yang lama kelamaan akan turun sebagai rintik kecil pada  kedua netra coklatnya. Ia tidak sanggup, sungguh. Melihat keadaan zuma di rumah saja ia sudah meringis kesakitan apalagi membayangkan perut lelaki mungil tersebut akan disayat guna mengeluarkan malaikat kecil keduanya.

Zuma menangis, ia juga takut. Tak dapat dipungkiri, kekhawatirannya begitu besar. Entah ia masih dapat menghirup udara bebas atau tidak besok. Zuma pernah membayangkan keluarga kecil mereka yang begitu bahagia dengan Geo sebagai kepala keluarga hanya saja, ia tak tahu apa semuanya akan benar benar terwujud?

Angan bahagia itu….akankah menjadi nyata?

Zuma merentangkan tangannya kepada geoffrey—ia ingin turun dari ranjang rumah sakit yang sempitnya begitu mencekik hingga sanubarinya nyaris terluka. Perjuangannya akan dimulai sebentar lagi dan zuma berada dalam kondisi mental yang tidak begitu baik.

Geoffrey melakukannya, ia memeluk zuma begitu erat walaupun terhalang perut besar si aries. Menyalurkan segala kekuatan yang ia punya untuk mendukung sang calon ibu yang akan berjuang di esok hari. Tangan kekarnya mengelus pundak sempit itu perlahan sambil terus membisikkan kata kata penenang yang sekiranya dapat membuat zuma tenang.

hiks, aku takut…” adunya pada yang lebih muda.

Geoffrey mengangguk dengan air mata yang senantiasa membasahi pipinya. Ia tahu, ia tahu ini berat untuk zuma. Dirinya yang melihat saja sudah tidak mampu apalagi zuma yang harus menghadapinya di esok hari.

“hei moe, look at me.” Pintanya sembari mengangkat wajah zuma agar tatapan mereka sejajar.

“kamu.pasti.bisa. aku sama kaito nungguin kamu, aku sama kaito selalu jadi tempat kamu pulang. You don’t have to be worry, I know what I said can’t erase your pain but, can you think about the beautiful day we had together after kaito born? Can you think about us? Just us moe, nothing else.”

Zuma hanya mengangguk—masih dengan air mata yang setia membanjiri pipi pualamnya, geoffrey membawa mereka dalam ciuman memabukkan sebelum menghadapi penentuan di hari esok.


Tomorrow morning

05:00 AM, due date

“sudah siap?”

Zuma mengangguk atas pertanyaan dokter jeffrey, “geoffrey, you’re in or not?”

of course, I am.” geofrrey menjawab dengan lugas sebelum membantu para petugas operasi mendorong brankar zuma kedalam ruangan operasi.

Sebelum pembedahan, dokter akan memberikan obat bius atau anestesi epidural agar area perut yang akan disayat menjadi mati rasa. Namun, pada kasus tertentu, dokter juga bisa memberikan bius total.

Merasakan bagaimana obat bius itu mendistraksi dirinya, zuma tidak mempunyai pilihan lain selain tetap membuka mata—menjaga kesadarannya sembari berkhayal tentang hari hari indah yang akan menyapanya bersama geo, juga kaito.

Setelah obat bius bekerja, dokter jeffrey mulai melakukan operasi caesar dengan membuat sayatan pada perut dan otot rahim, kemudian mengeluarkan bayi secara perlahan.

“moe, hei…” si taurus memanggil zuma dengan nada halusnya sembari menggenggam tangan si mungil juga menyingkirkan poni yang hampir menutupi mata sang calon ibu.

hm?”

“you’re so beautiful when you givin’ birth to our baby. Everyone should know that kaito’s mom is the most beautiful mother that ever exist. The mom who always taking care of him, asking him how’s today, taking care of his father, the one who always put his family first.”

Zuma hanya tersenyum manis, “gombaalll”

Geoffrey menyatukan dahi mereka berdua sembari berdoa agar persalinan berjalan lancar sehingga mereka bisa dengan cepat bertemu kaito, si bayi nakal yang selalu membuat ibunya kewalahan.

“aku ngantuk, ge”

“no no no, don’t sleep pretty. Kaito must feel you first.”

Oek..oek..oek

Saat tengah menjaga kesadaran zuma, akhirnya saat yang mereka tunggu tunggu datang juga. Zuma merasakan tarikan yang cukup kencang pada perutnya disambut dengan rasa kosong yang begitu kentara pada bagian tersebut yang menandakan bahwa, Kaito mereka talah lahir di dunia. Geoffrey bahkan tersungkur di samping ranjang zuma saat tahu bahwa pria manis itu sudah berhasil melahirkan putra mereka dengan selamat.

“terimakasih banyak sayang, terimakasih.” Ucapnya tak putus putus saat dokter membawa kaito untuk memberikan prosesi skin to skin dengan sang ibu.

“Selamat, bayi kalian lahir dengan selamat. Jenis kelaminnya laki laki, semua organnya lengkap, serta berat badan 3,2 KG dengan panjang 50 CM. Sekali lagi selamat! Boleh kami tahu nama anak kalian tuan?”

kaito. Kaito Hideki Yogaswara.

Lantangnya kepada seisi ruangan, membanggakan sang buah hati yang kini terlelap nyaman dalam pelukan sang ibu.

“Terimakasih banyak moe, semua usaha yang kamu keluarkan, pengorbanan yang kamu lakukan, akan aku balas dengan sepenuh hati.” Ujar yang lebih tinggi sembari membawa kedua malaikatnya kedalam satu pelukan besar sebagai keluarga utuh untuk pertama kalinya.

Welcome to the wolrd baby kaito!

TW : contain a lil bit semi-nsfw, minors back off!

eunghhh” zuma mengeluh pelan saat dirasa sesapan pada bibirnya semakin panas, dada sang dominan ia tepuk saat merasa nafasnya mulai menipis.

a-ah, geoffrey! paha gue sakit!” pria hamil itu protes saat geoffrey tidak berhenti menggerayangi tubuhnya, bahkan bibir lelaki itu dengan ganas mengapit paha dalamnya.

tanpa menunggu aba aba, pria taurus tersebut mensejajarkan tubuhnya dengan zuma denga posisi saling menindih diatas tempat tidur.

CUP

netra bintang itu ia pandangi dalam seakan  menyampaikan makna tersirat. bibir tipisnya bergerak lincah mengecup jidat, kedua mata, bahkan hidung sang submisif membuat yang dikecup menggeliat pelan,

“udah ah! liur lo kemana mana!!”

geoffrey tidak peduli, senyum sabitnya ia layangkan sebagai balasan kepada yang terkasih,

“moe”

hm?” zuma mengalihkan tatapan penuh pada geoffrey disambut dengan lengan mungilnya yang melingkar pada bahu sang dominan.

“ayo ke psikiater, aku temenin sampai sembuh. let's run a better life for both of us, i'll wait for you, i promise.” tuntutnya yakin.

TW //  SELF HARM

np : lost – jaehyun

setelah membaca pesan dari yoga, agaknya hati geo memberat guna menemui si mungil. perasaannya yang sudah melunak perlahan mengeras kembali saat mengingat zuma dengan sengaja ingin melenyapkan buah hati mereka.

karena lagi lagi, tinggal sebentar saja. jika zuma ingin menunggu dengan sabar maka semuanya tidak akan serumit ini.

dan sekarang tanpa rasa bersalah, lelaki itu ingin melukai dirinya karena gagal menggugurkan kaito? obsesi bodoh apa yang ia miliki sehingga zuma mematok pikiran seperti itu?

justru dengan melenyapkan kaito, geoffrey akan semakin membencinya bukan mencintainya, apalagi menginginkannya.

bentuk simpati macam apa yang ia inginkan? 

pengakuan seperti apa, huh?

geoffrey melangkahkan kakinya kedalam kamar si mungil. netranya mematut kedua orang disana dengan tatapan menuntut seakan meminta penjelasan tentang situasi ambigu yang tengah mereka hadapi sekarang.

“gue keluar, lo berdua perlu ngomong.” setelah mengutarakan keinginannya, lelaki dengan marga sitanggang itu kemudian memberikan ruang bagi zuma dan geo untuk membicarakan urusan mereka.


hening…

keduanya tak kunjung membuka suara. yang ada hanya geoffrey dengan pias marahnya serta zuma dengan tatapan kosong yang entah sedang menglalang buana dimana.

“merasa paling tersakiti, huh?”

“merasa paling sakit?”

“lo segila apa sampai harus celakain nyawa orang?”

“kaito salah apa sama lo? dia nyusahin lo selama hamil?”

“dia ngapain lo? bikin lo muntah muntah? bikin lo sesek? bikin lo stress? bikin lo susah makan? bikin lo—”

GEOFFREY STOP!” setelah dicerca dengan berbagai pertanyaan klise oleh sang pemilik hati, akhirnya zuma memberanikan diri untuk menentang.

“lo gak pernah tau apa apa soal alasan kenapa gue begini. lo pernah ngerasain suka sama orang sampai rasanya mau mati? sampai sampai lo rela ngorbanin apa aja? lo yang buat gue hancur, lo yang buat gue kehilangan diri sendiri, lo yang bikin gue gila, lo yang bikin gue begini. lo pikir  setelah semua itu gue bisa tanpa lo, hah?!” si mungil berteriak marah, langkah kecilnya ia bawa mendekat pada geoffrey, berteriak tepat dihadapan lelaki itu tentang perasaannya selama ini.

tentang kepedihan,kesakitan,kesepian yang ia alami selama mencintai geoffrey . ia sudah hancur — zuma sudah hancur. ia bahkan sudah tak sanggup untuk mengenali diri sendiri, satu satunya obat sekaligus racun baginya hanyalah geoffrey.

“gue suka bangeet sama lo geoffrey, suka sampe rasanya mau mati. orang pertama yang nolongin gue dari teriakan mama papa, laki laki yang bersihin luka gue waktu jatuh dari sepeda, satu satunya cowok yang pengen gue liat—”

“TERUS KENAPA? KENAPA KALO LO CINTA MATI SAMA GUE, LO MAU MUSNAHIN KAITO, HAH?!” bukannya mendengar dengan saksama, geoffrey malah balas berteriak kepada sang calon ibu dihadapannya.

“gue gak gugurin kaito, lo liat? gue masih bunting—”

si taurus memotong spontan sembari merapatkan jarak keduanya bahkan melayangkan jari telunjuknya dihadapan zuma.

stop. gue gak perlu penjelasan lo, cukup tau kalau lo punya niat jahat sama kaito.”

ITU KARENA LO DARI AWAL GAK MAU NERIMA GUE SAMA KAITO! LO GAK NGERTI GEOFFREY! GAK NGERTI, ARGHHHHH!!!” teriaknya histeris sembari menancapkan bekas vas bunga pada lengan yang untungnya telah dihalau oleh geoffrey terlebih dahulu.

pria kelahiran april 2000 itu dengan sigap menangkis alat tajam sebelum mencancap pada kulit yang lebih tua mengakibatkan lengannya tergores kecil.

tubuh berisi gumpalan darah itu kemudian meluruh diatas ubin sembari berlutut dihadapan geo,

“maaf, jangan tinggalin gue. gue gak bisa tanpa lo, tanpa kaito juga. gue mohon jangan pernah pergi geoffrey, tolong jangan.”

geo menghela nafas berat, melihat zuma dengan keadaan seperti ini adalah kelemahan terbesarnya. tubuh ringkih itu ia dekap dengan penuh kasih sayang tak lupa melayangkan kecupan pada pucuk kepala yang lebih mungil.

“kalau lo mau bunuh kaito, sekalian aja bunuh gue. karena kalau lo cinta sama gue artinya lo harus cinta sama kaito juga.”

zuma mengangguk, masih dengan mata sembab serta surainya yang sarat akan penderitaan,

“janji, gue janji bakal jaga lilsun. gue janji mau sayang dan cinta kalian berdua.” jawabnya yakin sembari mengeratkan pelukan pada si taurus.

janji huh? janji harus ditepati, bukan begitu?