**
cw : cringe.**
“mau makan dulu?” abraham bertanya guna memecah keheningan diantara mereka.
canggung.
setelah keduanya bertolak dari kediaman sang dominan mereka tidak berbicara apapun. perkataan ibu dari pria yang ia sukai itu membuat pigu dilanda kegundahan setengah mati.
“pi?” mendengar abraham melontarkan dua aksara dengan inisial namanya, pigu tersentak.
“iya kak?”
abraham menghela nafas pelan saat mendapati pria mungil itu sibuk berperang dengan pikirannya sendiri, “mau makan dulu?”
pigu mengangguk samar, “boleh aja kak, terserah.”
mendengar itu, lelaki dengan inisial AD yang telah disukai pigu selama delapan tahun belakangan menghentikan kendaraan mereka di depan salah satu kedai bebek goreng langganannya.
“suka ga sama bebek goreng?”
“suka suka aja, gue pemakan segala”
abraham terkekeh, ‘lucu’ batinnya.
“yaudah lo tunggu sini, gue beli dulu. makannya di mobil aja ya?”
pigu mengangguk, “iya”
bergegas turun dari mobilnya, abra kemudian memesan 1 porsi bebek goreng untuk pigu, ya hanya untuk pigu. dia bisa makan nanti, anggap saja sebagai bonus karena pekerjaan si mungil sangat memuaskan di matanya bersama sang ibu.
cklek
pintu terbuka menampilkan abraham dengan satu porsi bebek boyongannya tadi.
“loh? kok cuma satu? punya lo mana?”
si taurus terkekeh geli melihat reaksi pigu yang menurutnya terlalu gemas untuk dilewatkan.
“gue bisa makan nanti, di rumah.”
pigu menggeleng anarkis mendengar jawaban yang lebih tua. bagaimana ceritanya abra membeli makanan untuk dirinya sedangkan abra sendiri tidak memakan apa apa?
“heh, gak ada ya! ini makan berdua aja, lo kalo masih nolak, gue suapin.”
“yaudah suapin aja, biar gue juga gak repot.”
siapapun tolong tahan pigu sekarang, ia rasa ia terlalu cepat larut dengan perkataan abraham yang seakan akan ingin mendekati dirinya dengan serius.
mendengar permintaan abra, lelaki aries itu kemudian menyiapkan santapan mereka diatas piring yang telah disiapkan oleh abra sendiri saat mampir membeli bebek tadi.
submisif manis itu dengan telaten mencampurkan bumbu bebek dengan beberapa lalapan seperti kemangi, kol, dan tentu saja nasi beserta daging bebek pada tangkupan kecil jari jarinya, meniupinya pelan sebelum menyuapkan kepalan nasi tersebut kepada abraham.
“pelan pelan, masih panas” abraham mengangguk sembari menerima suapan dari yang lebih muda.
seketika pigu merasa ia sedang mengurusi sang suami yang ingin di manja seusai bekerja, ah ada ada saja pikirannya ini.
“ayo pi, sua lagi. yang banyak!!” serunya bak anak kecil
pigu menggulirkan bola matanya malas,
“yang begini tadi katanya gue makan ntar aja, pas di rumah. tapi ujung ujungnya makanan gue lo embat juga.” protes si mungil sambil kerap menyuapkan butiran nasi pada presensi dihadapannya.
yang disindir hanya mampu melayangkan senyum matanya hingga membentuk lengkungan sabit yang indah.
“kunyahnya pelan pelan coba. ini belepotan banget kaya anak SD waktu makan.” ujar si manis dengan punggung tangannya yang sibuk menghapus bekas makanan pada sudut bibir yang lebih tua.
“cantik” ungkap si taurus pelan nyaris tak terdengar.
“hm?” pigu mengalihkan pandangannya pada abraham saat dirasa lelaki itu ingin menyampaikan sesuatu.
“lo,” ujarnya setengah terputus, sedikit malu mengatakan apa yang ada di dalam otaknya sekarang. tapi abraham rasa ia perlu mengatakan ini.
“gue? gue kenapa?” penasaran si mungil.
“cantik, lo cantik pi.” terang abraham dengan tatapan yang tak punah dari entitas mungil disebelahnya, seakan merayu dengan sopan untuk terus dilindungi dan di dekap dalam panah asmara, pigu rehatta.