WARN : nsfw content, unprotected sex, anal sex, age gap, minors back off.
Sejak masuk kedalam mobil entah kenapa suasana menjadi hening. Ricci bertanya sendiri kepada dirinya apakah dia melakukan kesalahan fatal hingga di diami seperti ini oleh lelaki pujaaanya.
Namun tidak, Lelaki kecil itu merasa tidak melakukan kesalahan apapun ya karena memang ia tak melakukan apapun—kencan dengan lelaki lain misalnya?
Ricci bersumpah semenjak dirinya memutuskan untuk menyukai Arkan, dia tak pernah merayu lelaki manapun even his closest friend.
Jadi, bolehkah dia merasa Arkan egois disini?
Tiba-tiba mendiami dirinya tanpa alasan begini, bukankah tindakan yang kekanakan? Sumpah Ricci lebih baik dicaci maki daripada harus diberikan silent treatment seperti ini.
Arkan itu tipe lelaki pendiam nan tenang in mean time dia bisa menjadi lelaki paling dingin yang Ricci tau, lalu sekarang? Silent treatment?
Apakah dalam hubungan ini harus Ricci saja yang mengerti lelaki dewasa itu?
“Pak, saya ada salah ya sama bapak?”
“Kok diem?”
“Jawab pak”
Hening...
“Aku ada salah apalagi sama kamu mas?”
Ya, jika sedang berdua saja atau dalam keadaan serius Ricci akan memanggil Arkan dengan sebutan ‘Mas’ dibanding ‘Pak’ yang terkesan terlalu formal.
“Kamu bisu? Diemin aku seharian begini gak akan selesein masalah”
Merasa muak dengan semua pertanyaan yang seolah memojokkan dirinya, lelaki dominan itu menepikan mobil sehingga mereka dapat berbicara dengan serius tanpa embel2 ‘tidak bisa fokus karena sedang menyetir’
“Tadi kamu jalan sama siapa?”
“Aku?”
Arkan mengangguk,
“Iya, kamu”
“Aku udah izin lho mas, sama kamu”
“Setelahnya”
Ricci terlihat bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleng sang lawan, setelahnya? Setelahnya apa? Seingatnya setelah berpergian dengan bintang, ia kembali ke apartment diantarkan oleh—
Ah! Dia ingat sekarang!
'Astaga? Apa mas liat ya aku sama mas jerry?'
“Jawab.”
“Kenapa? Kamu tidak bisa menjelaskan alasan kamu berjalan santai dengan sahabat saya?”
Ricci paham sekarang lelakinya ini salah paham menyerempet cemburu.
“Mas, kamu harus denger penjelasanku dulu”
“Saya daritadi nunggu kamu jelasin”
Yang lebih kecil menghela napas pelan sebelum mulai menjelaskan.
“Aku sama mas jerry gak sengaja ketemu, katanya dia baru selesai ketemu klien di tempat yang sama”
“Gak lama waktu aku lagi nunggu bintang sama mas jerry, bintang bilang kalo motornya mogok dan dia harus ke bengkel dulu”
“Tahu kan kalo dia ke bengkel berarti makan waktu? Meanwhile kamu udah nyepam aku nyuruh pulang, mas jerry paham se-posesif apa kamu ke aku makanya dia nawarin diri buat nganterin aku.”
Selesai menjelaskan Ricci merasa lega, setidaknya dia tidak merasakan beban apapun lagi atau bahkan merasa bersalah kepada lelaki disebelah nya ini.
“Mas? Masih marah ya?”
Ricci membalikkan badannya meyamping hingga ia bisa melihat langsung wajah tanpa ekspresi Arkan.
Tangan kecilnya terayun menangkup sisi wajah Arkan yang dapat dia jangkau dari tempat ia duduk.
“Yaudah kalo mas masih marah aku minta maaf, aku bener-bener gak ada niatan apapun sama mas jerry, aku sama dia—“
Cup
Ricci cukup terkejut saat merasa sesuatu yang empuk nan basah mengecupi telapak tangannya, telapak tangan yang Arkan yakini selalu dirawat oleh sang empunya itu, ia bawa untuk sekedar digenggam dan dikecupi hingga lawannya tersentuh.
“Aku itu gak marah atau apa, aku cuma nggak mau kalo kamu di cap yang engga-engga sama client jerry atau teman sekantor kami.”
Ujarnya sambil mengelusi telapan tangan ricci..
“Mas jangan marah-marah sama aku ya?”
“Kenapa?”
“Nanti aku gak bisa modusin mas lagi.”
Mendengar itu arkan dengan sigap menarik tengkuk Ricci dikecupnya belah bibir semanis cherry milik sang submissive.
Bibirnya dengan lihai melumat serta menjilat bibir ricci.
Yang lebih kecil tentu tak mau kalah, ia mengalungkan tangannya pada leher sang dominan sambil sesekali meremas surai hitam legam tersebut.
“Nghhh”
Sejenak pagutan itu terlepas, Arkan mengusap ranum cherry itu perlahan menghilangkan bekas saliva yang menempel disana.
“How about car sex?”
“Why not daddy?”
Dalam sekejap mata , badan ramping itu telah berpindah posisi diatas pangkuan sang dominan.
Uke on top sounds good.
Kali ini Ricci memulai lebih dulu.
Pria mungil itu dengan cekatan melingkarkan kedua lengannya pada leher sang dominan sambil mengelus belakang kepalanya dengan lembut.
Awalnya sebatas elusan sebelum berubah menjadi jambakan kecil ketika yang lebih tua mulai mengelus paha bagian dalam Ricci perlahan dengan sensual.
Tautan bibirnya tidak terlepas, bagian atas bibir ricci melahap habis bagian bawah bibir Arkan hingga rasanya ranum lelaki itu agak membengkak nan merona.
Tangan Arkan tak tinggal diam, dimulai dari paha elusan itu kemudian naik menghampiri pinggang ramping Ricci, maklum calon model harus pintar menjaga bentuk badan.
“Emhhh”
“Take off your pants baby”
Ricci hanya mengangguk, setelahnya pria mungil itu mulai menurunkan resleting celananya hingga hanya pantiesnya yang tersisa.
“Uh wow, I didn’t plan to see this panties on you so soon babe”
“U-uh ya begitulah”
Kilah ricci dengan pelan, sungguh ia malu. Rencanya panties itu akan ia kenakan saat mereka berada di Hotel namun apa daya jika sudah begini yasudah sekalian saja.
“Mau langsung? atau foreplay dulu?”
“Langsung aja mas, tempatnya sempit aku gak mungkin blowjob disini.”
“You’re not going to rimming me in here don’t you?”
Arkan hanya mengangguk,
“Bilang kalau sakit, cakar punggung aku. Jangan ditahan”
“Iya mas, cerewet deh”
“Aku gak mau kamu kesakitan, besok masih ada kelas kan?”
Ricci mengangguk sembari menyingkirkan helaian rambut yang nyaris menutupi mata sang terkasih.
Membubuhkan kecupan seringan kapas pada kening yang lebih tua, tak lupa berterimakasih karena sudah diperlakukan sebegini pantasnya.
“Thankyou for understanding me a lot mas”
“Let’s start the game baby”
Seiring dengan perkataan yang keluar dari bibirnya, saat itu juga Arkan telah bersiap untul menancapkan kejantanannya pada lubang hangat si mungil.
“Ready?”
Ricci mengangguk,
Arkan mengangkat pinggul ricci perlahan sebelum mengocok kejantanannya cepat sebagai pelumas.
“Aaah...Ahhh”
Ricci merintih pelan saat merasa kepala penis tersebut menggelitik permukaan lubang analnya.
Menggesek pelan namun pasti, kejantanan Arkan hampir masuk sempurna sebelum Ricci berteriak kesakitan karena untuk pertama kalinya melakukan hal ini tanpa penetrasi yang lumayan lama.
“A-aaah pelan uuh mas”
“I'm in baby, cakar punggung aku kalo sakit”
Ricci memejamkan matanya—
JLEB
“Ahhhh...”
Sesudah rasa sakit sementara itu menghantam lubangnya yang serasa dirobek oleh penis besar si ‘mas’
“Jangan gerak dulu mas”
Tangannya meremat pelan bahu sang dominan, menandakan bahwa ia benar-benar kesakitan. Arkan tidak buta ia peka bahwa submissivenya kesakitan maka dengan segala rasa bersalah yang ada ia merengkuh ricci kedalam pelukan hangatnya sembari mengelus pelan pinggang si mungil yang sedang terisak pelan.
“Does it hurt?”
“Nggak mas, aku cuma kaget aja”
“Aku udah bisa gerak?”
“Aku aja yang gerak. Kamu diem aja, oke?
Setelah mendapat persetujuan dari Arkan, Ricci dengan perlahan mengangkat pinggulnya sebelum menancapkan penis besar itu dalam lubangnya dengan sekali hentakan.
Tubuh sexy nan ramping itu bergerak turun naik dengan semangat membuat lawan bercintanya kepayahan.
Terkadang pria mungil dengan tubuh mulus bak porselen itu menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan agar bisa merasakan tegangnya penis sang kekasih dalam lubang hangatnya.
“Feels good”
Ricci bertanya dengan nada sensual, menuntun kepala Arkan untuk kembali beradu dalam ciuman panas.
“Aaah...ahh..ah mas”
“You taste so good, always.”
Sibuk dengan kegiatan keduanya tak lama kemudian ricci merasa penis lelakinya semakin membesar di dalam lubangnya menandakan Arkan akan segera orgasme.
“Arghhhh, faster baby”
Ricci mempercepat gerakannya dengan posisi diatas Arkan, sedangkan yang lebih tua ikut menggerakan tubuhnya dari bawah sembari tangannya memegang pinggul si manis, mempercepat gerakan sang lawan.
“Ah...ah...ahhh”
“Fuckk, ahhh so good”
“Cumhh...ahh”
Beberapa tusukkan setelahnya lelaki yang lebih tua menjemput putihnya, sedangkan Ricci sendiri terengah-engah diatas Arkan, lelaki mungil itu memeluk leher sang dominan dengan erat.
Arkan yang merasakan ricci melemas hanya meggerakan kedua tangan besarnya untuk mengelus pundak si mungil.
“Thankyou, it’s great.”
“Sama sama mas, udah kewajiban aku.”
Setelah itu ricci benar-benar tertidur diatas badan Arkan tanpa mengingat hal penting bahwa—
Arkan didn’t use any condoms.
![Attachment.png]()