poseidoonss

Shankara tiba di aula pada pukul 09.30, tiga puluh menit sebelum acara serah jabatan kapten basket dilakukan.

Dirinya menunggu dengan sabar pada bagian tribun aula yang memang disusun menjorok kebawah dengan bagian panggung ditengah.

Tak lama terdengar desas-desus dari para siswa seolah menganggumi sosok yang baru saja memasuki ruangan aula, siapa lagi kalau bukan para most wanted sekolah, prakat.

Dan dia ada, shankara memperhatikannya dari jauh. Memaku pandangannya pada satu sosok yang selama ini ia nanti kehadirannya untuk meminta seribu maaf yang bahkan tak cukup menggambarkan perbuatannya selama ini.

Shankara melihatnya, lelaki itu sehat, berdiri dengan gagah dan bugar seperti dirinya yang semula, pipinya yang tirus kini semakin tajam dihiasi rahang yang tegas.

Kulit putihnya bersinar diterangi penerangan aula yang membuat siapa saja terpaku kala melihat sosok tersebut, hidung bangirnya mencuri perhatian seakan mampu menaklukan perhatian siapa saja.

Air matanya hampir menetes hanya dengan memikirkan bahwa lelaki itu, pascal baik-baik saja bahkan sehat teramat sangat saat tidak berusaha mendekati dirinya.

Sorot matanya masih sama, berbinar dan penuh sayang. Sorot mata yang selalu shankara hindari dulu namun sekarang entah mengapa ia begitu mendamba.

Huft.

Tak sadar ia melamun hingga melupakan bahwa acara serah terima jabatan itu telah berlalu dengan pascal yang tidak sedikit pun berusaha untuk mencari keberadaannya padahal ia tahu pasti afkar sudah memberitahukan perihal chat mereka semalam.

Namun shankara tidak menyerah, saat aula masih ramai dengan sorak-sorai penuh pujian terhadap pascal, lelaki manis itu dengan berani melangkahkan kakinya menuju ruang istirahat dimana pascal bersama team nya sedang melakukan briefing.

Menunggu lelaki itu selesai bercengkrama dan ia akan menjelaskan semuanya, saat ini juga.

CKLEK!

15 menit berlalu, pintu ruangan terbuka menampilkan afkar dan agam berserta tas di masing-masing pundak mereka jangan lupa tatapan kaget yang diberikan keduanya saat mendapati shankara di depan pintu,

“eh? Rei? ngapain?”

“a-anu, itu gue...”

“kalian belum balik?” suara itu, suara yang selama ini shankara nantikan kepulangannya, muncul ditengah-tengah mereka bertiga.

Pascal tidak terkejut, ia tau Rei membututinya sedari tadi, itulah mengapa ia menginterupsi agam dan afkar agar cepat berlalu dari sana, tatapan mereka membuat Rei tidak nyaman dan Pascal tau itu.

“ini mau balik, duluan Rei”

Shankara mengangguk, “iya af, gam”

Dan kini, hanya ada mereka berdua. Berdiri mematung di depan pintu aula dengan kaku, tak tau apa yang harus dilakukan.

Shankara merasa bibirny kelu hanya untuk sekedar menyapa 'hai' atau 'apa kabar?'

Melihat Rei yang hanya mematung di tempatnya, Pascal memberanikan diri untuk mempersempit jarak diantara mereka hingga ia bisa menghidu aroma jasmine dari si pemilik tubuh dihadapannya,

“apa kabar, Rei?”

Shankara terdiam, berusaha membendung cairan bening yang sebentar lagi mungkin akan menetes dari balik manik indahnya.

Nada bicara Pascal masih lama, selalu halus dan lembut, tatapan masih sama, tatapan penuh kasih, lelaki ini begitu baik dan Shankara merasa ia dalam masalah besar sekarang.

“a-aku—”

“kalau kamu datang untuk minta maaf, aku sudah memafkan kamu Rei. sedari awal nggak pernah ada yang aku sesali. selama aku mencoba untuk mendapat atensi kamu, aku nggak menyesal, kamu nggak perlu minta maaf. semua orang punya pilihannya masing-masing. justru aku yang minta maaf”

Rei menegakkan kepalanya, netra coklatny bertatapan dengan netra kelam milik Pascal yang membuatnya seakan menyelami samudra luas, “maaf karena membuat kamu risih dan buat kamu kelihatan jahat di mata kamu sendiri. kamu nggak jahat, kamu selalu jadi orang baik. terimakasih juga sudah mengajarkan aku pentingnya sabar dalam sebuah proses pendekatan, aku mengasihi kamu lebih dari yang kamu tau.”

Masih belum selesai, sang dominan mengambil kedua telapak tangan halus milik Shankara lalu dielus perlahan hingga menimbulkan perasaan nyaman yang tak dapat di deskripsikan oleh sang empunya,

“tapi cara aku mengasihi kamu kali ini berbeda. aku mau kamu bahagia dengan lelaki atau perempuan pilihan kamu, siapapun itu.

dari Al, untuk Rei.

march, 2023


Hai? aku minta maaf karena cuma bisa nulis surat ini untuk bilang kalau aku sayang sama kamu, untuk ungkapin perasaan aku, maaf aku nggak gentle. 

Aku cuma takut, takut kamu nggak nyaman dan memilih pergi padahal aku belum berjuang sampai akhir, hehe.

Shankara Rei. Nama yang cantik, sama kayak orangnya (ini bukan gombal) betulan, kamu cantik.

Cantik dan baik hati, nada bicaranya lembut dan halus walaupun sama aku kamu jarang ngomong tapi aku sering dengar kamu ngomong sama anak-anak rotter kok (dari jauh, telinga aku tajam lho)

Kamu indah Rei, nggak peduli kamu bakal bosan baca ini aku cuma mau menyampaikan apa yang jadi decak kagum ku sama kamu. Bukan hanya dari fisik tapi lembutnya hati kamu buat aku sadar kalau aku memang harus berjuang keras.

Kamu sosok yang teguh dan keras, aku akui dan aku kagum, teramat kagum. Sorot mata kamu membuktikan bahwa kamu benar-benar sosok yang kuat.

Dari situ aku sadar, who am I to get you by my side? tapi Rei, aku nggak bohong kalau aku benar-benar ingin menjadikan kamu sebagai pendamping walaupun aku banyak kurangnya, nggak sempurna.

Patah hati buat aku nggak ada apa-apanya Rei, kalau memang patah hati ku bisa jadi sumber kebahagiaan kamu, aku rela patah hati berulang kali asalkan kamu bahagia.

Bahagiamu, bahagiaku juga.

Aku ini anak bunda sekali Rei, lemah dengan sosok yang punya sosok keibuan dan mengayomi, hehe

Udah wis, aku nulisnya kebanyakan. Yang terakhir, aku sakit Rei dan aku cuma ingin membahagiakan ayah (kalau diberi umur panjang) dan tentunya membahagiakan kamu juga kalau kamu menginzinkan.

Kalau kamu udah baca surat ini artinya aku udah nggak ada disamping kamu lagi. Cuma untuk sementara kok, kalau aku sudah sehat lagi aku janji akan menjadi sosok yang lebih baik, yang nggak bikin kamu risih dan terganggu.

Maaf sifat aku yang terlalu terburu-buru buat kamu nggak nyaman. Aku baru pertama kali deketin seseorang jadi nggak ngerti cara yang benar gimana, aku cuma jadi diriku sendiri dan maaf sekali lagi kalau bikin risih ya?

Untuk sate dan minuman yang aku beri, kamu boleh bilang kalau kamu nggak suka ditreat seperti itu Rei, kamu bebas mau apakan pemberian aku asalkan jangan dibuang ya? Nggak baik buang – buang makanan, cantik.

Aku pamit ya? Jaga diri Rei, sampai bertemu lagi di waktu yang lebih baik.

Tertanda,

Samudera Pascal

WARN : nsfw content, unprotected sex, anal sex, age gap, minors back off.


Sejak masuk kedalam mobil entah kenapa suasana menjadi hening. Ricci bertanya sendiri kepada dirinya apakah dia melakukan kesalahan fatal hingga di diami seperti ini oleh lelaki pujaaanya.

Namun tidak, Lelaki kecil itu merasa tidak melakukan kesalahan apapun ya karena memang ia tak melakukan apapun—kencan dengan lelaki lain misalnya?

Ricci bersumpah semenjak dirinya memutuskan untuk menyukai Arkan, dia tak pernah merayu lelaki manapun even his closest friend. 

Jadi, bolehkah dia merasa Arkan egois disini? 

Tiba-tiba mendiami dirinya tanpa alasan begini, bukankah tindakan yang kekanakan? Sumpah Ricci lebih baik dicaci maki daripada harus diberikan silent treatment seperti ini.

Arkan itu tipe lelaki pendiam nan tenang in mean time dia bisa menjadi lelaki paling dingin yang Ricci tau, lalu sekarang? Silent treatment? 

Apakah dalam hubungan ini harus Ricci saja yang mengerti lelaki dewasa itu?

“Pak, saya ada salah ya sama bapak?”

“Kok diem?”

“Jawab pak”

Hening...

“Aku ada salah apalagi sama kamu mas?”

Ya, jika sedang berdua saja atau dalam keadaan serius Ricci akan memanggil Arkan dengan sebutan ‘Mas’ dibanding ‘Pak’ yang terkesan terlalu formal.

“Kamu bisu? Diemin aku seharian begini gak akan selesein masalah”

Merasa muak dengan semua pertanyaan yang seolah memojokkan dirinya, lelaki dominan itu menepikan mobil sehingga mereka dapat berbicara dengan serius tanpa embel2 ‘tidak bisa fokus karena sedang menyetir’

“Tadi kamu jalan sama siapa?”

“Aku?”

Arkan mengangguk, 

“Iya, kamu”

“Aku udah izin lho mas, sama kamu”

“Setelahnya”

Ricci terlihat bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleng sang lawan, setelahnya? Setelahnya apa? Seingatnya setelah berpergian dengan bintang, ia kembali ke apartment diantarkan oleh—

Ah! Dia ingat sekarang! 

'Astaga? Apa mas liat ya aku sama mas jerry?'

“Jawab.”

“Kenapa? Kamu tidak bisa menjelaskan alasan kamu berjalan santai dengan sahabat saya?”

Ricci paham sekarang lelakinya ini salah paham menyerempet cemburu.

“Mas, kamu harus denger penjelasanku dulu”

“Saya daritadi nunggu kamu jelasin”

Yang lebih kecil menghela napas pelan sebelum mulai menjelaskan.

“Aku sama mas jerry gak sengaja ketemu, katanya dia baru selesai ketemu klien di tempat yang sama”

“Gak lama waktu aku lagi nunggu bintang sama mas jerry, bintang bilang kalo motornya mogok dan dia harus ke bengkel dulu”

“Tahu kan kalo dia ke bengkel berarti makan waktu? Meanwhile kamu udah nyepam aku nyuruh pulang, mas jerry paham se-posesif apa kamu ke aku makanya dia nawarin diri buat nganterin aku.”

Selesai menjelaskan Ricci merasa lega, setidaknya dia tidak merasakan beban apapun lagi atau bahkan merasa bersalah kepada lelaki disebelah nya ini.

“Mas? Masih marah ya?”

Ricci membalikkan badannya meyamping hingga ia bisa melihat langsung wajah tanpa ekspresi Arkan.

Tangan kecilnya terayun menangkup sisi wajah Arkan yang dapat dia jangkau dari tempat ia duduk.

“Yaudah kalo mas masih marah aku minta maaf, aku bener-bener gak ada niatan apapun sama mas jerry, aku sama dia—“

Cup

Ricci cukup terkejut saat merasa sesuatu yang empuk nan basah mengecupi telapak tangannya, telapak tangan yang Arkan yakini selalu dirawat oleh sang empunya itu, ia bawa untuk sekedar digenggam dan dikecupi hingga lawannya tersentuh.

“Aku itu gak marah atau apa, aku cuma nggak mau kalo kamu di cap yang engga-engga sama client jerry atau teman sekantor kami.”

Ujarnya sambil mengelusi telapan tangan ricci..

“Mas jangan marah-marah sama aku ya?”

“Kenapa?”

“Nanti aku gak bisa modusin mas lagi.”

Mendengar itu arkan dengan sigap menarik tengkuk Ricci dikecupnya belah bibir semanis cherry milik sang submissive.

Bibirnya dengan lihai melumat serta menjilat bibir ricci.

Yang lebih kecil tentu tak mau kalah, ia mengalungkan tangannya pada leher sang dominan sambil sesekali meremas surai hitam legam tersebut.

“Nghhh”

Sejenak pagutan itu terlepas, Arkan mengusap ranum cherry itu perlahan menghilangkan bekas saliva yang menempel disana.

“How about car sex?”

“Why not daddy?”

Dalam sekejap mata , badan ramping itu telah berpindah posisi diatas pangkuan sang dominan.

Uke on top sounds good.

Kali ini Ricci memulai lebih dulu.

Pria mungil itu dengan cekatan melingkarkan kedua lengannya pada leher sang dominan sambil mengelus belakang kepalanya dengan lembut.

Awalnya sebatas elusan sebelum berubah menjadi jambakan kecil ketika yang lebih tua mulai mengelus paha bagian dalam Ricci perlahan dengan sensual.

Tautan bibirnya tidak terlepas, bagian atas bibir ricci melahap habis bagian bawah bibir Arkan hingga rasanya ranum lelaki itu agak membengkak nan merona.

Tangan Arkan tak tinggal diam, dimulai dari paha elusan itu kemudian naik menghampiri pinggang ramping Ricci, maklum calon model harus pintar menjaga bentuk badan.

“Emhhh”

“Take off your pants baby”

Ricci hanya mengangguk, setelahnya pria mungil itu mulai menurunkan resleting celananya hingga hanya pantiesnya yang tersisa.

“Uh wow, I didn’t plan to see this panties on you so soon babe”

“U-uh ya begitulah”

Kilah ricci dengan pelan, sungguh ia malu. Rencanya panties itu akan ia kenakan saat mereka berada di Hotel namun apa daya jika sudah begini yasudah sekalian saja.

“Mau langsung? atau foreplay dulu?”

“Langsung aja mas, tempatnya sempit aku gak mungkin blowjob disini.”

“You’re not going to rimming me in here don’t you?”

Arkan hanya mengangguk,

“Bilang kalau sakit, cakar punggung aku. Jangan ditahan”

“Iya mas, cerewet deh”

“Aku gak mau kamu kesakitan, besok masih ada kelas kan?”

Ricci mengangguk sembari menyingkirkan helaian rambut yang nyaris menutupi mata sang terkasih. 

Membubuhkan kecupan seringan kapas pada kening yang lebih tua, tak lupa berterimakasih karena sudah diperlakukan sebegini pantasnya.

“Thankyou for understanding me a lot mas”

“Let’s start the game baby”

Seiring dengan perkataan yang keluar dari bibirnya, saat itu juga Arkan telah bersiap untul menancapkan kejantanannya pada lubang hangat si mungil.

“Ready?”

Ricci mengangguk,

Arkan mengangkat pinggul ricci perlahan sebelum mengocok kejantanannya cepat sebagai pelumas.

“Aaah...Ahhh”

Ricci merintih pelan saat merasa kepala penis tersebut menggelitik permukaan lubang analnya.

Menggesek pelan namun pasti, kejantanan Arkan hampir masuk sempurna sebelum Ricci berteriak kesakitan karena untuk pertama kalinya melakukan hal ini tanpa penetrasi yang lumayan lama. 

“A-aaah pelan uuh mas”

“I'm in baby, cakar punggung aku kalo sakit”

Ricci memejamkan matanya—

JLEB

“Ahhhh...”

Sesudah rasa sakit sementara itu menghantam lubangnya yang serasa dirobek oleh penis besar si ‘mas’

“Jangan gerak dulu mas”

Tangannya meremat pelan bahu sang dominan, menandakan bahwa ia benar-benar kesakitan. Arkan tidak buta ia peka bahwa submissivenya kesakitan maka dengan segala rasa bersalah yang ada ia merengkuh ricci kedalam pelukan hangatnya sembari mengelus pelan pinggang si mungil yang sedang terisak pelan.

“Does it hurt?”

“Nggak mas, aku cuma kaget aja”

“Aku udah bisa gerak?”

“Aku aja yang gerak. Kamu diem aja, oke?

Setelah mendapat persetujuan dari Arkan, Ricci dengan perlahan mengangkat pinggulnya sebelum menancapkan penis besar itu dalam lubangnya dengan sekali hentakan. 

Tubuh sexy nan ramping itu bergerak turun naik dengan semangat membuat lawan bercintanya kepayahan.

Terkadang pria mungil dengan tubuh mulus bak porselen itu menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan agar bisa merasakan tegangnya penis sang kekasih dalam lubang hangatnya.

“Feels good”

Ricci bertanya dengan nada sensual, menuntun kepala Arkan untuk kembali beradu dalam ciuman panas.

“Aaah...ahh..ah mas”

“You taste so good, always.”

Sibuk dengan kegiatan keduanya tak lama kemudian ricci merasa penis lelakinya semakin membesar di dalam lubangnya menandakan Arkan akan segera orgasme.

“Arghhhh, faster baby”

Ricci mempercepat gerakannya dengan posisi diatas Arkan, sedangkan yang lebih tua ikut menggerakan tubuhnya dari bawah sembari tangannya memegang pinggul si manis, mempercepat gerakan sang lawan. 

“Ah...ah...ahhh”

“Fuckk, ahhh so good”

“Cumhh...ahh”

Beberapa tusukkan setelahnya lelaki yang lebih tua menjemput putihnya, sedangkan Ricci sendiri terengah-engah diatas Arkan, lelaki mungil itu memeluk leher sang dominan dengan erat.

Arkan yang merasakan ricci melemas hanya meggerakan kedua tangan besarnya untuk mengelus pundak si mungil.

“Thankyou, it’s great.”

“Sama sama mas, udah kewajiban aku.”

Setelah itu ricci benar-benar tertidur diatas badan Arkan tanpa mengingat hal penting bahwa—

Arkan didn’t use any condoms.

Attachment.png

warn : bxb, MPREG, misgendering, local porn words, nsfw, anal sex, unprotected sex, man lactation.


di suatu hari yang cerah tanpa temaram sekalipun, keluarga Isaiah Craig memutuskan untuk melakukan piknik kecil-kecilan guna melepaskan penat sejenak.

Isaiah bersama sang istri juga anak sudah lama tak menghabiskan waktu bersama karena kesibukannya belakangan ini bersama perusahannya yang sekarang.

tapi tidak, kali ini Isaiah tidak akan melewatkan satu detik pun bersama kedua kesayangannya, Rui dan Greig.

cuaca yang sedang cerah cerahnya diluar sana membuat mereka memilih untuk berbaring di dalam mobil caravan camping milik tempat sewa tersebut,

“udah nggak sibuk? biasanya meeting terus”

Isaiah tertawa sumbang, “nggak, hari ini full aku sama kalian. aku udah janji dari kapan, baru sekarang bisa nepatin”

Rui mengangguk, posisinya sedang membelakangi Isaiah dengan lengan kekar sang pria taurus yang senantiasa memeluk pinggang rampingnya. Greig sedang tertidur di dalam mini crib yang mereka bawa jadi dipastikan si tampan tidak akan merusuh agenda romantis kedua orang tuanya.

“kamu makin cantik na, sumpah” kata yang lebih muda sembari mengeratkan pelukan tak lupa mengecup pelipis submissive nya lembut.

Rui mendengus remeh “gombaaaal aja bisanya kamu tuh!”

“bener sayaaang, nggak gombal” ucapnya membela diri. tak mau melewatkan kesempatan jari-jari panjangnya menyingkap baju rumahan yang dikenakan sang istri lalu mengelus perut rata itu perlahan “kamu makin seksi juga, jadi pengen punya anak lagi aku” katanya yang lagi lagi hanya dijawab dengan dengusan singkat “Isaiah nggak usah basa-basi, bilang sekarang”

namun seakan tuli, yang diinterogasi tidak peduli, bukannya menjawab Isaiah justru asik memainkan jari-jarinya pada pusar Rui yang membuat sang empunya berjengit kaget “Isaiah geli ih! dipikir nggak sakit apa?!”

“udel kamu itu lucuuu, lucu banget nih kayak orangnya mmmmmmmuah” gemas Isaiah kepada yang lebih tua sembari mendekap pusat hidupnya erat-erat. “kamu cantik banget, sumpah. bisa mati muda aku tiap kali liat kamu”

Rui tersenyum manis, menghadapkan tubuhnya kepada Isaiah “terimakasih gantenggg~” ucapnya sambil mengelus wajah Isaiah yang disambut dengan kecupan ringan di tangannya oleh sang dominan.

adegan terakhir ditutup dengan mereka berdua yang saling tertidur sambil memeluk satu sama lain.


malam harinya, Rui terbangun dengan keadaan Isaiah yang masih memeluk tubuhnya erat. dirinya bergerak pelan memastikan bahwa Isaiah tidak terusik dengan gerakan yang ia sebabkan.

selesai dengan sang suami, netra coklat Rui bergulir memeriksa bayi kecil nya yang ternyata jauh dari ekspetasinya.

Rui mengira mungkin greig masih tertidur nyaman sembari memeluk boneka beruangnya tapi ternyata bayi tampan itu sudah bangun lebih dulu dan sibuk dengan teethernya.

“alooooo greigggg~” suaranya mendayu memanggil sang anak yang langsung disambut dengan pekikan ceria si kecil, “buy! abuy!” tangannya terangkat keatas meminta gendong kepada yang lebih tua.

“ughhh, udah berat banget ini bayinya abuy hm? udah berat bangettttt!” gemas, Rui gemas dengan pipi tembam greig yang semakin membengkak seiring dengan pertumbuhannya.

“buy?” panggil greig dengan mata berbinar yang membuat Rui tanpa basa-basi mengalihkan seluruh perhatiannya “apa nak?”

nen! ei nen!

“mau nen?”

Greig mengangguk semangat sembari mengeratkan cengkaramannya pada kerah baju sang ibu “yaudah ayo, sambil boboan ya? sambil temenin daddy bobo, iya?” tanya Rui lalu setelahnya mengusak hidung mereka berdua “eung! ddy~“

usai membuat kesepakatan kedua insan berbeda usia itu kemudian berpindah posisi ke tempat tidur dimana Isaiah sedang berbaring menyelami mimpi indahnya.

sebelum melaksanakan kewajibannya menyusui greig, Rui terlebih dahulu memposisikan kepala Isaiah dengan benar jaga-jaga jangan sampai suaminya merasa kesakitan saat bangun tidur nanti “you want to kiss daddy greig?”

putra tunggal Isaiah dan Rui mengangguk heboh “eung! ei kith ddy!” mendengar jawaban sang anak, Rui memiringkan tubuhnya sejenak lalu membiarkan Greig mengecupi mata ayahnya perlahan.

muah!

“good boy”

aktivitas lalu berlanjut dengan Rui yang telah siap menyingkap bajunya sebatas dada, menyajikan kepada greig makanan favorit nya sejauh ini, nenen nya abuy!

lelaki aries itu menyandarkan tubuhnya pada headboard sambil menyusui greig yang sedang menyesap sumber makanannya dengan semangat, “lucu banget sih nak” ucapnya sepenuh hati kepada craig tak lupa membersihkan bulir-bulir keringat yang menetes pada dahi bayi kecilnya “ganteng banget, persis daddy kamu tuh! abuy nggak dapet apa-apa” meskipun mengeluh namun bibirnya tetap beranjak mengecup pipi greig gemas, “love you greig, love you so much my little boy”

sepuluh menit setelahnya duplikat asli isaiah craig itu benar-benar tertidur pulas dalam pelukannya, Rui kemudian meletakkan bayinya tepat disamping sang ayah mengecup pipi keduanya singkat sebelum beralih melakukan tugas dapur lainnya.

namun, saat sedang menyiapkan daging untuk makan malam Rui merasa tubuh rampingnya dipeluk oleh seseorang dari belakang. tangan nakal itu bahkan mengusap paha dalamnya yang tidak tertutupi apapun karena memang Rui hanya mengenakan baju kebesaran milik Isaiah sedangkan lelaki yang sedang memeluknya tidak mengenakan atasan apapun dengan celana jeans sebagai bawahan.

“jangan macem-macem aku lagi masak”

Isaiah tertawa dengan suara rendahnya yang membuat bulu kuduk Rui merinding setengah mati “nggak macem-macem, satu macem aja cukup. kayak gini nih” tantang yang lebih muda sembari memukul bongkahan empuk dihadapannya hingga memantul indah.

plak!

plak!

plak!

“AWW!! Isaiah stop you fuckin—AHHH oh my”

Rui melototkan matanya saat merasakan ada benda asing yang berusaha menembus bagian inti tubuhnya “Isaiah don't you dare”

yang lebih muda jelas merasa tertantang “Yes I do” katanya diiringi dengan sela-sela jari yang perlahan melenggang masuk menembus inti tubuh pasangannya “you like this babe?”

Rui berusaha mempertahankan pikirannya agar tetap waras ditengah gencatan tangan Isaiah yang sedang mempermainkan analnya dibelakang sana tak lupa dengan bibirnya yang tak tinggal diam. bibir tipis itu menyapu bersih tulang selangka milik sang kekasih.

“mmmh u-udah aku lagi masak, ah!”

kesekian kalinya Rui memekik karena kali ini bukan lagi jari Isaiah yang mengisi lubangnya melainkan penis besar milik sang taurus yang selalu berhasil membuatnya lemas.

“aaaah! oh my god soo big” eluh Rui pada sang kekasih karena sungguh lubangnya terasa penuh bukan main.

“suka?”

Rui mengangguk. Isaiah kemudian melesatkan penis gemuknya ke dalam liang surga milik Rui “as expected, sempit banget kamu”

sssh, jangan lama-lama kalau greig kaget bangun bahaya kita” peringat yang lebih tua, Isaiah hanya mengangguk mengiyakan “menungging babe”

Rui patuh, usai menunggingkan bongkahan kenyalnya seperti permintaan Isaiah submissive cantik itu menyingkap sebagian kausnya hingga Isaiah dapat melihat pantat nya dengan sempurna.

“aaawhh, kok makin gede sih?!” Rui protes saat merasa ukuran penis kekasihnya terasa jauh lebih besar dari terakhir kali mereka bercinta. “emang segini, kamu nya aja kagetan makanya disangka makin gede”

“tau ah, cepet-AHH! Isaiah pelan ish!” seperti biasa Rui hendak mengomel ketika Isaiah tak kunjung menggenjot dirinya di belakang sana melainkan mempermainkan dirinya dengan menggesekan penis gemuk itu pada analnya.

namun lelaki manis itu terperanjat kaget hingga memutihkan matanya saat Isaiah memompa penisnya dengan kuat di dalam sana.

plok!

plok!

plok!

“ah ah ah, oooh my god that was soo good babe”

suara cabul kembali terdengar saat Isaiah melesatkan penisnya semakin dalam hingga benar-benar tenggelam di dalam anal sang istri, “kamu itu kenapa enak banget sih hm? pengen aku ewein tiap hari tau nggak?”

“ah ahnnn ahhh, ewein aku dong kak pengen di ewe sama kamu terus biar hamil lagi, uhh”

mendengar kelimat kotor yang meluncur dari bilah bibir lelaki manisnya membuat adrenalin Isaiah semakin terpacu hingga mempercepat gerakannya dibawah sana.

plok!

plok!

plok!

“I think I'm close babe” kata Isaiah kepada Rui yang dijawab dengan anggukan singkat “me too, keluarin di dalam aja. aku udah kepengen hamil lagi”

Isaiah mengangguk, memeluk pinggang ramping Rui erat lalu menumpahkan seluruh cairan sperma nya di dalam rahim Rui yang membuat perut sang empunya terasa hangat.

“ughhhhh, penuh banget astagaa. lega nggak kamu?” tanya Rui memastikan. Isaiah tidak menjawab sepatah-kata lelaki tinggi itu hanya memeluk pasangan hidupnya erat tanpa melepaskan tautan tubuh mereka kemudian mengangguk sejenak “iya, lega banget. makasih sayang”

keduanya masih dalam posisi yang sama saat mereka bercinta, menikmati waktu mereka berdua disaat-saat seperti ini yang sudah jarang di dapati karena kesibukan sang kepala keluarga.

“udah siap hamil lagi?”

Rui mengangguk “satu aja nggak cukup. tadi aku nenenin greig terus mikir kayanya bagus kalau punya satu lagi” Isaiah menyetujui perkataan sang istri, mengelus perut rata itu pelan sembari berharap “aku yakin kamu bakal hamil lagi sih na, greig aja cuma sekali bikin jadi, haha”

Rui menggulir bola matanya ketika mendengar jawaban kekasihnya “tau deh, pro banget kalau soal bikin anak”

keduanya lalu tertawa karena obrolan random mereka yang dinilai terlalu frontal sebelum semuanya berubah tegang ketika mendengar pekikan dari arah tempat tidur.

“buy? buy nna?”

(abuy? abuy dimana?)

Isaiah dan Rui sontak melototkan mata mereka saat mendengar suara greig yang ternyata sedang menatap mereka heran, mengapa abuy dan daddy seperti menempel?

ISAIAHHHHHH!!!”

“lah? kok aku?!”

warn : mpreg! misgendering!

hari ini tepat di jam makan siang, arlo tiba-tiba menghubungi istrinya untuk makan siang bersama dengan kedua buah hati mereka.

geno dan sang jabang bayi yang masih betah berdiam diri di dalam perut sang ibu. ezra dengan gundukan buncit 6 bulannya berjalan dengan santai menyambangi salah satu resto jepang yang telah direservasi oleh arlo.

sembari mendorong stroller si sulung yang sedang terlelap lelaki manis itu melambaikan tangan pada kekasih hatinya yang langsung disambut dengan pelukan manis dari yang lebih tua.

“hai?“ 

ezra mengusap pundak lebar arlo perlahan “hai mas, udah nunggu lama?” arlo menggeleng pelan “belum, aku juga baru banget nyampe. kakak tidur dari tadi ma?“ 

yang lebih muda tersenyum sembari membenarkan tatanan rambut baby geno dari luar stroller “iya mas, abis mimi langsung bobo” arlo menggangguk mengiyakan.

setelah itu mempersilahkan pasangan hidup nya untuk duduk di kursi yang telah ia keluarkan sebelumnya, “silahkan~” ezra yang menerima perlakuan tersebut hanya tersenyum manis “terimakasih mas”

hening...

keduanya sibuk memilih hidangan yang cocok untuk mereka santap hari ini, arlo memperhatikan dengan saksama busana yang dikenakan oleh sang istri membuat dirinya berkali-kali lipat lebih cantik.

“kamu cantik mah pakai knitwear kayak gitu” pujinya jujur yang lagi lagi membuat ezra tersipu malu “ah, mas bisa aja” katanya dengan suara kecil.

tok! tok! tok!

“permisi mas, pesanannya ya~“

“silahkan mbak, terimakasih ya”

begitu pesanan keduanya tiba, mereka menikmati hidangan jepang tersebut dengan hikdmat sembari menceritakan keseharian mereka sebelum riuh tangis si sulung memeriahkan tempat tersebut,

hikss! mah! mmaa! maaa~” geno mengamuk begitu merasakan bukan tangan halus ibunya yang sedang memeluknya saat ini. ezra yang melihat itu sontak menghentikan kegiatan makannya, memfokusan seluruh atensinya hanya untuk sang putra, “ssst abang, sini sini sama mama” katanya sembari mengangkat geno dari dalam strollernya tak lupa menepuk pundak kecil bayinya yang masih setia terisak.

hiks! mah! mah ngan giiii~” si kecil mengadu sembari mengencangkan cengkramannya pada kerah baju sang ibu.

“iya iyaaa ini mama ga pergi, mama lagi gendongin abang ini, cilup? ba! heeeen abang gemecccc, gemeccc banget! muah muah!” gemas. ezra sangat gemas terhadap bayinya. bibir nya tidak bisa berhenti untuk mengecupi seluruh wajah bayi sulungnya saat ini.

sedangkan arlo? oh, jangan tanyakan papa muda yang satu ini karena ia hanya dapat melihat sembari menopang satunya dengan satu tangan tak lupa dengan senyuman manisnya yang senantiasa menghiasi.

“makan dulu ma, abang biar sama aku”

ezra menggeleng pelan, “mas nggak liat ini abang nemplok sama aku udah kayak baby koala sama induknya?” tuturnya sembari memperlihatkan bagaimana putra sulung mereka mulai kembali memejamkan matanya saat berada dalam pelukan ezra walaupun terhalang perutnya yang sudah sangat buncit di masa masa hamil tua.

haaah, kayaknya adek kalau keluar juga bakal bucin kamu deh. memang mama koala yang satu ini, luarbiasa.” puji arlo kepada sang pujaan hati.

tangan kekarnya dengan yakin mengambil tangan yang lebih kecil untuk ia genggam se-erat mungkin. sedangkan yang dipuji se-demikian rupa hanya menyerahkan tangannya dengan pasrah dengan satu tangan lainnya yang masih setia memeluk bayi kecil mereka, “terimakasih istri, aku sayang kamu”

“aku juga. aku juga sayang kamu, mas.”

warn : misgendering.

sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh sang kekasih, arlo dengan cekatan mendudukan geno pada car seat rover tersebut sebelum melaju ke tempat tinggal pihak bersangkutan.

sepuluh menit berkendara ditemani ocehan tidak jelas bayi dua puluh empat bulannya, arlo memberanikan diri mengentuk pintu rumah yang belakangan terlihat familiar untuknya sembari menggendong geno tentu saja.

tok! tok! tok!

ketukan yang ketiga membuahkan hasil dimana sang pemilik rumah tampil dengan kaus kebesarannya tanpa menggunakan bawahan.

lelaki cantik itu kemudian terdiam selama beberapa menit melihat arlo datang dengan seorang bayi kecil digendongannya.

matanya sudah akan kembali mengeluarkan air mata yang terlebih dahulu sudah di halau oleh pelukan sang dominan, “jahat, nggak jujur kalau udah punya geno. mas jahat sama adek” ucap ezra sembari terisak pelan.

arlo yang sedang menggendong geno sembari memeluk ezra pun hanya terdiam tanpa berniat membalas perkataan sang kekasih.

tangan besarnya terulur mengusap pundak sempit itu perlahan hingga sang empunya beranjak tenang dengan mengusap sisa air mata pada pipi pualamnya.

“iya, mas jahat sama adek. maafin mas ya? sekarang udah tenang?”

ezra tersenyum manis membalas senyuman sabit milik arlo, keduanya kemudian berciuman singkat di hadapan bocah kecil yang bahkan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

“pah? nni mma?”

mendengar pekikan sang bayi membuat keduanya melepaskan pelukan mereka sejenak “halooo sayang~ come to mama baby” yang lebih kecil berucap membuat arlo tak palang terkejut namun yang lebih mengejutkan adalah, saat geno dengan mudahnya ingin berpindah gendongan pada orang yang baru ia kenal, “mah!!! pah, maaa~” gumamnya tidak jelas.

ezra kemudian mengambil geno masuk kedalam gendongannya lalu mengecup pipi gembulnya hingga membuat bayi itu terkikik geli “ma!!! eno kith~“

“kiss? geno mau kiss?”

genò mengangguk gembira, mengiyakan pertanyaan sang ibu. maka tanpa basa basi ezra melayangkan kecupan sayang pada hidung bangir bayi tampannya, “MUACHH”

arlo yang melihat pemandangan indah tersebut menerbitkan senyum lebar yang menandakan bahwa ia bahagia memiliki ezra dan geno disisinya.

“i love you dek”

“i love you too mas and adek genoo~“

“maaaaa!”

warn : nude activity, high sensual tension, teasing, MPREG, mentionning breastfeeding / fake science.


italic : isaiah, original font : rui.

waktu menunjukkan pukul delapan malam saat rui meletakkan putra tunggalnya pada crib yang mereka buat sendiri untuk sang bayi.

lelaki manis itu segera bergegas kembali ke depan almari tepatnya di dekat meja rias untuk melihat lihat sekiranya busana apa yang akan ia kenakan guna memuaskan hasrat lelakinya.

mata rubahnya terpaku pada salah satu kemeja berbahan satin dengan aksen merah polos. usai mengambil barang yang diperlukan pria aries itu meraih ponsel nya yanh berada diatas meja rias untuk menghubungi pihak bersangkutan.

tiiit...tiiitt...tiit

“halo?” suara bariton itu menyapa kala melihat paras manis yang terpampang pada layar smartphone nya.

“hei? udah di kamar mandi?”

pria diseberang mengangguk, “udah”

rui juga turut mengangguk, meletakkan ponsel nya pada penyangga kayu lalu setelahnya melepaskan kaus dan celana rumahan yang melekat pada tubuhnya yang tentunya disaksikan dengan saksama oleh si penyambung telepon, “you look gorgeous babe, always” katanya memuja.

sedangkan yang dipuja hanya tersenyum tipis sambil meneruskan kegiatannya melepas baju, “bisaan banget gombalnya” 

isaiah menyandarkan tubuhnya pada tembok wastafel, melipat lengan kemeja putihnya sebatas siku yang membuat lelaki taurus itu lebih tampan dan jantan seribu kali lipat.

“you look hot, daddy” lagi. isaiah tersenyum miring, “udah pakai bajunya?”

rui mengangguk, memposisikan diri pada tempat tidur sebelum membuka tiga kancing teratasnya pada sang suami, “wanna see?”

isaiah mengangguk, dirinya sudah tidak se horny tadi, namun sekarang rasa rindunya sudah tidak bisa lagi dipendam.

“nihh, baru dipijet dikit aja merembes banyak bangeeet, aku sampai stress soalnya kayak hiiihhhh gemes aja gituu kenapa asinya banyak bangeet” ujar sang submissive dengan sungguh, tangannya yang bebas terulur memijat dada kanannya yang terlihat membengkak karena asupan makanan untuk si bayi, greig.

“gapapa sayaaang. selama kamu sehat, yaudah. kamu cantik banget sayang, sadar nggak kamu?”

rui nara tersenyum manis sambil merapatkan kemeja longgarnya, “wanna see the other one?”

“sure”

yang lebih tua kemudian mengarahkan kamera ponselnya pada bagian sensitif yang paling disukai oleh sang suami, pinggang rampingnya tentu saja. jemari lentiknya secara perlahan menaikkan kemeja satin itu sebatas pinggang lalu mengelus bagian pinggang hingga perut bawahnya kepada isaiah,

“bekasnya masih sakit?”

rui menggeleng, “udah enggak, paling nyilu dikit kalau ga sengaja kena tendang sama adek” 

isaiah mengangguk, merapihkan kembali lengan bajunya untuk segera keluar dari kamar mandi, “tidur sayang, aku mau otw pulang, jangan tungguin aku”

“hah? tapi kan–”

“nggak, nggak perlu. kamu capek urusin adek seharian. buat aku yang tadi itu cukup, aku cuma mau pulang dan peluk kamu.”

warn : lowercase, nsfw.


rui memandang ibunya dengan tatapan tidak percaya, benarkah? benarkan ibunya sekarang berada disini?

tangan wanita yang telah merawatnya dengan penuh kasih sayang itu terjulur ke hadapan, mengelus pipi tembam rui sayang, “rui sehat nak? sudah mau jadi seorang ibu sekarang, makin cantik anak nya mama” katanya penuh haru sembari mengusap air matanya yang sedari tadi tidak berhenti mengalir.

“m-mah?”

“iya sayang? mama disini nak”

mendengar suara lembut itu memanggilnya dengan sebutan nak membuat rui tak kuasa menahan rindunya, ia dekap dengan erat presensi itu, meminta maaf dengan sungguh tak lupa mengutarakan sejuta kalimat rindu yang selalu ia pendam.

“rui kangen banget sama mama, mama baik?”

sang ibu mengangguk, masih dengan mengusap punggung anak tunggalnya “mama baik, papa juga baik. kamu tambah cantik sayang, sudah mau lahiran ya?” kini rui yang balas mengangguk, “empat bulan lagi cucu mama lahir” 

arum hanya memperhatikan, putranya tumbuh menjadi sosok yang positif dan sehat bersama dengan pasangan pilihannya dan dirinya bangga, arum bangga telah membesarkan manusia kuat seperti rui nara.

“suami mu mana?“ 

“mama mau kenalan?”

arum mengangguk, dengan itu rui menghadapkan pandangannya kearah belakang dimana semua tengah berkumpul sembari menikmati semilir angin malam yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan.

“ai! siniiii!” serunya dengan lantang kepada sang kekasih hati.

tanpa basa basi isaiah langsung saja melangkah cepat menuju tempat dimana pria nya berada, “kenapa love?”

rui tersenyum manis, “kenalin, ini mama” isaiah balas tersenyum ramah, menundukkan tubuhnya sebisa mungkin sebagai tanda hormat, “salam kenal tante, saya Isaiah pacarnya rui” melihat sosok disamping rui yang sekarang mendampingi anaknya adalah sosok yang tampan, gagah, berani serta bertanggungjawab membuat rumi yakin bahwa ia tak salah langkah dengan membiarkan mereka hidup bersama.

“salam kenal juga nak, saya rumi. ibunya rui nara. wah, kamu tampan, tampan sekali. anak kalian pasti nanti cakep, papa dan mamanya luarbiasa, daan jangan panggil tante, panggil mama.” ucap rumi sungguh-sungguh sambil mengusap pundak sepasang kekasih dihadapannya.

“terimakasih ma sudah mempercayakan isaiah, isaiah janji nggak akan buat mama kecewa” 

sekali lagi senyum manisnya terbit, “sama-sama nak, kamu pria yang baik.”

asik dengan perbincangan mereka, ketiganya sampai lupa bahwa ada beberapa orang lainnya yang sedang menunggu presensi mereka, “lovebirds! ayo kesini!”

ketiganya berlalu dari sana, mereka membiarkan arumi melangkah lebih dulu sedangkan keduanya sibuk bergandengan tangan, “yang” panggil yang lebih muda.

“hm?”

“pulang nanti jatahan ya? aku pengen banget dari kemarin, nggak kuat liat kamu cantik begini” terjadi tawar menawar disini, isaiah sudah sangat tinggi dari kemarin sebenarnya kala melihat sang kekasih hati semakin cantik dari hari ke hari. namun apalah daya, ia harus meminta persetujuan dari pihak sebelah terlebih dahulu.

“yaudah iya, tapi pelan-pelan ya? kasihan ei kalau kamu main kasar”

mendengar jawaban dari sang pasangan yang tak lain adalah lampu hijau untuk kegiatan mereka, isaiah bersorak kemenangan hingga membuat semua rekannya kebingungan, “WOOHOOOO NANTI MALEM GUE JATAHAN WOI!”

“ISAIAH!!!!”


sesampainya di rumah ...

warn! explicit content! nsfw!

ah ahhh, isaiah pelan hhh

yang disebut tidak mendengar melainkan semakin memperdalam genjotannya di dalam sana. merasakan bagaimana rapatnya anal si manis menjepit penis besarnya.

“kamu enak banget sayang, serius” ucap sang dominan sembari mengecup pipi pualam si submissive.

“iya, tau. tapi pelan aja sshh, aku nggak kemana mana juga!“ 

namun isaiah tetaplah isaiah, tidak peduli seberapa sering rui menegurnya lelaki itu masih menikmati kegiatan bersenggama mereka saat ini dari satu jam lalu.

tangan kekarnya dengan leluasa membawa yang lebih kecil dalam pelukannya untuk diberikan kecupan secara cuma cuma sedangkan yang menerima afeksi hanya mampu mengusap pundak lebar sang kekasih hati. “suka banget?”

isaiah mengangguk dengan sepenuh hati, “banget! ga ada lawan inimah” 

lalu melancarkan kembali aktivitasnya menghujam anal sang lelaki cantik dibawahnya yang sedang mengandung, “hati hati papah, ei kesakitan nanti”

mendengar itu isaiah merendahkan kepalanya hingga mencapai perut rui nara, “maafin papa sayang, salahin abuy kamu yang dari hari ke hari makin cantik dan sexy”

“heh!” rui tersenyum singkat, memukul pundak lebar dibawahnya main-main berbeda jauh dengan si dominan dibawah sana yang sedang asik mengecup paha dalamnya penuh minat.

cup! cup! cup!

“cakep banget anjing, punya gue.” ujarnya kasar sebelum menempatkan diri di dalam pelukan yang lebih tua, “kamu punyaku, sampai kapan pun punyaku, kamu cantik, terlalu cantik rui nara”

END.

isaiah & rui nara (15/01/23)

warn : misgendering, bxb, MPREG.


Usai berkendara selama kurang lebih 30 menit, kini sepasang kekasih itu telah tiba di salah satu kawasan danau jernih yang mengintari sebuah hutan di pinggiran kota.

Sebelum membiarkan sang pujaan hati turun dari kijang biru nya, Isaiah melepas helm Rui terlebih dahulu, meraih jari jemari lentik si empunya lalu setelahnya membantu yang lebih tua untuk menapak tanah dibawah.

“Terima kasih ii” ucap Rui sembari mengeratkan  genggaman mereka berdua tak lupa melayangkan kecupan manis pada wajah tirus Isaiah. “Sama-sama sayang, udah kewajiban aku” jawab sang dominan halus sambil menuntun langkah mereka menuju kedua pilar tegak di ujung danau.

Malam semakin menjadi, udara dan terpaan angin semakin tak terkira. sebelum memberikan kejutan kepada Rui, Isaiah melepas jaket bomber nya guna disampirkan ke pundak sang kekasih, “udah tau mau keluar malem, malah pakai baju satu lapis. kasihan kamu sama greig kedinginan” 

mendengar itu Rui tersenyum manis, ia tak bisa tak salah tingkah bila Isaiah sudah bertindak seperti ini, “terimakasih, papa”

Isaiah mengangguk, keduanya melajutkan langkah menuju bagian paling terang dari danau ini yang memang sudah dirancang dan disiapkan dengan matang, “apa ini?” tanya Rui penasaran.

Isaiah tidak menjawab. Lelaki taurus itu terus saja menggengam tangan yang lebih kecil, melangkahkan kaki dengan pasti hingga mereka tiba tepat di depan sebuah pohon kesemek yang sudah dihias rimbun dengan beberapa lampu, “Isaiah?”

Rui sekali lagi terheran, seingatnya mereka tidak selalu berpisah dalam waktu yang lama. Isaiah selalu berada dalam cakupannya begitup dirinya dalam lingkup Isaiah.

Lelaki aries itu sama sekali tidak menyangka bahwa Isaiah akan melamar nya sekali lagi padahal menurut Rui apapun yang dilakukan Isaiah untuk meminang dirinya akan ia terima dengan senang hati.

Jangankan itu, dari mulai hidup bersama, tertawa bersama, memasak bersama di pagi hari, menangis bersama, makan bersama setiap saat tanpa menghitung waktu dengan Isaiah saja Rui sudah bahagia bukan main.

Lama tenggelam dalam pikirannya yang menglang lang buana, Rui sampai tidak sadar bahwa kini lengan kekar milik sang kekasih tengah melingkar apik pada perut buncitnya,

“Aku, mau melamar kamu dengan cara yang benar. Aku mau meminang kamu dengan romantis walaupun aku bukan salah satu dari itu. Aku mau kamu jadi sosok ibu untuk anak-anak aku. Aku mau kamu jadi sosok yang selalu aku lihat saat pertama kali membuka dan menutup mata.” kata Isaiah dengan serius sembari mengusap calon anak mereka dari balik knitwear yang Rui kenakan.

“Aku mau hidup selamanya sama kamu, na. So I asked you once again, Will you marry me baby?” 

Rui terpaku sesaat mendengar pengakuan Isaiah yang membuatnya semakin tersentuh. Mereka baru hidup bersama selama beberapa bulan tetapi Rui sudah bisa membayangkan sebahagia apa dirinya ketika ia bersedia menerima pinangan lelaki craig tersebut.

Maka dari itu, untuk membalas segala pernyataan cinta dari sang dominan tanpa membalikkan tubuhnya, Rui mengelus jemari kekar Isaiah yang masih betah mengusap perut buncitnya, “Tanpa aku jawab kamu pasti udah tau apa jawabannya. Aku selalu menginginkan kamu Isaiah, dari awal aku yang selalu mencari celah di ruang hati kamu. Dan lagi, tanpa kamu minta aku selalu mau. Aku mau jadi bagian dari hidup kamu, selamanya.” tuturnya panjang lebar tak lupa mengemban senyum manis di akhir kalimat yang menyebabkan hening sekejap diantara mereka.

Kedua sijoli itu benar-benar menikmati waktu tenang mereka seperti sekarang, Isaiah yang mendengar jawaban manis dari sang empunya tak tahan untuk tidak mengecup sisi kepala lelaki kesayangannya.

CUP

“Cantik, cantik, cantik. Selalu cantik

Rui tersenyum, mengulas senyum selebar samudera, membalas potongan kalimat manis tersebut dengan kosa kata andalannya, “Gombaaaallll” 

Sedangkan yang menjadi tersangka justru semakin mengeratkan pelukan mereka berdua sebelum —

“CIEEE NIKAAAHHHHH, YUHUUU BOS ISAIAH NIKAH CUYYYYY~“ 

—terdengar riuh sekelompok orang bersorak disambut dengan suara ledakan kembang api dari arah belakang danau.

Dan benar saja, saat mereka berdua memutuskan untuk berbalik, terlihat lewi, yehoshua, asher dan jacob juga kedua orang tua Isaiah bersama dengan, tunggu—

I-itu, ibunya? 

Katakan bahwa Rui sedang bermimpi sekarang, tolong. Katakan bahwa yang berdiri dihadapannya sekarang bukanlah sang Ibu yang telah ia kecewakan berulang kali tanpa berniat meminta maaf.

Isaiah menepati janjinya untuk menjemput rui setelah semua kegiatannya selesai.

Dimulai dari mata kuliah pertama hingga berakhir dengan jadwal pemotretan yang terkesan mendadak, lelaki taurus itu menyelesaikan nya dengan cepat tanpa hambatan apapun.

Rui yang mendengar ponsel yang bergetar dengan nada dering khusus seketika bergegas menggunakan flip-flop nya kemudian berjalan  menuju lift.

TING! 

Dentingan kecil dari lift yang terbuka menjadi tanda bahwa sebentar lagi kedua sijoli yang sedang di mabuk cinta itu akan bertemu.

“hei?” Isaiah menjadi orang pertama yang menyapa kala mata mereka saling mematut dalam satu sama lain, “ready to go?”

Rui mengangguk. Mereka berdua berpelukan singkat sebelum akhirnya Isaiah membantu sang kekasih hati untuk menaikki motor kesayangannya, “hati-hati” pinta nya kepada Rui. “Motor ini tuh emang dari dulu musuh aku, tinggi banget jok nya! kesel!” ungkap yang lebih kecil.

Mendengar itu Isaiah hanya tersenyum memaklumi hingga matanya membentuk segaris bulan yang indah, “Yaudah, maaf. maaaaf yang banyak buat kamu yang paling cantik” ujaran manis tersebut keluar begitu saja dari sang dominan tanpa memikirkan detak jantung Rui yang berdebar kian kuat.

Telapak tangan kekarnya terbuka secara alami menangkup pipi tembam yang lebih tua lalu setelahnya melayangkan kecupan manis pada dahi mulus sang pemilik hati.

CUP

“Kamu cantik banget malem ini, I love you