poseidoonss

warn : bxb, lowercase


keesokan paginya ketika Isaiah bangun, ia tidak menemukan guling kesayangannya dimanapun.

pria tampan itu mengusak matanya kasar sebelum memusatkan pandangan pada seluruh ruangan, “na?” panggilnya kepada sang kekasih hati.

melihat kondisi kamar tidur mereka yang cukup rapih dan kondusif Isaiah menyimpulkan bahwa mungkin saja rui sudah bangun lebih dulu dan sedang mempersiapkan sarapan.

dan benar saja, dalam perjalanannya menuju ke dapur lelaki taurus itu melihat yang lebih tua sedang merajut pakaian musim dingin tepat di dekat perapian yang ia buat beberapa bulan lalu, “hei?” sapanya pada rui sembari memeluk pinggang ramping itu posesif.

“hei? you awake?” rui membalikkan kepalanya sembilan puluh derajat guna menatap wajah isaiah yang disampirkan pada bahu sempitnya. yang ditanya hanya mengangguk malas sambil melesakkan kepalanya lebih dalam. “bangun bangun kasurnya dingin, gaada kamu soalnya” 

mendengar jawaban yang terdengar klise itu membuat rui tersenyum lebar, “gombal jaman dulu masih berlaku ya” isaiah mengangguk, lagi.

“kamu ngerajut apa?”

“vest couple buat kamu sama ei~“

isaiah mengerutkan dahinya bingung saat mendengar jawaban rui, “terus kamu?”

“hm? punyaku udah ada, ini aku sengaja bikin ngikut pola nya vest punya aku” menjawab pertanyaan isaiah dengan santai, lelaki yang lebih muda membentuk O disela sela bibirnya pertanda mengerti.

setelah itu hanya suasana hening yang tecipta, isaiah dengan kegiatan memeluknya beserta rui dengan aktivitas merajutnya.

“oh! aku juga punya sesuatu buat kamu, hadiah natal sih ini”

rui mengerutkan dahi sejenak, “apa itu?”

“tunggu sebentar” 

selesai memberikan jawaban kepada yang bersangkutan Isaiah melaju secepat kilat sebelum kemudian membuka brankas pribadi nya untuk mengambil kotak berwarna merah maroon yang telah ia siapkan untuk sang pujaan hati.

setelah kembali dari kamar, isaiah menempatkan tubuh tingginya tepat di belakang rui, memposisikan tubuh yang lebih kecil agar dapat dipeluk dengan nyaman, 

“hei? aku boleh minta waktunya sebentar?”

rui mengangguk, “silahkan~“

isaiah menarik nafas panjang, memastikan dirinya dalam kondisi yang tenang untuk mengatakan hal ini.

“aku nggak mau ngomong banyak-banyak. cuma mau bilang, terimakasih banyak karena sudah bersedia hidup bersama selama ini. terimakasih karena mau menanggung beban bersama-sama. sedih bersama, bahagia bersama, menangis dan tertawa bersama”

“rasanya perlakuan aku selama ini belum cukup membayar pengorbanan kamu. tapi aku harap semoga hadiah natal kali ini bisa menjadi berarti buat kamu. so, will you marry me, rui nara?“ 

ujarnya panjang lebar sembari mematut pandangan yang dalam pada netra bening rui nara, menyodorkan benda lingkaran berwarna emas yang ia beli dengan hasil jerih payahnya sendiri.

rui yang mendapat pengakuan secara tiba-tiba menghentikan kegiatannya sejenak. tubuhnya terasa kaku entah mengapa, padahal ini adalah hal yang ia tunggu-tunggu.

perlahan namun pasti tangannya menggengam jemari panjang isaiah, “a-aku...”

suaranya mulai bergetar saat akan mengatakan ungkapan terimakasih.

melihat rui yang sedang berada dalam fase rapuhnya, isaiah memutuskan untuk merengkuh bahu sempit tersebut sembari mengecupnya perlahan, “kalau nggak bis—”

Isaiah sudah akan melanjutkan kata katanya namun sebelum ia berhasil, rui sudah terlebih dahulu memotongnya “yes I will, I want to married you so badly, Isaiah Craig” 

mendengar pernyataan tersebut, Isaiah tersenyum lebar lalu sesudahnya menyematkan cincin emas tersebut pada jari manis sang kekasih, “terimakasih na, ini kado natal aku yang paling indah, I love you bae” kemudian mengecup ranum semerah cherry milik submissive nya.

“I love you too”

warn : misgendering, anal sex, unprotected sex, BxB, MPREG, lowercase.


memasuki kamar dengan langkah tegas, Isaiah mengumbar senyum seluas samudera karena jelas, ia akan mendapatkan apa yang telah ia iming-imingi selama ini.

dari sekian banyak bulan dan hari, ini adalah hasil dari penantian panjang seorang Isaiah, lelaki taurus itu menekan hasrat nya dalam-dalam hanya karena tidak ingin menyakiti sang pujaan hati.

“hi?“ 

sapaan manis isaiah dapatkan sesaat setelah ia masuk ke dalam ruangan temaram tersebut disambut dengan kemayu nya rui nara dalam balutan piama satin yang tak mampu menutupi betapa cantiknya lelaki nara itu malam ini.

kulit bening seputih susu, binar indah secerah bintang, meskipun tubuh langsing itu sekarang sedang berbadan dua, tak dapat dipungkiri bahwa rui mara masih menjadi yang terindah di mata Isaiah.

“hi? you good?”

Rui mengangguk, menyambut uluran tangan yang lebih muda sebelum membawa mereka berdua berpelukan dengan nyaman walaupun sedikit terganggu dengan perut hamilnya.

tubuh mereka berdua bergerak kesana kemari seirama dengan kemana topangan tubuh yang lebih tinggi bergerak, “im good, I prepared myself for you. so? enjoy your meal, sir?” ujarnya dengan nada menggoda sembari mengusap dada bidang Isaiah perlahan.

fuck, I'm high

rui nara tersenyum manis 'mission completed'


“ahhh ahnnn, pelan hhh isaiah~” rui mendesah keras kala Isaiah berhasil menemukan titik sensitif nya di dalam sana.

“maaf na, kali ini aku nggai bisa. kamu terlalu— oh fuck!” kata katanya terpotong sejalan dengan pijatan rektum rui yang dirasa mampu menghilangkan akal sehatnya.

Rui nara lagi-lagi hanya mampu melengkungkan senyuman indah saat melihat isaiah terlihat begitu puas dengan permainannya, “lagi hamil aja kamu tetep sempit na, you're so fucking good

yang dipuji mengangguk malu, mengelus pundak lebar isaiah dikala pelepasannya semakin dekat “I’m close hhh na, OH!

keduanya sama sama memenjamkan mata saat pelepasan tiba, isaiah mengangkat wajahnya guna melihat wajah cantik sang submissive yang dipenuhi dengan kilap keringat, “round 2?”

rui mengangguk, “aku mau diatas~“

Isaiah menggeleng, “no. big no” namun jawaban isaiah tak mampu menggentarkan pernyataan rui yang telah mutlak, ia ingin merasakan bagaimana rasanya mengendarai motor kesayangannya dengan begitu secepat kilat lelaki aries tersebut membalik posisi mereka dengan Isaiah yang berada tepat dibawahnya, “NA!”

“ssst, I'll ride you hard daddy. don't worry”

“na kam-”

shut! tidak ingin pusing dengan larangan isaiah, rui membekap mulut kesayangannya lalu mulai memasukkan penis panjang itu kedalam lubang surgawinya secara perlahan, “ughh, haaah. gede banget ughh, full banget aku” katanya menggoda sambil menempatkan kedua belahan pantatnya agar benar-benar menjepit kejantanan yang terkasih.

“na, what the fuck!”

“uhhhhh soo goood hhhh, apa yang what the fuck hm?“ 

masih dengan misi menggodanya rui nara benar benar mengambil ahli malam ini, kimono yang setengah terbuka membungkus tubuh half nakednya yang terlihat sangat mengkilap di mata Isaiah, “you're such a tease, nakal”

sang submissive tersenyum miring sembari menggerakan pinggangnya keatas dan kebawah kadang berputar ke kiri dan ke kanan yang membuat penis Isaiah tenggelam sempurna di dalam anal sempitnya, “hm? aku? kamu nggak-”

“suka! aku suka kamu yang begini, apalagi kalau sama aku. I like the way you ride be, aphrodite” pujanya kepada rui.

sedangkan yang dipuji mati-matian menahan senyum. lelaki mungil itu lalu menyibak rambut two toned nya keatas yang membuat penampilannyan jauh lebih sexy, “oh yeah, like that baby, this is just too good to be true” 

“yeah? is it?”

Isaiah mengangguk, memeluk pinggang Rui yang sedang berada diatasnya lalu menenggelamkan kepalanya pada dada yang lebih tua, “kamu sempurna na, kamu akan menjadi calon ibu dan pendamping yang baik, I love you baby” 

Rui menyambut pelukan itu dengan mengusap kepala Isaiah dalam dekapannya, mengusak surai halus itu pelan sembari mengatur napasnya perlahan, “I love you too, daddy” lalu setelahnya mengecup dahi pria nya dalam dalam, “muachhhh, bocil manjanya akuuu” 

mendengar kalimat yang tak terdengar asing di telinga nya, Isaiah mengadakan kepalanya keatas, menatap pujaan hatinya sangsi sembari memberikan ekspresi lucu dengan mengerucutkan bibirnya yang membuat Rui gemas bukan main, “apaaa hm? mau protes? kamu itu bocil, tau bocil ga? gemessshhh~” ujar Rui jenaka sambil menjepit hidung runcing Isaiah, “aku bukan bocil!”

“terus apa?”

“aku itu—”

“bocilllll, bocilnya akuuuu~“

“bukan! ih bukan—”

“ssst bocil diemmmm, gemeccc gemeccc gemecccc sama kamuuu~” yang lebih muda memekik kaget saat rui menghujami pipi tirusnya dengan ciuman gemas.

“I love you bocil”

Isaiah lalu bergelung manja dalam pelukan Rui sementara yang lebih tua masih sibuk mengusap dan mengecup pipinya sayang.

Rui mungkin bukan berasal dari keluarga yang baik but Isaiah surely feel that rui is going be a great mother for their child, he will.

warn : insecurities, MBA, mpreg, toxic behavior, lowercase


melihat bukti foto yang dikirimkan oleh yehoshua membuat rui tak kuasa menahan tangisannya.

lelaki manis itu terisak pelan sembari mengelus sisi perutnya yang mulai dirasa menegang di kehamilan keduanya.

rasanya, sulit menerima kenyataan bahwa apa yang dikatakannya kepada isaiah adalah benar. 

pria taurus itu sedang berada diluar rumah, berdampingan dengan sosok perempuan yang luar biasa yang sampai kapan pun menurut rui tak dapat disaingi oleh dirinya sendiri.

celine itu sosok yang sangat mempesona, mereka hanya berbeda 1 angkatan diatas. celine dikenal sebagai sosok yang ramah dan sangat murah hati, pintar dan tentunya berprestasi.

ia sudah berulang kali mengharumkan nama jurusan bahkan fakultas dengan berbagai piagamnya. perempuan itu juga memliki jiwa pekerja keras yang terbukti dari bagaimana ia memimpin organisasi jurusan mereka.

begitu pun dengan isaiah, lelaki itu tampan, baik hati, pintar dan sangat lembut. tidak pernah sekalipun isaiah menaikkan nada suaranya ketika berbicara dengan rui bahkan jika ia sedang mengalami hal buruk sekalipun.

memikirkan bahwa mereka berdua sedang bersama dan terlihat cocok membuat rui membandingkan dirinya sendiri yang seolah berkata,

lihatlah aku yang rela menjual diri untuk lelaki lain agar menjadi pasangannya, menjual masa muda hanya untuk mengurus buah hatinya bahkan melepaskan mimpi dan cita cita hanya untuk berkeluarga dengannya.

namun apalah daya? mereka seakan terlihat seperti langit dan bumi sekarang. isaiah merupakan lelaki impian semua orang, sedangkan dirinya? bahkan rui ragu bahwa keluarganya masih mempedulikan kehadirannya.

raut wajahnya menyendu dihadapan cermin yang sedari tadi menjadi penonton setia bagaimana lelaki manis itu begitu sulit mengungkapkan keresahan hatinya.

rui berpikir bahwa isaiah mungkin masih ingin bebas dan mencari tahu segala ria sanubari yang ada, nyata dan tidak semu. rui mematok pandangannya pada satu titik dimana ia merasa bahwa dirinya sudah begitu lelah,

pria mungil itu kurang tidur karena harus mengurusi bayi sulungnya, beraktivitas paling pagi karena harus mengurusi kepentingan sang pasangan juga menjaga stamina tubuhnya yang sedang mengandung 5 bulan.

namun semua beban itu seakan ditanggung sendiri oleh rui. ia tau isaiah sudah cukup lelah dengan segala macam beban mental dan materi yang harus dipenuhi, rui cukup tau diri bahwa ia tak pantas menuntut apapun sekalipun is memilik hak untuk itu.

kantung matanya yang terlihat jelas dengan keliling hitam disekitarnya cukup membuktikan bahwa pria aries itu mengalami hari hari yang sulit. 

jangan lupa juga bahwa rui terus mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis karena kelalahan selama mengandung dan itu cukup membuat dirinya tersiksa.

sibuk membandingkan nasib dirinya yang tidak seberuntung orang lain, rui sampai tidak menyadari bahwa kini isaiah telah berada dibelakangnya dengan wajah nelangsa saat melihat handphone rui yang sedan digenggam menampilkan fotonya bersama salah satu senior mereka, “na...” panggilnya pelan.

rui nara yang mendapat tepukan pelan di bahunya terlonjak perlahan sembari mengusap air matanya, berusaha tersenyum semanis mungkin, “o-oh, udah pulang? mau mandi? aku—”

belum sempat rui dapat menyelesaikan kata katanya, dirinya sudah dibuat bungkam oleh tindakan isaiah yang bersujud dibawah kakinya masih dengan posisi awalnya saat duduk dihadapan meja rias tadi,

“aku minta maaf na. maaf karena aku nggak bisa pegang janjiku sendiri. aku nggak mau ngomong apa-apa lagi, cuma mau minta maaf. aku minta ampun na, maaf, maaf, maaf” 

tutur yang lebih muda sungguh sungguh dibawah kaki pasangannya, “maaf, na...”

rui nara yang mendapat perlakuan seperti itu hanya mampu terdiam sembari menutup mulut dengan kedua tangan sanking tidak menyangka bahwa isaiah akan berlutut guna meminta maaf kepadanya.

hening...

tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun sampai rui nara melihat pundak isaiah bergetar turun-naik dengan tidak konstan yang menandakan bahwa pria itu sedang terisak dalam posisi berlutut.

“a-aku bajingan na, aku tinggalin kamu sama ei dan baby di rumah sendirian padahal aku tau kamu capek ngurusin rumah, hiks...”

“aku nggak tau caranya bersyukur, aku punya seseorang yang rela nungguin aku di rumah tapi aku lebih memilih kesenanganku sendiri”

bahu tegap itu terguncang hebat saat isaiah ingin melanjutkan kata katanya, “aku pecundang karena udah ngebiarin kamu hari ini menjalani waktu sendiri, aku egois. tampar aku na, tolong siksa aku.“ 

tak ada balasan dari rui nara, isaiah memutuskan untuk mengangkat kepala, memusatkan pandangannya kepada rui yang langsung menolehkan wajahnya kesamping karena tidak sanggup melihat isaiah menangis.

namun berbeda dengan sang dominan, bukannya memeluk atau mengecup sang terkasih, isaiah memilih untuk mengambil kedua lengan rui lalu setelahnya memukul kepalanya sendiri dengan kedua tangan kecil itu,

BUGH!

BUGH!

BUGH!

mendengar suara pukulan yang semakin nyaring, tangis rui nara yang sedari ditahan akhirnya luruh juga.

kedua tangannya sekuat mungkin menghentikan pukulan isaiah pada kepalanya sendiri sebelum kemudian memutuskan untuk memeluk leher dominan nya dengan sayang,

“hei hei, isaiah, stop.”

“bodoh! bodoh! bodoh!” gumam isaiah pada dirinya sendiri.

rui yang menyaksikan itu lantas tak sanggup, ia peluk isaiah sekuat mungkin agar lelaki itu tidak lagi merasa bersalah, “isaiah! I said stop hurting yourself! hiks!“ 

teriakan si manis yang kali ini agaknya cukup membuat isaiah sadar, pria tampan itu menyerahkan diri kedalam pelukan rui. 

membiarkan rui mendekapnya sepenuh hati, mengusap belakang kepalanya sayang sembari membisikkan kalimat penenang,

“hei, bocil mau denger sesuatu ga?”

isaiah menggeleng, wajahnya ia sembunyikan pada dada yang lebih tua, “denger duluuu~“

yang dipeluk menggeleng manja, mengeratkan pelukannya pada pinggang berisi rui sambil menghidu wangi menenangkan dari ceruk leher si manis, “malu, mau ngeliat wajah kamu sekarang aja aku udah nggak berani” katanya jujur.

rui mana peduli, dengan sekuat tenaga ia bawa tatapan isaiah mengarah kepadanya hingga mereka berdua saling beradu pandang,

“hai bocilnya akuuuu, terimakasih ya? terimakasih karena sudah mau mengaku salah dan meminta maaf. aku kecewa, tapi liat kamu nangis kayak gini, mana bisa? bayi besarnya akuuu, I love you” ujar rui dengan nada yang halus sembari mengusap wajah tirus dominannya perlahan.

isaiah yang mendapat perlakukan seperti itu otomatis bahagia, tersenyum bangga. lelaki manis yang sempurna ini adalah pasangan hidupnya, sosok ibu dari anak anaknya.

“jadiii? baikan?” tanya isaiah dengan wajah memelasnya yang membuat rui gemas bukan main, “gemasnyaaaa bayi besar akuuu” katanya kepada isaiah sebelum menyatukan hidung bangir mereka berdua dengan posisi saling memeluk daan jangan lupakan posisi isaiah yang masih berlutut sambil mengusap pinggang berisi kekasihnya, “love youuu”

“I love you too, daddy~“

CUP!

melempar telepon genggamnya ke segala arah, mood rui yang baru saja membaik beberapa menit lalu kini mulai memburuk akibat keterlambatan isaiah dalam menepati janjinya.

lelaki taurus itu berkata hanya keluar sebentar namun nyatanya sudah 30 menit dan pria tampan itu tidak kunjung kemb—

“na?”

—li, jika saja tidak ada kepala yang menyembul dari balik pintu kamar mereka berdua. proporsi tegap nan gagah itu beralih menuju sang pujaan hati yang sedang menghadapkan tubuhnya kearah jendela sebagai pertanda bahwa ia sedang marah.

isaiah mengembang senyum tulus tanpa resah, langkah jenjangnya ia bawa guna memeluk lelaki manis yang sedang hamil,

hai? aku lama ya? maaf bikin kamu khawatir dan marah. nggak bakal aku ulang, janji.” katanya sungguh sungguh sembari memeluk tubuh yang lebih kecil dari belakang.

rui masih mempertahankan raut datarnya, ia hendak menyingkirkan tangan isaiah yang sedang mengusap perut buncit empat bulannya namun jelas dihadang oleh sang dominan, “abuy marah nih sama daddy?”

“bujuk coba greig abuy nya, bilang ke abuy kalau marah marah nanti gemesnya hilang~” kelakarnya kepada yang lebih tua hingga mampu membuat rui tersenyum tipis dari balik ekspresi datarnya.

tuh tuh, liat tuh sekarang siapa yang senyum malu malu?”

BUGH!

rui meninju pelan lengan isaiah, “nakallll, awas diulangin lagiii, aku jewer kamu!!!”

isaiah tertawa lebar, membalikkan tubuh langsing prianya sebelum mereka berdua bertemu dalam satu peluk hangat yang sudah jelas diinisiasi oleh isaiah terlebih dahulu,

“janjiii abuy, maaf ya daddy nakal” ujarnya sambil mengelus perut buncit si mungil tak lupa mensejajarkan wajahnya dengan calon bayi mereka lalu sesudahnya melayangkan kecupan singkat disana, “I love you two.”

warn : mpreg! misgendering! fake science, man lactation.

time setting : greig (4) gray (2)


sore itu kala isaiah sedang sibuk memperbaiki box tidur milik si bungsu, rui memilih untuk menghabiskan waktu bersama kedua pangeran tampan lainnya di ruang tv sembari bersantai ria.

gray yang baru selesai menyusu meronta untuk turun dari pangkuan sang abuy yang membuat rui terheran, “kenapa dek?“ 

bayi tampan serupa isaiah versi mini itu langsung mengedarkan pandangan keseluruh ruangan, “bang, nna? buy?”

rui terkekeh gemas “abang? abang lagi di toilet dek, sebentar lagi balik.” katanya sembari membawa gray kedalam pelukannya lalu mengecupi pipinya gemas.

“buy~” rui sontak menoleh begitu melihat putra sulungnya berdiri dengan badan setengah telanjang ditambah dengan binarnya yang hampir mengeluarkan cairan bening, “kenapa kak?” tanya rui panik.

lelaki mungil itu segera menghampiri greig bersama sang adik di gendongan, “abang kenapa, hm?”

greig mengusap matanya kasar, jaga jaga agar tidak menangis sekarang juga dihadapan sosok yang telah melahirkannya, “a-abang kepleset hiks! sakit kaki abang, hiks!” adunya pada rui dengan air mata yang sudah tidak terbendung.

melihat itu rui tentu tidak bisa diam saja, lelaki itu berjongkok menyamakan tingginya dengan si sulung guna memeriksa bagian mana yang sakit, tangan satunya ia gunakan untuk menepuk punggung gray yang sepertinya kaget dengan tangisan sang kakak, “mana yang sakit bang?” tanya rui dengan nada memelas, ia sedih melihat greig seperti ini, cintanya, anaknya.

“kaki abang, kaki abang sakit HUEEEEE!”

“sshh~ iya iya nanti abuy pukul lantai nya ya? kasian ini anak ganteng abuy dibikin sakit, nakal banget lantainya” bujuk rui perlahan sembari membawa greig kedalam pelukan.

isaiah yang mendengar tangisan menggelegar greig pun tak tahan untuk menyelesaikan pekerjaannya lalu segera menyambangi ketiga malaikatnya,

“kenapa na?”

rui mengadahkan kepalanya keatas, mematut pandangannya kepada isaiah seakan meminta tolong, “abang kepleset di kamar mandi. ini salah aku, aku ngebiarin abang mandi sendiri, aku jahat.” ujarnya patah patah.

isaiah menggeleng keras, “bukan salah kamu, siniin adek. kamu temenin abang dulu gih, nggak mau lepas itu sama kamu”

rui mengangguk. melepaskan pelukannya sebentar dengan si sulung lalu melepaskan gendongannya terhadap si bungsu, 

“adek sama daddy dulu ya? abuy mau ngurusin abang, sebentar”

gray tersenyum mendengar kata daddy karena tau sebentar lagi ia akan diajak bermain oleh superhero kebanggaannya, daddy.

“dy! ddy!!!!”

“iya sama daddy ya?”

eung!

selepas kepergian isaiah dan gray, rui mengeratkan pelukannya pada greig yang sedari tadi tidak ingin berpindah sedikit pun.

greig memang seperti itu, dari masih berupa janin saja sudah terbaca kalau anak itu nantinya akan menjadi mama's boy.

tenaganya ia forsir sekuat mungkin agar dapat menggendong greig yang sekarang usianya sudah genap 4 tahun, kaki dan tangannya tumbuh dengan cepat, begitupun dengan tinggi badannya.

“abang mau ndong? abuy ndong ya?”

greig hanya mengangguk lesu “mau digendong sama abuy, ei mau abuy~“

rui mengangguk, mengecup pucuk kepala putra nya sebelum kemudian dengan sekuat tenaga membawanya sebuah pelukan hangat, “maafin abuy ya bang? abuy nyuruh abang mandi sendiri. abuy nggak bisa lihat abang nangis kayak tadi, pokoknya abuy nggak bisa kalau abang dan adik sakit.“ 

ucapnya dengan penuh penyesalan, tangan halusnya tergerak mengusap pundak kecil greig dengan sayang, merapihkan surai halus turunan isaiah lalu mengecup pelipisnya dengan sayang.

“abang sayang abuy dan adik juga, sayang daddy juga. abuy jangan menangis, abang cuma sakit sedikiiittt” katanya sambil mengusap pipi pualam sang ibu yang memerah karena hampir menangis.

rui tidak dapat berkata kata, pria aries itu hanya mengeratkan pelukan keduanya tak lupa bersenandung merdu agar anaknya dapat tertidur pulas.


15 menit berlalu rui telah berhasil menidurkan si sulung, tubuhnya ia bawa menyamping agar dapat memeluk greig.

mengusap surai lembutnya sayang beserta sebelah tangan yang aktif mengusap benjolan yang merupakan greig menangis histeris saat jatuh di kamar mandi.

bocah empat tahun itu, terpeleset saat ingin turun dari trademark yang dibuat isaiah untuknya saat ingin menggosok gigi, itulah mengapa tangisan greig menggema ke seluruh ruangan.

saat sedang sibuk melamun sambil memeluk putra sulungnya, rui tak sadar jika isaiah sudah berbaring tepat disampingnyq lengkap dengan gray yang sudah tertidur pulas menyusul sang kakak.

“jangan nyalahin diri kamu sendiri, you're doing your best buy, kami semua tau. we love you abuy, always will, always do” ungkap isaiah dengan sepenuh hati membuat rui tersenyum hingga hampir menangis lagi kalau saja isaiah tidak memeluk mereka bertiga sekaligus,

“family hug?”

rui mengangguk, mengeratkan pelukannya pada sang pria, “family hug, love you daddy”

“love you too”

warn : mpreg! misgendering!


rui sedang sibuk membereskan peralatan dapur saat mendengar tangisan greig yang meraung ke seluruh ruangan.

ibu muda itu lalu dengan cepat menyelesaikan kegiatannya sebelum beralih ke kamar greig yang sedang mengusak matanya kasar karena tidak menemukan sosok kesayangannya saat ia bangun- abuy.

“aloooo~ selamat pagi greig”

“buy! hiks!” tangan kecilnya terjulur kepada rui meminta dengan tersirat untuk cepat digendong, “aduh aduh, anak ganteng pagi pagi udah nangis ini, hm?” katanya gemas sembari mengusap sisa lelehan air mata pada pipi pualam sang putra.

“selamat pagi kakakk, how was your sleep?” rui bertanya lagi dengan nada yang halus kemudian mengecupi surai halus turunan isaiah tersebut.

namun, seakan tidak  ingin peduli dengan pertanyaan sang ibu, greig lebih memilih untuk menyandarkan kepalanya di dada hangat yang selalu memeluknya di kala kantuk menjemput.

begitupun rui dengan keterbatasan nya yang sedang berbadan dua menjadikan lelaki mungil itu harus mengerjakan pekerjaan rumah sambil membawa si calon bayi dalam perut bersama kakaknya di gendongan sekaligus.

“kakak turun bentar ya? abuy beresin kamar dulu, okey?”

“eung, no... abuyy eiiiii~“

rui tersenyum mendengar jawaban greig yang sudah kembali menyembunyikan diri dalam pelukannya, “iya iyaaa, ini sama abuy. kakak turun bentar ya? abuy ambil gendongan dulu”

greig mengangguk.

dengan begitu rui menurunkan si sulung pada tempat tidur mereka kemudian beralih mengambil gendongan bayi yang sebenarnya akan diturunkan kepada calon anak mereka selanjutnya, “ayo kak, abuy gendong. tapi jangan tendang adek, okey?”

yang ditanya hanya menganggukkan kepala dengan semangat, “dek, no no!

“pinter!” puji rui kepada sulungnya sembari mengecup hidung bangir keturunan isaiah itu gemas.

17.00 PM

cklek!

isaiah memasuki halaman rumahnya dengan keadaan yang cukup lelah, penyusunan serta konsultasi tugas akhir membuatnya pening bukan main.

namun semua itu sirna ketika ia melihat jagoan kecilnya bersama sang pasangan berjalan beriringan menuju tempat dimana ia merebahkan tubuh lelahnya.

rui dengan penampilan sederhananya – celana rumahan dan baju kebesaran yang sedang membawa calon buah hati mereka membuatnya terlihat lebih cantik dari biasanya.

pun dengan greig yang terlihat begitu tampan dengan setelan biru muda.

“DADDY!!!” greig berlari dengan cepat ke arah sang ayah membuat abuy yang melihat turut khawatir hingga —

HAP!

—isaiah menangkap greig dalam dekapannya lalu membawa tubuh mereka berdua berputar seiring dengan langkah kakinya yang membawa mereka semakin dekat.

“daddy miss you so much boy” katanya kepada si kecil tak lupa mengecup pipi gempal kesayangannya.

“udah deh, kalau udah ketemu, abuy dilupain~” ujar rui jenaka kepada dua lelakinya yang masih sibuk berpelukan.

melihat itu isaiah tersenyum lebar, menarik tangan lentik yang senantiasa mengasuhnya bersama greig dalam kasih lalu memeluk keduanya dalam sebuah pelukan hangat,

“I miss you too love, I miss baby gray too” bisiknya kepada rui nara sebelum setelahnya melayangkan kecupan sayang pada dahi sang terkasih dengan greig dalam pelukan.

setelah puas berpelukan bersama, isaiah menurunkan greig disamping rui yang langsung menggengam putra pertama keduanya, tubuh tegapnya ia bawa berlutut guna menyapa calon bayi kedua mereka,

“daddy's here baby, what are you doing? daddy miss you so much, gray.” ungkapnya penuh sayang sembari mengusap perut buncit rui yang kian membias jelas dari balik busana yang lelaki manis itu kenakan.

jemari lentiknya terangkat mengusak gemas surai pekat isaiah yang sedang sibuk mengecupi si bungsu, “grey miss daddy too, welcome home~“

warn : traumatize, mpreg.


ketika sampai pada lantai yang dituju isaiah langsung disambut dengan desas desus heboh dari para mahasiswa yang disinyalir merupakan kakak tingkatnya yang menyatakan bahwa ia adalah calon ayah dari bayi yang dikandung oleh rui.

kata kata seperti,

'gilee cakep bener pacar si rui'

'lah? si kecil hamil sama ini?'

'oh, ini toh calon papahnya si baby'

menggema dalam telinganya tiada henti seperti kaset rusak yang walaupun sudah dihentikan namun tetap mengeluarkan riuh suara dan isaiah tidak peduli. tujuannya adalah untuk menemui rui yang membawanya pulang.

maka dari itu, lelaki taurus tersebut mengesampingkan rasa malu hatinya lalu mulai memberanikan diri untuk bertanya,

“permisi kak —”

“cari rui pasti. anaknya di toilet, daritadi belum balik, gih lo cek sendiri.” — belum sempat melayangkan pertanyaan, semuanya telah terjawab dalam satu tarikan napas.

isaiah mengangguk ramah, “iya kak, terimakasih banyak, saya izin nyari rui kak” lalu setelahnya melangkahkan kakinya menuju bilik kamar mandi yang dimaksud.


tok! tok! tok!

“na? kamu di dalam?“ 

bunyi gedoran pintu diselingi pertanyaan retoris melayang dari belah bibir isaiah kala ia tidak menemukan dimana pujaan hatinya berada.

namun, ketika ia berjalan semakin dekat dengan bilik ketiga dari pintu masuk, rungunya semakin tajam mendengar suara tangisan tipis diiringi dengan flush toilet yang mampu menutupi suara tangis tersebut.

“na? kamu kah yang di dalam? ini aku, isaiah, ayo pulang”

hening, tidak ada jawaban.

“na?”

hiks! benci benci benci!!! benci!!!”

kalimat itu terus saja berulang saat isaiah mencoba memanggil nama rui, maka dengan perasaan khawatir yang memuncak pria kelahiran 23 april tersebut dengan serentak—

BRAK!!!

mendobrak pintu kamar mandi yang sedari tadi membuatnya mati penasaran sedang apa kekasihnya di dalam sana.

dan benar saja, saat pintu kamar mandi tersebut terbuka, rui nara dengan mata bengkaknya sedang menangis tersedu sedu dengan telepon genggamnya yang sedang menampilkan salah satu cuitan mengenai dirinya juga sang calon suami.

melihat hal tersebut, isaiah dengan cekatan membawa rui dalam pelukannya, membiarkan lelaki itu bersandar pada dadanya lalu mulai mengelus pundak sempit itu perlahan.

tak lupa salah satu tangannya menahan berat badan rui agar tidak terjembab karena kehamilannya yang semakin membesar, 

“sayang...” panggil isaiah lirih saat melihat apa yang menjadi penyebab rui menangis seperti sekarang. “liat aku coba” pintanya kepada rui yang hanya dibalas dengan gelengan singkat.

“hei, lihat aku dulu, sini” bujuknya senantiasa dengan kedua telapak tangan yang menangkup pipi gempal sang kekasih,

“jangan buka sosmed dulu, ok? ada aku disini, aku akan selalu jagain kamu. nggak peduli orang mau bilang apa, aku nggak akan pernah  ninggalin kamu. aku akan bertanggungjawab penuh na, janji.” ujar si dominan sungguh sungguh sambil mengecup sisi kepala yang lebih tua.

rui belum bisa mengatakan apapun, bahkan untuk sekedar berdiri saja rasanya ia tak mampu namun kedua tangan cantiknya masih sanggup mengusap wajah tampan sang kekasih yang membuat pandangan mereka bertemu, “j-jangan tinggalin aku, takut...” katanya sebelum jatuh pingsan dalam pelukan isaiah.

reef.

ketika sampai pada lantai yang dituju isaiah langsung disambut dengan desas desus heboh dari para mahasiswa yang disinyalir merupakan kakak tingkatnya yang menyatakan bahwa ia adalah calon ayah dari bayi yang dikandung oleh rui.

kata kata seperti,

'gilee cakep bener pacar si rui'

'lah? si kecil hamil sama ini?'

'oh, ini toh calon papahnya si baby'

menggema dalam telinganya tiada henti seperti kaset rusak yang walaupun sudah dihentikan namun tetap mengeluarkan riuh suara dan isaiah tidak peduli. tujuannya adalah untuk menemui rui yang membawanya pulang.

maka dari itu, lelaki taurus tersebut mengesampingkan rasa malu hatinya lalu mulai memberanikan diri untuk bertanya,

“permisi kak —”

“cari rui pasti. anaknya di toilet, daritadi belum balik, gih lo cek sendiri.” — belum sempat melayangkan pertanyaan, semuanya telah terjawab dalam satu tarikan napas.

isaiah mengangguk ramah, “iya kak, terimakasih banyak, saya izin nyari rui kak” lalu setelahnya melangkahkan kakinya menuju bilik kamar mandi yang dimaksud.


tok! tok! tok!

“na? kamu di dalam?“ 

bunyi gedoran pintu diselingi pertanyaan retoris melayang dari belah bibir isaiah kala ia tidak menemukan dimana pujaan hatinya berada.

namun, ketika ia berjalan semakin dekat dengan bilik ketiga dari pintu masuk, rungunya semakin tajam mendengar suara tangisan tipis diiringi dengan flush toilet yang mampu menutupi suara tangis tersebut.

“na? kamu kah yang di dalam? ini aku, isaiah, ayo pulang”

hening, tidak ada jawaban.

“na?”

hiks! benci benci benci!!! benci!!!”

kalimat itu terus saja berulang saat isaiah mencoba memanggil nama rui, maka dengan perasaan khawatir yang memuncak pria kelahiran 23 april tersebut dengan serentak—

BRAK!!!

mendobrak pintu kamar mandi yang sedari tadi membuatnya mati penasaran sedang apa kekasihnya di dalam sana.

dan benar saja, saat pintu kamar mandi tersebut terbuka, rui nara dengan mata bengkaknya sedang menangis tersedu sedu dengan telepon genggamnya yang sedang menampilkan salah satu cuitan mengenai dirinya juga sang calon suami.

melihat hal tersebut, isaiah dengan cekatan membawa rui dalam pelukannya, membiarkan lelaki itu bersandar pada dadanya lalu mulai mengelus pundak sempit itu perlahan.

tak lupa salah satu tangannya menahan berat badan rui agar tidak terjembab karena kehamilannya yang semakin membesar, 

“sayang...” panggil isaiah lirih saat melihat apa yang menjadi penyebab rui menangis seperti sekarang. “liat aku coba” pintanya kepada rui yang hanya dibalas dengan gelengan singkat.

“hei, lihat aku dulu, sini” bujuknya senantiasa dengan kedua telapak tangan yang menangkup pipi gempal sang kekasih,

“jangan buka sosmed dulu, ok? ada aku disini, aku akan selalu jagain kamu. nggak peduli orang mau bilang apa, aku nggak akan pernah  ninggalin kamu. aku akan bertanggungjawab penuh na, janji.” ujar si dominan sungguh sungguh sambil mengecup sisi kepala yang lebih tua.

rui belum bisa mengatakan apapun, bahkan untuk sekedar berdiri saja rasanya ia tak mampu namun kedua tangan cantiknya masih sanggup mengusap wajah tampan sang kekasih yang membuat pandangan mereka bertemu, “j-jangan tinggalin aku, takut...” katanya sebelum jatuh pingsan dalam pelukan isaiah.

warn : time skip! 3 months after.

sudah tiga bulan berlalu sejak kejadian tidak mengenakkan terjadi kepada rui juga isaiah. tapi, kedua orang tersebut tak lantas menyerah. sebaliknya, mereka sangat bersemangat membantu membangun kehidupan mereka sendiri.

isaiah yang sibuk berkuliah sembari membantu rui bekerja, begitupun dengan rui yang mulai sibuk dengan rajutan bajunya yang semakin membaik dari hari ke hari.

contohnya seperti sekarang, isaiah yang sedang menempatkan kepalanya di paha berisi rui sembari menghadapkan pandangannya pada perut sang submissive yang mulai membuncit di usia empat bulan kehamilannya, “nggak capek kepalanya dongak mulu keatas?” tanya rui sembari melanjutkan jahitannya pada fabrik yang telah ia siapkan dari tadi malam.

“enggak, aku seneng liatin kamu dari sini, cantik.”

rui tersenyum manis, kegiatan menyulamnya ia hentikan sebentar guna mengecup hidung besar sang kekasih, “mmmmuaahhh! gemes banget bayi gede akuuuu~” pekiknya heboh lalu menangkup wajah tirus isaiah, “bayi gede ini bayi gede nya siapa sihh?“ 

yang diperlakukan begitu hanya menampakkan senyum bulan sabitnya yang mampu membuat siapa saja terpana, “bayi nya abuy uiiii” balas isaiah tak kalah gemas dengan nada yang ia mirip miripkan dengan suara bayi.

by the way, mereka berdua sepakat untuk memanggil satu sama lain dengan sebutan abuy dan papa saat si kecil sudah lahir.

daaan sepertinya lagi, si kecil yang sedang di kandung oleh rui nara itu akan menjadi the real daddy's boy karena isaiah terlihat berbeda saat kehamilan rui memasuki trimester kedua.

pria taurus itu tidak ingin jauh dengannya barang sedetik pun. pergi kuliah selalu berdua, makan berdua, mandi berdua, membersihkan rumah berdua, semuanya dilakukan berdua.

bahkan untuk urusan kampus pun, isaiah tidak pernah meninggalkannya sendiri karena keterbatasannya dalam berjalan.

rui mulai merasakan keram hebat pada pinggang dan perut bawahnya, tubuhnya mengalami pembekakan hebat di minggu ke dua belas hingga membuat orang orang langsung sadar jika ia sedang mengandung.

namun, walau begitu rui tidak peduli. calon anaknya memiliki ayah dan keluarga yang jelas. jadi, rui tidak takut untuk mengakui apapun.

lagipula dengan kedekatannya dengan isaiah di kampus, juga intensitas mereka yang sering bertemu dengan kondisi tubuhnya yang sedang mengandung, seharusnya mereka sudah bisa menyimpulkan sendiri siapa ayah dari bayi yang dikandung oleh rui bukan?

“jangan mikirin apapun, aku ada buat kamu sama baby. aku bakal temenin kamu kemanapun, dimanapun. ikutin semua kemauan kamu selama aku mampu dan tentunya membahagiakan kamu selama aku bisa. love you na.”

warn : abusive parents, toxic parents, abusive act and treatment. harshwords! causing trauma, daddy issues, trust issues.


setelah memberesi barang barangnya lelaki taurus itu lalu menjemput rui di kediaman mereka sekarang dengan  ksatria birunya.

“udah siap?” katanya sembari memakai kan pelindung kepala kepada rui sedangkan sang empunya kepala hanya menggangguk lemas.

rui masih memikirkan perkataan ibunya tadi, apakah ayah nya melakukan hal buruk kepada sang ibu? apakah ibunya mendapat perlakuan tidak pantas dari sang ayah? 

entahlah, rui tidak mau menebak sendiri.

satu jam terlampui tak terasa sekarang kedua sijoli itu sudah berada di depan teras rumah keluarga nara.

sepi, terlihat seperti tidak ada penghuni karena biasanya ibu dan ayah rui akan bekerja pada waktu waktu atau jam seperti ini.

namun tidak, berbeda dari perkiraan mereka, tiba tiba dari arah jam sembilan, tampak seorang perempuan paruh baya dengan dua koper besar di kedua tangan kiri dan kanannya berjalan dengan pongah ke arah mereka,

BRUK!

kedua koper itu di lempar begitu saja di hadapan sang empunya, rui. si manis yang melihat kedua koper kesayangannya dibanting begitu saja oleh sang ibu hanya bisa memejamkan matanya erat.

“ini pria yang sudah menghamili kamu?” katanya sinis. langkah nya ia bawa maju hingga berhadapan dengan isaiah, “tolong bawa anak ini sejauh mungkin. saya tidak ingin melihat kehadirannya dimana pun”

“ma..” rui berbisik lirih saat mendapati ibunya berkata demikian kepada isaiah. demi tuhan rui sangat menyayangi ibunya dan rui harap ibunya tidak berubah namun tidak bisa.

semua orang baik berubah karena dikecewakan lebih dulu dan itu terjadi kepada ibunya, permata hatinya.

rui merasa bersalah, ia memang tak menyukai ayahnya tapi bukan berarti lelaki mungil itu membenci keluarganya. ia mencintai keduanya, mama dan papa.

tapi semua tiada berarti sekarang saat ia pulang membawa berita bahwa ia tengah berbadan dua dengan ditemani sang calon suami. 

isaiah yang merasakan genggaman tangan mereka mengendur, hanya bisa memeluk pundak sempit rui yang bergerak turun naik karena menangis, “sayang...”

rui menggeleng, menghapus pelan air matanya. lelaki manis itu sudah akan menyambangi sang ayah namun, sepertinya yang ingin disambangi sudah datang terlebih dahulu dengan raut kemarahannya yang sangat kentara.

BUGH!

tanpa kiasan kata atau apa, pria di pertengahan usia 40 itu maju dan melayangkan pukulannya kepada sang anak yang membuat isaiah terkejut bukan main.

“pa, sakit! hiks! hiks!

“ANAK BODOH! BISANYA CUMA MEMBUAT MALU ORANG TUA!”

BUGH! 

satu pukulan kembali dilayangkan kepada rui nara, tinju sang ayah mendarat tepat sasaran pada tubuhnya yang sudah ditarik paksa menjauh dari isaiah beberapa menit sebelum.

“ANAK TOLOL! TAU KAMU KALAU PERBUATANMU ITU KEJI! BODOH!

papah sakit! hiks! rui mohon ampun pah, hiks!“ 

jeritan kesakitan yang tadinya hanya terlihat samar bagi isaiah kini terdengar semakin jelas, lelaki tinggi itu dengan sigap berlari menuju arah erangan kesakitan sang kekasih sebelum gema bunyi itu membawanya pada dapur, tempat dimana ia menyaksikan kekasihnya sendiri disiksa oleh ayah kandungnya.

“PEMBAWA SIAL!”

BUGH-

sebelum tendangan itu kembali melayang pada kekasih mungilnya, isaiah dengan cekatan memeluk tubuh ringkih itu, mengandalkan pundak kokohnya untuk melindungi rui.

“bangun kamu! jangan sok jagoan! dasar brengsek!”

BUGH!

BUGH!

BUGH!

tendangan itu kembali melayang pada seluruh sisi tubuh isaiah yang ia gunakan untuk melindungi rui juga buah hati mereka.

tanpa perlawanan sedikit pun, lelaki taurus itu memeluk rui dengan hangat walaupun tubuhnya beberapa kali terhentak karena tendangan kuat dari sosok ayah bagi rui tersebut.

“isaiah your back, don't get hurt isaiah...” kata rui dengan nada pelan, karena sungguh ia ketakukan setengah mati melihat ayahnya kehilangan kontrol seperti sekarang.

ibunya? jangan ditanya. bahkan ketika ia mulai ditarik ke dapur, wanita cantik itu sama sekali tidak terlihat.

dani, ayah rui masih terus melayangkan tendangan tidak manusiawinya saat melihat tidak ada perlawanan dari kedua orang yang sudah berpelukan dengan tidak beraturan di dasar tanah sebelum sesudahnya berhenti karena mendengar sirine polisi dari luar.

ya, isaiah meminta pertolongan kepada ayah juga bundanya terlebih dahulu. karena ia tahu ia tak mungkin bisa melewati semua ini sendiri.

“ikut kami, anda kami tangkap atas laporan kekerasan terhadap anak!”

“ANAK SIALAN, LIHAT SAJA NANTI!” teriaknya sebelum segerombolan polisi berhasil memborogol kedua pergelangan tangannya.


usai bercokol dengan polisi yang menangani penangkapan calon mertuanya, isaiah berbincang sebentar dengan ayah dan bunda.

“terimakasih ndaa, yah

“sama sama son” kata mereka berdua. 

“tenangin rui dulu, ayah dan bunda nunggu aja diluar, abang lagi ambil mobil soalnya”

isaiah hanya menggangguk sebelum berlalu keluar dari area dapur menuju ruang tengah tempat dimana ia meninggalkan kekasihnya tadi.

“take a deep breath bae, I’m here, I’m here...” kata isaiah menenangkan. pundaknya sakit, tapi ia tahu pikiran dan mental rui jauh lebih sakit.

pria tampan itu duduk dihadapan rui, menempatkan dirinya diatas ubi lalu menjadikan kedua paha rui sebagai tumpuan.

bibir tipisnya dengan gencar mengecup kedua tangan rui bergantian, tangannya ikut mengelus perut rata rui yang mulai terasa keras jika disentuh, “I'm here baby, bunda's here too, abang, ayah, semua ada untuk kamu” katanya sebagai penyemangat untuk rui yang hanya dibalas oleh tatapan kosong oleh lelaki manis itu.

takut...aku takut sama ayah.“