🌸Purimate

PENDARATAN

Acungan jempol dan senyum manis menjadi pertanda bahwa burung besi telah hinggap dengan sempurna di landasannya. Senyum manis dari dua insan yang berbeda tugas namun masih di berada di lapangan yang sama mengembang disertai hembusan nafas lega karena berhasil menginjak bumi lagi.

“Welcome home again capt!” Seruan seseorang dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat ditangan nya.

“Terimakasih. Tapi aku hanya meninggalkan provinsi ini baru sekitar 7 jam” jelas lawan bicaranya sambil tertawa terbahak melihat tingkah 'juru parkir' yang membantunya hinggap di tanah.


Burung besi itu kembali hinggap di tempat yang biasa. 4 tahun ia mengendalikan burung besi itu dan selama 4 tahun itu juga seseorang dibawah sana menjadi pemandu agar burung besi tersebut bisa hinggap sempurna dan 300 orang bisa bertemu dengan tujuannya.

Bukan waktu yang sebentar bagi Langit, ya namanya Langit, seorang pilot kecil pengendara burung besi berwarna putih kebiruan untuk menyimpan rasa kepada sang pemandu burung besi untuk hinggap bernama Nelson.

Ia yang jatuh cinta pada Nelson yang telah membantunya memperbaiki mainan pesawat disaat umur mereka baru menginjak kelas 4 sekolah dasar. Awalnya hanya rasa terimakasih saja, namun semakin kian membesar seiring berjalannya waktu.


Sudah dua minggu sang 'juru parkir' tak ada di tempatnya memarkirkan si burung besi yang biasa di kendalikan oleh Langit.

Saat turun dari sang burung besi ia celingukan kesana kemari mencari sangtl 'juru parkir'.

“Selamat datang Capt!” Sapa juru parkir lainnya yang saat itu memarkirkan burung besi milik Lintang.

“Nelson?” Tanya nya kepada sang juru parkir yang diketahui bernama John.

“Oh, Nelson ambil cuti tahunannya Capt, tapi tidak tau dia cuti untuk apa” Jelas John.

Sang pengendali burung besi itu hanya bisa mengangguk tanda sudah paham walau di dalam benaknya masih bingung mengapa ia tak terlihat beberapa minggu ini.


Hari ini tampak berbeda dari 2 minggu belakangan ini. Sang 'juru parkir' kembali lagi ke tempatnya semula dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat di tangannya.

Langit tersenyum saat mengetahui bahwa Nelson telah kembali. Ia tampat semangat untuk menerbangkan sang burung besi hari ini.

“Ku dengar dari dia kalau sang pengendali nya lesu beberapa hari ini, benarkah?” Tanya Nelson sambil menunjuk sang burung besi yang berada di depannya.

Sang tertuduh hanya tertawa karena ketahuan telah merindukan nya.

“Wah wah, kamu tukang ngadu ya ternyata?” Langit pura pura memarahi burung besi yang sudah 4 tahun ia kendalikan itu.

Mereka tertawa bersama sebelum Langit melangkah ke kendaraan itu.

“Capt, saya tunggu capt disini ya. Hari ini akan ada yang spesial untuk capt” Kata Nelson penuh teka teki.

Langit hanya mengerutkan kening tanda bingung dengan pernyataan Nelson. Walau begitu Langit masih tetap mengangguk untuk mempercepat keadaan.


Acungan jempol dan senyuman manis kembali menjadi tanda burung besi itu telah sampai di tempatnya. Namun, benar ada yang berbeda kali ini.

Sang 'juru parkir' tiba tiba menyilangkan kedua tangannya di udara dan membuat gerakan 'stop' untuk menghentikan sang pilot untuk bergerak dari tempatnya.

Dengan secepat kilat tiba tiba ia mengeluarkan sebuah papan lampu yang bertuliskan “Capt. Langit, Mau jadi pacar Mashaller Nelson?”

Co-pilot yang merupakan teman sekolah Langit, Jaanesh langsung sadar dan menyenggol nyenggol bahu teman sekaligus pilot nya.

Semua orang bahkan 300an orang penumpang menjadi saksi kisah cinta mereka berdua.

Senyum mengembang dari kedua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut.

Sang pilot turun dan langsung menghampiri sang marshaller. “Jawabannya apa? Aku udah capek nih bawa bawa ini” Tanyanya sambil memasang muka kelelahan.

Yang ditanya hanya tertawa dan mengangguk tanda ia setuju. “Ha? Apa? Aku gak dengae deh” Tanya sang marshellar itu lagi. Pilot kecil itu lalu membuka penutup telinga yang digunakan marshaller itu, “Iya, aku mau jadi pacar kamu” jawabnya lantang.

Burung besi, landasan terbang dan 300an penumpang menjadi saksi sang pilot dan sang mashaller menjadi sepasang kekasih.


“Aku akan selalu menunggumu disini. Tepat di tempat ini, karena tempat ini awal aku mencintaimu” Nelson, Sang Mashaller

Acungan jempol dan senyum manis menjadi pertanda bahwa burung besi telah hinggap dengan sempurna di landasannya. Senyum manis dari dua insan yang berbeda tugas namun masih di berada di lapangan yang sama mengembang disertai hembusan nafas lega karena berhasil menginjak bumi lagi.

“Welcome home again capt!” Seruan seseorang dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat ditangan nya.

“Terimakasih. Tapi aku hanya meninggalkan provinsi ini baru sekitar 7 jam” jelas lawan bicaranya sambil tertawa terbahak melihat tingkah 'juru parkir' yang membantunya hinggap di tanah.


Burung besi itu kembali hinggap di tempat yang biasa. 4 tahun ia mengendalikan burung besi itu dan selama 4 tahun itu juga seseorang dibawah sana menjadi pemandu agar burung besi tersebut bisa hinggap sempurna dan 300 orang bisa bertemu dengan tujuannya.

Bukan waktu yang sebentar bagi Langit, ya namanya Langit, seorang pilot kecil pengendara burung besi berwarna putih kebiruan untuk menyimpan rasa kepada sang pemandu burung besi untuk hinggap bernama Nelson.

Ia yang jatuh cinta pada Nelson yang telah membantunya memperbaiki mainan pesawat disaat umur mereka baru menginjak kelas 4 sekolah dasar. Awalnya hanya rasa terimakasih saja, namun semakin kian membesar seiring berjalannya waktu.


Sudah dua minggu sang 'juru parkir' tak ada di tempatnya memarkirkan si burung besi yang biasa di kendalikan oleh Langit.

Saat turun dari sang burung besi ia celingukan kesana kemari mencari sangtl 'juru parkir'.

“Selamat datang Capt!” Sapa juru parkir lainnya yang saat itu memarkirkan burung besi milik Lintang.

“Nelson?” Tanya nya kepada sang juru parkir yang diketahui bernama John.

“Oh, Nelson ambil cuti tahunannya Capt, tapi tidak tau dia cuti untuk apa” Jelas John.

Sang pengendali burung besi itu hanya bisa mengangguk tanda sudah paham walau di dalam benaknya masih bingung mengapa ia tak terlihat beberapa minggu ini.


Hari ini tampak berbeda dari 2 minggu belakangan ini. Sang 'juru parkir' kembali lagi ke tempatnya semula dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat di tangannya.

Langit tersenyum saat mengetahui bahwa Nelson telah kembali. Ia tampat semangat untuk menerbangkan sang burung besi hari ini.

“Ku dengar dari dia kalau sang pengendali nya lesu beberapa hari ini, benarkah?” Tanya Nelson sambil menunjuk sang burung besi yang berada di depannya.

Sang tertuduh hanya tertawa karena ketahuan telah merindukan nya.

“Wah wah, kamu tukang ngadu ya ternyata?” Langit pura pura memarahi burung besi yang sudah 4 tahun ia kendalikan itu.

Mereka tertawa bersama sebelum Langit melangkah ke kendaraan itu.

“Capt, saya tunggu capt disini ya. Hari ini akan ada yang spesial untuk capt” Kata Nelson penuh teka teki.

Langit hanya mengerutkan kening tanda bingung dengan pernyataan Nelson. Walau begitu Langit masih tetap mengangguk untuk mempercepat keadaan.


Acungan jempol dan senyuman manis kembali menjadi tanda burung besi itu telah sampai di tempatnya. Namun, benar ada yang berbeda kali ini.

Sang 'juru parkir' tiba tiba menyilangkan kedua tangannya di udara dan membuat gerakan 'stop' untuk menghentikan sang pilot untuk bergerak dari tempatnya.

Dengan secepat kilat tiba tiba ia mengeluarkan sebuah papan lampu yang bertuliskan “Capt. Langit, Mau jadi pacar Mashaller Nelson?”

Co-pilot yang merupakan teman sekolah Langit, Jaanesh langsung sadar dan menyenggol nyenggol bahu teman sekaligus pilot nya.

Semua orang bahkan 300an orang penumpang menjadi saksi kisah cinta mereka berdua.

Senyum mengembang dari kedua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut.

Sang pilot turun dan langsung menghampiri sang marshaller. “Jawabannya apa? Aku udah capek nih bawa bawa ini” Tanyanya sambil memasang muka kelelahan.

Yang ditanya hanya tertawa dan mengangguk tanda ia setuju. “Ha? Apa? Aku gak dengae deh” Tanya sang marshellar itu lagi. Pilot kecil itu lalu membuka penutup telinga yang digunakan marshaller itu, “Iya, aku mau jadi pacar kamu” jawabnya lantang.

Burung besi, landasan terbang dan 300an penumpang menjadi saksi sang pilot dan sang mashaller menjadi sepasang kekasih.


“Aku akan selalu menunggumu disini. Tepat di tempat ini, karena tempat ini awal aku mencintaimu” Nelson, Sang Mashaller

Acungan jempol dan senyum manis menjadi pertanda bahwa burung besi telah hinggap dengan sempurna di landasannya. Senyum manis dari dua insan yang berbeda tugas namun masih di berada di lapangan yang sama mengembang disertai hembusan nafas lega karena berhasil menginjak bumi lagi.

“Welcome home again capt!” Seruan seseorang dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat ditangan nya.

“Terimakasih. Tapi aku hanya meninggalkan provinsi ini baru sekitar 7 jam” jelas lawan bicaranya sambil tertawa terbahak melihat tingkah 'juru parkir' yang membantunya hinggap di tanah.


Burung besi itu kembali hinggap di tempat yang biasa. 4 tahun ia mengendalikan burung besi itu dan selama 4 tahun itu juga seseorang dibawah sana menjadi pemandu agar burung besi tersebut bisa hinggap sempurna dan 300 orang bisa bertemu dengan tujuannya.

Bukan waktu yang sebentar bagi Langit, ya namanya Langit, seorang pilot kecil pengendara burung besi berwarna putih kebiruan untuk menyimpan rasa kepada sang pemandu burung besi untuk hinggap bernama Nelson.

Ia yang jatuh cinta pada Nelson yang telah membantunya memperbaiki mainan pesawat disaat umur mereka baru menginjak kelas 4 sekolah dasar. Awalnya hanya rasa terimakasih saja, namun semakin kian membesar seiring berjalannya waktu.


Sudah dua minggu sang 'juru parkir' tak ada di tempatnya memarkirkan si burung besi yang biasa di kendalikan oleh Langit.

Saat turun dari sang burung besi ia celingukan kesana kemari mencari sangtl 'juru parkir'.

“Selamat datang Capt!” Sapa juru parkir lainnya yang saat itu memarkirkan burung biru milik Lintang.

“Nelson?” Tanya nya kepada sang juru parkir yang diketahui bernama John.

“Oh, Nelson ambil cuti tahunannya Capt, tapi tidak tau dia cuti untuk apa” Jelas John.

Sang pengendali burung besi itu hanya bisa mengangguk tanda sudah paham walau di dalam benaknya masih bingung mengapa ia tak terlihat beberapa minggu ini.


Hari ini tampak berbeda dari 2 minggu belakangan ini. Sang 'juru parkir' kembali lagi ke tempatnya semula dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat di tangannya.

Langit tersenyum saat mengetahui bahwa Nelson telah kembali. Ia tampat semangat untuk menerbangkan sang burung besi hari ini.

“Ku dengar dari dia kalau sang pengendali nya lesu beberapa hari ini, benarkah?” Tanya Nelson sambil menunjuk sang burung besi yang berada di depannya.

Sang tertuduh hanya tertawa karena ketahuan telah merindukan nya.

“Wah wah, kamu tukang ngadu ya ternyata?” Langit pura pura memarahi burung besi yang sudah 4 tahun ia kendalikan itu.

Mereka tertawa bersama sebelum Langit melangkah ke kendaraan itu.

“Capt, saya tunggu capt disini ya. Hari ini akan ada yang spesial untuk capt” Kata Nelson penuh teka teki.

Langit hanya mengerutkan kening tanda bingung dengan pernyataan Nelson. Walau begitu Langit masih tetap mengangguk untuk mempercepat keadaan.


Acungan jempol dan senyuman manis kembali menjadi tanda burung besi itu telah sampai di tempatnya. Namun, benar ada yang berbeda kali ini.

Sang 'juru parkir' tiba tiba menyilangkan kedua tangannya di udara dan membuat gerakan 'stop' untuk menghentikan sang pilot untuk bergerak dari tempatnya.

Dengan secepat kilat tiba tiba ia mengeluarkan sebuah papan lampu yang bertuliskan “Capt. Langit, Mau jadi pacar Mashellar Nelson?”

Co-pilot yang merupakan teman sekolah Langit, Jaanesh langsung sadar dan menyenggol nyenggol bahu teman sekaligus pilot nya.

Semua orang bahkan 300an orang penumpang menjadi saksi kisah cinta mereka berdua.

Senyum mengembang dari kedua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut.

Sang pilot turun dan langsung menghampiri sang marshellar. “Jawabannya apa? Aku udah capek nih bawa bawa ini” Tanyanya sambil memasang muka kelelahan.

Yang ditanya hanya tertawa dan mengangguk tanda ia setuju. “Ha? Apa? Aku gak dengae deh” Tanya sang marshellar itu lagi. Pilot kecil itu lalu membuka penutup telinga yang digunakan marshellar itu, “Iya, aku mau jadi pacar kamu” jawabnya lantang.

Burung besi, landasan terbang dan 300an penumpang menjadi saksi sang pilot dan sang mashellar menjadi sepasang kekasih.


“Aku akan selalu menunggumu disini. Tepat di tempat ini, karena tempat ini awal aku mencintaimu” Nelson, Sang Mashellar

Acungan jempol dan senyum manis menjadi pertanda bahwa burung besi telah hinggap dengan sempurna di landasannya. Senyum manis dari dua insan yang berbeda tugas namun masih di berada di lapangan yang sama mengembang disertai hembusan nafas lega karena berhasil menginjak bumi lagi.

“Welcome home again capt!” Seruan seseorang dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat ditangan nya.

“Terimakasih. Tapi aku hanya meninggalkan provinsi ini baru sekitar 7 jam” jelas lawan bicaranya sambil tertawa terbahak melihat tingkah 'juru parkir' yang membantunya hinggap di tanah.


“Lang, masih aja lo berharap sama dia” ujar seorang teman yang saat ini sedang duduk di kantin menemani orang yang dipanggilnya 'Lang' untuk memata matai pujaan hatinya

Yang dinasehati tampak tak menggubris perkataan temannya dan malah asyik memakan es krim vanila nya sambil memperhatikan sosok tinggi besar yang tengah bercanda ria dengan teman teman nya

Merasa ditatap, pria bertubuh tinggi besar itu mengalihkan pandangan ke dua orang yang saat ini kikuk karena ditatap balik oleh sang target

Senyum manis dan sebuah anggukan sebagai pertanda betapa ramahnya lelaki itu. Namun tanpa sadar lelaki kecil yang sedari tadi melihatnya menjadi salah tingkah dengan pipi yang menjadi semerah buah tomat


Burung besi itu kembali hinggap di tempat yang biasa. 4 tahun ia mengendalikan burung besi itu dan selama 4 tahun itu juga seseorang dibawah sana menjadi pemandu agar burung besi tersebut bisa hinggap sempurna dan 300 orang bisa bertemu dengan tujuannya.

Bukan waktu yang sebentar bagi Langit, ya namanya Langit, seorang pilot kecil pengendara burung besi berwarna putih kebiruan untuk menyimpan rasa kepada sang pemandu burung besi untuk hinggap bernama Nelson.

Ia yang jatuh cinta pada Nelson yang telah membantunya memperbaiki mainan pesawat disaat umur mereka baru menginjak kelas 4 sekolah dasar. Awalnya hanya rasa terimakasih saja, namun semakin kian membesar seiring berjalannya waktu.

Tetapi sangat disayangkan karena semasa di sekolah dasar Nelson membenci Langit karena

Acungan jempol dan senyum manis menjadi pertanda bahwa burung besi telah hinggap dengan sempurna di landasannya. Senyum manis dari dua insan yang berbeda tugas namun masih di berada di lapangan yang sama mengembang disertai hembusan nafas lega karena berhasil menginjak bumi lagi.

“Welcome home again capt!” Seruan seseorang dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat ditangan nya.

“Terimakasih. Tapi aku hanya meninggalkan provinsi ini baru sekitar 7 jam” jelas lawan bicaranya sambil tertawa terbahak melihat tingkah 'juru parkir' yang membantunya hinggap di tanah.


“Lang, masih aja lo berharap sama dia” ujar seorang teman yang saat ini sedang duduk di kantin menemani orang yang dipanggilnya 'Lang' untuk memata matai pujaan hatinya

Sesuai janji, Gemini datang ke kediaman Fourth tepat jam 5 sore tapi tak nampak tanda ada penghuninya.

Gemini berulang kali memanggil nama orang yang telah menemani nya selama hampir 3 tahun ini namun nihil tak ada sahutan bahkan kedua orang tuanya juga tidak ada menyahut.

Ia akhirnya masuk melewati pagar yang tidak terkunci dan duduk di kursi yang tersedia di teras rumah sambil memainkan gawai untuk menghubungi kekasihnya.

Tak ada jawaban, Gemini akhirnya hanya duduk menunggu sembari memainkan permainan online yang ada di gawainya.

Jam 6, jam 7, jam 8 bahkan sekarang hampir jam 9 malam, tak ada sedikitpun tanda tanda kalau Fourth akan pulang. Ia masih setia menunggu walau kantuk dan bosan sudah melandanya sedari tadi.

Suara deru mobil mengagetkan dirinya yang hampir tertidur, kekasihnya pulang fikirnya namun suara deru mobil bersahutan dengan suara sirine. Ia langsung berdiri dan berlari ke arah pagar rumah Fourth.

Ayah Fourth yang ditemani Papa Fourth berjalan gontai sambil memegang sebuah kotak sembari terisak.

“Gemini.. Selamat ulang tahun. Kamu udah lelah nunggu Fourth kan? Fourth udah pulang nak” ucap Ayah Fourth terbata.

“Fourth... Fourth mana om?” Tanya nya bingung.

Ayah Fourth menunjuka mobil putih dengan suara sirine yang keras tersebut. Tampak sebuah peti berwarna coklat muda yang di angkat oleh beberapa orang.

Peti dan orang tersebut melewati Gemini. Bahkan ia kenal beberapa orang yang mengangkat peti coklat muda tersebut.

“Gemini, selamat ulang tahun. Fourth nitipin ini untuk kamu, katanya buka di draft twitter dan instagramnya ya” Ucap teman mereka sambil menyerahkan gawai berwarna hitam.

“Fourth, kamu tau, sekarang aku sangat membenci tanggal ulang tahun ku sendiri” Ucapnya terisak di pusara yang dipenuhi bunga mawar putih kesukaan Fourth.

“Wah wah wah.. Selamat Ya Kapten Langit Baskara, akhirnya bisa selesai setelah mengalami tekanan batin selama ini hahaha” ledek om nya yang baru saja datang dari Jerman.

“Ini aku gak dikasih hadiah apa apa nih dari jerman?” Tagih si anak

“Hadiahnya nanti di rumah ya” Jawab om yang satunya, Genta

Semuanya tertawa terbahak namun kulihat istriku dengan wajah yang berbeda, senang namun seperti ada yang menghantui fikirannya.

“Ada apa?” Tanya ku sambil merangkul bahunya

“Aku ingat dulu saat Lingga baru dilantik seperti ini. Tempatnya masih sama tapi orang orangnya berbeda” Jawabnya mengedarkan pandangan

Aku mengusap usap bahunya memberi kekuatan padahal aku juga sangat rapuh jika mengingat nya.

Lingga, disini ada Langit, anak ku, anak mu dan juga anak Ciza. Dia adalah pelanjut cita – citamu. Cita citamu untuk menjaga Ciza dan juga menjagaku. Cita citamu dalam menuju langit.

25 Tahun berlalu....

Siapa sangka setelah kejadian yang menyakitkan hati dan juga mental ku, aku menikahi seseorang yang selama ini menjaga cintaku dengan sangat baik, ya Ciza. Aku menikah dengan Ciza 2 tahun setelah kami ditinggalkan orang yang paling kami cintai, Lingga.

Ntah angin apa yang membawa kami bisa saling menyembuhkan luka satu sama lain karena kepergian Lingga tapi yang jelas sekarang kami sudah bahagia walau kadang terselip nama Lingga dalam kehidupan kami.

Kalau kalian tanya bagaimana Genta dan Natta, mereka sudah hidup bahagia di Jerman. Ya, mereka sengaja pergi ke Jerman dan menikah disana karena di Negara ini belum ada pelegalan untuk pernikahan sesama jenis.


“Selamat Bapak Nehan. Istri dan putra bapak semuanya sehat dan tidak kurang satu apapun” ucap seorang wanita berbalut baju operasi dengan senyum cerahnya.

Aku masuk ke ruang rawat setelah istriku, Ciza dipindahkan ke ruangan tersebut.

“Aku mau namain dia Langit” Ucap nya saat aku masih meggendong putra kami yang masih merah.

Aku menoleh dan menaikkan satu alis tanda bertanya “kenapa langit?”

“Langit adalah cita-cita Lingga. Hidup Lingga sebagian besar berada di Langit karena dia seorang pilot. Langit juga tempat Lingga sekarang. Dan dari langit Lingga bisa lihat kita bahagia hingga detik ini” ucapnya sambil menerawang dan mengeluarkan setetes demi tetes air mata.

Lantas aku meletakkan bayi ku di tempatnya dan memeluk istri ku.

“Lingga segalanya bagiku, terlepas dia hanya adik asuhku tapi dia sudah menemaniku terus bahkan disaat ayah ibu ku tiada, keluarga nya lah yang merawatku hingga aku menikah. Bahkan ketika aku bercerai pun Lingga yang selalu menemaniku” jelasnya panjang lebar sambil menangis.

“Kamu tau? Dulu Lingga pernah bilang ke aku kalau suatu saat kamu sudah menikah dengan orang lain pilihan mu, maka Lingga akan menikahi ku” lanjutnya lagi sambil menangis sambil tertawa.

Aku tak dapat berkata dan membalas semua perkataanya, aku hanya hanyut dalam cerita ceritanya tentang Lingga.


Aku sampai rumah dengan perasaan bingung bercampur khawatir. Sampai di rumah ku cari dimana istri ku, namun nihil, ia tidak ada di kamar.

Ketemu. Ia sekarang duduk di sebuah ruangan kosong yang hanya terdapat satu tempat tidur dan 2 lemari besar dan kecil serta satu foto dengan ukuran yang lumayan besar dan beberapa alat sembahyang seperti dupa di depannya. Ya, itu kamar do'a untuk Lingga. Kami sengaja menyiapkan satu kamar khusus untuk Lingga, karena kami percaya Lingga akan sering datang mengunjungi kami.

“Ini baju nya. Masih bagus gak ya? Soalnya ini baju udah lama banget” Katanya sambil memperlihatkan baju berwarna putih dan sedikit kekuningan karena waktu yang memakannya.

Ku perhatikan baju putih yang tak kusut sedikit pun dengan name tage di dada kiri “Lingga Tadwin. Pilot”.

“Pada saat pemakaman Force, Book tidak datang. Kami semua bingung kenapa Book tidak datang. Akhirnya ayah pergi ke kosan Book” Earth berhenti di tengah cerita.

Ya, saat ini Ayah Earth, Papa Mix, Archen, Dunk, Neo dan Louis sedang duduk bersama di ruang keluarga setelah tragedi Earth yang tiba tiba histeris saat melihat Neo dan Louis berjalan bersama.

Earth yang sedang duduk santai bersama Mix tiba tiba lari dengan menangis tersedu memeluk Neo dan Louis yang saat itu memang memasuki rumah secara bersamaan.

“Tanda lahir kalian berdua sama. Berada di leher tapi Neo punya lebih jelas daripada punya Louis” Lanjutnya lagi sambil memegang leher anak dan teman anaknya.

“Apa yang terjadi sama Book... Eum... maksudnya om book setelah kematian om force yah?” Tanya Archen penasaran

“Setelah pemakaman Force, ayah gak pernah liat Book. Akhirnya ayah pergi ke kosan Book. Kosan saat itu sepi. Ayah langsung masuk ke kamar Book karena ayah punya kunci kamar Book peninggalan dari Force. Dan yang ayah lihat...” Earth kembali berhenti dan menangis lagi.

“Kamu gantung diri Book” sambungnya sambil mengelus sayang pipi Louis. “Tanda lahir mu yang di leher adalah bekas luka karena tali yang menjerat lehermu” Lanjutnya sambil mengelus tanda lahir yang di punya Louis.

Neo menatap Louis dalam seakan bertanya kenapa ia melakukan ini. Louis hanya menunduk bersalah.

“Maaf.. Aku hanya ingin bersama mu. Maaf.. karena aku kamu jadi begitu. Maaf....” Isak Louis tiba tiba.

Neo lantas memeluk Louis dan menghapus air matanya. “Sekarang kamu udah sama aku. Jangan merasa bersalah ya. Aku ngelakuin itu karena aku sayang kamu Book. Maaf udah ninggali kamu dengan cepat” Ucap Neo sayang.

“Aku juga mencintaimu sebagai Louis. Aku mencintaimu sejak pertama aku melihatmu. Aku mencintaimu bukan karena aku Force dan kamu Book tapi aku mencintaimu karena aku Neo dan Kamu Louis” lanjutnya lagi

“Jangan tinggalin aku lagi ya” jawab louis disertai anggukan Neo.

Semua orang yang berada disitu merasa hangat karena mereka berdua. Hanya archen dan Dunk yang diam diam menangis karena kisah dari temannya.


“Neo, Louis terimakasih ya. Terimakasih telah menyatukan kami lagi” Ucap Book tersenyum disertai Force yang mengangguk setuju.

Neo dan Louis terbangun dan saling berpelukan tanda mereka tak akan mungkin bisa terpisah lagi.

Keadaan malam ini sangat sepi, jalanan hanya lewat satu motor atau satu pejalan kaki saja. Apa yang diharapkan dari keadaan jalanan pada tahun 1985? Yang pasti masih banyak kebun kebun di pinggiran jalan.

“Udah selesai. Aku bisa pulang?” Tanya Book setelah menyusun semua bukunya. Yang ditanya bukannya menjawab malah mengeratkan pelukan tangannya di tangan book.

“Tidur sini aja ya?” Pintanya dengan memelas. Yang dipintai menggeleng tanda ia tak bisa menginap di tempatnya Force.

“Aku anter sampai kosan mu ya. Udah terlalu larut malam. Aku hanya takut ada yang jahat padamu” Katanya lagi.

“Tidak usah force. Lagipula kosan ku hanya tinggal keluar dari gang mu saja. Bukannya aku selalu pulang sendiri saat dari kosan mu?” Tolak halus dari Book.

Akhirnya Book pulang dengan berjalan kaki menyusuri gang kosan force sampai tiba tiba datang segerombolan pemuda mabuk yang membawa bawa senjata tajam.

“Wah wah wah. Jalan sendirian aja nih? Bisa kali bagi uang buat beli rokok” salah satu pemuda itu datang dan menodong book. Book dengan sigap melindungi tasnya dan berjalan dengan langkah cepat, namun pemuda mabuk itu juga berjalan sangat cepat menyusul Book.

“Heh! Jangan lari!! Kau belum kasih kami uang!!!” Salah satu mereka berteriak dan berlari mengejar Book.

Book tertangkap dan salah satu dari mereka sudah menempelkan pisau kecil ke leher Book.

“Berikan atau kamu mati” intimidasi pemuda mabuk itu.

Tanpa di duga Force datang dan berusaha menyelamatkan Book. Sialnya malah Force yang berada di posisi book sebelumnya dengan pisau berada di lehernya.

“Book!! Lari!! Lari kamu!!! Lari yang cepat!!!” Pinta Force. Book menggeleng tidak mau membiarkan Force dalam keadaan ini. Book mencoba melawan pemuda yang menghunuskan pisau ke leher force. Tapi sial, gerakan mereka malah membuat pisau itu tergores dalam dan panjang ke leher Force. Force tergeletak dengan leher berlumuran darah sedangkan pemuda mabuk semuanya melarikan diri.

“Force... Force.... Bertahan force.. tolong bertahan demi aku...”