🌸Purimate

Mobil terparkir sempurna di basement sebuah gedung yang ternyata sebenarnya adalah gedung agensi industri hiburan yang namanya cukup besar di negeri itu namun sahamnya dibeli oleh keluarga Louis sekitar 63% sehingga kepemilikan perusahaan berada di tangan keluarga Louis.

Pandangan mata seseorang yang cukup jauh dari mereka berdiri tak ayal seperti seorang singa lapar yang siap menerkam mangsanya.

Louis merasakan itu, namun tidak dengan Neo yang masih saja sibuk dengan dashboard mobilnya.

“Dah, ayo masuk” ucap Neo sembari menarik paksa tangan Louis yang saat itu masih memandangi sekitar.


Tepat dilantai 30 lift terbuka. Menampilkan banyak sekali orang berlalu lalang atau sekedar duduk sambil memegangi map file.

Tepat ketika mereka berdua keluar dari lift, puluhan pasang mata menatap mereka. Mungkin hanya sedikit terganggu dengan kedatangan orang lagi.

Neo dan Louis mengambil tempat duduk yang tidak begitu jauh dari pintu kaca yang cukup besar bertuliskan “Aula pertemuan”. Para kakak mereka memang mengatakan kalau mereka akan dikumpulkan di aula pertemuan, jadi Neo dan Louis mengambil tempat yang tidak jauh dari situ agar bisa mendengar pengumuman kalau mereka dipersilahkan masuk.

“Disini kosong?” Tanya seseorang yang menggangu aktifitas Neo dan Louis. Secara bersamaan mereka berdua mengangkat kepala dan melihat ke si punya pertanyaan.

“Disini aja bang. Disitu tempat taruh tas kita” Jawab Neo menunjuk tempat duduk kosong di sebelah kanan nya padahal yang ditanya adalah tempat duduk disebelah kiri Louis.

Orang tadi hanya tersenyum dan mengangguk sambil duduk disamping Neo.

“Apaan sih, orang disini kosong juga” Louis menyikut lengan Neo yang sedang memainkan ponsel pintar nya. Tampak Neo juga tidak mengindahkan protes dari sahabatnya itu.


Beberapa menit berlalu, semua calon talent yang sedang menunggu di luar dipersilahkan masuk ke dalam aula pertemuan.

Tak lama masuk beberapa orang yang sudah sangat tidak asing dimata Neo dan Louis. Ya, mereka adalah saudara dari mereka berdua, Arm dan juga Tay serta diikuti oleh ke 2 kakak dari Louis, Toptap dan Book.

“Perkenalkan nama saya Arm Weerayut dan ini Tay Tawan, kami berdua merupakan pemilik dari Infinity Star corp. Sedangkan ini adalah 2 adik saya, Toptap Jirakit dan Book Kasidet. Mereka merupakan manager dari perusahaan ini” Arm dengan tegas memperkenalkan diri di depan semua calon talent.

Bisik bisik samar pun mulai terdengar memenuhi aula. Ada yang memuji arm, ada yang memuji tay bahkan memuji kedua kakak Louis yang lainnya.

Louis dan Neo hanya tertawa geli mendengar bisik bisik yang diucapkan para calon talent yang ada di sekitar mereka.

“Dia, mirip kamu dan dia mirip kamu” ucap seseorang yang duduk di belakang Neo dan Louis sambil menunjuk book dan Louis bergantian serta tay dan neo bergantian.

Neo dan Louis sedikit panik mendengar pernyataan dari orang di belakang mereka. Namun, kepanikan mereka tidak berlangsung lama karena pintu aula terbuka.

“Maaf pak, saya terlambat” ucap seseorang diambang pintu.

“Gemini?” Ucap Neo dan Louis bersamaan sambil menatap satu sama lain.

“Neo... neo.. neo sayang” panggil Louis sambil mengetuk pintu apart Neo. Sudah berkali kali di panggil, namun tak ada jawaban dari sang pemilik apart.

Drrrtttt... Drrrttrr... Getaran hp Louis menghentikan aktivitas mengetuk pintu apart Neo.

“Dokter Louis, maaf mengganggu waktunya. Tapi ini tunangan dokter ada di rumah sakit. Tolong dokter datang secepatnya kesini ya” seseorang di sebrang sana memberi kabar.

Secepat kilat Louis melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat ia bertugas. Di dapati nya tunangannya sedang ditangani dokter lain yang merupakan teman kerja nya.

Tampak juga beberapa perawat membantu sang dokter menanganinya.

“Neo kena demam berdarah. Trombosit nya sangat rendah. Tapi kami udah kasih obat terbaik. Semoga saja demamnya lekas turun dan trombosit nya naik” Dokter yang merupakan rekannya memberi penjelasan.

Louis menemani Neo sepanjang malam bahkan saat Neo menggigil, Louis yang memberi selimut dan memeluk Neo.

“Aku sayang kamu. Aku sayang banget sama kamu. Tolong jangan tinggali aku. Tolong jangan buat aku sendiri lagi” Ucap Louis terisak di pelukan Neo.

“Aku gak akan pernah ninggalin kamu. Aku janji” balasnya mengusap surai hitam Louis.


“Waktu kematian 15.05” ucap seorang perawat sembari melihat jam tangannya.

Para perawat dan dokter berkeliling di tempat tidur sembari memberikan penghormatan terakhir.

“Dia dokter yang baik. Selalu bertanggung jawab dengan tugas tugasnya. Dia orang baik” ucap salah satu perawat terisak

“Dokter Louis sangat mencintai tunangannya. Maka dari itu ia menyusul tunangannya. Cinta mereka akan kekal abadi. Aku percaya” Dokter yang merupakan rekan Louis ikut memberikan penghormatan terakhir.

“Tak ada yang lebih bahagia dari pulang bersama orang yang dicintai. Semoga kalian berdua bertemu di kehidupan selanjutnya” ucap dokter lainnya.

Mangkuk bubur yang telah habis di sertai gelas kaca yang sudah kosong setengahnya menemani keberadaan dua sejoli yang harusnya senang akan pertemuan tapi malah menjadi suasana yang sedikit mengkhawatirkan.

“Aku selalu bilang sama kamu kan, jaga kesehatan kamu. Kamu selalu jaga kesehatan orang lain, tapi kamu gak pernah mikiri gimana kesehatan kamu” ucap Neo sedikit mengomel

Yang diomeli hanya tertunduk lesu hingga mengeluarkan air mata.

“Eh sayang maaf, aku gak maksud marahin kamu” ucapnya lagi meminta maaf

Dipeluknya tubuh mungil sang dokter yang suhu badannya hingga 38° itu. Dielus nya surai hitamnya dan dihapusnya sisa airmata yang mengalir.

“Aku takut kamu pergi” hanya kata kata itu saja yang mampu keluar dari bibir sang dokter

“Aku disini kok. Aku nemenin kamu terus ya disini. Udah jangan nangis ya” sambil mencium lembut kening yang hangat itu.

Mereka lantas tertidur sambil berpelukan, menyalurkan rasa sayang yang sekiranya dapat menyembuhkan.

“Dokter... Dokter... Mohon maaf dokter, ada pasien yang baru saja mengalami kecelakaan dokter” Kata seorang perawat yang terengah engah

Seseorang yang dipanggil dokter tadi pun bergegas, tak lupa membawa stetoskop nya mengacuhkan rasa sakit tang teramat pada ulu hati nya setelah pacar yang sudah menjalin hubungan selama hampir 4 tahun memutuskan secara sepihak.

Dokter Louis namanya. Seorang dokter yang dikenal workaholic sampai sampai kesehatan nya sendiri ia sering lupa. Para perawat sudah sering menyuruhnya agar ia menikah tapi ia selalu menjawab “Kak Boom belum siap” dengan wajah yang penuh senyum.

“Sus, tolong sediakan kantung darah nya. Pasien banyak kehilangan darah” Louis menyuruh salah satu perawatnya.

“Maaf dok, untuk golongan darah B persediaan darah kita habis” jawab salah satu suster

“Tolong cari ke keluarga pasien ya” Suruhnya kembali

Salah satu suster keluar dari ruangan dan tak lama kembali lagi dengan raut wajah khawatir.

“Dokter, pasien adalah korban tabrakan tunggal jadi dia dibawa oleh warga setempat sehingga tidak ada keluarga nya” katanya menjelaskan.

Louis sedikit berfikir sebelum melanjutkan tindakan nya.

“Kamu hentikan perdarahan nya. Sus, ayo periksa darah saya” Louis menyerahkan pekerjaan nya ke perawat dan pergi bersama perawat lainnya ke ruang transfusi darah.

Akhirnya 1 kantung darah berhasil mengalir ke tubuh pasien. Mereka harus mencari beberapa kantung lagi karena pasien mengeluarkan banyak sekali darah.


Sang pasien sadar dari pingsannya dan mendapati Louis dan salah satu suster sedang mengecek keadaannya.

Louis tersenyum mendapati pasiennya yang sudah sadar sepenuhnya. Di interogasi nya sang pasien dan didapati bahwa nama pasiennya adalah “Neo”.

Neo menjelaskan kronologi terjadinya kecelakaan tersebut. Neo ingin menyeberang jalan dan ada mobil yang melaju kencang hingga akhirnya kecelakaan tak terelakkan.

Louis mencoba menghubungi keluarga pasien setelah mendapatkan no keluarga nya setelah menginterogasi Neo.

“Dokter, are you okay?” Tanya Neo tiba tiba setelah melihat wajah Louis yang berubah menjadi sedih setelah hening melanda mereka.

“Ah.. iya.. i'm okay” jawab Louis dengan senyum yang dipaksakan setelah kejadian yang membuat hati nya menjadi remuk redam.

Neo hanya mengangguk walau tak puas dengan jawaban Louis. Louis tetap menunggu keluarga Neo karena jam praktik Louis juga sudah habis.

“Dokter... Dokter... Mohon maaf dokter, ada pasien yang baru saja mengalami kecelakaan dokter” Kata seorang perawat yang terengah engah

Seseorang yang dipanggil dokter tadi pun bergegas, tak lupa membawa stetoskop nya mengacuhkan rasa sakit tang teramat pada ulu hati nya setelah pacar yang sudah menjalin hubungan selama hampir 4 tahun memutuskan secara sepihak.

Dokter Louis namanya. Seorang dokter yang dikenal workaholic sampai sampai kesehatan nya sendiri ia sering lupa. Para perawat sudah sering menyuruhnya agar ia menikah tapi ia selalu menjawab “Kak Boom belum siap” dengan wajah yang penuh senyum.

“Sus, tolong sediakan kantung darah nya. Pasien banyak kehilangan darah” Louis menyuruh salah satu perawatnya.

“Maaf dok, untuk golongan darah B persediaan darah kita habis” jawab salah satu suster

“Tolong cari ke keluarga pasien ya”

“Tumben rumah sepi? Biasanya ada Ko Toptap?” Tanya Neo sesampainya di rumah Louis

“Lagi ke resto, tau ah mau ngapain” jawabnya sambil merebut plastik berisi camilan yg dibeli Neo.

Keduanya duduk bersantai di kamar Louis sambil menikmati film yang di putar melalui tv kamarnya.

Neo dan Louis merupakan sahabat semenjak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya Neo dan Louis bertetangga, namun Neo pindah ke perumahan yang sedikit lebih jauh dari tempat tinggal awalnya.

Walau mereka berjauhan tempat tinggal, baik Neo maupun Louis sering berkunjung ke rumah masing masing hingga kedua keluarga mereka sudah sangat mengenal satu sama lainnya. Terlebih lagi kakak tertua Neo, Tay Tawan juga sahabat karib kakak tertua Louis, Arm Weerayut.


“Dek, koko pulang” Terdengar suara lengkingan khas Kakak kedua Louis dari bawah.

Secepat kilat Louis berlari karena tau pasti jika kakak nya itu pulang akan membawa makanan yang cukup banyak.

Neo juga ikut keluar kamar mengikuti Louis yang sudah terlebih dahulu lari meninggalkan nya saat mendengar suara kakak nya itu.

“Loh ada Neo? Udah lama dek?” Tanya nya sembari menaruh makanan diatas meja

“Udah cukup lama untuk ngabisin nonton drama yang kemarin koko rekomendasi kan” Jawab Louis menjadi juru bicara Neo

“Book belum pulang?” Tanyanya lagi

Louis menggeleng sebagai jawaban. Ia habiskan puding lemon yang baru dibeli kakaknya itu.

“Lo udah berapa kotak ngabisin puding itu? Nanti lo sakit perut” Ucap Neo sambil menarik kotak puding paksa.

Louis kaget melihat Neo yang tiba tiba menarik kotak puding nya. Lalu seketika ia mengeluarkan jurus andalannya, yaitu mem pout kan bibirnya dan membuat matanya menjadi lebih bulat.

“Enggak ko, jangan! Tadi dia udah Neo beliin puding sama eskrim lemon. Mau berapa banyak lagi dia makan lemon hari ini?” Larang Neo sambil mengambil puding yang akan diberi toptap untuknya.

Louis kembali mengeluarkan jurus andalannya, sementara Toptap pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Cup! Satu kecupan singkat mendarat di bibir Louis yang dia pout kan.

“Gak usah kebiasaan begitu. Gak mempan lagi sama gue” ucap Neo setelah mengecup bibir Louis

Louis terdiam sambil memegang bibirnya dan seketika teriak dan mengejar ngejar Neo di dalam rumahnya.

“Neo! Adek!” Teriak Book saat mendapati adiknya dan juga teman adiknya saling kejar kejaran di dalam rumah.

“Kakak baru balik udah disambut sama drama India begini” lanjutnya lagi menggeleng gelengkan kepala.

Neo dan Louis berhenti sambil menyengir kuda kepada Abang nya yang baru datang.

Akhirnya Neo ikut makan bersama keluarga Louis sesaat setelah kakak tertuanya pulang.

“Kata Tay, kamu terima tawarannya?” Tanya arm selesai makan

“Jelas dong bang. Kesempatan gak datang dua kali kan?” Jawab Neo bangga

“Liat dek, Neo aja setuju. Kamu gimana?” Tanya Arm

“Iya iya bang. Aku ikut aja deh” jawab Louis mengalah

“Giliran Neo setuju aja, lo setuju dek” Sahut toptap dibalas delikan mata Louis

Setelah semua pembicaraan selesai, Neo pamit pulang ke semua abang abangnya Louis.

Louis mengantar sampai depan pagar. “Makasih ya Neo udah meyakinkan gue masalah ini” Tutur Louis tulus yang hanya dibalas anggukan dan usakan di rambut Louis.

“Tumben rumah sepi? Biasanya ada Ko Toptap?” Tanya Neo sesampainya di rumah Louis

“Lagi ke resto, tau ah mau ngapain” jawabnya sambil merebut plastik berisi camilan yg dibeli Neo.

Keduanya duduk bersantai di kamar Louis sambil menikmati film yang di putar melalui tv kamarnya.

Neo dan Louis merupakan sahabat semenjak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya Neo dan Louis bertetangga, namun Neo pindah ke perumahan yang sedikit lebih jauh dari tempat tinggal awalnya.

Walau mereka berjauhan tempat tinggal, baik Neo maupun Louis sering berkunjung ke rumah masing masing hingga kedua keluarga mereka sudah sangat mengenal satu sama lainnya. Terlebih lagi kakak tertua Neo, Tay Tawan juga sahabat karib kakak tertua Louis, Arm Weerayut.


“Dek, koko pulang” Terdengar suara lengkingan khas Kakak kedua Louis dari bawah.

Secepat kilat Louis berlari karena tau pasti jika kakak nya itu pulang akan membawa makanan yang cukup banyak.

Neo juga ikut keluar kamar mengikuti Louis yang sudah terlebih dahulu lari meninggalkan nya saat mendengar suara kakak nya itu.

Susana hening menyelimuti ruang makan keluarga “sempurna” yang begitu kata orang orang. Bagaimana tidak sempurna? Keluarga yang dikenal orang harta nya tidak habis 7 turunan dan ditambah lagi dengan pekerjaan 3 orang anak tertuanya menjadikan harta keluarga ini tidak mungkin akan habis dalam waktu dekat.

Anak laki laki tertua, Arm Weerayut yang merupakan seorang fashion designer ternama di negara mereka memimpin doa atas nama ketiga adiknya. Masakan yang di masak oleh anak laki laki kedua, Toptap Jirakit yang merupakan chef sekaligus pemilik restoran mewah di kota itu disantap lahap oleh keempat laki laki dewasa yang duduk saling berhadapan di meja makan berukuran lumayan besar itu.

Selesai menyantap habis makanan diatas meja, sang anak ketiga, Book Kasidet yang merupakan arsitek sekaligus pemilik perusahaan kontraktor dan bungsu mereka Louis Thanawin yang masih duduk di bangku kelas 12 sekolah menengah atas mengangkut piring kotor sisa makan untuk dibersihkan.

“Jadi gimana dek tawaran bang arm kemarin?” Tanya Book mengingat kan Louis atas saran abang tertuanya kemarin

“Kalian itu bisa gak usah ada ada aja gak sih satu hari aja?” Dengus Louis sambil membilasi piring piring yang telah dicuci Abang nya.

Book menghentikan kegiatan mencuci piring nya dan menatap lekat adik kecilnya “Daripada kamu ikut ikut audisi terus masuk ke agensi orang lain, lebih baik kan kita punya agensi sendiri kan?”

“Tapi gak gitu juga kak. Bikin agensi itu gak mudah loh” Jawabnya masih kesal

“Tenang aja, kami kan udah punya pengalaman untuk urusan beginian” jawabnya book tak mau kalah juga

Louis hanya bisa diam tak menanggapi pernyataan aneh kakak laki laki nya itu.

TERBANG

Tiga tahun terhitung sejak momen yang tak terlupakan di bandar udara ini. Terlihat kedua insan ini semakin dekat bak kutub selatan dan utara magnet sampai sampai para pilot dan mashaller sudah hafal kebiasaan mereka.

Sebelum terbang sang mashaller akan memberikan doa untuk sang pilot berharap beberapa jam kedepan mereka akan tetap bertemu.

Bahkan setelah pendaratan burung besi itu, sang mashaller dan pilot itu akan kembali berdoa mengucap syukur karena sang pilot telah kembali.

“Selama ini kalau aku naik pesawat, aku gak pernah dapat kamu sebagai kaptennya” Keluh Nelson saat jam makan siang.

“Itu karena kamu pergi gak pernah bertepatan dengan jadwalku” Jawab sang pilot santai

“Bener juga sih. Aku pengen deh nanti kalau pulang ke kota ku kamu jadi kaptennya, nanti sekalian kamu singgah ya ke rumah” Ucap sang mashaller penuh pengharapan

“Loh? Kalau aku pulang bareng kamu ntar yang bawa balik pesawatnya siapa?” Tanya sang pilot.

Tampak raut wajah bingung dari sang mashaller. Ia berfikir cukup lama untuk menemukan jawaban tersebut.

“Ahh gini aja. Boleh request gak sih siapa co pilot nya? Kalau boleh si Jaanesh aja yang jadi co pilot nya nah ntar Fahana ikut juga. Ntar kalau balikkan pesawat nya suruh Fahana atau Jaanesh yang jadi pilotnya dan yang satu nya jadi co pilot nya” Nelson tampak berapi api mengeluarkan idenya dengan menyebutkan nama kedua sahabat Langit yang kebetulan juga berprofesi sama dengan Langit.

Langit hanya menggelengkan kepala sembari tertawa kecil melihat tingkah kekasihnya.

“Iya iya, nanti itu bisa direncanakan. Ayo cepat makan, jam makan siang sudah hampir habis” Titah Langit agar Nelson segera menghabiskan makanannya.


“Langit, kamu beneran siap? Kalau enggak biar aku aja ya sama Jaanesh. Kamu duduk aja ya” Tanya Fahana dengan raut wajah khawatir

“Aku bisa fah. Mau kapan lagi aku ngelakuin ini? Ini udah yang terakhir” Jawab Langit yakin.

Fahana dan Jaanesh hanya berpandangan dengan raut wajah khawatir. Jaanesh duduk di sisi Langit yang saat ini menatap lurus ke depan tempat sang mashaller memberikan aba – aba.

Fahana segera keluar dari kokpit dan disambut beberapa pramugari yang terlihat khawatir.

“Tidak apa apa, kita percaya Capt. Langit orang yang profesional. Nanti kita akan kembali ke kota ini dengan saya dan capt. Jaanesh ya” Fahana mencoba menenangkan para pramugari tersebut.

Perjalanan terbang di udara ditempuh dalam waktu 3 jam. Selama 3 jam itu juga Fahana bolak balik masuk kokpit hanya untuk memastikan sahabat nya baik baik saja.

Jaanesh selalu mengecek kondisi Langit setiap detiknya. Memastikan ia memang seorang pilot yang profesional.


Burung besi tersebut hinggap dengan tepat di kota tujuan mereka.

“Nelson, kita sampai. Aku memenuhi janji ku untuk menjadi kapten penerbangan mu kan?” Racau Langit sesaat setelah sang burung besi benar benar tepat berhenti di tempatnya.

Co pilot yang merupakan sahabat nya, Jaanesh langsung memeluk erat Langit disusul Fahana yang tiba tiba masuk ke kokpit.

“Jaa, Fah, gue berhasil. Gue berhasil jadi kapten penerbangan nya Nelson kan?” Tanya nya nanar. Jaanesh dan Fahana mengangguk dan terus memeluk Langit memberi penguatan.


Semua mashaller berkumpul di depan burung besi yang dibawa Langit. Memberikan penghormatan terakhir kepada seseorang di dalam kotak coklat yang diangkut beberapa mashaller dari dalam pesawat.

“Capt. Langit, terimakasih telah membawa pulang mashaller Nelson” Ucap orang tua Nelson yang saat ini juga hadir di tengah tengah mereka.

Tangis akhirnya pecah saat orang tua Nelson memeluk Langit. Tangis yang harus ia tahan selama 3 jam terbang di atas udara akhirnya bisa ia keluarkan.

Langit berjalan ke arah kotak coklat tersebut dan meletakkan dua buah tongkat yang biasanya Nelson gunakan saat ia bertugas.

“Nelson, Terimakasih sudah sabar menunggu aku untuk jadi kapten penerbangan mu. Dan hari ini adalah harinya. Aku telah jadi kapten penerbangan mu untuk yang pertama dan terakhir. Terimakasih telah selalu setia menungguku kembali dari perjalanan udaraku. Dan terimakasih selalu setia menjadi pengarahku” Ucap langit sembari mencium peti berwarna coklat tersebut.

Semua orang memberikan kehormatan terakhir untuk sang mashaller yang telah gugur di medan tugasnya.


“Kamu telah terbang lebih tinggi dari aku yang selalu terbang. Kita bertemu di tempat ini dan akhirnya juga berpisah disini. Terimakasih atas pengalaman terbang yang membuat aku sadar bahwa kita ternyata tidak bisa terbang bersama. Aku akan tetap mencintaimu dan biarkan cintaku terbang mengiringimu” Langit, Sang pilot

PENDARATAN

Acungan jempol dan senyum manis menjadi pertanda bahwa burung besi telah hinggap dengan sempurna di landasannya. Senyum manis dari dua insan yang berbeda tugas namun masih di berada di lapangan yang sama mengembang disertai hembusan nafas lega karena berhasil menginjak bumi lagi.

“Welcome home again capt!” Seruan seseorang dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat ditangan nya.

“Terimakasih. Tapi aku hanya meninggalkan provinsi ini baru sekitar 7 jam” jelas lawan bicaranya sambil tertawa terbahak melihat tingkah 'juru parkir' yang membantunya hinggap di tanah.


Burung besi itu kembali hinggap di tempat yang biasa. 4 tahun ia mengendalikan burung besi itu dan selama 4 tahun itu juga seseorang dibawah sana menjadi pemandu agar burung besi tersebut bisa hinggap sempurna dan 300 orang bisa bertemu dengan tujuannya.

Bukan waktu yang sebentar bagi Langit, ya namanya Langit, seorang pilot kecil pengendara burung besi berwarna putih kebiruan untuk menyimpan rasa kepada sang pemandu burung besi untuk hinggap bernama Nelson.

Ia yang jatuh cinta pada Nelson yang telah membantunya memperbaiki mainan pesawat disaat umur mereka baru menginjak kelas 4 sekolah dasar. Awalnya hanya rasa terimakasih saja, namun semakin kian membesar seiring berjalannya waktu.


Sudah dua minggu sang 'juru parkir' tak ada di tempatnya memarkirkan si burung besi yang biasa di kendalikan oleh Langit.

Saat turun dari sang burung besi ia celingukan kesana kemari mencari sangtl 'juru parkir'.

“Selamat datang Capt!” Sapa juru parkir lainnya yang saat itu memarkirkan burung besi milik Lintang.

“Nelson?” Tanya nya kepada sang juru parkir yang diketahui bernama John.

“Oh, Nelson ambil cuti tahunannya Capt, tapi tidak tau dia cuti untuk apa” Jelas John.

Sang pengendali burung besi itu hanya bisa mengangguk tanda sudah paham walau di dalam benaknya masih bingung mengapa ia tak terlihat beberapa minggu ini.


Hari ini tampak berbeda dari 2 minggu belakangan ini. Sang 'juru parkir' kembali lagi ke tempatnya semula dengan rompi hijau neon dan 2 tongkat di tangannya.

Langit tersenyum saat mengetahui bahwa Nelson telah kembali. Ia tampat semangat untuk menerbangkan sang burung besi hari ini.

“Ku dengar dari dia kalau sang pengendali nya lesu beberapa hari ini, benarkah?” Tanya Nelson sambil menunjuk sang burung besi yang berada di depannya.

Sang tertuduh hanya tertawa karena ketahuan telah merindukan nya.

“Wah wah, kamu tukang ngadu ya ternyata?” Langit pura pura memarahi burung besi yang sudah 4 tahun ia kendalikan itu.

Mereka tertawa bersama sebelum Langit melangkah ke kendaraan itu.

“Capt, saya tunggu capt disini ya. Hari ini akan ada yang spesial untuk capt” Kata Nelson penuh teka teki.

Langit hanya mengerutkan kening tanda bingung dengan pernyataan Nelson. Walau begitu Langit masih tetap mengangguk untuk mempercepat keadaan.


Acungan jempol dan senyuman manis kembali menjadi tanda burung besi itu telah sampai di tempatnya. Namun, benar ada yang berbeda kali ini.

Sang 'juru parkir' tiba tiba menyilangkan kedua tangannya di udara dan membuat gerakan 'stop' untuk menghentikan sang pilot untuk bergerak dari tempatnya.

Dengan secepat kilat tiba tiba ia mengeluarkan sebuah papan lampu yang bertuliskan “Capt. Langit, Mau jadi pacar Mashaller Nelson?”

Co-pilot yang merupakan teman sekolah Langit, Jaanesh langsung sadar dan menyenggol nyenggol bahu teman sekaligus pilot nya.

Semua orang bahkan 300an orang penumpang menjadi saksi kisah cinta mereka berdua.

Senyum mengembang dari kedua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut.

Sang pilot turun dan langsung menghampiri sang marshaller. “Jawabannya apa? Aku udah capek nih bawa bawa ini” Tanyanya sambil memasang muka kelelahan.

Yang ditanya hanya tertawa dan mengangguk tanda ia setuju. “Ha? Apa? Aku gak dengae deh” Tanya sang marshellar itu lagi. Pilot kecil itu lalu membuka penutup telinga yang digunakan marshaller itu, “Iya, aku mau jadi pacar kamu” jawabnya lantang.

Burung besi, landasan terbang dan 300an penumpang menjadi saksi sang pilot dan sang mashaller menjadi sepasang kekasih.


“Aku akan selalu menunggumu disini. Tepat di tempat ini, karena tempat ini awal aku mencintaimu” Nelson, Sang Mashaller