“Untung aja rumah kakak di dekat bandara jadi aku gak perlu capek capek nyari kosan dekat bandara” Kata Lingga setelah sampai di rumah kakak asuhnya, ciza.
Ciza adalah kakak asuh Lingga di sekolah SMP dan bertemu lagi saat SMA lalu takdir menemukan mereka lagi di bangku perkuliahan. Ciza sudah dianggap kakak sendiri oleh Lingga karena apapun perasaan Lingga ia tuangkan pada Ciza.
Ciza sudah pernah menikah namun harus berpisah setelah 3 tahun lebih pernikahan nya. Ntah apa sebab mereka berpisah tidak ada yang tau bahkan Lingga sekalipun tak diberitau nya. Ciza belum memiliki anak. Sekarang ia hidup sendiri tanpa ingin menikah lagi.
“Kamar lo dibawah dan jangan pernah coba coba keatas” ancam Ciza sambil menunjuk tepat di depan wajah Lingga. Lingga tertawa terbahak melihat ekspresi lucu kakak kecilnya. Iya, tubuh Ciza memang sangat kecil bahkan dibanding Lingga yang sudah kecil sekalipun perbandingan tinggi badan mereka lumayan terpaut jauh.
“Aku gak selera sama kakak” Katanya masih sambil tertawa terbahak.
“Lo mah emang cuma selera sama Nehan doang” Jawab Ciza tak kalah cerewetnya.
Lingga terdiam teringat akan sahabatnya yang sekarang tidak bisa melihat. Ia tiba tiba rindu sosok cerianya. Bagaimana jadinya hidupnya beberapa bulan ini jika tidak melihat Nehan. Tapi memang itulah niat Lingga pergi jauh dari Nehan agar rasanya tak semakin dalam walau memang sudah terlampau dalam.
Tanpa ba-bi-bu lagi ia lantas menelvon Natta, adik Nehan.
“halo Natta” sapanya riang. Natta yang mendapat telvon dari sang kakak angkat langsung terdengar berlari menuju kamar sebelah nya dan menghidupkan pengeras suaranya agar kakaknya mendengar.
“kapan pulang?” tanya seseorang diujung telvon dengan manjanya.
“hahaha gue baru juga sampai dan lo udah nanyain kapan gue pulang. Kagak bisa apa lo jauh jauh dari gue?” Tanya Lingga tertawa
Yang diujung telvon hanya cemberut memajukan bibirnya walau Lingga tidak akan pernah melihatnya.
Semua berkumpul di kamar Lingga-Nehan untuk sekedar melakukan panggilan video kepada Lingga yang saat ini berjauhan dengan mereka. Memang baru kali ini mereka harus terpisah dalam waktu yang lumayan lama. Rasanya aneh bagi mereka untuk tidak bersama seperti biasanya.
Malam ditutup dengan mereka yang masih bercengkrama lewat sambungan telvon. Ciza yang penasaran juga ikut bersama Lingga dan mengobrol bersama semuanya.