🌸Purimate

MATA KE HATI

Percayakah kalian bila ada seorang lelaki berparas tampan, bertubuh tinggi, atlet basket, selalu juara kelas tapi jomblo?

Yap ada kok. Namanya Neo Trai Nimtawat. Kapten basket SMA Grammy, sekolah yang terkenal akan atlet atlet muda berprestasi. Bahkan beberapa siswa nya menjadi atlet daerah ataupun atlet nasional.

Neo, salah satu atlet sekolah yang mewakili negara dalam olahraga basket. Neo bahkan sudah berkeliling ke beberapa negara untuk mengikuti pertandingan basket.

Tidak hanya itu saja, Neo trai juga salah satu aktor kenamaan yang dimiliki negara. Beberapa judul series sudah dimainkannya dengan berbagai peran yang berbeda di setiap judulnya.

Tapi sangat disayangkan lelaki tampan itu tidak memiliki seseorang yang bisa menjadi tempat nya untuk “pulang” dikala lelah dengan kesehariannya. Perlu diketahui juga kalau keluarganya tinggal jauh darinya sehingga ia sering merasa kesepian.

“Enggak deh bang. Gue mau ngejar karir dulu. Lagi pula gue masih kecil” Candanya setiap ditanya seniornya perihal pacar.


Hari ini ia akan mengikuti casting salah satu series yang dikeluarkan oleh agensi nya. Dengan pakaian rapi dan rambut yang ditata sedemikian rupa ia datang untuk menjalankan casting tersebut.

“Neo, itu ada talent baru kita. Dia pindahan dari studio sebelah. Mau ikut casting juga dia nya tuh” Ujar manajer Neo sambil menunjuk laki laki kecil berkulit putih yang tengah duduk memainkan telvon genggam nya.

Neo pun berjalan menuju lelaki itu dan duduk di sebelahnya.

“Sibuk amat sampai gak lihat ada yang duduk di sebelahnya” goda Neo

Yang digoda langsung melihat dirinya. Mata indah yang memancarkan cahaya langsung membuat Neo diam seribu bahasa.

“Eh iya maaf. Neo ya? Tadi P'Kwang bilang katanya kamu disini juga mau ikut cast” Kata dirinya sambil buru buru menyimpan handphone nya

“Iya. Aku disini mau ikut cast juga. Kamu Louis?” Tanya Neo hati hati.

Yang ditanya mengangguk hingga rambut yang sedikit panjang itu bergoyang goyang.


Casting telah selesai di lakukan. Namun hasilnya mereka berdua gagal mendapatkan peran tersebut. Namun, tidak masalah bagi keduanya karena dari cast ini mereka bisa menjadi kenal dan dekat.

“Louis, kamu bisa datang ke kantor? Ini lagi cari kekosongan peran” Kata Neo di ujung telvon.

Dengan langkah seribu Louis pergi ke kantor dan mengikuti casting. Ajaib, dalam sekali coba Louis langsung berhasil mendapatkan peran tersebut.

“Kamu hebat kak. Dalam sekali coba aja kamu bisa. Padahal itu peran sulit lo. Peran jadi seperti anak anak” Kata salah satu pemain series tersebut, Phuwin

Neo mengangguk setuju mendengar pernyataan Phuwin bahkan semua orang disitu juga sepertinya setuju.

“Gak itu aja sih. Chemistry Neo sama Louis juga dapat banget. Padahal baru pertama kali kan ya? Terus baru kenal juga kan?” Lanjut Mix yang saat itu mendapatkan peran sebagai Muean Nan.

“Padahal kita semua tadi udah bingung mau cari siapa lagi. Untung Neo langsung keingat kamu” Lanjut Mix lagi

“Iya, pas gue baca novel nya gue langsung keinget dia. Penggambaran nya dia banget gitu. Badan kecil, mata bulat indah, kulit putih, polos juga. Semuanya dia banget tuh” Kata Neo menjelaskan semuanya.

Mix, Phuwin, Pond, Winny dan beberapa pemain lain nya senyum senyum seperti menggoda atau lebih ke “Ciyee udah ada rasa” saat mendengar apa yang Neo ucapkan.

“Oke oke. Ayo kita balik. Jangan lupa lusa kita workshop ya jam 10 pagi. Oke?” Mix sebagai yang paling tua diantara mereka mengingatkan lagi pertemuan mereka lusa


Karena Ku Bukan yang Utama

“Selamat Datang Mahasiswa Baru Universitas GMM angkatan 57”

Spanduk besar di depan pintu gerbang kampus menyambut para mahasiswa baru berseragam hitam putih rapi di sertai atribut badge nama sesuai fakultasnya masing masing.

Tidak terkecuali mahasiswa dengan perawakan yang kecil. Nampak ia berlari lari hingga badge name berwaran orange nya terlempar kesana kemari.

“Hah hah hah. Kak permisi. Fakultas Sastra dimana ya kak?” Tanya nya kepada salah satu senior berkulit seputih susu

Sang senior memperhatikan nya dari ujung kaki hingga kepala lalu berbalik lagi dari kepala hingga kaki lagi.

“Oh sastra. Kamu ikutin aja jalan ini ya” katanya ramah sambil menunjuk markah jalan di bawah kaki nya.

Mahasiswa baru tadi pun mengucap terimakasih dan berpamitan kepada senior nya.

“Manis” katanya sambil tersenyum.


“Woy Pluem! Senyum senyum mulu lo! Awas kesambet” Kaget harit disusuk tawa teman satu angkatan nya

Ya, memang setelah kejadian bertemu dengan junior bertubuh kecil tadi Pluem tak henti henti nya tersenyum bak kejatuhan durian runtuh.

Waktu istirahat telah selesai. Saat nya para senior membagi kelompok untuk menguji tingkat kemampuan para calon mahasiswa jurusan seni drama, tari dan musik (Sendratasik) tersebut.

“Kelompok 4 : *Ohm pawat *Win metawin *Chimon Vachirawit *Perth Tanapon *Frank Thanatsaran

Kakak asuh kalian Pluem Purim” Ujar salah satu senior, Bright

Semua orang berkumpul membentuk lingkaran di daerah lapangan belakang fakultas mereka. Terdapat banyak lingkaran lingkaran kecil yang berisi para mahasiswa baru dan satu senior mereka.

“Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Pluem Purim Rattanaruangwattana. Saya Mahasiswa dari prodi seni drama angkatan 55. Disini yang prodi seni drama siapa aja?” Tanya nya setelah mengenalkan diri.

2 dari 4 orang mengangkat tangan termasuk maba bertubuh kecil yang bertanya padanya tadi pagi.

Setelah selesai memperkenalkan diri masing masing saat nya mereka diuji untuk seni mereka sesuai prodi yang mereka ambil.

“Nah karena frank dan chimom dari prodi seni drama silahkan main kan peran kalian. Satu scene dari drama saja” Kata Pluem mempersilahkan mereka berdua

Frank dan Chimon lalu menunjukkan kemampuan mereka. Walau masih maba mereka memiliki akting yang bagus, mungkin karena sewaktu SMA mereka tergabung pada club teater.

“Kakak asuh kalian ini adalah kakak asuh kalian selama kalian berkuliah disini. Jika ada sesuatu bisa tanya ke mereka. Terimakasih” Ucap Bright yang menjadi ketua ospek fakultas Seni sebelum membubarkan para mahasiswa baru.

Acara ospek selama 3 hari telah selesai dan ditutup dengan night party Fakultas Seni. Para senior menampilkan penampilan sesuai dengan jurusan/prodi nya. Ada yang bernyanyi, bermain musik, drama dan lain sebagainya.


Seorang lelaki kecil duduk sendirian di bangku paling sudut sembari memainkan ponselnya. Ia menikmati pertunjukan namun juga sedang sibuk dengan sesuatu yang ada di ponsel nya.

“Boleh duduk disini?” Tanya seseorang berkulit putih yang sudah ada di depan nya tiba tiba.

“Oh boleh kak silahkan” jawab nya tersenyum manis.

“Kita belum kenalan secara resmi kan ya. Kenalin Nama ku Purim Rattanaruangwattana. Temen temen manggil aku Pluem” Ujar Pluem sambil mengulurkan tangan nya

“Wachirawit Ruangwiwat. Panggil aja Chimon kak” Jawab si kecil sambil menjabat tangan Pluem.

Keduanya hening dan sibuk dengan kegiatan nya masing masing.

“Eumm kak. Kita kan sama sama anak drama. Kalau aku tanya tanya sama kakak boleh kan?” Tanya Chimon takut takut. Yang dimintai tolong hanya mengangguk setuju dan tersenyum bahagia.


“Hari ini aku ada ujian kak. Suruh bawakan drama ini” Kata chimon sambil menyerahkan setumpuk naskah kepada Pluem

“Yaudah sini. Latihan sama aku aja” Jawab Pluem sambil mengambil setumpuk naskah itu dari tangan Chimon.

Pluem pun membantu Chimon latihan naskah untuk ujian nya nanti.

Kegiatan itu berlangsung terus menerus sampai akhirnya Pluem harus sibuk oleh aktivitas semester akhirnya.

“Kak, makasih ya karena kakak udah mau bantu aku selama ini. Ohya kak, Ini cinta, pacarku. Dari kemarin gak pernah ketemu kan kak padahal udah sering aku ceritain hahaha” Katanya sambil memperkenalkan wanita kecil di sebelahnya.

“Pluem” kata Pluem sambil mengulurkan tangannya

“Cinta kak” Wanita kecil itu membalas uluran tangan Pluem.

“Eumm yaudah, kakak harus ke kantor fakultas. Mau nemuin dosen” Pamit Pluem kepada pasangan itu

Mereka berpisah. Pluem menuju arah kantor fakultas sedang Chimon dan Cinta berjalan menuju kantin fakultas.


“Bersamamu hidupku penuh warna. Maukah kamu menjadi teman hidupku sampai akhir hayat ini?” Ucap Pluem lantang”

“Iya, aku mau” jawab Chimon tak kalah lantang nya”

Suara gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan teater itu. Pluem dan Chimon sukses memberi contoh kepada para mahasiswa baru

Mereka dipilih karena memiliki chemistry yang sangat baik dalam memainkan peran

Mereka telah sering di pasangkan dalam peran peran romantis, persahabatan dan yang lain nya

Sangking kuat nya chemistry mereka, orang orang selalu menganggap mereka berpacaran. Hal itu tak dipermasalahkan oleh mereka berdua


“Selama ini aku hanya pemeran cadangan. Hanya orang dibalik layar yang bertugas membantumu walau aku mencintaimu lebih dari sekedar peran” Monolog Pluem sambil melihat video pertunjukan mereka setahun yang lalu

“Disamping mu saja aku sudah bahagia tak pernah berharap apapun darimu. Menjadi peran cadangan juga tak masalah asalkan itu tetap ada didekatmu” Lanjutnya sembari memasukkan ponsel dan berjalan menuju kantor fakultas.

Karena Ku Bukan yang Utama

“Selamat Datang Mahasiswa Baru Universitas GMM angkatan 57”

Spanduk besar di depan pintu gerbang kampus menyambut para mahasiswa baru berseragam hitam putih rapi di sertai atribut badge nama sesuai fakultasnya masing masing.

Tidak terkecuali mahasiswa dengan perawakan yang kecil. Nampak ia berlari lari hingga badge name berwaran orange nya terlempar kesana kemari.

“Hah hah hah. Kak permisi. Fakultas Sastra dimana ya kak?” Tanya nya kepada salah satu senior berkulit seputih susu

Sang senior memperhatikan nya dari ujung kaki hingga kepala lalu berbalik lagi dari kepala hingga kaki lagi.

“Oh sastra. Kamu ikutin aja jalan ini ya” katanya ramah sambil menunjuk markah jalan di bawah kaki nya.

Mahasiswa baru tadi pun mengucap terimakasih dan berpamitan kepada senior nya.

“Manis” katanya sambil tersenyum.


“Woy Pluem! Senyum senyum mulu lo! Awas kesambet” Kaget harit disusuk tawa teman satu angkatan nya

Ya, memang setelah kejadian bertemu dengan junior bertubuh kecil tadi Pluem tak henti henti nya tersenyum bak kejatuhan durian runtuh.

Waktu istirahat telah selesai. Saat nya para senior membagi kelompok untuk menguji tingkat kemampuan para calon mahasiswa jurusan seni drama, tari dan musik (Sendratasik) tersebut.

“Kelompok 4 : *Ohm pawat *Win metawin *Chimon Vachirawit *Perth Tanapon *Frank Thanatsaran

Kakak asuh kalian Pluem Purim” Ujar salah satu senior, Bright

Semua orang berkumpul membentuk lingkaran di daerah lapangan belakang fakultas mereka. Terdapat banyak lingkaran lingkaran kecil yang berisi para mahasiswa baru dan satu senior mereka.

“Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Pluem Purim Rattanaruangwattana. Saya Mahasiswa dari prodi seni drama angkatan 55. Disini yang prodi seni drama siapa aja?” Tanya nya setelah mengenalkan diri.

2 dari 4 orang mengangkat tangan termasuk maba bertubuh kecil yang bertanya padanya tadi pagi.

Setelah selesai memperkenalkan diri masing masing saat nya mereka diuji untuk seni mereka sesuai prodi yang mereka ambil.

“Nah karena frank dan chimom dari prodi seni drama silahkan main kan peran kalian. Satu scene dari drama saja” Kata Pluem mempersilahkan mereka berdua

Frank dan Chimon lalu menunjukkan kemampuan mereka. Walau masih maba mereka memiliki akting yang bagus, mungkin karena sewaktu SMA mereka tergabung pada club teater.

Acara telah selesai. Semua mahasiswa baru dibubarkan.

Jangan Rubah Takdirku

Apakah kau percaya pada takdir? Takdir cinta yang membuatmu harus terikat dengan seseorang sampai di kehidupan selanjutnya? Takdir yang membuat mu akan mati jika takdir mu juga mati? Dan takdir yang tak membiarkan mu dapat melihat orang lain?

Bagi sebagian orang mungkin ini hal yang mustahil, tapi tidak bagi Pond Naravit. Seorang pemuda berperawakan tinggi besar dengan senyum manis dan gaya cool. Pond merupakan salah satu bintang sekolah dengan segudang prestasi dan wajahnya yang tampan. Apakah banyak yg suka dengan dirinya? Oh tentu saja, tapi Pond lebih memilih untuk tidak menggubrisnya. Dia percaya dengan benang merah yang akan membawa takdir padanya dari kehidupan sebelumnya.

“Gue mau nunggu benang merah gue. Kalau dia datang pasti gue bisa ngerasain itu” Katanya tiap ditanya kenapa belum punya pacar.

Teman teman nya sudah sangat lelah menyadarkan bahwa itu hanyalah mitos belaka yang tak mungkin jadi nyata.

“Lo abis nonton series Until We Meet Again ya?” Tanya Neo kalau Pond selalu menjawab seperti itu.

Pond selalu berdalih kalau dia tak pernah merasakan getaran apapun jika bertemu wanita cantik atau laki laki tampan.


“Gue hari ini tanding. Lo mau nonton? Eh harus sih. Gue mau titip Louis” Kata Neo dengan santainya.

Pond memutar bola matanya malas. Selalu saja ia menitipkan pacar kecilnya kepada dirinya jika ada event atau perlombaan basket.

Sampailah Pond dan Louis di auditorium salah satu kampus ternama di kota mereka. Dengan cepat mereka mencari keberadaan Neo.

“Duduk di sana, udah gue sediain kursi khusus buat kalian berdua” Kata Neo menunjuk 2 buah kursi terdepan yang ada di barisan penonton.

Pond dan Louis langsung menuju tempat duduk yang dimaksud dan duduk disana. Tak berapa lama datang sekumpulan pemuda, mungkin sekitar 5-6 orang menurut perhitungan Pond.

“Eumm permaisi bang, disini kosong?” Kata Seorang pemuda jangkung berkulit putih sambil menunjuk kursi di sebelah Louis.

“Eh iya bang, kosong kok. Tapi cuma 3 nih. Ke sebelahnya dia aja” Jawab Louis diiringi menunjuk kursi di sebelah Pond.

Merasa namanya di panggil Pond langsung beralih dari smartphone yang di pegang nya dan melihat kearah kumpulan pemuda tersebut.

“Hmm iya kosong, sini aja” Kata Pond sambil menepuk kursi disebelahnya.

Beberapa kumpulan pemuda itu berpencar duduk di sebelah Louis dan Pond.

“Kalian berdua pacaran?” Celetuk salah satu dari mereka saat melihat Pond dan Louis sedang menertawakan sesuatu di ponsel Pond

“Eh enggak. Kita cuma sahabatan” Jawab Louis

“Pacarnya ada di lapangan tuh yang no 15” Tunjuk Pond ke Neo yang baru masuk ke lapangan

Tanpa sadar saat ingin memasukan handphone nya ke dalam kantong celana. Siku Pond menyenggol seseorang di samping nya.

Degh! Jantung Pond tiba tiba berdetak lebih kencang saat menyenggol dan melihat lelaki di samping nya.

“Eh, Maaf” kata Pond terbata

Yang disenggol hanya mengangguk dan tersenyum manis.

“Phuwin, dari SMAN 80. Kamu?” Tanya lelaki itu tiba tiba sambil menjulurkan tangan nya.

“Eh. Pond, Pond Naravit. Anak 35” Jawab Pond terkaget.

Phuwin juga sama kaget nya saat menyentuh tangan Pond. Seperti keduanya tersengat aliran listrik. Muka mereka berdua lantas memerah bak kepiting rebus.

“Pond? Kenapa? Lo demam? Kok muka lo merah gitu?” Tanya Louis panik saat menyadari sahabatnya tiba tiba diam dengan muka memerah

Yang ditanya hanya diam, orang sebelahnya juga sama langsung diam tak berkutik.


“Temenin gue ke 80” Ujar Pond tiba tiba sambil menarik tangan Neo dan Louis berbarengan. Louis hampir terjatuh karena kuat nya Pond menarik mereka.

Perjalanan memakan waktu sekitar setengah jam menggunakan mobil karena kemacetan kota.

“Lo ngapain sih buru buru ke 80?” Tanya Neo penasaran sambil masih terus mengemudi kan mobil nya.

“Lo percaya benang merah yg selalu gue bilang kan?” Tanya Pond

Neo memutar bola matanya malas setiap mendengar pernyataan Pond tentang benang merah yang selalu ia ceritakan itu.

Sampailah mereka ke sekolan SMA Negeri 80, dimana sekolah pemuda yang waktu itu berkenalan dengannya sewaktu menonton Neo.

Terlihat pemuda jangkung berkulit putih keluar sekolah bersama teman teman nya.

“Yang mana? Itu ada 6 orang” celetuk Neo

Pond menunjuk menggunakan kepalanya yang mendongak. Tertunjuk ke pemuda jangkung berkulit putih itu.

Pond langsung keluar mobil dan mendatangi Phuwin dan menarik tangan nya masuk ke dalam mobil.

Semua orang disitu kaget tak terkecuali Neo dan Louis yang sedang berada di dalam mobil menyaksikan aksi sahabatnya.

“Lo gila Pond! Anak orang seenaknya lo tarik tarik gitu” Neo setengah berteriak karena kaget atas kelakuan teman nya.

Phuwin di hempaskan ke kursi belakang dan secara bersamaan badan Pond terhuyung ke depan. Wajah Pond dan Phuwin terlalu dekat bahkan nafas mereka saling terasa satu sama lain.


“Akkkk Tay!!! Jangan ditarik!!!” Teriak Seorang lelaki berkulit putih saat tangan nya ditarik

Si penarik pun tertawa lalu menoel noel hidung yang ditarik tadi

“Maaf ya sayang, habisnya kamu gemesin banget” katanya masih tertawa

“New, aku ingin banget di kehidupan selanjutnya aku juga masih bersamamu” lanjutnya setelah ia berhasil menuntaskan tawanya

“Aku juga Tay, tapi apa mungkin?” Tanyanya ragu

“Bisa! Janji dulu sama aku dikehidupan selanjutnya kita saling mencari dan bersama lagi” Kata Tay sambil memberikan kelingkingnya dan disambut dengan kelingking New

“Aku janji” Mantapnya sembari tersenyum manis


Dengan sigap Neo memisahkan dua orang yang tak saling kenal itu sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

“Tay....” Cicit Phuwin hampir menangis

Pond langsung menoleh kearah Phuwin sesaat setelah ia mengucapkan itu.

Semua orang di mobil melihat Phuwin dengan serentak. Tanda tanya pun bermunculan di benak mereka.

Tay? Siapa Tay? Disini tidak ada yang namanya Tay tapi kenapa tiba tiba ia menyebutkan nama Tay?

“Maaf aku memaksamu kesini” Ujar Pond meminta maaf

Yang diajak bicara masih diam dan tiba tiba meneteskan air mata.

“Tay... Kamu... Tay?” Tanya Phuwin bergetar karena menangis

Pond lantas menggenggam tangan Phuwin yang digunakan untuk menunjuknya.

“Kamu... Kenapa pergi? Kenapa tinggali aku?” Tanyanya masih menangis

Semua orang disitu bingung namun tidak dengan Pond, sepertinya ia paham situasi ini.


“NEW!! TAY, TAY” Teriak seseorang dari kejauhan memanggil New yang sedang asyik bercengkrama bersama teman nya

“New, Tay... Tay kecelakaan” lanjutnya lagi sambil terengah

New dengan cepat berlari ke tempat kejadian yang di sampaikan teman nya dan tanpa disadari sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju dan menabrak tubuh tingginya

“NEWWWW!!!!!” Teriak teman teman nya yang lain saat mendapati tubuh New sudah terlempar dan bersimbah darah

Tay dan New berpisah. Saling pergi secara bersama walau dengan cara berbeda


Phuwin berhenti menangis setelah ditenangkan Louis dan Neo. Pond hanya bisa terduduk dan diam. Sesekali memijat pelipis kepalanya.

“Terimakasih sudah datang. Terimakasih sudah mencariku” Ujar Phuwin kepada Pond

“Aku udah janji. Bahwa di kehidupan selanjutnya kita akan bersama lagi. Terimakasih sudah mau memaafkan aku yang pergi meninggalkan mu terlebih dahulu” Jawab Pond sambil memeluk Phuwin.

Pond dan Phuwin saling memeluk haru seperti sudah lama terpisah. Menyalurkan segala kerinduan yang membuncah dalam diri mereka.


Takdir ku tak akan berubah, bahkan jika berubah pun aku akan meminta Tuhan untuk tidak merubahnya. Karena aku yakin dan percaya bahwa Takdir ku adalah kamu, Phuwin Tangsakyuen

Pond Naravit Lertratkosum

Jangan Rubah Takdirku

Apakah kau percaya pada takdir? Takdir cinta yang membuatmu harus terikat dengan seseorang sampai di kehidupan selanjutnya? Takdir yang membuat mu akan mati jika takdir mu juga mati? Dan takdir yang tak membiarkan mu dapat melihat orang lain?

Bagi sebagian orang mungkin ini hal yang mustahil, tapi tidak bagi Pond Naravit. Seorang pemuda berperawakan tinggi besar dengan senyum manis dan gaya cool. Pond merupakan salah satu bintang sekolah dengan segudang prestasi dan wajahnya yang tampan. Apakah banyak yg suka dengan dirinya? Oh tentu saja, tapi Pond lebih memilih untuk tidak menggubrisnya. Dia percaya dengan benang merah yang akan membawa takdir padanya dari kehidupan sebelumnya.

“Gue mau nunggu benang merah gue. Kalau dia datang pasti gue bisa ngerasain itu” Katanya tiap ditanya kenapa belum punya pacar.

Teman teman nya sudah sangat lelah menyadarkan bahwa itu hanyalah mitos belaka yang tak mungkin jadi nyata.

“Lo abis nonton series Until We Meet Again ya?” Tanya Neo kalau Pond selalu menjawab seperti itu.

Pond selalu berdalih kalau dia tak pernah merasakan getaran apapun jika bertemu wanita cantik atau laki laki tampan.


“Gue hari ini tanding. Lo mau nonton? Eh harus sih. Gue mau titip Louis” Kata Neo dengan santainya.

Pond memutar bola matanya malas. Selalu saja ia menitipkan pacar kecilnya kepada dirinya jika ada event atau perlombaan basket.

Sampailah Pond dan Louis di auditorium salah satu kampus ternama di kota mereka. Dengan cepat mereka mencari keberadaan Neo.

“Duduk di sana, udah gue sediain kursi khusus buat kalian berdua” Kata Neo menunjuk 2 buah kursi terdepan yang ada di barisan penonton.

Pond dan Louis langsung menuju tempat duduk yang dimaksud dan duduk disana. Tak berapa lama datang sekumpulan pemuda, mungkin sekitar 5-6 orang menurut perhitungan Pond.

“Eumm permaisi bang, disini kosong?” Kata Seorang pemuda jangkung berkulit putih sambil menunjuk kursi di sebelah Louis.

“Eh iya bang, kosong kok. Tapi cuma 3 nih. Ke sebelahnya dia aja” Jawab Louis diiringi menunjuk kursi di sebelah Pond.

Merasa namanya di panggil Pond langsung beralih dari smartphone yang di pegang nya dan melihat kearah kumpulan pemuda tersebut.

“Hmm iya kosong, sini aja” Kata Pond sambil menepuk kursi disebelahnya.

Beberapa kumpulan pemuda itu berpencar duduk di sebelah Louis dan Pond.

“Kalian berdua pacaran?” Celetuk salah satu dari mereka saat melihat Pond dan Louis sedang menertawakan sesuatu di ponsel Pond

“Eh enggak. Kita cuma sahabatan” Jawab Louis

“Pacarnya ada di lapangan tuh yang no 15” Tunjuk Pond ke Neo yang baru masuk ke lapangan

Tanpa sadar saat ingin memasukan handphone nya ke dalam kantong celana. Siku Pond menyenggol seseorang di samping nya.

Degh! Jantung Pond tiba tiba berdetak lebih kencang saat menyenggol dan melihat lelaki di samping nya.

“Eh, Maaf” kata Pond terbata

Yang disenggol hanya mengangguk dan tersenyum manis.

“Phuwin, dari SMAN 80. Kamu?” Tanya lelaki itu tiba tiba sambil menjulurkan tangan nya.

“Eh. Pond, Pond Naravit. Anak 35” Jawab Pond terkaget.

Phuwin juga sama kaget nya saat menyentuh tangan Pond. Seperti keduanya tersengat aliran listrik. Muka mereka berdua lantas memerah bak kepiting rebus.

“Pond? Kenapa? Lo demam? Kok muka lo merah gitu?” Tanya Louis panik saat menyadari sahabatnya tiba tiba diam dengan muka memerah

Yang ditanya hanya diam, orang sebelahnya juga sama langsung diam tak berkutik.


“Temenin gue ke 35” Ujar Pond tiba tiba sambil menarik tangan Neo dan Louis berbarengan. Louis hampir terjatuh karena kuat nya Pond menarik mereka.

Perjalanan memakan waktu sekitar setengah jam menggunakan mobil karena kemacetan kota.

“Lo ngapain sih buru buru ke 35?” Tanya Neo penasaran sambil masih terus mengemudi kan mobil nya.

“Lo percaya benang merah yg selalu gue bilang kan?” Tanya Pond

Neo memutar bola matanya malas setiap mendengar pernyataan Pond tentang benang merah yang selalu ia ceritakan itu.

Sampailah mereka ke sekolan SMA Negeri 35, dimana sekolah pemuda yang waktu itu berkenalan dengannya sewaktu menonton Neo.

Terlihat pemuda jangkung berkulit putih keluar sekolah bersama teman teman nya.

“Yang mana? Itu ada 6 orang” celetuk Neo

Pond menunjuk menggunakan kepalanya yang mendongak. Tertunjuk ke pemuda jangkung berkulit putih itu.

Pond langsung keluar mobil dan mendatangi Phuwin dan menarik tangan

Jangan Rubah Takdirku

Apakah kau percaya pada takdir? Takdir cinta yang membuatmu harus terikat dengan seseorang sampai di kehidupan selanjutnya? Takdir yang membuat mu akan mati jika takdir mu juga mati? Dan takdir yang tak membiarkan mu dapat melihat orang lain?

Bagi sebagian orang mungkin ini hal yang mustahil, tapi tidak bagi Pond Naravit. Seorang pemuda berperawakan tinggi besar dengan senyum manis dan gaya cool. Pond merupakan salah satu bintang sekolah dengan segudang prestasi dan wajahnya yang tampan. Apakah banyak yg suka dengan dirinya? Oh tentu saja, tapi Pond lebih memilih untuk tidak menggubrisnya. Dia percaya dengan benang merah yang akan membawa takdir padanya dari kehidupan sebelumnya.

“Gue mau nunggu benang merah gue. Kalau dia datang pasti gue bisa ngerasain itu” Katanya tiap ditanya kenapa belum punya pacar.

Teman teman nya sudah sangat lelah menyadarkan bahwa itu hanyalah mitos belaka yang tak mungkin jadi nyata.

“Lo abis nonton series Until We Meet Again ya?” Tanya Neo kalau Pond selalu menjawab seperti itu.

Pond selalu berdalih kalau dia tak pernah merasakan getaran apapun jika bertemu wanita cantik atau laki laki tampan.


“Gue hari ini tanding. Lo mau nonton? Eh harus sih. Gue mau titip Louis” Kata Neo dengan santainya.

Pond memutar bola matanya malas. Selalu saja ia menitipkan pacar kecilnya kepada dirinya jika ada event atau perlombaan basket.

Sampailah Pond dan Louis di auditorium salah satu kampus ternama di kota mereka. Dengan cepat mereka mencari keberadaan Neo.

“Duduk di sana, udah gue sediain kursi khusus buat kalian berdua” Kata Neo menunjuk 2 buah kursi terdepan yang ada di barisan penonton.

Pond dan Louis langsung menuju tempat duduk yang dimaksud dan duduk disana. Tak berapa lama datang sekumpulan pemuda, mungkin sekitar 5-6 orang menurut perhitungan Pond.

“Eumm permaisi bang, disini kosong?” Kata Seorang pemuda jangkung berkulit putih sambil menunjuk kursi di sebelah Louis.

“Eh iya bang, kosong kok. Tapi cuma 3 nih. Ke sebelahnya dia aja” Jawab Louis diiringi menunjuk kursi di sebelah Pond.

Merasa namanya di panggil Pond langsung beralih dari smartphone yang di pegang nya dan melihat kearah kumpulan pemuda tersebut.

“Hmm iya kosong, sini aja” Kata Pond sambil menepuk kursi disebelahnya.

Beberapa kumpulan pemuda itu berpencar duduk di sebelah Louis dan Pond.

“Kalian berdua pacaran?” Celetuk salah satu dari mereka saat melihat Pond dan Louis sedang menertawakan sesuatu di ponsel Pond

“Eh enggak. Kita cuma sahabatan” Jawab Louis

“Pacarnya ada di lapangan tuh yang no 15” Tunjuk Pond ke Neo yang baru masuk ke lapangan

Tanpa sadar saat ingin memasukan handphone nya ke dalam kantong celana. Siku Pond menyenggol seseorang di samping nya.

Degh! Jantung Pond tiba tiba berdetak lebih kencang saat menyenggol dan melihat lelaki di samping nya.

“Eh, Maaf” kata Pond terbata

Yang disenggol hanya mengangguk dan tersenyum manis.

“Phuwin, dari SMAN 80. Kamu?” Tanya lelaki itu tiba tiba sambil menjulurkan tangan nya.

“Eh. Pond, Pond Naravit. Anak 35” Jawab Pond terkaget.

Phuwin juga sama kaget nya saat menyentuh tangan Pond. Seperti keduanya tersengat aliran listrik. Muka mereka berdua lantas memerah bak kepiting rebus.

“Pond? Kenapa? Lo demam? Kok muka lo merah gitu?” Tanya Louis panik saat menyadari sahabatnya tiba tiba diam dengan muka memerah

Yang ditanya hanya diam, orang sebelahnya juga sama langsung diam tak berkutik.


“Apa

Jangan Rubah Takdirku

Apakah kau percaya pada takdir? Takdir cinta yang membuatmu harus terikat dengan seseorang sampai di kehidupan selanjutnya? Takdir yang membuat mu akan mati jika takdir mu juga mati? Dan takdir yang tak membiarkan mu dapat melihat orang lain?

Bagi sebagian orang mungkin ini hal yang mustahil, tapi tidak bagi Pond Naravit. Seorang pemuda berperawakan tinggi besar dengan senyum manis dan gaya cool. Pond merupakan salah satu bintang sekolah dengan segudang prestasi dan wajahnya yang tampan. Apakah banyak yg suka dengan dirinya? Oh tentu saja, tapi Pond lebih memilih untuk tidak menggubrisnya. Dia percaya dengan benang merah yang akan membawa takdir padanya dari kehidupan sebelumnya.

“Gue mau nunggu benang merah gue. Kalau dia datang pasti gue bisa ngerasain itu” Katanya tiap ditanya kenapa belum punya pacar.

Teman teman nya sudah sangat lelah menyadarkan bahwa itu hanyalah mitos belaka yang tak mungkin jadi nyata.

“Lo abis nonton series Until We Meet Again ya?” Tanya Neo kalau Pond selalu menjawab seperti itu.

Pond selalu berdalih kalau dia tak pernah merasakan getaran apapun jika bertemu wanita cantik atau laki laki tampan.


“Gue hari ini tanding. Lo mau nonton? Eh harus sih. Gue mau titip Louis” Kata Neo dengan santainya.

Pond memutar bola matanya malas. Selalu saja ia menitipkan pacar kecilnya kepada dirinya jika ada event atau perlombaan basket.

Sampailah Pond dan Louis di auditorium salah satu kampus ternama di kota mereka. Dengan cepat mereka mencari keberadaan Neo.

“Duduk di sana, udah gue sediain kursi khusus buat kalian berdua” Kata Neo menunjuk 2 buah kursi terdepan yang ada di barisan penonton.

Pond dan Louis langsung menuju tempat duduk yang dimaksud dan duduk disana. Tak berapa lama datang sekumpulan pemuda, mungkin sekitar 5-6 orang menurut perhitungan Pond.

“Eumm permaisi bang, disini kosong?” Kata Seorang pemuda jangkung berkulit putih sambil menunjuk kursi di sebelah Louis.

“Eh iya bang, kosong kok. Tapi cuma 3 nih. Ke sebelahnya dia aja” Jawab Louis diiringi menunjuk kursi di sebelah Pond.

Merasa namanya di panggil Pond langsung beralih dari smartphone yang di pegang nya dan melihat kearah kumpulan pemuda tersebut.

“Hmm iya kosong, sini aja” Kata Pond sambil menepuk kursi disebelahnya.

Beberapa kumpulan pemuda itu berpencar duduk di sebelah Louis dan Pond.

“Kalian berdua pacaran?” Celetuk salah satu dari mereka saat melihat Pond dan Louis sedang menertawakan sesuatu di ponsel Pond

“Eh enggak. Kita cuma sahabatan” Jawab Louis

“Pacarnya ada di lapangan tuh yang no 15” Tunjuk Pond ke Neo yang baru masuk ke lapangan

Tanpa sadar saat ingin memasukan handphone nya ke dalam kantong celana. Siku Pond menyenggol seseorang di samping nya.

Degh! Jantung Pond tiba tiba berdetak lebih kencang saat menyenggol dan melihat lelaki di samping nya.

“Eh, Maaf” kata Pond terbata

Yang disenggol hanya mengangguk dan tersenyum manis.

“Phuwin, dari SMAN 80. Kamu?” Tanya lelaki itu tiba tiba sambil menjulurkan tangan nya.

“Eh. Pond, Pond Naravit. Anak 35” Jawab Pond terkaget.

Phuwin juga sama kaget nya saat menyentuh tangan Pond. Seperti keduanya tersengat aliran listrik. Muka mereka berdua lantas memerah bak kepiting rebus.

“Pond? Kenapa? Lo demam? Kok muka lo merah gitu?” Tanya Louis panik saat menyadari sahabatnya tiba tiba diam dengan muka memerah

Belum Siap Kehilangan

“Happy birthday to you, happy birthday to you happy birthday happy birthday happy birthday to you” suara nyanyian dari 5 orang laki laki . Seorang ayah dengan 4 anak nya. Si sulung yang berumur 18 tahun, anak tengah berumur 15 tahun dan si kembar berumur 8 tahun.

“Po? Kok papo nangis lagi?” Tanya si kembar bungsu. Yang ditanya langsung menyeka air matanya dan mengusak lembut rambut putranya.


“Kalau sampai gawin gak sadar juga, kamu harus tau akibatnya” kata seorang wanita yang umurnya sudah lebih dari setengah abad

Podd terdiam dan tesentak dengan perkataan ibu mertuanya, ibu dari suami nya Fluke Gawin

Gawin saat ini sedang menjalani operasi kelahiran putra ketiga mereka. Ralat, putra ketiga dan keempat mereka karena di kelahiran kali ini gawin melahirkan putra kembar

Tapi setelah proses kelahiran gawin belum juga sadar. Dokter berkata karena ini adalah operasi ketiga dan juga kembar, maka sangat rawan bagi gawin di kelahiran kali ini


Selamat, Bright Vachirawit Sriphothong. Anda dinyatakan lulus di Technical University of Munich

“PAAAAAPOOOOO!! ABANG DI TERIMA!! ABANG DITERIMA KULIAH DI JERMAN!!!” Jerit putra sulung Sriphothong setelah membuka pengumuman lewat layar telvon genggam nya.

Bright, putra sulung keluarga Sriphotong memang menginginkan berkuliah jauh dari keluarga. Selain ingin menambah pengalaman ia juga ingin mencari seseorang yang telah pergi dari hidupnya.

“Abang jangan nakal ya disana. Belajar yang rajin” Pinta Podd kepada sulungnya.

“Abang akan belajar sungguh sungguh dan bawa kembali apa yang telah hilang po”

Mata Podd berkaca mendengar niat dari si sulung. Ia lantas memeluk sulung nya itu.


“Pasti awin suka dimasakin ini” kata Podd semangat sambil masuk ke ruang rawat

Ceklek! Pintu dibuka menampilkan ruangan yang kosong dan sudah rapi. Podd yang panik langsung berlari menuju bagian pendaftaran

“Sus, pasien ruangan 107 kenapa tidak ada ya?” Tanya Podd panik

“Pasien di ruangan 107 atas nama Fluke Gawin Caskey sudah keluar pagi ini. Keluarganya yang mengurus keluarnya tadi pagi pak” jawab seorang suster di bagian pendaftaran tersebut

“Fluke Gawin Caskey? Sejak kapan ia mendaftarkan dengan marga caskey?” Podd membatin dan langsung menepis itu semua

Dengan langkah seribu ia pergi ke rumah keluarga besar Caskey. Namun nihil, tak ada tanda kehidupan di rumah tersebut. Tak sampai disitu, ia menghubungi seluruh keluarga, namun sayang seluruh sosial medianya di blokir dari keluarga


“Po, abang harap abang salah lihat” kata seseorang diujung telvon

“Kenapa bang? Abang ada masalah?” Tanya Podd khawatir

“Abang.... Lihat pawin” Cicit si sulung

Deg! Jantung Podd terasa berhenti sesaat mendengar pernyataan sulung nya.

Pawin, panggilan sayang anak anak kepada Gawin. Seseorang yang telah pergi meninggalkan mereka sewindu yang lalu. Meninggalkan si kembar yang masih merah dan meninggalkan 2 putra lain nya yang masih kecil.

Pawin, yang tiba tiba menghilang entah kemana. Menghilang tanpa adanya jejak. Sekarang sulung nya menemukan nya di negeri yang jauh disana.

“Abang yakin itu Pawin?” Tanya Podd meyakinkan

“Abang gak mungkin salah po, abang gak mungkin lupa sama pawin po gak mungkin. Abang dibesarkan sama pawin walaupun udah 8 tahun pawin gak sama kita lagi tapi abang masih ingat betul pawin” Jawan si sulung meyakinkan

Podd terdiam sesaat. Tak tau harus bereaksi seperti apa. Apakah ia harus senang atau kah sedih.

“Kayaknya Pawin gak ngenalin abang deh po” lanjut bright dengan nada sedih

Bagaimana bisa ia tidak mengenali putra nya? Oke mungkin sekarang putra nya telah tumbuh dewasa. Tapi bukan kah Bright sangat mirip dengan dirinya?

Fikiran Podd menerawang jauh entah kemana. Fikiran buruk mulai memenuhinya. Sekarang ia tak lagi bisa berfikir jernih.

“Bang, Papo susul kamu ya” Kata Podd tanpa basa basi


Pagi ini cukup cerah di Jerman. Kedua ayah dan anak sedang menunggu seseorang yang mereka cari selama ini di sebuah stasiun dekat rumah mereka.

Brukkkk! Handphone yang dipegang Podd terjatuh setelah melihat seseorang di ujung jalan. Podd lalu berlari sekuat tenaga menuju seseorang tersebut.

“Gawin?” Podd memanggil dengan suara kecil namun dapat didengar dengan baik

Orang tersebut bebalik dan sangat terkejut melihat penampakan di depan nya.

“Kak Podd?” Tanya nya mematung di tempat

Podd mengangguk dan menangis sambil langsung memeluk orang yang ada di hadapan nya. Namun gawin tak membalas pelukannya sama sekali. Ia masih diam terpaku.

“Kamu... Benar kan Podd?” Tanya nya lagi setelah Podd selesai memeluknya.

“Kamu kemana aja sayang? Kamu kemana aja? Kamu 8 tahun hilang ninggali aku. Ninggali bright, drake dan si kembar aj jj” Tangis Podd pecah

“Tapi mama bilang kamu dan anak anak meninggal. Meninggal dalam kecelakaan” Jawab Gawin terbata karena kaget

Podd semakin menangis sejadinya. Bright akhirnya datang menjumpai kedua orang tua nya yang sudah berpisah sewindu itu.

“Pawin, ini abang. Bright” Kata Bright sambil memegangi tangan Gawin

“Bright? Putra ku? Kamu bright putra ku?” Tanya gawin masih tak percaya.

Bright lantas memeluk gawin, menumpahkan semua yang disimpan nya selama ini.


Disinilah mereka bertiga. Duduk di sebuah cafe. Diantara ribuan manusia yang berlalu lalang diantara mereka.

“Malam itu, mama bilang kalau kalian kecelakaan saat menuju rumah sakit. Mama bilang kalian tertabrak oleh kereta api dan tubuh kalian hancur, makanya mama gak izinkan aku untuk pulang” Jelas Gawin sambil menangis

“Aku gak tau kenapa mama tega misahin aku dengan kalian. Aku gak tau kenapa tiba tiba aku dibawa ke jerman dan Aku gak tau kenapa tiba tiba aku dinikahkan sama seseorang disini” Tangis gawin semakin pecah mengingat kejadian pahit selama 8 tahun ini.

“Aku udah berusaha cari tau tentang kalian tapi nihil. Keluarga tak ada yang mengizinkan aku untuk berkomunikasi lewat telvon genggam. Makanya aku selalu pakai telvon umum disini. Aku cuma hafal no dirinya” Lanjut gawin masih menangis

Podd hanya bisa diam saat tau fakta bahwa mertuanya sendirilah yang memisahkan mereka dan terlebih sekarang gawin telah menikah disini.

“Joss. Namanya Joss, orang yang saat ini bersamaku” Kata Gawin lagi

Podd tak bisa menggerakkan tubuh nya. Tubuhnya dingin. Terdiam dan membisu. Bahkan tak lagi bisa bernafas sepertinya.

“Gawin, aku rindu kamu. Aku rindu senyum mu. Aku rindu tawamu. Udah sewindu Gawin. Udah sewindu kamu ninggalin aku. Udah sewindu aku gak lagi dengar suaramu. Udah sewindu aku gak lihat kamu. Aku rindu kamu” Cicit Podd menggenggam tangan Gawin

“Aku juga rindu kamu. Tapi aku gak tau ini gimana. Aku bingung” Jawab Gawin

“Aku gak bisa maksain. Aku ikhlasin kamu. Ikhlasin kamu sama dia. Aku gak apa apa. Yang penting aku tau kamu dimana, aku tau kamu bahagia, itu udah cukup bagi aku” Podd bergetar memegang tangan Gawin

“Terimakasih kak” Gawin langsung memeluk Podd.

Mereka bertiga berpelukan dalam suasana yang tidak menentu. Suasana kebingungan yang masih merayapi mereka. Dan suasana yang tak bisa dibilang indah atau menyedihkan.


Hanya dengan melihat mu sehat aku sudah bahagia. Tetap bahagia agar aku juga terus bahagia. Plapodd Suphakorn Sriphothong, 2021

Ku Pilih Hatimu Hingga Nanti

Pagi ini sangat cerah. Aku berniat mendatangi sebuah tempat yang menurutkan membuatku sangat bahagia sekarang ini.

Ku langkahkan kaki ku dengan santai menyusuri jalanan kota pagi ini. Tiba tiba aku terhenti ke sebuah gedung sekolah yang ramai tidak seperti biasanya. Terlihat banyak atlet atlet basket SMA. Aku mengenal salah satu dari mereka. Seorang lelaki dengan tinggi kurang lebih 179 cm memakai baju dengan tulisan T.Nimtawat No. 15 terlihat bercanda riang dengan teman teman sesama atletnya. Terlihat juga seorang lelaki bertubuh lebih kecil, berkulit putih dan bersenyum sangat manis yang tak hentinya tersenyum saat melihat si atlet tersebut.

Perjalanan ku lanjutkan. Aku pun terhenti di sebuah cafe kecil yang letaknya tidak jauh dari sekolah tersebut. Terlihat ada dua orang remaja yang tengah bercanda sambil memakan roti bakar selai lemon. Si lelaki bertubuh kecil tampak sangat bahagia dan lahap memakan roti nya sedangkan yang bertubuh lebih besar tak henti henti nya mengusak dan menciumi rambut si pria kecil tadi. Ku rasakan perutku penuh dengan kupu kupu saat melihat kedua orang yang sedang di mabuk asmara tersebut.

Ku langkahkan kaki ku lagi dengan perasaan riang. Di pinggir jalan kulihat dua anak manusia sedang hujan hujanan sambil mendorong motor. Tidak ada rasa kesal di wajah mereka berdua. Hanya ada tawa bahagia dari mereka walau harus mendorong motor yang ku fikir mogok di tengah hujan. Aku tersenyum dan setengah tertawa melihat si kecil yang tak henti henti nya menjaili bertubuh besar dengan menarik belakang motor agar motor tidak bisa jalan.

Ku tinggalkan dua remaja yang sedang di mabuk asmara itu, hingga sampailah aku di sebuah taman dengan dua orang pemuda yang sedang duduk di bangku taman dengan jarak yang berjauhan. Wajah mereka tampak muram dan yang bertubuh kecil seperti menahan tangis. Sepertinya mereka sedang bertengkar. Terlihat yang bertubuh lebih besar mencoba meminta maaf berulang kali dan berusaha memeluk yang bertubuh kecil. Tangis si kecil akhirnya tumpah di bahu pria besar yang sedang memeluknya.

“Semoga mereka segera berbaikan” monolog ku berlalu meninggalkan mereka yang tengah berpelukan.

Tak terasa aku berjalan semakin ke arah timur. Aku terhenti di depan sebuah gereja. Terdengar suara yang tak asing dari dalam gereja.

“Louis Thanawin, aku mengambil engkau menjadi seorang suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus”

“Neo Trai, aku mengambil engkau menjadi seorang suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus”

Aku tersenyum mendengar janji suci yang diucapkan kedua mempelai secara tulus khidmat.

“Semoga kalian berdua dilimpahkan kebahagiaan dunia dan akhirat” monolog ku lagi dalam hati

Ku tinggalkan gereja yang menjadi tempat pemberkatan dengan senyum yang semakin melebar. Tiba tiba perjalanan ku terhenti di sebuah kerumunan. Ku perhatikan kerumunan tersebut. Sebuah mobil yang tengah ringsek bagian depan nya dan seseorang yang terbujur kaku ditutupi koran berada tidak jauh dari mobil tersebut.

Seorang lelaki bertubuh kecil dan berkulit putih itu yang kini tengah tertutup koran dengan darah berceceran dimana mana. Terlihat lelaki satunya di masukkan ke dalam ambulans, sepertinya dia masih selamat.

Akhirnya perjalanan ku telah sampai. Aku sampai di sebuah rumah yang saat ini ramai oleh orang orang. Semua orang disitu menangis tetapi aku malah tersenyum bahagia.

“Terimakasih udah mau jemput aku ya” Kata seseorang di belakang ku.

Kami menatap kerumunan orang itu bersama sama dan tersenyum melihat orang yang menangis tersebut.

“Kita pulang?” Tanyaku padanya

“Ayo kita pulang” katanya lagi sembari menggamit jemari ku

“Sebelum pulang, aku mau cerita. Tadi aku lewat sekolah kita. Aku ketemu kamu lagi pakai baju basket, terus liat diri aku juga yang kesemsem lihat kamu hahaha. Terus aku mampir ke cafe juga. Cafe kesukaan kita. Kamu cium cium rambut aku” Kataku semangat dan dengan semangat kembali ia menciumi rambut ku. “Ohya tadi juga aku hujan hujanan sambil liat aku sama kamu lagi dorong motor” Kataku lagi, dia hanya tertawa mengingat kejadian menggelikan itu. “Terus di taman, kamu peluk aku waktu aku nangis karena kamu sih tiba tiba hilang gak berkabar” Kesal ku sambil memukul bahu nya. “Terus waktu aku lewat gereja, suara kamu lantang banget ngucapin janji pernikahan. Terus pas di jalan aku lihat kecelakaan. Kamu di bawa pakai ambulans” Jelas ku lagi panjang lebar.

“Dan sekarang aku disini. Aku udah sama kamu. Gak akan ada lagi yang misahin kita” Katanya sambil mengusak rambutku.

Kami berdua melangkah pergi meninggalkan rumah yang ramai dengan orang yang tengah menangis.

“Neo menepati janji nya. Dia benar benar pergi bersama suami nya, Louis. Semoga mereka berbahagia di kehidupan mereka selanjutnya ya” Kata seseorang sambil memegang foto bertuliskan Neo Trai. Lahir : 14 Januari 1990. Wafat : 20 Juni 2021

The Luckiest Boy

“Ini hari pertama kamu di sekolah baru! Jangan terlambat! Ayo cepat bangun!” Seru wanita setengah baya kepada seorang lelaki kecil yang saat ini tengah bergulung dengan selimutnya.

“Earth! Earth Katsamonnat Namwirote!” Teriaknya lagi dengan menyebutkan nama panjangnya.

Yang diteriakin akhirnya bangun dan segera berjalan ke kamar mandi.


Kelas XI – Ipa 3

Dengan satu hembusan nafas, lelaki kecil bernama Earth memasuki kelas diiringi wali kelasnya.

“Hayy, Nama ku Katsamonnat Namwirote. Kalian biasa panggil aku Earth” Ucapnya riang memperkenalkan diri.

“Earth, kamu duduk di sebelah situ ya, disamping Kao” titah sang wali kelas menunjuk salah satu meja dengan kursi kosong di salah satu sisinya.

Earth segera duduk di samping lelaki bernama Kao -seperti di sebutkan gurunya. Menurut pandangan nya Kao orang yang bisa diajak kerjasama, karena ia bisa langsung akrab dengan Kao.


6 bulan kemudian

“Sesuai dengan jadwal ketetapan sekolah. Hari ini kita mengadakan ujian akhir semester. Silahkan duduk di bangku sesuai nama kalian” Ucap seorang guru di depan kelas.

Murid murid langsung duduk sesuai dengan nama yang ada di meja. Beruntung sekali Earth dan Kao bisa duduk berdekatan karena absensi nama mereka yang dekat. Huruf N untuk Noppakao dan K untuk Katsamonnat.

Ujian yang berlangsung selama 90 menit pun selesai dilaksanakan. Selama ujian Earth dan Kao melakukan aktivitas yang biasa dilakukan siswa pada umumnya -mencontek atau sekedar bertanya.

“Earth, mumpung gak ada Kao nih, gue mau tanya sama lo” salah satu teman mereka, krit tiba tiba datang ke bangku Kao dan Earth.

Yang di mintai izin hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban nya.

“Lo pakai dukun ya?” Tanya Krit tiba tiba yang membuatnya harus mendapatkan toyoran kepala dari Boun.

“Pertanyaan lo kenapa gak beradab banget?” Tanya Boun setelah berhasil menoyor kepala krit.

Yang ditanya juga terkejut mendengar pertanyaan krit yang mengada ada seperti itu.

“Gini earth. Sebelum lo ada, Kao itu pendiam banget, penyendiri, kadang suka nangis sendiri gak jelas apalagi kalau hujan. Tapi setelah lo ada kenapa dia 180° berubah? Dia gak kayak Kao tau” Jelas Fluke panjang lebar.

“Gue.... Gak pakai apa apa kok. Waktu gue pertama duduk di sampingnya, dia juga udah bahagia, cerah gitu muka nya. Jadi ya gue fikir dia emang anak nya ceria kayak sekarang. Emang kenapa dia kok bisa sering nangis gitu sih?” Tanya Earth penasaran.

“Waktu kelas X, dia punya pacar namanya Intouch. Anak kelas X – 6. Terus Intouch kecelakaan waktu hujan dan meninggal” Jawab Ohm yang sudah tau keseluruhan cerita Kao. “Atau mungkin, karena lo mirip Intouch kali ya? Dia pernah salah manggil lo gak?” Tanya Ohm.

“Enggak. Dia gak pernah salah manggil gue. Dan dia juga gak pernah sebut sebut nama Intouch” Jawab pria kecil itu.

Setelah beberapa saat mereka mengobrol, orang yang diceritakan muncul. Semua orang disitu bubar kecuali Ohm dan Fluke yang memang tempat duduknya berada di depan mereka berdua.

“Ngobrolin apasih? Seru banget kayak nya?” Tanya Kao penasaran

“Ohh itu, kita bahas soal ujian tadi aja kok” jawab Earth berbohong.

“Sejak kapan Boun, Prem, Krit, Ohm, Fluke ngumpul untuk bahas ujian? Eh kalau Ohm Fluke udah biasa sih, tapi tumben aja” bingung Kao

Earth hanya bisa mengangkat bahu tanda “tak tau” sebagai jawaban dari pertanyaan Kao.


Perubahan dalam diri Kao memang terlihat sangat jelas. Bahkan guru guru juga sempat bingung dengan sikap Kao yang berubah. Rangking Kao juga naik, nilai nya naik dan ia lebih sering bercanda gurau dengan teman sekelasnya.

Kao tak pernah terlihat sebahagia ini setelah kehilangan In, seseorang yang ia cintai dulu. Bahkan dari hari pertama Earth datang, Kao sudah menampakkan wajah yang sangat ceria seperti kejatuhan durian runtuh.


“Emang bener ya lo berubah?” Tanya Earth polos

“Ha? Berubah jadi power ranger gitu?” Jawab Kao santai sambil menyendokkan es krim ke mulut nya.

“Ck, bukan. Kata teman teman lo berubah. Katanya lo dulu itu pendiam, suka tiba tiba nangis, gak mau ngobrol sama siapapun. Tapi kok dari hari pertama gue disini lo gak begitu ya?” Jelas Earth

“Kamu tau Earth. Dulu aku pernah punya seseorang, namanya In. Dia itu kecil, kayak kamu. Persis. Terus ceria banget, kayak kamu juga. Kulitnya putih, ya kayak kamu juga. Tapi sayangnya dia pergi, dia pergi ninggalin aku” Jawab Kao dengan mata yang menerawang. “Tapi di hari itu kamu datang. Kamu masuk ke dalam hidup aku. Kamu membawa keceriaan In yang dibawa nya pergi. Kamu membawa cinta itu lagi” Kata Kao sambil melihat mata Earth. “Bukan Earth, jangan anggap kalau aku itu bahagia karena kamu mirip In atau jangan kamu kira aku terjebak masa lalu. Kamu dan In memang terlihat mirip tapi kalian berbeda. Kamu adalah kamu. Kamu membawa aku bisa merasakan cinta itu lagi Earth. Kamu mampu buat aku jatuh cinta lagi dan itu ke kamu. Earth, aku cinta kamu. Aku sayang kamu. Boleh aku nemani kamu sampai akhir hidup aku?” Kao berkata dengan keyakinan penuh.

“Kao.. kamu... Kamu gak lagi bercanda kan?” Tanya Earth tergagap. Yang ditanya hanya menggeleng sebagai bentuk jawaban. “Iya Kao. Aku mau. Aku mau nemani kamu hingga akhir hidup aku” Jawab Earth yakin.

Kao yang bahagia langsung memeluk Earth dengan kencang di sebuah kedai es krim dekat sekolah mereka.

“Earth, kamu tau. Sekarang aku jadi lelaki paling beruntung di bumi ini. Aku beruntung punya kamu yang bisa buat aku ngerasain cinta lagi, aku beruntung punya kamu yang bisa buat jantung ku berdegup lagi. Kamu satu satu nya untuk ku. Kamu adalah mimpiku yang menjadi nyata. Terimakasih ya Earth. Terimakasih telah menjadikan ku lelaki paling beruntung” Ucapnya lagi masih tetap memeluk pria kecil itu.

Earth, You are my sunshine. You are my starlight at night -Kao Nopakkao