🌸Purimate

The Luckiest Boy

“Ini hari pertama kami di sekolah baru! Jangan terlambat! Ayo cepat bangun!” Seru wanita setengah baya kepada seorang lelaki kecil yang saat ini tengah bergulung dengan selimutnya.

“Earth! Earth Katsamonnat Namwirote!” Teriaknya lagi dengan menyebutkan nama panjangnya.

Yang diteriakin akhirnya bangun dan segera berjalan ke kamar mandi.


Kelas XI – Ipa 3

Dengan satu hembusan nafas, lelaki kecil bernama Earth memasuki kelas diiringi wali kelasnya.

“Hayy, Nama ku Katsamonnat Namwirote. Kalian biasa panggil aku Earth” Ucapnya riang memperkenalkan diri.

“Earth, kamu duduk di sebelah situ ya, disamping Kao” titah sang wali kelas menunjuk salah satu meja dengan kursi kosong di salah satu sisinya.

Earth segera duduk di samping lelaki bernama Kao -seperti di sebutkan gurunya. Menurut pandangan nya Kao orang yang bisa diajak kerjasama, karena ia bisa langsung akrab dengan Kao.


6 bulan kemudian

“Sesuai dengan jadwal ketetapan sekolah. Hari ini kita mengadakan ujian akhir semester. Silahkan duduk di bangku sesuai nama kalian” Ucap seorang guru di depan kelas.

Murid murid langsung duduk sesuai dengan nama yang ada di meja. Beruntung sekali Earth dan Kao bisa duduk berdekatan karena absensi nama mereka yang dekat. Huruf N untuk Noppakao dan K untuk Katsamonnat.

Ujian yang berlangsung selama 90 menit pun selesai dilaksanakan. Selama ujian Earth dan Kao melakukan aktivitas yang biasa dilakukan siswa pada umumnya -mencontek atau sekedar bertanya.

“Earth, mumpung gak ada Kao nih, gue mau tanya sama lo” salah satu teman mereka, krit tiba tiba datang ke bangku Kao dan Earth.

Yang di mintai izin hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban nya.

“Lo pakai dukun ya?” Tanya Krit tiba tiba yang membuatnya harus mendapatkan toyoran kepala dari Boun.

“Pertanyaan lo kenapa gak beradab banget?” Tanya Boun setelah berhasil menoyor kepala krit.

Yang ditanya juga terkejut mendengar pertanyaan krit yang mengada ada seperti itu.

“Gini earth. Sebelum lo ada, Kao itu pendiam banget, penyendiri, kadang suka nangis sendiri gak jelas apalagi kalau hujan. Tapi setelah lo ada kenapa dia 180° berubah? Dia gak kayak Kao tau” Jelas Fluke panjang lebar.

“Gue.... Gak pakai apa apa kok. Waktu gue pertama duduk di sampingnya, dia juga udah bahagia, cerah gitu muka nya. Jadi ya gue fikir dia emang anak nya ceria kayak sekarang. Emang kenapa dia kok bisa sering nangis gitu sih?” Tanya Earth penasaran.

“Waktu kelas X, dia punya pacar namanya Intouch. Anak kelas X – 6. Terus Intouch kecelakaan waktu hujan dan meninggal” Jawab Ohm yang sudah tau keseluruhan cerita Kao. “Atau mungkin, karena lo mirip Intouch kali ya? Dia pernah salah manggil lo gak?” Tanya Ohm.

“Enggak. Dia gak pernah salah manggil gue. Dan dia juga gak pernah sebut sebut nama Intouch” Jawab pria kecil itu.

Setelah beberapa saat mereka mengobrol, orang yang diceritakan muncul. Semua orang disitu bubar kecuali Ohm dan Fluke yang memang tempat duduknya berada di depan mereka berdua.

“Ngobrolin apasih? Seru banget kayak nya?” Tanya Kao penasaran

“Ohh itu, kita bahas soal ujian tadi aja kok” jawab Earth berbohong.

“Sejak kapan Boun, Prem, Krit, Ohm, Fluke ngumpul untuk bahas ujian? Eh kalau Ohm Fluke udah biasa sih, tapi tumben aja” bingung Kao

Earth hanya bisa mengangkat bahu tanda “tak tau” sebagai jawaban dari pertanyaan Kao.


Perubahan dalam diri Kao memang terlihat sangat jelas. Bahkan guru guru juga sempat bingung dengan sikap Kao yang berubah. Rangking Kao juga naik, nilai nya naik dan ia lebih sering bercanda gurau dengan teman sekelasnya.

Kao tak pernah terlihat sebahagia ini setelah kehilangan In, seseorang yang ia cintai dulu. Bahkan dari hari pertama Earth datang, Kao sudah menampakkan wajah yang sangat ceria seperti kejatuhan durian runtuh.


“Emang bener ya lo berubah?” Tanya Earth polos

“Ha? Berubah jadi power ranger gitu?” Jawab Kao santai sambil menyendokkan es krim ke mulut nya.

“Ck, bukan. Kata teman teman lo berubah. Katanya lo dulu itu pendiam, suka tiba tiba nangis, gak mau ngobrol sama siapapun. Tapi kok dari hari pertama gue disini lo gak begitu ya?” Jelas Earth

“Kamu tau Earth. Dulu aku pernah punya seseorang, namanya In. Dia itu kecil, kayak kamu. Persis. Terus ceria banget, kayak kamu juga. Kulitnya putih, ya kayak kamu juga. Tapi sayangnya dia pergi, dia pergi ninggalin aku” Jawab Kao dengan mata yang menerawang. “Tapi di hari itu kamu datang. Kamu masuk ke dalam hidup aku. Kamu membawa keceriaan In yang dibawa nya pergi. Kamu membawa cinta itu lagi” Kata Kao sambil melihat mata Earth. “Bukan Earth, jangan anggap kalau aku itu bahagia karena kamu mirip In atau jangan kamu kira aku terjebak masa lalu. Kamu dan In memang terlihat mirip tapi kalian berbeda. Kamu adalah kamu. Kamu membawa aku bisa merasakan cinta itu lagi Earth. Kamu mampu buat aku jatuh cinta lagi dan itu ke kamu. Earth, aku cinta kamu. Aku sayang kamu. Boleh aku nemani kamu sampai akhir hidup aku?” Kao berkata dengan keyakinan penuh.

“Kao.. kamu... Kamu gak lagi bercanda kan?” Tanya Earth tergagap. Yang ditanya hanya menggeleng sebagai bentuk jawaban. “Iya Kao. Aku mau. Aku mau nemani kamu hingga akhir hidup aku” Jawab Earth yakin.

Kao yang bahagia langsung memeluk Earth dengan kencang di sebuah kedai es krim dekat sekolah mereka.

“Earth, kamu tau. Sekarang aku jadi lelaki paling beruntung di bumi ini. Aku beruntung punya kamu yang bisa buat aku ngerasain cinta lagi, aku beruntung punya kamu yang bisa buat jantung ku berdegup lagi. Kamu satu satu nya untuk ku. Kamu adalah mimpiku yang menjadi nyata. Terimakasih ya Earth. Terimakasih telah menjadikan ku lelaki paling beruntung” Ucapnya lagi masih tetap memeluk pria kecil itu.

Earth, You are my sunshine. You are my starlight at night -Kao Nopakkao

The Luckiest Boy

“Ini hari pertama kami di sekolah baru! Jangan terlambat! Ayo cepat bangun!” Seru wanita setengah baya kepada seorang lelaki kecil yang saat ini tengah bergulung dengan selimutnya.

“Earth! Earth Katsamonnat Namwirote!” Teriaknya lagi dengan menyebutkan nama panjangnya.

Yang diteriakin akhirnya bangun dan segera berjalan ke kamar mandi.


Kelas XI – Ipa 3

Dengan satu hembusan nafas, lelaki kecil bernama Earth memasuki kelas diiringi wali kelasnya.

“Hayy, Nama ku Katsamonnat Namwirote. Kalian biasa panggil aku Earth” Ucapnya riang memperkenalkan diri.

“Earth, kamu duduk di sebelah situ ya, disamping Kao” titah sang wali kelas menunjuk salah satu meja dengan kursi kosong di salah satu sisinya.

Earth segera duduk di samping lelaki bernama Kao -seperti di sebutkan gurunya. Menurut pandangan nya Kao orang yang bisa diajak kerjasama, karena ia bisa langsung akrab dengan Kao.


6 bulan kemudian

Bernafas Tanpamu

Pagi ini aku terbangun dengan perasaan yang sama, perasaan menyesal telah melepasmu pergi. Perasaan yang telah menjadi kerikil pengganjal hidup. Bahkan untuk sekedar membuka mata aku takut. Karena setiap inchi tempat yang aku jamah selalu ada kamu. Bayangan mu nampak nyata kemana aku melangkah.

Ini adalah cerita ku. Cerita sebuah penyesalan telah melepaskan seseorang yang paling sempurna untuk hidupku. Seseorang yang telah menemaniku dari titik terendah ku. Seseorang yang dengan sabar dan penuh cinta kasih mendampingi ku. Ya, ini cerita penyesalan ku. Karena kebodohan ku yang telah membuatnya pergi. Karena kebodohan ku yang membuat dia menghilang dari hidupku. Dan karena kebodohan ku membuat ku harus bernafas tanpanya.


“Kan aku udah bilang, kalau celana jeans itu diletakkan disini” Katanya sambil mengambil celana jeans yang ku letakkan asal.

Aku mendengus kesal sambil menutup pintu pembatas antara dapur dan ruang tengah dengan keras. Menyisakan dia yang kebingungan dengan sikapku.

“Kenapa hal hal kecil begitu selalu kamu ributkan? Kita udah berumah tangga hampir 10 tahun dan kamu belum tau juga kebiasaan ku?” Marahku sambil menjauhi dirinya.

Ku lihat dia masih dengan sabar mengambil beberapa potong pakaian kotor dari keranjang cuci dan meletakkan nya di mesin cuci.

“Aku bukan tak tau kebiasaan mu, aku cuma mau kamu terbiasa rapi. Kalau seandainya aku gak ada, kamu gimana?” Jawab nya sambil terus mengurus cucian nya.

Aku menoleh cepat kepada nya, tak menyangka kata kata itu yang keluar dari mulut nya. “Kalau bicara yang benar, jangan asal” jawabku kembali marah karena kata kata nya. Dia hanya tersenyum mendengar kemarahan ku.


Suara tangis pagi ini membangun kan ku. Tangisan dari seorang wanita dengan perut membesar hasil buah cinta kami berdua. Ya, istriku tengah hamil tua. Usia kandungan nya hanya menghitung hari saja. Ini merupakan putra ke 2 kami setelah hampir 5 tahun lalu ia melahirkan putra pertama kami, Phuwin Rattanaruangwattana.

“Perut aku sakit” rintihnya di sela tangisannya.

Aku bergegas bangun dan langsung berganti pakaian. Lari ke garasi dan menyalakan mobil. Dan aku kembali ke atas untuk menggendong istriku.

“Sebentar ya, kamu kuat kan?” Tanyaku cemas. Ku lihat dia hanya mengangguk lemah tak berdaya.

Aku mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Tak lagi memperdulikan apapun. Hingga ada cahaya kilat tepat di depan mobilku. Kami terpental setelah cahaya itu mendekat. Kecelakaan itu tak dapat kami hindarkan. Aku masih sadar, dengan dahi yang ku rasa basah -mungkin darah. Ku lihat istri ku sudah tak sadarkan diri. Dengan tenaga yang tidak seberapa aku mengangkat istriku dan menggendong nya berlari ke rumah sakit yang jarak nya tidak terlalu jauh dari tempat kecelakaan kami.

Istriku langsung diambil oleh beberapa perawat yang berjaga di depan. Sedangkan aku? Panik dan cemas menunggu kabar dari istri dan calon buah hatiku.

“Pak, mari ikut saya. Biar saya bersihkan luka luka bapak” lamunan ku disadarkan oleh seorang perawat yang menyuruhku untuk mengikutinya agar luka ku dibersihkan.

Aku tersadar bahwa baju kemeja berwarna biru langitku sudah berubah menjadi berwarna merah, penuh darah dari ku dan istriku.

“Bapak Purim, istri anda mengalami benturan yang sangat kuat. Hanya satu saja yang dapat bisa di selamatkan” jelas nya dengan nada tenang.

Aku terpaku mendengar penjelasan perawat tersebut. “Apa tidak bisa selamatkan keduanya sus?” Tanya ku. Perawat tersebut menggeleng lemah sebagai jawaban atas pertanyaan ku.

“Sus, selamatkan putraku” Jawabku mantap. Sang perawat pun pergi meninggalkan ku bersama perawat lain yang membersihkan luka ku.


“Kalau dulu kamu memilih menyelamatkan istrimu, pasti sekarang phuwin masih punya ibu dan kemungkinan punya adik” Kata seseorang yang duduk di seberang kursi ku.

Aku hanya bisa menatap nanar ke arah jalanan. Jalanan yang 13 tahun lalu menjadi saksi atas kebodohan ku. Kebodohan ku untuk memilih menyelamatkan putra daripada istriku sendiri. Kebodohan ku yang menyebabkan aku sekarang hidup sendiri dengan putra yang sudah beranjak dewasa. Kebodohan yang membuatku selalu menghindar jika putra ku bertanya mengapa ibu nya meninggalkan nya. Dan kebodohan yang membuat aku harus bernafas tanpanya.

Maafkan aku. Maafkan atas keegoisan dan kebodohanku. Tenang disana ya. Aku selalu mencintaimuu Puimek Nappasorn Rattanaruangwattana.

“Kalau anak ku laki – laki, aku bakal kasih nama Phuwin. Phuwin Rattanaruangwattana. Bagus gak sayang?” Tanya seorang lelaki berkulit putih.

Yang ditanya hanya mengangguk setuju sambil mengelus perutnya yang semakin membesar.

Sang suami dengan senyum mengembangnya mengelus sayang perut sang istri yang sebentar lagi akan memunculkan buah cinta nya dengan istri nya, Puimek Nappasorn.


Waktu menunjukkan pukul 02.00 pagi disaat orang orang tengah tertidur pulas nya terdengar suara kesakitan dari wanita yang tidur di sebelahnya.

“Bang, perut aku sakit. Kayaknya udah waktunya” Rintihnya sambil berusaha membangunkan suami yang tidur disebelahnya.

Dengan sigap suami nya langsung menyiapkan mobil di tengah hujan yang mengguyur kota tersebut.

“Sakit sayang? Ayo aku gendong ya” dengan cekatan sang suami menggendong istrinya yang merintih kesakitan ke dalam mobil.

Dengan terburu buru ia menyetir mobil hingga sampailah ke rumah sakit dan menunggu sang istri dalam proses persalinan.

“Bapak Purim Rattanaruangwattana, selamat ya bayi anda laki laki dan sehat” ucap seorang perawat dengan menggendong seorang bayi laki laki yang masih merah. Dengan hati hati Purim menerima bayi itu dan menggendong nya dengan penuh kasih.


“Cinta, Chimon. Aku titip Phuwin dan Pluem ya” kata seseorang yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit.

“Mbak puim apaan sih?” Tanya wanita yang lebih muda

“Aku titip mereka aja ya. Kalau ada apa apa tolong jangan pernah beritahu phuwin apapun tentang aku ya” Lanjutnya sambil menggenggam tangan wanita yang lebih muda.

Tak lama ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah melahirkan putra nya yang saat ini masih digendong oleh suami tercintanya, Pluem Purim.


“Kalau aku tidak bisa bersama di dunia dengan nya biarkan aku hidup di akhirat” Kata lelaki berkulit putih itu diatas pusara istrinya.

“Abang gak boleh bicara begitu! Abang masih punya Phuwin! Abang masih punya aku, masih punya cinta” Lelaki yang lebih kecil berusaha menenangkan

“Enggak mon. Nyawa ku sudah pergi. Nafas ku sudah hilang. Aku kehilangan jiwa ku mon. Aku kehilangan dunia ku” Katanya lagi sambil menggenggam nisan istrinya hingga putih buku jarinya.

“Ma, kakak punya pacar” kata sulung ku mengagetkan ku.

“Bagus dong, anak mama udah besar. Besok bawa kesini ya” Aku merespon pernyataan nya dengan senyum senang karena mengetahui anak ku sudah punya pacar.

“Tapi, pacar kakak laki laki” ucapnya dengan suara yang hampir tak bisa di dengar.

Mendengar pernyataan ini seketika langit ku runtuh. Aku tak tau kalau ternyata putra ku punya sexualitas yang berbeda. Kemana saja aku selama ini? Kenapa sebagai seorang ibu aku tidak mengetahui keadaan putra ku.

Aku terdiam tak bisa merespon apapun pernyataan nya. Aku hanya bisa tersenyum mencoba menerima keadaan kalau ternyata anak ku sedikit berbeda dari orang lain.

“Bawa dia besok kesini ya” Hanya sepenggal kata itu yang dapat ku ucapkan sebagai respon dari pernyataan nya. Ku lihat ia mengangguk sedikit takut. Aku lantas berlalu sambil mencium kepalanya sebelum pergi meninggalkan nya yang terlihat bingung.


Harum masakan menyeruak ke seluruh penjuru dapur. Aku telah selesai memasak. Sengaja aku memasak lebih banyak karena hari ini putra ku akan membawa seseorang yang spesial baginya. Benar saja, 15 menit setelah aku bersih bersih dapur dan diri ia datang.

Dua orang pemuda dengan tinggi yang hampir sama memasuki dapur. Putra sulungku dan seorang lelaki berkulit putih dan bermata kecil memberikan salam hormat kepadaku. Ku persilahkan mereka untuk duduk di kursi makan.

“Kak, panggil adik mu dulu ya” Titah ku kepada sulung ku.

Setelah punggung putra ku menghilang di balik dinding aku langsung menatap sesorang yang ada di seberang ku. Ku lihat ia sedikit takut. Terlihat dari dia yang memainkan jari jari nya. Langsung saja aku menggenggam tangan nya.

“Kamu gak perlu takut ya. Kamu juga anak ku” Kataku sambil tersenyum. Ku lihat ia juga ikut tersenyum dan terlihat lebih rileks daripada sebelum nya.

Kedua putra ku terlah hadir di meja makan. Acara makan hari ini berjalan lancar. Setelah selesai makan, ku persilahkan putra bungsu ku untuk pergi ke kamar nya lagi.

“Mama belum tau nama mu sejak tadi. Siapa nama mu?” Tanya ku ramah kepada seseorang di sebrang ku.

“Phuwin tan, Phuwin Tangsakyuen” jawabnya masih terlihat canggung.

Aku tersenyum sambil menggenggam tangan nya lagi agar ia terlihat lebih rileks.

“Terimakasih sudah mau menerima dan mencintai anak ku ya Phuwin” Kata ku sebelum aku berlalu meninggalkan kedua orang yang sedang jatuh cinta ini.

Melebur Semesta


“Akhirnya beneran jadi adik ipar gue lo” Ucap Pond sambil bersalaman kepada Neo. “Main nya hati – hati, gue tau walau lo udah dua tahun pacaran sama adek gue tapi lo gak pernah nyentuh adek gue” lanjut Pond sambil berbisik ke telinga Neo, menggoda nya.

“Shit Pond!!” Neo sedikit mendorong tubuh Pond sebelum Pond semakin berbicara asal.

Pond tertawa terbahak melihat raut muka Neo yang langsung berubah seperti maling yang ketahuan mencuri sesuatu. Neo langsung tersadar setelah melihat sesuatu ditangan nya, hadiah pemberian dari Pond.

“Anjir Pond! Akhlak lo kemana?” Neo setengah berteriak di karenakan Pond yang sudah pergi menjauh bersama kekasihnya, Phuwin.

Louis kaget dan langsung menatap Neo. Sadar ditatap oleh suami kecilnya buru-buru ia memasukkan benda tadi di kantong jas nya.


Hari berganti malam. Acara resepsi pernikahan kedua anak manusia -Neo Trai dan Louis Thanawin telah selesai. Diluar juga turun hujan, sangat cocok sebenarnya bagi kedua insan ini saling melebur kebahagiaan. Tapi keduanya seperti orang linglung dan bingung ingin berbuat apa. Yap benar kata Pond, mereka telah 2 tahun lebih berpacaran tapi Neo benar benar menjaga Louis seperti janjinya dulu kepada Pond, Kakak Louis.

“Ummm aku mandi dulu ya sayang, badan ku gerah” Izin Neo kepada suami kecilnya sambil melepas jas yang ia pakai tadi.

Louis mengangguk mengizinkan suaminya untuk mandi. Sembari menunggu, ia melipat jas yang tadi di gunakan suaminya sedangkan jasnya sendiri telah selesai ia lipat. Louis mendapati sesuatu di kantung jas suaminya. Seketika muka dan telinga nya memerah dan badan nya seketika panas.

Sayang aku udah.... Eh sayangggg” Jerit Neo sambil merebut benda kecil yang di pegang oleh Louis. “Kamu.. mandi dulu sana” perintah Neo kepada suami kecilnya yang masih terdiam bingung.

Louis segera masuk ke kamar mandi dengan perasaan yang campur aduk. “Arghh!! Lo bener bener Pond!!” kesal Neo sambil mengacak acak rambutnya yang masih setengah basah. Setengah jam kemudian Louis keluar kamar mandi dengan menggunakan kaos overize yang Neo yakini itu adalah kaos Pond karena kaos tersebut sangat kebesaran di tubuh suami kecilnya. Louis juga cuma menggunakan celana pendek selutut yang menampilkan kaki putih yang membuat Neo meneguk ludah karena melihat keindahan di depannya.

“AC nya kurang dingin ya ay?” tanya Louis yang sedikit heran melihat suaminya berkeringat. Neo langsung menggeleng dan menyuruh suami kecilnya untuk naik ke tempat tidur.

“Kamu capek sayang?” Tanya Neo sambil mengusap surai hitam suaminya yang saat ini tertidur di paha nya. Yang ditanya hanya menggeleng kecil yang membuat celana pendek Neo sedikit terangkat karena ulahnya. Tiba tiba Louis sedikit terbangun dengan posisi telungkup menatap Neo.

“Kamu sendiri udah ngantuk ya ay? Kalau udah ngantuk yaudah kita bobok aja” Ujar Louis hampir membangunkan tubuhnya namun segera ditahan oleh Neo. Louis langsung tertahan dan melihat sebuah tatto kecil bergambar kupu-kupu di paha Neo yang terbuka.

“Kamu ada tatto gambar kupu-kupu juga?” Tanya Louis sambil memainkan jemari nya di tatto Neo. Neo langsung menahan tangan Louis yang membuatnya kegelian itu.

“Jangan di sentuh gitu, nanti ada yang bangun” Kata Neo seduktif dengan suara berat di telinga suami kecilnya.

Louis langsung terdiam dan kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan paha Neo sebagai bantalnya. Hening kembali diantara mereka dan hanya ditemani suara hujan yang deras di luar sana.

“Eh sayang, tadi kamu bilang juga. Apa kamu punya juga?” Tanya Neo sambil masih memainkan surai hitam suami kecilnya yang kini berada di pangkuan nya.

Dengan semangat Louis bangun dan mengangguk hingga rambutnya yang sedikit panjang bergoyang goyang. Dengan semangat ia menunjuk ke arah antara tulang selangka dan belikatnya. “Nih disini” . Neo mengerutkan kening karena tidak menyangka kalau suami kecilnya juga memiliki tatto kupu – kupu dan bahkan tempatnya lebih terbuka dari miliknya. “kamu gak pernah lihat karena aku gak pernah pakai kaos begini kalau sama kamu dulu” Cicit Louis malu setelah menunjukkan tatto nya.

“Aku lihat ya” Izin Neo sambil melihat perpotongan tulang selangka dan belikat suami kecilnya, tapi karena harum yang sangat menguar dari suaminya membuat Neo tidak bisa berfikir bersih lagi. Lantas ia mencium perpotongan leher suami kecil nya dengan lembut.

Ciuman di leher berubah menjadi sebuah isapan kecil yang semakin berarah ke telinga Louis. “Malam ini, kita akan saling melihat kupu-kupu di sini ya sayang. Di kamar kita sendiri. Hanya kamu, aku dan sang kupu-kupu” Setelah berkata begitu Neo menjilati belakang telinga Louis dan menggigit kecil cuping telinganya. Cengkraman mulai terasa di lengan Neo karena ulah suami kecilnya.

Ciuman kembali ke leher Louis. Neo semakin memperdalam ciuman nya di ceruk leher suaminya. Tak hanya ciuman, ia juga mulai meberikan hisapan yang kuat hingga membekas kemerahan di bagian leher Louis. Neo menyudahi aktifitas mengendus leher suami kecilnya dan melihat suami nya dengan raut wajah yang menikmati ulahnya. Neo tersenyum melihat raut wajah suami nya.

“Boleh aku melebur semesta bersama mu?” Tanya Neo hati hati sambil menidurkan Louis di bawahnya. Louis kaget karena melihat suaminya berada diatasnya sekarang. Louis sedikit tersenyum dan malu saat dipandangi oleh suaminya. Tanpa fikir panjang, Neo menciumi setiap inci wajah Louis, mulai dari kening, mata, hidung, pipi kanan dan kiri, namun terhenti saat di depan bibir. Louis yang sudah kepalang menikmati akhirnya memajukan wajahnya dan mencium Neo. Neo tersenyum menang saat tau suami kecilnya juga menginginkannya. Di ciumnya bibir kecil Louis yang saat ini terlihat lebih agresif. Perlahan lahan Neo melumat habis bibir Louis lalu menggigitnya kecil hingga lidahnya masuk dan mengabsen gigi rapi Louis. Seluruh mulut Louis terjamah habis oleh lidah Neo yang sudah berhasil masuk. Lidah mereka saling bertaut menciptakan bunya kecapan yang kuat. Lidah Neo ditarik paksa oleh Louis dan lahap habis olehnya. Sembari lidah mereka berperang, Neo dengan hati hati menaikkan baju Louis, dan ciuman mereka terhenti saat Neo melepas baju Louis.

Ciuman kembali terjadi, kali ini disertai dengan Neo yang mulai mengusap usap perut dan seluruh tubuh Louis yang mengakibatkan Louis bergerak gerak kegelian dan sedikit menggigit bibir Neo. “Kenapa sayang? Hmm?” Tanya Neo saat dirasa suami kecilnya mulai bergerak tak beraturan. Yang ditanya malu dan menutup matanya, tidak mau melihat suaminya.

Saat Louis sedang menutup matanya, Neo lantas menciumi kedua nipple Louis secara bergantian yang menyebabkan Louis semakin bergerak tidak karuan.

“Ssshhh Nemoooo” desahnya sambil semakin menahan kepala Neo agar terus menjilati kedua nipple nya. Tak hanya menjilati, Neo menghisap habis dan memainkan lidah nya dengan gerakan memutar di nipple nya. Satu nipple masuk ke dalam mulut, sedangkan nipple lainnya di mainkan oleh tangan Neo. Louis semakin bergerak tak karuan, mengarahkan bagian selatannya keatas mengenai perut Neo dan mulai menggesek gesekan nya. Neo tersenyum di tengah aktifitas nya. Masih sambil menghisap dan menjilati nipple Louis, tangan kirinya bergerak ke bawah dan menggapai bagian bawah Louis.

“Ahhh Nemoooo” Jerit Louis saat Neo berhasil masuk kedalam celana pendeknya dan sedikit meremas bagian selatannya. Kepala Louis pening karena menerima seluruh rangsangan yang diberikan suaminya.

“Bukain baju aku sayang” Perintah Neo sedikit manja setelah selesai memberikan rangsangan ke Louis. Tanpa fikir panjang, Louis segera membuka kaos hitam pendek yang digunakan Neo. Louis menegak ludah saat melihat tubuh Neo yang atletis hasil dari workout nya selama berpacaran dengan Louis.

“Dilihatin aja? Gak mau dicobain?” Tanya Neo tersenyum nakal. Louis langsung membuka celana yang dipakai Neo dan menampilkan kejantanannya yang sudah tegak berdiri.

Louis langsung mendorong tubuh Neo hingga tertidur dan gantian Louis mengungkung tubuh Neo dibawahnya. Dengan cekatan Louis memegang kejantanan Neo dan mengocoknya dengan tempo yang sedang, setelah dirasa sudah berdiri tegak. Louis memasukkan kejantanan Neo ke dalam mulutnya dan mulai mengocoknya menggunakan mulutnya. Neo terkejut dan akhirnya menikmati servis yang diberikan suami kecilnya. “Ahhhh iya sayang, enak sayang Ahhhh.. Kamu pinter sayang” racau Neo sambil sesekali mengehentakkan pinggulnya agar kejantanan nya masuk lebih dalam ke mulut suami kecilnya.

Akhirnya Neo mengangkat muka suami nya dan menatapnya sambil duduk. “Kamu nakal” katanya sambil kembali melumat habis bibir suami kecil nya. Kembali di dorongnya suami kecilnya sampai terkungkung di bawahnya. Digesek gesekan nya kejantanan Neo di lubang kenikmatan suami kecilnya. Terlihat Louis semakin meracau tak karuan. Dikocoknya kejantanan suami kecil yang ada dibawahnya dengan tempo yang lumayan cepat sambil bibirnya kembali menciumi dan memberikan hisapan yang membuat seluruh tubuh Louis berwarna merah keunguan.

“Nemoo... Aaahhhhh.. Akuuuu mauuu keluar Ahhhh....” Jerit Louis saat ia sudah sampai pencapaiannya. Neo semakin cepat mengocok kejantanan suami kecilnya agar bisa melakukan pelepasan. “Nemoooo...... Ahhhhhhh” Louis sudah sampai waktu pelepasannya. Ia terengah engah karena sampai pada pelepasannya. Cairannya mengotori tangan dan juga seprai tempat tidur mereka.

Neo tersenyum puas melihat keadaan suaminya saat ini. Diambilnya lubricant dan mengolesinya di jari nya. Tak lupa juga ia mengolesi di sekitar lubang kenikmatan suami kecilnya. Louis bergerak tak karuan saat jari Neo menyentuh lubang nya.

“Sayang, kamu udah bersih ya?” Tanya Neo saat tau Louis sudah membersihkan diri.

“Aku bersihin pas mandi tadi gara gara barang itu” Kata Louis malu sambil menunjuk barang kecil di atas nakas.

Neo langsung melihat benda yang dimaksud. Sebuah kotak kondom berwarna biru kehitaman yang diberikan kakak dari suaminya sendiri, Pond Naravit.

“Kamu mau pakai itu sayang?” Tanya Neo. Louis menggeleng dan mengarahkan mulutnya ke telinga suaminya, “Aku gak mau kamu pakai itu. Aku mau ngerasai punya kamu langsung di dalam aku” Kata Louis yang di rasa Neo sangat seksi dan mengundang.

Tanpa fikir panjang Neo kembali mendorong tubuh Louis dan memasukkan satu jari nya ke lubang surgawi suami kecilnya. Tanpa mendengarkan rintihan suami nya, Neo semakin gencar memasuk keluarkan jarinya. Setelah masuk satu jari, ia memasukkan satu lagi jarinya. Ia buat gerakan menggunting guna melebarkan lubang yang sempit itu.

“Nemooo.. enak... disituuuu.. Ahhhh Nemooo” racau Louis saat tangan Neo mengenai prostatnya.

“Disini ya sayang? Disini enak?” Tanya Neo sambil terus memaju mundurkan jarinya mengenai prostat suami kecilnya.

Akhirnya Neo memasukkan satu lagi jarinya, hingga tiga jari masuk semua ke lubang kenikmatan nya. Setelah dirasa lubang suami kecilnya siap, ia mengeluarkan jarinya dan mengolesi lubricant di kejantanan nya sendiri.

“Sayang, kalau sakit kamu bisa cakar punggung aku ya sayang” perintah Neo. Yang di perintah hanya bisa mengangguk dengan raut wajah yang takut.

Tanpa membuang waktu, Neo memasukkan kejantanan nya sedikit demi sedikit ke lubang suami kecilnya. Setelah masuk semua Neo mendiamkan kejantanan nya di lubang Louis yang berkedut. Neo kembali mencium suami kecilnya untuk meredakan rasa sakit dibawah.

Neo mulai menggenjot lubang suami kecilnya dengan tempo yang lama kelamaan semakin cepat. Louis mendesah dan meracau tak karuan saat Neo menggenjot lubang nya.

“Sayang... kamuu enak sayanggg.. Ahhhhh.. Lubang kamuu ahhhh enak sayangggg” racau Neo saat lubang suami kecilnya menjepit kejantanan nya.

“Nemooo... disituuuu... Ahhhh iyaa Nemooo.. Cepetin sayangggg” racau Louis saat prostat nya ditubruk oleh kejantanan Neo semakin cepat. **“Nemooo.... enak kann?? Lubang aku enak kan.. Ahhhh” Tanya Louis di sela sela pergumulan mereka.

“Kamu yang paling enak sayang... Lubang kamu enak bangett sayanggg” racau Neo tak kalah. Sembari menggenjot yang dibawahnya, ia juga mengocok kejantanan pria dibawahnya.

Louis semakin pening dibuat suaminya karena berbagai rangsangan yang diterimanya. “Nemooooo... Akuuuu udah mau keluar....” Teriak Louis saat ia sudah hampir sampai pelepasannya. “Sayanggggg, barengannn... aku juga mau keluarrr” ucap Neo semakin mempercepat genjotannya.

“Ahhhhhh.....” akhirnya Louis keluar hingga cairan nya mengenai perut dan tangan Neo.

“Sayanggggg.. aku keluarrrr” teriak Neo saat pelepasan nya dan memenuhi lubang Louis dengan cairan cintanya.

Tubuh Neo tumbang menimpa tubuh kecil Louis di bawahnya. “Sayang, kamu kok bisa seenak itu sih?” Tanya Neo sambil mengusap keringat yang bercucuran di dahi suami kecilnya. Louis yang malu menepuk pundak Neo yang berada diatasnya.

“Terimakasih udah mau sama sama melihat kupu kupu itu ya sayang. Aku sayang kamu” Kata Neo sambil mencium seluruh wajah Louis.

Dengan iseng Neo kembali menggoyangkan kejantanan nya yang masih menempel di dalam lubang Louis. “Nemooo ihhh...” pukul Louis lagi. “Biarin ya sayang. Kalau aku pegen lagi, aku tinggal genjot kamu aja. Hehehe” Ujar Neo jujur. Louis yang malu segera menarik wajah Neo dan menciumi bibir Neo hingga suara kecapan beradu dengan suara hujan diluar.

Malam ini, mereka akhirnya bisa saling melihat kupu – kupu yang indah diiringi nyanyian alam berupa rintik hujan untuk melebur semesta hingga mentari pagi menyapa tubuh kedua nya yang basah karena cairan cinta dan keringat perjuangan bercampur menjadi satu.

Sesuai dengan janji sebelumnya Neo pergi ke rumah Louis untuk mengerjakan tugas bersama. Kedua insan ini memang sering mengerjakan tugas bersama seperti ini walau berbeda jurusan, karena dengan mengerjakan bersama akan lebih menambah semangat.

“Sayangggg, Louisss” teriak nya di pintu gerbang. Tiba tiba terdengar suara notifikasi handphone.

“masuk aja, aku lagi mandi” pesan sang punya rumah yang hanya di baca dari notifikasi layar utama.

Neo masuk ke dalam rumahnya. Kenapa Neo seperti biasa masuk ke rumah nya? Karena kedua insan ini memang sudah menjalin hubungan yang lama, sekitar 2 tahun sehingga rumah Louis sudah seperti rumah Neo sendiri. Terlihat Neo langsung merebahkan badan di sofa yang ada di ruang tamu sambil menunggu si empunya rumah selesai mandi.

Tak lama si empunya rumah datang dengan rambut yang masih basah menetes dan membawa hairdryer untuk mengeringkan rambutnya yang mulai menebal dan memanjang. Dengan manja ia langsung memberikan hairdryer nya kepada lelaki yang lebih besar itu. Seperti sudah hafal kebiasaan pria kecilnya, Neo langsung mengambil dan menghidupkannya. Lantas yang lebih kecil langsung duduk di depan.

“Eh sebentar” Neo menghentikan kegiatan mengeringkan rambutnya. Dicium rambut nya yang sedikit basah. “Kamu shampo baru”? Tanya nya setelah memastikan wangi dari rambut si pria yang lebih kecil. Louis pun mengangguk semangat sambil berbalik menghadap ke arah Neo.

“Enakan wangi yang mana? Yang ini atau yang biasanya?” Tanya nya dengan semangat

“Yang ini sih sayang, lebih segar gitu bau nya” jawab Neo jujur karena memang shampo yang ini wangi nya lebih segar dari yang biasa ia pakai.

“Aku juga sabun baru loo, cium deh” Lanjutnya sambil mendongakkan kepala dan menunjuk perpotongan lehernya.

Neo lantas mencium perpotongan leher pria kecilnya, namun tak hanya sekedar mencium, ia juga mulai mengendus bau yang candu itu. Dirasakan Neo sebuah tangan mencengkeram kuat lengan atasnya.

Tak hanya perpotongan leher kanan saja yang menjadi sasarannya, perpotongan leher kiri juga terkena. Louis sedikit melenguh sambil masih meremat lengan Neo.

“Kalau kamu mau lihat kupu kupu sama aku aja, aku gak mau kalau kamu ajak yang lain” kata Neo seduktif di telinga pria kecilnya yang sekarang sudah memerah.

Ciuman beralih ke bibir. Perlahan tapi pasti Neo melumat habis bibir kecil itu. Dengan lembut ia menggigit kecil bibir Louis sehingga lidahnya bisa masuk dan mengabsen deretan gigi Louis dan mengacak acak isi mulutnya. Dirasa oksigen sudah mulai menipis, Louis memukul dada Neo.

“Hah hah hah” Ucapnya sambil menghirup oksigen sebanyak banyaknya.

“Kamu mau lihat kupu kupu itu kan?” Tantang Louis sambil berjalan ke arah kamarnya. Neo dengan senyum miringnya mengikuti pacar kecilnya.

“Mana kupu kupu nya sayang? Hmm” Ucap Neo dengan suara berat sambil memeluk pinggang ramping pria nya. Kaki nya dengan cepat menutup pintu dan tangan kanannya dengan cekatan mengunci nya.

Dan lagi, tak habis habis nya Neo mencium perpotongan leher yang sekarang menjadi candu bagi nya. Tidak puas ia langsung menggendong Louis ala bridal style ke tempat tidur.

“Kupu kupunya ada disini” Ucap Louis sambil menunjuk lehernya

“Disini” Lanjutnya sambil menunjuk bibirnya

“Disini juga ada” Lanjutnya kembali sambil menunjuk dadanya

“Dan pasti nya disini” Lanjutnya sambil menunjuk bagian selatan tubuh nya.

Tanpa fikir panjang Neo langsung menciumi seluruh wajah Louis yang saat itu sangat menggoda untuknya. Tak luput tempat kupu kupu itu juga diciumnya sampai terdengar bunyi kecapan yang kuat dari keduanya.

“Hnggg Nemmoo” Desah Louis tertahan saat Neo mulai mengelus perutnya.

Dengan tak sabaran Neo melucuti kaos berwarna putih yang digunakan Louis saat itu. Terlihat wajah Louis yang memerah menahan malu karena Neo melihat nya dengan tatapan lapar.

“Jangan diliatin” kata yang dibawah sambil menutupi daerah dadanya.

Dengan lembut Neo mengangkat tangan Louis dari daerah yang ditutupinya. “Kamu indah sayang. Sangat Indah. Jangan ditutupin ya” Ujar Neo dengan senyum manisnya.

Dengan lembut Neo mencium bibir Louis yang saat ini berada di bawah kungkungannya. Ciumannya terus turun hingga ke perpotongan leher. Kepala Louis mengadah keatas memberikan akses sebebasnya untuk Neo mengeksplor leher putihnya. Ciuman Neo turun kebawah hingga ke kedua puting merah muda yang kini sudah mencuat karena rangsangan rangsangan yang di berikan Neo sedari tadi. Dijilatinya puting sebelah kanan sambil tangan kirinya memilin puting Louis yang lainnya.

“Aahhhh hah Nemmoo” Desah Louis saat Neo mulai menjilati puting kanannya sambil menekan kepala Neo untuk semakin intens menghisap puting nya.

Neo berpindah dari puting satu ke puting yang lainnya, tangan kanan nya ikut andil memilin puting yang saat ini kosong. Kegiatan itu ia lakukan berulang sampai basah dan bengkak di kedua putingnya. Terlihat dada Louis yang banyak bercak merah hasil karya tangan dan juga mulut Neo.

“Kamu kenapa bisa seindah ini sih sayang?” Tanya Neo sambil melihat seluruh tubuh pacar kecilnya. Yang ditatap pun menutup wajahnya yang saat ini sudah memerah bak kepiting rebus.

“Kenapa ha? Kok ditutup?” tanya Neo sembari mengangkat tangan Louis dari wajahnya. Diciuminya kembali seluruh wajah pacar kecilnya mulai dari kening, mata, pipi, dan sampai ditempat favorit Neo yaitu bibir kecil milik pacarnya. Dihisapnya kembali bibir yang saat ini sudah membengkak sembari tangannya bekerja untuk merangsang bagian selatan milik pacar kecilnya. Dielus elusnya lembut bagian yang masih tertutup celana bahan. Louis bergerak gerak tak karuan menahan rasa geli akibat rangsangan yang diberikan Neo kepadanya.

“Disini ya kupu kupu nya?” Tanya Neo menggoda sambil sedikit meremas bagian selatan Louis.

Louis mendesah tak karuan saat Neo memegang dan sedikit meremas bagian selatannya dan akhirnya Neo pun melucuti semua pakaian yang menempel pada pria kecilnya. Neo juga melepaskan semua pakaian yang ia gunakan. Jadilah mereka sekarang tidak ada penutup yang menghalangi.

“Ahhh Nemmoo” Teriak Louis beserta desahan disaat Neo mulai menyentuh bagian belakang nya.

“Kamu udah persiapan ya ternyata?” Tanya Neo saat tau kalau bagian belakang Louis sudah bersih. Yang ditanya hanya mengangguk malu.

Kalau boleh jujur ini adalah kali pertama mereka melakukan seperti ini, tapi Louis selalu melakukan persiapan jika Neo datang ke rumahnya jaga jaga jika kejadian seperti ini terjadi. Dimasukkan satu jari ke lubang belakang pria kecil itu. Menetes lah air mata darinya.

“Nemmoo sakitt” Rengeknya menahan sakit saat Neo berhasil memasukkan satu jarinya yang sudah ia balurkan pelumas.

“Tahan ya sayang, sakit nya cuma sebentar nanti enak kok” jawab Neo santai. Lalu ia memaju mundurkan jari nya ke dalam lubang pria kecilnya itu. Dilihatnya pria dibawahnya menahan sakit, lantas ia langsung mencium bibir dan menghisapnya guna mengalihkan rasa sakit yang dirasakan nya. Setelah terlihat lebih tenang dan terdengar suara desahan kenikmatan. Mulai lah Neo memasukkan satu jarinya lagi dan membuat gerakan menggunting.

“Nemmmooo Aahhhhh sakittt” ringisnya sambil sedikit mendesah.

Neo kembali memasukkan satu jarinya hingga 3 jarinya masuk semua kedalam lubang Louis. Pria yang dibawah semakin meracau tak jelas saat lubang nya sesak dimasukki 3 jari dari pria yang mengungkungnya.

“Sayang? Boleh?” Tanya Neo hati hati kepada pria kecilnya yang saat ini tengah kelelahan karena menerima berbagai rangsangan darinya. Yang ditanya hanya bisa mengangguk lemah dengan mata yang memohon.

Neo lantas mengoleskan lubricant ke kejantanannya sendiri. Setelah selesai ia langsung menempatkan kejantanan nya tepat di lubang pria yang ada di bawahnya. “Sayang, tahan ya, mungkin agak sakit tapi nanti jadi enak kok” Ujar Neo sambil menempatkan kaki Louis untuk melingkar di pinggulnya.

“Ahhhh Nemooo” Teriak Louis saat kejantanan Neo mulai masuk. Dengan sekai hentakan Neo memasukkan seluruh kejantanan nya di lubang Louis. Neo mendiamkan sejenak kejantanannya di lubang Louis guna memberikan waktu untuk Louis bisa beradaptasi.

“Sayang, gerakin” rengek Louis saat rasa sakit nya sudah mulai menghilang. Dengan senyum miring Neo memaju mundurkan kejantanannya pada lubang Louis. “Sayang kalau sakit remas aja ya bahu aku” Titah Neo masih sambil menggenjot lubang pria di bawahnya.

Sembari menggejot lubang pria dibawahnya, tangan Neo juga bekerja untuk memanjakan kejantanan pria kecilnya. Dikocoknya kejantanan Louis dengan ritme yang cukup cepat.

“Ahhh Nemoo disitu enakkk... Ahhhh”” Teriak Louis dengan sisa tenaganya saat Neo berhasil mengenai prostatnya. “Disini ya sayang?” Tanya Neo sambil menghujam prostat nya semakin kuat. Louis semakin menggeliat dibawahnya. Kepalanya terasa pening menerima semua rangsangan dari pria diatasnya.

Semakin lama tempo genjotan Neo semakin cepat, begitu juga kocokan tangannya pada kejantanan Louis. “Nemoo aahhh akuuu... ahhh Nemoo” Louis meracau saat waktunya sudah sampai. “Sayang... ahhh keluar bareng...” jawab Neo sambil mempercepat genjotannya pada lubang Louis.

“Ahhhh” Louis keluar terlebih dahulu, cairan putihnya menyemprot mengenai perut Neo dan sebagian mengenai tangan Neo.

“Ahhhh sayangggg” Akhirnya cairan Neo juga keluar di dalam lubang Louis. Neo ambruk menindih tubuh kecil Louis. Keduanya masih ter engah engah kelelahan karena pergumulan mereka. Cairan keringat dan juga cairan putih lengket mereka bercampur menjadi satu.

“Kamu manis sayang. Sangat manis” Ujar Neo sambil menciumi seluruh wajah pria kecilnya. “Aku capek Nemo” Jawab Louis masih sedikit terengah engah. “Tapi enak kan?” Tanya Neo sambil tersenyum nakal dan mencium bibir kecilnya cepat “Mau lagi sayang?” Tanya Neo lagi sambil menggerakkan kejantanannya yang masih ada di dalam lubang Louis.

Akhirnya dihari itu mereka melihat kupu – kupu bersama di ruangan itu dan melupakan tujuan untuk apa mereka bersama di hari itu.

Neo's POV

Ku langkahkan kaki ku ke sebuah rumah berpagar hitam berlantai dua. Biasanya rumah ini sepi dan senyap karena seluruh pernghuni nya sibuk bekerja, tapi hari ini rumah itu tampak ramai.

Ada apa ini? Batinku

Tampak dari kejauhan kakak laki laki dari orang yang aku cintai, Pond Naravit. Aku pun berjalan kepadanya dengan pertanyaan yang memenuhi kepalaku.

Neo udah sampai? Katanya sambil tersenyum ketir dengan mata nya yang terlihat bengkak seperti habis menangis.

Aku hanya mampu mengangguk sambil melihat sekitar

Ayo kita ngomong disana katanya lagi sambil menunjuk sebuah kursi tepat di samping sebuah taman kecil

Aku minta maaf Neo katanya sambil kembali mengeluarkan air mata

Pond, seharusnya aku yang minta maaf. Aku gak bisa jadi pacar yang baik untuk Louis sehingga kamu dan keluarga gak ngerestui kamu berdua jawab ku

Ku lihat Pond semakin menangis setelah mendengar perkataan ku.

Neo, bukan kami yang tidak merestui tapi semesta jawabnya

Aku bingung apa maksud dari perkataan Pond. Rasanya kepalaku hampir meledak karena menampung semua pertanyaan pertanyaan ini.

Louis sengaja berbohong kepadamu kalau kami tidak merestui kalian karena Louis sedang sakit, sudah seminggu ini dia harus berteman dengan selang selang di seluruh tubuh nya katanya dengan berderai air mata

Aku menggeleng tak percaya dengan apa yang dikatakan Pond. Seketika lutut ku melemas, jantung ku seperti tak lagi berdetak, lidah ku kelu.

Mungkin kalau kami yang tak merestui, kamu akan berusaha sekuat tenaga agar bisa mendapat restu dari kami. Tapi Neo, kamu gak akan bisa melawan restu semesta. RestuNya tak berpihak pada kalian lanjutnya lagi

Ku rasakan tangan ku sedikit ditarik untuk berdiri lalu tubuh ku dirangkul untuk berjalan ke aras sebuah peti berwarna putih dengan foto manis seseorang yang sangat aku kenal di depan nya.

Ku perhatikan setiap lekuk wajah manisnya, masih sama, dia masih Louis ku. Louis ku yang sudah 4 tahun menjadi tempat ku untuk pulang.

Ku sentuh tangan nya, dingin, tidak seperti tangan 4 tahun yang selalu aku genggam.

Ku sentuh rambut nya, masih halus dan wangi nya juga masih sama seperti 4 tahun aku mencium kepala nya.

Tak terasa seseorang memeluk tubuhku. Seorang wanita dengan umur lebih dari setengah abad menangis di dada ku.

Neo, biarkan dia pulang ya nak. Biarkan dia pulang ke maha pemberi restu ya ucapnya berkali kali

Aku diam tak tau harus apa. Ini semua hanya mimpi bagiku tapi ini nyata. Dia sudah pulang. Pulang ke maha pemberi restu. Sebuah restu yang tak akan pernah bisa aku lawan.

912 Hari

Neo's Story

“Ini pena nya jatuh” aku mendongakkan kepala saat suara manis terdengar masuk ke telingaku. Aku pun mengambil pena yang dijulurkan nya “Terimakasih” kata ku sambil tersenyum.

Aku mengamati kembali pena yang pernah kau sentuh 5 tahun yang lalu. Pena yang menjadi awal mula pertemuan kita. Pena yang menjadi awal mula kebahagiaan kita. Tak ada yang berubah dari pena tersebut. Masih ada sedikit goresan yang terbentuk karena terjatuh tepat di kakimu.

“Hari ini mau makan apa?” Tanya nya. Aku memperhatikan beberapa menu yang ada di depan ku. “Bagaimana kalau nasi dengan telur dadar sambal?” Tanya nya antusian. Aku mengangguk mengiyakan keinginannya.

Dihadapan ku tersaji sepiring nasi dengan telur dadar sambal. Makanan favorit yang selalu kau sarankan sebagai makan siang kita. Entahlah, rasanya sedikit berbeda. Mungkin karena aku memakannya di waktu yang berbeda.

“Kamu keren kalau pakai kemeja putih begini” kata nya memuji ku. Ku perhatikan kemeja putih bersih yang melekat dibadanku. Aku tersenyum dan berkata terimakasih kepadanya.

Kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam sekarang melekat di badanku. Ditambah dengan jas hitam yang menjadi luaran kemeja putih ini. Pasti kamu akan berkata aku seseorang yang paling keren sedunia ketika aku memakai setelan ini.

“Kamu tau? Mama bilang kalau kita menanam bunga mawar di depan rumah akan banyak rezeki yang datang” katanya sambil merapikan beberapa batang bunga mawar yang sedikit bengkok menurutnya.

Sudah berapa tangkai bunga mawar yang aku pegang dan aku berikan padamu setiap hari nya hingga sekarang ini. Tak peduli sudah seperti apa bentuk halaman rumahku yang semuanya tertanam tanaman bunga mawar merah seperti kesukaanmu.

“Neo, aku takut gelap dan sendiri. Tolong jangan tinggali aku” katanya sambil sedikit menangis saat kami berdua terkunci di salah satu gedung kampus.

Aku melihat perubahan pada dirimu. Kamu sekarang tidak takut lagi pada gelap dan sendiri. Kamu hebat sayang. Kamu hebat tak meminta lagi aku untuk menemaniku.


“Phu?” Panggil ku kepada seorang yang berada disampingku. “Iya kak?” Jawabnya sambil menoleh. Aku tersenyum melihat kedua matanya yang menyorot rasa khawatir. “Bisa kan phu?” Tanyaku lagi. Dia mengangguk dan meminta tolong seseorang. “Pond, tolong gendong. Aku akan pegang botol infusnya” yang disuruh hanya bisa mengangguk dan segera mengangkat tubuhku dari kursi roda.

Ini adalah bunga mawar ke 912. Aku rajin menghitung nya karena dia sangat mencintai bunga ini. Dan ini adalah hari ke 912 aku tetap kesini sendiri atau dengan orang lain.

“Sayang, ini hari ke 912. Rentang waktu ini sama seperti awal waktu kita bertemu sampai kamu berani untuk pergi sendiri” kataku sambil meletakkan bunga mawar ke 912. “Sayang? Disana gelap ya? Kamu sendirian ya? Aku nemeni kamu boleh ya? Kan biasanya kamu minta temeni aku kan? Jangan menolak karena kamu udah berani ya! Aku bakal marah hahaha. Tenang aja ya sayang, aku temani kamu ya”


“Dia hebat. Bisa berjuang selama ini”

“912 hari bukanlah waktu yang cepat untuk seorang penyintas bisa bertahan apalagi dalam kondisi yang sudah buruk sebelumnya. Tapi dia berhasil. Sekarang, ia bisa menemani seseorang yang takut akan gelap dan sendirian seperti keinginan nya”

KITA (TAK) BERSAMA LAGI

Kao's POV

Aku terdiam setelah melihat chat yang dikirimkan oleh siwi tentang marga anak baru itu. Techaapaikhun, itu adalah marga New. Tapi jika itu benar anak ku dan New kenapa New mengubah marganya menjadi Techaapaikhun? Atau mungkin itu adalah anak dari saudaranya New? Hp ku kembali berbunyi tanda pesan masuk. Ada foto yang dikirimkan oleh siwi. New? Yang di foto itu New? Dan itu anak baru itu? Jadi selama ini?

“Earth, sayang. Aku boleh minta data karyawan baru kamu?” Tanya ku hati hati kepada suami kecilku. “Bang new? Sebentar aku carikan ya” jawabnya sambil menuju ke arah kamar. Ia langsung memberikan ku satu buah map berwarna biru. Thitiphoom Techaapaikhun? New? Itu benar kamu?

“Sayang? Kamu kenapa?” Tanya lelaki kecilku saat aku mulai meneteskan air mata. “Earth. New, dia earth. Dia ini adalah suami ku yang meninggal earth” ku lihat dia terkejut tak percaya.

Aku mengambil hp dan menelvon org tua ku dan menanyakan semuanya. Akhirnya semua terungkap. Aku meminta izin earth untuk menghubungi new dan mengajaknya bertemu untuk menjelaskan semuanya.

Aku melajukan mobil ku dengan kencang sesaat setelah tau alamat rumah nya dari data karyawan baru yang ada pada earth


“New! New! Buka new!” Aku mengetok keras pintu rumahnya. Tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya setelah earth menelvon nya barulah new membuka pintunya. Ku lihat wajahnya yang sudah sembab karena air mata. Earth memeluk nya sangat erat menenangkan new yang sudah menangis terisak lagi.

“Papa? Papa kenapa?” Sebuah teriakan terdengar dari dalam rumah. Anakku? Dia anakku yang dinyatakan meninggal oleh orang tua ku. Ia langsung menghampiri new dan memeluknya. “Om papa kenapa?” Tanya nya pada earth yang saat ini mengelus tangan menenangkan new. “Gak apa apa sayang. Papa mu gak apa apa” jawab earth tenang.

Aku mendekat ke putraku yang sudah beranjak dewasa itu. “Pluem? Kamu kenal aku?” Dia menoleh ke arah ku “ayah? Gak gak mungkin ini ayah. Ayahku udah gak ada” jawab nya sambil memundur mundurkan badan nya. Aku langsung memeluknya karena sangat merindukannya. Dia terkejut dan hampir mendorongku, namun kekuatannya kalah dengan kekuatanku. Aku terisak di bahu putraku.

Setelah semuanya mereda, aku menjelaskan apa yang terjadi. “Aku tadi nelvon ayah, aku minta penjelasan ke mereka. Mereka memang sengaja memalsukan kematian kita. Mereka mau memisahkan kita. Makanya aku dibawa kesini dan diberi tau kalau kamu dan pluem sudah tiada. Orang tua ku bekerja sama dengan orang tua mu untuk ini semua. Makanya orang tua mu juga memalsukan kematian ku hingga kalian mengira aku sudah tiada. Percaya sama ku New” kata ku menjelaskan semuanya. Ku lihat earth mengangguk sambil memegang erat tangan new, memberikan ku dukungan.

“Jadi, status kita sekarang apa?” Tanya nya dengan suara serak nya. Deg, jantungku terasa ingin jatuh mendengar pertanyaan new. Ku lihat new melirik earth dan tersenyum. Ia lalu memindahkan tangan earth ke tanganku. “Kamu gak usah jawab ya. Sekarang kamu adalah milik earth. Bukannya aku takut kepada earth karena dia atasanku. Bukan. Tapi aku sudah terbiasa hidup tanpamu. Dan kamu juga pasti terbiasa. Sekarang bahagiamu adalah earth” Katanya masih sambil tersenyum getir. Earth memeluk erat new yang ada disampingnya dan mengucapkan banyak terimakasih.


Bahagia tidak harus saling bersama. Bahagia ku adalah bahagia mu yang bahagia dengan kebahagiaan mu. -New Thitiphoom Techapaaikhun