🌸Purimate

Happy Boyfriend Day

Tepat pukul 06.30, suara deru mobil terdengar jelas di depan rumah berlantai 2 bercatkan kuning gading itu. Tampak seorang wanita dengan umur kepala 5 membukakan gerbang dan menyuruh si empunya mobil untuk masuk. Setelah bersalaman dan bercerita singkat dengan sang bunda, pemuda yang sudah berjanji akan menjemput pacarnya segera naik ke lantai 2 tempat kamar si pacar kecilnya berada karena ia mendapat informasi bahwa pacar kecilnya kembali tertidur pulas.

“Aku sudah bilang akan menjemput mu satu jam dari sekarang, tapi kamu malah tidur lagi” gumamnya sambil melihat wajah pria kecilnya.

Ia dekatkan wajahnya dan mengambil satu ciuman dari pria kecilnya. Tanpa sadar pria kecilnya malah melumat lembut bibirnya tanda bahwa ia sebenarnya sudah bangun dan menikmati ciuman pagi mereka.

“Morning kiss, hehehe” kata si kecil dengan wajah innocent tak bersalahnya.

“Sudah mandi?” Tanya yang bertubuh lebih besar. Yang ditanya hanya mengangguk sampai bergoyang helaian rambutnya.

“Kamu keluar dulu, aku mau ganti baju” perintah si kecil sambil mengambil satu setel pakaian berwarna putih dengan model sedikit terbuka di bagian bahunya.

“Kenapa aku harus keluar? Bukankah aku sudah sering melihat mu bahkan tidak mengenakan sehelai benangpun?” Jawab si jangkung dengan frontal nya.

“Aku hanya tidak ingin membatalkan acara kita hanya karena meladeni permintaan mu yang bahkan gak cukup hanya 2 kali saja” jawabnya ketus

Si jangkung tertawa terbahak dan akhirnya menyerah memilih keluar kamar. Sesampainya di luar ia mendapati ibu dari pacar kecilnya sedang menyiapkan beberapa makanan diatas meja.

“Sepertinya Neo dan Louis gak sarapan di rumah ma. Kami akan makan bakmi di depan komplek” katanya sambil membantu sang ibu menata piring.

“Loh? Kenapa? Mama udah nyiapin ini” tanya sang ibu bingung, karena biasanya pacar anak bungsu nya akan selalu makan di rumahnya.

“Hari ini hari pacar sedunia. Jadi Neo mau menghabiskan waktu berdua dengan Louis” Jawabnya jujur. Sang ibu hanya tersenyum mendengar jawaban jujur dari “calon” menantunya.

“Mau pulang jam berapa? Sepertinya mama, papa dan kakak hari ini ada kegiatan keluar rumah hingga malam atau kemungkinan akan pulang besok. Bawa kunci sekalian ya dek” ujar sang bunda saat melihat bungsunya menurunin tangga.

“Iya ma, ayo pergi, sudah hampir jam 7” Ajaknya setelah berhasil mendaratkan semua kakinya di anak tangga paling akhir.

“Padahal kamu yang membuat lama” Jawab si jangkung gemas.

Happy Boyfriend Day

Mentari menghilang, digantikan sinar rembulan yang menyinari sepasang kekasih yang baru saja selesai melaksanakan pekerjaan melelahkan nya hari ini.

Pintu apart terbuka, menampilkan sosok dua anak manusia dengan wajah yang begitu lelah.

“Mau aku dulu atau kamu duluan yang mandi?” Tanya yang lebih kecil

Si jangkung merapatkan bibirnya ke telinga si kecil. “Bagaimana kalau sekaligus berdua?”

Si kecil dengan secepat kilat menjauhkan kepala si jangkung dengan tangan kanannya. “Aku lelah, sedang tidak ingin bercanda” si kecil sambil melengos pergi.

Tak tinggal diam, lelaki yang bertubuh lebih besar itu pun menggendong si kecilnya dan mendudukkan nya diatas meja dapur dan mengunci pandangannya rapat.

Merasa terintimidasi, si kecil mencoba mengalihkan pandangan dengan melihat jari jari nya sendiri. Si jangkung berkali kali mencoba mengangkat kepala si kecilnya hingga menatap nya.

“Kamu marah sama aku?” Tanya si jangkung tanpa suara intimidasi. Si kecil yang merasa semua sudah tenang akhirnya mencoba mengangkat kepalanya perlahan dan menggeleng pelan.

“Lalu kenapa kamu diamkan aku? Apakah kesalahan ku tidak bisa dimaafkan?” Tanyanya lagi begitu lembut. Si kecil tetap menggeleng pelan.

“Kalau aku ada salah...” Dicumnya kening si kecil. “Aku minta maaf” diciumnya kedua mata si kecil. “Tapi...” Diciumnya pipi si kecil. “Jangan pernah diamkan aku” diciumnya bibir si kecil dan di lumatnya perlahan.

“Aku gak marah. Tapi aku kecewa sama diriku sendiri” jawabnya lirih. “Di umur 43 kamu bilang ingin membesarkan anak laki laki kan? Tapi aku gak bisa kasih itu” lanjutnya melemah.

Si jangkung tersenyum dan tertawa pelan. “Tapi di umur 43 aku masih ingin tetap bersama mu. Bersama ayah ibu mu menonton konser solo kamu. Di umur 43 aku ingin membesarkan anak laki laki bersama mu. Louis, kita tak tau teknologi kedepannya akan seperti apa. Soal anak? Mungkin teknologi maju akan bisa membuat kita punya anak walau kita berdua laki laki atau kalau tidak bisa juga kita bisa coba surgery mom kayak di series Tonhon Chonlatee? Atau kita bisa adopsi anak yang kurang beruntung dari panti asuhan? Banyak cara sayang untuk kita bisa dapatkan anak. Yang terpenting, aku mau sampai umur 43 masih tetap bersamamu atau sampai ajal akhir hidupku” jawab si jangkung panjang lebar.

Ciuman mendarat di bibir si jangkung. Si kecil dengan lembut juga melumat bibir si jangkung yang disambut olehnya juga.

“Aku gak tau mau ngomong apa. Jadi aku cium aja” katanya polos. “Kalau gitu... Lanjutin boleh?” Tanyanya dengan mimik wajah yang sulit diartikan.

Tanpa babibu lagi, si jangkung menggendong si kecilnya ke dalam kamar mandi dan menghabiskan sisa malam indah mereka.


Mau sampai umur 43 tahun atau bahkan selamanya pun aku masih tetap ingin bersamamu, Neo Trai

Mentari menghilang, digantikan sinar rembulan yang menyinari sepasang kekasih yang baru saja selesai melaksanakan pekerjaan melelahkan nya hari ini.

Pintu apert terbuka, menampilkan sosok dua anak manusia dengan wajah yang begitu lelah.

“Mau aku dulu atau kamu duluan yang mandi?” Tanya yang lebih kecil

Si jangkung merapatkan bibirnya ke telinga si kecil. “Bagaimana kalau sekaligus berdua?”

Si kecil dengan secepat kilat menjauhkan kepala si jangkung dengan tangan kanannya. “Aku lelah, sedang tidak ingin bercanda” si kecil sambil melengos pergi.

Tak tinggal diam, lelaki yang bertubuh lebih besar itu pun menggendong si kecilnya dan mendudukkan nya diatas meja dapur dan mengunci pandangannya rapat.

Merasa terintimidasi, si kecil mencoba mengalihkan pandangan dengan melihat jari jari nya sendiri. Si jangkung berkali kali mencoba mengangkat kepala si kecilnya hingga menatap nya.

“Kamu marah sama aku?” Tanya si jangkung tanpa suara intimidasi. Si kecil yang merasa semua sudah tenang akhirnya mencoba mengangkat kepalanya perlahan dan menggeleng pelan.

“Lalu kenapa kamu diamkan aku? Apakah kesalahan ku tidak bisa dimaafkan?” Tanyanya lagi begitu lembut. Si kecil tetap menggeleng pelan.

“Kalau aku ada salah...” Dicumnya kening si kecil. “Aku minta maaf” diciumnya kedua mata si kecil. “Tapi...” Diciumnya pipi si kecil. “Jangan pernah diamkan aku” diciumnya bibir si kecil dan di lumatnya perlahan.

“Aku gak marah. Tapi aku kecewa sama diriku sendiri” jawabnya lirih. “Di umur 43 kamu bilang ingin membesarkan anak laki laki kan? Tapi aku gak bisa kasih itu” lanjutnya melemah.

Si jangkung tersenyum dan tertawa pelan. “Tapi di umur 43 aku masih ingin tetap bersama mu. Bersama ayah ibu mu menonton konser solo kamu. Di umur 43 aku ingin membesarkan anak laki laki bersama mu. Louis, kita tak tau teknologi kedepannya akan seperti apa. Soal anak? Mungkin teknologi maju akan bisa membuat kita punya anak walau kita berdua laki laki atau kalau tidak bisa juga kita bisa coba surgery mom kayak di series Tonhon Chonlatee? Atau kita bisa adopsi anak yang kurang beruntung dari panti asuhan? Banyak cara sayang untuk kita bisa dapatkan anak. Yang terpenting, aku mau sampai umur 43 masih tetap bersamamu atau sampai ajal akhir hidupku” jawab si jangkung panjang lebar.

Ciuman mendarat di bibir si jangkung. Si kecil dengan lembut juga melumat bibir si jangkung yang disambut olehnya juga.

“Aku gak tau mau ngomong apa. Jadi aku cium aja” katanya polos. “Kalau gitu... Lanjutin boleh?” Tanyanya dengan mimik wajah yang sulit diartikan.

Tanpa babibu lagi, si jangkung menggendong si kecilnya ke dalam kamar mandi dan menghabiskan sisa malam indah mereka.


Mau sampai umur 43 tahun atau bahkan selamanya pun aku masih tetap ingin bersamamu, Neo Trai

TAK AKAN KU LUPA


“apa kau lupa di kantor ini ada 19 CCTV?” Tanya seseorang dengan mencampakkan sebuah file ke atas meja Lathan.

Lathan memperhatikan dengan seksama file yang dilemparkan oleh seseorang tadi.

“Hapus Jo” perintah nya kepada laki laki yang ternyata bernama Jo.

Lelaki tadi menghembuskan nafas kasar dan tersenyum sinis, “Sebelum kau suruh juga sudah aku hapus”

Lathan masih tetap memperhatikan file yang sekarang ada ditangannya. File yang berisi foto hasil rekaman CCTV yang menampilkan dua orang yang sedang berpagutan.

“Dia hanya seorang anak magang. Tak sebanding dengan mu. Masih mending juga Bima” Lanjut ocehan lelaki di depan nya.

Merasa ada nama seseorang yang disebut, dengan secepat kilat Lathan melihat kearahnya dengan kilatan amarah.

“Aku yang memiliki hubungan dengan Bima, bukan kau” Bentaknya sambil membuang file yang sedari tadi dipegang nya ke tempat sampah dan berlalu pergi meninggalkan lelaki yang sedari tadi mengoceh padanya.


Tiga mangkuk es krim telah habis disantap nya. Ya, tak seperti biasa memang. Hanya saja kepala nya saat ini hanya butuh sesuatu yang dapat menyejukkan tetapi ternyata tiga mangkuk es krim itu juga tidak memberikan pengaruh apa apa terhadap dirinya.

Lonceng pintu cafe berdentang menandakan seorang pengunjung datang. Seseorang dengan paras yang tak asing masuk ke dalam cafe, mengedarkan pandagan ke seluruh cafe. Netra mereka saling bertabrakan. Rasa canggung menggerogoti tubuh Lathan dan Nean saat ini.

“Nean? Kenapa? Kok berhenti?” Tanya seorang wanita bertubuh kecil yang sedari tadi memang mengikuti Nean masuk ke dalam cafe.

Lathan terganggu dengan pemandangan di hadapannya. Ia langsung berjalan keluar melewati 2 orang yang menggangu nya tersebut.

Entah keberanian darimana yang dimiliki Nean. Ia menarik tangan boss nya agar tidak pergi dan menariknya ke kamar mandi cafe.

Tanpa aba aba apapun kedua ranum mereka bertabrakan. Kali ini lebih dalam dan lebih intim daripada yang mereka lakukan di tempat sebelumnya.

Entah siapa duluan yang memulai tapi pergelutan mereka kian panas dan semakin tak terkendali. Nean semakin menekan kepala Lathan agar ia dapat puas merasakan Lathan. Pun juga Lathan yang semakin menekan tengkuk Nean agar semakin dalam.

Nafas mereka terengah. Benang saliva terjalin diantara kedua ranum mereka . Tak ada satu katapun yang keluar dari bibir mereka. Tetapi mata mereka berbicara hal yang seharusnya memang mereka bicarakan.

“Aku tidak akan melupakan yang ini” Ultimatum Nean tepat di wajah Lathan dan kembali meraup ranum merah muda Lathan yang sudah sedikit membengkak.

*TAK AKAN KU LUPA

“apa kau lupa di kantor ini ada 19 CCTV?” Tanya seseorang dengan mencampakkan sebuah file ke atas meja Lathan.

Lathan memperhatikan dengan seksama file yang dilemparkan oleh seseorang tadi.

“Hapus Jo” perintah nya kepada laki laki yang ternyata bernama Jo.

Lelaki tadi menghembuskan nafas kasar dan tersenyum sinis, “Sebelum kau suruh juga sudah aku hapus”

Lathan masih tetap memperhatikan file yang sekarang ada ditangannya. File yang berisi foto hasil rekaman CCTV yang menampilkan dua orang yang sedang berpagutan.

“Dia hanya seorang anak magang. Tak sebanding dengan mu. Masih mending juga Bima” Lanjut ocehan lelaki di depan nya.

Merasa ada nama seseorang yang disebut, dengan secepat kilat Lathan melihat kearahnya dengan kilatan amarah.

“Aku yang memiliki hubungan dengan Bima, bukan kau” Bentaknya sambil membuang file yang sedari tadi dipegang nya ke tempat sampah dan berlalu pergi meninggalkan lelaki yang sedari tadi mengoceh padanya.


Tiga mangkuk es krim telah habis disantap nya. Ya, tak seperti biasa memang. Hanya saja kepala nya saat ini hanya butuh sesuatu yang dapat menyejukkan tetapi ternyata tiga mangkuk es krim itu juga tidak memberikan pengaruh apa apa terhadap dirinya.

Lonceng pintu cafe berdentang menandakan seorang pengunjung datang. Seseorang dengan paras yang tak asing masuk ke dalam cafe, mengedarkan pandagan ke seluruh cafe. Netra mereka saling bertabrakan. Rasa canggung menggerogoti tubuh Lathan dan Nean saat ini.

“Nean? Kenapa? Kok berhenti?” Tanya seorang wanita bertubuh kecil yang sedari tadi memang mengikuti Nean masuk ke dalam cafe.

Lathan terganggu dengan pemandangan di hadapannya. Ia langsung berjalan keluar melewati 2 orang yang menggangu nya tersebut.

Entah keberanian darimana yang dimiliki Nean. Ia menarik tangan boss nya agar tidak pergi dan menariknya ke kamar mandi cafe.

Tanpa aba aba apapun kedua ranum mereka bertabrakan. Kali ini lebih dalam dan lebih intim daripada yang mereka lakukan di tempat sebelumnya.

Entah siapa duluan yang memulai tapi pergelutan mereka kian panas dan semakin tak terkendali. Nean semakin menekan kepala Lathan agar ia dapat puas merasakan Lathan. Pun juga Lathan yang semakin menekan tengkuk Nean agar semakin dalam.

Nafas mereka terengah. Benang saliva terjalin diantara kedua ranum mereka . Tak ada satu katapun yang keluar dari bibir mereka. Tetapi mata mereka berbicara hal yang seharusnya memang mereka bicarakan.

“Aku tidak akan melupakan yang ini” Ultimatum Nean tepat di wajah Lathan dan kembali meraup ranum merah muda Lathan yang sudah sedikit membengkak.

TAK AKAN KU LUPA

“apa kau lupa di kantor ini ada 19 CCTV?” Tanya seseorang dengan mencampakkan sebuah file ke atas meja Lathan.

Lathan memperhatikan dengan seksama file yang dilemparkan oleh seseorang tadi.

“Hapus Jo” perintah nya kepada laki laki yang ternyata bernama Jo.

Lelaki tadi menghembuskan nafas kasar dan tersenyum sinis, “Sebelum kau suruh juga sudah aku hapus”

Lathan masih tetap memperhatikan file yang sekarang ada ditangannya. File yang berisi foto hasil rekaman CCTV yang menampilkan dua orang yang sedang berpagutan.

“Dia hanya seorang anak magang. Tak sebanding dengan mu. Masih mending juga Bima” Lanjut ocehan lelaki di depan nya.

Merasa ada nama seseorang yang disebut, dengan secepat kilat Lathan melihat kearahnya dengan kilatan amarah.

“Aku yang memiliki hubungan dengan Bima, bukan kau” Bentaknya sambil membuang file yang sedari tadi dipegang nya ke tempat sampah dan berlalu pergi meninggalkan lelaki yang sedari tadi mengoceh padanya.


Tiga mangkuk es krim telah habis disantap nya. Ya, tak seperti biasa memang. Hanya saja kepala nya saat ini hanya butuh sesuatu yang dapat menyejukkan tetapi ternyata tiga mangkuk es krim itu juga tidak memberikan pengaruh apa apa terhadap dirinya.

Lonceng pintu cafe berdentang menandakan seorang pengunjung datang. Seseorang dengan paras yang tak asing masuk ke dalam cafe, mengedarkan pandagan ke seluruh cafe. Netra mereka saling bertabrakan. Rasa canggung menggerogoti tubuh Lathan dan Nean saat ini.

“Nean? Kenapa? Kok berhenti?” Tanya seorang wanita bertubuh kecil yang sedari tadi memang mengikuti Nean masuk ke dalam cafe.

Lathan terganggu dengan pemandangan di hadapannya. Ia langsung berjalan keluar melewati 2 orang yang menggangu nya tersebut.

Entah keberanian darimana yang dimiliki Nean. Ia menarik tangan boss nya agar tidak pergi dan menariknya ke kamar mandi cafe.

Tanpa aba aba apapun kedua ranum mereka bertabrakan. Kali ini lebih dalam dan lebih intim daripada yang mereka lakukan di tempat sebelumnya.

Entah siapa duluan yang memulai tapi pergelutan mereka kian panas dan semakin tak terkendali. Nean semakin menekan kepala Lathan agar ia dapat puas merasakan Lathan. Pun juga Lathan yang semakin menekan tengkuk Nean agar semakin dalam.

Nafas mereka terengah. Benang saliva terjalin diantara kedua ranum mereka . Tak ada satu katapun yang keluar dari bibir mereka. Tetapi mata mereka berbicara hal yang seharusnya memang mereka bicarakan.

“Aku tidak akan melupakan yang ini” Ultimatum Nean tepat di wajah Lathan dan kembali meraup ranum merah muda Lathan yang sudah sedikit membengkak.

Keempat saudara laki laki itu berkumpul di satu kamar yang lumayan besar. Si bungsu langsung tiduran di dekapan Toptap sedangkan book juga tiduran di dekapan Arm. Sudah lumayan lama memang keempat saudara itu tidak bersantai bersama seperti ini.

“Koko tadi sadar sesuatu gak?” Tanya book memecah keheningan mereka.

“Masalah apa?” Tanya nya santai

“Yang nanya tadi, siapa namanya? Boom ya? Itu, dia aneh deh” Jelas Book.

Tanpak 3 saudaranya masih kebingungan dan bersamaan menatap book yang masih fokus memakan cemilan nya.

“Dia daritadi ngeliatin adek mulu. Tapi ngeliatin nya itu kayak apa ya? Bukan kayak biasa, lebih kayak singa lapar liat mangsa nya” jawab book sekenanya.

Mereka semua tampak berfikir mencari pembenaran apa yang dikatakan book.

“Tenang aja, lagipula kalau dia mau ngapa ngapain adek kan ada Neo” sanggah Toptap

“Kok Neo?” Tanya Arm penasaran.

“Iya Neo. Neo kan sahabatnya adek, terus juga tadi ada gemini kan? Dia juga sahabat adek. Terus belum lagi sahabat sahabat adek yang badan nya gede gede” Jawab Toptap setelah dapat sedikit cubitan dari Louis.

Arm mengangguk tanda mengerti sedangkan Toptap dan Louis menghembuskan nafas lega.

Keempat saudara laki laki itu berkumpul di satu kamar yang lumayan besar. Si bungsu langsung tiduran di dekapan Toptap sedangkan book juga tiduran di dekapan Arm. Sudah lumayan lama memang keempat saudara itu tidak bersantai bersama seperti ini.

“Koko tadi sadar sesuatu gak?” Tanya book memecah keheningan mereka.

“Masalah apa?” Tanya nya santai

“Yang nanya tadi, siapa namanya? Boom ya? Itu, dia aneh deh” Jelas Book.

Tanpak 3 saudaranya masih kebingungan dan bersamaan menatap book yang masih fokus memakan cemilan nya.

“Dia daritadi ngeliatin adek mulu. Tapi ngeliatin nya itu kayak apa ya? Bukan kayak biasa, lebih kayak singa lapar liat mangsa nya” jawab book sekenanya.

Mereka semua tampak berfikir mencari pembenaran apa yang dikatakan book.

“Tenang aja, lagipula kalau dia mau ngapa ngapain adek kan ada Neo” sanggah Toptap

“Kok Neo?” Tanya Arm penasaran.

“Iya Neo. Neo kan sahabatnya adek, terus juga tadi ada gemini kan? Dia juga sahabat adek. Terus belum lagi sahabat sahabat adek yang badan nya gede gede” Jawab Toptap setelah dapat sedikit cubitan dari Louis.

“Untuk selanjutnya akan dilanjutkan oleh Toptap” Arm menyerahkan pembicaraan ke kakak ke dua Louis.

“Oke, perkenalkan saya Toptap Jirakit. Ada beberapa rules yang harus kita terapkan disini. Yang paling utama adalah dilarang berpacaran antar sesama kalian” Toptap menatap adiknya dan neo secara bergantian, karena hanya Toptap yang mengerti akan kondisi adiknya saat ini.

Louis menelan ludah kasar saat ditatap sang pembicara di depan, ia melihat Neo sekilas, hanya tampak wajah tenang darinya.

“Izin kak” Seseorang memecah keheningan sambil berdiri. “Mohon maaf kak bila lancang. Saya mau bertanya, kenapa kita tidak boleh berpacaran sesama kita?” Tanya nya kepada Toptap.

“Maaf, siapa namamu?” Toptap bertanya sopan. “Boom kak. Boom Tharatorn kak” jawabnya tak kalah sopan.

“Ahhh, oke boom. Terimakasih pertanyaan nya. Alasan kalian tidak boleh berpacaran sesama kalian karena ditakutkan jika pacar kalian beradu akting dengan orang lain akan terjadi kecemburuan atau jika kalian sudah menjadi 'mantan' dan sialnya kalian disatukan dalam satu projek akan mempersulit chemistry kalian” Toptap menjelaskan dengan panjang lebar dengan mata yang sulit diartikan.

Boom tampak puas, ia tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada toptap. Acara pun selesai diakhiri dengan makan bersama seluruh calon talent.