Police and His Mafia
Hari ini tak ada bedanya bagi Singto Prachaya Ruangroj, seorang pembasmi kejahatan alias polisi yang terkenal dengan ketangkasan, ketelitian, kedisplinan dan ketampanannya, Ia tetap menjalani tugasnya seperti biasa.
Selama 6 tahun ia bekerja, tidak ada penjahat yang mampu menghindar darinya. Namun, ada satu kriminal yang paling di cari di Thailand yang sampai sekarang masih belum bisa ditangkap.
Krist Perawat Sangpotirat
Nama itu tidaklah asing di Thailand bahkan ia adalah orang paling dicari oleh polisi. Krist merupakan seorang bos mafia yang terkenal dengan kecerdasannya, keliarannya, dan kemanisannya.
Awalnya, Singto tidak perlu turun tangan untuk menangkap salah satu penjahat terkenal ini. Namun karena tidak ada polisi yang berhasil menangkapnya setelah 2 tahun, akhirnya ia ditugaskan untuk mencari dan menangkap Krist.
“Kita harus tracking lagi keberadaan Krist. Ayo lebih teliti lagi! Masa udah beberapa kali dapet kesempatan buat tangkep dia malah dibiarin kabur! KALIAN BODOH ATAU GIMANA?!” Singto memarahi setiap bawahannya.
“Gw yakin kalo Pak Singto yang ketemu sendiri sama Krist pasti dia bisa ngerasain gimana susahnya nangkep Krist.” Salah satu polisi berbisik pada temannya.
“Kamu yang bisik-bisik. Bisa fokus gak?! Ini waktunya kerja bukan buat ngegosip.” Singto menatap tajam polisi tersebut
“Ma-maaf pak.”
“Maafkan kami pak tapi memang dia itu sangat cerdas. Dia selalu berhasil tipu kami pak.” Polisi lain mulai angkat suara
“Jadi maksudnya gimana? Kalian bodoh gitu? Kalian ikut training kan udah lama. Saya tau banget Krist itu udah sering lengah udah tinggal tangkap aja tapi kalian semua malah biarin dia kabur. Apakah harus saya sendiri yang menangkap dia?”
“Maaf pak.”
“PAK! KAMI SUDAH KETEMU TEMPAT KEBERADAAN KRIST.” Seseorang tiba tiba datang.
“AYO SEMUA LANGSUNG KESANA!” Singto memerintah semua rekan kerjanya
“SIAP PAK LAKSANAKAN.”
———————
Semua polisi sampai ditempat Krist melakukan transaksi illegalnya.
“Kalian urusi saja rekan-rekan Krist. Biar kali ini saya saja yang tangani Krist.” Bisik Singto lewat walkie talkie mereka.
“Siap pak” semua polisi serempak menjawab.
“KALIAN TELAH DIKEPUNG! SERAHKAN DIRI SEBELUM KAMI MELAKUKAN AKSI PENEMBAKAN.” Singto berbicara lewat sebuah pengeras suara. Semua polisi telah membuat lingkaran di sekitar kelompok mafia itu.
Krist memberi sebuah sinyal kepada rekan kerjanya dan mereka pun melaksanakan rencananya. Tiba-tiba sebuah asap muncul dari tanah dan menutupi mereka.
Bawahan-bawahan Krist dengan cepat menghilang dan kabur. Polisi-polisi lain dengan cepat mengejar mereka.
“Krist perawat. Jangan kau coba coba lari.” Singto berkata dengan tegas
Kini hanya tersisa mereka berdua saja disana.
“Oh tidak akan, Pak. Aku seorang yang sangat penurut.” Krist memberi sebuah senyuman nakal sambil berjalan mendekat ke Singto.
Singto mulai mundur dengan ancang-ancang akan menembak Krist jika ia melihat Krist melakukan hal berbahaya. Krist terus mendekat, ia menurunkan pistol Singto, dan mengalungkan tangannya di leher Singto.
“Apakah aku akan dihukum?” Krist tersenyum manis
“Iya. Sekarang keluarkan semua senjatamu dan barang-barang illegal mu yang masih tersimpan.” Singto melepas kaitan tangan Krist di lehernya
“Senjata? Aku punya senjata tapi sepertinya lebih menarik punya kamu.” Krist tersenyum nakal sambil melihat ke area bawah Singto.
“Krist. Jangan bercanda.” Singto menatapnya tajam.
“Aku serius gak bawa apa-apa. Semua kan udah diambil sama kamu.” Krist mendekat ke kuping Singto lalu berkata
“Aku cuma ada badan aja kalo mau diambil juga boleh.” Krist menjauh sambil tersenyum manis
“Rayuan genit kamu gak akan berfungsi. Saya gak akan lepasin kamu.”
“Aku memang gak niat buat kabur kok. Aku malah nunggu momen ini.” Krist lalu mulai berjalan menjauh dari Singto
“Kamu mau kemana!” Singto mengejar Krist
“Ke situ. Lebih sepi lebih enak.” Krist menunjuk ke semua gang dengan lampu remang-remang
“Krist. Ayo ikut saya langsung ke kantor polisi.” Singto mau menarik Krist untuk masuk ke mobil tapi Krist menahannya.
“Gak mau. Hukum aku dulu baru ke sana.” Krist memanyunkan bibirnya
“Iya nanti di hukum di persidangan.”
“Ihhh aku maunya dihukum langsung sama kamu. Emang kamu gamau hukum aku?” Krist mendorong Singto ke salah satu tembok lalu mengalungkan tangan ke leher Singto. Ia menempatkan kakinya diantara kaki Singto yang terbuka lebar.
“Krist, jangan macem-macem kamu ya.” Singto mendorong Krist tapi Krist mendorongnya balik untuk bersandar di tembok.
Krist menekuk kakinya sehingga pahanya bersentuhan dengan area bawah Singto.
“Kamu ngapain. Lepas.” Setiap kali Singto mendorong Krist, kaki Krist menggesek bagian bawah Singto.
“Enggh shit.” Singto mulai mendongakkan kepalanya ke atas, ia mulai terangsang dari gesekan-gesekan paha Krist.
Krist tahu bahwa ia berhasil melemahkan pertahanan Singto. Krist mulai berlutut dan membuka celana Singto.
“Hei! Kamu mau apa?!” Singto terkejut tapi ia tidak berusaha memberhentikan aksi Krist.
Krist mengeluarkan sebuah batang panjang dan besar serta berurat yang kini mengancungkan dirinya tepat di muka Krist.
“Mmm enak sepertinya.” Krist tersenyum nakal sambil menatap ke atas.
“Krist jang- enngh” Singto memejamkan matanya dan mendongakkan kepalanya saat merasakan bahwa juniornya telah di telan oleh laki-laki yang sedang berlutut di bawahnya.
Batang Singto terlalu besar hingga membuat mulut Krist sakit. Krist mulai menggerakkan mulutnya maju mundur dan sesekali menghisap pucuk dari batang Singto.
Krist tahu Singto akan segera mencapai klimaksnya, ia pun mengeluarkan batang Singto yang nikmat itu dari mulutnya.
“Annghh kenapa kamu keluarin? Aku udah hampir klimaks.”
“Janji bebasin aku setelah ini baru aku bakal bantu kamu sampe klimaks.” Krist berdiri sambil tersenyum licik.
Disaat laki-laki sedang horny seperti ini biasanya ia akan sulit menolak tawarannya.
“Oh trick ini yang kamu pake buat melarikan diri hm? Okay then.. aku gak butuh mulut kamu buat klimaks.”
“Hah?” Krist bingung karena trick yang selama ini ia pakai tidak berfungsi. Singto berjalan mendekat, sedangkan Krist berjalan mundur hingga punggungnya mengenai tembok.
“Aku pake aja tubuh kamu. Bukannya tadi kamu bilang aku boleh pake hm?” Singto menarik pinggang Krist untuk mendekat
“Hah?! Mana ada! Aku gak ngomong gitu.”
Singto mengulang kembali rekaman suara Krist yang tersimpan di pulpennya.
“Shit.” Krist tahu dia dalam bahaya ia tau Singto sudah menatapnya seperti macan yang kelaparan.
“Kenapa? Tadi gak takut kok sekarang ciut?” Singto meremas pantat Krist hingga membuat Krist mendesah.
Singto mulai memasukkan tangannya di ke dalam baju longgar Krist yang kancing atasnya telah terbuka dua. Ia mencubit dan memelintir 2 benjolan kecil di tubuh Krist.
“Angghh please singto hnngh.”
“Kenapa sayang? Enak?” Singto berbisik dekat telinga Krist lalu menjilatnya dengan sensual.
“Ahh jangan kupingku enggh.” Singto masih terus menjilat kuping kanan Krist.
Singto mulai turun ke leher putih nan mulus milik Krist. Ia mengecupnya pelan lalu menjilat dan mulai menggigitnya hingga terbentuk bercak merah disana
“Ennghh sakitt.”
“Tadi perasaan nakal, sekarang mana nih? Udah alim ceritanya hm?” Kata Singto sambil terus mengecup leher Krist.
“Oh kamu siap kalo aku nakal? Hm?” Krist kini mulai menantang
“Try me baby.” Singto berjalan menjauh sambil menunjukan senyuman nakalnya. Singto bersandar di tembok sambil melipat tangannya di dada.
Krist mulai membuka bajunya, menunjukan badan rampingnya yang putih dan halus. Krist berjalan mendekati Singto lalu ia mulai meraba dirinya sendiri.
Ia mencubit serta memelintir putingnya sendiri
“Ennghhh aku bayangin tangan kamu enggh yang ngeraba aku ahhh enak banget angghh.”
Krist mulai membuka celananya, salah satu tangannya mengocok kejantanannya sendiri dan satunya lagi masih bermain dengan putingnya
“Mmmhhh yess ahhh”
Sungguh pemandangan yang erotis dan menggairahkan. Singto sebenarnya sudah tidak sabar ingin menyerang laki-laki di hadapannya ini tapi ia masih ingin melihat seberapa nakalnya Krist Perawat.
Krist melihat bahwa mata Singto sudah semakin lapar lalu terbesit suatu ide yang ia tau akan meruntuhkan pertahanan Singto.
Krist memasukkan dua jarinya ke dalam mulut lalu memutarkan badannya menghadap tembok di seberang Singto lalu Ia membungkuk, menunjukkan pantat sintalnya pada Singto.
Saat Singto melihat kerutan kecil pada pantat Krist, ia menegukkan ludahnya dengan kasar. Namun, ia masih kuat menahan gairahnya walau selangkangannya sudah sangat ingin menusuk masuk ke liang hangat nan sempit milik Krist.
Krist memasukkan kedua jari yang telah ia laburi dengan ludahnya sendiri tadi ke dalam lubang pantatnya.
“Anghhh engghh enak sekali.”
“Ahhh lebih cepat engghh.”
“Bayangkan kalau batangmu yang menusuk aku engghh pasti nikmat ahh”
Krist berkata itu semua sambil mengeluarkan-masukan jarinya secara berulang-ulang.
Singto sudah tidak dapat menahan nafsunya. Ia mengeluarkan jari Krist lalu dengan cepat menggantinya dengan jarinya sendiri.
“Ahhhh” Krist terkejut
“Lakukan dengan benar, Krist Perawat atau kamu akan sakit saat aku setubuhi.”
kata-kata Singto membuat Krist malu hingga wajahnya berubah merah.
“Engghh annghh apa ini ahh”
Singto akhirnya menemukan titik kenikmatan Krist. Dengan jari panjangnya, titik itu sangat mudah dijangkau.
“Anghhh lebih cepat engghhh disituu ahh”
Krist menggeliat dengan hebat, lututnya sudah lemas tidak mampu berdiri. Krist sudah hampir mencapai Klimaksnya tapi Singto tiba tiba mengeluarkan jarinya.
“Kenapa kamu keluarin?” Lirih Krist
“Bukannya ini yang tadi kamu lakuin ke aku?” Singto tersenyum licik
“Kamu cuma pengen balas dendam?!” Krist berdiri tegak menghadap Singto.
“Awalnya iya... tapi setelah aku pikirin lagi... aku suka liat kamu nangis dan nggeliat di bawah kungkungan aku.” Singto berjalan mendekati Krist dan menaikkan dagu Krist dengan jarinya.
Singto kini mampu melihat setiap sudut dan permukaan wajah Krist. Memang Krist terlalu manis dan cantik untuk menjadi laki-laki.
Singto perlahan mendekatkan wajahnya dengan wajah Krist lalu melahap bibir manisnya.
“Mmmph” Krist mendesah sangat Singto mengobrak abrik mulutnya dengan lidahnya.
“Singtoo mmhp” Krist mengucapkan di sela-sela ciumannya
Singto tidak pernah tahu bahwa namanya mampu terdengar sangat menggairahkan jika disebutkan seseorang.
Ciuman Singto turun ke leher lalu turun lagi ke puting Krist. Ia menjilat, mengemut, dan menggigit pelan puting Krist hingga Krist tidak berhenti mendesah kenikmatan.
“Emmph enak ya ternyata” Singto menggigit lalu menarik puting Krist
“Ahhhh sakit singtoo.”
Singto tiba tiba mengeluarkan borgol lalu memborgol kedua tangan Krist
“Eh kamu mau ngapain? Please jangan tangkep aku.” Mata Krist berkaca kaca
Singto meletakan tangan Krist diatas kepalanya.
“Iya ini aku mau tangkep. Liat.” Singto melihat kebawah lalu ‘menangkap’ kejantanan Krist.
Krist mendongakkan kepalanya ke atas saat singto mulai mengocok batangnya.
“Ahhh ennghh singtoo ahh”
Singto memijat pucuk kejantanan Krist sambil mulutnya terus menghisap dan menjilat puting merah milik Krist.
“Ahhh aku gak tahan enggh ahh.”
Krist benar-benar tak berdaya sekarang ini, ia hanya bisa menerima semua ‘hukuman’ dari Singto. Tangannya tertanam kuat di dinding.
Krist memajukan dadanya dan memuncratkan klimaks pertamanya. Singto menjilat seluruh cairan putih di tangannya hingga habis.
“Hah hah hah itu jorok singto ah” Krist masih berusaha mengambil nafas
“Mau coba? Enak kok.” Singto menjulurkan lidahnya ke depan mulut Krist. Awalnya Krist ragu tapi karena ia penasaran, ia pun melahap lidah Singto.
Asin dan pahit. Itu yang mampu ia rasakan.
“Aku cape banget... udah yaa Singto.” Kata Krist dengan lemah dan tatapan sayu
Krist telah salah langkah hal itu malah membangkitkan kembali gairah Singto.
“Shit kamu sexy banget kalo lemah gini. Lagian kamu kan yang mulai duluan mangkannya gausah coba coba bangunin singa di dalem aku.” Singto berbisik di telinga Krist membuat bulu bulu di tubuhnya berdiri
“Sekarang balik badan lagi.”
Krist dengan pasrah memutarkan badan lalu Singto tanpa aba aba langsung menusukkan kejantanannya ke dalam lubang Krist.
“AHHHHH ihhh kok gak kasi tau sih.” Krist
“Sempittt mnnhhh”
“Lainkali ngomong kek! Aku kaget.”
“Gak sabar daritadi bawah aku udah ngilu banget.”
“Mesum.”
“Gerak ya?” Singto ingin memastikan Krist sudah terbiasa.
“Hm.” Krist mengangguk
Singto mulai memaju-mundurkan pinggulnya. Salah satu tangannya menangkup kejantanan Krist dan mengocoknya.
“Angghhh enggghh singtoo ah.”
“Ahhhh enggghh di situ enak banget ahh lebih cepat.”
Singto tahu ia berhasil menemukan titik itu lagi tapi ia tidak ingin menuruti permintaan Krist.
“Singtoo ahh lebih enggh cepet please anggh.”
“Balik badan”
“Huh?” Singto mengeluarkan batangnya, memutarkan badan Krist untuk menghadapnya, dan mengangkatnya
“Eh kamu ngapain.” Krist langsung otomatis melingkarkan tangannya di leher Singto karena takut jatuh.
Singto lagi-lagi tanpa aba aba memasukan batangnya kembali ke liang hangat milik Krist.
“Ahhhh terlalu enggh dalam.”
Singto menyandarkan Krist ke tembok lalu lagi lagi memaju mundurkan pinggulnya.
“Ahhhh engghhh angghh singtoo ah singtoo ahh enggh” Krist tak berhenti mendesah karena dengan posisi mereka yang sekarang titik sensitif itu lebih mudah dijangkau.
Krist melingkarkan kakinya di sekitar pinggul Singto dan menariknya untuk menumbuknya lebih dalam.
“Lebih enngh cepet please.”
“Rayunya yang bener dong.” Singto tersenyum nakal, ia sungguh menyukai pemandangan di depannya saat ini.
Krist dengan tanpa busana sehelai pun, mendesahkan namanya, dan terkulai lemas tak berdaya sungguh menggairahkan. Memang benad daripada menghukumnya di penjara lebih baik ia yang menghukumnya sendiri.
“Singto ahh tolong lebih cepat ennghh.”
“lebih manis lagi.”
Krist mendekat ke Singto lalu melumat bibirnya dan setelah beberapa saat ia melepaskannya
“Baby ahh sayangg tolong enngh lebih cepat anggh aku gak tahan.”
“Let’s ride.” Singto tersenyum nakal
Singto mempercepat temponya dan secara berulang-ulang menumbuk titik sensitif Krist hingga sang pemilik tak henti-hentinya mendesah dan menggeliat.
“Shit kamu cantik banget kayak gini.” Singto mengucapkannya karena terlalu keenakkan
Krist lagi-lagi malu karena omongan Singto. Banyak orang memujinya manis, lucu, cerdas, dan liar tapi hanya ucapan Singto yang mampu membuatnya malu.
“Ahhhh aku mau keluar enggh”
“Bersama sayang.”
Mereka berdua pun memuncratkan hasil kenikmatan mereka. Krist memuncratkannya di dada Singto sedangkan Singto di dalam lubang Krist.
“Ahhh enak banget. Boleh lagi gak nih?” Kata Singto dengan batang masih tertancam di lubang Krist.
“Gak! Kamu mesum!”
“Mangkannya jangan manis manis jadi orang.” Singto lagi lagi berbisik di dekat telinga Krist. Kemerahan mulai terlihat lagi di pipi Krist.
“Ih merahhh malu ya.” Singto menggoda Krist.
“Bisa gak sih ngegodanya gak sambil batang kamu masih ketusuk gini.”
“Iya iya maap.” Singto mengeluarkan batangnya dari lubang nikmat
“Udah turunin aku ih!”
“Kan kamu harus ditangkep dan dikurung soalnya udah melakukan pelanggaran.”
“Ihhh bebasin aku Singto! Please jangan hukum aku. Aku gamau masuk penjara!” Mata Krist berkaca-kaca
“Emang kamu tau pelanggaran kamu apa?”
“Iya taulahh aku kan mafia!”
“Kamu manis gini kok bisa sih jadi mafia.”
“Singtooooo” Krist memukul dada Singto dengan tangannya yang masih terikat oleh borgol
“Eh eh eh nanti jatoh!”
“Turunin!”
“Jawab dulu pelanggaran kamu apa?”
“Aku jual narkoba!”
“Salah!”
“Terus?”
“Kamu udah berhasil curi hati aku.”
Merah. Pipi Krist merah kembali.
“Ihh udah turunin aku.”
“Kan aku udah bilang kamu harus ditangkep terus dikurung.”
“Singtoo please jangan kurung aku di penjara.”
“Ih orang aku mau kurung kamu di rumah aku aja. Kan katanya kamu mau aku aja yang hukum yaudah aku kurung aja di rumah aku sekalian biar kamu gak bisa ngelakuin hal-hal berbau kriminal lagi karena aku bakal mantau dan jagain kamu 24/7.”
“Beneran??”
“Iya mau gak?”
“Mau apa?”
“Mau gak jadi pacar aku?”
“Singto kamu gak kenal aku.”
“Aku kenalan. Nama aku Singto Prachaya Ruangroj. Nama kamu siapa?”
“Krist Perawat Sangpo-“
“Salah.”
“Hah?”
“Krist Perawat Ruangroj.”
“Ah singto mahhh.” Krist menyembunyikan mukanya di tengkuk Singto.
“Yah malu lagi.”
“Yaudah ayuk pulang.”
“Kemana?”
“Ke rumah Singto Prachaya Ruangroj.”
“Siap tuan puteri.” Singto tersenyum tulus.
Singto kali ini berhasil lagi menangkap penjahat. Ia berhasil menangkap badannya dan juga hatinya.
Krist kini berhasil lagi menjalankan rencananya. Dia memang cerdas.
Get Singto’s heart
Bacaan pada kertas rencana Krist.