Puddle
Dengan tergesa gesa, Heeseung memegang knop pintu rumah lalu membuka pintu dengan cepat. Kemudian ia melangkahkan kaki masuk kedalam rumah dengan perasaan resah.
“Babe? Are you there?” Tanya Heeseung bermonolog dengan intonasi sedikit mengeras disertai kedua netranya mencari keberadaan Jay.
Dirinya takut jika Jay kekasihnya itu melakukan hal yang aneh aneh. Pasalnya kekasihnya itu sedang dilanda kesedihan yang disebabkan kurang perhatian dari Heeseung.
Hati dan pikiran Heeseung seolah menuntutnya untuk pergi ke kamar yang berada di lantai dua.
I'm sorry babe..
Saat kaki kanan Heeseung ingin didaratkan ke anak tangga pertama, tiba tiba kedua netranya teralihkan ke salah satu pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Terbesit dalam pikiran Heeseung untuk mengecek apakah Jay ada didalam kamar mandi atau tidak.
Aku tahu kamu sangat suka bermain air, Jay. Jika kamu sedih, kamu akan pergi ke kamar mandi, lalu meratapi kesedihan di atas lantai kamar mandi sembari memeluk dengkul kedua kaki. Dan pastinya diatasnya air yang keluar dari shower. Aku sudah hafal dirimu.
Heeseung mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar atas. Dirinya langsung pergi ke sofa ruang tamu dengan tujuan menaruh tas kerja, sekaligus membuka atribut yang ia kenakan saat pergi ke kantor.
Kini ia hanya menggunakan kemeja putih serta celana panjang kerjanya.
Kedua kaki panjangnya kini ia arahkan pergi ke kamar mandi.
Ckelek
Ternyata pintu kamar mandi itu tidak dikunci.
“Babe? Are you there?”
Kedua netra Heeseung mendapati kegelapan didalam kamar mandi.
Dengan cepat, tangan kanannya meraba saklar lampu yang menempel pada dinding tepat disebelah pintu kamar mandi kamar.
Cklek
Lampu menyala, walaupun terlihat remang remang, pandangan Heeseung masih bisa terlihat jelas benda apa saja yang ada di kamar mandi.
“Babe?”
Heeseung mengerutkan dahinya tatkala ia melihat Jay yang sudah bertelanjang bulat dan disertai basah kuyup diseluruh badannya.
Dan benar saja Jay melamun diatas lantai kamar mandi sembari memeluk dengkul kedua kakinya.
“Baby..” Panggil Heeseung dengan nada rendah.
Heeseung masuk kedalam kamar mandi, lalu menutup pintu dan menguncinya.
Setelah itu Heeseung menghampiri Jay yang sedang terlamun.
“Saya minta maaf. Bukannya saya akhir akhir ini tidak ingin memperhatikan kamu. Tetapi saya akhir akhir ini banyak tugas dari atasan. Kamu marah?”
Heeseung menjelaskan alasan kenapa dirinya jarang merespon celotehan Jay di imess maupun secara langsung. Kemudian Heeseung duduk tepat di hadapan kekasihnya itu.
“Kamu beneran marah?” Tanya Heeseung yang diikuti kedua netranya menatap sang lawan bicara.
Jay sedikit mendongak, lalu menatap alih alih yang baru saja melontarkan pertanyaan.
“Kamu pikir saja sendiri!” Cibir Jay yang setelah itu diiringi cemberutan dari kedua belah bibirnya.
Heeseung tertawa kecil melihat hal itu. “Kamu kenapa gemes banget sih?” Tanya Heeseung, kemudian ia menarik pergelangan tangan Jay dengan masuk memangku tubuh mungil itu.
Jay menurutinya. Kini ia sudah duduk diatas pangkuan san suami yang masih mengenakan pakaian.
“Ok, sekarang kamu mau apa?” Tanya Heeseung sembari menatap dalam wajah milik Jay.
Jay tidak mengubris pertanyaan itu, melainkan ia menarik kerah baju Heeseung, kemudian ia menempelkan bibirnya pada bibir kenyal milik Heeseung.
Entah kenapa rasa rindu berhasil menguasai pikiran serta hati Jay saat ini. Dirinya dengan cepat mempercepat tempo ciuman yang sedang berlangsung itu.
“Hngghhh”
Lenguhan itu berhasil keluar dari mulut Jay. Ia berhasil menguasai atas ciuman itu.
Disela sela ciuman, Jay berusaha membuka kancing kemeja yang dikenakan oleh Heeseung. Satu persatu kancing yang bertaut pada lubang baju itu terlepas.
Setelah kancing baju sudah terlepas semua, disibaknya kemeja itu hingga terlepas ke bawah.
Ketika nafas di paru paru sudah menipis, Jay dengan paksa melepas ciuman panas itu yang sedari tadi mereka lakukan.
Keduanya mengambil nafas diselingi deruan nafas yang terengah engah.
Selang berapa menit, Jay dengan cepat menidurkan tubuh Heeseung diatas lantai kamar mandi yang dipenuhi genangan air.
“I miss you, babe. Can i to be your kitten for tonight? I'm a good boy and of course naughty boy just for you!”
Jay menyeringai setelah berbicara seperti itu. Dirinya sangat merindukan Heeseung akhir akhir ini.
Hm.. Tidak, tidak. Yang benar itu Jay sangat merindukan penis Heeseung.
Heeseung terkekeh mendengar itu. “Sure. You just do what you like, bitch.”
Seperti lampu hijau yang menyala, Jay mendengar itu sungguh sangat senang. Dirinya langsung memosisikan badannya tepat di atas paha Heeseung.
Jay dengan penuh semangat membuka resleting celana yang dipakai oleh Heeseung, kemudian membukanya ke bawah sekaligus membuka celana dalam yang Heeseung kenakan.
Sekarang sudah sangat jelas penis Heeseung yang sudah menegang. Karena dirasa risih dengan celana Heeseung yang belum sepenuhnya dilepas dari kedua kaki Heeseung, kini Jay sengaja meninggikan bongkong nya, lalu kedua tangannya sibuk melepaskan kedua celana itu dari kaki Heeseung.
Setelah semua terlepas, Jay melempar kedua celana itu kesembarang arah.
Let's start.
Jay langsung menjatuhkan badannya tepat di paha Heeseung lalu mengulum penis Heeseung dengan tempo yang cepat.
“AKHHHHH”
Heeseung yang merasakan itu meringis kesakitan. Sebab, Jay mengulum disertai memberikan gigitan gigitan kecil.
Heeseung memejamkan kedua matanya, kedua tangannya pun berusaha meraih surai hitam yang ada di bawahnya.
“Jeyihh.. Please pelan pelan.”
Jay sebenarnya mendengar hal itu, tetapi ia tidak mengubrisnya.
Jay kembali meninggikan bongkongnya. Ia memaju mundurkan bongkongnya itu sembari mengulum penis Heeseung.
“Shhhhhh.. Hnggggg”
Seketika satu ruangan kamar mandi itu dipenuhi suara desahan serta decitan kulit antar kulit dari mereka berdua.
Karena Heeseung sudah merasa frustasi, kini tanpa ampun ia meraih surai hitam milik Jay, lalu dicengkramnya, dengan paksa ia angkat agar Jay berhenti mengulumi dan menggigit penis miliknya.
Heeseung bangkit dari tidurnya, ia yang masih mengenggam rambut Jay kini ia hempaskan Jay ke bawa lantai.
“AGHHHHH”
Jay berteriak tatkala wajahnya terbentur lantai kamar mandi.
Kedua telapak tangan Heeseung memukul keras kedua belah pantat sintal milik Jay. Reflek, Jay menungging tepat dihadapan Heeseung.
Tanpa berpikir panjang, telapak tangan kanan Heeseung didaratkan tepat ke penis Jay yang menggantung ke bawah.
Heeseung meremas penis Jay dengan sangat kencang dan dengan perlahan memijit penis Jay.
“Aakkkhhhh.. Byhhh..”
Jay sangat menikmati remasan yang diberikan oleh Heeseung. Ia memejamkan mata sekaligus meracau tak karuan.
Karena tangan kiri Heeseung menganggur, terbesit dalam pikiran untuk memasukan jari kirinya ke lubang anal milik Jay.
Heeseung memasukan dua jari kanan ke dalam lubang Jay lalu mengocoknya didalam lubang itu.
Tubuh Jay bergetar hebat disaat jari Heeseung masuk kedalam lubang analnya. Jay merasakan kenikmatan serta menahan perih dan sakit karena gesekan kulit jari tangan Heeseung mengenai kulit kemaluannya.
Setelah merasa cukup puas dengan apa yang Heeseung kerjakan, kini tanpa mengocok penis miliknya terlebih dahulu, ia mengambil ancang ancang untuk memasukan penis nya ke dalam lubang milik Jay.
JLEBB.
“AAAKKHHH”
Jay berteriak disaat Heeseung memasukan kejantanannya ke dalam lubang milik Jay.
“G-gerak.. Please..”
“Gamau. Tadi katanya siapa yang bilang nakal?”
“A-aku..”
“Good. Kamu berarti yang gerak.”
Jay pun menurutinya, kini ia menggerakkan pinggulnya dengan tempo awal pelan, kemudian makin lama mempercepat temponya.
Jay juga memaju mundurkan pinggulnya serta membuka tutup lubangnya agar memberikan pijitan pada penis milik Heeseung.
“Ahhhhh.. Your hole make me a crazy, bitchh.”
Heeseung melontarkan kata kata itu disaat merasakan penisnya dipijit didalam lubang.
Heeseung yang merasakan penisnya membesar didalam lubang itu serta mendekati orgasme, dirinya tidak terima penis Jay menganggur begitu saja.
Disaat Jay sibuk memaju mundurkan pinggulnya, Heeseung berusaha untuk meraih penis milik Jay.
“AKHHHH”
Heeseung menekan keras penis sang kekasih, lalu meremasnya dengan penuh nafsu.
Bunyi decitan antar kedua kulit disertai suara desahan yang memenuhi ruangan itu membuat mereka berdua hampir ditahap ingin orgasme.
“Byhh.. I wanna cum”
“Yes, me too baby boy”
CROTT
Tiba tiba saja cairan milik Heeseung memenuhi lubang anal milik Jay, sedangkan cairan Jay mengotori telapak tangan Heeseung.
Selang beberapa detik setelah keduanya orgasme, tiba tiba saja Jay ambruk diatas lantai kamar mandi yang dipenuhi air menggenang.
Heeseung yang melihat itu, dengan cepat bergegas mendekat ke sang kekasih yang sudah ambruk diatas lantai.
Heeseung menidurkan diri tepat disamping kekasihnya itu.
Heeseung mengelus surai hitam sang kekasih dengan lembut. “Maafin saya ya? Saya terlalu sibuk bekerja sampai tidak sempat membalas pesanmu.”
Heeseung melingkarkan tangannya tepat dipinggang ramping milik Jay.
“I love you.”
Cup
Heeseung mencium pucuk kepala Jay dengan lembut. Diperlakukan seperti itu, Jay membalas pelukan yang diberikan oleh Heeseung.
“Aku awalnya sedih kamu mengabaikan ku akhir akhir ini, tapi bagaimana pun caranya aku harus mengerti kalau kamu itu kan bekerja juga buat kehidupan kita sehati hari. Maaf ya kalau aku egois..”
Jay hampir saja meloloskan air matanya berjatuhan, tetapi ia tahan dengan cara mengusap menggunakan tangannya.
“Jangan nangis.. Kalau gitu kita bersihin diri yuk? Hari sudah semakin larut malam, nanti bisa bisa kita sakit kalau tidur di kamar mandi begini sampai pagi”
Heeseung tersenyum sembari mengelus surai hitam yang ada dihadapannya.
Jay yang mendengar itu mengangguk, “Ayo!”