Paralyzed
Heeseung membuka pintu apartemen Jay. Heeseung sendiri tidak tahu alasan kenapa Jay memberitahu kode pintu apartemennya. Padahal itu sesuatu yang rahasia pribadi bukan?
Cklek
Dengan perasaan takut disebabkan dirinya masih trauma dengan masa lalu, dengan perlahan Heeseung melangkah kakinya untuk pergi masuk ke apartemen milik Jay.
Kedua netra Heeseung mendapati kondisi di dalamnya sungguh gelap. Tidak ada satupun cahaya kecuali dari pintu yang terbuka sedikit dan memantulkan sekelebat cahaya putih.
“Jay?” Tanya Heeseung sembari menghampiri pintu yang sedikit terbuka itu.
Nghhhhh.. Akkhhhh
Mendengar hal itu, spontan Heeseung memberhentikan langkahnya. Kedua netranya juga membulat lebar karena sangat terkejut mendengar suara desahan dari dalam kamar itu.
“Jay?”
Kali ini Heeseung memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar itu. “Jay?!” Heeseung terdiam disaat melihat keadaan Jay sudah kacau. Heeseung menoleh kearah sumber cahaya. Ternyata cahaya itu berasal dari laptop yang sedang menayangkan video porno.
Jay yang sedari tadi terfokus dengan bermain solo nya, reflek menoleh kearah Heeseung yang sedang mematung sembari melihatinya.
Heeseung merasa dirinya tidak nyaman melihat pemandangan itu, terbesit dalam pikiran untuk lebih baik meninggalkan apartemen Jay ketimbang ia melihat Jay sedang bermain solo.
Dengan memasang raut wajah yang tidak suka, Heeseung memutarbalikan badan lalu mengambil ancang ancang untuk melangkahkan kakinya ke pintu apartemen Jay untuk pergi pulang.
Grebb
Tiba tiba saja lengan tangan kanan Heeseung dipegang oleh Jay. Jay memutar balikkan badan Heeseung. “Donth go from me, Lee Heeseung.”
Heeseung memejamkan matanya sebab ia takut melihat Jay yang sudah bertelanjang bulat serta keadaannya yang sudah kacau.
Tuhan.. Ini mimpi kan? Takut banget.
“Jangan pergi Heeseung.. I'm sorry Lee Heeseung.” Tutur Jay dengan suara serak dan berat. Kemudian ia menarik pergelangan tangan Heeseung dan dengan cepat ia memeluk erat pinggang Heeseung.
Heeseung masih memejamkan matanya. Ia sangat takut membuka matanya sekarang juga. “I-iya gue maafin. Kalau gitu gue boleh-”
Belum sempat melanjutkan perkataannya, tiba tiba badan mungilnya diangkat oleh Jay dan dibawa masuk ke kamar apartemen milik Jay.
Saat itu juga Heeseung merasa salah besar pada dirinya. Sebab ia merasa sedang memasuki kandang harimau.
Jay membanting tubuh Heeseung diatas kasur berukuran besar miliknya, lalu dengan cepat ia menutup pintu kamar.
“J-jay.. Lo mau ngapain?” Tanya Heeseung dengan suara bergetar karena merasa takut dirinya dijadikan bahan sekedar pelampiasan nafsu.
Jay menghimpit badan Heeseung dari atas. Seperti anak anjing yang bersemangat, Jay menjilati leher jenjang milik Heeseung.
“Ssshhhh”
Heeseung meracau karena merasakan sangat geli di area sensitifnya.
“J-jsheii..”
Butuh usaha untuk menyebut nama Jay. Itupun diselingi oleh desahan.
“Heeseungie.. can you help me?” Jay memberhentikan pekerjaannya itu, lalu bertanya kepada Heeseung.
Belum sempat Heeseung menjawab, tangan kanan Jay menyelusup masuk ke dalam baju Heeseung sedangan tangan kiri nya siap melucuti pakaian bawah yang Heeseung kenakan.
Heeseung menggelengkan kepalanya tanda ia menolak. Detik ini juga rasanya ia ingin sekali menangis.
“Ngga- AKKKHHHHH”
Heeeeung menjerit tatkala penisnya di remas kencang oleh Jay.
Ternyata tak butuh waktu lama Jay berhasil melucuti pakaian bawah yang Heeseung kenakan.
“J-jeyii.. H-hiks..”
Heeseung merasa dirinya tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Jay.
Jay menyeringai, dirinya sebenarnya sangat merindukan Heeseung meminta ampun dulu disaat Jay membully nya. Dan sekarang Jay ingin melihat Heeseung berteriak meminta ampun disepanjang malam ini.
Entah apa yang ada dipikiran Jay. Sebenarnya ini rencana dia saat Heeseung datang ke sini atau emang tidak sengaja dia lagi menonton video porno lalu Heeseung datang ke apartemennya.. Entahlah mungkin ini suatu bentuk tak kesengajaan(?)
Heeseung mengeluarkan air matanya, ia sangat amat tidak terima bila lubangnya dimasuki oleh penis Jay yang sudah berdiri tegak dan membesar.
Kedua netra Jay melihati wajah Heeseung yang sudah basah oleh air matanya. Melihat hal itu Jayangsung mengelus pipi Heeseung dengan lembut.
“Cantik.” Puji Jay dengan intonasi merendah.
Selang berapa detik mengucapkan itu, Jay langsung menyerbu kedua belah bibir Heeseung.
Ciuman itu tertaut dengan penuh keagresifan dari Jay. Sedangkan Heeseung hanya mengikuti alur yang diberikan oleh Jay.
“Mmphhhh... Ngghhh”
Desahan dari kedua belah pihak memenuhi satu ruangan yang juga diselimuti oleh dinginnya AC yang menyala.
Ciuman itu terlepas tatkala oksigen yang ada di paru paru mereka mengempis.
“J-jeyihh.. Uhuk-uhuk.” Heeseung terbatuk disebabkan tak sengaja menelan air liur yang entah punya siapa.
Seolah tidak mendengar, dengan cepat Jay berpindah posisi ke atas dada Heeseung, ia juga sedikit mengarahkan penisnya tepat dimulut Heeseung. Dengan paksa, ia memasukan kasar penisnya ke mulut Heeseung.
Kedua netra Heeseung terbelalak mendapati perlakuan seperti itu. Mulutnya hitungan sedetik sudah dipenuhi oleh penis Jay yang sudah menegang sedari tadi.
Mau tidak mau Heeseung terpaksa mengulum dan memberikan gigitan kecil pada penis Jay.
“Shhhh.. Ngghhhhh.. Good boy!”
Jay meracau dan ia memberikan sedikit tarikan rambut pada Heeseung agar ia bisa mengontrol gigitannya itu.
Tak butuh waktu lama, tiba tiba Jay mengeluarkan cairan putihnya didalam mulut Heeseung.
Dengan paksa Jay menarik penisnya keluar dari mulut Heeseung.
“Telan.” Jay mengintruksi Heeseung agar menelan cairan yang memenuhi mulutnya.
Heeseung menuruti suruhan Jay saat itu juga. Dengan terpaksa Heeseung menelan cairan yang memenuhi mulutnya.
“Good boy.” Puji Jay lagi dan ia menciumi pipi kanan Heeseung.
Jay merasa belum puas. Dirinya masih menginginkan penisnya masuk ke dalam lubang milik Heeseung.
Jay perlahan memundurkan badannya lalu menepatkan penisnya didepan lubang milik Heeseung. Tanpa aba aba, ia langsung memasukan penisnya ke dalam lubang milik Heeseung.
Jlebb
Tubuh Heeseung seketika bergelinjang serta merasa dirinya sedang dibelah dua.
“AKHHHHH” Heeseung berteriak serta kedua matanya terbelalak. Ia merasakan sakit karena lubang dipaksa menerima penis Jay yang sudah membesar.
“G-gerakk.. P-plis..” Heeseung memohon kepada Jay agar kali ini permintaan nya dituruti.
“My pleasure, baby.”
Jay menggerakan pinggulnya maju mundur serta kedua tangannya sibuk meremas penis Heeseung dengan rasa gemas.
“ARGHHHH... J-JEYIHHH AMPUN”
Heeseung sedikit menghentak hentakan badannya diatas ranjang karena lubang dan penisnya digempur habis habisan oleh Jay.
“NGHHHHH.. SHHHH”
Tubuh Heeseung menggeliat karena sudah tidak tahan dengan semua ini.
“J-jeyihhh.. i wanna cum-”
“Bareng.”
Jay memang sudah gila, baru beberapa menit yang lalu ia mengeluarkan cairannya dan sekarang ingin kembali mengeluarkan cairannya lagi?
“CROTT”
Keduanya mengeluarkan cairan dengan bersamaan. Tubuh mereka diselimuti dengan buliran keringat. Memang malam ini sangat dingin, tetapi entah kenapa malam ini cukup terasa panas.
Setelah puas dengan ini semua, Jay berpindah posisi yang tadi ada di tepat bawah Heeseung kini ia menidurkan badannya tepat di samping Heeseung.
Jay memeluk pinggang Heeseung dengan erat. Ia juga menenggelamkan wajahnya pada dada Heeseung yang masih terbalut baju.
“I'm sorry about the past, Lee Heeseung.” Tutur Jay dengan nada menyesal.
“Harus ku katakan berapa lagi kalau aku sudah memaafkan mu, Jay?” Heeseung membuang nafasnya dengan kasar bertanda dirinya sudah muak mendengar permintaan maaf dari Jay.
“Aku merasa bersalah.. Menyesal telah menyakitimu dulu. Sekarang aku ingin memperbaiki sikap ku yang dulu-”
Belum selesai berbicara tiba tiba saja Heeseung menyela.
“Iya kamu bisa memperbaiki sikap mu sekarang, tapi kamu tidak bisa mengubah masa lalu yang sudah terjadi. Kau tahu? Aku capek lahir batin kalau mengingat kejadian yang dulu, Jay.”
Tangisan Heeseung pecah setelah mengucapkan hal itu. Sejujurnya ia sangat membenci Jay, tetapi ia juga sudah memaafkan perlakuan Jay pada waktu silam.
“I'm sorry. Tapi untuk memperbaiki sikap ku padamu, you wanna be my boyfriend? I'll treat you like a little prince and promise i won't hurt you again.”
Jay mengusap dengan lembut kening dan rambut Heeseung yang dipenuhi buliran keringat.
“Really? I'm scared if you do it again” Heeseung mencemberutkan bibirnya dihadapan Jay.
“No baby, i promise you.”
“Yaudah kita jalanin aja dulu ya, Jay..”
Jay tersenyum lebar mendapati jawaban itu, dirinya kembali memeluk erat tubuh mungil Heeseung.
Semoga kamu tidak ingkar pada janjimu, Jay.