cw // kissing
Sam POV
Tanpa rasa takut, aku berjalan menyusuri koridor asrama vampire. Rasa kagum pada diri ku mendadak bergejolak kala melihat disepanjang koridor asrama, disetiap sisinya dihiasi askesoris halloween; seperti lampu tumblr, gantungan labu khas halloween ataupun yang lainnya.
Berbeda dengan asrama werewolf yang kosong melompong tak dihiasi apa-apa. Oh, atau mungkin baru esok hari dipasang aksesoris yang serupa dengan asrama vampire.. Entahlah, aku pun tak bisa menerka-nerka.
Sejauh ini aku bersyukur karena di asrama vampire jarang alpha yang berlalu lalang, jadi aku bisa leluasa mempercepat langkah menuju kamar Ravi.
Langkah ku terhenti tepat didepan pintu kamar milik Ravi. Bagai angin yang berhembus kencang mengenai muka ku, tiba-tiba saja aku mengingat kejadian tempo hari yang membuat ku memutuskan untuk pindah asrama.
'Huftt..'
'Tok, tok, tok..'
Aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu, degupan yang kurasakan tak bisa dikontrol. Entah aku yang lebay atau gimana, tapi aku merasa takut.
Tak lama kemudian, terdengar teriakan dari dalam kamar yang sontak membuat ku sedikit terkejut. “Masuk aja, gak dikunci pintunya!”
Dengan ragu, aku membuka pintu itu secara perlahan, melangkahkan kedua kaki untuk masuk, kemudian kembali menutup pintu kamar dengan sempurna.
Saat badan ku berbalik, kedua pandangan ku disambut dengan dekorasi kamar yang membuat ku terkagum. “Ravi, ini kamu yang hias sendiri?” Tanya ku tanpa menatap lawan bicara; alih-alih masih disibukkan memandang dekorasi halloween yang begitu cantik.
“Iya.” Jawab Ravi dengan ketus. “Kenapa? Lagipula barang-barang yang ku jadiin dekorasi bekas tahun lalu kok.” Sambung Ravi sembari berjalan tegak menghampiri ku.
Sontak atensi ku teralihkan pada sosok Ravi yang sedang berjalan menghampiri ku. Dinginnya AC, serta aroma feromon Ravi yang begitu kuat membuat bulu kuduk ku berdiri. “Ah gitu ya? Vibes halloween di kamar mu dapet soalnya..” Jawab ku yang diakhiri menelan saliva dengan kasar.
“Gua minta lo kesini bukan komentarin dekorasi kamar gua.” Ravi menatap tajam mengarah ku, membuat ku melangkah mundur sampai tubuh ku mengenai pintu kamar. “Ravi maaf.. Aku hanya begitu antusias melihat dekorasi kamar mu.” Jawab ku dengan perasaan takut, bahkan nafas dari paru-paru Ravi bisa ku rasakan; bisa dibayangkan bukan sebeberapa dekatnya kita?
Ravi merotasikan kedua bola matanya, “Sini ikut gua!” Ravi menggandeng tangan gua menuju lemari pakaian miliknya.
Cengkraman tangan Ravi pada pergelangan tangan ku terlepas, kemudian Ravi membuka lemari pakaiannya, mengeluarkan dua baju yang digantung menggunakan gantungan baju.
“Coba pilih, bagusan yang mana?” Ravi menunjukkan dua kostum halloween yang berbeda pada ku. “Yang satu model kostum raja iblis, yang satu lagi model pangeran vampire.” Sambungnya.
Aku memperhatikan kedua kostum yang berbeda dengan lamat-lamat. Menurut ku entah kenapa Ravi lebih cocok pakai kostum pangeran vampire ketimbang raja iblis.. Entahlah, apa mungkin karena Ravi spesies vampire makanya cocok?
“Yang ini menurut ku” aku menunjuk model kostum pangeran vampire. “Alasannya kenapa?” Tanya Ravi sembari melihat apa yang aku tunjuk.
Aku menggelengkan kepala, “Gatau. Dipikiran ku, kamu terlihat cocok memakai itu.” Kata ku yang diakhiri senyuman kecil.
“Hm, oke.” Ravi kembali menggantung kostum model raja iblisnya didalam lemari, kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi sambil membawa kostum yang aku pilih.
'Cklekk'
Ravi keluar dari kamar mandi dengan posisi badan tegak; pun memakai kostum pangeran vampire membuat ku sedikit tercengang. Demi apapun Ravi begitu gagah dimata ku.
'Selene, Ravi sangat tampan..'
Begitulah, aku tiada habisnya menjerit, menyebut nama Selene karena melihat Ravi.
“Ravi..” Seperti terhinoptis, aku berjalan mendekat menuju Ravi, memandang wajahnya dengan begitu dalam.
“Hm?” Jawab Ravi dengan singkat. Aku tak menggubrisnya, justeru aku berpura-pura merapihkan kerah baju yang dikenakan oleh Ravi.
“Kau sangat tampan Raviii!” Puji ku secara tak sadar. Aku sebenarnya tak terbendung lagi untuk memberikan pujian untuk Ravi.
“Kamu seperti pangeran vampire sungguhan!” Aku mengelus pipi Ravi dengan pelan.
Aku tidak peduli lagi mau dikata apa, yang aku mau sekarang hanya memuji ketampanan Ravi, serta hasrat untuk memeluk erat tubuh Ravi.
“Terima kasih Sam. Oh ya untuk besok lo pakai kostum apa?” Ravi bertanya kepadaku. Aku sejenak terdiam, memikirkan kostum apa yang akan ku pakai besok saat perayaan halloween berlangsung.
“Besok kamu akan tau, Ravi.” Secara tak sadar atensi ku terfokus pada wajah Ravi, hembusan nafas dari Ravi pun aku masih bisa merasakannya. Entah apa yang ada dipikiran ku, secara tak sadar bibir ku sudah memagut, menempel pada bibir kenyal milik Ravi.
Sontak aku melingkarkan kedua tangan pada leher milik Ravi, memeperdalam ciuman seolah aku dikendalikan oleh nafsu. Ravi dengan sigap memeluk erat pinggang ku, membalas lumatan yang ku beri.
Lenguhan dari aku maupun Ravi saling menyaut; membuat ku hanyut dalam ciuman ini. Feromon dominan dari Ravi dikeluarkan dengan volume yang banyak, mengakibatkan tubuhku terangsang dengan mudah. Akibat dari itu, ciuman yang semula dilakukan tempo pelan, perlahan menjadi agresif.
'Mpphhh'
Kedua lidah saling beradu, sesekali lidah ku melilit lidah Ravi, begitupun sebaliknya. Setelah kantung nafas dirasa habis, aku melepaskan ciuman itu secara paksa. Aku menjauhkan bibir milikku dari sang empu, terlihat benang saliva yang terkena lampu bercahaya remang-remang membuat ku frustasi; pun sembari aku menatap wajah Ravi dengan sayu.
“Ravi, maaf kalau aku lancang, aku gatau apa yang terjadi pada diri ku. Yang aku tau hanya satu, aku ingin dimanja oleh mu.” Aku memeluk tubuh Ravi dengan erat, mendusel pada dada bidang milik Ravi.
Bagaikan petir yang menyambar ke tanah, Ravi tersentak mendengar pernyataan yang dituturkan oleh Sam. “Gua disini..” Ravi membalas pelukan itu tak kalah erat. “Oh ya, lo masih ada hutang cerita, kenapa waktu itu bisa lo jalan sama.. alpha werewolf.” Sambung Ravi, sebelum akhir kalimat ia sempat mengulum senyum, takut ragu katanya.
“Ah iya.. Kayaknya kalo aku cerita pas puncak halloween kelamaan ya? Hahaha. Oke-oke aku akan cerita, sebenarnya aku pergi kemana sama Ivan waktu itu.” Sam melepaskan pelukannya, menatap Ravi dengan rasa yakin, mantap untuk bercerita apa yang sebenarnya.
“Jadi gini..”
Sam mulai bercerita dengan begitu antusias pada Ravi, sedangkan Ravi mendengarkan apa yang diceritakan oleh Sam. Ravi mengernyitkan dahi kala mengetahui apa yang sebenarnya terjadi; pun ia merasa kalah dengan rasa egois, tak mau mendengarkan Sam bercerita saat kejadian.
'Sam, maafkan kesalahan gua..'