Suka.
Ini cerita Junkyu yang naksir karyawan sorum steam mobil.
“Nunggu lama ya, Junkyu?”
Atensi Junkyu teralihkan sempurna lalu jatuh pada sosok Jihoon yang sedikit berlari menghampirinya, dan berhenti tepat di depannya.
Rambut laki-laki itu tampak basah dan Junkyu kira mungkin memang sengaja dicuci untuk menghilangkan bau keringat setelah seharian bekerja. Dan jangan lupakan bau parfum maskulin yang membuat hidung Junkyu tanpa sadar kembang-kempis, berusaha menghirup sebanyaknya bau maskulin si pemuda Park.
Duh alamak, bau parfumnya cowok banget, mati gue lama-lama kalo gini caranya! Batin Junkyu menjerit-jerit.
“Engga juga kok, gue baru aja datang.” jawab Junkyu tak lama kemudian Jihoon sengaja mendudukan diri di kursi samping.
“Mau bicara apa Jun, kalo boleh tahu?”
“Hngㅡbentar ya Junkyu,” Jihoon meraih handuk kecil dari dalam tasnya, setelah menarik kain warna putih itu Jihoon mengusak rambutnya.
Junkyu mengangguk kecil sebagai tanda ia mengizinkan Jihoon untuk mengeringkan rambutnya lebih dulu. Mungkin rasanya gak nyaman kali ya, soalnya Junkyu bisa lihat masih ada tetesan air yang menetes dari rambut Jihoon.
Dia mandi buru-buru apa ya saking gak mau bikin gue nunggu lama, Junkyu membatin hingga tak sadar telah menahan senyum lebarnya.
“Nih,”
Junkyu menoleh, menemukan kaleng kopi dalam tangan Jihoon disodorkan padanya. Tanpa pikir panjang Junkyu menerima kopi kaleng itu,
“Thank's.”
Hening sejenak menyelimuti dua orang itu. Jihoon masih belum mau mengutarakan maksudnya yang meminta Junkyu untuk datang ke sini dan Junkyu sendiri tidak mau memaksa Jihoon untuk langsung bicara. Jujur, Junkyu menikmati keadaan saat ini. Jantungnya berdetak tidak karuan di dalam sana padahal yang ia lakukan hanya duduk di samping Jihoon tanpa melakukan banyak atau hal aneh.
Ia hanya menyesap kopinya sedikit demi sedikit, seolah ia menikmati keheningan yang menyelimuti mereka.
“Junkyu, kamu suka sama saya?”
DUARR!!!!
Rasanya seperti telah disambar petir, Junkyu tidak bisa menahan diri dari rasa kagetnya berakhir tersedak dengan cairan kopi yang baru saja ia sesap ke dalam mulut.
“Uhuk! Uhuk!” tangannya yang bebas memukul dadanya dengan agak brutal, padahal kenyataannya itu cuma bentuk salah tingkahnya karena panik mendadak.
Jihoon meringis tapi menyodorkan beberapa lembar tisu yang kebetulan dia punya di dalam tas. “Maaf, kamu pasti kaget banget saya ngomong kaya gitu. Maaf ya Junkyu.” sesalnya kemudian.
Junkyu membersihkan noda kopi di sekitar mulutnya dengan tisu pemberian Jihoon, terkekeh kaku dan canggung. “Hmㅡhehe,”
Kemudian hening lagi.
Jihoon sengaja membiarkan Junkyu mengatasi diri, karena apa yang akan dia bicarakan nanti pasti lebih jauh mengagetkan.
“Junkyu, saya tanya sama kamu. Kamu suka sama saya?” hingga pertanyaan yang sama terulang dari mulut Jihoon.
Meski sudah pernah mendengar beberapa saat lalu, tetap saja rasa kaget itu tidak bisa Junkyu tutupi.
Kepala Jihoon menoleh hingga dua orang yang kembali diam itu sama-sama saling melempar tatapan yang berbeda arti.
“Jangan suka saya, Junkyu.” kata Jihoon sambil membuang wajah ke arah lain.
Junkyu tercenung. Barusan laki-laki di sampingnya ini tersenyum tapi senyumnya berbeda dari biasanya, yang tadi itu terlihat miris, sedih, marah atau apa??? Junkyu tak bisa mengartikan senyum tadi dengan tepat.
“Gue ehmㅡmaaf,” Junkyu menelan ludah kasar. Ia ingin bicara lebih banyak dari itu tapi tenggorokan mendadak kering hingga suara yang keluar terdengar serak.
“Jadi benar, kamu suka saya?” kepala Jihoon menoleh cepat. Junkyu bisa lihat matanya membulat kaget.
Junkyu mengerjab pelan dan mengangguk kecil. “Maaf ya, gue lancang banget udah naksir elo.”
Bukan amarah yang Junkyu terima setelahnya. Pemuda itu justru melihat Jihoon tertawa begitu lepas.
“Jangan salahkan perasaan, Junkyu.”
Setelah puas tertawa tanpa alasan yang jelas Jihoon mengucap satu kalimat tadi. Junkyu merenung sejenak, menyimak kalimat barusan yang ia rasa sering sekali lewat di beranda akun Instagram nya.
Jangan-jangan Jihoon juga follow akun quotes di Instagram? Batin Junkyu gak nyambung.
Pemuda itu berdecak pelan pun tak segan menampar pipinya sendiri.
Fokus Junkyu! Fokus! Ini lagi serius! Jerit batin si pemuda.
Kelakuan aneh Junkyu barusan tak luput dari perhatian Jihoon. Pemuda itu bertanya-tanya apa isi kepala pemuda di sampingnya ini sampai tiba-tiba rela menampar pipinya sendiri.
Jihoon meringis, dari suara tamparannya sih agaknya cukup sakit, tapi kemudian terkekeh kecil.
Aneh, tapi lucu juga. Begitu batin Jihoon.
“Terimakasih sudah suka saya,” kata Jihoon. Junkyu menoleh lalu keduanya saling menatap dalam diam, hingga si pemuda menambahkan. “Tapi maaf, saya gak bisa balas suka kamu.” Junkyu melihatnya tersenyum tak enak hati. Membuat bibirnya ikut melengkung tipis disusul dengan tangannya yang bergerak-gerak di udara.
“Gak apa-apa, Jihoon. Gue juga gak berharap suka gue dibales,” sahut Junkyu. “Karena sebenarnya gue juga udah ada pacar.”
Imbuhan si pemuda membawa reaksi kaget dari si pemuda. Jihoon beneran kaget dong, kaget yang benar-benar kaget sampai matanya melotot terus mulutnya menganga.
Junkyu pengen ketawa tapi di tahan soalnya, Kaget aja masih ganteng, batinnya.
“Hahaha, gue gak tahu diri gak sih?” Junkyu terkekeh niatnya mau mencairkan suasana. “Udah punya pacar tapi masih aja punya waktu buat naksir yang lain.”
“Jangan bilang gitu, mungkin kamu gak benar-benar naksir saya.” kata Jihoon. “Bisa aja kamu cuma kagum sama saya, karena saya ganteng gitu misalnya...”
“Bukan misalnya ganteng lagi, tapi emang ganteng kok.” ceplos Junkyu.
Jihoon kaget, lagi. Sumpah dia tuh gak niat pede narsis gitu, niatnya bercanda aja tapi mana tahu kalo diceplosin serius sama Junkyu.
Tersipu malu Jihoon tuh tapi ditutupin sama kekehan. “Haha bisa aja.”
“Syukurlah kalo gitu...,” ucap Jihoon tiba-tiba.
“Syukur???”
“Seperti yang saya bilang, jangan suka saya, saya gak bisa balas suka kamu. Saya takut kamu patah hati, sakit hati, tapi karena kamu bilang sudah punya pacar jadi mungkin kamu gak benar-benar patah hati.”
“Oohh...”
“Kalau kamu punya pacar...” Jihoon sengaja menjeda ucapannya, menunduk dengan tangan yang merogoh kerah kausnya. Menarik keluar kalung yang sempat bersembunyi. “Saya sudah punya tunangan.”
Gantian Junkyu yang kaget.
Pemuda itu melongo saat memandangi kalung silver tanpa liontinㅡgak, bukan kalungnya, tapi sebuah cincin yang sengaja dijadikan liontin.
Belum sempat Junkyu mengatakan apapun Jihoon kembali menyembunyikan kalungnya, dengan senyum tipis.
“Kenapa mukanya kaya gitu?” tanya Jihoon.
“Gak nyangka aja, ternyata si ganteng udah sold out.” jawab Junkyu sedih.
Jihoon tertawa. “Jadi beneran di mata kamu saya seganteng itu?” dijawab anggukan kepala sama Junkyu.
“Itu alasan kenapa gue naksir sama lo, Hoon.” imbuh Junkyu, sangat too much information. “Berarti udah gak bisa ditikung lagi ini mah...”
“Jadi kalau saya belum ada status kamu beneran mau berjuang buat saya?”
“Tergantung.”
“Hm?”
“Kalo gue punya kesempatan, mungkin gue bakal berjuang.”
“Tapi kamu sudah punya pacar, Junkyu.” sahut Jihoon sedikit tak habis pikir.
Aneh, tapi lucu. Tapi jalan pikirnya juga gak bisa ditebak, agak bar-bar juga. Jihoon menambahkan dalam hatinya.
“Pacar gue pernah sekali ketahuan selingkuh sama gue, jadi gue pikir gak apa-apa kali ya kalo gue selingkuh jugaㅡ”
“Junkyu, yang bener aja?????????” Jihoon segera menyela, ekspresi wajahnya kelihatan benar-benar gak habis pikir. “Kamu mau jadiin saya selingkuhan??????”
Junkyu ketawa kecil. “Itu baru rencana kali, lagian kalau dipikir ulang yang kaya elo terlalu bagus kalo cuma dijadiin selingkuhan.”
“Bagusnya dijadiin suami aja.” ceplos Junkyu kemudian.
Jihoon sempet lupa cara bernapas. Pemuda itu menghempas punggung ke kursi, memegangi dadanya.
“Sumpah Junkyu, kasih saya peringatan kalau mau bicara kaya gitu.” dengus Jihoon kesal.
Junkyu menoleh, sengaja menopang dagu pada tangannya. Mata bulatnya menatap Jihoon intens dan jangan lupa dengan senyum cantiknya yang terluas indah. “Kenapa.., jantung lo sekarang jedag-jedug gak jelas ya?” katanya jahil.
“Bukan jedag-jedug lagi, barusan sempat mau merosot sampai ke ginjal.” Jihoon menyahut asal, direspon suara tawa renyahsi pemuda.
“Itu Hoon yang gue rasain setiap kali lihat elo.”
“Sudah Junkyu, jangan bikin jantung saya beneran merosot sampai ke ginjal.”
“Serius Jihoon. Di mata gue elo se-bersinar itu sampai bikin gue lupa diri siapa dan bagaimana jati diri gue yang sebenarnya.”
“Lebay,” respon Jihoon seadanya. Gak tahu lah dia mau respon apa lagi denger pujian Junkyu yang gak ada habisnya.
“Elo tuh tinggi, terus ganteng, punya senyum yang lebih indah dari senja yang kadang bikin gue mikir mungkin suatu hari senyum itu bakal jadi salah satu alasan kenapa gue bisa gila,”
”...”
“Alis lo juga sempet mengalihkan dunia gue, padahal sebelumnya gue selalu gak suka lihat cowok punya alis lebat kaya ulat bulu.”
“Junkyu udahㅡ”
“Suara elo lembut banget, sampai kadang gue berekspektasi gue bakal semeleleh apa kalau denger lo nyanyi buat gue.”
“Junkyuㅡ”
“Sorry Hoon, mungkin kedengarannya cringe dan hiperbola banget tapi gue ngomong apa adanya. Sekarang gue lagi tumpahin semua apa yang selalu kepala gue pikirin akhir-akhir ini.”
”...”
“Gak apa-apa kalo elo mau ngatain gue tukang halu, emang bener kok. Sekarang aja gue gak tahu diri banget ini mikir gimana rasanya dipeluk sama elo, pasti hangat dan wangi banget. Sumpah, gue beneran gak kuat sama cowok hangat dan wangi kayak elo Hoon.”
“Junkyu...”
“Apa?” sahut Junkyu. Aslinya Junkyu masih mau ngoceh, tapi ngelihat muka pucet Jihoon gak jadi deh.
“Hubungin 911ㅡ”
“Hah, elo kenapa?!!! Ada yang sakit?!!” Junkyu panik.
“Lemes nih, mleyot kayanya.” Jihoon noleh lemas dengan tangan yang masih bertengger di dadanya. “Terus ini jedag-jedug nya makin menjadi-jadi.”
“Hah?”
“Tanggungjawab, Junkyu. Minta maaf sekarang juga, barusan kamu bikin saya jadi kepikiran kalau saya juga naksir sama kamu.”
Junkyu apa kabar?
Gak baik-baik aja sih, sudah dipastikan oknum Kim Junkyu ikut mleyot bersama.