Sftyme


Jam sepuluh malam adalah waktu untuk menutup gedung besar yang menjual berbagai macam alat atau bahan pokok sehari-hari bernama supermarket, dengan kata lain pasar modern.

Hansol pemuda magang penjaga supermarket itu bertugas malam ini untuk menutup pintu utama supermarket tempat ia bekerja. Namun sebelum ia keluar hendak menutup pintu tersebut, suara dari rak mainan membuat ia teralihkan dengan tugasnya.

Dengan penasaran ia menuju sumber suara tersebut dengan hati-hati. Suara tapak kakinya terdengar di penjuru ruangan luas itu, ketika ia tepat pada rak sempit dari sumber suara....

“AKH!!!!NGGGGGSAKKKKIITTTT!!!!”

Seseorang mencekiknya dari belakang hingga ia meronta kesakitan. Masih menepuk pelan pada lehernya yang kosong, nafasnya tersengal dan cekikan itu mereda.

Ia menyadari bahwa tidak ada benda atau sesuatu yang mencekik lehernya. dalam diam sambil mengatur nafas, ia berjalan pelan menuju pintu utama untuk segera pulang.

Seperti tidak terjadi apa-apa, hentakan kaki pertamanya pada lantai membuat telinganya mati rasa akibat suara pekikan melengking menggelegar seisi supermarket itu.

Hansol terduduk ketika ia melihat kebelakang dan menampakan sosok wanita besar beberapa kaki dengan tubuh tercabik-cabik tak berbentuk dan rambut panjangnya yang rontok sebagian menyentuh tanah.

Pemuda asal New York itu mencoba menundur kebelakang masih dengan posisi duduknya. Sialnya rambut wanita itu menarik pergelangan kakinya dengan kuat hingga ia berhasil berhadapan dengan wajah si buruk rupa wanita itu.

“AAAAAAAAAAAA!!!!!!! TOLONG! TOLONGJANGANBUNUH AKUUU TOLONG!!!! TOLOONG!!!!!! AAKHHHHHHH!!!”

Wajah hancur wanita itu seolah tersenyum dan menariknya menuju ke stan daging. Membawanya dengan paksa diatas meja tempat biasa memotong daging. Hansol mencoba kabur namun badannya tertahan oleh helaian rambut berbau busuk dari wanita itu.

“TOLONG JANGAN BUNUH AKU!!! AKU MASIH MUDAA JANGAN!!! JANGAN BUNUH!!! JANGAN BUNUHHHH AAaaaku”

BUAAKKK!!! BUAAKKK!! BUAAKKK!!

Nasi sudah menjadi bubur, bagian tubuhnya sudah wanita itu pajang pada peti pendingin bersama daging hewani lainnya.


Seorang penari membutuhkan cermin untuk melihat setiap gerakan yang ia lakukan, Persis seperti apa yang tengah di lakukan seorang koreografer muda ini.

Lee Chan, 22 Tahun seorang penari dari busan yang mengadu nasib di ibu kota dan menjadi seorang koreografer di salah satu sanggar tari modern. Ia selalu pulang terakhir untuk menuntaskan beberapa gerakan tari yang akan ia tampilkan. Memang itu lah pekerjaannya, sedetail mungkin gerakan yang kurang pas menurutnya akan ia asah kembali.

Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari, hanya lantunan musik yang menggelegar seisi studio tari yang penuh dengan cermin disana. Hampir seluruh ruangan di pasangkan cermin berukuran besar menutupi dinding ruangan itu.

Chan yang tengah fokus menari tersentak kaget, karena musik yang dimainkan tiba-tiba saja berhenti. Ia pun memutarnya kembali dan musik itu berhenti lagi. sudah tiga kali ia melakukan hal tersebut dan saat kali ke empat lampu diruangan itu padam.

Chan merogoh kantong celana dan mencari handphonenya. setelah menemukan benda yang di cari, ia pun menghidupkan cahaya senter dari handphonenya. Chan merasakan ada yang aneh disini, bulu kuduknya yang naik menambah sensasi ketakutan dalam dirinya menjerit kuat.

Dengan cepat Chan mengambil tasnya di dalam loker dan menuju ke pintu keluar. Namun pintu itu tak kunjung terbuka walaupun sudah ia hantam dengan bahunya kuat.

“TOLONG!!!!”

TOK! TOK! TOK! TOK!

“YANG ADA DI LUAR TOLONGIN!!! PLISS!!!”

TOK!! TOKK!! TOK!! TOKK!!

“TO- AAAAAAA!!!!!!!”

Kalimatnya terputus karena kakinya yang ditarik ketengah ruangan. Ia tahu usahanya yang mencakar lantai studio yang licin tak akan menghentikan tarikan kasar itu.

BRAKKK!!!

“AISSHHHH”

Setelah ditarik tubuhnya terhempas pada loker, Chan berusaha sebisa mungkin untuk melihat siapa yang sudah melakukan hal itu kepadanya. Belum sempat membuka matanya, seseroang berbisik dan membuat si pendenger kegelian.

“Kauuuu menggangguuu kuuuuu~~~~”

Suara sayup bak dihembus angin itu membuat ia dengan sekuat tenaga berusaha untuk berdiri. Lagi-lagi usahanya gagal, ia sudah siap dengan posisi yang hendak melangkah jauh dari ruangan itu namun ia merasakan ada sesuatu yang menancap pada betisnya seperti benda runcing yang berdiameter empat centimeter.

“Akhhh....ssssss mohon~ ku mohon lepaskan akuhhh!!!!”

Seolah permohonannya tak di maafkan, tubuhnya kemudian terangkat di udara dan dipentalkan kelantai dengan kuat. Chan dapat merasakan separuh badannya remuk akibat hentakan yang keras barusan.

“Kauu menggangu kuuu~”

“Akhhhhh~ maaf...”

Kalimat barusan adalah kalimat terakhir yang Chan katakan sebelum nafas terakhirnya berhembus. Kini koreografer muda itu mati ditangan makhluk astral yang menguasai ruangan itu sedari lama. Makhluk itu merasa terganggu dengan kegiatan yang Chan lakukan setiap malamnya dan kini ia tak bisa menahannya lagi hingga ia murka.

Keesokan paginya saat olah tkp, polisi menemukan sumpit logam yang tertancap pada betis kakinya dan bercak darah pada lantai bertuliskan...

“Jangan ganggu aku lagi!”

White Paper – Narasi 1


Sinar Surya baru saja muncul naik dari ufuk timur guna melakukan pekerjaan tetap dari pagi hingga menjelang senja yang ia lakukan setiap hari. Tadinya seseorang juga akan melakukan hal yang sama seperti sang Mentari lalukan, Namun pria berumur dua puluh sembilan tahun ini baru saja di PHK (Pemberentian Hak Kerja) secara sepihak dari tempat ia bekerja.

Sekarang Soonyoung tak lagi sama seperti mentati yang memiliki pekerjaan tetap untuk menyinari bagian belahan dunia. Pupus sudah harapan untuk menafkahi keluarga kecilnya itu, dentingan jarum jam masih menunjukan pukul setengah sembilan pagi dan pria itu sudah menuju ke apartemennya, tempat mereka tinggal saat ini.

Di perjalanan pulangnya, banyak sekali hal yang membuat ia harus berpikir keras untuk kelangsungan hidup kedepannya. bukan hanya hidupnya saja yang akan ia tanggung. Tetapi juga Jihoon, Sang belahan jiwa yang kini sedang menanti kepulangannya dengan rasa penuh kekhawatiran.

Soonyoung takut ia akan mengecewakan suaminya. karena pada saat pengucapan janji suci pernikahan, ia sudah berjanji dihadapan tuhan dan saksi untuk memenuhi semua kebutuhan demi kelangsungan berumah tangga mereka apapun yang akan terjadi kedepannya.

Jika tadinya Soonyoung tak di pulangkan kerumah atau di PHK, mungkin sebentar lagi ia bisa saja dipromosikan penaikan pangkat dan mungkin juga mereka bisa mengadopsi anak yang selalu Jihoon idamkan sedari dulu. Belum lagi Jihoon yang sedang melanjutkan studi Strata 2 -nya saat ini. Soonyoung juga takut, Jihoon tak dapat menikmati masa tua bersamanya kelak karena masalah finensial yang terbatas.

Mereka memang belum lama berstatus sebagai keluarga, sudah hampir dua setengah tahun mereka menyandang status kawin di kartu identitas mereka dan selama itu baru kali ini Soonyoung tak bisa berkutik tentang hal pekerjaan. ini pertama kalinya ia di pecat dan tak memegang sepeser uang pun saat ini.

Apa lagi di pertengahan bulan banyak sekali yang harus ia bayar, bukan hanya tunggakan tabungan yang memiliki bunga yang besar dan juga sewa apartemen mereka yang sudah di tunda selama dua bulan belakangan. Uang bulanan yang di simpan pada rekening tabungan hanya cukup untuk beberapa hari saja jika dipakai sekarang.

Dan kini baru ia sadari dan ia juga menyesal sudah memboroskan uangnya demi membeli barang yang tak barguna. mungkin sesampainya di apartemen nanti ia akan memilah barang yang bisa di jual kembali demi kebutuhan mereka.

Setelah beberapa menit perjalanan menuju ke apartemen, kini Soonyoung sudah duduk dihadapan Jihoon di ujung kasur kamar mereka. nampaknya ia masih ragu untuk memulai pembicaraan perihal pekerjaannya yang baru saja dihentikan. Padahal Jihoon masih setia menunggu ia siap untuk berbicara.

“Dek...” panggilnya penuh keraguan.

“Iya mas”

Gubrisan Jihoon membuat ia menghela nafas panjang, Soonyoung membuat Jihoon reflek menariknya masuk kedalam rengkuhan tubuh mungilnya.

Jihoon memang selalu memberi kesempatan untuk Soonyoung agar tidak tergesa-gesa dalam memulai segala hal, sedari dulu hingga sekarang. Situasi saat ini tak hanya sekali dua kali terjadi, maka dari itu Jihoon sudah terbiasa dengan Soonyoung yang bersikap seperti sekarang.

“Dek, hahhhhhh~” panggilnya lagi.

“Mas, kalo belum siap jangan dulu. Adek masih bisa nunggu kok”

“Dek maafin mas ya, maaf kalo mas ga bisa jadi suami yang berguna buat kamu.”

Mendengar kalimat Soonyoung barusan, Jihoon langsung mempererat pelukannya sambil memukul punggung Soonyoung pelan.

“Ga boleh ih!!! Ga boleh bilang gitu mas, adek marah nih”

Soonyoung akhirnya membalas pelukan Jihoon yang nyaman itu. Mempererat kembali rengkuhannya dan membanjiri kecupan di setiap inci wajah hingga leher Jihoon.

“Mas! Mulai!....”

Jihoon yang merasa ada kejanggalan pun melepas pelukannya dan menatap Soonyoung dengan sinis. Suaminya yang jahil sudah lebih rileks sekarang, ia juga sudah bisa kembali tertawa renyah karena menjahili Jihoon. Kini ia sudah mulai bisa menjelaskan apa yang terjadi pagi ini.

“Hahaha maaf sayang maaf, oke mas udah bisa mulai nih”

“Yaudah ayo cerita”

“Hah~ jadi gini dek, mas di phk karena pandemi. Bukan cuman mas doang kok, banyak juga teman-teman mas yang dipulangkan kerumah. Jadi, maafin ya mas ga bisa nolak pemberentian pekerjaan mas. Dan maaf juga, mas ga bisa nepatin janji buat adopsi anak kalo mas di promosiin ditempat kerja. Maafin ya dek”

Hanya bisa tersenyum teduh saat Soonyoung mencoba bercerita penuh dengan keraguan didepannya. kini tiba lah saatnya giliran Jihoon yang ragu untuk membicarakan tentang beberapa pesan yang dikirim kepadanya.

Dengan penuh kehati-hatian Jihoon mencoba memulai pembicaraan ringan sebelum ia membicarakan hal menyinggung itu.

“Iya mas, adek maafin kok. Udah jangan khawatirkan soal itu. Masih banyak pekerjaan yang bisa kita kerjain mas, jadi ayok! Semangat kita bisa cari uang!! Hehe”

Soonyoung sebetulnya menyadari sikap Jihoon setelah mendengar ia di pecat dari pekerjaannya. Yang saat ini dihadapannya bukan lah Jihoon yang ia kenal saat ia sedang merasa rendah. Soonyoung dapat melihat kekhawatiran dan keraguan Jihoon sedang membendung hingga air mukanya tak sama seperti biasanya.

Dengan pelan, Soonyoung pun yang bergantian memberikan afeksi kepadanya kembali.

“Dek, mau ngomong juga?”

Jihoon menggeleng dan berjalan menuju gorden di kamar mereka.

“Kalau mas ga salah, hari ini tenggat waktu bayar apart kan?”

Jihoon terperanjat dan kembali duduk dihadapannya dengan pikiran yang kacau, ia takut Soonyoung harus memikirkan semuanya sendirian sedangkan ia baru saja ditimpa mushibah.

“Eh! Mas! Ga kok, mana ada. Mas salah tanggal kali.”

Ia lupa bahwa daya ingat dan kecerdikan Suaminya diatas rata-rata. Jihoon tak bisa berkutik, kini Soonyoung mendekatkan dirinya kepada Jihoon karena merasa suaminya sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

“Jujur sama mas Jihoon. Kamu nyembunyiin sesuatu dari mas ya?”

Menelan ludah, itu lah yang bisa ia lakukan sekarang. Soonyoung mengintimidasinya dalan jarak yang dekat. untung saja pinggang rampingnya ditahan oleh Soonyoung, jika tidak mungkin ia akan terjungkal kebelakang.

“M-mas, akhh!! Iyaya ampun!”

Soonyoung mencubit pipinya pelan dan masih menatap matanya dengan penuh tanda tanya.

“Iya, mas ga salah kok. Malam ini madam tunggu pelunasan apartnya. Terus ada lagi mas yang mau aku kasih tau”

“Apa?”

“UKT, UKT ku juga di tunggu sampai akhir bulan ini. Kalo ga aku ga bisa ikut ujian semester”

Soonyoung membenarkan posisi mereka kembali dan bercakak pinggang sambil memijit pelipisnya. Jihoon dengan antusias menolong memijitkan bahu Soonyoung yang tak nyeri itu.

“Maas, maafin ya. Maafin aku juga ga kasih tau mas. Tapi aku juga baru dapat info tadi sama madam terus kalo kak Jeonghan ga kasih tau mungkin aku juga lupa kali mas”

“Iya sayang gapapa, itu emang udah kewajiban aku. Jadi aku udah mikir panjang waktu jalan pulang tadi. Kamu mau ga aku kasih solusi yang memang.. Nanti bakal ada dampak buruk dan pelajarannya buat kita. Mau dengar dulu kah saran mas?” tawar Soonyoung.

“Iya mau, ayo mas kasih tau. Mungkin itu jalan satu-satunya buat kita bisa bertaha hidup”

“Jadi, mas udah mikir gimana kalau kita jual kembaliin apart ini ke madam, terus uangnya buat beli perumahan di perdesaan. sisanya bisa kita tabung terus kita juga jual barang yang emang ga di prioritasin. Gimana?”

Jihoon ragu saat mendengar kata perdesaan, tapi demi ekonomi mereka yang menurun di tengah pandemi ini bisa jadi jalan keluar mereka. Jihoon mengangguk setuju dan menanyakan beberapa hal yang perlu ditanyakan.

Seperti letak strategis rumah yang akan mereka beli, barang apa saja yang akan di jual kembali, apa perlu membicarakan hal ini kepada kedua orang tua masing-masing yang berbeda domisili, mungkin saja suatu saat nanti mereka hendak mengunjungi kedua anak adam ini tetapi tak tahu bahwa mereka sudah pindah.

Semuanya Soonyoung sudah atur hal itu sebelum ia menginjakan kaki diapartemen mereka. Sebenarnya setelah ia mendapat kabar bahwa ia di PHK, Soonyoung langsung menuju ke cafe dipinggir jalan sewaktu ia menuju ke apartemen. ia merasa sudah tak kuat lagi untuk berfikir dengan penuh kegelisahan tanpa adanya perencanaan sebelum ia siap mengatakan hal ini kepada suaminya. Ia tak ingin Jihoon ikut pusing untuk memikirkan bagaimana mereka akan menjalani kehidupan kedepannya.

Menyusun dan merinci segala hal dengan detail dari yang terkecil hingga yang besar sudah Soonyoung susun dengan rapi. Mulai dari menjual apart dan barang, membeli rumah di perdesaan, mencari nafkah untuk belanja bulanan hingga tabungan masa tua mereka.

Ia memang tak sepenuhnya menjamin apa yang sudah ia susun akan berhasil mereka laksanakan. Jalan takdir sudah di rancang tuha sedari lahir, maka tinggal kita yang menjalaninya. Soonyoung harap apa yang telah ia susun dapat bermanfaat untuknya dan Jihoon kedepannya.

Setelah mendengar penjelasan panjang Soonyoung, Jihoon menimpal sedikit untuk masalah rumah yang akan mereka beli. Masalahnya adalah membeli rumah tak lah semudah membeli kuaci diwarung. Butuh ketelitian dan pengurusan surat menyurat untuk hal itu, prosesnya panjang, jika membeli milik kolega maka prosesnya akan jauh lebih mudah dan mempersingkat waktu.

Maka dari itu, Soonyoung juga sudah memiliki kontak kolega yang hendak menjual rumahnya pada Soonyoung kelak jika ia membutuhkan rumah tersebut. Jihoon tak menyangka bahwa suaminya bisa sesigap itu dalam mengantisipasi hal yang akan terjadi kedepannya.

Dengan mantap Jihoon menyetujui rancangan Soonyoung dan mereka memulai mengemaskan barang dan memilah kembali barang yang hendak mereka jual kembali.

Sore itu hari yang panjang dan melelahkan. Sepasang anak adan ini masih sibuk hingga mentari sudah pulang menuju belahan dunia lain. Tepat jam sembilan malam Soonyoung menghubungi koleganya dan siap untuk pindah esok hari.

Pov. Jihoon


“Eung... Jadi gimana tuh ceritanya” Setelah Soonyoung bertanya, Jihoon bercerita mengenai dirinya yang penuh dengan kekangan dari orang tua dan juga kurangnya kasih sayang yang ia dapatkan dari kedua orang tuanya.


Cerita gue ga banyak soon. Gue cuman anak tunggal dari pewaris harta gono-gini yang di monopoliin sama nenek gue untuk buat persaingan antara anak-anaknya doang. Gue dijadiin boneka sama kedua orang tua gue biar bisa dapat harta yang banyak dari nenek gue.

Mereka awalnya baik banget sampai manjain gue, apa yang gue mau di turutin asalkan gue juga kasih feedback ke mereka sama kaya mereka turutin kemauan gue.

Dari gue kelas 3 sd sampai sekarang, mereka masih minta lebih sama apa yang udah mereka kasih ke gue.

Sekarang gue cuman di suruh nikah sama nenek dan rewardnya ya itu, harta tadi. Cuman gue dapat bagian hasil pernikahan doang, hartanya ya orang tua gue yang punya.

Mereka memang tamak soon, mereka dibutakan oleh harta. Sampai mereka ngutang dan jual gue ke bapaknya Wonwoo, boss ayah gue di kantor lamanya.

Bapak gue udah pensiunan PNS tapi masih mikirin harta, gue tegurin karena harta ga bisa di bawa ke liang lahat tetap aja ga mempan. Mereka masih kekeh buat nambahin harta mereka yang ga seberapa dari sayembara nenek gue untuk anak-anaknya.

Untungnya gue udah ga tinggal lagi sama mereka. Jujur aja sih, apartemen itu bukan punya gue. Tapi hibahan dari Wonwoo unuk gue. Gue sama Wonwoo udah sahabatan lama karena gue sering diajakin ayah kerumah nya waktu mereka ada pertemuan penting di rumah Wonwoo.

Jadi apa-apa gue selalu cerita sama dia. Dia yang paling ngertiin, semua yang gue butuhkan untuk pisah rumah sama orang tua selalu dia yang lengkapin. Tapi di balik itu gue yang baperan ini mulai tumbuh rasa suka dari simpati yang di lakukan Wonwoo ke gue.

Jadi di satu hati itu gue pernah ngungkapin perasaan gue ke dia, tapi dia tolak. Dia bilang, dia cuman ngelakuin karena gue teman lamanya. Ini cuman rasa kasian dia doang sama gue yang di perlakukan buruk sama orang tua gue. Ya intinya gue anak tunggal yang kesepian kurang kasih sayang. Makanya gue jadi gini.

Akhirnya gue tau, ga semua orang bisa mencintai seseorang cuman karena rasa empati dan terus melakukan segala hal bersama. Wonwoo buat gue makin gamon karena dia narik gue buat kerja sambilan di tempat sanggar gym milik dia sendiri yang di kelola sama ayahnya. Gue ngikut aja karena gue ga punya kenalan lagi disini selain dia. Orang tua gue juga nitipin gue ke dia, jadi ya gitu... Cuman Wonwoo jadi tempat sandaran gue saat ini tapi gue masih sakit hati sama dia mau ga mau ya gituu deh..

Paham kan soon?


“Paham kok paham hahaha, lanjut lagi. Kaya nya belum selesai deh”

“Emang”

“Yaudah lanjutin!”

“Pukpuk dulu biar ga nangis”

“Tungangan siapa sih? Gemes bangett!!! Pake jeda iklan lagi ceritanya hahahaha”

“Ih!! Pukpuk bukan cubit hidung!!!”

“Iyaya, ini udah ayok cerita lagi sayang”

“Oke lanjut..”


Nah semenjak gue kerja paruh waktu selain ngantor paginya, tubuh gue bukan cuman atletis tapi jantung gue juga ikutan atletis karena terus berdetak kencang tanpa alasan semenjak gue lihat ada model yang latihan di sanggar punya Wonwoo.

Iya model itu Mingyu, Mingyu model satu tingkat di bawah era nya lo soon. Dia kan di julukin sebagai face of maskulin di agensi lo. Ga salah sih di tempat Gym Wonwoo banyak idol, model sama artis yang Work Out disana karena deket sama agensi lo.

Tapi semenjak gue dekatin diri ke dia untuk pertama kali, gue kira dia baik dan ramah kaya pangeran yang lemah lembut tutur bahasa dan attitudenya gitu. Eh, ternyata dia sama aja kaya Jisoo.

Dia bawa ajak gue ke WC buat making out disana. Gue yang polos diem doang di dalam bilik toilet, sesek banget karena kita berdua di dalam sana. Mingyu ngeraba tubuh gue, cuman ngeraba ya! Belum dia ajak. Dia remas pantat sintal gue yang masih pake training sampe gue hampir teriak kenceng. Dia juga ngegesek gundukan punya dia di pantat gue. Rasanya gila, geli banget gue jadi ilfeel dan ga mau lagi suka sama orang aneh yang gue ga tau latar belakang sifatnya gimana. Cukup sekali tu doang!

Makanya semenjak itu gue jadi jauhin dia tapi malah gue ketempelan sama dia. Kalau gue ga ngikut kemauan dia, jadi Wonwoo yang jadi sasarannya. Lo tau kan circle orang famous itu gimana? Besar mulut, numpahin teh dan menjatuhkan orang itu udah ciri khas mereka kali ya?

Jadi kalo misalnya gue ga ikutin kemauan dia Sanggar Gym Wonwoo dan Gaji gue bakal kena impasnya. Gue yang ngerantau jauh dan pisah dari orang tua ini bakalan gimana kalau ga di gaji, terus karena mulutnya gue ga bakalan bisa kerja kali ya?

Tapi semenjak gue di tawar mamah lo jadi coach gym privatr dirumah gue jadi bisa lega ga di tempelin dia mulu. Alhasil ga ada bedanya, lo malah lebih ngeselin dari dia cuman lo ga berani deket-deket sama gue jadi ga tau aja gue merasa nyaman sama lo. Gue merasa lo beda dari yang lain, makanya gue ga tau juga kenapa bisa fallin in love sama lo soon.

Dan sama seperti yang lo bilang malam itu gue juga gapaham sama reaksi tubuh gue. Bukannya kegelian sama kaya apa yang udah mingyu lakuin ke gue, tapi gue ngerasa lo bawa gue terbang soon. disana lah gue semakin jatuh cinta sama lo, tapi lo nya kaya ga niat sama gue jadi ya udah gue nimpalin dan simpulin ke orang tua lo kalau gue hanya jatuh cinta dengan sepihak dan yang lo lakuin hanya cuman nolongin gue doang.

Pulangnya gue nangis tau ga sih di jalan ampe nabrak tiang listrik, naik ojek aja ampe sempoyongan sambil ngelap ingus. Tapi abis itu lo datang dan gue bukannya marah tapi malah seneng, lo ngejelasin ke gue baik-baik tanpa membuka aib lo.

Gue salut sama lo malam itu, tapi Jisoo langsung ngilangin lagi kepercayaan gue sama lo. Ya udah gue nungguin lo aja yang cerita ke gue.


“Udah? Segitu doang?”

“Iya segitu doang, jadi makasih udah mau nerima gue di hidup lo soon. Makasih udah percayain gue buat bantu lo balik kaya dulu lagi. Gue janji ga bakalan ngilangin rasa percaya lo sama gue”

“Janji beneran ya?”

“Iya janji, eh btw ini beneran kan lamarannya ga bercanda?”

“Heii! Kita udah sekasur dempet gini lo masih bilang gue bercanda?”

“Hahaha ya siapa tau berubah pikiran”

“Lo ingkar janji ih!”

“Hahaha maaf soon maaf, sini peluk lagi! Badan gue sakit nih”

“Yang mana? Yang mana sini gue elusin?!”

“Sini-sini”

“Udah lah yuk tidur!”

“Iya ayok tidur, makasih ya udah cerita dan makasih juga udah lamar aku pake muka yang babak belut kaya gini”

“Apa? Apa kata lo? Aku? Aduh gemes bangettt!!! Iya pake aku-kamu biar muka gue kaya tomat masak setiap hari!! Ya? Ya?!”

“Ga ih Soonyoung! Gue ga ngomong apa-apa tadi! Apaan aku-kamu alay”

“Dih alay katanya hahahaha, ayok bilang aku-kamuan ya? Ya?”

“Eungg Soonyoung!....”

“Eh? Jan marah dong? Apa ada yang gue ga sengaja genjet luka lo yang sakit?”

“Iya ada!”

“Dimana?”

“Sini!!!”

“euyyy bisa aja lo mah, sini-sini gue obatin! Aduh gemes gue muaahh!!”

“Sini lagi”

“Muah!! Yang mana lagi?”

“Sini? Hoalah ngelunjak”

“Hahahahaha Soonyoung aduh sakit gelitiknya ahh!! Soonyoung ihhh!!! Hahahaha”


Dan jadilah, mereka main gelitikan di dalam selimut dengan besok paginya Jihoon diurut sama kang urut langganan mamah Soonyoung. Padahal mereka semalem cumab main gelitikan doang ga sampe ke next step...

Pov. Soonyoung.


Nama Kwon Soonyoung. Umur 25 tahun, pekerjaan gue susah-susah gampang sih. karena jalan di jalan kucing (cat walk) juga butuh skill dan basic yang kelewat perfect.

Gue dapat pekerjaan ini sebenarnya iseng-iseng berhadiah sih. Jadi di sore itu enam tahun yang lalu gue pergi joging sama mamah di lapangan. Terus ada mba-mba (kak Jeonghan) gitu ngecasting gue bilang kalo gue ganteng, tinggi, putih, asian vibe dan bla-bla-bla. Mamah bilang “ambil aja dek, siapa tau rezeki” ya udah gue ambil lah tawarannya dengan berat hati. (Mageran maaf)

Waktu gue ikutan audisi iseng berhadiah lagi dong, gue jadi traine sebulan dan langsung debut. Beuuhhh~ nama gue tuh udah ga jarang lagi didengar sama orang. Karena gue Brandambasador barang yang sering orang-orang pake. Kayak baju, tas, skincare, elektronik, sepatu, sampe furniture rumah tangga aja gue yang BA-in.

Tapi nama debut gue dulu bukan Soonyoung, tapi Hoshi. Hoshi itu ada arti tersendiri, tapi ga usah di jelasin lah ya? Ga penting juga. Eh! Tapi ini penting juga sih haha maap, maap.

“So, kenapa nama Hoshi ga di pake lagi?” Kan itu yang mau kalian tanya kan yak?

Nah jawabannya adalah karena satu orang yang toxiiiiiiiiiiiiiccccc banget sama hidup gue dari debut sampe berakhir gue jadi gini. Iya gini, banyak ga serius dan ga percayaannya, Mana banyak penyakit lagi.

So far, orang itu tuh adalah Hong Jisoo. Yap!! tepat sekali permirsah!!! Dia adalah orang yang gaje nge-immess Jihoon dengan sksdnya. Dikira cakep apa begitu? Masalah gimana sampai gue tau? Kan tadi udah di kasih tau sama Jihoon pas ngelamar.

Ciyein gue dong! Ngemis gue nih!!!

Nah ni orang pertama ngedeketin gue udah dari jaman kita audisi sampe detik ini. Dia emang sok kenal gitu orangnya, dari dulu sebelum gue jadi gini jujuran aja sih gue tuh orangnya klop-klop aja. Apa aja yang lo bahasin gue pastiii! Pasti deh gue jabanin pasti dah!!!, tapi itu dulu ya sob.

Lanjut nih, tahun ke dua gue udah terjun ke dunia modeling, gue harus bersikap profesional dong yak pastinya. Jadi gue belajar apa-apa tuh kudu dari dia, karena bapaknya model. makanya gue mau ga mau manut aja diajarin dari dia yang udah dapat tihtah karir bapaknya biar sukses kek sekarang. Tapi dia malah ngajarin gue yang ngga-ngga, dan anehnya gue iyain. Bego emang Kwon Soonyoung! Kan jadi gini lo akhirnya!!!

Karena waktu itu dia sikapnya manis banget kek gulali sampe gue diabet gegaranya. Ya gimana ga terpesona coba, apalagi dia tuh HANDSOME CHERRY TOP MODEL DI AGENSI GUE!! rugi gue ga mepet dia kan yak haha, ya gitu istiralahnya sekarang gue mah ogah.

Balik lagi yok!

Maksud ajarin yang ngga-ngga tuh pertama dia ajak gue pacaran, terus ajarin gue having sex, next bawa gue ke Guy club, abis itu suruh gue nyoba obat terlarang dan mabu-mabu, kadang dia maksain gue jual diri ke om-om di sana hingga akhirnya gue terjebak di dalam perangkap yang dia pasang. Kalau gue ga mau nurutin kemauan dia, gue bakal diancam, terus dia bakal sebar luasin aib gue yang udah dia ajarin ke gue tadi, terus masang topeng seolah dia jadi korbannya.

Nah mulai dari sini lah gue takut banget sama dia dan gue udah ga mau di bujuk rayu sama dia lagi yang sering bilang—

— “gapapa soon, becanda doang kok! Jangan dibawa serius, santai aja oke?”

Ada yang ngeh? Kalo ada berarti selamat anda berhasil menebak plot twist cerita ini.

Bener, karena kalimat itu terus dia lantunin di telinga gue jadi kebiasaan deh kalo ada apa-apa gue ajak bercanda doang dan alhasil Jihoon ga percaya sama gue dan ga mau deket gue lagi.

Gue ingatin ya! Ini penyakit ya guys! Ga baik banget! Jadi jangan di tiru!

Ada lagi kejadian satu malam yang buat gue jadi punya trauma dan panic attack sampe depresi berat terus dipasung dua bulan sama orang rumah.

Kejadian ini tuh lebih dari usaha Jisoo ngejual gue. dia nge-BDSM-in gue bareng teman-temannya yang jumlah anggota mereka ada sekitar sepuluh orang.

Iya! Sepuluh orang itu mainin tubuh gue pake segala macam toy sex dari yang wajar ampe yang ga wajar di masukin ke lubang yang ada di tubuh gue.

Bergetar banget seluruh badan ampe keluar keringat dingin. Dua jam permainan rasa dua tahun gue di aniaya. Badan gue lebam, penuh luka, nyeri dimana-mana terus waktu di check up gue ada patah tulang di bagian rusuk. Seinget gue mereka beneran main kasar dan malam itu gue juga ngeliat ada tongkat golf, Maybe mereka pake begituan buat aniaya gue.

Malam itu gue rasanya mau mati aja, sambil teriak kenceng gue berdoa sama tuhan begini loh!

“YA TUHAN!!! KALO LO SAYANG SAMA GUE YANG EMANG BANYAK DOSANYA INI!! PLIS CABUT AJA NYAWA GUE GAPAPA! GUE UDAH GA SANGGUP! DARI PADA GUE MATI DI TANGAN MEREKA MENDING LO CABUT NYAWA GUE!!!”

Kalo gue ga teriak dan berhasil keluar dari sana udah ga bisa ketemu Jihoon deh kayanya sekarang. Untung ada mamah yang nemuin coach gemes gini hehe.

Eh bentar sesi gue belun selesai.

Setelah berhasil lolos gue naik taxi dan ternyata gue salah naik mobil. Malah naok mobil kang culik yang mau bawa anak kecil buat di jual di pasar gelap.

Mampos ga tuh, double kill gue malam itu dianiaya. Sampe ga makan tiga hari gue di pasar gelap tuh, dan hari ke empat gue udah siap di masukin ke laboratorium ilegal buat diambil organ gue yang masih berfungsi. untung aja ada temennya papah yang nyamar buat nyelamatin sandraan yang disana.

Orang rumah shock banget karena gue udah lima hari ga pulang-pulang. Berita juga udah kesebar kemana-mana dan akhirnya gue pulang dengan organ yang masih utuh tapi badan gue udah kretek-kretek.

Om hendri jadi pahlawan gue waktu itu, gue nangis di sepanjang jalan sampe lima hari sesudah kejadian itu gue ga berenti nangis karena saking takutnya.

Seperti yang gue bilang, gue dapat trauma yang gede banget kek monster, serangan panik kalo gue cemas atau khawatir sama sesuatu hal, dan gue depresi sampe gila mau matahin jari sendiri. Alhasil gue di pasung selama dua bulan di rumah barengan konsul sama psikolog dan dokter spesialis kejiwaan.

Setengah tahun gue udah bisa ngelawan semuanya sampai gue normal lagi, cuman masih ada aja yang bikin gue ketrigger dan merubah pola pikir gue dari yang biasanya.

Bersikap sok kuat tapi di dalam hati ketakutan, berusaha tertawa tapi itu gue lagi nahan nangis, berusaha baik-baik aja padalah gue cemas setengah mati.

Gue bahkan merubah penampilan, fisik, jiwa dan juga sikap gue yang lama menjadi sama kaya sifat Jisoo yang pernah dia ajarin ke gue. Seolah bad boy kelas kakap yang mentalnya mental yupi gue ngejalanin perilaku hidup ga normal itu selama tiga bulan dan berlangsung sampe sekarang.

Gue keagensi lagi kaya biasa kerja cuman gue lebih sering melamun, ga fokus dan suka bercanda. Kak jeonghan selalu ngedukung gue buat selalu semangat ngadepin hidup, dia tau betul kenapa gue kaya gini. Dia selalu minta maaf karena udah rekomendasikan Jisoo jadi tutor gue karena itu juga Jisoo yang maksa sama kak Jeonghan biar dia bisa manfaatin gue.

Gue akhirnya minta kak jeonghan selalu disamping gue, dalam artian sebagai pelatih dan di latih. Ga lebih. Tapi karena ambigu, kak han malah ngira kalau kita pacaran padahal gue ga pernah mendeklarasiin hubungan gue sama dia tuh, gue juga ga pernah nembak dia.

Dari sana dia mulai ngejauhin gue, ga percaya lagi sama gue, dia sakit hati karena gue dan dia salahin gue karena udah buat dia baper ke gue.

Setelah kejadian kak Jeonghan gue ga berani buat deket sama orang lebih lama. Gue jadi ga percaya diri dan malah jadiin semuanya jadi bercandaan semata. Padahal gue tau bakalan dampak ke penyakit hati.

Semenjak sembilan bulan gue ga kelihatan batang hidung tuh orang, gue dapat berita kalau dia masuk penjara karena pelecehan seksual yang dia lakukan ke gue. Papah yang ngajuin kasus ini ke pengadilan buat dituntut sama apa yang udah dia lakuin ke gue, anaknya.

Btw papah, lov you! Hiks...

Nah dua tahun terakhir kita semua tau kan ya apa yang terjadi pada bumi. Iya bumi kita sakit gegara corona dan gue di rumahkan sementara sampai situasi kondusif.

Tapi gue ga enak selama pandemi sumpah, jadi coba iseng jalan-jalan cari jajanan kaki lima dimalam hari, terus ketemu sama Seokmin yang ganteng kek melokal gitu kan yak tampangnya kaya aktor ftv lagi jajan di angkringan.

Jadi gue pap ke kak Jeonghan terus kak Jeonghan suruh gue casting dia. Akhirnya dari situlah kita kenalan dan dia nerima tawaran gue karena dia adalah salah satu karyawan kantoran yang di rumahkan karena pandemi. So kita jadi bestie yang doyan jajan dan rebahan dan karena Seokmin juga gue di marahin mamah karena ga bisa atur pola tubuh gue.

Nah Seokmin ini kan secircle sama gue jalan hidupnya sama kaya gue, cuman dia masih sehat. Jadi gue udah berani cerita sama dia apa yang terjadi, terus dia juga jujuran sama gue kalau dia fans sama Jisoo. Dia juga sempet nyangkal kalau Jisoo ga sejahat itu sampe ngelecehin teman seagensinya. Aman guys, Seokmin sekarang di pihak gue kok hehe liat kan ya? Sampe rela naik genteng buat lamaran gue hahahaha.

Balik lagi nih sebelum kenal Jihoon. Tujuh bulan kemaren ada berita kalau Jisoo udah di bebasin karena dia bayar denda. dia tinggal pindah dan dialihin ke agensi cabang, tapi dia balik lagi kesini akhri-akhir ini entah gegara apa.

Gue tau dia holkay tapi gue ga bisa tenang waktu namanya di sebutin dimana-mana. Gue semenjak saat itu sering balik kambuh lagi kaya kemaren waktu gue di pasung, cuman ga sampe dipasung pake rantai atau kayu lah. Cuman di kunci didalem kamar doang sampe gue jadi babi.

Dan dari sana lah gue ketemu orang baru lagi. Sebenarnya gue iseng doang ngetweet terus bilang mau mepetin Jihoon, coach gym gue yang gemes. beneran gemes tapi gue ga berani deketin, takut gue ngecewain orang lagi. Jadi gue hanya sebatas bercandaan LAGI!. ada niat buat deket dan memiliki tapi gue ga yakin sama hati gue, jadi gue ragu sama Jihoon. Apa dia beneran mandang gue jadi anak didiknya apa mandang gue sebagai orang yang bisa dia milikin.

Gue ragu banget karena dia wataknya keras banget, ga bisa ditebak dan galak. Gue takut beneran sama Jihoon, walaupun badannya kecil tenaganya tuh tenaga kuli. Tapi gue baru sadar, dia juga manusia biasa. Dia punya cerita pahit yang sama kaya gue, mentalnya juga mental yupi sama kaya gue, dia mudah baperan sama kaya gue.

Gue tahu akan hal itu tapi gue takut buat meyakinkan orang lagi, gue takut beneran setakut-takutnya. Gue takut bakal kejadian kaya kak Jeonghan yang gue lakuin ke dia, dan gue takut Jihoon ngajar gue sama kaya yang Jisoo ajarin ke gue. Dan lebih baik gue jalanin aja keseharian gue kaya biasanya.

Tapi!!!! Tapi!!! Ada lagi yang buat gue makin sakit!!!

NENEK GUE BROHH!!! Kalian ingat gue pernah ngelawan nenek gue? Iya karena gue benci sama orang rumah itu!!! Selain mamah sama papah gue. Abang gue juga deh kasian tinggal sendiri.

Nah keluarga gue yang disitu tuh! Hobi julid dan ngebully. Ga dari dulu sampe sekarang hobinya ga pernah tukar. Gue tau gue dulu tuh buntel tapi plis bodyshaming tuh ngaruh banget ke trauma yang lain.

Oke mari singkirkan orang rumah itu! Intinya sekarang NENEK GUE YANG MAKSA GUE NYARI CALON SUAMI!!!

Padahal dari waktu itu gue udah mau bilang kalau gue udah punya calonnya, cuman gue takut dianya ga mau. Tapi seiring jalannya waktu gue bisa lihat, Jihoon ini orangnya simpel banget. Dia ga pernah mandang fisik buat mencintai seseorang dan itu terbukti dari gue kenal dia sampe sekarang. Dia orangnya easy going dan mudah kebujuk, cuman karena dia udah sering di sakitin dan di ghosting. Dia jadi tertutup gitu buat nunjukin kalo dia suka sama orang tersebut. Untungnya gue peka jadi gue diamin aja waktu kita jatuh di lapangan hehe.

Akhirnya kejadian gue yang ke trigger karena fetis Jihoon ngeraba tubuh gue, Gue jadi bisa tau Jihoon benaran suka apa ngga sama gue. Buktinya dia mau tubuhnya ke ekspos didepan gue, gue kaget malam itu——

Detailnya ga usah disini deh wkwk malu gue, nanti sama author ya!! Kita ke cerita gue dulu.

Nah karena kejadian malam itu gue jadi tau kalo dia beneran serius dan dia sampe terang-terangan bilang ke kedua orang tua gue kalau dia mau sama anak bungsu mereka. Gue kaget banget malan itu, gue juga masih shock soalnya itu pertama kali gue having sex yang ga ada istilah kata terpaksa. Gue sama Jihoon juga ngelakuinnya dengan sadar dan kemauan diri sendiri demi kesehatan Jihoon juga sih.

Tapi dari sana gue jadi yakin seyakin-yakinnya sama Jihoon dan berniat mau ngelamar dia malam ini. Kemarin gue membuka rapat paripurna antara Seokmin dan gue, kita susun strategi gimana gue mau ngelamar Jihoon. Tapi sore tadi ga berjalan lancar, dan syukur sih akhirnya bisa milikin Jihoon tanpa harus pacaran dulu hehe.


“Nah gitu cerita gue, gimana? Kepanjangan ya? Ngantuk ya? Eh kok nangis??”

“Lo kok bisa kuat gitu? Kok lo bisa ga kasih tau gue kapan lo mulai suka sama gue?! Lo kok mau sama gue! Soonyoung lo ih!!!!!!”

“Heii udah cup cup cup maafin gue ya, gue jahat iya gue jahat”

“Ga lo ga jahat soon, lo baik banget, lo hebat. Gue seneng lo bisa kontrolin diri lo sendiri sampe sejauh ini! Gue janji, gue bakalan bantu lo balik kaya dulu lagi!”

“Hahaha iya sayang, makasih ya! Sekarang giliran lo nih cerita ke gue”

“Mau denger juga? Bukannya udah kemaleman?”

“Is mana ada, ayo cerita. Kan tadi udah bilang mau barter cerita”

“Peluk dulu!”

“Hahahaha iyaya, ih ternyata Lee Jihoon manja ya anaknya. Sok cerita”

“Oke jadi gue itu....”


Continue on next naration


Soonyoung sudah tiba di kediamannya, ia membawa Jihoon masuk kerumahnya dengan di papah. Jihoon masih setengah pusing untuk berjalan namun ia memaksakan diri karena takut ia membebani Soonyoung.

“Ji gue gendong aja lo ya?”

“Ga! Gue mau jalan kasian loooo akh!!! Soonyoung! Turunin gue!!!”

dengan geram Soonyoung menggendongnya paksa dan membawanya menuju Kursi di ruang tengah.

“Udah dibilangin gue mau jalan, ga mau nyusahin lo!”

“Lama! Lo juga ntar ga bisa nahan sakitnya. Mah!! Mamah!!! Jihoon udah disini nih!! Tolong bawain makanan ya mah! Jihoon belum makan!!” gubris Soonyoung dan langsung memanggil ibunya.

“Aw!!!” lengan Soonyoung di cubit oleh Jihoon dengan gemas karena Suaranya yang tinggi membuat telinganya sakit.

“Sama orang tua teriak! Teriak! Ni anak durhaka banget!”

“Diem ih! Jangan cubit-cubit nanti gue cium mau?”

Jihoon langsung membekap tubuhnya dan menutup mulutnya erat. Soonyoung tertawa dan meluruskan kaki Jihoon meringkuk karena ingin mengoleskan salap pada luka ringan dan goresan di bagian epidermis kulitnya.

“Yaa tuhan!! Jihoon menantu ku kenapa boyok gini nak?? Kamu gapapa kan?” tanya ibu Soonyoung yang membawa nampan dari dapur.

“Kamu juga kenapa ini dek pipi mu merah sebelah? Ini juga napa nih!”

“Aw! Aw! Sakit mah! Jangan ditunjuk-tunjuk! Sakit loh”

“Ya bilangin dulu sama mamah ini kalian abis berantem apa gimana? Sampe Jihoon masuk rumah sakit lagi! Sadar diri kamu ih! Badan kamu gede dia kecil!!!”

“Ih ga gitu mamah ihh!!!”

Jihoon yang melihat pertikaian gemas ibu dan anak ini terkekeh geli dan membuat ia ingat tentang apa yang barusan kedua orang tuanya perbuat kepadanya. Air mukanya yang berubah kilat pun membuat ibu Soonyoung dan Soonyoung menatapnya yang sudah mengenangi air mata di kedua pelupuknya.

“Eh! Eh! Eh! Eh! Kok nangis sayang, kamu gapapa nak? Aduh sayang sini gapapa gapapa nangis aja emang ini salah Soonyoung!”

“Ih mamah bukan aku!!! Mamah ngapain manggil Jihoon sayang kan Jihoon punya aku?”

Kedua orang yang sedang berpelukan itu tersentak kaget hingga saling memandang satu sama lain. Seperti ada yang aneh pada pemuda berprofesi model ini. Dalam pandangan yang amat dekat, ibunya mulai meraba dahi Soonyoung kemudian mengangguk meraba dahi Jihoon.

“Ckckckck beneran sakit nih anak ji, ada yang ga beres”

“Ga beres apanya mah, adek emang....”

Kalimatnya terputus mengingat akan hal itu dan juga Seokmin yang masih di genteng rumahnya tanpa ia sadari.

“Apa? Emang apa? Hah? Emang apa? Huu ga bisa jawab” sangkal ibunya.

Jihoon hanya tertawa sambil menghapus air matanya nyaman di dekapan ibunda Soonyoung. Si pemilik ibu mengacak rambutnya kasar dan melepaskan pelukab sayang ibunya dari pria bertubuh mungil darinya yang biasa ia panggil coach gemes.

“Sini Jihoon punya adek!”

“Dih! Posesif! Eh! Eh! Anak mamah mau dibawa kemana?”

“Soonyoung!! Lo ngapain ahh!!!”

“Enak aja anak mamah ini punya adek!!”

Bak penang di belah dia, Jihoon kepusingan dengan apa yang sedang di lakukan ibu dan anak ini. Soonyoung membawanya masuk ke kamarnya di lantai dua dan menuju kolam berenang di teras kamarnya.

Ibunya juga tak lupa ikut bersama kedua pemuda tersebut dari belakang. Saat mereka tiba di depan kolam berenang itu, bunga mawar yang semerbak harumnya bagai jatuh dari langit entah dari mana asalnya.

Soonyoung tersenyum kepada Jihoon dan mengedipkan matanya sebelah pada Seokmin yang belum juga turun dari atas sana sambil menaburkan bunga mawar tersebut. Ibu Soonyoung terkaget heran setelah melihat apa yang di lakukan anaknya ini.

Dengan memangku Jihoon diatas satu pahanya yang berposisi seperti menunduk. Soonyoung akhirnya mengeluarkan kotak berisikan dua pasang emas perak murni disana.

Sorak sorai riuh dua orang yang berbeda ruang itu memeriahkan kelangsungan acara Soonyoung yang melamar Jihoon di pangkuannya.

“Soon? Lo ngapain?” tanya Jihoon bingung sambil memandang di sekitarnya dan tak lupa pula salah fokus pada Seokmin yang bertengger di dinding rooftop kamar Soonyoung.

“Ji, maaf selama ini gue ga peka. Maaf gue kayanya terlambat tahu apa yang terjadi sama lo. Dan gue harap lo bisa wujudin syarat permintaan gue waktu kita buat perjanjian profitable kemaren. Lee Jihoon, mau ga lo hidup berdampingan bersama gue seumur hidup? Lo udah janji sama gue mau merubah segala hidup gue baik itu dalam segi fisik, mental dan perasaan. Jadi please terima gue dan bantu gue buat lo ga ingkarin janji lo itu”

Jihoon yang mendengar kata lamaran yang diucapkan oleh Soonyoung tersentak kaget kembali ia menutup mulutnya yang mengaga kaget karena syarat profitable yang pernah mereka buat. Ini semua ulah Wonwoo ide ini di cetuskan oleh Wonwoo dan berhasil dilakukan Jihoon seratus persen.

Jihoon masih ragu untuk menjawab ia karena ia bisa saja bukan orang yang tepat untuk membantu Soonyoung. Ia juga berpikir sejenak tentang apa yang sudah Jisoo katakan padanya tentang Soonyoung.

“Beneran lo mau sama gue? Bukannya lo lurus ya?”

Pertanyaan Jihoon membuat suasana tak bergeming lagi. Hanya ada suara jangkrik yang menggubris pertanyaan Soonyoung. Ibu nya yang melihat dari kamar akhirnya terjun dalam zona menyelamatkan Soonyoung dari pertanyaan Jihoon.

“Siapa yang bilang? Kamu juga di hasut sama Jisoo ya?” tanya orang tua itu intens kepada Jihoon. Ia mengangguk dan menjelaskan apa yang terjadi kemarin malam.

“Jangan di dengerin Ji! Dia mah ga tau apa-apa. Mending lo tanya orangnya langsung dari pada denger ucapan orang lain!” teriak Seokmin dari atas yang masih belum turun dari sana.

“Loh, seokmin semenjak kapan disitu?” tanya heran ibu Soonyoung.

“Bener ji, mending lo tanya gue aja. Jangan dengerin kata orang, lo juga butuh kenal gue lebih dalam kan. Jadi mau ga ji, kita bukan hanya sekedar pelatih dan di latih tapi sepadang insan yang di kasihi. Mau ga ji?”

“Nanti lo jelasin sama gue dan lo harus cerita sama gue tentang lo?! Oke?! Gue masih belum cukup ngenal lo lebih dalam makanya gue ragu apa lagi ada yang julid lo ke gue yang ngga-ngga”

“Iya terima aja dulu nanti di ceritain sama Soonyoung nya ya! Cepetan ini udah malem banget kalian belum makan juga kan? Kasian juga tuh seokmin udah masuk angin diatas!” nasihat ibu Soonyoung.

“Mah! Tolongin Seokmin ga bisa turun! Tangga nya dimana!” ucap pria yang sibuk di rooftop Soonyoung.

Jihoon akhirnya menerima lamaran Soonyoung tanpa kedua orang yang sibuk mencari tangga di sekitar mereka. Dengan cepat Soonyoung memasang cincin di jari manis Jihoon dan memberi kecupan manis pada dahinya yang lebam. Soonyoung pun akhirnya kembali membawa Jihoon masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Seokmin sudah turun dan melihat calon pasusu itu sedang meniduri Jihoon dengan pelan.

“HUAHAHAHAHAHA LO BERDUA KENAPA MUKANYA BONYOK GITU? Serius kalian lamaran kaya gini? Terniat making of moment banget dah kocakk!!”

Soonyoung dengan sebal melemparkan sebelah sepatunya pada Seokmin yang hendak keluar dari kamarnya. Tak lama datang lagi ia bersama Ibunya membawa makanan untuk makan malam di karpet kamar Soonyoung.

Mereka makan bersama dengan niat syukuran lamaran Soonyoung. Setelah makan malam itu, Seokmin izin pulang dan meninggalkan tiga orang didalam kamar Soonyoung.

“Mah, Seokmin ga nginep ya! Seomin balik dulu”

“Iya seok hati-hati! Makasih ya”

“Ya sama-sama”

Dan di lanjuti dengan ibunya yang hendak turun menuju lantai satu ke kamarnya.

“Jelasin yang baek! Mamah ga mau kamu gagal nikah perkara kamu punya banyak makan!”

“Iya mamah bawel ah!”

Ibunya turun dan meninggalkan mereka berdua saja. Soonyoung perlahan mendekatkan kursinya tepat disamping Jihoon.

“Ji mau denger sekarang, atau istirahat dulu?”

“Sekarang!”

“Oke deh dengerin ya!”


Continue next naration!


Tok! Tok! Tok!

Tiga kali suara ketukan dari pintu kamar berbunyi dan Jihoon kembali bersembunyi di balik selimutnya setelah mendengar suara tapakan kaki Soonyoung masuk ke dalam ruangannya.

“Ji..” panggil Soonyoung pelan dan menarik selimut tebal itu hingga menampakan mata sipit si pria kecil didalamnya.

“Jadi ga sih?” tanya nya.

“Iya jadi, t-tapi sakit ga? Gue ragu sama lo” ucapnya dengan polos dan digubris dengan tawa renyah oleh Soonyoung.

Sungguh polos dan menggemaskan sekali roh gunung satu ini pikir Soonyoung. Dengan gemasnya ia pun menarik selimutnya untuk menjauh dari tubuh mungil itu dan mengangkatnya kedalam pangkuan Soonyoung yang duduk di pinggir kasur.

Yang di pangku tersentak kaget dan memegang erat bahu kokoh Si housematenya ini. Netranya membulat membuat Soonyoung yang menatapnya kegemasan sendiri, tanpa aba-aba Soonyoung mulai mengikis jarak diantara mereka.

Memegang pinggang dan punggung Jihoon dengan erat untuk menumpu tubuh mungilnya agar tak terjatuh, tangannya yang menumpu punggung perlahan ikut menjalar masuk kedalam piyama Jihoon, membuat sang empu tubuh kegelian akan rabaan tangan Soonyoung.

“S-soonyoung, lo ngapain?”

Soonyoung yang sudah siap untuk menolong Jihoon pun membukakan matanya yang hanya berjarak beberapa senti dari pria yang menyahutnya.

“Soon, lo ngapain?”

“Katanya mau ditolongin?”

“Tapi kenapa ha-harus g-gi-gini dulu?”

ucap gumiho itu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Soonyoung kembali menertawakan tingkah Jihoon dan membawa tangannya mengalung pada lehernya.

“Ji, lo cukup diam aja oke? Ga lama cuman 5 menit doang. Abis itu lakuin apa yang gue bilang tadi di chat”

Jihoon mengangguk ragu, keraguannya bukan pada apa yang akan mereka lakukan saat ini, tetapi apa yang akan ia lakukan setelah Soonyoung selesai menolongnya. Ia menutup matanya dengan rapat dan mengeratkan kalungan tangannya pada leher Soonyoung.

Tak lama, bibirnya terasa berat dan basah. Kedua belah bibirnya di paksa terbuka sedikit karena Soonyoung menggigit bibir bawahnya dengan pelan. Cumbuan itu menjadi begitu dalam dan Jihoon hanya mengerinyit merasakan ketidaknyamanan atas apa yang Soonyoung lakukan padanya.

Bukan cuma itu, Jihoon juga meresa ada angin yang menyapa kulit bagian perut nya. Terasa dingin dan sejuk tetapi angin itu hanya menyapa di bagian tertentu. Semakin Soonyoung perdalam lagi cumbuan mereka, semakin aneh pula reaksi tubuh Jihoon.

Tak hanya meraskan angin, ia juga merasakan ada yang menggelitikinya di area pergelangan kaki. Yang tadinya berat terasa ringan di area sana, seolah beban yang ia bawa selama ini hilang begitu saja.

Ia ingin melihat apa saja yang Soonyoung lakukan padanya selain bercumbu. namun matanya terasa berat karena Soonyoung berhasil membuatnya tak bisa bergerak dan mati kutu.

Usapan tangan besar Soonyoung kembali terasa di bagian dalam piyamanya, Jihoon mengelinjang kegelian. Kini Soonyoung sudah membingkaikan tangannya pada garis wajah Jihoon, memperdalam kembali ciuman mereka.

Soonyoung yang mengambil alih kendali penuh pada Jihoon berhasil membuat Jihoon tunduk padanya. Tubuh Jihoon tak bisa bereaksi apa-apa setelah ia menyentuh ujung daun telinganya. Dengan begitu Soonyoung melepaskan tautan mereka dengan pelan.

Sudah berjarak dan benang saliva menjuntai, Soonyoung mengusap ujung bibir dan membuka tutupan mata Jihoon dengan mencium kedua kelopaknya sebentar.

Jihoon kaget karena aliran darah tubuhnya langsung berjalan dengan lancar hingga membuatnya pusing kebingungan. Tubuhnya kembali lemas dan ia pun menopangkan kepalanya pada pundak Soonyoung.

“Maafin ya” ucap Soonyoung tiba-tiba.

“Maaf kenapa?” tanya Jihoon yang masih memijit keningnya di bahu Soonyoung.

“Maaf karena udah misahin kita dulu. Gue ga tau kalo lo bakal jadi separah ini”

“Iya gapapa, jadi mana kelerengnya? Gue mau lihat” ucap Jihoon sambil mengubah posisinya menjadi berbaring di tempat tidur.

Soonyoung hanya menggubris dengan telunjuknya yang menunjuk pada perut Jihoon. Yang ditunjuk menggantungkan dagunya kebawah, dan memukul Soonyoung dengan kesal.

“Akh! Aduh aduh ih! Woi! Sakit ih!!”

“KENAPA GA KELUARIN!!!?!”

“Ga bisa”

“KOK GA BISA?!”

“Ga tau! Dari tadi gue udah coba tapi ga bisa. Gue juga udah lumpuhin lo masih aja tetap ga bisa”

“AHHH!! TERUS GIMANA? GUE GA MAU KEIKET SAMA LO!”

“Udah takdir ji, jalanin aja kenapa?”

“Ga mau!”

Jihoon kembali memasukan tubuh mungilnya ke selimut kesayangannya itu. Kaki kecilnya menendang Soonyoung agar ia keluar dari ruangannya secepat mungkin. Soonyoung hanya tersenyum melihat rengekan Jihoon. Tak lama ia pun keluar meninggalkan Jihoon agar ia bisa terbiasa dengan aura tubuhnya yang baru.

Jihoon memang merasakan efej seperti di lahirkan kembali dengan tubuh yang super ringan. Namun satu hal ia merasa ganjal dan membuatnya pusing setengah mati. Ia melihat disekelilingnya, memantau apakah Soonyoung sudah pergi dari sana.

Perlahan Jinjitan kaki Jihoon menapak keluar dari kamar dan kerah piyamanya ditarik oleh Soonyoung yang berada di sebelah pintu masuk kamarnya sambil menyender pada dinding.

“Mau kemana?” tanya Soonyoung sambil tersenyum mengintimidasi.

“SOONYOUNG SIALAN! GUE NYESEL MINTA TOLONG LO!!!”

Setelah meneriakan kalimat kasar kepada Soonyoung, ia pun menghentakan kakinya masuk kembali k kamarnya. Merasa kesal karena Soonyoung sudah memulai permintaannya.

Ya, permintaan Soonyoung tak begitu susah untuk dilakukan. Hanya perlu memberi tahu apa yang akan ia lakukan dan terus berada di sampingnya. Dan hal itu sangat di benci oleh Jihoon karena ia tidak suka diatur.


“Horse bzzzss.... Horse!, Tiger disini bzzzss...”

“Tiger bzzz... Ini Horse masuk.”

“Horse! Bzzzzss... Ganti! Perintahkan Puppy untuk penguncian target bzzz..”

“Tiger bzzz... Puppy disini ganti! Penguncian target selesai bzzzss..”

“bzzzz.. Baiklah Puppy, dalam hitungan ketiga bzzz... tembakan dilakukan pada target bzzz.. Laksanakan!”

“SiapbTiger laksanakan bzzz...”

“satu bzzz....”

dua bzzz...”

Cklek!

Tiga!

Ttta!! Ttaa!! Ttaaa!! Ttaa!!! Ttaa!! Ttaa!!!

Tiger bzzz..

masuk bzzz... ganti!

Targer dimusnahkan, ganti bzzzz...

“Misi berhasil!”

Setelah kalimat itu keluar dari mulut dari Kapten Kwon, sorak-sorai Tim Kopasus menggelegar hingga membuat gema didalam goa tempat mereka menjalankan misi kali ini.

“YEAHHHH!!! WOHOOO!!! ANJAYY!! KOBAM ANJAYY!! AKH! AKH! SAKETTTT!! YAEAAHHHHH YAHOOOO!!!!!” BUBUBUBUUUUUU!!!”

Sorak sorai tak bertuan itu berakhir dengan pelukan kejayaan sambil mengukung tinggi Kapten Kwon yang mengomando misi ini dengan bersih dan tuntas tanpa halangan.

Misi yang mereka jalankan adalah mencari warga negara yang terjebak dan hilang di goa ujung pesisir pantai. Mereka berhasil memusnahkan seekor binatang buas berjenis buaya rawa, Karena letak strategis di sekitaran goa sebelum pantai adalah rawa yang dalam dan lembab.

“Woi kapten! Kobam malam ini ga? Takk!hmm?” tanya Mingyu sambil mengangkat alis dan menggoda sambil membuat gestur memegang gelas kepada sang Kapten yang masih membantu mengangkat korban menuju ke kapal dengan tandu.

“Bantu ini dulu kenapa dah! Minum mulu kerjaan lo!” teriak Seokmin yang sedang memasukan senjata api mereka pada kotak penyimpan.

Semua anggota tim yang hanya beranggotakan empat orang itu menertawakan Mingyu yang sudah tak sabaran untuk menyudahi misi ini.


“Gue tau ya kwon! Lo tuh masih sakit hati kan ya ditinggal pacar lo jauh ga bilang duluan lagi pas pergi. Jadihh.... Kalo lo mau nangis, marah kesel tampar aja guehhh” ucap Mingyu mengnyerahkan wajahnya yang separuh sadar akibat banyak menyesap minuman beralkohol di sloki kecil meja mereka.

plakk!

Seokmin yang sama mabuknya seperti Mingyu pun dengan reflek menampar wajah Mingyu dengan kesal.

“Lohh bukan Soonyoung anjir! Lo kuda gilaaaa!!”

“Lo minta digampar ya gue gampar!”

“Tapi kan yang sakit hati, galau merana ampe jadi orangnya jadi pendiem tuh Soonyoung!!! Bukan lo!!!”

“Tapi gue juga sama anji!!!”

“Beda woi beda Soonyoung tuh cinta mati lo apaan cinta monyet!!!”

“Ga gue juga ihh!!!”

Sempat beradu cekcok diantara keduanya, sehingga Soonyoung akhirnya duduk diantara mereka jika tidak karena arahan dari yang tertua mereka.

“Gih soon, giliran lo. Gue mau balik dulu. Biar gue yang bayar semuanya.” ucap Seungcheol berlalu pergi meninggalkan tiga sekawan itu sambil melambaikan tangannya.

“Makasih banyak ya bang, mudahan rezeki lo lancar hehe. Heh! Pulang! Dasar kalian berdua ga tau di untung”


Setelah berhasil mengangkat kedua termuda di timnya, Soonyoung pun melajukan mobil untuk mengantar adik dan rekan setimnya pulang.

Di dalam perjalanan matanya tertuju pada kaca yang mengarah di kursi penumpang sebentar sambil tersenyum singkat. Kaca itu manampakan dua pria berbadan tegap tengah loyo dan saling berpelukan satu sama lain karena kesadaran mereka telah hilang dilenyapkan oleh air memabukan di gerai tadi.

Mengingat kalimat yang di katakan Mingyu kepadanya sewaktu di gerai soju tadi, ia juga mengingat sosok bertubuh mungil, berkulit putih, gigi kelinci dan juga surai hitam yang disisir kesamping sebelum ia meninggalkannya 2 tahun yang lalu, dan orang itu adalah orang yang di maksud Mingyu tadi.

Dalam kepalanya penuh bertanya-tanya. Apa kabarnya sekarang? Apa ia baik-baik saja? Sedang melakukan apa? Dengan siapa? Apakah ia masih mengingat memori waktu bersama? Atau ia sudah melupakan semuanya?

Pria bernama lengkap Kwon Soonyoung, atau lebih di kenal sebagai Abdi negara perwira muda dengan pangkat tinggi yang di sandingnya sebagai seorang Kapten Tiger. Soonyoung berharap bahwa ia dapat bertemu dengan kekasihnya walau hanya di beri satu kali kesempatan saja dalam seumur hidup, karena ia hanya menanyakan satu hal saja. Yaitu...

“Apakah aku masih ada di dalam hatimu?”


Challange SoonHoon Alternatif Universe Begin!


Sore ini di taman belakang rumah Soonyoung, gue lagi pantauin dia yang ambis banget buat kurus. Udah 5x ada tuh naik timbangan mulu tiap gerak, Sekali lagi mungkin rusak tuh timbangan. Ya gimana ga rusak lah orang abis Work out langsung minum air sambil ngemil. Disisi lain gue juga seneng sih, karena dia udah balik ga kaya dia yang di rumah gue kemaren, Serem.

Ngomong-ngomong soal Soonyoung, gue penasaran sama yang di reply kak Seungcheol ke Soonyoung di tweet dia tadi. Pulang? Pulang dari mana dia? Emang abis kemana? Gue jadi overthinking kan, lagian ngeganjal replynya. Padahal gue sama Seokmin ngereplynya semangat doang. Ga lama gue overthinking dan ada niat pen nanya, mamahnya malah datang bawa obat.

“Dek! Minum obatnya dulu”

Obat? Soonyoung ngosumsi obat apa? Obat diet kali ya. Positif thinking aja lah dulu siapa tau bener. Ih! Jihoon lo siapa sih? Kepoan amat. Pikirin tuh gimana cara lo temuin Soonyoung sama orang tua lo biar dikira bawa calon.

Abis minum obat, Sekarang malah ngadi Skot Jump 10 seri pake beban barbel 10kg. Bayangin dah tuh sesakit dan sekeras apa betisnya sama pemain bola, naik turun sampe hitungan ke 100 ga mudah ye. Liat tuh Mukanya aja sampe merah banget ga ketolong, udah gue coba suruh istirahat tetap aja batu dan akhirnya berenti pas banget hitungan ke 100 waktu mamahnya panggil lagi. Bandel sih, anak mamah banget.

Minumnya dikit kali ini. Cuman waktu minum obatnya doang kek minum air segalon. Habis itu dia duduk disamping gue sambil pijitin betisnya tanpa tenaga. Gue yang liat kasian mukanya masih merah, mana ngos-ngosan sambil narik nafas dari hidung keluar dari mulut. Gue rasa dia ada masalah nih sampe maksa Work Out keras gini.

“Nih, lapin tuh keringat!” sambil kasih handuk ke dia. Eh, malah dia majuin mukanya ke gue suruh lap. Ya udah ikutin alurnya aja tanpa pake hati ya Ji! Ingat! Tanpa pake hati dan perasaan.

“Ji! Pijitin sakit” emang sih tadi gue mau bilang kalo abis ini badannya dipijet, besok mana bisa gerak lagi, ga yakin kalo dia bisa. Gila tuh 10 seri Skot Jump pake barbel 10kg, Soonyoung gila!

Akhirnya gue pijetin lah kakinya karena kasian. dia baringan lah di lkarpet soalnya kita duduk di teras belakang taman. Matanya ditutupin pake lengan, mulutnya mangap kaya lagi netralin nafas, kakinya di julurin biar gue bisa pijetin, tapi anehnya malah nangis. Apa gue kekencengan pijetnya ya?

“Sakit? Tahan dulu ya”

“Hiks-ngga kok, gue..G-guee akhhhhh~ Ji, maafin gue tapi gue lagi butuh pelukan boleh ga?”

“Sekarang?”

“Iya sekarang”

Gue reflek ngangguk tanpa mikir, ya dia nyodor lah meluk gue. Pelukannya erat banget, sampe ga tau mau reaksi gimana, gue ga balas pelukannya jujur aja nih. Kayanya Soonyoung butuh afeksi dan curcol, nangisnya kaya berat banget ini. Dia punya masalah apa sampe nangisnya begini amat? Gue yang denger kok ga tega ya?

Gue tau karena gue juga pernah nangis gini. Apa lagi kalo bukan masalah berat karena dari orang tua gue yang suka maksa dengan baikin gue terlebih dahulu. makanya gue paham bener yang beginian.

“Ji, mau ke kamar aja ga? Temenin gue”

Padahal mau nawarin ngomong tapi bukan dikamar, eh! malah ajak ke kamar langsung main narik. Ya udah sih ikut aja.

Pas sampe di kamar perasaan gue jadi takut. pintu di kunci, tangan gue di tarik buat duduk di pinggir kasur. Dia meluk gue lagi, malah lebih kenceng lagi dari yang tadi. Dia nyeloteh ga jelas tapi gue ga tau apaan yang dia omongin, karena suaranya kerendem di hoddie gue. Ga lama gue di bikin kaget banget sama Soonyoung. Jujur, ini lebih serem dari yang di rumah gue.

Tangannya masuk dalam hoodie gue, ngeraba punggung gue. pelukannya jadi halus ga sekenceng tadi, kerah hoodie gue ditarik sampe kelihatan leher. Soonyoung meluk lagi tapi bibirnya udah sampe ke batang leher gue.

“S-soon?~” gue manggil dia pelan banget sambil nahan nafas. Ni orang ngapain!?, seharusnya gue bisa teriak, gue juga bisa jauhin dia dari tubuh gue. Tapi gue seketika mati kutu dan hilang akal.

BRAKK!!!

Suara dobrakan pintu Soonyoung di dobrak dari luar, dan menampakan mamahnya beserta abangnya yang masih pake baju dinas lengkap.

“SOONYOUNG! LO NGAPAIN!” Pekik kak Seungcheol sama mamahnya di ambang pintu. Mereka datang karena nyariin kita di taman belakang tapi ga ada dan mamahnya langsung inisiatif telfon abangnya pas tau sendal rumahan Soonyoung yang gue pake di depan pintu kamar.

PAAAKK!!!

“DEK! SADAR! LO KENAPA?! UDAH MAMA BILANGKAN PAGI TADI, KALO LO TERAPI MOHON TAHAN! LO GILA YA!”

Soonyoung di tampar, kalimat yang kak Seungcheol bilang ga gue ngertiin sama sekali. Soonyoung terapi apa? Apa obat tadi yang dia minum? Apa itu obat penenang? Soonyoung punya penyakit apa selain serangan panik? Jujur gue bingung sama situasi ini.

Gue gemeteran, gue ga tau mau ngapain. Gue masih ga bisa gerak, shock parah banget karena ini pertama kalinya gue di peluk sama di cium batang leher gue sama seseorang.

“Coach! Coach gapapa? Ya tuhan sampe shock gini! Soonyoung! Kamu apain anak orang! Ihhhhh!!! Coach mohon maafkan Soonyoung. Tapi lebih baik coach tadi menjauh saja dari Soonyoung mungkin lebih baik hari ini tidak ada jadwal. Sekali lagi saya minta maaf juga karena ga bilang sama Coach kalo Soonyoung punya fetish yang ga bisa dia kendaliin. Sekali lagi mohon maaf ya coach!? Ya ampun! Soonyoung lihat kamu buat coach gemes ini jadi shock berat nak!!!” ucap mamahnya sambil ngerangkul dan minta maaf berkali-kali ke gue.

Gue izin pulang cepat karena keadaan ga memungkin kan untuk dilanjut lagi. Gue sebenarnya mau tanya sama wonwoo, Tapi kayanya ga bakal berhasil. soalnya wonwoo bukan teman dekat Soonyoung apa lagi psikolog yang tau tentang beginian. Apa ajak seokmin ketemu aja kali ya? Biar gue paham situasi ini lebih instan?


Tangan sudah saling berjabat, bertanda setuju atas semua kesepakatan yang berlaku terhadap Soonyoung yang akan menjadi Housemate kenalan Seokmin.

“Terima kasih atas kerja samanya Seok, semuanya sudah tertata dan syarat housematenya juga gampang banget. saya ga tau mau kemana lagi. Soalnya mingyu, housemate saya yang lama mau jual rumahnya untuk pendidikan terakhir. Jadi saya mau ga mau harus segera pindah.”

“Haha, gapapa. Kita juga cari malam ini dapet kalo bisa, eh ternyata beneran dapet. maafin ya kalau syarat dan sewanya kemahalan. Soalnya ini permintaan tuan rumah.” bisik Seokmin di akhir kata.

“Ahhaaa?!~ iya tidak apa-apa lagi pula saya juga tidak terbebani dengan harga segitu.”

“Oh~ hahaha, oke-oke. Mending saya antar kerumahnya langsung malam ini gimana?”

“Baiklah, mari silahkan!”

Hanya dengan berjalan kaki sebentar sekitar beberapa meter, merekapun sudah sampai di kediaman yang akan Soonyoung tinggali. Rumah minimalis dan tak lupa juga keasrian disekitarnya membuat Soonyoung sangat terkesima akan pemandangan yang saat ini ia lihat.

“Rumah ini adalah rumah impian,tapi apa itu?” ucap naluri Soonyoung.

“Mari masuk, rumahnya sepi kan seperti yang saya katakan tadi.”

Kalimat Seokmin menyadarkan Soonyoung, ia pun mengangguk dan membawa kopernya masuk kedalam rumah. Seokmin berlalu pergi ke dapur untuk mengambil minum dan meninggalkan Soonyoung yang masih memindai hunian barunya sambil memanggil seseorang di lantai 2.

“WOI! KELUAR ADA TAMU! JAN NGEBO MULU!” Teriakan Seokmin dari lantai 2 hingga membuat Soonyoung terkejut dan memalingkan pandangannya menuju sumber suara.

“Dih ngebo mulu!, ada tamu tuh. Plus Housemate baru lo, Sapa gih!”

Suara Seokmin terdengar seperti berbicara dan membawa seseorang agar turun bersamanya untuk menyapa Soonyoung. Yang hendak di sapa terkejut sebelum disapa, bagaikan takdir dan memori ingatan tentang masa dulu diputar kembali dalam ingatannya.

Janji yang dulu pernah dikumandangkan oleh seseorang yang ada didepannya ini sudah ia ingkari. Takdir memang tidak bisa dielakan, seperti kata Dewa Hutan dan Hujan dahulu.

Kwon Soonyoung, Si Hybrid White Horangi Baekdu bertemu dengan musuhnya yang dulu adalah sahabat seperjuangan Lee Jihoon, Si Hybrid White Gumiho Baekdu.

“Lo?! Kok?! DARI SEKIAN RIBU BANYAKNYA MANUSIA DAN HYBRID, KENAPA HARUS LO YANG JADI HOUSEMATE GUE! YAAAA! KWON SOONYOUNG SIALAN!” Teriak Jihoon dari tangga dan di tahan oleh Seokmin karena hampir saja terjatuh.

“Woi! Kenapa lo teriak teriak! Dia housemate lo! Eh! Bentar, lo kenal Soonyoung?” tanya Seokmin kepada Jihoon.

Jawaban Seokmin bukan lah dari mulut Jihoon tetapi dari Soonyoung yang kini sedang tersenyum simpul sambil melambaikan tangannya.

“Hai, Gumiho! Senang bertemu dengan mu?”

Langkah dengan penuh ketergesaan, ia pun menghampiri Soonyoung dan berdiri didepannya.

“Apa kabar Jihoon? Bagaimana dengan janji yang kau ucapkan dahulu? Sudah lenyapkah? Hahaha” sambung Soonyoung dan membuat amarah Jihoon naik pitam.

“Ya! KWON SOONYOUNG SIALAN! SINI LO GUE BUNUH! ANJIR!”

Dengan lantang, Jihoon pun kembali meneriaki nama lengkap sang Harimau Baekdu itu. Untung saja ruang tamu di lantai satu sangat luas dan tinggi, bisa-bisa 2 makhluk Mitologi Hybrid kuno ini akan bergelut dengan leluarsa disini.

Hanya dengan Jihoon yang menampakan bola mata birunya, perubahan penampilan yang menakutkan, saling menampakan bulu salju mereka, beserta kuku dan taring yang tajam. Soonyoung berhasil menaklukkan Jihoon dengan belaian Paw Tigernya selembut mungkin pada bulu salju Rubah Jihoon untuk menundukan amarahnya.

“RAWWHHHHH~”

Rauman Soonyoung menggelegar hingga membuat Seokmin yang hanya melihat 2 makhluk besar ini tak sadarkan diri.

ZZIIINGG!

Jihoon semakin tak terkendalikan. Cakaran besar yang dalam berhasil Jihoon goreskan pada lengan Hybrid Soonyoung, merekapun akhirnya kembali pada wujud manusia mereka.

“LO! KENAPA LO YANG JADI HOUSEMATE GUE! KENAPA LO BISA KETEMU GUE LAGI KWON SOONYOUNG! KENAPAAAA!!!! KENAPA SOONYOUNG!!!! GUE BENCI SAMA LO!”

“Tenang dulu kenapa sih? Kan kita ngebuktiin takdir ji, lo ga inget?” tanya Soonyoung dan Jihoon hanya menunduk lemas karena tundukan Soonyoung tadi.

Dengan cekatan, Soonyoung langsung menangkap tubuhnya yang seketika melemah hingga mereka berdua terduduk di lantai.

“Ji? Lo-... Lo udah lama ga make kekuatan lo? Kok lemes gini?”

“Diam lo bangsat! Gue lemes! Bawa gue ke kamar”

Soonyoung dengan segera membawanya ke kamar tanpa ia tahu dimana letak kamar Jihoon yang sebenarnya. Hanya ada satu pintu ruangan yang terbuka dan menampakan kasur, Soonyoung pun membaringkan Jihoon disana. Sedangkan Seokmin juga Soonyoung baringkan di kamar satunya lagi.

Soonyoung merasa ada yang aneh dirumah ini karena sudah lama tak bertemu dengan sahabat yang sekarang sudah menjadi rivalnya pun ikut berbeda. Jadi ia putuskan untuk merapikan barangnya segera terlebih dahulu di kamar tempat Seokmin yang masih belum sadarkan diri dan memeriksa sekeliling rumah dengan hati-hati.

Luka pada lengannya masih basah karena darah yang belum di obati. masih memperlihatkan sobekan baju yang terkena cakaran Jihoon, ia pun menelaah setiap inci rumah dalam beberapa menit. Soonyoung akhirnya tahu kenapa rumah dan musuhnya ini sangat berbeda dan aneh. Itu karena perubahan kelereng merah pada perut Jihoon berubah menjadi jingga.