I accidently took a picture of the murderer burying a corpse in the forest, and then I met a handsome man on his horse. He helped me, cause I-
-Get Lost
SoonHoon Alternatif Universe X Discover Challenge.
By. Sftyme
Challenge Tag's and Genre polling results – Romance X Adventure.
TW⚠// Mystery, Get Lost In Forest, Discover Murders, Attention Little bit Blood story, Get Caught As Witnesses, Exile in the Wilderness, Eat Unusual Food and This is A Love Story in the Days of Modern Empires.
Biasanya di suatu sore yang indah, kalian akan menemukan matahari yang sedang terbenam di ufuk belahan dunia sebelah barat dan kalian juga bisa melihatnya secara jelas di semenanjung laut pada dermaga maupun tepian luas pesisir pantai.
Tapi kali ini aku diberi misi- ah! Salah.
Lebih tepatnya aku sedang diasingkan oleh atasanku dengan tabiat memberikanku misi untuk melihat dan memotret matahari terbenam di dalam hutan belantara yang dipenuhi oleh pohon tinggi besar berlumut dan juga tanah bergambut.
Aku mulai terbiasa dengan suasana lembab, dingin, dan sepi yang ada disini. Karena bisa dibilang aku belum bisa menemukan jalan pulang untuk kembali ke kota dan biar aku perjelaskan lagi keadaan ku sekarang, Aku Tersesat.
Sambil mencari jalan agar bisa pulang, aku tetap menjalani keseharian seperti biasanya. Memotret alam dengan ditemani oleh racauan maupun desisan hewan kecil, hingga suara dari daun antar daun dan ranting antar ranting yang bersinggungan. Tentu saja semua itu mampu membuat bulu kudukku meremang setiap kali terdengar di telinga, karena pikiran yang negatif terus memenuhi isi kepalaku dari awal hingga saat ini semenjak aku tersesat.
Sang surya sudah kembali ke peraduannya dan malam pun tiba. Kini, aku bertemu dengan bulan yang menemaniku menuju ke pendopo atau gubuk milik warga yang bisa dijadikan tempat istirahat sejenak di hutan belantara ini, sembari berkelana mencari arah jalan pulang.
Ketika aku melihat View yang menurutku bagus maka aku akan berhenti sejenak untuk ku bidik agar bisa mendapatkan hasil gambar yang bagus dan menekan tombol Shutter shoot kameraku. Kemudian mengarahkannya pada pemandangan yang indah di malam hari dalam hutan ini.
Biasanya pemandangan malam lebih indah daripada pemandangan di siang hari, apa lagi bila ditemani dengan kunang-kunang yang mengelilingi tempat dimana View yang bagus untuk diambil.
Akan tetapi, secara tidak sengaja dan tanpa kusadari. hasil gambar yang diambil dengan ISO dan Saturasi cahaya tinggi yang diatur pada kamera ku bisa menjadi barang bukti atas tindakan kriminal yang baru saja terjadi saat ini.
Tangan ku gemetar hebat, suara Shutter shoot tadi membuat manusia yang berproporsi tubuh tinggi berpakaian serba putih yang menutupi seluruh tubuhnya, dengan tangan memegang sebuah sekop guna untuk mengubur mayat yang ia seret menuju arah selatan kini sedang melihat ke arahku.
“T-TO-TO-TOO LOOOOONG GGG!!!!! TOLONG! SESEORANG SELAMATKAN AKU!!! AAKHHHHH!!! TTO-TTO-TOLONG!!!!!!”
Dengan cepat aku berlari sambil berteriak mengeluarkan seluruh tenagaku untuk meminta tolong bala bantuan. Mustahil memang, tapi mungkin saja masih ada pemburu yang sedang berkelana di hutan ini sekarang walaupun hal ini sangat lah tabu bila benar terjadi.
Sial! bisa-bisanya aku terjatuh dan kakiku tersangkut pada akar pohon yang besar hingga aku kesusahan mengeluarkan kaki ku yang tersangkut.
Tt-tak! Tt-tak! Tt-tak!
Telinga ku menangkap jelas bahwa dari kejauhan ada seseorang yang sedang menunggang kuda menuju kemari dari arah utara tepat pada tujuanku berlari tadi.
Namun, mataku kehilangan fokus akibat kaki ku yang masih tersangkut tanpa sengaja melihat sosok berpakaian serba putih itu mendekat dengan sekop di tangannya yang akan siap memukul kepala ku hingga berdarah.
Memejamkan mata sambil berserah diri, hanya itu yang bisa kulakukan sekarang. Namun, Tuhan masih menyayangiku.
Suara pedang berhasil membelah akar besar yang menjerat kaki ku. Setelah suara pedang itu terdengar, secara tiba-tiba seseorang mengangkatku naik ke atas kudanya.
“HIYAAA!!”
Dengan berani ku coba membukakan mata dan tebak siapa yang ku lihat?
Seperti tuan putri yang dipangku oleh pangeran saat tengah berkeliling istana sambil menunggang kuda dalam kecepatan yang tinggi. Pria ini juga mirip seperti legenda Robin hood dengan mukanya yang selaras dengan Ras Asia sama seperti ku.
Kemeja putih serta Shape Shift yang melingkar di punggung hingga dadanya guna menyimpan senjata api dan juga pedang di pinggang nya, Membuat aku menjadi penasaran untuk bertanya, siapakah dia?
Apakah dia adalah pangeran dari kerajaan milik Ratu Elizabeth ke-8 dan apakah ia masuk ke portal waktu dari masa lalu ke tahun 1960 ini?
Dia sungguh pria yang aneh namun taktik berperangnya kelihatan sangat matang. Seperti kesatria yang telaten hingga bisa menolong tuan muda dipangkunya ini hanya bisa menatapnya dengan nanar dan penuh tanda tanya.
Semua tokoh yang ku cocokan tadi dengannya ada pada tubuh kekar ini. Dengan tangan kirinya yang melingkar di pinggangku menahan agar aku tak jatuh, dan tangan kanannya yang sibuk menarik pelatuk dari pistol di saku Shape shiftnya yang siap mengarah pada sosok serba putih tadi.
Terdengar beberapa suara tembakan dan membuatku secara tak sadar lagi bahwa kedua tanganku sudah melingkar pada tubuh atletis Pria Tampan ini. Hei Jihoon! Sadarlah!
Perjalanan yang kami tempuh menggunakan kuda ini sudah cukup jauh. Entah sudah sekitar 30 km atau mungkin saja lebih dari tempat pria ini menolong ku tadi. Sekarang entah ada dimana diriku ini, kudanya tiba-tiba saja berhenti di sebuah pohon besar. Apakah pria misterius ini akan membuangku disini?
“Hei!”
Ah! Kaget. Jantungku hampir saja berpindah tempat. Sebentar, Dia memanggil ku? Akhirnya aku bisa berbicara pada seseorang setelah 2 bulan lamanya. Ya walaupun tadi aku sempat berteriak meminta tolong, tapi setidaknya ini adalah percakapan pertamaku setelah 2 bulan yang lalu.
“i-iya? Kau memanggilku?”
“tentu saja, siapa lagi kalau bukan kau?”
Ah! Benar dia memanggilku, mari kita dekatkan diri dengannya. Tapi bukannya melanjutkan pembicaraan malah punggung pria ini yang ku dapati tengah menunduk dan siap untuk aku naiki.
“Hei! T-tuan! Sedang apa kau? Berdiri lah mengapa kau berlutut membelakangi ku?”
“Rumah ku ada diatas sana? Apa kau yakin tubuh mungilmu ini bisa naik tanpa bantuan ku?”
Wah sungguh tak sopan, tapi apa benar rumahnya ada pada pohon besar ini? Hah! Yang benar saja?
“Apa kau tidak ingin naik? kalau begitu aku akan meninggalkanmu di bawah sini”
Pria ini sungguh- hhh~ sudah lah, lebih baik aku menuruti perkataannya.
Mungkin kalian tak percaya, dan benar rumah pria ini ada di pucuk pohon besar tadi. Bagaimana bisa ia membuat rumah selapang ini di pucuk pohon besar seperti ini!? wah sungguh pria aneh. Aku tarik perkataan dan tindakan ku tadi saat diatas kuda.
“Pergilah ke belakang untuk membersihkan dirimu dan kemarikan kamera sepertinya rusak. Mungkin aku bisa memperbaikinya.”
Maksudnya ia ingin aku mandi? Yang benar saja mana ada air yang bisa dibawa dari sungai menuju atas sini?
“Bisakah kau menuntun ku tuan? Aku masih baru disini tak enak jika aku memasuki tempat yang salah” mau tak mau aku harus mandi juga dan mencari fakta apakah memang ada air di tempat setinggi ini.
Dan benar saja, aku bodoh tak memikirkan jika air hujan bisa ditampung untuk air di rumah pohon ini. Kamar mandi ini terlalu terbuka tapi memang benar, siapa juga yang ingin mengintip ku mandi dari atas sini selain tuan muda tak sopan tadi yang kini sedang sibuk memperbaiki kamera ku.
Marilah kita membersihkan diri yang kumuh ini terlebih dahulu dan baru kita lanjut ke sesi tanya jawab pada tuan muda tak sopan tadi.
Selesainya aku membersihkan diri, pria ini sudah selesai saja memperbaiki kamera ku yang sempat terhempas dan syukurlah hanya rusak ringan jadi masih bisa digunakan kembali.
“Wah! Apakah begitu mudah memperbaiki kamera ini bagimu?”
Kesal dan jengkel, tak ada jawaban yang digubris dari tuan rumah sok tampan ini. Hanya dia yang sibuk mengotak-atik kamera ku dan mengambil gambarku sekali.
“Terima kasih banyak atas perbaikan dan tumpangannya juga, terima kasih banyak kembali atas pertolongan yang kau berikan kepadaku tadi. Aku izin pulang!” mengambil kameraku dengan sigap.
“Berhenti!”
Dengan kesal aku menghentakan kaki ku keluar menuju pintu yang aku justru tak tahu apa benar itu pintu keluar dari sini dan untung saja langkahku terhenti berkat suaranya yang masuk ke telinga hingga nyawaku masih selamat sampai sekarang.
Karena di depan pintu yang salah ini bisa jadi jika melangkahkan kaki ke depan satu langkah saja, maka tubuhku akan langsung terjun bebas.
“apa kau berani untuk pulang pada gelapnya malam di bawah sana? ini sudah larut, lebih baik kau menginap disini malam ini”
Ada benarnya tapi aku terlanjur kesal.
“jangan keras kepala jika kau tak ingin kepalamu hilang ditelan beruang”
Ah sial! Bulu kudukku meremang mendengar ucapan pria aneh ini.
Baiklah aku akan menurut dan kini aku duduk di hadapannya yang sibuk menghidangkan masakan makan malam yang mungkin juga sudah ia masak sedari aku mandi tadi.
Benar, mandi ku memang sangat lama karena sudah lama aku tidak membersihkan tubuhku semenjak aku diasingkan dan berakhir tersesat.
Hei! Apa ini?! Makanan ini aku tak sudi dan tak berniat untuk memakannya. Ia memberikanku sup ular? dan kelabang panggang?
Ah~ melihatnya saja nafsu makan ku hilang. Untungnya ada sebotol Wine disini, sepertinya sangat mahal dan hanya bangsawan lah yang dapat meminumnya dan bukan hanya Wine ini saja, tapi furnitur di rumah pohon ini bagi ku seperti kamar seorang pangeran yang dipenuhi dengan guci antik dan juga barang mewah.
Namun ada satu yang menjadi pusat perhatian ku sedari tadi, apa maksud dengan belati yang berada di sebelah tangannya itu? Jangan pikirkan Jihoon! lebih baik kau minum terlebih dahulu.
“isi perutmu terlebih dahulu, baru kau bisa meminum wine!”
Wah~ Suara Jantannya membuatku tertegun walaupun ia memerintah tapi dengan santainya melarang ku meminum Wine mahalnya ini, dasar pelit. aku tak bisa menolak pembicaraan barusan, sungguh aku takut aku akan mati disini karena aku adalah tamunya.
Mau tak mau, aku mencoba hidangan aneh ini dan memperbanyak mengunyah nasi. Untunglah ada makanan utuh yang bisa kumakan disini.
“nasinya enak! Kau hebat sekali memasaknya dengan sangat matang”
Pujian tadi sungguh sia-sia, ia malah menaruh daging sup ular ini di sendok yang siap masuk kedalam mulut ku bersama nasi yang masih hangat dan nikmat untuk disantap saat ini.
Perutku seperti dipelintir acak hingga membuatku mual, lebih baik aku berhenti sampai disini saja.
“terima kasih makanannya! Aku mau minum wine saja boleh?”
Zzzingggg!
Ujung jariku belum menyentuh botol anggur itu. Bukan Wine yang ku teguk, melainkan ludah ku sendiri. Karena belati dari tangan pria bertubuh kekar aneh di depan ku ini sudah siap menghunus nadi di leher ku.
“Siapa kau?” tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.
Jujur, nafasku sudah cekat berada di ujung kepala hingga membuatku sebentar lagi tak sadarkan diri.
Saat aku mencoba menyadarkan diriku kembali, aku masih di tempat yang sama hanya saja posisi ku saat ini seperti terbaring di tempat tidur.
Belum lama aku menarik nafas lega dan mengetahui aku masih hidup, ujung pistol siap menembus pelipis ku oleh pria yang sama di ruang makan tadi yang kini sedang duduk pada ujung kasur disampingku.
“jawab aku, kau siapa?” tanyanya lagi.
Jantungku seperti sudah jatuh pada tempatnya. Mengapa dengan secara tiba-tiba pria ini menodongkan pelatuknya padaku?.
“A-aku, aku hanya tersesat dan ingin mencari a-arah jalan pulang s-saja. Ku mohon b-bantu aku! dan lebih baik k-kau menyimpan benda ini terl-lebih dahulu sebelum kita berbicara baik-baik”
Untunglah ia mau mendengarkan ku, namun kali ini masih sama saja. Ia malah mengintimidasi ku dengan pertanyaan yang sama dan tatapan netra bulan sabitnya yang tajam.
“Jawablah dengan jujur, siapa kau?”
Baiklah akan ku jawab agar pria ini bisa ku lontarkan kembali pertanyaan yang sama.
“A-aku Lee Jihoon, diasingkan oleh atasanku dengan alasan memberikan misi untuk mengambil pemandangan matahari terbenam di dalam hutan belantara ini. D-dan saat ini aku tersesat, aku hanya ingin pulang dengan selamat tanpa adanya halangan. itu saja! K-ku mohon jangan bunuh aku!”
“Tapi apa maksud dari foto ini?”
Ahh! Sial! Bagaimana ia bisa tahu?
“A-aku tak s-sengaja memotretnya, sungguh! Kau lihatkan? A-aku memakai kacamata saat ini, jadi bisa di bilang penglihatan ku sangat buruk dan aku tak tahu bahwa a-aku memotret seorang pembunuh.” kalimat ku terlalu gagap, karena tangan pria ini sudah berada di belakang punggung ku dengan belati yang sudah siap menancap di sana.
“Dan b-bagaimana kau tahu bahwa di dalam f-foto ini adalah seorang pembunuh?”
Lagi-lagi aku terperangkap oleh perkataan ku sendiri. Memejamkan mataku sebentar karena air mata ku tak bisa lagi menggenang di pelupuk mataku. Ayo Jihoon! Kau bisa.
“A-apakah sudah jelas yang terlihat di foto itu s-seperti akan mengubur mayat yang ia tarik?”
Pria itu diam, kemudian bertanya lagi kepadaku dengan wajahnya yang terus mengikis jarak pada ku.
“Apa kau ingin lolos dari hutan ini?”
Hei! Sebentar, ada apa dengan pria ini? Ada yang salah saat aku mendengar perkataannya barusan.
“A-apa? Coba ulangi sekali lagi!”
“Aku tanya, apa kau ingin lolos dari hutan ini?”
“Ya tentu saja aku mau! T-tapi bagaimana caranya?”
Dengan ujung bibirnya yang terangkat dan membuat senyum misterius pria ini terukir di wajahnya dan aku bisa tau apa yang akan pria ini rencanakan.
“Baiklah, kau bisa keluar dari hutan ini dengan satu syarat”
“Apa itu?!”
“Bantu aku mencari tahu siapa pembunuh ini”
Wah! benefit yang bagus untuk ku dapatkan bukan?. Tawaran macam apa ini?. Tapi ini bisa jadi satu-satunya harapan agar aku bisa kembali ke kota. Dengan hati yang mantap aku sekarang menerima tawarannya untuk menjadi partner petualangannya mencari tahu siapa pembunuh pada foto yang ku ambil tadi.
Bagus sekali bukan? karena sebentar lagi aku bisa mati akan hal tak masuk akal yang ia tawarkan kepadaku. Aku hanya ingin pulang dengan tenang, itu saja apakah tak cukup?
Dengan tak murah hari aku pun bersedia menolong dan menjadi partnernya, Secara terpaksa.
“Apa yang harus ku lakukan agar bisa membantu mu?”
“Kau hanya perlu berada di sampingku”
“Maksudmu?”
“kau hanya perlu ikut dan berada selalu disampingku kemanapun aku pergi. Karena kau yang menyimpan barang bukti pembunuhan itu bukan?”
“Ya~ tak salah, cuman- kenapa aku tidak melakukan apa-apa?”
“Baiklah kau hanya perlu menjaga dirimu agar tetap hidup”
“Caranya?”
Lagi! Mulut berbisa ku menghukum diriku sendiri. Dengan berlatih pertahanan serta bela diri yang diajari olehnya, aku bisa menyelamatkan diri ku sendiri tanpa meminta bantuan siapapun termasuk pria ini. Kini sudah larut, sebaiknya aku memejamkan mata ku agar bisa mengumpulkan tenaga sebanyak-banyaknya untuk esok hari.
Ku pikir latihan ini cukup menyenangkan, malah aku ingin menyudahi pergulatan tubuh kecil ku ini dengan karung gandum berat yang sedang kupikul ini. Padahal semalam dia yang sudah meremehkan tubuh kecil ini malah menistakan ku dengan beban sialan ini. Aku haus, terik matahari yang menyilaukan mata bisa menjadi saksi kematian ku karena kehausan saat ini.
“Hah! Hah! Hah! Akuhh! Haushhh! Hah SOONYOUNG! AKU HAUS”
Sebenarnya dia dengar atau tidak apa yang baru saja aku katakan?. Baru sekejap menutup pelupuk mata, ada tangan yang sedang menjulurkan tabung yang berisikan air kepadaku.
“Minum lah”
Pria ini dingin sekali, untung hanya wajahnya yang masuk dalam kategori kekasih idaman ku. Lagi pula pangeran julian lebih tampan darinya. Tapi dipikir lagi ras asia lah yang lebih maskulin untukku saat ini, ya dikarenakan aku termasuk kategori itu, hehe.
“Setelah ini kita panahan!” teriakan bergema suara pria ini membuatku tersadar dari imajinasiku yang indah. Awas kau Soonyoung lihat saja nanti.
Dengan pohon pinus yang ia buat sebagai sasaran anak panah ini, pengalaman pertama ku dalam memanah sangat minim dan asing bagi ku. Aku menyerah dan rasanya ingin berbaring saja di rumah pohon besar rindang milik Soonyoung saja.
“Posisi tangan mu salah, kokohkan tangan kirimu memegang busurnya seperti ini. Lalu tarik dan tahan ujung anak panahnya mendekati garis tengah bibirmu begini. Bidik dengan menutup matamu satu agar tepat sasaran…”
deg..deg..deg..deg..
Terlalu dekat Soonyoung, kau terlalu dekat untuk mengajariku panahan ini. Ah! Kenapa kalimatnya berhenti? ayo lanjutkan jangan menatapku dengan bibirmu yang dekat dengan wajahku ini bila tak ingin aku membasahinya.
“Kenapa melihat ku? lihat kembali sasarannya!”
Sial! pria ini membuatku salah tingkah. Dengan mataku yang tak bisa fokus dan jantungku yang terus berdetak membuat tangan kiriku tidak bisa menahan kokoh busur ini, sehingga anak panah ku melesat pada sasarannya.
“Kau ingin mati dengan mudah? memegang busur dengan kokoh saja tidak kuat. Apa yang kuat untuk kau laku-”
cup!
Aku sudah tak tahan lagi, jantungku seperti ingin meledak dan perutku geli seperti ada kupu-kupu berterbangan disana. Bibir ranum cherry dan tebal ini sangat kering sehingga aku tak kuasa menahan nafsu ku untuk membasahinya.
“Lee Jihoon-”
Ayolah! itu hanya kecupan singkat jangan diperbesarkan. Aku malu.
“Aku haus, kau belajar lah sendiri sembari aku kembali.”
Dia tak marah? hanya berlalu pergi menampakkan punggungnya kemudian meninggalkan ku menuju sungai. Lee Jihoon! Dasar kau gila.
Baru beberapa hari kau hanya tidur satu ranjang tanpa melakukan apapun selain berpura-pura tidur terlebih dahulu, kemudian membelakanginya dan kau kembali memindai wajah pria ini saat ia tidur dengan cara tak sopan! Apa kau waras?! kau! ah~ ya aku sudah gila. Lihat, ia tak kembali menghampirimu hingga bulan sudah naik.
Esok harinya aku berusaha bangun terlebih dahulu dan menyiapkan sarapan. Lebih tepatnya aku terjaga sepanjang malam, karena tak berani menampakan wajah pada Soonyoung.
“Kau memasak semuanya?”
“Ah! Kaget! -nggg iya aku memasak semua ini.”
“Terima kasih” berlalu sambil mengusap acak surai rambutku.
Beraninya dia tak bereaksi apa-apa semenjak kejadian kemarin?. Wah~ lihat lah dia dengan lahap menghabiskan hidangan ku. Sudah lah, aku sebaiknya ikut sarapan karena aku harus berlatih lagi hari ini.
Walaupun hanya seminggu, aku sudah cukup mengerti tekniknya dan akan mudah bagiku nanti jikalau akan menggunakan tekniknya dan tak lupa serangan asmara yang berkelangsungan saat Soonyoung berada disampingku untuk mengajariku beberapa hal yang tak aku mengerti.
Mulai dari apresiasi mengelus puncak kepalaku dengan senyum teduhnya, menertawakan tingkah konyol secara ketidaksengajaanku, melantunkan nyanyian tanpa sadar dengan lirik yang romantis hingga ia meracau kalimatnya yang ambigu untuk ku dengar seperti.
“Stay with me even though the storm is coming. I will always remain faithful to you, and we will go through this directionless journey together. Please believe me that I will be your Guardian.“
Lirik yang sangat asing, entah ia menyanyi lagu milik penyair atau malah ia yang menyiarkan lirik itu? dan tanpa sadar aku bisa gila jika latihan ku seperti ini terus menerus.
Sudah cukup aku menceritakan tentang kasmaran ku, mari fokus pada tujuan awal, mencari pembunuh dan pulang dengan selamat.
Suara kokok ayam hutan mendengung di telinga, saatnya kami mempersiapkan diri untuk memulai mencari tahu siapakah pembunuh yang ada pada gambar yang kuambil tempo hari.
Dengan bantuan kuda milik Soonyoung, kami pun memulai perjalanan kami menuju barat daya, tempat para tentara menyimpan senjata tajam peperangan mereka.
Aku lupa memperkenalkan dirinya kepada kalian siapa diri Soonyoung dengan lengkap namun banyak kejanggalan misterius pada pria ini. Ia bernama lengkap Kwon Soonyoung, Prajurit kerajaan yang sudah lama beradaptasi dengan lingkungan hutan belantara ini karena mempunyai satu misi yang belum ia selesaikan sampai sekarang. Yaitu, Menangkap pembunuh serba putih itu yang ditugaskan oleh istana kepadanya.
Dan kejanggalan yang ku maksud adalah Mahkota berlian yang sangat persis dengan milik Pangeran yang berada di dalam sebuah kotak usang tepat di bawah tempat tidur rumah pohonnya.
Jangan katakan kepada Soonyoung bahwa aku mengambil foto Mahkota itu secara diam-diam. Baiklah kembali pada perjalananku yang saat ini sedang duduk di pangkuan Soonyoung karena barang perlengkapan yang kami bawa cukup banyak hingga tak menyisakan tempat untuk Si kecil Jihoon ini duduk. Aku kesal namun mengingat keadaan kembali aku berusaha menahan kesal dengan mendistraksi pada kamera ku.
Tanpa meninggalkan moment, sebisa mungkin sambil menunggangi kuda aku mencoba menguji ketahanan ku agar foto yang kuambil sebagus mungkin tanpa adanya guncangan. Malah sial yang ku dapatkan, untungnya Soonyoung yang berada di belakangku melingkari lengannya pada pinggang kurus ini.
Siapa yang tak akan merona bila seseorang tanpa sengaja menolong hidup sebatang kara yang sial ini hampir saja celaka. Pipi ku seperti tomat yang masak, pria ini entah sejak kapan menjadi sangat tampan saat aku melihatnya. Walaupun aku melihatnya selalu tampan setiap hari, aku hanya meracau saja agar pipi gembil sial ini tak merah lagi.
Jujur aku penasaran, Apakah saat pertama kali bertemu? Atau saat ia mengajariku memanah dengan jarak yang dekat? Atau saat ia terus berusaha menjagaku?
Sudah lah Jihoon, jangan dipikirkan. Lihatlah sebentar lagi kau sudah sampai di tempat tujuan pertamamu.
“Kau bisa menggunakan pedang? Atau pistol ini?”
“Aku kurang yakin dengan pedang, bagaimana dengan panah?”
“Aku tidak memasukan panah pada pilihanku Jihoon”
“Tapi aku ingin panah! Ya? Soonyoung? Hngg?”
Dengan terpaksa aku membuat wajah menjadi menggemaskan di depannya dan berharap dia bisa memberikan busur panah sebagai senjataku.
“Baiklah kau menang. Kau simpan pistol ini untuk berjaga-jaga bila anak panahmu habis” ucap Soonyoung sembari mencubit pipiku gemas.
“Iya! Siap komandan. Hehe”
Aku sangat senang sekali bahwa aku bisa mencoba suatu hal yang belum pernah aku bayangkan dan aku pelajari akan terjadi.
Belajar ilmu pertahanan dan bela diri sambil ditemani oleh Soonyoung yang mengajakku berpetualang bersama dengan sambil menjaga satu sama lain adalah hal yang akan membuat pengalaman Tersesat Ku kali ini menjadi lebih menarik.
Apa lagi jika Soonyoung saat ini yang sedang membantuku memakai peralatan manuver seperti shape shift yang sama dengan milik Soonyoung, serta perlengkapan yang sudah dikemas rapi pada ransel masing-masing.
Setelah Soonyoung membantu merapikan topiku, ia mengangkat tubuhku untuk naik ke atas kuda kembali.
“HIYAAA!!”
Kami pun memulai petualangan yang sebenarnya sembari membuat jalinan cinta yang akan bersemi satu sama lain seiring berjalannya waktu. Ini hanya opini ku saja, jangan berharap banyak jika Soonyoung akan menyukai ku.
Teriknya matahari membuat kami kelelahan dan sebisa mungkin mencari sungai yang jernih agar airnya dapat diminum. Tak lama kami pun mulai berjalan kaki tanpa menunggangi kuda, karena daratan yang luas akibat penggundulan hutan setempat dan membuat daerah ini menjadi tandus.
“Jihoon, apa kau masih kuat?”
“Kau masih bisa bertanya padahal kau sudah tau jawabannya Soonyoung!”
“Mungkin kita bisa beristirahat di bawah pohon kapuk itu?”
Dengan segera aku pun berlari sekuat tenaga untuk bisa sampai pada satu-satunya pohon yang tersisa di daerah ini untuk berteduh.
“Hati-hati nanti kau jatuh Ji-”
Kalimat Soonyoung belum selesai dan hal itu pun sudah terjadi. Lutut ku akhirnya tergores dengan tanah kasar serta kerikil pun membuat aku tak bisa jalan, padahal aku menggunakan baju yang sekira ku aman. Aku hanya bisa merengek kesakitan kepada Soonyoung saat ini dan benar aku mencari perhatian padanya. Dasar manjanya aku.
“Soon~ jatuh hiks”
“Kan sudah ku bilang hati-hati, tak perlu tergesa. kita akan sampai juga untuk berteduh disana Jihoon”
Walaupun mulutnya terus berbicara, Soonyoung tetap menggendongku untuk menuju pohon kapuk tersebut.
Ia mulai mengeluarkan kotak yang berisikan obat-obatan untuk mengoleskan pada luka di lutut ku yang berdarah tadi.
“Kita belum mulai kamu sudah berdarah, apa kamu yakin ingin bertarung Jihoon? Hahahaha”
Tangannya yang mengacak rambutku pelan membuatku sedikit kesal dan juga salah tingkah. Perlakuannya ini terbilang manis untuk ku yang baru kenal yang bisa dihitung dengan jari.
“Ih! Aku kesal. kau meremehkan ku ya Soonyoung?”
“Haha tidak Jihoon. ini, minumlah”
Air pada tabung ini hanya cukup untukku dan juga kudanya. Bagaimana dengan Soonyoung? Apa dia sudah minum duluan?
“Kau? Bagaimana?”
“Tak usah, yang penting kau dan kuda ku tak kehausan”
Sekali lagi belaian tangannya mampir pada puncak kepalaku. Apa ini? Aku sudah tak bisa menahan detak jantungku yang bergerak cepat. Lebih baik aku meneguk air ini agar bisa menenangkan ku.
Dengan berjalan terbata-bata, aku pun menuju kuda Soonyoung sambil memberikannya minum. Tentu saja Soonyoung hanya melihat ku tanpa menegur, karena ia sudah tau aku ini nakal dan keras kepala.
Setelah 30 menit beristirahat dibawah pohon kapuk yang rindang itu sebentar, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke kota. Sambil menukar pakaian untuk menutupi Shape shift yang bertengger deretan senjata tajam disana guna untuk tak dicurigai penduduk kota.
Dengan anehnya aku merasa Soonyoung menggunakan Scarf untuk menutup mulutnya dan hanya menyisakan bagian netra bulan sabitnya saja yang terlihat.
Tak ingin bertanya, mungkin karena ia anggota kemiliteran jadi ia harus menutupi identitasnya. Bagus Jihoon, berpikirlah dengan positif untuk saat ini dan simpan semua pertanyaan konyol mu itu.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari hutan menuju kota, kami menitipkan kuda serta perlengkapan kami di peternakan milik kenalan Soonyoung yang terletak di perbatasan antara kaki gunung dan ujung kota. Untungnya Soonyoung memberitahuku bahwa disana adalah markas kemiliteran kerajaan mereka bukan peternakan biasa.
Secara tak langsung juga pun aku mengetahui lebih banyak informasi tentang Soonyoung dan tanpa sadar juga aku sudah berhasil keluar dari hutan belantara yang sudah lama aku terjebak disana.
“Kau sudah bebas Jihoon, apa kau ingin berkeliling? Atau kau ingin menuju rumahmu?”
Rumah? Untuk apa? Sedangkan keluarga ku saja sudah menjualku kepada atasanku untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Sebenarnya yang akan aku rencanakan ketika sudah keluar dari hutan adalah untuk mencari pasangan yang siap menerimaku apa adanya dan hidup dengan aman dan damai.
Hanya itu saja, tapi siapa yang sangka bahwa aku disini bersama Soonyoung yang sedang melakukan misi untuk mencari pembunuh bukan untuk hidup berbahagia.
“Tidak Soonyoung, lebih baik kita mencari pembunuh itu secepatnya.” -karena aku sudah masuk ke zona nyaman bila berada disisimu seperti janji yang ku ucapkan padamu.
Soonyoung menyetujui ku dan kita mulai memasuki ibu kota dengan menggunakan transportasi darat, kereta api. Dalam perjalanan aku hanya bisa melihat kearah jendela, merenungi nasibku dan apa yang harus aku lakukan jika misi ini selesai hingga aku akan segera berpisah dengan Soonyoung.
“Kita akan baik-baik saja, percaya lah padaku.” dasar tak peka, namun aku suka.
Soonyoung menggapai kepalaku untuk bersandar pada bahunya, dengan bermaksud menenangkanku. Tapi bukan kekhawatiran yang Soonyoung maksud saat ini sedang berada di pikiranku melainkan enggan untuk berpisah dengannya.
Tepukan pelan penuh kehati-hatian yang ia berikan pada punggung tanganku saat ini membuatku mengantuk hingga sampai pada pusat kota.
2 Jam perjalanan yang ditempuh menggunakan kereta api, Soonyoung memanduku untuk mencari pembunuh itu pada sebuah bar tempat perjudian massal diadakan yang berada di seberang jalan raya dekat dengan stasiun kereta api. Karena informasi ini di beritahu oleh rekan Soonyoung selama pengintainya di dalam kota.
kring!!
Kami masuk kedalam bar tersebut, banyak sekali orang bermabuk-mabukan
hingga terkapar di lantai. bau tak sedap dimana-mana dan banyak wanita berpakaian tak layak sedang bermain dengan pejantan didalam ruangan ini. Pemandangan ini membuatku mual dan ingin segera meninggalkan tempat ini.
Ada satu pelanggan yang tampak tenang pada keributan ini dan menimbulkan rasa kecurigaan pada Soonyoung. Ia pun berbisik di telingaku sambil berkata-
“Jihoon, sudah selesai kau mengambil gambar saat situasi kita disini?”
“Iya sudah, mengapa?”
“Kau coba bidik gambar dekat pada pria yang sedang meneguk minumannya di arah jam 11.”
Ya, sedari awal perjalanan tadi aku tak lupa untuk memotret semua keadaan dimana tempat kita berada. Karena bisa saja gambar itu sebagai penuntun sekaligus barang bukti kelak saat kondisi benar-benar di butuhkan.
Sekali tekan aku berhasil mendapatkan gambar yang jelas pada pria yang ditunjuk oleh Soonyoung dan benar pria itu sepertinya mengenali sekaligus mencurigai kami sedari masuk ambang pintu bar.
Soonyoung mendekati tempat duduk pria itu sambil menggenggam tanganku agar bisa terus bersamanya.
“2 gelas air mineral dan juga 2 sandwich tanpa sayuran! Makan disini! Tolong hidangkan dengan cepat!”
Ucap Soonyoung meminta pelayan bar untuk menyediakan kami makanan. Pria yang ada di depan kami pun tertegun bingung saat tahu bahwa kursi kosong di depannya sudah diisi oleh orang yang ia lirik sedari tadi.
“Hai! Sudah lama tak bertemu?” sapa Soonyoung kepada Pria ini.
Pria itu hanya menyunggingkan senyumnya dan meneguk kembali minuman didepannya. Apa benar Soonyoung kenal dia? Atau Soonyoung salah orang?. Lebih baik aku membawanya lari dari sini karena disini sangat tak nyaman dan ribut.
“Soon, Ayo! kita keluar aku tak nyaman disini.”
Baru saja berdiri dari bangku, tangan ku digenggam erat oleh Soonyoung agar kembali menyuruhku duduk di sebelahnya.
“Tenang Jihoon, ada aku. Kau tak perlu khawatir.”
Ah! yang benar saja Kwon Soonyoung! Bagaimana aku bisa tenang sedangkan kalian beradu tatap menyeramkan seperti itu.
“Wah?! sudah dewasa kau rupanya Kwon Soonyoung?”
Pria ini mengenalinya. Syukurlah tapi aku tak bersyukur kembali jikalau tempat ini akan menjadi ring tempat pertarungan mereka.
Ckllek! Dor!!
Baru saja berasumsi akan ada sesuatu yang akan terjadi sebentar lagi disini dan benar saja, satu tembakan dari pistol pria itu hampir saja menembus kepalaku jika Soonyoung tak menundukan kepala kami.
“TIARAP DAN KELUAR JIHOON!”
Dengan segera aku keluar dari sana sambil tiarap membungkuk pada langkah kaki yang kalut pada ruangan itu.
Suara teriakan dan kecemasan dari pelanggan maupun yang pekerja bar ini berhamburan keluar dan menyisakan Soonyoung bersama Pria aneh tadi.
Langkahku terhenti karena melihat hanya Soonyoung yang bertarung melawannya di dalam. Sambil menoleh ke arah Soonyoung untuk memintanya mengizinkan ku ikut mengalahkan pria berbahaya ini, ia bersikeras menggelengkan kepalanya dengan air muka penuh kekhawatiran dan menyuruhku agar tetap menjauh dari kawasan pertarungan mereka. Mengangguk adalah pilihan ku dan keluar adalah jalan yang aman untuk saat ini.
Sudah 3 kali terdengar suara tembakan di dalam bar dan kekhawatiran ku makin membesar. Namun pria asing itu menuju keluar melalui jendela dan berlari menuju ke arah selatan. Ya, hutan adalah tujuannya saat ini.
Astaga aku lupa dengan Soonyoung?! Apakah dia baik-baik saja?
Segera aku masuk kedalam bar dan menghampirinya. Untung saja Soonyoung masih sehat tanpa luka pada tubuhnya. Tapi ada sesuatu di tangannya berupa Tiara cantik yang sama seperti mahkota yang ada di bawah ranjang rumah pohon Soonyoung dan sepertinya itu milik Putri kerajaan.
“Jihoon! apa kau baik-baik saja?” Dasar pria ini! seharusnya aku yang bertanya demikian kepadanya.
“Iya, aku baik-baik saja”
Setelah memeriksa sekujur badanku, ia merengkuh tubuh mungil ini dalam dekapan hangat kekhawatirannya.
“Apa kau melihat kemana arah larinya pria tadi?”
Hei?! bisa-bisanya pria ini menanyakan orang lain saat sedang romantis begini.
“Hngg. Aku tau dia menuju kemana” ucapku kesal.
“Baiklah, ayo kita kesana!”
Aku mengalah, dan kami segera menuju kemana arah pria itu berlari. Tak lama kami menapakan kaki ke kota ini dan belum pula menelusuri jauhnya jalanan raya ibu kota, Yang terpenting saat ini adalah mengetahui siapa pria tadi.
Kembali menaiki kereta api dan menuju hutan kembali sambil menunggangi kuda tanpa tahu kini arah jejak pria tadi, tapakan kuda ini sudah laju dan sembari masuk ke hutan, aku melihat kembali pada kamera ciri-ciri pria tadi.
Berkulit kuning langsat, rambut pirang sebahu dan ikal, dengan garis mata sama seperti bulan sabit milik Soonyoung namun berwarna coklat dan Ras Eropa campuran Asia yang kental sepertinya begitulah dugaan ku.
Tapi jika dipikir, setahuku bahwa hanya keturunan raja lah yang memiliki proporsi wajah Ras campuran antara Eropa dan Asia.
Begitulah pandangan pertamaku ketika aku mengenali pria tadi dan juga Soonyoung. Apa mereka punya hubungan dengan kerajaan? Atau mereka anggota keluarga kerajaan! Ah, mari kita singkirkan konspirasi ini terlebih dahulu, siapa tahu benar adanya nanti.
Setelah 2 jam menuju arah selatan hutan, kuda kami tergelincir dan membuat kami jatuh dari atasnya.
“Aw! Akhhh aduhh!!!”
Kepalaku tak sengaja terhempas pada batu panjang yang tertancap pada tanah gambut ini, dan aku merasa tanah ini seperti gundukan tanah yang tak merata.
“Jihoon kau baik, -baik saja?”
Kenapa kalimat Soonyoung terputus? kenapa Soonyoung tak menolongku berdiri? Kenapa ia termenung?
Kepalaku kini terasa pusing dan ada sesuatu yang hangat sepertinya mengalir pada belakang kepalaku.
Sesaat rinai hujan turun, Soonyoung mulai sadar dan menolongku. Ia mengangkat tubuhku agar berdiri dan membawa berteduh dibawah rumah ladang di hutan ini.
Aku ternyata kembali terluka, padahal hanya Soonyoung yang berkelahi sedari tadi. Kepala ku terbentur batu besar tadi dan mengakibatkan cedera dalam pada kepalaku. Luka ini membuatku pusing bukan main hanya sekedar untuk duduk saja aku sudah tak mampu.
“Kau tidur disini dulu, sembari menunggu hujan teduh aku akan mencari daun sirih untuk menghentikan lukamu. Jangan khawatir aku akan selalu tetap disampingmu” Deja vu, kapan ia berhenti mengatakan bahwa ia akan selalu bersama ku?
Ia berlalu pergi sebentar dan ia kembali dengan daun sirih digenggamannya. Dengan perlahan Soonyoung menidurkan kepalaku pada pahanya sebagai bantalan dan membuat rasa sakit di kepalaku agak mereda. Sesekali juga ia menyisir surai ku dengan perlahan agar tidak mengenai luka ku yang kini sedang ia obati sebagai afeksi.
“Ji?”
“Hnngg?”
“Kamu tahu dimana kepalamu terbentur tadi?”
Soonyoung! kau tak memandang situasi kah? Kepalaku sangat pusing, ditambah dengan pertanyaan sederhana yang sulit untuk ku pikirkan jawabannya itu membuat pandanganku menjadi berputar.
“Aku tidak tahu, coba katakan apa itu?” aku menjawab dengan sembarang.
Soonyoung menutup mataku dengan telapak tangannya, kemudian menyerukan jawaban dari pertanyaannya tadi pada telingaku.
Seketika jawaban itu membuat ku terduduk lemas menghadap kepada Soonyoung sambil menggenangkan air mataku.
“Soonyoung?~”
“Aku baik-baik saja. Hei! hahaha kenapa menangis?”
Tangan besarnya menghapus air mataku yang sudah jatuh mengenai pipi. tak menunggu lama aku hanya bisa memeluknya erat badannya sambil mengusap pelan punggungnya.
“Apa benar pria tadi adalah pembunuh yang ada di dalam gambar pada kamera ku soonyoung?-
-Ayo jawab! Apakah dia juga yang membunuh adikmu hingga kau masuk kemiliteran hutan agar bisa menemui kuburan adikmu?-
-Jawab Soonyoung! Jawab! Hikss..”
Soonyoung tak menjawab, hanya saja ia melepaskan pelukan dan memegang kokoh pundakku agar bisa melihat wajah jelek ini saat menangis.
“Sudah, jangan menangis. Adik ku tak akan bisa kembali. Untungnya ia dikuburkan dengan baik di tempat kau jatuh tadi. Aku juga baru tahu bahwa itu kuburannya dan juga aku tau ia juga mengetahui nama adikku dan menulis namanya pada batu nisan di tempat kepalamu terbentur tadi-” berhenti dan mengambil nafas dalam untuk melanjutkan kalimatnya yang sempat terputus.
”-Pembunuh itu tak lain adalah paman ku sendiri. Adik dari Ayahku yang memiliki sifat buruk dalam keluarga kerajaan. Ia sangat benci dengan Ras Asia yang ia miliki, maka dari itu aku dan adikku yang memiliki wajah mirip sekali dengan orang Asia mengasingkan diri di hutan dan berperan sebagai penduduk biasa.”
Pantas saja Soonyoung hafal sekali jalan keluar masuk hutan ini dan juga menutupi identitasnya pada keramaian kota, hingga aku tau maksud dari mahkota dalam kotak dan tiara yang ia pegang tadi.
Soonyoung juga baru saja memberitahu ku tentang penjaga peternakan tadi. Ia adalah Pengawal kerajaan yang diutuskan Raja untuk melindunginya dan juga adiknya saat berada di hutan. Namun adik Soonyoung tak terselamatkan karena berhasil dibunuh oleh pamannya sendiri.
“Baiklah Jihoon, karena aku memberitahumu tentang aku yang sebenarnya. Maka petualangan kita baru saja dimulai, tadi hanya pemanasan dan kau sudah terluka 2 kali. Hahahaha, lain kali berhati-hati lah atau aku akan menikahimu!”
Pria ini sungguh-! Wah! Tanpa memandang situasi dan kondisi ia melamarku secara spontan dan tanpa berpikir panjang? Ternyata ada yang lebih gila dariku.
“Hei! Kepalaku yang terbentur mengapa jadi kau yang gila?”
Ia hanya terkekeh keras mendengar kalimat ku, aneh dasar pria tak waras. Lebih baik aku segera berjalan sendiri dan mencari daun sirih yang katanya bisa menghentikan pendarahan ku pada kepalaku ini.
Soonyoung Benar-benar sudah tak waras. Ia memang tak mengikutiku sedari tadi. Awas saja jika ia memintaku untuk memasakan makanan enak untuk makan malam ini.
Zzing! T-ttuk!
Hampir saja telingaku hilang oleh anak panah yang sudah tertancap pada pohon didepan ku ini. Sepertinya ini bukan dari Soonyoung, tapi dari orang lain. Ah?! Benarkah dari orang lain? Ini hutan, yang benar saja?!
Setau ku ini adalah cara mengirimkan sinyal bahwa ada seseorang di sekitar daerah ini dengan memanahkan anak panah yang disengajakan melesat pada sasarannya.
Masih dengan posisi yang tak beranjak saat anak panah tadi meluncur. secara tak langsung insting ku yang tinggi kini merasakan adanya kehadiran seseorang di balik tubuhku.
Dengan cepat aku mengambil pistol pada shape shiftku dan-
Tunggu, apa?
Wah, dia main-main dengan ku ya? Aku benar-benar merasakan ada yang meraba pinggangku tadi.
Eh! Sebentar!
t-ttuk pcauu!
“Hah! Untung saja. Ah! AWAS!!!”
Dor! Dor! Dor!
Serangan anak panah dari atas pohon terus mengejarku, dan untung saja aku membawa pistol dengan isi pelatuknya yang masih banyak.
“Akh! Soonyoung ah! Kepalaku pusing!”
Terpanduk pada dada bidang Soonyoung lebih parah pusingnya saat bergelantungan 15 menit pada ranting besar pohon.
“Jihoon! Berlindung lah disana atau kau bisa menolongku untuk memanah kakinya!”
“Baik Soonyoung!”
Dengan sigap berlindung pada pendopo tadi dan menolong Soonyoung dan mencoba membidik kakinya dengan kedua pistol di tanganku. Ah, ternyata pistol ini tak membantu. Sesegera mungkin aku menarik senar busur panahku dan tak berselang lama sebelum mendekati sasaran terakhir, sosok serba putih di atas pohon tadi menghilang seperti mantra sihir.
Gerakannya yang gesit membuat ku makin pusing bukan main dan tak sanggup untuk berdiri. Saat itu juga Soonyoung membawaku yang tak sadarkan diri menuju rumah pohonnya.
Panas dingin yang kurasakan, dan juga denyutan keras pada kepala ku yang bereaksi akibat tempelan benda lunak di sisi kepala yang terbentur tadi membuat penglihatanku samar.
Karena tahu aku sudah sadar, Soonyoung pun bergegas menuju padaku sambil membawa handuk kecil yang sudah dibasahi terlebih dahulu.
“Sudah baikan? aku harap kau dirumah saja. karena perjalanan kali ini mungkin akan jauh.”
“Dari mana kau tahu perjalanan esok akan jauh?”
“Ah! Itu karena pesan yang disampaikan pada anak panah tadi.”
“Aku tetap akan ikut!”
“Kau terluka Jihoon, untuk sekedar duduk saja kau sudah lemah bagaimana bisa kau melanjutkan perjalanan ini?!” ucap Soonyoung dengan nada tinggi dibalut nada penuh kekhawatiran.
“Aku tetap ikut Soonyoung! Aku ikut! Titik!” dengan penuh penekanan, Soonyoung mengabaikanku dan berkutat mengobati luka di kepala yang akan diganti dengan obat dan kain pembalut yang baru.
“Soonyoung! Kau mendengar ku?!”
Tak ada gubridan dan aku tetap memaksa karena aku sudah berjanji agar menolongnya untuk menangkap pembunuh itu. Tapi Soonyoung kembali menyuruhku agar tetap disini mengingat luka yang kudapatkan terlihat cukup serius. Namun Lee Jihoon tetaplah Lee Jihoon, batunya tak bisa dikalahkan oleh Soonyoung.
“Hah~ Baiklah, dengan satu syarat lagi!”
“Ada berapa syarat yang kau punya? katakan kepadaku cepat!”
“Tetaplah bersamaku tanpa melakukan apapun.”
“lagi? baiklah. Janji!”
Memberinya jari kelingking dan ia menakutkan kelingkingnya juga sebagai perjanjian kami esok hari. Akhirnya Soonyoung memberikan izin untuk tetap ikut namun harus berhati-hati lagi dalam perjalanan besok. Dan malam itu kami pun beristirahat sejenak di rumah pohon dengan lengan Soonyoung sebagai bantalan ku.
Subuhnya, Soonyoung sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Aku pun dibantu olehnya untuk bersiap serta membantu turun dari rumah pohonya hingga mengangkatku ke atas kuda.
Perjalanan kali ini tak beda dengan sebelumnya, aku tetap menyusahkan Soonyoung dan ia juga yang selalu menjagaku dalam pangkuannya walaupun di atas kuda sekalipun.
Kali ini aku hanya menggunakan senjata pribadiku, yaitu kamera. Untuk berjaga-jaga menggunakan lensa kamera ku untuk membidik sesuatu yang mencurigakan.
Perjalanan kami berhenti di sebuah rumah kosong di hutan belantara berkisaran jarak puluhan meter yang amat jauh dari rumah pohon Soonyoung.
Ia kembali memberitahuku bahwa rumah ini adalah tempat dimana Soonyoung dan adiknya disembunyikan oleh pihak istana dari pamannya itu. Namun setelah pamannya tau keberadaan mereka rumah ini menjadi tak berpenghuni setelah mereka berpisah. Katanya, belasan prajurit dan juga pelayan mari karena rombongan pamannya untuk melindungi mereka. Hingga menyisakan pria yang di peternakan kemarin.
Soonyoung mengarahkan ku agar tetap di belakangnya sambil memegang erat tangan mungil ini. Dengan sangat pelan kami masuk kedalam rumah itu tanpa pencahayaan sedikit pun. Soonyoung merasa tidak ada yang aneh disini, cuma menyisakan bau busuk dari darah yang bersimbah di lantai dan membuat penciuman mereka terganggu.
“Sebaiknya kita keluar ji, kau pasti pusing jika terus disini.”
Aku menyetujui perkataan Soonyoung. saat menuju keluar dari rumah itu-
PCAAUU!
Suara deru dari peluru pistol ditembakan ke dinding di sebelah kami berada. Soonyoung pun membawa ku kembali masuk kedalam rumah dan mencari pintu belakang agar keluar dari sana.
Setelah menahan nafas dari bau busuk didalam sana, kami pun keluar dari pintu belakang rumah itu dan berlari menuju utara.
Tak lama mendaki, sekelompok berjubah putih mengarahkan pistol ke arah kami. Mau tak mau, kami pun menyerah dan dibawa menuju rumah tadi dengan paksa membenturkan kepala kami hingga tak sadarkan diri.
Ah! Sial sekali bau busuk ini sepertinya akan membuat hidungku mati rasa. Sebentar- mengapa penglihatanku begitu kabur? kemana kacamata yang selalu bertengger pada hidungku? Soonyoung?! aku tak mendengar suaranya berada di dekatku?!
Hei! apa yang ku lihat dengan samar ini?! Apa pria di sebelahku ini Soonyoung? kenapa tiba-tiba ia tak menunduk yang seperti darah yang mengalir turun dari pelipisnya.
Tanganku?! kenapa tanganku juga sulit digerakkan? Apakah kami di sekap?
“Hai keponakan ku? apa kau belum puas untuk di hajar?”
DUAKHH!! DDUAKHH!! PPAK! DDDUAKKHH!!
“Akhh!!! Hhhhh ji-hooonn~”
“SOONYOUNG?! HENTIKAN BAJINGAN! AKHH!!”
Sakit! Kepalaku sangat sakit seperti ingin putus tapi tak ada yang menghunus bagian leherku.
“Kau?– Kekasih Soonyoung, Benar? Kau berkulit putih dan juga sangat menggemaskan. Pantas saja Soonyoung menyukaimu karena kau sama dengan dia. Ber-Ras Asia dan menyukai hanya sesama kalian saja! hahaha sial!”
PPAAK!!!!
Tamparan yang ku dapatkan ini hanya sia-sia, mati rasa dan sakit yang bisa kurasakan hanyalah luka yang ada pada Soonyoung yang saat ini melihatku dengan lemas tak berdaya.
“HhHei! hkkkk.. Hentikan! JANGAN SENTUH DIA!!”
“Kenapa soon? Hahaha. Apa kau ingin aku membuat kekasihmu ini seperti adikmu?”
“TIDAK! JANGAN! TIDAK TIDAK TIDAK!!! HENTIKAN!!! MENJAUHLAH DARI MILIKKU!!”
“Hahaha menggila, HAHAHA RAS KALIAN PUNYA KEJIWAAN YANG GILA. baiklah, akan ku tanyakan Terlebih dahulu kepadamu pria mungil ini, Apa benar kau yang mengambil gambar ku pada malam itu?” tanya pria itu mengangkat daguku dengan ujung jarinya.
“JANGAN JIHOON! JANGAN BERI TAHU!! JANGAAAAAAN!!!”
Soonyoung, maafkan aku. Ini demi kebaikan mu. Tapi aku sudah tak sanggup berbicara. Hanya bisa mengangguk sambil mengeluarkan air mata.
“JANGAN, Jihoon JANGAN!!! HUAHAHAakhhh JANGAN!!”
“Hahaha, bagus! Pintar sekali. Ajudan tolong kapaknya!”
“Jangan! JANGAN LAKUKAN ITU!!! TIDAKK!! JANGAN JIHOON!!! KU MOHON JANGAN DIAA!!!!”
Suara tangisan pecah Soonyoung yang memohon penuh pilu setengah mati ini belum pernah ku dengar di telinga.
Soonyoung bukan hanya seorang pria yang tenang dan tak banyak bicara. Ia juga manusia biasa yang memiliki tahta sebagai putra mahkota kerajaan negeri ini dan juga sekaligus kakak yang baik bernasib iba. Iya sangat menyayangi orang disekitarnya hingga mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Hanya di momen ini aku bisa lebih tahu bagaimana Soonyoung yang sebenarnya. dan mungkin juga ini adalah suara Soonyoung yang sangat aku ingin dengar terakhir selain suara tawa pecahnya saat latihan bersamaku.
Dengan siap aku menyerahkan leherku guna melindungi Soonyoung agar tetap bertahan hidup. Aku siap menumbalkan diriku untuk seorang Kwon Soonyoung, Putra Mahkota negeri ini yang menginginkan keadilan atas kematian adiknya.
Kini ku serahkan langkah terakhir kepada mu Soonyoung, jangan buat perjalanan kita sejauh ini menjadi sia-sia.
“HIYAAA!!”
Selamat tinggal Soonyoung, dan hiduplah dengan-
“JANGAN SENTUH MILIKKU LAGI!!!HIYAAAAA!!!!”
BRAAK!!
“HIYAAAA!!!!”
BBUAAKK!! BUAAKKK!!! DOR! DOR! DOR! DOR! DRRRDOOR!!
Suara raungan dan tembakan dari pelatuknya. kini dengan amarah yang memuncak, Soonyoung berhasil membebaskan dirinya dari ikatan tambang dari kursi yang terbuat dari kayu tempat ia duduk dan di lilit tambang tadi. Untungnya mudah dirusak kan hanya sekedar dihentakan pada lantai.
Serangan demi serangan ia lakukan pada anak buah pamannya itu. tembakan demi tembakan ia bidik dengan lihai pada pistolnya.
cklkkk
Suara ini sepertinya peluru terakhir pada pistol yang ia pegang dan mungkin sedang ia arahkan tepat pada dahi Paman kandungnya itu.
“Enyahlah kau!” dengan suara datar kemudian tak ada pergerakan perlawanan dan-
TTAA!
-Disini akhirnya menjadi sungguh sunyi sekali setelah tembakan terakhir itu dilepaskan.
“Jihoon?!”
“Hmmph, S-soonyoung? Benarkah itu kau?” sambil meraba wajah seseorang di depan ku agar bisa menerka apakah benar ia Soonyoung.
“Ngg- Ini aku Soonyoungmu.”
Dengan suara tangis yang amat kencang, aku berhamburan memeluknya seperti tak ada hari esok.
“HUAAA!! BENARKAH KAU SOONYOUNG KU?!”
“iya sayang, ini Soonyoung mu.”
Benar, suara manis ini milik Soonyoung ku. Yang entah sejak kapan ia menjadi milikku.
“Ayo kita keluar dari sini dan membersihkan lukamu”
“Kau juga terluka, mengapa kau terus melindungiku?”
“Haha, karena kau Ras Asia.”
Disaat seperti ini ia masih saja melontarkan lelucon. Aku pun ditolong olehnya kembali dengan cara digendong untuk naik ke atas kuda dan menuju ke rumah pohonnya.
Setelah sampai di rumah pohon, aku dan Soonyoung saling mengobati satu sama lain dan bergurau santai menceritakan pengalaman kami selama seminggu ini.
Soonyoung berkata, ia bersalah telah menghakimi pamannya sendiri dan bukan atas perintah langsung dari keadaan. Aku pun kemudian mengingatkannya kembali tentang keberadaan sebenarnya yang pernah ia beritahu kepadaku. Ia pun akhirnya mengakui bahwa misinya selesai.
Karena misi ini sudah selesai, aku akhirnya akan memberitahu Soonyoung tentang rencana ku yang akan datang.
“Aku akan pulang ke kota esok hari.”
Soonyoung yang masih mengoles obat luka di ujung bibirku menghentikan pergerakannya.
“Mengapa?”
“Karena aku hanya berjanji menyelesaikan misi bersama mu untuk mencari pelaku pembunuhan yang ada di kamera ku bukan? Sekarang tugasku sudah selesai dan kameraku juga sudah tak berbentuk saat kita di culik tadi. Aku rasa ini saatnya untuk berpisah”
“Tapi! Tetap saja Jihoon mengapa?”
“Mengapa Soonyoung? Apa lagi? Apakah masih ada lagi yang mengganjal pada perkataan ku saat berjanji?”
“Ada!” ia mengangguk kuat dan memegang tanganku erat.
”-kali ini bukan kau yang berjanji, namun aku. Aku berjanji akan menikahimu!” sambungnya dan membuatku tersentak mengingat kembali ucapannya kemarin malam.
“Aku berjanji akan menikahimu dan kau juga sudah berjanji bersamaku beberapa kali dengan mengucapkan bahwa kau akan selalu disisiku. Apa kau tidak ingat?”
“Bagaimana bisa aku tidak ingat sedangkan kalimat itu sudah beribu kali kau lontarkan kepadaku Soonyoung!”
“Maukah kau menikah denganku, Lee Jihoon?”
Dari mana ia mengambil cincin ini? dan ini terlalu tiba-tiba bagiku! Air mata yang sudah berkumpul di ujung pelupuk mata kini satu persatu jatuh mengalir dan membasahi pipiku.
Aku tak kuasa menahan tangis dan rasa gembira ini dalam satu momen yang bersamaan. Aku bingung harus apa, Soonyoung yang sedari tadi menunggu dan menghapus air mataku.
Siapa yang tak ingin menikah dengan Pria Aneh yang memiliki rumah di atas pohon tinggi dan juga ia adalah seorang yang menepati janji diulang beribu-ribu kali adanya. Dengan siap aku pun menjawab kalimatnya tadi.
“Ya Soonyoung, aku bersiap menikahi mu dan berjanji akan selalu berada di sisimu lagi dan lagi!”
Hari itu adalah hari yang menegangkan sekaligus hari yang membahagiakan. Karena dua momen yang berkelangsungan pada hari itu terjadi tanpa adanya susunan skenario yang direncanakan sebelumnya.
Malam itu juga Soonyoung membawaku menuju istana. Untuk pertama kali didalam hidupku dapat melihat bangunan megah nan luas ini dan disambut dengan isak tangis bahagia dari keluarga kerajaan.
Soonyoung akhirnya kembali dalam lingkungannya yang seharusnya ia berada, dan keluarganya sangat bahagia mendengarkan bahwa Soonyoung si pangeran mahkota negeri ini pulang dengan selamat sambil membawa pasangannya.
Ya, pasanganya. Pria bertubuh kecil dengan kacamata yang tersesat di dalam hutan belantara karena dibuang oleh atasan atas misi untuk memotret sunset di bawah pohon yang tinggi hingga bertemu dengan pria aneh keturunan kerajaan yang sekarang sudah menjadi Suami sahnya.
Lagi pula pengalaman tersesat ini cukup menyenangkan.
Get Lost
-fins